Perang Dunia II

Blitzkrieg “Bertenaga” Kuda (1939-1945)

Pada tahun 1939 Reich Jerman memiliki 3.800.000 kuda yang sebagian digunakan untuk satuan kavaleri dan transportasi Jerman dalam Perang Dunia II sementara 885.000 pada awalnya dipakai Wehrmacht sebagai tunggangan, penarik, dan hewan pengangkut. Dari jumlah tersebut, 435.000 kuda dirampas dari wilayah Uni Soviet, Prancis, dan Polandia. Kuda tambahan lalu dibeli dari Hongaria, Rumania, Cekoslowakia, dan Irlandia. Klaus Christian Richter, yang dirinya sendiri anggota pasukan kavaleri Jerman dari kelas tahun 1935, berkomentar dalam bukunya Cavalry of the Wehrmacht 1941-1945 tentang tekanan fisik dan psikologis perang: “Nilai-nilai prajurit gaya lama membuktikan diri sekali lagi: keberanian, rasa kewajiban, rasa tanggung jawab, persahabatan, dan juga cinta akan kuda.” Sekolah berkuda, kuda, dan para penunggang kuda Jerman memiliki kualitas yang terbaik, dan dari tahun 1930 hingga 1940 berkompetisi di setiap acara internasional yang penting. Pencapaian puncak mereka datang di Olimpiade tahun 1936 ketika tim Jerman memenangkan enam medali emas berkuda dan satu perak, mendominasi ketiga kategori—dandanan, lompatan, dan kemampuan militer—suatu prestasi yang tidak pernah terulang. Dari berbagai catatan ini, satuan kavaleri dan transportasi berkuda Jerman menempatkan namanya dalam Perang Dunia II.

Penggunaan kuda secara ekstensif dilakukan oleh militer Jerman selama Perang Dunia II dari awal hingga berakhirnya perang. (Sumber: https://www.quora.com/)

LATAR BELAKANG UNIT BERKUDA JERMAN

Tinjauan dalam sejarah kavaleri Jerman, menunjukkan bahwa tradisi satuan berkuda telah berakar kuat dalam militer Jerman, yang pada akhirnya menjadi dasar yang signifikan dalam penggunaanya di masa Perang Dunia II. Kavaleri Prusia, yang tumbuh dari kurang dari 1.000 prajurit berkuda bersenjata pada awal abad ke-17, kemudian berkembang menjadi sekitar 6.000 personel pada tahun 1740, serta lalu mencapai puncak ketenarannya dan digunakan secara luas dan sukses di bawah pimpinan Frederick the Great. Selama Perang Tujuh Tahun (1756-1763), kavaleri berkuda terbukti berperan menentukan dalam sejumlah pertempuran yang dimenangkan, baik lewat serangan yang berani dan operasi pengepungan, serta pada beberapa kesempatan, mereka juga bisa mencegah bencana dengan melindungi gerak mundur pasukan infanteri. Dalam perjalanannya, Kavaleri Prusia kemudian membuat penampilan yang relatif buruk dalam perang dengan Austria pada tahun 1866 ketika korps kavaleri (yang meniru satuan Kavaleri Napoleon) didapati mengecewakan. Mereka kemudian direorganisasi dan dilengkapi dengan daya tembak yang lebih besar serta memainkan peran penting, di bawah kepemimpinan taktis yang brilian, dalam Perang Prancis-Prusia. Pada awal abad ke-20 Angkatan Darat Jerman memiliki 46 brigade kavaleri, masing-masing terdiri dari dua resimen yang masing-masing terdiri dari lima batalion, dengan total personel 69.000 orang. Pada tahun 1914 ada 110 resimen kavaleri dengan jumlah personel 87.000 orang, tetapi tidak ada perluasan lebih lanjut selama Perang Dunia I. Kavaleri Jerman tercatat berhasil digunakan dalam Perang Dunia I selama gerak maju di front Barat, di Polandia, dan di Rumania.

Prusian Guard dalam perang Prancis-Prusia tahun 1870. Jejak unit berkuda dalam militer Jerman telah terentang jauh sejak masa Frederick The Great. (Sumber: https://www.gettyimages.com/)
Pasukan kavaleri Jerman bersenjata tombak dalam Perang Dunia I. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Dalam kampanye ini, unit kavaleri berkuda digunakan terutama untuk misi pengamatan dan pengintaian. Pada level yang lebih rendah, mereka juga berguna dalam hubungannya dengan perang parit dan untuk melindungi operasi selama gerak mundur tentara Jerman pada tahun 1918. Kadang-kadang, setelah menggunakan kuda mereka untuk gerakan cepat ke sektor-sektor kritis, pasukan kavaleri turun dari kudanya untuk bertempur laksana pasukan infanteri. Sementara itu, ukuran dan perlengkapan militer Jerman dibatasi oleh Perjanjian Versailles, yang mengakhiri Perang Dunia I. Kendaraan bermotor untuk militer, misalnya, berada di bawah kendali yang ketat dari negara-negara pemenang. Perjanjian itu memperbolehkan dibentuknya tujuh divisi infanteri dan tiga divisi kavaleri yang terdiri dari 18 resimen. Masing-masing dari divisi kavaleri memiliki 5.500 prajurit penunggang kuda dan termasuk enam resimen yang masing-masing terdiri dari lima batalion dan satu batalion artileri berkuda. Akibatnya, kavaleri merupakan bagian yang besar dari Angkatan Darat Jerman, dengan total 16.400 personel penunggang kuda dari 100.000 tentara diperbolehkan dimiliki Angkatan Darat Jerman oleh perjanjian itu. Musuh Jerman di masa Perang Dunia I menganggap bahwa kuda-kuda itu sudah kuno menurut standar perang modern, dan mereka percaya biaya yang terkait dengan pemeliharaannya akan menyedot dana dari kegiatan militer lainnya. Namun di sisi lain, kekuatan kavaleri ini diperkirakan akan cepat beradaptasi dengan pembentukan unit lapis baja dan bermotor. Antara tahun 1934 dan 1939 Angkatan Darat Jerman berkembang menjadi 52 divisi, yang terbagi dalam: 35 divisi infanteri, 5 Panzer, 4 ringan (kavaleri mekanis), 4 bermotor, dan 4 gunung. 

Tentara Jerman berlatih menembak dari atas kuda tahun 1935. Pasukan kavaleri berkuda adalah salah satu unit militer yang masih boleh dipakai Jerman setelah Perang Dunia I. Para negara-negara pemenang saat itu menilai bahwa pasukan kavaleri berkuda sudah kuno. (Sumber: https://rarehistoricalphotos.com/)

Sebelum tahun 1935, berkat 12 tahun dinas militer yang mengejutkan yang dikenakan untuk para tamtama dan NCO, banyaknya waktu, hingga 3.000 jam, dihabiskan untuk pelatihan dasar mengendarai kuda di unit kavaleri Jerman. Kondisi ini menjadi dasar yang sangat baik bagi pasukan berkuda, meskipun saat Jerman semakin mendekat menuju peperangan, pelatihan penunggang kuda dikurangi menjadi rata-rata satu jam per hari, dengan penunggang kuda sekarang berfokus pada penggunaan senjata dan strategi tempur. Sementara sebagian besar tugas mereka ditujukan untuk misi-misi pengintaian dan penyelidikan, pasukan kuda dilatih ketat seperti pelatihan pasukan infanteri. Pelatihannya yang ketat, seringkali berlangsung berhari-hari sejauh 30-60 mil (48-96 km) di atas pelana, setiap kuda juga harus membawa lebih dari 250 pon (113 kg) beban dari penunggang dan peralatannya. Faktanya banyak tentara Jerman terbiasa dalam kehidupan sipilnya untuk mengolah tanah pertanian Jerman yang subur, di mana hewan, terutama kuda, merupakan bagian integral dari kehidupan mereka. Mereka memiliki ikatan khusus dengan hewan, seperti ikatan darah dan tanah. Selama perkembangan pesat tentara Jerman selama tahun 1930-an, Jerman tidak memiliki banyak orang yang mengenal atau tahu cara mengemudi mobil atau truk (Amerika Serikat memiliki rasio 1:5 antara jumlah mobil dengan orang, sedangkan rasio di Jerman adalah 1:89, rasio terburuk di Eropa Barat – kecuali jika dibandingkan dengan Italia). Program ekstensif kemudian diberlakukan untuk melatih pengemudi selama periode ini tetapi faktanya tetap Jerman tidak memiliki populasi yang kondusif untuk penciptaan kekuatan bermotor atau mekanis yang besar. Hal ini semakin diperparah oleh fakta bahwa industri otomotif Jerman tidak mampu menyediakan kendaraan dan bahan bakar yang diperlukan untuk menciptakan kekuatan bermotor yang modern dan lengkap. Mengingat keadaan ini, kuda harus tetap digunakan sebagai moda transportasi utama. 

Kuda dalam sebuah pertanian di Jerman, tahun 1927. Penggunaan kuda dalam kehidupan sehari-hari telah menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat Jerman. Di samping itu pada masa sebelum Perang Dunia II, rasio kepemilikan mobil di Jerman tergolong yang terendah di Eropa Barat, jadi kuda masih menjadi alat transportasi penting di masa itu. (Sumber: https://www.gettyimages.dk/)

Sementara gambaran populer konsep kekuatan militer Jerman adalah, sejumlah besar tank, yang didukung oleh kendaraan lapis baja, kendaraan pengangkut pasukan, dan truk. Untuk dari sudut pandang tertentu, hal ini mungkin benar. Divisi Panzer Jerman, misalnya adalah unit yang tangguh serta elit menurut standar manapun. Namun penting untuk diingat bahwa unit-unit ini, termasuk divisi infanteri bermotor (Panzergrenadier) dan rekan-rekan SS mereka, umumnya hanya membentuk kurang dari 25% divisi-divisi yang dikerahkan oleh Wehrmacht. Dari 322 divisi Angkatan Darat dan SS Jerman yang masih ada pada bulan November 1943, hanya 52 yang berlapis baja atau bermotor. Dari total 264 divisi tempur di bulan November 1944, hanya 42 yang berlapis baja atau bermotor. Pada akhir tahun 1944 ketika jumlah divisi elit ini berjumlah 48 divisi, mereka faktanya hanya terdiri dari 16% dari jumlah total divisi Jerman. Oleh karena itu, mayoritas Divisi lainnya (sekitar 75% lebih) terdiri dari pasukan infanteri dan sebagian besar elemen transportasi berbasis kuda. Selain itu, ribuan tentara pergi berperang dengan menunggang kuda di unit-unit kavaleri Jerman. Tunggangan mereka dipilih oleh komite khusus yang membeli kuda pada usia tiga tahun dengan pelatihan dimulai pada usia empat tahun dan berlanjut selama dua tahun lagi dalam program yang tak tertandingi oleh negara lain mana pun. Kuda-kuda penarik besar juga mulai beroperasi saat kereta yang digunakan bertambah berat, sementara sejumlah kuda Berber memasuki dinas operasional Wehrmacht setelah jatuhnya Prancis. Gerobak kosong yang digunakannya sendiri dapat memiliki berat 610 hingga 1040 kilogram dan bisa membutuhkan empat hingga enam kuda untuk menariknya, terutama saat melintasi medan yang sulit dan jalanan kasar di Front Timur.

Pasukan berkuda Jerman melintasi tank T-34 Soviet yang dilumpuhkan. Meski memiliki pasukan lapis baja yang Jempolan dan menjadi ujung tombak dari taktik Blitzkrieg-nya yang fenomenal, namun mayoritas divisi-divisi Jerman belum termekanisasi dan harus mengandalkan transportasi kuda. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Armada kuda pasukan Jerman di sebuah tempat perhentian. (Sumber: http://www.worldwar2facts.org/)

Sementara itu, kemampuan menunggang kuda juga diajarkan di akademi SS, karena dianggap sebagai bagian dari warisan Ksatria Teutonik yang dianggap menjadi inspirasi Nazi. Tidak seperti film koboi Amerika di mana, yang secara ajaib, tidak ada kuda yang terluka selama pertempuran yang berkobar, kuda-kuda kerap berserakan di jalan-jalan dan medan tempur Eropa, dibunuh oleh tembakan senapan mesin, mortir, artileri, dan serangan udara. Selama musim dingin Rusia yang menggigit, kuda-kuda pertanian Jerman yang biasa dimanjakan dan kuda tunggangan, ditugaskan untuk menarik gerobak berat, kerap jatuh di jalanan. Seringkali mereka kemudian menjadi makanan bagi para prajurit yang kelaparan. Korps kavaleri Jerman era Perang Dunia II sendiri, yang pada masa perang terdiri dari pasukan berkuda, sepeda, dan sepeda motor, terdiri dari 18 resimen berkuda. Sementara itu, satu-satunya unit kavaleri independen yang digunakan Jerman untuk memulai Perang Dunia II adalah Brigade Kavaleri ke-1. Pada tanggal 19 September 1939 kekuatan kavaleri dihapuskan dan “pasukan bergerak” (Schnelle Truppen) dibentuk untuk mencakup semua unit kavaleri GHQ, pengintaian, tank, antitank, sepeda, sepeda motor, dan unit infanteri lapis baja. Pada bulan April 1943 istilah “pasukan bergerak” ditinggalkan dan satuan baru yang dikenal sebagai “pasukan Panzer” diciptakan untuk mencakup unit tank dan antitank, senjata serbu berat, pengintai lapis baja, infanteri lapis baja, dan unit infanteri bermotor. Kavaleri, alih-alih dikembalikan ke status sebelumnya sebagai satuan independen, diserap ke dalam infanteri, tetapi anggota unit kavaleri sebelumnya masih diizinkan untuk memakai pipa kuning emas tradisional mereka, dan perwira kavaleri asli masih diizinkan menyebut diri mereka sebagai satuan kavaleri. Dibubarkan pada awal pecahnya perang pada tahun 1939, mereka lalu direformasi menjadi batalyon pengintai divisi, diikuti pada tahun 1943 oleh apa yang dianggap sebagai kelahiran kembali satuan kavaleri Jerman. Tiga resimen lalu dibentuk kembali. 

PERLENGKAPAN UNIT BERKUDA JERMAN

Pada awalnya, pasukan kavaleri Jerman bahkan sempat membawa tombak, yang akhirnya diubah menjadi senapan karabin. Pada akhir 1934, sepeda motor mulai masuk AD Jerman, dengan Resimen Berkuda ke-11, 12, dan 16 sekarang berfungsi sebagai pasukan senapan bermotor. Akibatnya, pasukan kavaleri ini sekarang menunggangi “kuda besi”, terutama buatan BMW dan Zundapps asal Jerman. Resimen kavaleri lainnya dilengkapi kembali sebagai resimen tank, termasuk unit panzer, antitank, dan pengintai, sedangkan Waffen SS juga memiliki unit kavaleri. Kuda juga digunakan oleh elemen lain dari Angkatan Darat, termasuk pasukan infanteri, artileri, perintis (zeni), unit medis, dan unit perbekalan. Pada tahun 1935, satu peleton kavaleri ditugaskan untuk setiap resimen infanteri aktif dan terdiri dari 32 prajurit dan 33 ekor kuda. Sebagai tambahan dari 13 sekolah berkuda regional lainnya, sebuah sekolah kavaleri khusus beroperasi di Hanover untuk melatih perwira pengganti dan untuk instruktur mengemudi dan berkuda. Dalam banyak kasus, terutama pada masa perang, perempuan mengambil alih tugas instruktur. Sebagai tambahan, pacuan kuda didukung di lingkungan Wehrmacht, dan “joki” yang mengenakan berbagai 38 warna seragam balap yang berbeda mewakili berbagai batalion dan resimen. Selain itu, beberapa unit berkuda dan yang kendaraan yang ditarik kuda menambah pelatihan mereka dengan memelihara dan berburu rubah.

Tampilan dari Pasukan dari korps kavaleri Jerman di Russia, musim panas tahun 1944. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/)

Prajurit berkuda mengenakan seragam warna abu-abu dengan hiasan kulit, serta sepatu bot berkuda dari kulit yang lembut, lebih tinggi dan tanpa hobnail dari sepatu bot prajurit infanteri. Setelah menyelesaikan pelatihan mengendara, sepatu bot itu dilengkapi dengan taji yang dapat ditekuk, dimana hal ini dapat dikenali dari foto-foto di zaman itu. Para prajurit membawa ransel yang berisi tenda persegi atau setengah untuk tempat berteduh, yang pada dasarnya bagian dari bahan yang digunakan sebagai kamuflase, jas hujan, atau tempat berlindung. Dalam banyak kasus, ini adalah satu-satunya perlindungan yang bisa mereka dapatkan dalam musim dingin di Rusia, yang terbukti tidak diantisipasi oleh pihak Angkatan Darat. Kesalahan ini terbukti fatal bagi ribuan landser (demikian biasanya tentara Jerman disebut). Adapun senjata yang digunakan, setiap prajurit berkuda membawa pedang di kantong kulit saat berkuda. Setelah tahun 1939, setiap perwira membawa pistol mitraliur MP-38 dan kemudian MP-40. Yang lainnya membawa senapan karabin standar infanteri Karabiner 98K, versi modifikasi dari standar senapan panjang 98a. Panjang dari senapan ini lebih pendek sehingga dianggap lebih cocok untuk pasukan berkuda. Karabin ini sendiri didasarkan pada senapan desain tahun 1898, yang mampu memuat lima peluru yang dapat disimpan di magazine-nya. Diperlukan pengokangan manual untuk mengeluarkan selongsong peluru yang ditembakkan dan memasukkan peluru baru ke dalam kamar peluru. Sebaliknya, senapan Garand standar pasukan Amerika, memiliki desain semi-otomatis yang dioperasikan dengan tenaga gas, tidak memerlukan pengokangan manual dan dengan demikian meningkatkan daya tembaknya. Banyak veteran di kedua belah pihak mengatakan bahwa perbedaan sistem ini sering menjadi perbedaan antara hidup dan mati prajurit di medan perang. Perwira, sersan, dan tenaga medis juga membawa Pistole 08, sebuah pistol semi-otomatis kaliber 9mm, yang lebih dikenal sebagai Luger yang legendaris. Beberapa pasukan berkuda juga dilengkapi dengan senapan serbu kaliber 7.92 mm jenis MPi 43/44 yang baru, pendahulu dari senapan serbu infanteri modern saat ini. Setiap regu prajurit berkuda terdiri dari sembilan prajurit, yang dilengkapi dengan senapan mesin ringan MG 34 untuk memberikan daya tembak tambahan. Kuda juga merupakan bagian integral dari unit dapur lapangan bergerak dan gerobak pandai besi, amunisi, dan kereta senjata. Sementara setiap pasukan memiliki seorang pengendara sepeda motor untuk menjaga komunikasi jarak jauh dengan unit komandannya, sebagian besar komunikasi di atas kuda menggunakan 25 sinyal tangan standar.

Senapan karabin standar infanteri Karabiner 98K, yang juga digunakan oleh pasukan berkuda Jerman. (Sumber: https://weaponsystems.net/)
Pistol mitraliur MP-38 yang disandang oleh perwira kavaleri Jerman saat Perang Dunia II. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)
Senapan mesin MG-34 melengkapi unit regu pasukan berkuda Jerman. (Sumber: https://fi.pinterest.com/)

Satu brigade kavaleri Jerman terdiri dari 6.684 prajurit dan 4.552 kuda ditambah 409 kendaraan yang ditarik kuda dan 318 sepeda motor (153 dengan sespan/gandengan samping), serta 427 mobil dan truk dan enam mobil pengintai lapis baja. Setelah keberhasilan pasukan ini selama kampanye Militer di Polandia tahun 1939, Divisi Kavaleri ke-1 dibentuk pada tanggal 25 Oktober 1939. Divisi kavaleri ini akan terus berperang di Belanda, Belgia, dan Prancis selama tahun 1940. Ketika tiba waktunya untuk menyerang Rusia, divisi tersebut berada di bawah komando Grup Panzer ke-II yang dikomandoi oleh Jenderal Heinz Guderian. Pada tahap ini, sekitar 17.000 kuda dipekerjakan, jumlahnya yang banyak kemudian menyebabkan masalah pasokan. Akibatnya, selama musim dingin 1941-1942 di Rusia, operasi kavaleri Angkatan Darat dihentikan. Kuda-kuda yang terlatih khusus dipindahkan ke unit non kavaleri, di mana mereka pada dasarnya disia-siakan. Setelah kerusakan yang diakibatkan oleh kampanye di Rusia tahun 1941-1942, Divisi Kavaleri ke-1 diubah menjadi Divisi Panzer ke-24, yang berfungsi sebagai 85 batalyon pengintai divisi. Ini adalah unit terakhir dari kavaleri Jerman. Karena mereka sering dikirim ke dalam situasi pertempuran yang paling sengit, mereka mendapatkan gelar kehormatan, yang agak ironis, yakni “brigade pemadam kebakaran divisi” seolah-olah mereka memadamkan kobaran api pertempuran yang mengamuk. Namun, kavaleri berkuda itu sendiri segera habis, meninggalkan pasukan bersepeda untuk melakukan tugas pengintaian dan penyelidikan. Saat perang berlangsung, setiap peleton kavaleri berkurang ukurannya dari tiga skuadron menjadi dua, tetapi mereka terus bertugas dengan amat baik. Pada tingkat yang lebih tinggi, pasukan kavaleri direorganisasi sebagai tiga resimen dan sebagai dua brigade kavaleri pada tahun 1944 selama fase gerak mundur tentara Jerman dan pertempuran-pertempuran terakhir perang.

UNIT KAVALERI INDEPENDEN

Sementara kuda memainkan peran besar dalam divisi infanteri standar, Jerman tidak menaruh kepercayaan penuh pada kavaleri berkuda itu sendiri sebagai kekuatan yang sangat berguna dan dapat diandalkan. Tingkat penggunaan unit kavaleri berkuda independen oleh Jerman berbanding terbalik dengan nasib Jerman. Selama 3 tahun pertama perang, ketika militer Jerman masih perkasa, unit-unit seperti itu hampir ditinggalkan sepenuhnya; jumlah mereka tidak pernah melebihi satu divisi. Baru mulai dari tahun 1943, unit kavaleri baru dibentuk, dan pada awal 1945 ada enam divisi kavaleri dan dua korps kavaleri. Pertumbuhan yang mencolok dari kavaleri berkuda independen menjelang akhir perang tidak dapat ditafsirkan sebagai perubahan mendasar dalam teori militer Jerman. Unit-unit baru ini diperlukan terutama untuk melindungi jalur komunikasi di Balkan, di mana mereka beroperasi dalam kelompok-kelompok kecil yang independen, atau untuk menutupi sisi-sisi sayap tentara Jerman selama proses penarikan besar-besaran di Front Timur. Dalam kedua kasus, penggunaan kavaleri sebagian besar ditentukan oleh kurangnya transportasi motor. Pada akhir tahun 1943 dan awal tahun 1944 kebutuhan militer Jerman mulai secara serius melebihi kapasitas produksinya. Ini juga merupakan periode di mana pemboman strategis pihak sekutu mulai melumpuhkan kemampuan pabrik-pabrik Jerman untuk memenuhi target produksi yang ditetapkan. Walau peternakan kuda besar di Prusia Timur tidak terpengaruh oleh pemboman pesawat B-17 dan Lancaster, ketersediaan daging kuda terus berkurang.

Sekelompok kuda berusaha keras menarik beban senjata artileri berat, yang menghasilkan awan debu yang mencekik saat tentara Jerman maju bersama. Perhatikan upaya darurat untuk menyamarkan meriam tersebut. Sebagian besar jalan di Russia hampir terlalu lunak di musim semi dan musim gugur, sedangkan saat musim hujan akan menjadi rawa-rawa. Hal ini adalah tantangan besar bagi unit berkuda Jerman. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Menerobos lumpur di Front Timur, seorang tentara Jerman memimpin kudanya maju ke depan. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Unit artileri yang ditarik kuda melintasi sungai dengan menggunakan ponton. (Sumber: https://www.flamesofwar.com/)

Penggunaan unit kavaleri kemudian juga diperlukan dari sudut pandang militer. Kondisi medan Balkan dan Rusia mendukung penggunaan unit-unit berkuda. Balkan geografinya bergunung-gunung, sedangkan Rusia yang luas hanya memiliki sedikit jaringan jalan dan banyak didapati rawa dan hutan-hutan. Stepa, yang datar dan cukup mulus untuk dilakukan perjalanan bermotor lintas medan di musim panas, akan menjadi rawa-rawa setelah hujan lebat. Sebagian besar jalan hampir terlalu lunak di musim semi dan musim gugur. Tetapi Jerman memiliki sejumlah divisi ringan (Jäger) dan gunung (Gebirgsjäger) untuk mengatasi kondisi seperti itu, sehingga unit kavaleri bukan satu-satunya elemen Angkatan Darat Jerman yang berguna di lumpur dan medan yang sulit. Penggunaan kavaleri kuda dalam peran ofensif kuno terbatas pada kampanye diawal perang, ketika Jerman menikmati superioritas udara yang luar biasa. Bahkan saat itu, operasi kavaleri masih dalam skala kecil. Indikasinya adalah bahwa Komando Tinggi Jerman tidak berniat menghidupkan kembali penggunaan ofensif sejumlah besar unit berkuda di medan perang normal, tetapi bahwa Komando Tinggi Jerman berniat, jika menang, untuk mengorganisir unit-unit tersebut dalam skala besar untuk kegiatan pengamatan dan pengintaian di wilayah Eropa Timur dan Timur Dekat. Masalah tentang biaya dan perangkat yang dibutuhkan dalam penyediaan unit bermotor dan lapis baja mungkin berperan dalam keputusan ini, seperti halnya kemampuan kavaleri untuk bisa hidup di pedesaan, terutama di daerah pertanian.

UNIT KAVALERI GHQ DALAM PERANG DUNIA II 

Pengembangan unit kavaleri independen selama Perang Dunia II paling baik dijelaskan dengan mengamati operasi dari empat unit berikut: unit tentara Jerman periode awal perang (1939-1941), unit Waffen-SS (1941-45), unit Cossack (1943-45), dan kemudian unit Angkatan Darat (1944-45). Brigade Kavaleri ke-1 yang digunakan Jerman untuk memulai perang terdiri dari dua resimen kavaleri berkuda, satu resimen kavaleri campuran (sebagian mekanis), satu batalion artileri berkuda, satu batalion pengintai mekanis, dan satu batalion sepeda. Kekuatan teknis-nya adalah 6.200 prajurit dan 4.200 kuda. Unit ini berpartisipasi dalam kampanye militer di Polandia sejak hari pertama perang dengan prestasi yang cukup besar, meskipun pemberitaannya hampir tenggelam di antara operasi yang dilakukan oleh divisi Panzer baru yang lebih spektakuler dan modern. Berada di bawah Angkatan Darat Ketiga, tetapi tidak ditempatkan pada satupun korps, brigade berkuda bergerak cepat dari daerah persiapan di Prusia sebelah utara Mlawa ke Sungai Narew, mereka mengambil bagian dalam penyeberangan di sungai itu dan di sungai Bug serta menghadapi perlawanan yang kuat, dan berhasil mencapai daerah timur Warsawa pada hari ke-12. Sebagai bagian dari satu sayap dari gerakan besar yang mengepung ibu kota Polandia, unit kavaleri berkuda menyerang baik dari depan maupun dari sayap dan kadang-kadang mendesak jauh di depan pasukan utama untuk mengganggu jalur komunikasi musuh. Ini adalah satu-satunya masa selama perang bahwa unit kavaleri kuda Jerman beroperasi dengan sukses melawan musuh yang gigih, dalam peran ofensif “tradisional” kavaleri. Setelah kampanye Polandia, brigade kavaleri di-upgrade menjadi Divisi Kavaleri ke-1. Divisi Kavaleri ke-1 adalah divisi kavaleri tipe ortodoks, dengan satuan pengintai bermotor atau semi-bermotor, sinyal, zeni, dan batalyon antitank.

Gambar yang sangat bagus dari Divisi Kavaleri ke-1, perhatikan lencana unit di spatbor. “G” mengacu pada satuan Guderians 2nd Army. (Sumber: http://www.worldwar2facts.org/)
Pasukan berkuda Jerman menarik senjata artileri. Gambaran seperti ini umum didapati di negara-negara Eropa saat pasukan Jerman melintas di negeri mereka. (Sumber: https://www.flamesofwar.com/)
Diagram di atas menunjukkan organisasi unit artileri, yang terdiri dari empat meriam kaliber 10,5 cm dan jumlah kuda yang dibutuhkan (satu simbol berbentuk peluru = satu kuda). (Sumber: https://www.flamesofwar.com/)

Divisi ini memulai Kampanye militer di Barat pada bulan Mei 1940 di sektor Aachen di bawah komando Angkatan Darat Kedelapan Belas. Pasukan kavaleri berada di sisi kanan dalam perjalanan awal melalui Belgia utara dan barat serta ke wilayah Prancis utara. Namun, divisi tersebut tidak beraksi di garis depan, sampai fase kedua kampanye militer, ketika mengambil bagian bersama pasukan lapis baja melakukan penyeberangan di Somme dan Seine, dan kemudian mencapai Loire dekat Saumur. Dalam operasi ini, mereka memainkan peran penting dalam mengalahkan musuh di penyeberangan sungai yang vital, sehingga mengisolasi sejumlah besar pasukan Prancis yang mengalami demoralisasi. Divisi ini mampu melakukan perjalanan 45 sampai 60 mil (72-96 km) sehari, dan pada satu kesempatan mereka dicatat (dalam laporan Jerman)  menghancurkan 34 dari 40 tank penyerang. Kemudian dalam 2 bulan pertama kampanye Rusia, ketika tentara Jerman maju pesat, Divisi Kavaleri ke-1 hampir terus-menerus beraksi di sektor tengah. Mereka saat itu telah diperluas lebih jauh menjadi total enam resimen, yang mungkin diorganisir di bawah tiga brigade. Namun taktik yang dikuasainya di Polandia dan Prancis, di mana Jerman menguasai udara dan menikmati kekuatan tembak dan keunggulan mobilitas, ternyata tidak terlalu berhasil bila diterapkan pada kondisi di Rusia. Divisi itu lalu ditarik pada puncak kesuksesan tentara Jerman, untuk dikirim ke Prancis yang diduduki, dan diubah menjadi Divisi Panzer ke-24 (kemudian dihancurkan di Stalingrad, meskipun kemudian direformasi ulang kembali di Prancis). Sementara itu tidak ada lagi unit kavaleri di atas ukuran skuadron yang dibentuk sampai akhir tahun 1943.

UNIT KAVALERI WAFFEN-SS 

Waffen-SS, yang diakui sebagai organisasi militer “elit” nya Himmler, dalam persaingan dengan pihak Angkatan Darat, mulai tertarik pada kavaleri berkuda. Pada tahun 1941 General SS (cabang paruh waktu “non-militer” dari SS) memiliki 23 resimen kavaleri yang masing-masing terdiri dari lima hingga delapan batalion. Mereka ini dimaksudkan untuk tugas-tugas pelatihan penunggang kuda dan tujuan kepolisian. Tak lama setelah dimulainya kampanye militer di Rusia, sebuah brigade SS, yang terdiri dari dua resimen dikirim ke garis depan. Mereka beroperasi sebagian besar di garis depan sektor tengah dan selatan; yang juga bertugas untuk melawan para partisan di belakang garis. Pada pertengahan tahun 1942, unit itu telah diperluas dan diubah menjadi Divisi Kavaleri SS. Sebuah divisi berkualitas tinggi, satuan itu adalah bagian dari kekuatan yang mencoba (meski tidak berhasil) untuk membebaskan Angkatan Darat Keenam di Stalingrad, dan selain terlibat dalam beberapa aksi pelindung gerak mundur unit-unit sayap yang kritis, mereka bertempur dalam pertempuran yang gagal untuk merebut Kharkov dan Dnepropetrovsk. Akhir tahun 1943, mereka ditarik pertama ke Polandia dan kemudian ke Yugoslavia. Pada bulan Maret 1944, mereka memasuki Hongaria sebagai bagian utama dari kekuatan koersif yang dikirim ke sana untuk memastikan kerjasama yang berkelanjutan dari negara tersebut. Sementara di sana, ia dilengkapi dengan sebuah resimen penuh dan kader untuk dua resimen kavaleri kuda tambahan guna membentuk Divisi Kavaleri SS ke-22. Kedua divisi kavaleri SS asli diorganisasikan di sepanjang garis yang sama, masing-masing dengan tiga resimen kavaleri kuda, satu batalion senapan mesin, satu batalion senjata berat, dan satu batalion markas besar; sebuah resimen artileri berkuda, dari tiga batalion ringan; sebuah batalion sepeda; sebuah batalion antitank; batalion sinyal dan batalyon zeni yang sebagian bermotor; dan sebuah resimen pasokan bermotor. Kekuatan teknisnya sekitar 10.000 orang.

Kavaleri Waffen SS, salah satu dari dua resimen kavaleri Jerman era Perang Dunia II yang dibentuk menjadi ukuran setingkat brigade pada musim panas tahun 1941, tampak ceria dan santai di atas tunggangannya. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Pasukan berkuda SS dari Divisi Florian Geyer. (Sumber: https://www.deviantart.com/)
Divisi kavaleri SS dicirikan oleh persenjataannya yang baik, dan memiliki senjata pendukung yang lengkap. Foto ini menunjukkan bagian dari unit senapan mesin dari brigade kavaleri SS asli di Rusia pada tahun 1941, dan kemampuan transportasi berkuda untuk mengatasi rintangan yang tidak dapat dilewati oleh kendaraan motor tanpa bantuan pasukan zeni. (Sumber: https://www.lonesentry.com/)

Meskipun beroperasi dalam kelompok-kelompok kecil melawan partisan Yugoslavia, divisi kavaleri SS pertama tetap mempertahankan senjata pendukungnya. Senjata-senjata ini termasuk artileri lapangan dengan 32 meriam howitzer kaliber 105 mm dan empat meriam howitzer kaliber 150 mm; unit antipesawat, dengan kanon kaliber 20-mm dan 37-mm; dan tiga puluh lima meriam antitank kaliber 75 mm atau 88 mm. Senjata infanterinya termasuk tiga puluh mortir kaliber 81 mm, 4 mortir kaliber 120 mm tipe Rusia, 213 senapan mesin ringan, dan 42 senapan mesin berat. Dua divisi kavaleri SS beroperasi bersama dalam pertempuran defensif di medan Transylvania yang sulit. Jerman mungkin bermaksud untuk mengatur mereka menjadi korps kavaleri, tetapi karena urgensi kampanye ini tidak pernah tercapai dan mereka berada di bawah kendali Korps Gunung SS ke-IX. Dua divisi kavaleri SS kemudian mundur kembali ke Budapest dan termasuk di antara unit-unit Jerman yang dikepung di kota itu dan akhirnya dihancurkan pada bulan Januari 1945. Sisa-sisa pasukan yang berhasil lolos lalu digabungkan dengan satuan pengganti untuk membentuk Divisi Kavaleri SS ke-37 yang baru, tetapi unit ini tidak pernah mencapai kekuatan penuh dan tidak menunjukkan kemampuannya yang bagus dalam pertempuran terakhir yang membingungkan melawan tentara Rusia di Austria.

UNIT COSSACK 

Dimulai pada musim panas 1942, sebagai bagian dari kebijakan Jerman untuk mempekerjakan mantan personel Soviet (tahanan perang dan desertir), sejumlah skuadron dan pasukan kavaleri Cossack independen dibentuk di bawah Tentara Panzer Pertama di Rusia selatan. Di bawah komandan Jerman, unit-unit ini berhasil melakukan pengintaian jarak jauh dan melancarkan serangan di belakang garis musuh di wilayah stepa di luar Don bagian bawah dan di Kaukasus utara. Namun, secara umum, ditemukan bahwa unit-unit asing ini tidak dapat diandalkan dalam fase gerak mundur tentara Jerman selama musim dingin tahun 1942-43, dan semua unit tersebut lalu dipindahkan ke Polandia. Divisi Cossack ke-1 secara resmi dibentuk pada tanggal 1 Mei 1943. Divisi ini dipindahkan ke Yugoslavia pada bulan Oktober untuk melindungi jalur komunikasi Jerman, terutama jalur kereta api vital antara Sisak dan Brod. Kekuatannya terletak pada tugas-tugas kavaleri murni, karena mereka sangat lemah dalam menjalankan tugas-tugas pendukung. Awalnya dilengkapi dengan dua brigade dan kemudian dengan tiga, Divisi Cossack ke-1 memiliki dua resimen per brigade. Salah satu dari dua skuadron resimen bisa saja dilengkapi dengan sepeda. Setiap skuadron memiliki tiga atau empat kompi berkuda atau sepeda dan batalion senapan mesin. Untuk unit setara Resimen mereka memiliki unit senjata berat. Meskipun komandan Jerman mengeluh kepada atasannya tentang kesulitan dalam mempertahankan disiplin dan kesetiaan, dan penduduk Yugoslavia mengeluhkan kekejaman yang dilakukan oleh divisi tersebut, unit ini melakukan misi khusus dengan sukses sampai tentara Jerman mulai menarik diri dari Balkan pada akhir tahun 1944. Divisi ini dibagi menjadi Divisi Kavaleri Cossack ke-1 dan ke-2. Mereka kemudian diserap ke dalam unit-unit Waffen-SS, dan Korps Kavaleri Cossack SS ke-XV dibentuk untuk mengendalikan mereka. Pada bulan Maret 1945 korps ini berada di Slavonia dengan misi baru melindungi sayap kiri Grup E Angkatan Darat dari serangan Rusia. Pada akhir bulan April, kelompok tentara itu mundur dengan cepat ke barat laut menuju perbatasan Austria, dengan korps Cossack di bagian porosnya. Pada hari-hari terakhir perang yang sibuk itu, korps kavaleri Cossack dicirikan tidak hanya oleh mobilitasnya yang unggul, tetapi juga oleh ketakutan yang kuat di pihak personelnya jika sampai ditangkap oleh pihak Rusia. Oleh karena itu, mereka adalah salah satu unit pertama yang mencapai Austria dan menyerah kepada Sekutu barat—hanya untuk kemudian diserahkan kepada Tentara Merah.

Pasukan kavaleri Cossack Jerman. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Unit kavaleri Cossack dalam dinas militer Jerman terhitung lemah dalam dalam dukungan senjatanya. Pasukan ini dipersenjatai dengan senapan standar Jerman, tetapi Cossack Jerman juga kerap menggunakan senjata rampasan buatan Soviet. (Sumber: https://www.lonesentry.com/)

KAVALERI ORGANIK DALAM PERANG DUNIA II 

Doktrin Jerman selalu memberikan penekanan besar pada pengintaian yang kuat dan agresif di semua eselon sebagai dasar disposisi pasukan dan operasi yang dilancarkannya. Ini berkisar dari pengintaian strategis jarak jauh oleh angkatan udara dan oleh kavaleri besar atau unit bermotor hingga patroli lokal yang konstan oleh kelompok empat atau lima orang dari peleton senapan. Dalam perencanaan di masa Perang Dunia II, Komando Tinggi Jerman mengalokasikan batalion pengintai organik penuh untuk setiap divisi, kecuali untuk pertahanan pantai dan divisi statis lainnya. Organisasi batalion identik di hampir semua divisi infanteri Jerman dan dipertahankan tanpa perubahan penting sampai tahun 1943, kecuali bahwa ada kecenderungan di beberapa unit untuk mengganti kuda dengan sepeda. Pada dasarnya, batalion itu terdiri dari satu kompi pasukan berkuda, satu kompi pasukan sepeda, satu kompi pasukan bersenjata berat, dan satu peleton komunikasi. Pasukan berkuda memiliki tiga peleton (masing-masing terdiri tiga regu) dan bagian unit senapan mesin berat. Bagian senapan mesin berat memiliki 21 senapan mesin berat; setiap regu memiliki satu senapan mesin ringan. Kekuatan kompi itu adalah masing-masing 205 prajurit, 213 kuda, dan 3 kereta kuda.

Kavaleri organik tentara Jerman termasuk pasukan berkuda di batalion pengintai dan resimen infanteri pada divisi infanteri normal. Orang-orang ini mengenakan seragam infanteri biasa, kecuali menggunakan sepatu bot tinggi. (Sumber: https://www.lonesentry.com/)
Sebagian besar Angkatan Darat Jerman bergerak dengan dukungan transportasi berkuda. Transportasi dari kompi senapan terdiri dari tiga kereta kuda, di mana pasukan menempatkan ransel mereka, seperti yang dilakukan unit ini dalam kampanye di Rusia pada musim panas tahun 1941. (Sumber: https://www.lonesentry.com/)

Pada tahun 1943 jenis baru dan lebih kecil dari divisi infanteri diperkenalkan di mana batalyon pengintai digantikan oleh unit infanteri kejut yang dikenal sebagai batalyon Fusilier. Satu kompi dari unit ini berkendara di atas sepeda, sedangkan yang lain berkendara dengan kuda. Mereka harus berfungsi baik sebagai elemen pengintaian divisi dan sebagai batalyon cadangan untuk ketiga resimen infanteri, yang masing-masing telah dikurangi menjadi hanya terdiri dari dua batalion. Jerman telah bereksperimen dengan pengaturan divisi yang ukurannya lebih kecil, tetapi batalion Fusilier ini dipulihkan di divisi tipe 1945, dengan kuda-kudanya dihilangkan dan seluruh batalion (kecuali elemen senjata berat) menggunakan di sepeda. Penggunaan batalyon pengintai divisi mengikuti prinsip-prinsip biasa taktik kavaleri modern. Unit-unit itu digunakan secara agresif dan terampil untuk kontra-pengintaian, pengamatan, perlindungan bagian sayap, dan perlindungan pada saat penarikan mundur pasukan. Meskipun tidak sepenuhnya merupakan bagian dari pasukan kavaleri, peleton yang dipasang di markas kompi setiap resimen infanteri di Angkatan Darat Jerman digunakan untuk mempelopori gerakan resimen, untuk pengintaian sebelum dan selama aksi, dan untuk tujuan pengintaian dan perlindungan. Mereka terdiri dari tiga regu, bagian markas, sebuah kereta, yang berjumlah 31 personel dan 31 kuda. Dalam operasi pada masa perang kemudian beberapa kuda peleton digantikan oleh sepeda. Penggantian ini berlaku untuk semua divisi Volksgrenadier dan tipe 1945.

FAKTA-FAKTA UNIT BERKUDA JERMAN

Secara umum ada tiga jenis kuda, yakni yang kerap disebut sebagai: Tipe Kuda Berdarah panas, berdarah dingin, dan berdarah campuran. Berdarah panas bervariasi dalam ukuran dan umumnya memiliki sifat yang hidup bebas dan bersemangat dan membuatnya menjadi kuda yang sangat baik untuk digunakan oleh unit Kavaleri Berkuda. Kemudian kuda Berdarah Dingin adalah keturunan dari kuda-kuda besar dari abad pertengahan sebagai kuda penarik, dimana ukuran dan kekuatannya, membuatnya cocok untuk tugas-tugas pengangkutan berat misalnya sebagai penarik senjata Artileri. Mereka dicirikan oleh temperamennya yang patuh, dari mana istilah berdarah dingin berasal. Berdarah campuran adalah kuda hasil persilangan yang tidak relevan untuk dibahas dalam artikel ini. Sementara itu, bahkan kuda yang paling keras sekalipun membutuhkan makanan minimal sekitar 12 pon (sekitar 5,5kg) per hari dan kuda penarik besar dapat mengkonsumsi hingga 20 pon (9kg) pakan per hari atau sekitar 8 jam merumput di rumput, dengan asumsi jika rerumputan itu tersedia. Kuda juga akan tidur di malam hari, tetapi mereka dapat dibuat untuk mengubah kebiasaan tidur mereka, tetapi hal ini membutuhkan waktu. Ada juga berbagai macam penyakit yang perlu dipertimbangkan dalam memelihara kuda, seperti kudis, radang paru-paru, radang dingin misalnya, yang banyak dan bisa sangat menular. Yang juga perlu diperhatikan juga adalah bahwa kuda masih menjadi moda transportasi dan penarik utama di peternakan-peternakan sehingga mengerahkan kuda di medan tempur akan berdampak pada produktifitas pertanian di dalam negeri. Antara tahun 1938 dan 1939 Jerman mengerahkan 400.000 kuda, dan infrastruktur pada tahun 1939 untuk menangani jumlah kuda ini terdiri dari Tentara Kesepuluh, yang memiliki Rumah Sakit Kuda Angkatan Darat ke-541, 542 dan 543 (yang dapat menampung hingga 550 kuda), Taman Kuda Angkatan Darat ke-541 dan Unit Dokter Hewan ke-540, dan setiap divisi infanteri memiliki rumah sakit kuda untuk divisinya sendiri (yang dapat menampung hingga 500 kuda). Untuk Operasi Barbarossa, Jerman mengumpulkan sekitar 3 juta prajurit, 600.000 kendaraan, 3.350 tank, dan 2.000 pesawat, dan diperkirakan 600.000 hingga 750.000 kuda. Diperkirakan satu kuda digunakan untuk setiap empat prajurit, dan membutuhkan pakan 6 kg/hari. Oleh karenanya dibutuhkan sekitar 4500 ton pakan per hari! Dan ketika Angkatan Darat Jerman melaju lebih jauh ke dalam wilayah Rusia, banyak kendaraannya mogok dan tidak dapat diganti, sehingga pasukan Jerman menjadi semakin berkurang dimotorisasi.

Dalam penggelaran pasukan berkuda harus diperhitungkan juga faktor maintenance yang dibutuhkan, terutama pakan kuda itu sendiri. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/)
Kuda penarik meriam pasukan Jerman, perhatikan lebar jalan dibanding dengan grobak pengangkut yang digunakan. (Sumber: https://www.flamesofwar.com/)

Ketergantungan Angkatan Darat Jerman pada kuda dalam kampanye militer ini juga menghadirkan sejumlah masalah strategis, taktis, dan logistik. Secara strategis, perbedaan antara divisi bermotor dan divisi yang ditarik kuda menyebabkan masalah yang langsung terlihat. Pasokan tidak dapat masuk ke unit bermotor karena jalan yang tersumbat kemacetan yang dihasilkan oleh divisi yang masih bergantung pada transportasi kuda, dan perbedaan kecepatan telah mengakibatkan perbedaan jarak yang lebih besar antara Divisi-divisi yang berbeda. Secara taktik, Jerman mengalami masalah dengan penggunaan kuda yang membuat mereka sangat rentan terhadap serangan udara dan tingginya kerugian yang diderita, bahkan selama masa-masa mereka masih bisa mendapatkan superioritas udara. Masalah tambahan adalah rumah sakit Kuda kerap diserang oleh pasukan Rusia yang terisolasi. Masalah logistik telah dihadapi pasukan Jerman di masa-masa awal perang, dikarenakan oleh perbedaan ukuran rel, kurangnya truk, dan kendaraan rel – mengakibatkan, sebagai gantinya kuda dikerahkan ke garis depan. Kuda-kuda yang paling terpengaruh adalah kuda berdarah Dingin karena unit-unit ini menderita sebagian besar serangan udara musuh, dan mereka sangat rentan terhadap suhu yang ekstrem (panas dan dingin) dan membutuhkan lebih banyak pakan ternak dan air, tuntutan yang tidak dapat dipenuhi oleh unit-unit tentara Jerman selama perjalanan ke medan perang. 

Tentara Jerman mundur dari desa Hruška di Cekoslowakia. Dalam pergerakan semacam ini, kendaraan yang ditarik oleh kuda dalam pasukan Jerman kerap menimbulkan kemacetan yang menyumbat arus kendaraan bermotor dan pergerakan pasukan secara keseluruhan. (Sumber: https://albumwar2.com/)
Kuda-kuda pasukan Jerman menjadi korban serangan udara pasukan sekutu di Normandia. (Sumber: https://9gag.com/)

Pada bulan November 1941, kuda yang hilang berjumlah 102.910 tewas dan 33.000 sakit atau tidak sehat. Pada bulan Maret 1944, total kekuatan Jerman di Oberbefehlshaber West (bahasa Jerman untuk “komando tinggi di wilayah Barat”) adalah 1,6 juta prajurit dan 1,1 juta kuda. Tentara Jerman mengambil alih lebih dari 400.000 kuda pada tahun 1944 saja dan jumlah ini tetap tidak memenuhi kebutuhan terutama untuk jenis kuda berdarah Dingin. Selama invasi D-Day, masalah utama yang dihadapi adalah bahwa divisi infanteri yang mengandalkan kuda telah mengambil lebih banyak ruang jalan daripada yang unit bermotor. Pada tahun 1939, 17.734 perwira dan prajurit dimiliki oleh divisi infanteri utama. Untuk mendukung unit ini tersedia 48 senjata artileri (12 x meriam kaliber 15cm dan 36 x meriam kaliber 10.5cm). Elemen transportasi divisi ini disediakan oleh sekitar 615 truk dan 919 kendaraan yang ditarik kuda, 196 di antaranya dialokasikan untuk masing-masing dari tiga resimen infanteri (total 588), sementara 240 ditugaskan ke unit artileri divisi. Divisi ini total membutuhkan 4.842 kuda. Satu-satunya unit bermesin penuh di divisi infanteri tipe lama ini adalah batalion antitank. Sebagian besar unit perbekalan divisi mengandalkan kuda, kendaraan bermotor digunakan terutama untuk mengangkut bahan bakar dan untuk kompi bengkel. Tingkat motorisasi yang jauh lebih besar ada di antara pasukan GHQ (Markas) Jerman, dimana unit-unit perbekalannya sebagian besar bermotor. Motorisasi pasukan GHQ sebagian besar merupakan kebutuhan, karena unit-unit ini mencakup jenis satuan artileri berat, yang mana penggunaan kuda praktis tidak dapat dilakukan. Unit GHQ bermotor ini biasanya ditugaskan ke satuan army, korps, dan divisi jika diperlukan. Sementara itu, Divisi di tahun 1944 secara teoritis memiliki kekuatan 12.772 perwira dan prajurit. Jumlah artilerinya telah dikurangi menjadi 30 x meriam kaliber 10,5 cm dan 9 x meriam kaliber 15 cm. Jumlah truk juga turut dikurangi menjadi 370 (pengurangan hingga 40%). Meskipun jumlah kuda dikurangi menjadi 3.177, jumlah kendaraan yang ditarik kuda telah meningkat lebih dari 30% menjadi 1.375.

Terperosok dalam lumpur hingga ke as-nya, sebuah gerobak pasokan Jerman terjebak di rawa-rawa jalanan Rusia. Para prajurit berusaha mendorong, menarik, dan memandu sepasang kuda yang menarik gerobak untuk melepaskannya dari perangkap yang disebabkan oleh pencairan salju musim semi dan hujan lebat. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Penting untuk diingat bahwa kendaraan standar Jerman yang ditarik kuda membutuhkan lebih banyak ruang daripada truk. Dengan demikian satuan pendukung dari unit ini akan mengambil lebih banyak ruang jalan yang membuat mereka sangat rentan terhadap serangan udara. Perbedaan penting lainnya antara kuda dan kendaraan bermotor, yang terakhir mungkin dapat terus berfungsi jika sedikit rusak, sedangkan jika seekor kuda terbunuh atau cacat, maka kendaraan yang ditarik kuda itu ikut hilang juga. Masalah besar ini jelas terlihat saat periode gerak mundur setelah pasukan Sekutu menerobos area Normandia. Masalah lain yang dihadapi adalah dalam hal produksi truk. Produksi truk Jerman mencapai titik tertinggi pada tahun 1943 dengan menghasilkan 109.000 truk, di mana lebih dari setengahnya diberikan ke pihak Angkatan Darat. Kerugian pada armada truk dari bulan Januari sampai Agustus 1944 saja ternyata sudah menyamai jumlah yang diproduksi ini. Bahkan pada masa-masa akhir perang ini, banyak truk yang digunakan oleh tentara Jerman benar-benar dirancang lebih untuk penggunaan komersial dan tidak cocok dipakai untuk operasi militer. Pada bulan Februari 1945, Wehrmacht mengerahkan sekitar 1.198.724 kuda; pihak Angkatan Darat memiliki 1.060.106, Luftwaffe 37.072 dan Angkatan Laut 1.566. Jadi, pada akhir perang, bahkan elemen angkatan bersenjata Jerman yang paling modern dan mekanis pun masih menggunakan transportasi yang “berbahan bakar” gandum dan juga bensin.

KISAH AKHIR

Awal tahun 1944 Angkatan Darat Jerman memutuskan untuk menghidupkan kembali penggunaan unit kavaleri independen sebagai sarana untuk melindungi proses penarikan pasukan di Front Timur yang jauh jaraknya. Brigade-brigade awal ditingkatkan menjadi setingkat “divisi” pada bulan Februari 1945 dan korps kavaleri didirikan. Setiap “divisi” kavaleri baru terdiri dari dua resimen kavaleri berkuda yang masing-masing terdiri dari dua skuadron, resimen artileri berkuda yang terdiri dari tiga batalyon, batalyon sinyal yang sebagian bermotor, batalion pengintai lapis baja, dan satu kompi zeni. Persenjataan artileri unit ini lebih lemah daripada divisi kavaleri SS, karena hanya memiliki dua puluh empat meriam kaliber 105-mm yang dialokasikan. Sementara itu, jumlah mortir kaliber 120 mm nya ditingkatkan menjadi 24, dengan tiga puluh mortir kaliber 81 mm, 72 bazoka, tiga puluh sembilan meriam antitank kaliber 75-mm atau 88-mm, 347 senapan mesin ringan, 29 senapan mesin berat, dan sembilan belas kanon antipesawat 20-mm atau kanon otomatis. Korps kavaleri mengendalikan baik unit kavaleri mekanis dan juga yang menggunakan kuda. Mereka bertempur dalam pertempuran defensif yang intensif sepanjang musim panas dan musim gugur tahun 1944 di Front Timur. Pencapaian utamanya adalah berhasil melindungi sayap utara Angkatan Darat Kedua, yang menduduki tempat-tempat penting di daerah Brest-Litovsk.

Selama Perang Dunia II diperkirakan 750.000 kuda pasukan Jerman gugur dalam perang. (Sumber: http://www.worldwar2facts.org/)

Selanjutnya korps tersebut dipindahkan ke sektor yang relatif tenang lebih jauh ke utara di bawah Angkatan Darat Keempat dan kemudian, pada awal 1945, ke Hongaria barat. Korps mengakhiri perang di sekitar Graz, dengan mengendalikan Divisi Kavaleri ke-2 dan ke-4, Divisi Panzer ke-23, dan Divisi Grenadier Panzer SS ke-16. Pada bulan Maret 1945, pasukan berkuda telah mengambil bagian dalam operasi pertahanan di sepanjang Sungai Danube. Mereka menyerah dengan tertib kepada tentara Inggris di Austria, dengan pawai berkuda terakhir melalui Kota Wurttemberg dilakukan pada bulan Juni 1945. Ditahan sebagai tawanan perang hanya dalam waktu yang singkat, mereka kemudian dibebaskan, dan kuda-kuda mereka dikembalikan ke ladang di bawah perawatan petani penduduk setempat. Sementara itu dua divisi kavaleri Jerman masa Perang Dunia II dari unit Waffen SS, setelah bertempur selama dua tahun di Front Timur, dihancurkan dalam pertempuran yang putus asa di sekitar Budapest, yang lalu direbut oleh pasukan Soviet pada tanggal 11 Februari 1945. Di tempat lain, unit kavaleri Wehrmacht yang terdiri dari sukarelawan asal Cossack yang antikomunis menyerah kepada tentara Inggris, dan meskipun berjanji sebaliknya, mereka secara paksa kemudian dipulangkan ke Soviet yang menganggap mereka sebagai kolaborator dan pengkhianat. Akibatnya, tentara biasa menerima hukuman penjara delapan tahun dalam sistem Gulag, sementara para perwira berpangkat lebih tinggi digantung. Jumlah kuda dan bagal yang digunakan oleh militer Jerman selama perang, akhirnya berjumlah lebih dari 2.750.000. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 750.000 gugur selama perang.

KESIMPULAN

Jelas bahwa sebagian besar Angkatan Darat Jerman dalam Perang Dunia II akan terus mengandalkan kuda kecuali sumber bahan bakar yang jauh lebih melimpah tersedia daripada yang diharapkan Jerman, bahkan meski mereka bisa mendapat kendali penuh atas ladang minyak Kaukasus. Kapasitas produksi otomotif juga akan mempengaruhi tingkat motorisasi Angkatan Darat Jerman, bahkan tanpa dampak perang gambaran pengadaan unit bermotor sudah cukup rumit, karena dalam perekonomian seperti Jerman, penyediaan kendaraan bermotor dalam skala seperti Amerika tidak mungkin dilakukan. Produksi massal kendaraan yang ekstensif—dengan produksi kuantitas cepat yang wajar dengan biaya per unit yang rendah—tidak ada di Jerman seperti yang umum dijumpai di Amerika Serikat. Faktor ekonomi, yang diperparah oleh efek pemboman udara, juga berperan dalam kebangkitan kavaleri kuda independen menjelang akhir perang. Kuda kembali dipakai, karena menyediakan moda transportasi yang tidak banyak menderita kekurangan selain masalah ketersediaan pakan ternak. Seberapa besar kegunaan taktis dari unit berkuda masih tetap menjadi pertanyaan yang terbuka. Pembubaran sekolah kavaleri, kegagalan untuk melatih perwira kavaleri baru hingga tingkat yang signifikan, dan pengabaian unit kavaleri berkuda di GHQ selama periode kemenangan Jerman—semua menunjukkan bahwa tren pada waktu itu menjauhkan kemungkinan pembentukan unit kavaleri berkuda independen sama sekali. Perkembangan selanjutnya mungkin menyebabkan Jerman mempertimbangkan kembali posisi mereka. Kavaleri Soviet, yang mengalami beberapa kemunduran awal selama kampanye awal, dengan cepat menyesuaikan doktrin, taktik, dan tekniknya dengan peperangan yang terjadi di Front Timur. Pasukan Jerman kemudian juga menemukan keuntungan dalam penggunaan kavaleri berkuda independen, terutama di medan kasar di mana partisan biasanya beroperasi.

Foto yang sangat bagus dari unit berkuda melintasi penyeberangan. Di atas kuda di sebelah kiri dapat dilihat sarung senapan yang digunakan sampai awal tahun 1941. Penggunaan kuda dalam militer Jerman saat Perang Dunia II sesuai dengan tradisi, kondisi medan dan faktor ekonomi serta industri Jerman pada masa itu. (Sumber: http://www.worldwar2facts.org/)

Himmler, dalam pidato rahasia pada Oktober 1943, sempat menyiratkan bahwa “unit mobile di perbatasan” akan didirikan pada saat perang mereda, dimana para pemuda Jerman harus dilatih dan dikuatkan dalam mengawasi penduduk asli dan “orang barbar di luar. ” Situasi seperti itu mungkin memerlukan penggunaan kavaleri secara ekstensif di padang rumput stepa yang sangat besar: Himmler mungkin juga percaya bahwa kuda “menjadi pembangkit semangat para pemuda” yang lebih baik daripada kendaraan bermotor yang dianggapnya tidak berguna. Jelas, Himmler bermaksud menggunakan kavaleri untuk tujuan pengamanan, bukan sebagai lawan unit kavaleri dalam pertempuran skala penuh. Pelajaran dalam militer Jerman tentang kuda sebagai sarana pendukung transportasi dan di unit kavaleri tampaknya sederhana. Jika unit berkuda ada, mereka akan bisa membentuk nukleus yang dapat berkembang pesat jika kondisi ekonomi dan medan memerlukan penggunaan hewan secara ekstensif. Tampaknya tidak ada aturan yang tegas dan jelas mengenai kapan suatu pasukan akan merasa membutuhkan unit berkuda, karena kebutuhan itu didasarkan pada perkiraan kondisi ekonomi dan medan serta kemampuan pasukan. Dari pengalaman tentara Jerman dan tentara asing lainnya, terbukti bahwa kuda itu belum bisa digantikan dalam segala kondisi. Jika Jerman diizinkan untuk membangun pasukannya sendiri lagi, kemungkinan besar itu akan mencakup elemen kavaleri berkuda—meski hanya untuk sekedar melestarikan tradisi kebanggaan kavaleri Jerman dengan motonya “Surga di bumi ada di punggung kuda (Das Paradies der Erde liegt auf den Rucken der Pferda).

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

WWII German Cavalry: Horses of the Blitz by G. Paul Garson

GERMAN HORSE CAVALRY AND TRANSPORT

https://www.lonesentry.com/articles/germanhorse/index.html

Horse Power: Horses and the German Army of World War II by Tom Robertso, Friday, March 11, 2011

https://www.flamesofwar.com/hobby.aspx?art_id=2486

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *