Perang Timur Tengah

Perburuan Abu Musab al-Zarqawi, Target Nomor 2 Amerika Setelah Osama Bin Laden

Pukul 06:12 pada tanggal 7 Juni 2006, sebuah bom GBU-12 seberat 500 pon (226,8 kg) yang dipandu laser dilepaskan dari sebuah pesawat F-16 Angkatan Udara AS di atas sebuah rumah berlantai dua seperti kotak di dekat kota Hibhib sekitar 30 mil (48,2 km) sebelah utara kota Baghdad. Di markas besarnya di Irak, Letnan Jenderal Stanley McChrystal, komandan Komando Operasi Khusus Gabungan (Joint Special Operations Command/JSOC), dan anggota stafnya menonton melalui tayangan video dari drone pengintai saat bom itu menghantam atap rumah dan meledak. Satu menit 36 detik kemudian sebuah bom GBU-38 meledak di lokasi yang sama untuk memastikan kehancuran target. Kurang dari 30 menit kemudian, tim operasi khusus tiba dengan helikopter. Saat anggota tim operasi khusus mulai mengumpulkan informasi intelijen, tim medis mulai merawat seorang pria Yordania berpakaian hitam yang ditarik oleh polisi Irak dari reruntuhan. Pukul 19:04 petugas medis membuat pengumuman. Ahmad Fadhil Nazzal al-Khalaylah, yang dikenal sebagai Abu Musab al-Zarqawi, meninggal dunia. Setelah hampir satu tahun berusaha keras, JSOC telah membunuh orang yang oleh banyak pihak dianggap sebagai teroris paling berbahaya kedua di dunia setelah Osama bin Laden. Pembunuhan Zarqawi dan lima orang lainnya yang berkumpul bersamanya di sebuah rumah persembunyian terpencil di utara Baghdad itu, mengakhiri perburuan yang panjang dan seringkali menemui jalan buntu untuk mendapatkan pemimpin teroris berusia 39 tahun itu. Zarqawi hingga saat itu telah menjadi sosok yang memiliki aura mistis, yang dibenci secara luas, di antara pasukan Amerika, terlebih lagi di kalangan Syiah Irak yang menjadi korban utamanya.

Pada masanya, Abu Musab al-Zarqawi menjadi teroris buruan nomor 2 Amerika setelah Osama Bin Laden. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

ZARQAWI DAN SEPAK TERJANGNYA

Zarqawi adalah anggota suku Bani Hassan, menurut informasi pejabat intelijen. Lahir pada tanggal 30 Oktober 1966, nama aslinya adalah Ahmed Fadhil Nazar al-Khalaylah. Zarqawi dibesarkan di kota industri Zarqa (dari mana ia mengambil nom de guerre/nama perjuangannya), 17 mil (27 km) timur laut dari ibukota Yordania, Amman. Dia tumbuh dalam keluarga sederhana dan dikenal sebagai pembuat onar sejak usia dini, serta diketahui putus sekolah tinggi. Dia dikenal memiliki reputasi sebagai preman yang nafsunya adalah minum-minum, narkoba, dan mencari masalah. Pada tahun 1989 ia melakukan perjalanan ke Afghanistan untuk membantu kaum mujahidin melawan Tentara Merah Soviet. Di sanalah ia menjadi militan radikal dan pengikut ulama Salafi Syekh Abu Muhammad al-Mazdisi. Sekembalinya ke rumah beberapa tahun kemudian, ia membantu memulai kelompok militan lokal bernama Jund al-Sham, yang dengan cepat menarik perhatian otoritas Yordania. Pada tahun 1994, setahun setelah dia kembali ke Yordania, Zarqawi dipenjara karena aktivitas revolusionernya. Di dalam penjara, meski ia mengembangkan reputasinya sebagai penguasa blok sel, Zarqawi juga mengadopsi keyakinan yang lebih radikal, menurut pejabat dan kenalan asal Yordania. Dia dibebaskan pada tahun 1999 sebagai bagian dari amnesti umum yang diberikan oleh Raja Abdullah II ketika dia menggantikan ayahnya untuk menduduki tahta Yordania. Dalam beberapa bulan, menurut pejabat Yordania, Zarqawi mencoba untuk menghidupkan kembali organisasi Jund al-Sham-nya dan terlibat dalam apa yang dikenal sebagai “plot milenium”, sebuah upaya untuk mengebom Hotel Radisson SAS di Amman dan beberapa lokasi wisata di Yordania sesaat sebelumnya Hari Tahun Baru 2000. Tapi plot itu diungkap pada tahap akhir dan Zarqawi kemudian melarikan diri ke Pakistan, dan kemudian Afghanistan, setelah visa-nya dicabut oleh otoritas Pakistan. Menurut pejabat Yordania dan kesaksian dari pengadilan dari pengikutnya yang dipenjara di Jerman, Zarqawi bertemu di Kandahar dan Kabul dengan bin Laden dan para pemimpin al-Qaeda lainnya. Dia meminta bantuan dan uang kepada mereka untuk mendirikan kamp pelatihannya sendiri di Herat, dekat perbatasan Iran. Dengan dukungan al-Qaeda, kamp dibuka dan segera menjadi magnet bagi para militan asal Yordania. Meski berbagai laporan akan selalu menghubungkan Zarqawi dan para pengikutnya dengan al Qaeda, kenyataannya hubungan itu tidak pernah menjadi kuat. Kedua pria itu tidak saling menyukai. Lebih penting lagi, mereka memiliki agenda yang berbeda. Musuh utama Bin Laden adalah Amerika Serikat. Musuh Zarqawi adalah pemerintah Yordania (yang ingin digulingkannya) dan orang-orang Syiah (yang ingin dibasminya). 

Sebagai seorang pemuda yang tumbuh di Yordania, Zarqawi tergabung dalam geng lokal, yang memiliki reputasi menggunakan narkoba dan bahkan dikabarkan pernah bekerja sebagai germo. (Sumber: https://www.pbs.org/)
Osama bin Laden di Afghanistan memerangi pasukan Soviet. Seperti Osama, Zarqawi juga pergi ke Afghanistan pada akhir tahun 1980an. Keduanya meski berbeda pandangan, namun diketahui bahwa Zarqawi memang pernah meminta bantuan dana dari al Qaeda pimpinan Osama. (Sumber: https://www.jpnn.com/)
Almarhum Raja Hussein dan putranya serta pewaris tahtanya Raja Abdullah. Gambar ini muncul di banyak gedung kementerian di Amman. Zarqawi memiliki keinginan untuk menggulingkan Kerajaan Yordania. (Sumber: https://www.flickr.com/)

Pada pertengahan tahun 2001, ia kembali ke Kandahar untuk meminta al-Qaeda sebesar $35.000 guna membiayai rencana para pejuangnya guna menyusup ke Israel, menurut laporan Departemen Keuangan AS. Pada awal bulan September, beberapa hari sebelum pembajakan di Amerika Serikat, dia bertemu di Iran dengan rekan asal Yordania dan memerintahkannya untuk mendirikan sel di Jerman untuk menyerang sasaran orang-orang Yahudi di sana, menurut file yang dikumpulkan oleh penyelidik Jerman. Polisi Jerman kemudian berhasil membubarkan kelompok itu sebelum mereka melakukan serangan. Meskipun ia menggunakan uang dari al Qaeda untuk mengorganisir sebuah organisasi militan dan secara singkat berperang bersama dengan al Qaeda dan Taliban dalam melawan pasukan Amerika pada tahun 2001, Zarqawi menolak selama bertahun-tahun untuk mengambil sumpah setia kepada bin Laden, yang akhirnya baru dilakukannya pada tahun 2004, meskipun tampaknya lebih demi penampilan luarnya daripada yang lainnya. Pada akhir tahun 2001, dia terluka di dada saat baku tembak dan tiga tulang rusuknya patah, menurut sumber intelijen Yordania. Pada bulan Januari 2002, ia bersama dengan 300 orang pejuang menyeberang ke Iran, dengan bantuan paspor palsu yang dikirimkan oleh para pendukungnya di Eropa, menurut berkas investigasi asal Jerman. Didukung oleh pemerintah Iran, Zarqawi mulai membangun dan memperluas jaringannya di wilayah Segitiga Sunni Irak. Keberadaan Zarqawi pada tahun 2002 seringkali sulit untuk dilacak, meskipun badan-badan intelijen Barat dan Arab mengatakan bahwa ia sering berpindah dan dengan relatif mudah di antara wilayah Iran, Suriah, Lebanon dan Irak, untuk memperluas jaringannya. Collin Powell, dalam pidatonya di PBB, mengatakan bahwa Zarqawi tiba di Baghdad pada bulan Maret 2002 untuk mendapatkan perawatan medis dan tinggal selama dua bulan “sementara dia memulihkan diri untuk bertarung di kemudian hari.” Selama masa pemulihannya, Zarqawi bergabung dengan selusin pengikut yang memindahkan uang, persediaan, dan pejuang yang berafiliasi dengan al-Qaeda di seluruh Irak, Powell menambahkan. Pada waktu yang hampir bersamaan, otoritas Yordania mendakwa Zarqawi secara in absentia atas perannya dalam plot milenium.

Pemerintah Saddam Hussein tidak pernah menanggapi permintaan Pemerintah Yordania untuk mengekstradisi Al Zarqawi. (Sumber: https://www.cnnindonesia.com/)
Slide presentasi Colin Powell di PBB yang menunjukkan jaringan teroris global pimpinan Al-Zarqawi. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Kedutaan Yordania di Irak setelah pemboman bunuh diri oleh kelompok Al Zarqawi, 7 Agustus 2003. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Penyelidik Yordania telah mengikuti jejaknya ke Irak dan mencoba membujuk pemerintah Saddam Hussein untuk mengekstradisi dia. “Ada bukti bahwa dia berada di Irak selama waktu itu,” kata seorang pejabat keamanan Yordania. “Kami mengirim banyak memo ke Irak selama waktu ini, meminta mereka untuk mengidentifikasi posisinya, di mana dia berada, bagaimana dia mendapatkan senjata, bagaimana dia menyelundupkannya melintasi perbatasan.” Pemerintah Saddam Hussein tidak pernah menanggapi, menurut pejabat itu, yang menambahkan bahwa dokumen-dokumen yang ditemukan setelah penggulingannya pada tahun 2003 menunjukkan bahwa agen-agen Irak memang menahan beberapa anak buah Zarqawi tetapi membebaskan mereka setelah diinterogasi. Lebih jauh lagi, Irak memperingatkan mereka bahwa Yordania tahu di mana mereka berada, katanya. Sementara itu, setelah pulih dari luka-lukanya, Zarqawi terus melintasi berbagai perbatasan di wilayah tersebut, dengan menggunakan penyamaran dan paspor palsu untuk tetap selangkah lebih maju dari otoritas Yordania yang memburunya. Pada bulan Agustus 2003 citra Zarqawi benar-benar meledak menjadi berita dunia. Operasinya dimulai dengan serangan bom mobil di kedutaan Yordania pada tanggal 7 Agustus. Pada tanggal 19 Agustus, markas besar PBB di Baghdad dibom, yang menewaskan 22 orang. Kemudian pada tanggal 29 Agustus, sebuah bom mobil meledak di dekat tempat suci Syiah di Najaf, menewaskan ulama yang dihormati Ayatollah Muhammad Baqr al-Hakim dan lebih dari seratus orang. Ini kemudian menjadi serangan teroris paling mematikan di Irak hingga saat itu. Bagaimanapun, bagi Zarqawi ini barulah permulaan.

MENJADI TARGET NOMOR 2 AMERIKA

Pada tahun 2002 ia sukses merencanakan, dan melancarkan serangan pertamanya untuk membunuh diplomat AS, Lawrence Foley, administrator senior Badan Pembangunan Internasional AS di Yordania. Pada tanggal 28 Oktober 2002, kelompok pimpinannya itu, menembak mati Foley, saat ia meninggalkan rumahnya di Amman. Dakwaan Yordania dalam kasus itu menuduh bahwa pembunuh Foley bertemu dengan Zarqawi di Suriah dan menerima uang untuk menjalankan operasi itu dari jaringannya di Irak. Meskipun terdapat bukti kehadirannya di negara mereka, Suriah, seperti Irak, mengabaikan permintaan dari Amerika Serikat dan Yordania untuk mengekstradisi Zarqawi, menurut sumber-sumber intelijen Arab. Kelompok Zarqawi kemudian melancarkan plot pada tahun 2004 yang gagal untuk mengebom markas besar dinas intelijen Yordania, serta melepaskan awan besar bahan kimia beracun, yang jika berhasil, akan dapat mengakibatkan kematian sekitar 80.000 orang. Para pejabat Yordania mengatakan bahwa mereka membunuh empat orang dalam baku tembak dan menyita truk-truk bermuatan 20 ton bahan kimia, termasuk bahan peledak dan gas saraf. Tapi adalah di Irak, di mana Zarqawi paling sukses, yakni dalam menargetkan dan membunuh ribuan orang Syiah dengan tujuan mengubah Irak menjadi negara gagal, dan medan pertempuran bagi kekerasan sektarian terpolarisasi antara mayoritas Syiah dan minoritas Sunni. “Zarqawi ingin Irak diperebutkan oleh para ekstremis, bukan dikelola oleh kaum moderat.”, demikian pendapat Komandan JSOC Jenderal Stanley McChrystal. Zarqawi kadang-kadang dikenal oleh para pendukungnya sebagai “Syekh para pembantai”.

Sandera Amerika Nick Berg duduk, dengan lima pria berdiri di belakangnya. Pria tepat di belakangnya, yang diduga sebagai Zarqawi, adalah orang yang memenggal kepala Berg. Zarqawi kadang-kadang dikenal oleh para pendukungnya sebagai “Syekh para pembantai”. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sementara itu, apa yang membedakan Zarqawi dari teroris lainnya, dan membuatnya benar-benar terkenal, adalah aksi-aksi pemenggalannya. Direkam dan awalnya ditayangkan di situs jihad, seorang sandera, ditutup matanya dan mengenakan jumpsuit oranye direkam berlutut atau duduk di depan sekelompok pria bertopeng. Setelah pidato singkat, pisau panjang ditarik oleh salah satu pria bertopeng yang kemudian memenggal sandera. Korban pertama Zarqawi adalah Nicholas Berg, pebisnis asal Pennsylvania yang dibunuh pada tanggal 7 Mei 2004. Pada tanggal 16 September 2004, Eugene “Jack” Armstrong menyusul dipenggal. Kemudian Jack Hensley, 48 tahun dieksekusi pada tanggal 21 September 2004. Kemudian pada tanggal 17 Desember 2004, Departemen Luar Negeri AS menambahkan Zarqawi dan kelompok Jama’at al-Tawhid wal-Jihad ke dalam “daftar Organisasi Teroris Asing” dan memerintahkan pembekuan aset apa pun yang mungkin dimiliki kelompok itu di Amerika Serikat. Atas aksinya, Amerika Serikat lalu menawarkan hadiah sebesar $25 juta untuk kepalanya, nominal hadiah yang sama ditawarkan untuk mendapatkan Osama bin Laden. Pada tanggal 29 Juni 2005, Letnan Jenderal Stanley McChrystal memasuki Ruang Situasi Gedung Putih untuk bertemu dengan Presiden George Bush dan Tim Keamanan Nasionalnya. Tujuan pertemuan itu adalah untuk membahas al-Zarqawi dan apa yang sedang dilakukan untuk menemukannya. Setelah McChrystal menyelesaikan briefingnya, presiden bertanya, “Apakah Anda akan menangkapnya?” McChrystal menjawab, “Kami akan melakukannya, Tuan Presiden. Tidak ada keraguan dalam pikiran saya.” Tapi dia tahu itu tidak akan mudah. 

Sayembara bagi orang yang dapat memberi informasi keberadaan Al Zarqawi. Nilainya kemudian meningkat menjadi sebesar $25 juta. (Sumber: https://www.quotemaster.org/)
Selain mengincar sasaran Yordania dan Amerika, Al Zarqawi juga mengincar kelompok Syiah di Irak. (Sumber: https://www.pbs.org/)

Pada bulan September 2005, Zarqawi menyatakan “perang habis-habisan” terhadap kaum Syiah di Irak, setelah pemerintah Irak menyerang pemberontak di kota Sunni Tal Afar. Pada tanggal 22 Februari 2006, kuil Askaria di Samarra, yang dijuluki sebagai Masjid Emas, karena kubahnya yang berkilauan dan menjadi salah satu situs paling suci Syiah, dihancurkan oleh bom yang ditanam oleh organisasi teroris al Qaeda di Irak. Sebagai tanggapan, kaum Syiah yang marah mulai mengorganisir milisi, yang kemudian memulai pembunuhan sektarian berdarah dingin secara sistematis di lingkungan Sunni. Sebagai balasan, orang-orang Sunni yang mengorganisir milisi serupa untuk membela diri. Jika Letnan Jenderal Stanley McChrystal, komandan Komando Operasi Khusus Gabungan (JSOC), tidak dapat menemukan dan melenyapkan Abu Musab al-Zarqawi dan jaringannya, maka kemungkinan Irak akan tenggelam ke dalam perang sektarian habis-habisan akan menjadi kenyataan yang menakutkan. Tidak lama setelah ia menjadi komandan JSOC pada tahun 2003, McChrystal menyadari bahwa pembagian tradisional antara badan-badan dan unit-unit yang ditugaskan untuk mengumpulkan data intelijen kontra-terorisme adalah kontra-produktif. Di lingkungan Irak yang biasa berubah dengan cepat, perlindungan birokrasi seperti itu harus diubah. Seperti yang ditulis McChrystal dalam memoarnya, My Share of the Task, “(Upaya) ini membutuhkan diubahnya kekuatan hierarkis dengan kebiasaan picik yang keras kepala menjadi kekuatan, yang keberhasilannya bergantung pada kegiatan berbagi informasi secara refleksif dan kecepatan operasi yang bisa terasa lebih seperti ingar-bingar daripada sesuatu yang disengaja.” Singkatnya, dia mengambil satu bab dari buku pegangan teroris dan membuat jaringan kontra-teroris yang gesit dan oportunistik, seperti buruan yang dia buru.

TASK FORCE 145

Pada bulan Juli 2004 JSOC mendirikan pusat intelijen yang aman di bekas pangkalan udara Irak di Balad, sekitar lima puluh mil (80 km) sebelah utara Baghdad. Di sana, JSOC meminta sebuah hanggar dan bukannya memasang bilik bilik, dengan hanya beberapa kantor yang dibuat di sepanjang dinding hanggar. Pekerjaan dilakukan di tempat terbuka di atas meja panjang di dalam area hanggar, dan arus informasi yang bebas didorong di antara mereka yang diizinkan untuk bekerja di sana. Pada saat yang sama, operasi lapangan direstrukturisasi untuk menjadikan respon cepat sebagai prioritas utama mereka. Dalam memburu al-Zarqawi, tim intelijen JSOC dibantu oleh unit khusus, yang dikenal sebagai Task Force 145. Meski dapat dibilang sebagai tim bayangan, Task Force 145, adalah tim Pasukan Khusus yang anggotanya benar-benar terpilih. Dilaporkan, Task Force 145 adalah tim bentukan Pentagon pasca peristiwa 9/11, yang didirikan pada musim panas tahun 2003, ketika pihak militer menggabungkan dua unit operasi khusus yang ada, yang ditugaskan untuk menemukan Osama bin Laden di Afghanistan dan Saddam Hussein serta putra-putranya di Irak. TF 145 terdiri dari personel-personel elit asal Delta Force, Navy SEAL Team 6, Army Rangers asal Amerika dan Pasukan Khusus Inggris, serta anggota FBI dan CIA. Menurut data-data terbaru di Army Times, TF 145 dibagi menjadi empat satuan tugas bawahan di Irak, yakni: Satuan Tugas Barat, Satuan Tugas Tengah, Satuan Tugas Utara, dan Satuan Tugas Hitam, yang terdiri dari “skuadron Saber” asal Special Air Service dan Grup Dukungan Pasukan Khusus Inggris. Setelah Saddam Hussein ditangkap, TF 145 diberi satu tugas utama, yakni: Menangkap atau membunuh dalang teroris Abu Musab al-Zarqawi, dan membongkar jaringan al Qaeda-nya.

Jenderal Stanley McChrystal ditugaskan untuk memburu dan melenyapkan Al Zarqawi. (Sumber: https://news.detik.com/)
Koin emblem Task Force 145 yang ditugaskan untuk memburu Zarqawi. (Sumber: https://www.worthpoint.com/)
Pasukan Khusus SAS Inggris yang tergabung dalam Task Force 145. (Sumber: https://web.facebook.com/)

Menurut laporan, kelompok operasi khusus ini diizinkan untuk beroperasi di bawah seperangkat aturan yang berbeda dari personel militer tradisional. Diperbolehkan mengenakan pakaian sipil dan menumbuhkan janggut dan rambut panjang, TF 145 juga mendapat kecaman di masa lalu karena taktik interogasinya yang agresif. “Setiap kali ada tanda-tanda Zarqawi di dekatnya, mereka akan keluar dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan informasi dari seorang tahanan,” kata seorang pejabat militer dalam artikel New York Times. Pada tahun 2004, inkarnasi awal gugus tugas ini dilaporkan mendirikan toko di salah satu bekas pangkalan militer Saddam Hussein di luar Baghdad, dan mengubahnya menjadi pusat penahanan dan interogasi rahasia. Pusat itu dilaporkan disebut Camp NAMA, yang dikatakan sebagai akronim kasar dari Nasty Ass Military Area, dengan slogan (yang dilaporkan) “tidak ada darah, tidak ada pelanggaran.” Salah satu aspek yang paling banyak dilaporkan dari Kamp NAMA adalah apa yang dinamakan dengan “Ruang Hitam” — sel interogasi yang dihiasi dengan kait sepanjang 18 inci yang menonjol dari langit-langit, sisa-sisa dari ruang penyiksaan masa Saddam Hussein. Ketika pelecehan tahanan di Abu Ghraib diungkap pada bulan April 2004, perhatian publik beralih ke satuan tugas ini. Kamp NAMA kini berada di bawah pengawasan dan kemudian ditutup pada musim panas itu di tengah tuduhan pelecehan tahanan yang serius. “Kenyataannya, tidak ada aturan di sana,” kata seorang pejabat Pentagon dalam artikel Times. Namun, mentalitas bergaya “koboi” yang mengundang kritik ke Camp NAMA juga memungkinkan kelompok tersebut untuk meningkatkan kecepatannya, yang dilaporkan bisa melakukan enam hingga tujuh misi sehari. Menggunakan kombinasi data intelijen, interogasi dan serangan darat dan udara, TF 145 menggerebek dan menghancurkan rumah-rumah persembunyian al Qaeda di Irak dan, bila memungkinkan, menangkap para operatornya. “Anda akan menyerang suatu tempat, mendapatkan informasi intelijen yang mengarahkan Anda ke tempat lain. Kami adalah polisi — serang, pergi; serang, pergi,” kata seorang anggota pasukan khusus yang tidak disebutkan namanya dalam artikel Army Times, menggambarkan kecepatan beraksi Task Force 145.

NYARIS

Adalah teknik “sekedipan mata” semacam itu, yang hampir menangkap al-Zarqawi pada bulan Februari 2005. Dengan menggunakan data intelijen yang dikumpulkan, segmen-segmen kelompok itu dilaporkan sedang menyiapkan penyergapan untuk al-Zarqawi di jalan raya di sepanjang Sungai Tigris. Tetapi ketika “jerat” semakin diperketat, al-Zarqawi — yang dihormati di kalangan militer karena kemampuan menghindarnya — menemukan jalan keluar sekali lagi. “Pemahaman saya tentang apa yang salah pada tahun 2005, ketika mereka hampir mendapatkannya, adalah bahwa ada seorang letnan dari resimen Ranger yang memimpin di satu penghalang jalan. Dan ketika kendaraan al-Zarqawi terlihat, salah satu penembak senapan mesinnya memberi tahu letnan itu bahwa ia melihat adanya kendaraan yang terlihat dan meminta izin untuk menembak, dan sang letnan menolak memberi izin, karena letnan itu tidak yakin 100 persen positif atas target yang disasar. (Kemudian dijumpai) ID Zarqawi ada di dalam kendaraan itu,” jelas Naylor kepada ABC News. Secara total, TF-145 disebut telah menangkap atau membunuh sekitar 200 rekan dan operator al-Zarqawi sejak tahun 2004. Pada bulan April dilaporkan berada di balik dua serangan besar di rumah persembunyian kelompok al-Zarqawi di Yusufiyah. Selama penggerebekan tersebut, 12 personel kelompok al-Zarqawi dilaporkan tewas dan video al-Zarqawi tanggal 25 April yang sekarang terkenal, menampilkan dia menembakkan Squad Automatic Weapon, mengenakan sepatu lari New Balance, dilaporkan pertama kali ditemukan dalam aksi tersebut.

Sersan Angkatan Darat AS Todd Owen memeriksa identitas warga Irak di pos pemeriksaan kendaraan di Hasawa, Irak, pada 26 Mei 2005. Al Zarqawi sebenarnya nyaris tertangkap dalam sebuah pemblokiran jalan di bulan Februari 2005. (Sumber: https://dod.defense.gov/)

GOTCHA!

Terobosan dalam perburuan al-Zarqawi terjadi pada tanggal 18 Mei 2006. Sebuah laporan interogasi dari seorang tahanan, berisi informasi rinci tentang penasihat spiritual Zarqawi, Shiekh Abd al-Rahman, termasuk alamatnya di Baghdad, dan bahwa dia secara teratur mengunjungi Zarqawi setiap tujuh sampai sepuluh hari. Pejabat intelijen Amerika Serikat kemudian menerima petunjuk dari para pemimpin senior Irak dari jaringan Zarqawi bahwa ia dan beberapa rekannya berada di daerah Baqubah. Menurut buku Task Force Black oleh Mark Urban, data intelijen itu diterima dari seorang pemimpin senior AQI (Al Qaeda Iraq) yang oleh penulis Mark Bowden dijuluki “Abu Haydr”, yang telah ditangkap dalam Operasi Larchwood 4. Pengawasan sepanjang waktu di rumah Rahman oleh drone pengintai dibuat dan setiap aspek gerakannya dilacak dan direkam. Rumah itu sendiri telah diawasi selama lebih dari enam minggu sebelum Zarqawi terlihat memasuki gedung oleh operator dari Task Force 145. Pihak intelijen Yordania dilaporkan membantu mengidentifikasi lokasinya. Hari berganti minggu, tekanan mulai muncul untuk melakukan sesuatu terhadap Rahman. Pada pagi hari tanggal 7 Juni 2006, seorang operator mengamati mobil al-Rahman di jalan raya utama menuju utara kota Baghdad. Pada satu titik, mobil itu menepi ke sisi jalan. Al-Rahman keluar dan dipindahkan ke truk yang mendekat. Peringatan lalu dikirim ke anggota tim lainnya. Di Baqubah, al-Rahman dipindahkan ke mobil pikap putih bergaris merah yang mengantarnya ke sebuah rumah berlantai dua berbentuk kotak di dekat kota Hibhib. Tak lama setelah jam 5 sore. seorang operator yang menonton tayangan video dari sebuah drone memanggil. Seorang pria bertubuh kekar berpakaian hitam terlihat memeriksa lalu lintas di jalan depan sebelum kembali ke rumah. “Itu (al-Zarqawi),” kata McChrystal. Ketika serangan darat dinilai tidak layak dilakukan, keputusan kemudian dibuat untuk membom rumah tersebut dengan pesawat F-16. Rencananya, sebuah tim operasi khusus lalu akan segera mendarat untuk mengambil mayat dan mengumpulkan informasi intelijen. Dengan waktu sekarang menjadi hal yang krusial, beberapa hal mengancam untuk menjadi di luar kendali. Mesin di salah satu dari dua helikopter Komando Operasi Khusus Angkatan Udara (AFSOC) menolak untuk dihidupkan. Penggantinya tidak akan datang selama tiga puluh menit. Helikopter yang masih bisa bekerja lalu diperintahkan untuk mengudara, sementara yang kedua akan mengikuti secepat mungkin. Kemudian ketika JTAC menyampaikan perintah serangan ke dua pesawat F-16 di daerah itu, hanya satu pesawat yang tersedia. Yang lainnya sedang melakukan pengisian bahan bakar di tengah penerbangan. Satu-satunya F-16, yang siap diperintahkan meluncurkan serangan sesuai misi awal. 

Selebaran PSYOP AS yang disebarluaskan di Irak menunjukkan al-Zarqawi terperangkap dalam perangkap tikus. Teksnya tertulis: “Inilah masa depanmu, Zarqawi”. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Dalam melewati targetnya pertama kali, pesawat F-16 itu hanya terbang di atas rumah. Perintah itu telah diucapkan dengan tidak benar; dan pilot tidak menjatuhkan bomnya. Perubahan kemudian dilakukan. “Anda diizinkan untuk menyerang.”, demikian pesan Joint Terminal Attack Controller (JTAC) JSOC kepada pilot F-16 di atas Hibhib, pada tanggal 7 Juni 2006. Pesan diterima dan pada lintasan kedua, target berhasil dihancurkan dengan menggunakan bom berpemandu, GBU-12 berpemandu laser, dan GBU-38 berpemandu GPS di gedung yang terletak di koordinat 33°48′02.83″LU 44°30′48.58″BT pada pukul 18:15. Lima orang lainnya juga dilaporkan tewas. Sesuai perencanaan, tim darat unit operasi khusus TF-145 tiba saat para polisi Irak memasukkan mayat ke dalam ambulans. Tim ini lalu mengambil alih ambulans dan membawa al-Zarqawi yang terluka parah, yang meninggal beberapa menit kemudian. Jenazahnya dan Abd al-Rahman diterbangkan kembali ke markas JSOC. Jenderal George Casey mengatakan kepada wartawan bahwa tubuh Zarqawi telah diidentifikasi oleh pasukan Amerika “dengan verifikasi lewat sidik jari, pengenalan wajah dan bekas luka yang diketahui.” Pada briefing-nya, para pembantu Jenderal Caldwell memasang sebuah foto besar wajah Zarqawi yang sudah mati, dengan bekas luka kecil di wajah, mata bengkak, janggut hitam berantakan dan apa yang tampak seperti luka kecil akibat pecahan. Jenderal Caldwell mengatakan bahwa pemeriksaan mayat itu menunjukkan bekas luka dan tatto lain yang sesuai dengan informasi intelijen tentang ciri-ciri pemimpin al Qaeda itu, yang dikumpulkan sebelum serangan. Pihak F.B.I. kemudian mengatakan bahwa sampel DNA dari tubuh Zarqawi telah diterbangkan ke laboratoriumnya di Quantico, Virginia. Pada tanggal 12 Juni 2006, dilaporkan bahwa otopsi yang dilakukan oleh militer AS mengungkapkan bahwa penyebab kematian Zarqawi adalah cedera akibat ledakan pada paru-paru tetapi ia membutuhkan waktu hampir satu jam untuk mati.

Gambar grafis menggambarkan operasi serangan udara yang membunuh Zarqawi. (Sumber: https://www.tribuneindia.com/)
Sisa-sisa rumah persembunyian Zarqawi, 8 Juni 2006. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Foto jenazah Zarqawi yang dipublikasikan AS. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tanggal 8 Juni, Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki mengadakan konferensi pers yang mengumumkan kematian al-Zarqawi. Tapi konfirmasi kematian yang paling menentukan datang, ironisnya, justru dari al Qaeda sendiri, dalam serangkaian pemberitahuan kematiannya yang diposting di situs Web yang telah menjadi corong untuk Zarqawi. Pesan-pesan itu memuji kematiannya, menggambarkannya sebagai seorang martir dan mujahid, atau pejuang Islam, dan mengatakan bahwa kematiannya adalah kebahagiaan bagi Zarqawi sendiri, bagi para pengikutnya, dan bagi semua umat Muslim. Sementara itu, komandan koalisi Jenderal George Casey mencatat, “Meskipun pemimpin yang ditunjuk Al Qaeda di Irak sekarang sudah mati, organisasi teroris masih bisa menimbulkan ancaman.” Kata-kata itu bersifat profetik, karena musim panas 2006 akan terjadi peningkatan pertumpahan darah di Irak.  “Zarqawi sudah mati,” kata Presiden Bush, “tetapi misi yang sulit dan perlu dilakukan di Irak akan terus berlanjut. Kita dapat memperkirakan bahwa para teroris dan pemberontak akan terus melanjutkan aksinya tanpa dia.” Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, menambahkan peringatannya sendiri: “Kami tahu bahwa mereka akan terus membunuh, (dan) bahwa ada banyak, banyak rintangan yang harus diatasi, tetapi mereka juga harus tahu bahwa kami (juga) bertekad untuk mengalahkan mereka,” katanya. Mayor Jenderal William B. Caldwell IV, ajudan komandan tinggi Amerika, Jenderal George W. Casey Jr., mengatakan kepada wartawan di sebuah briefing bahwa komandan Amerika Serikat telah mengidentifikasi orang yang paling mungkin untuk mengambil alih sebagai pemimpin al Qaeda di Irak, yakni seorang militan Mesir yang menggunakan nom de guerre Abu al-Masri. Jenderal Caldwell mengatakan Masri telah berada di Irak sejak tahun 2002, dan telah memainkan peran utama dalam mengorganisir berbagai aksi bom bunuh diri di sekitar Baghdad. Tetapi dengan perginya pemimpin karismatik Al Qaeda di Irak tersebut, akhirnya, pembunuhan yang terjadi di negara itu mulai mereda.

Seorang tentara Irak dan kendaraan dari Brigade ke-42, Divisi Tentara Irak ke-11 selama baku tembak dengan milisi bersenjata di distrik Kota Sadr, Baghdad 17 April 2008. Irak memang masih membara setelah Zarqawi tewas, namun tewasnya teroris ini cukup melemahkan Al Qaeda Irak. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Jenderal Casey, yang mendekati akhir tahun keduanya sebagai komandan Amerika secara keseluruhan di Irak, telah dihadapkan dengan tingkat kekerasan yang telah mengirim lebih dari 6.000 mayat ke kamar mayat kota Baghdad dalam lima bulan pertama tahun 2006, dia menggambarkan pembunuhan al Zarqawi itu sebagai “pukulan signifikan bagi al Qaeda dan langkah besar untuk mengalahkan terorisme di Irak.” Pada tanggal 8 Januari dan 28 Januari 2008, pasukan Irak dan AS meluncurkan Operasi Phantom Phoenix dan kampanye Nineveh (alias Kampanye Mosul) berhasil membunuh dan menangkap lebih dari 4.600 militan, dan menemukan dan menghancurkan lebih dari 3.000 gudang senjata, yang secara efektif meninggalkan AQI dengan satu pangkalan terakhirnya di Diyala. Pada tanggal 29 Juli 2008, AS dan pasukan Irak melancarkan Operasi Augurs of Prosperity di Kegubernuran Diyala dan sekitarnya untuk membersihkan AQI dari benteng terakhirnya. Dua operasi telah diluncurkan di Diyala dengan hasil yang beragam, dan kampanye ini diperkirakan akan menghadapi perlawanan sengit. Operasi ini menyebabkan lebih dari 500 gudang senjata hancur dan lima militan tewas; 483 militan ditangkap karena kurangnya perlawanan dari pasukan pemberontak. Dua puluh empat teroris AQI tingkat tinggi terbunuh atau ditangkap dalam kampanye tersebut.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

JSOC and the Hunt for Abu Musab al-Zarqawi: The Making of a Terrorist BY DWIGHT JON ZIMMERMAN – MAY 24, 2013

Al-Zarqawi’s Biography; Correspondents Nelson Hernandez in Baghdad and Nora Boustany in Washington and special correspondent Shannon Smiley in Berlin contributed to this report.

https://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/06/08/AR2006060800299_2.html?nav=rss_world/africa

The Men in the Shadows — Hunting al-Zarqawi By CHRIS CUOMO and EAMON MCNIFF, ABC News Law and Justice Unit

https://www.google.com/amp/s/abcnews.go.com/amp/GMA/Terrorism/story%3Fid%3D2056386%26page%3D1

After Long Hunt, U.S. Bombs Al Qaeda Leader in Iraq By John F. Burns; June 9, 2006

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Musab_al-Zarqawi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *