Perang Dunia II

Pertempuran di Hutan Hurtgen (19 September – 16 Desember 1944), yang terlupakan dan menjadi aib militer Amerika.

Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran paling brutal dalam Perang Dunia Kedua, pertempuran yang sangat meletihkan di mana ribuan nyawa prajurit Amerika dan Jerman gugur. Dalam pertempuran yang penuh kepahlawanan sekaligus tragedi yang sia-sia, begitu sangat mematikannya sehingga banyak prajurit menyebutnya sebagai “Pabrik Kematian”. Sialnya Pertempuran di Hutan Hurtgen itu dilupakan banyak orang. Pertempuran Bulge yang terjadi setelahnya menutupi kisah heroik dan tragis di Hurtgen.

American troops man a machine gun in a captured German position during the 1944 Battle of Hurtgen Forest.

Masuk ke dalam hutan

Dari bulan September 1944 hingga Februari 1945, pasukan Amerika dan Jerman bertempur di Hutan Hurtgen, daerah perbukitan berhutan di perbatasan antara Belgia dan Jerman. Serangan itu awalnya diluncurkan untuk menjaga posisi sayap dari Korps VIII yang bergerak maju ke arah perbatasan Jerman. Hutan Hurtgen sendiri memiliki luas 70 mil persegi dan terletak di antara Aachen, sebuah kota yang telah dikepung sekutu yang tidak mau menyerah (karena Aachen secara simbolis merupakan kota tua Jerman bersejarah dan kota besar Jerman pertama yang terancam oleh sekutu), dan Bendungan Ruhr di sepanjang Sungai Rhine. Orang-orang Amerika memutuskan bahwa mereka akan menyerang hutan Hurtgen secara langsung, dengan harapan mereka dengan cepat menetralisir ancaman terhadap bendungan sambil memastikan jatuhnya Aachen.

Peta pertempuran Hurtgen.

Ketika pertempuran berlangsung, bermunculan target-target lain, diantaranya termasuk mencoba menguasai bendungan-bendungan yang dibutuhkan oleh industri Jerman. Meskipun kalah jumlah, Jerman memiliki serangkaian posisi defensif kuat dalam bentuk bunker beton, kawat berduri, ladang ranjau, dan rintangan anti tank, yang menjadi bagian dari Garis Siegfried defensif Jerman. Meskipun demikian, para komandan Amerika yakin bahwa mereka dapat menerobos dengan kekuatan dan firepower yang mereka punyai.

Serangan Pembuka

Pasukan sekutu ingin segera masuk ke wilayah Jerman. Setelah menyapu Prancis dengan cepat, mereka telah mencapai tanah kelahiran Reich 233 hari lebih cepat dari jadwal. Serangan ke Hurtgen didahului oleh serangan udara oleh USAAF dan RAF. Pesawat-pesawat Thunderbolt, Lightning dan Thypoon menghantam pertahanan musuh di perbatasan Jerman. Tetapi kerimbunan pepohonan mencegah mereka untuk memberikan dukungan udara secara efektif seperti biasanya kepada pasukan darat, dan dengan mulai memasuki hutan pasukan Amerika kehilangan salah satu keunggulan yang mereka punyai selama ini atas pasukan Jerman.

Dengan medan pertempuran yang berada di tengah kerimbunan hutan, pesawat-pesawat macam Typhoon tidak dapat memberikan bantuan maksimal bagi pasukan darat Amerika yang bertempur di Hurtgen.

Mobilitas dan keunggulan yang mereka punyai dalam hal kuantitas tank dan pesawat sebagian besar dinetralisir oleh kondisi geografis medan pertempuran. Lebih buruk lagi, pasukan Jerman sudah mensetting koordinat artileri mereka atas posisi-posisi di hutan Hurtgen. Pasukan Infanteri bergerak maju menyerbu pada posisi musuh yang dipertahankan dengan sangat kuat tanpa mendapat dukungan seperti yang mereka dapatkan di bulan-bulan sebelumnya.

A U.S. halftrack of the 16th Infantry Regiment/1st U.S. Division in the Hürtgen Forest, 15 February 1945.
US Infantry Advancing in the Hurtgen Forest – 1944.

Gerakan maju masuk ke dalam hutan dimulai pada tanggal 13 September, ketika para veteran pertempuran di kawasan Mediterania melintasi perbatasan dari Belgia ke Jerman. Pada hari berikutnya, mereka telah berada enam mil memasuki pertahanan Jerman. Sehari kemudian, Jerman melancarkan serangan pertama dari serangkaian serangan balasan yang mereka lakukan. Pada tanggal 17, tempo pertempuran telah melambat. Infanteri Amerika berusaha untuk maju di jalur sempit di antara pertahanan yang tangguh, hanya untuk terhenti oleh pasukan Jerman dan terkena serangan balik.

Pertempuran di Hutan

Dengan banyak pillbox Jerman tersebar di dalam hutan, orang Amerika harus maju dengan hati-hati itupun kalau mereka benar-benar bisa bergerak maju. Pasukan Engineers dan prajurit infanteri bergerak perlahan melewati pertahanan musuh, mengangkat ranjau, memotong kawat berduri, menetralisir jebakan, serta menyerang pillbox pertahanan musuh dengan penyembur api dan dinamit. Batalion engineer ke-15 sendiri telah mengangkat 1.352 ranjau dan menetralkan 125 pillbox di bawah tembakan gencar selama gelombang awal pertempuran sengit.

Dalam pertempuran Hurtgen, pasukan Jerman memiliki rangkaian garis pertahanan yang kuat dan terlindungi oleh artileri mereka di garis belakang. Dengan telah mengantungi koordinat di kawasan Hurtgen, kekuatan artileri Jerman dapat memastikan bahwa setiap upaya Tentara Amerika untuk merebut perkubuan Jerman pasti memakan korban yang besar.

Tentara Jerman memiliki banyak pengalaman dalam medan seperti Hurtgen. Banyak dari mereka yang bertempur di hutan Rusia dan Finlandia. Prajurit Amerika di Eropa tidak banyak memiliki pengalaman seperti itu dan pada awalnya tidak memahami corak pertempuran di hutan. Di banyak titik, Amerika mendapati diri mereka tidak mampu menembus garis pertahanan Jerman. Mereka berhenti di tempat mereka bertahan, untuk kemudian menggali lubang perlindungan untuk pertahanan mereka sendiri. Pertahanan yang mereka buat harus ditutupi dengan kayu dan tanah karena peluru artileri memiliki kecenderungan meledak di puncak pohon, menghujani mereka dengan pecahan peluru.

Wartawan dan penulis novel Ernest Hemingway yang pemberani saja memilih keluar dari Hurtgen.

Para jenderal Amerika bertekad untuk terus melakukan terobosan mereka di area Hurtgen, dan terus melancarkan serangan terhadap posisi Jerman. Beberapa memang menghasilkan keberhasilan kecil, meskipun lebih banyak yang tersapu oleh serangan balik, sedikit sekali kemajuan yang dibuat. Selama masa jeda pertempuran, kedua belah pihak melakukan gencatan senjata untuk mengambil yang rekan2 mereka yang mati dan terluka. Tetapi banyak yang tidak ditemukan, dan dibiarkan terbaring mati atau sekarat di antara pepohonan.

Keletihan bertempur

Saat hujan mulai turun, gerimis yang tak ada habisnya mengubah tanah menjadi kubangan lumpur. Kemudian diikuti hujan salju dengan semakin mendekatnya musim dingin. Musim dingin 1944 merupakan musim yang menyedihkan bagi kedua belah pihak, terutama untuk orang2 Amerika. Mereka hidup di lubang perlindungan yang dingin dan basah, banyak prajurit menderita penyakit “trench foot”, jenis penyakit pasukan infanteri yang mulai dikenal dalam perang2 sebelumnya. Mereka berhari-hari tanpa menyantap makanan panas dan harus hidup dari ransum C dan K mereka. Dikutip dari buku Citizen Soldier, para prajurit Amerika terkadang iri dengan fasilitas prajurit Jerman saat mereka berhasil menguasai bekas kubu pertahanan lawannya, dimana bunker jerman lebih nyaman dan kuat untuk ditinggali daripada bungker pertahanan Amerika. Gejolak pertempuran yang dahsyat secara perlahan memengaruhi pikiran para prajurit. Hal ini kemudian dikenal oleh para petugas medis dan komandan waktu itu sebagai sindrom “keletihan bertempur” yang menyebabkan banyak prajurit harus di-evakuasi dari garis depan. Beberapa prajurit dengan sengaja menembak diri mereka sendiri untuk bisa keluar dari pertempuran.

US Army veterans of the Battle of Hürtgen Forest.
Artillery-damaged trees during the Battle of Hürtgen Forest.
517th Parachute Regimental Combat Team in the Hurtgen Forest.

Di garis belakang, para jenderal tetap berpegang pada “ilusi strategis” mereka bahwa hal terbaik yang dapat mereka lakukan adalah terus meluncurkan serangan yang sama, seperti yang dilakukan para pendahulu mereka di tahun 1914 hingga 1918. Di luar medan pertempuran Hurtgen, perang terus berjalan, orang Amerika sebenarnya bisa saja bergerak memutari garis Jerman pertahanan Jerman ini. Tapi para komandan mereka terus bersikukuh untuk menyerang jurusan Hurtgen (serupa pada masa itu di Selatan 3rd Army Jenderal Patton terus saja “menghantamkan diri” pada perbentengan Jerman di Metz). Ketika jumlah korban terus meningkat, banyak rekrutan baru yang tidak berpengalaman menggantikan para veteran dulu pertama kali memasuki hutan Hurtgen. Pertempuran masih terus berlangsung.

Menjelang Akhir

Pada bulan Desember, Jerman melancarkan serangan balik besar yang luas melewati wilayah Ardennes yang berdekatan. Fokus pertempuran telah bergeser dari Hurtgen. Pada bulan Februari, Amerika meluncurkan serangan besar terakhir mereka di Hurtgen. Target mereka sekarang adalah Bendungan Ruhr. Jika Jerman membuka pintu-pintu air pada bendungan, maka gerakan maju pasukan Sekutu ke Jerman akan tertunda karena banjir.

A German heavy mortar firing in defense against a U.S. attack on 22 November 1944 in the Hürtgen forest.
US troops on a trench line in the Hurtgen forest, the border between Belgium and Germany. December 1, 1944

Pada 10 Februari, pasukan2 Amerika berhasil mengambil alih bendungan, tetapi sudah terlambat. Jerman telah membuka pintu air yang segera menyebabkan banjir. Kemajuan di luar Hurtgen tertunda selama dua minggu yang merugikan banyak orang Amerika, Inggris, dan Kanada. Hutan Hurtgen sendiri baru bisa dibersihkan dari musuh pada tanggal 17 Februari saat Divisi Airborne ke-82 mencapai sungai Roer. Orang Amerika akhirnya berhasil menembus hutan Hurtgen, tetapi hal ini tidak bisa disebut sebagai kemenangan. Jerman di bawah Field Marshal Model telah menahan mereka disitu selama enam bulan. Kemenangan secara umum menjadi milik Jerman.

Menghitung kerugian

Selama enam bulan pertempuran, Amerika mengirimkan delapan divisi infantri, dua divisi lapis baja, dan beberapa unit kecil ke dalam hutan Hurtgen. Banyak kompi senapan menderita korban hingga 50%. Dua resimen menderita kerugian yang setara dengan 100% kekuatan tempur mereka. Secara total, hampir 30.000 orang – 55.000 Amerika terbunuh atau terluka diantaranya 9.000 lainnya di-evakuasi karena kelelahan dalam pertempuran dsb sebab2 non teknis (25% dari total korban). Sementara Jerman sendiri menderita kerugian lebih sedikit sekitar 28.000 orang. Karena dinilai tidak sukses, pemerintah dan pers Amerika tidak memberi banyak perhatian pada kisah pertempuran Hurtgen. Mereka memilih untuk fokus pada pertempuran di tempat lain. Hurtgen kemudian dikenang sebagai salah satu operasi tempur Amerika yang paling mahal dan tidak produktif. Sementara bagi orang-orang yang bertarung dengan penuh keberanian dan kehilangan banyak rekan di sana, Hurtgen akan selalu dikenang sebagai “Pabrik Kematian”

Gigi2 Naga (Dragon Teeth) anti tank Jerman pada Sigfried Line.
Serangan Jerman di Ardennes 16 Desember 1944 dengan cepat menghapus perhatian media dari pertempuran Hurtgen.
When The Trupets Fade (1998), mungkin menjadi satu-satunya film non dokumenter yang mengabadikan tragedi pertempuran Hurtgen di layar kaca.

Diterjemahkan dan disarikan dari:

https://m.warhistoryonline.com/world-war-ii/battle-of-hurtgen-forest.html

https://www.wearethemighty.com/history/longest-land-battle-hurtgen-forest

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Battle_of_H%C3%BCrtgen_Forest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *