Perang Dunia II

Wonder Woman Belgia yang Menyelamatkan Ratusan Tentara Sekutu Dalam Perang Dunia II

Setiap tanggal pada tanggal 22 Oktober selama bertahun-tahun sekitar 200 pria dan wanita mengadakan reuni di Brussels. Di antara yang hadir adalah para duta besar dan bangsawan, para petani dari Prancis, Belanda dan Belgia serta sejumlah purnawirawan penerbang. Mereka berada di perjamuan itu untuk memperingati suatu kegiatan di masa perang yang mengagumkan banyak orang. Semua yang hadir dalam reuni tersebut pernah berurusan dengan sebuah kelompok bernama Komet (dalam bahasa Prancis Comete), yaitu kelompok bawah tanah, yang berusaha mengembalikan para pilot sekutu yang tertembak jatuh di daratan Eropa barat laut ke Inggris. 80 tahun yang lalu sekelompok orang meninggalkan kota Brussel dengan kereta api. Mereka meloloskan diri dari daerah pendudukan jerman. Mereka bertujuan ke Spanyol melalui Perancis, menjalani perjalanan sepanjang 600 mil. Mereka diselundupkan ke Gibraltar dan akhirnya dapat mencapai tanah Inggris dengan selamat. Inilah yang disebut rute “Comet” rute perjalanan yang paling terkenal dalam Perang Dunia ke II. Dan yang paling menakjubkan ialah bahwa pemimpin dan penyelenggara pekerjaan yang sangat berbahaya ini adalah seorang wanita, pada waktu itu seorang perempuan muda yang menarik berumur 24 tahun. Namanya Andree De Jongh. Berkat dia dan pembantu-pembantunya bangsa Belgia dan Perancis yang berani, beratus-ratus orang tentara sekutu, kebanyakan penerbang, diloloskan dari kemungkinan kurungan Nazi Jerman.

Para kru bomber sekutu di depan pesawat B-17 Flying Fortress. Di masa Eropa Barat dikuasai oleh Jerman, para kru udara sekutu menghadapi ancaman penahanan apabila pesawatnya ditembak jatuh di wilayah yang dikuasai oleh Jerman. (Sumber: https://wwii-netherlands-escape-lines.com/)

Sebenarnya kelompok seperti ini juga ada di Belanda, Belgia dan Prancis. Namun ada satu perbedaan yang mencolok. Pada kelompok penyelamat lain, biasanya dipimpin oleh agen yang terlatih baik dan hanya terbatas membawa tentara sekutu kembali. Sebaliknya Comete merupakan kelompok yang lebih banyak didukung oleh idealisme anggota-anggotanya. Mereka berkeinginan memberikan sumbangan yang nyata bagi kemenangan sekutu, dengan cara mengusahakan agar Angkatan Udara sekutu tidak kekurangan pilot. Comete adalah sebuah kelompok beranggotakan anak-anak muda yang sebagian besar berumur kurang dari 25 tahun. Anggota kelompok ini lebih berani, lebih kreatif dan lebih sukses dalam usaha menyelamatkan tentara sekutu. Dari 2.900 awak pesawat yang berhasil dipulangkan ke Inggris antara pecahnya perang (September 1939) dan penyerbuan ke Normandia di bulan Juni 1944, 776 orang diantaranya berkat bantuan Comete. Dengan demikian, satu dari setiap empat awak sekutu yang diselamatkan adalah karena Comete

Tir National tahun 1872, tempat Edith Cavell dieksekusi. (Sumber: https://www.warhistoryonline.com/)
Edith Cavell, jururawat Inggris dihukum mati oleh Jerman karena membantu pelarian 200 tentara sekutu. Cavell, kemudian menginspirasi Andree de Jongh untuk berjuang bagi bangsanya Belgia yang diduduki oleh Jerman. (Sumber: https://www.lookandlearn.com/)

Biaya yang harus dibayar untuk keberhasilan ini cukup besar juga. Tidak kurang dari 290 anggota Comete yang berkebangsaan Prancis dan Belgia meninggal di kamp tawanan atau ditembak mati tentara Nazi. Sebanyak 700 anggota lainnya ditawan hingga perang berakhir. Tidak terhitung mereka yang disiksa dan mengambil risiko berat demi mengembalikan para awak pesawat itu. Namun pengorbanan mereka tidak sia-sia. Selain keberhasilan menyelamatkan tentara sekutu tersebut, dorongan moral yang mereka berikan juga sangat besar. Seorang kru pesawat pembom Halifax yang tertembak jatuh di Belanda mengatakan: “Pengetahuan bahwa dibawah sana ada sahabat-sahabat yang tidak dikenal, yang siap menyelamatkan manakala kita tertembak jatuh, sangat meningkatkan moral kami dalam misi penyerangan. Sepertinya kita membawa senjata tambahan.” Kelompok Comete ini mulai terbentuk dari perasaan kagum Andree de Jongh. Andrée Eugénie Adrienne de Jongh, demikian nama lengkapnya lahir pada tanggal 30 November 1916, di Schaerbeek, Belgia. Ayah Andree, yaitu Frederick de Jongh, adalah seorang kepala sekolah. Berkali-kali Frederic menceritakan kisah mengenai Edith Cavell, seorang jururawat Inggris yang dihukum mati oleh Jerman karena membantu pelarian 200 tentara sekutu. Cavell dieksekusi pada tahun 1915 di Tir National (komplek militer) di kota dimana Andree dilahirkan. Dalam hati Andree berjanji, apabila Belgia dilanda perang lagi, ia akan mengikuti jejak Edith.

LATAR BELAKANG

Dalam tahun 1939 nona De Jongh adalah seorang mahasiswa yang mempelajari seni dan membantu ibunya mengurus rumah tangga. Setelah kuliah, de Jongh bekerja sebagai seniman komersial di kota Malmédy, provinsi Liège. Pada bulan Mei 1940, ketika Jerman menyerbu negaranya, Andree yang berumur 23 tahun segera melaksanakan janjinya. Ia mulai pekerjaannya dalam kegiatan “underground” bersama seorang Belgia bernama Arnold Deppe (usia 32 tahun) dengan membagi-bagikan makanan dan pakaian kepada tentara sekutu yang bersembunyi di Brussel. Mereka itu adalah penerbang-penerbang yang ditembak jatuh atau tentara yang ketinggalan dalam mundurnya sekutu di Dunkirk. Di Brussel, Andree kemudian bekerja sebagai perawat, dia kerap bertemu dengan beberapa tentara Inggris yang ditawan. Selama tujuh bulan ia merawat tentara Belgia dan Inggris yang terluka di Bruges. Memikirkan pahlawan masa kecilnya, Edith Cavell, Andree membantu mereka mengirim surat ke rumah melalui Palang Merah. Kemudian seperti Cavell, ia ingin melakukan lebih dari sekadar membantu mereka mengirim surat ke rumah. Pada satu hari mereka mengatakan: “apakah tidak lebih baik jika kita mengusahakan suatu jalan meloloskan diri bagi orang-orang ini, sehingga mereka bisa kembali ke Inggris dan berperang lagi?” Ayah De Jongh, Frédéric, lalu memiliki sebuah ide, yakni membuat rute pelarian ke Inggris. Demikian rencana itu kemudian dimulai. Namun penjagaan Nazi begitu kuatnya sehingga tidak mungkin untuk melarikan mereka. Dengan selat Inggris sudah tertutup dan negara di sekitar Belgia sudah dikuasai Jerman, ratusan tentara sekutu yang bersembunyi di Brussels dan sejumlah kota besar lainnya terperangkap tidak bisa keluar. Sementara itu polisi Jerman semakin ketat berpatroli dan sejumlah tentara sekutu mulai tertangkap. Penduduk Belgia yang melindungi mereka ikut pula dihukum. Dengan ini, maka harus ditemukan jalan untuk menyelamatkan mereka kembali ke Inggris.

Andrée Eugénie Adrienne de Jongh. (Sumber: https://ichi.pro/)
Tank Panzers III Jerman di Flanders, Belgia. (Sumber/Roger Viollet via Getty Images/https://www.gettyimages.com/)
Tawanan perang Inggris dibawa dari pantai Dunkirk. Gerak mundur pasukan sekutu dari pantai Dunkirk menyisakan banyak serdadunya yang terperangkap di garis belakang Jerman. (Sumber: http://alifrafikkhan.blogspot.com/)

Setelah diamati dan diukur, kesukaran-kesukaran yang harus dihadapi sangatlah besar. Jika pelarian-pelarian itu mau dibawa kembali ke Inggris, mereka harus melalui sebuah negara netral. Dan negara netral yang terdekat adalah Spanyol, untuk mencapai Gibraltar. Untuk mencapai Gibraltar, berarti mereka harus melalui Perancis yang diduduki Nazi sejauh 600 mil (965 km), dan dibatasi oleh pegunungan Pyrenee, setinggi 8000 atau 10.000 kaki (2.438-3.048 meter) tingginya, serta harus menempuh 600 mil lagi melewati Spanyol, yang juga pro Nazi. Dan banyak bahaya lain, yang bisa muncul dari: Gestapo Jerman, polisi Belgia, polisi Perancis. Selain menempuh jarak yang jauh, di dalam perjalanannya mereka harus melewati beberapa perbatasan negara dan zona militer. Hal ini berarti pula harus direkrut ratusan anggota bawah tanah yang mau mengambil risiko untuk menyelamatkan orang asing demi tujuan yang oleh banyak orang dianggap tidak ada manfaatnya. Disamping itu mereka harus mampu mengalahkan kelihaian anggota polisi rahasia yang paling efisien dan kejam di Eropa, yakni Gestapo. Jangankan untuk kelompok “amatir” seperti Comete, sedang untuk kelompok Resistance (Gerakan Perlawanan Bawah Tanah Prancis) yang berpengalaman dan punya cukup dana pun pekerjaan ini cukup sulit. Tetapi walaupun begitu Andree dan kawan-kawannya akan mencobanya juga, meski tanpa dana. Dalam memulai upayanya, Andree hanya dibantu oleh ayahnya dan kawannya Arnold Deppe, serta semangatnya yang menyala.

LAHIRNYA JALAN KOMET

Mereka memutuskan bahwa para pelarian harus pergi dengan kereta ke perbatasan Belgia di Quievrain. Dari situ menuju ke perlintasan Somme dekat Amiens, untuk memintas penjagaan Jerman pada perbatasan dengan Prancis. Dari situ lalu berkereta-api ke Paris, lalu naik kereta api malam ke Bayonne, yaitu 20 mil (32 mil) sebelum mencapai perbatasan Spanyol. Dari situ bersepeda ke Anglet, untuk beristirahat sehari di rumah milik Comete. Sesudah istirahat para pelarian harus berjalan ke sebuah desa perbatasan Urrugne. Dari desa itu kemudian harus berjalan semalaman mendaki gunung menuju ke San Sebastian di utara Spanyol. Dengan pertolongan konsulat Inggris di Bilbao (meski pro Jerman, namun Spanyol resminya netral, sehingga mereka tetap membuka hubungan diplomatik dengan beberapa negara sekutu, utamanya Inggris), para pelarian diharapkan dapat menuju Gibraltar lewat Madrid dengan menggunakan mobil. Untuk membentuk jalur penerimaan, Arnold Deppe pergi ke selatan, ke Anglet. Di sana ia menghubungi Elvire de Greef, seorang ibu warga Belgia yang mengungsi dari Brussel, yang sudah pernah berhubungan dengan Deppe. Elvire yang berusia 30an mempunyai kesehatan yang prima, dengan tenaga yang seperti tidak ada habisnya. Wanita ini kelak akan menjadi orang nomor dua setelah Andree dalam kelompok Comete. Sebagai perancang gerak dan penanggung jawab pondokan, Elvire harus mencari sepeda yang akan digunakan, membeli bahan makanan di pasar gelap serta merekrut penyelundup Basque sebagai pemandu mendaki gunung. Ketika bagian selatan jalur penyelamatan itu sudah terbentuk. Arnold Deppe kembali lagi ke utara untuk memberikan kode-kode yang harus digunakan, meneliti jadwal perjalanan kereta, menghubungi anggota ressistance di Belgia dan Prancis, serta mencari pondokan di Paris. Di lokasi yang terletak di tengah jarak Belgia-Spanyol ini para pelarian dapat beristirahat dan menukar baju. Di hulu Amiens Arnold menyembunyikan sebuah perahu dayung untuk digunakan kelak. Kembali ke Brussels ia melaporkan bahwa jalur pelarian sudah siap. Sementara itu pada jalur utara yang dipimpin Andree juga telah siap. Ia telah menyiapkan surat keterangan palsu dan cover story (kisah palsu untuk memperkuat surat keterangan palsu mereka). Untuk mendapatkan uang, Andree menjual sedikit perhiasan yang ia punyai dan Deppe mengambil sejumlah gaji yang belum menjadi hak-nya. Untuk mengelabui lawan kini semua anggota Comete memiliki kode nama sendiri-sendiri. Andree diberi nama Dedee, ayahnya Paul, Elvire de Greef bernama Tante Go. Para pelarian diberi sandi “bungkusan” atau “anak-anak”.

Wilayah Prancis dan Belgia yang diduduki Nazi. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Rute yang digunakan oleh Komet dan Jalur lainnya untuk menyelundupkan penerbang sekutu keluar dari Eropa yang diduduki Nazi. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

BUNGKUSAN PERTAMA & LAHIRNYA JALAN COMET

Kelompok yang pertama yang berangkat adalah 11 orang Belgia, termasuk seorang wanita tua yang dicari oleh Gestapo. Mereka, yang meninggalkan Brussels pada awal bulan juni 1941, bersama Andree dan Deppe sebagai pengawal. Segalanya berjalan mulus sampai rombongan itu mencapai Somme. Di tempat itu mereka terkejut mendapati sebuah tenda berdiri di dekat persembunyian perahu. Perahu dayung yang semula disembunyikan Deppe sudah rusak, padahal mereka harus menyeberangi sungai, sementara hanya empat orang yang bisa berenang. Mereka tidak putus asa. Andree berhasil mendapatkan seutas kawat panjang dan ban dalam pada sebuah desa di dekat tempat itu. Setelah menunggu hingga tengah malam Andree berenang melintasi sungai sambil membawa tali kawat dan mengikatkannya ke sebelah ujung sungai dan kembali ke tempat semula. Ban dalam yang sudah ditiup itu lalu diberi simpul dan simpul itu diikatkan ke kawat yang sudah terentang. Dengan cara seperti ini seorang demi seorang dapat diseberangkan ke sisi sungai. Andree sendiri berenang bolak-balik 11 kali untuk menarik ban ke sisi semula. Selama 2 jam operasi penyelamatan itu berlangsung.

Elvire de Greef alias Tante Go. (Sumber: https://www.bpsgm.fr/)

Rombongan pengungsi itu mencapai Anglet dengan aman pada akhir bulan Juni. Di situ mereka diserahkan kepada Elvire de Greef untuk mendaki Pyrenees, yang lalu menyerahkannya kepada seorang penunjuk jalan untuk “diseberangkan” melewati gunung itu. Kemudian Deppe dan Andree kembali ke ibukota Belgia untuk mengorganisir kelompok kedua. Pada bulan Agustus Comete menyeberangkan delapan orang Belgia, seorang tentara asal Aberdeen Skotlandia, bernama James Cromar. Kemudian hanya Andree, dua warga Belgia dan si orang Skotlandia itu yang berhasil selamat. Arnold dan yang lainnya tertangkap tentara Jerman ketika berganti kereta di Lille. Deppe disiksa Gestapo namun menyadari bahwa keberlangsungan Comete dan nasib “bungkusan” yang dibawa tergantung pada pengakuannya, Deppe memilih diam tidak mengaku siapa pemimpin kelompoknya. Berita buruk tidak hanya sampai disitu saja, tak lama sesudahnya Andree mendengar bahwa tiap anggota kelompok itu ditawan oleh polisi Spanyol dan dimasukkan ke kamp tawanan. Di Anglet Andree menerima lebih banyak kabar buruk: sebelas warga Belgia yang mula-mula ia seberangkan ternyata direpatriasikan oleh pemerintah Spanyol. Andree sangat kecewa, akhirnya ia memutuskan untuk menolong orang Inggris saja, yang lebih mungkin mencapai Gibraltar (karena bantuan konsulat mereka di Bilbao). Lebih dari itu, ia memutuskan untuk mengutamakan mereka yang dapat melawan Nazi manakala kembali ke Inggris, yaitu para awak pesawat sekutu. Andree kemudian memutuskan bahwa ia akan ikut serta dengan kelompok kedua menuju ke Spanyol. Kini Andree terpaksa meminta pertolongan dari konsulat Inggris di Bilbao, 100 mil (161 km) dari Anglet, dengan membawa serta tiga “bungkusan”. Dalam kelompok kedua ini ada seorang Inggris (orang Skotlandia). 

Jalur di pegunungan Pyrenees, medan terberat di Jalur Komet. (Sumber: https://www.express.co.uk/)
Florentino Goikoetxea, salah satu pemandu basque terpercaya pada Comete Line. (Sumber: https://aunamendi.eusko-ikaskuntza.eus/)

Ia mengantarkan mereka diperbatasan dan menemukan pemandu jalan bernama Thomas. Pemandu jalan ini biasanya kaum penyelundup, karena mereka ini tahu jalan-jalan rahasia dan terbiasa dalam hal menghindari polisi, dan lain sebagainya. Thomas awalnya tidak mau membawa Dedee alias Andree, katanya “gadis lemah seperti engkau ini mana bisa mendaki gunung-gunung itu” Jawab Dedee:”coba saja”. Setelah mereka mendaki seharian, barulah Thomas harus mengakui bahwa wanita itu tak selemah seperti diduganya. Menurut Cromar, mereka bergerak sangat cepat melintasi pegunungan dan melalui wilayah Basque meskipun kebanyakan melakukannya dengan berjalan kaki. Tidak terkatakan adalah keheranannya yang luar biasa bahwa seorang wanita bisa begitu cepat, energik, cerdas, dan berani; terutama karena dia juga menarik dari sisi penampilannya. Esok malamnya mereka berangkat: Thomas, Dedee, orang Inggris itu dan dua orang Belgia. Dalam malam yang gelap dan hujan yang deras mereka mendaki selama 14 jam yang berbahaya melintasi Pyrenees. Mereka jatuh bangun dan sangat letih ketika fajar menyingsing. Dan Thomas mengakui bahwa ia tersesat kali ini. Mereka lalu bersembunyi dalam runtuhan sebuah rumah, karena di siang hari mereka pasti tertangkap basah. Setelah hari mulai gelap mereka meneruskan perjalanan menurun gunung, disebelah perbatasan Spanyol. Kemudian Thomas mengenali sebuah desa kecil dan ia menyembunyikan pelarian-pelarian itu dalam rumah kenalannya. Dikatakannya rumah, tetapi sebenarnya hanya sebuah lubang gelap di dalam tembok. Ketika mereka masuk mereka disambut oleh balatentara lalat yang kelaparan. Setelah beristirahat sehari di San Sebastian, Dedee kemudian meninggalkan mereka menuju ke Bilbao, kota yang terdekat, untuk menemui konsul Inggris. Buronan-buronan itu jelas harus ditolong lebih jauh supaya bisa mencapai Inggris. Dedee berhasil mencapai konsulat Inggris. Di sana ia ditemui oleh wakil konsul Vyvyan Pedrick. Dalam keadaan biasa Pedrick tidak mudah percaya menghadapi orang yang baru dikenalnya. Wakil Konsul itu tak hanya sangat heran, tetapi juga sangat curiga. Tetapi akhirnya ia dapat diyakinkan melihat gadis muda dengan wajah jujur murni dan bersemangat ini, dan ia kemudian mau menerima tiga orang pelarian yang dibawanya. 

Kota Pelabuhan Gibraltar di selatan Spanyol, titik terakhir jalur pelarian sebelum menyeberang ke Inggris. (Sumber: https://www.wikiwand.com/)

Dedee memang berhasil meyakinkan Pedrick, namun sebagai tindakan berjaga-jaga Dedee dipersilakan kembali beberapa minggu kemudian. Ketika ia kembali pada tanggal 17 oktober, ia bersama dua tentara Skotlandia. Dari sini pihak konsulat Inggris semakin diyakinkan. Mereka lalu memberikan sejumlah uang kepadanya sebagai ganti biaya yang telah dikeluarkan untuk membawa pelarian dari Brussels dan pemandu Basque. Uang ini akan memungkinkan dia menyeberangkan lebih banyak orang lagi. Dalam menerima uang ini, Dedee mengajukan sebuah syarat yang tidak dapat ditawar lagi, yakni: Kelompoknya hanya beranggotakan orang Belgia. Ia tidak mau diperintah orang Inggris. Ia tidak mau mempunyai anggota profesional. Tidak mau menerima kontak radio, dan tidak mau didikte kebijaksanaan yang sudah ia tetapkan. Awalnya pihak Inggris ingin mengendalikan operasi dan menempatkannya di bawah Mayor Norman Crockatt (anggota Intelijen Militer Inggris Seksi 9 – MI9) dan Letnan James Langley, yang kehilangan lengannya selama mempertahankan Dunkerque tahun sebelumnya. Namun Andree kukuh berkata tidak untuk menyerahkan kontrol kontrol kelompok Comete-nya. Hal ini akhirnya disepakati oleh pihak konsul Inggris. Pesan yang diterima Dedee kemudian adalah: “Bawakanlah  penerbang-penerbang. Penerbang-penerbang yang terlatih sangat dibutuhkan oleh Inggris”. Beginilah “Jalur Komet” yang terkenal ini lahir.

JALUR COMET

Dedee dan Thomas kemudian kembali ke daerah pendudukan dan mulai mengorganisir gerakan ini. Dengan sumber keuangan yang terjaga, hasil yang didapat segera terlihat. Mereka tidak kekurangan pembantu, karena dimana-mana terdapat anggota-anggota Resistance dan gerakan perlawanan lainnya yang siap membantu. Buronan-buronan itu mulai terdengar di mana-mana, tersembunyi di sekolah-sekolah, biara-biara, dan rumah-rumah pertanian yang terpencil, namun mereka harus ditemukan dulu. Thomas dan Dedee lalu membagi-bagi negeri-negeri yang dilewati dalam wilayah-wilayah dan membagi-bagikan tugas pada pembantu-pembantunya. Buronan-buronan itu harus diperiksa dengan teliti, karena mungkin ada agen Gestapo yang menyelundup. Sekali mereka lulus dari tes-tes ini, mereka akan dikumpulkan di sebuah kota besar seperti Brussel atau Antwerp. Mereka disembunyikan secara berpindah-berpindah alamat. Mereka diberikan pakaian preman dan surat-surat keterangan palsu. Salah seorang tentara sekutu masih ingat bahwa ia harus diambil fotonya di sebuah toko di Brussel dan berantri diantaranya dua orang serdadu Jerman. Semuanya ini sangat berbahaya, sekali tergelincir habislah semuanya. Mereka dibawa ke Paris dengan kereta api, dengan diantar oleh seorang pengawal, biasanya seoarang wanita. Kemudian dari sana keperbatasan dengan Kereta Api pula. Tetapi mereka tidak memasuki wilayah perbatasan dengan kereta api, karena ini bisa membahayakan. Lima belas mil (24 km) yang terakhir dilakukan dengan jalan kaki melalui jalan-jalan kecil. Mereka lalu tiba di Anglet, bermalam di rumah madame de Greef. Tante “Go” inilah yang menemukan pengantar jalan yang paling terkenal, bernama Florentino, seorang penyelundup yang membawa semua rombongan-rombongan melalui gunung-gunung itu. Pemandu Basque ini nantinya akan menjadi pemandu Comete terpercaya dan terberani. Demikianlah berkat kepandaian penyelundup seperti Florentino ini, mereka berhasil sampai ke Bilbao pada konsul Inggris, kemudian diselundupkan pula ke Gibraltar dan diterbangkan kembali ke Inggris.  

Prajurit pendudukan Jerman di Paris. Para pelarian harus kerap melewati berbagai pemeriksaan dari tentara Jerman dan Gestapo yang memburu. (Sumber: https://war-documentary.info/)

Sampai Natal 1941, Dedee telah lima kali melakukan perjalanan melintasi Pyrenees, dan yang paling akhir membawa 4 awak pesawat. Sementara itu, kini kegiatan sekutu diudara makin bertambah, dan lebih banyak pilotnya yang ditembak jatuh. Jalan komet ini, yang dimulai dengan tiga orang, kini mempunyai lebih dari 1500 anggota, yang berperang dengan cara lebih berbahaya daripada di medan pertempuran. Praktis hanya satu diantaranya sepuluh orang yang dapat meloloskan diri dari kejaran gestapo. Anggota Comete dapat dianggap sebagai amatir jika dibandingkan dengan gestapo yang profesional, karena mereka sudah ahli betul dalam menumpas gerakan-gerakan subversif, menjaring mata-mata, memeras pengakuan dengan siksaan-siksaan dan sebagainya. Itulah sebabnya kebanyakan kegiatan-kegiatan subversif beserta pelakunya menemui ajalnya. Tetapi yang biasa menanggung beban penderitaan lebih berat adalah keluarga mereka. Dedee sendiri berasal dari keluarga menengah biasa. Ibunya pernah ditangkap Jerman sekali, tetapi kemudian dilepaskan lagi. Penderitaannya memuncak ketika seluruh anggota keluarganya ditangkap, suaminya dengan kedua putrinya ditangkap. Ia tak mengetahui bagaimana nasib mereka, hidup atau hidup, berada dimana. Tetapi ia tak pernah ragu-ragu menyokong ketekadan Dedee dan ayahnya. 

Andree dan ayahnya Frederic. Keduanya menjadi pemimpin utama yang mengatur Jalur Komet. (Sumber: https://historical-babes.tumblr.com/)

Ayah Dedee dengan tubuh yang bungkuknya itu selalu keluar dari rumahnya menuju ke sekolahnya. Tetapi ia selalu dihantui oleh kekhawatiran dan kegelisahan, dan dari permulaan gestapo sudah mencurigainya. Gestapo pernah menggeledah rumahnya, untung waktu itu puterinya sedang bepergian. Demikianlah setiap kali ia menuju ke sekolah yang dicintainya-kini sekolah itu memakai namanya-mungkin untuk penghabisan kalinya, tetapi rekan-rekannya dan murid-muridnya tak mengetahuinya. Mereka mengenalnya sebagai seorang yang lemah lembut, tetapi juga sebagai orang yang cinta kebenaran dan keadilan. Ayah Dedee telah diinterogasi Gestapo di Brussels dan ditanyai ke mana saja Andree selama ini. Kini ia telah dicurigai Gestapo dan bisa ditangkap sewaktu-waktu. Karena itu ia tidak bisa kembali ke Belgia. Lewat kurir Comete ayah Andree mengirim kabar bahwa mulai saat itu ia yang memegang kendali Comete di Brussels sedangkan Dedee mengendalikan operasi dari Prancis. Pemecahan praktis seperti itu merupakan salah satu contoh ketahanan Comete. Ketahanan seperti itu yang menyebabkan MI-9 (bagian intelijen militer Inggris yang berkaitan dengan usaha pelarian) memberi nama kelompok itu dengan nama Komet, yaitu benda langit yang seakan mudah menghilang namun sesaat kemudian muncul lagi tanpa diduga.

ORANG-ORANG BISU MELEWATI PERBATASAN

Dalam tahun 1942 jalan ini bekerja dengan lancarnya, dan secara tertentu penerbang-penerbang sekutu yang seharusnya masuk kamp tawanan dapat lolos. Semakin lama kewaspadaan semakin harus ditingkatkan. Jalan ini sangat berbahaya, tempat yang paling berbahaya adalah perbatasan antara belgia dan prancis, dimana pemeriksaan polisi dan pabean sangat kerasnya. Kebebasan dapat dalam sekejap hilang hanya gara-gara mengenakan topi yang agak aneh. Disebabkan tidak banyak pelarian yang bisa berbahasa Prancis, percakapan dalam bahasa ini dapat menjebak mereka. Pada suatu kali serombongan pelarian itu diantar oleh seorang gadis Prancis yang baru berumur 18 tahun. Semua buronan itu tidak pandai bahasa Prancis, dan mereka dipesan supaya selalu menutup mulut. Waktu pejabat pabean yang pertama menanyakan sesuatu kepada salah seorang, gadis itu yang menjawabnya. “kenapa ia tidak menjawab sendiri?” tanya pejabat itu. “dia bisu” jawab gadis itu. Dan ketika pegawai itu akan menanyai orang kedua, gadis itu cepat-cepat mengatakan: “dan dia ini tuli”. Untung sekali bagi rombongan itu, pejabat pabean itu adalah seorang patriot Prancis, dan waktu orang ketiga maju kedepan ia memandang gadis itu sambil mengedipkan mata dan tersenyum : “dan ini, nona, kalau tak salah, bisu-tuli bukan?”. Tetapi mereka segera menginsafi kekeliruannya. Sejak itu pelarian-pelarian sekutu harus mengatakan bahwa mereka adalah petani Belgia yang berbahasa Vlaams yang tak mengerti sepatah kata bahasa prancis.

Bomber B-24 sekutu tertembak dan meriam anti pesawat Jerman. Pada tahun 1942, beberapa penerbang sekutu yang beruntung dapat bebas dari penangkapan akibat upaya dari kelompok-kelompok seperti Comete. (Sumber: https://theaviationgeekclub.com/)

Untuk Dedee sendiri, kadang tanpa canggung ia akan memeluk dan menciumi “bungkusan” yang dibawanya bila kepergok polisi atau petugas pabean. Hanya dengan cara demikian Dedee dapat bisa mengusir dengan halus orang-orang yang berniat menanyainya ini dan itu. Peristiwa-peristiwa semacam itu memang sangat mencekam, baik bagi Dedee maupun bagi pelarian yang dibawanya. Namun disaat yang lain, mereka merasa bangga bisa mengalahkan pihak intelijen lawan. Sersan penerbang Brin Weare misalnya, yang telah bersembunyi berbulan-bulan di daerah yang dikuasai Jerman, baru bisa lolos setelah menipu pihak Jerman dengan cara menangis tersedu-sedu di sisi peti mati seorang anggota Resistance. Pada saat peti mati itu dibawa, tentara Jerman yang tidak mengira adanya seorang anggota RAF (AU Inggris) itu segera memberi hormat. Bagaimanapun mereka yang meninggal perlu dihormati, demikian pikir mereka. Di saat lain, seorang “informan” telah memberitahu tentara Jerman bahwa seorang penerbang sekutu akan coba diloloskan para pejuang bawah tanah dengan berkedok sebagai pendeta. Mereka merasa terkejut bukan kepalang, namun masih merasa geli menyaksikan sekelompok pendeta (betulan) yang ditangkap tentara Jerman di stasiun Austerlitz. 

TEMBAKAN-TEMBAKAN DI TENGAH MALAM

Yang paling berat dari semua tantangan di Jalur Comete, bagaimanapun adalah perjalanan melewati gunung-gunung dan lembah-lembah yang terjal dan licin di perbatasan, karena sekali sampai disana mereka tak dapat kembali lagi. Dan kadang-kadang para pelarian itu sangat lemah keadaannya karena telah bersembunyi lama dan kekurangan makanan serta udara segar. Kadang-kadang mereka juga harus lari. Pada waktu malam yang sangat gelap di satu perjalanan, mereka tak dapat melihat muka masing-masing. Florentino dan Dedee saat itu memimpin rombongan yang terdiri dari lima orang. Mereka telah menyeberangi sungai Biddadosa, yang menjadi perbatasan antara Prancis dan Spanyol di tempat itu. Mereka bermaksud melalui sebuah lorong yang dibuat di hutan untuk mencegah menjalarnya kebakaran. Biasanya lorong itu tak dijaga dan terus menuju Spanyol. Mereka maju dengan hati-hati dan tiba-tiba terdengar suara bedil dikokang. Mereka mengambil keputusan yang tepat dan lari melewati penjaga yang dari kagetnya tak menembak sampai mereka sudah jauh. Mereka berlari-larian sepanjang lorong itu dengan peluru berdesingan, disertai suara pluit dan keributan di sepanjang perbatasan. Waktu mereka sampai di puncak ternyata salah seorang dari kelompok mereka tidak ada. Dedee dan Florentino masing-masing mencarinya sendiri-sendiri. Dedee melewati sebuah jalan kecil di tepi jurang. Tiba-tiba ia mendengar seorang datang dari depannya. Jalan itu begitu sempitnya, mereka tak akan bisa berselisih lewat. Dia berhenti dan orang itu menghentikan langkahnya. Apakah yang akan dibuatnya? Kalau ia kembali ia pasti akan menunjukkan tempat persembunyiannya kepada orang itu, yang tentunya  seorang polisi. Dengan demikian ia maju selangkah demi selangkah, dengan harapan bisa melewatinya di tempat yang agak lebar. Mereka saling mendekati, lalu mereka berdua berhenti. Dari kegelapan itu ia mendengar suara bisikan yang parau…ia mengenalinya-suara Florentino. Mereka bersama-sama lalu menuju kebawah dan berhasil menemukan seorang rombongannya yang hilang: seorang Australia, yang terkilir pergelangan kakinya. Kata dedee: “selalu si navigator yang tersesat” orang Australia itu memang seorang navigator.

Sungai Biddasoa, perbatasan Prancis/Spanyol, dekat titik persimpangan Jalur Komet. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

JERAT GESTAPO

Pada bulan Februari 1942 Gestapo sekali lagi mendatangi rumah de Jongh di dekat Brussels. Pada saat itu Andree dan ayahnya sedang tidak ada di rumah dan mereka hanya mendapati saudara perempuan Andree. Ia ditahan untuk diinterogasi dan rumah itu diawasi. Ketika kembali ke Brussels enam minggu kemudian Frederick de Jongh yang tidak mengira sedang dicari Gestapo itu hampir saja tertangkap. Untungnya ia masih bisa melarikan diri ke Prancis. Gestapo kemudian menawarkan satu juta Franc bagi yang dapat menangkapnya. Dedee kemudian berpendapat bahwa ayahnya lebih baik keluar negeri saja. Tetapi waktu sampai di perbatasan turun hujan salju yang sangat lebat. Sehingga orang setengah tua ini dianggap tidak kuat jika meneruskan perjalanan, dan dinasehatkan untuk kembali ke Paris saja. Dalam tempo beberapa hari kemudian tiga pemimpin utama kelompoknya telah ditangkap Gestapo. MI-9 yang telah lama mengikuti segala kegiatan Comete dengan kagum mengira bahwa tindakan Gestapo itu merupakan pukulan telak yang akan mengakhiri hidup Comete. Namun dalam tempo sekejap muncul orang lain yang menggantikan kedudukan Frederick, agar garis hidup Comete tidak terputus. Orang itu adalah Jean Greindl (kode sandi Nemo), seorang bangsawan berumur 36 tahun. Ia kemudian membagi Belgia menjadi beberapa pusat pelaporan, yaitu di Gent, Liege, dan Hasselt. Di tempat-tempat itulah para penerbang yang telah disembunyikan diserahkan untuk diselundupkan. Dengan segera sistem ini menampakkan hasilnya. Antara bulan Juni dan Oktober 1942 ada 54 awak pesawat sekutu yang berhasil diselundupkan ke selatan dalam 13 kali perjalanan. Sesampainya di Inggris para awak pesawat yang diselamatkan itu menceritakan bagaimana seluruh tubuh mereka berkeringat dingin manakala harus melewati pos polisi, sepinya Urrugne di kaki Pyrenees, perjalanan berat menuju San Sebastian dan terutama mengenai Andree. Banyaknya yang terharu bila mengingat perjuangan Andree dan kawan-kawannya, mengingat risiko mereka begitu besar bila sampai tertangkap.

Gestapo polisi rahasia Jerman Nazi yang efisien dan menakutkan. Banyak personel kelompok Comete yang jatuh kedalam perangkap Gestapo. (Sumber: https://www.pinterest.com/)

DITANGKAP

Sebenarnya Andree mendapat risiko yang jauh lebih besar daripada yang dikira oleh banyak orang yang telah diselamatkannya. Dua orang agen Jerman yang menyamar telah masuk ke Brussels pada bulan November 1942, dan dalam bulan Januari 1943, 100 orang anggota kelompok ini dari Brussels hingga Bayonne ditangkap. Untungnya tidak ada satupun diantara mereka yang membuka mulut. Lalu pada sore hari tanggal 15 Januari 1943, Andree bersama dengan 3 pilot yang hendak diselamatkannya melakukan perjalanan melintasi Jalur Comete. Ini adalah perjalanan Andree yang ke 37. Sejak bulan Agustus 1941 Andree secara pribadi telah menyelamatkan 118 tentara sekutu. Rombongan Dedee meneruskan perjalanannya dan kemudian berhenti di suatu rumah petani yang terpencil di perbatasan, di Urrugne. Karena buruknya cuaca, mereka terpaksa menunda penyeberangan selama 24 jam. Waktu mereka sedang duduk-duduk di depan perapian dapur, tiba-tiba pintu terbuka dan Gestapo menyerbu masuk. Mereka telah dikhianati oleh seseorang yang belum diketahui siapa. Dia mungkin dikhianati oleh seorang pekerja pertanian.

Kamp konsentrasi Ravensbruck, tempat Dedee ditahan. (Sumber: https://ichi.pro/)
Jean Francois Nothomb alias Franco, yang menggantikan kedudukan Dedee di selatan jalur Komet. (Sumber: https://theescapeline.blogspot.com/)

Elviree de Greef bersama beberapa anggota Comete secara berani berusaha menyelamatkan Andree yang ditahan di Bayonne. Sayang tidak berhasil dan Dedee segera dipindahkan ke penjara lainnya, sebelum dibawa ke Jerman. Secara total Dedee berpindah dari penjara ke penjara, semuanya ada 15 buah, dan akhirnya sampai di kamp yang paling tersohor kejamnya: Ravensbruck. Bersamanya adalah Francia Usandizaga, yang memiliki rumah tempat dia ditangkap. Terlepas dari keterampilan keperawatan de Jongh, Usandizaga tidak bisa bertahan dalam penahanan, meskipun yang lain mampu bertahan. Di kamp ini Dedee menderita segala macam siksaan dan aniaya yang tidak dapat dilukiskan. Dalam 21 kali interogasi berat yang dilakukan di berbagai penjara Jerman, Andree hanya memberi satu informasi. Untuk melindungi ayahnya, Andree mengaku bahwa Comete adalah bentukannya sendiri. Mereka ironisnya menertawakannya. Seorang gadis! Bertanggung jawab atas jaringan bawah tanah yang membentang dari Belgia hingga Spanyol! Konyol! Sementara itu, kini MI-9 benar-benar yakin bahwa Comete sudah hancur. Namun dua minggu kemudian sejumlah awak pesawat sekutu muncul kembali di Bilbao. Ternyata Comete belum hancur. Munculah Jean Francois Nothomb, seorang bintara Belgia berumur 23 tahun yang bernama sandi Franco, yang menggantikan kedudukan Dedee di selatan. Francois kemudian ditangkap pada tanggal 18 Januari 1944, namun berhasil bertahan dalam penahanan di beberapa kamp konsentrasi Nazi. Selepas perang ia dianugerahi medali Distinguished Service Order. Sementara itu di bagian utara kedudukan Comete semakin terancam. Jean Greindl ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Ironisnya, Greindl kemudian terbunuh oleh pemboman sekutu terhadap barak Jerman dimana ia ditahan pada tanggal 7 September 1943.

PENGKHIANATAN

Dan ia bukan orang yang penghabisan. Pada musim semi 1943 serangan udara sekutu semakin sering melanda wilayah Eropa Barat Laut dan kelompok Comete semakin sibuk. Kini setiap bulan harus diselamatkan tidak kurang 60 awak pesawat sekutu yang tertembak jatuh. Untuk itu diperlukan tambahan pengawal. Frederick de Jongh, menggantikan anaknya sebagai kepala gerakan. Ia sama beraninya dengan putrinya, namun tidak sewaspada Andree. Ia merekrut seorang Belgia bernama Jacques Desoubrie, yang mengaku bernama Jean Masson sebagai pemandu. Ternyata ia seorang pengkhianat (selepas perang Jacques Desoubrie akan dieksekusi oleh regu tembak pada tanggal 20 Desember 1949). Dalam tempo sebulan saja, Frederick dan pembantunya tertangkap pada tanggal 7 Juni 1943. Tertangkapnya pemimpin-pemimpin ini bukan berarti terhentinya jalan Comet ini, setiap seorang tertangkap atau gugur segera diganti oleh yang lain. Para awak pesawat terus saja mengalir dari Spanyol. Pada saat itu sebenarnya para anggota Comete sudah kelelahan, namun semangat Dedee terus menyala di dada mereka.

Jacques Desoubrie, mengaku bernama Jean Masson, pemandu yang mengkhianati kelompok Comete. Selepas perang Desoubrie dieksekusi di hadapan regu tembak. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sementara itu Nazi makin meningkatkan usaha untuk menghentikan aktivitas kelompok itu. Pada tanggal 20 Oktober, delapan pembantu Greindl yang ditangkap bersamanya dihukum mati di Brussels. Pada 18 Januari 1944, Francois yang telah menyelamatkan tidak kurang 215 orang tertangkap di Paris. Pada bulan Februari hampir semua anggota Comete di utara sudah ditangkap Gestapo. Sementara itu pada tanggal 28 Maret 1944, Frederick de Jongh dijatuhi hukuman mati di Paris. Comete telah lahir karena diilhami oleh Frederick de Jongh, dan meninggalnya Frederick diikuti dengan terhentinya aktivitas Comete. Di samping itu pemboman demi pemboman hebat yang dilakukan sekutu setelah pendaratan Normandia membuat perjalanan ke selatan mustahil dilakukan. Sebagai gantinya sekutu melakukan rencana  operasi Marathon, di mana para pilot yang selamat setelah ditembak jatuh harus berkumpul di hutan Belgia dan Prancis (yang diberi kode sandi Sherwood), dimana mereka kemudian akan diberi pasokan logistik dari udara hingga pasukan sekutu dapat membebaskan mereka pada bulan September 1944. Menjelang akhir perang sekitar 800 orang telah diselamatkan dengan jalur Comete ini, tetapi dengan mengorbankan 200 orang patriot Belgia dan Prancis. Dan mereka yang kembali dari kamp-kamp konsentrasi, demikian buruk keadaannya, banyak yang tak menjadi sehat kembali dalam waktu yang lama, dan beberapa tidak akan kembali sehat. Sementara itu, wanita muda, termasuk remaja, memainkan peran penting dalam keberlangsungan Jalur Komet. Enam puluh lima hingga 70 persen mereka yang membantu Comet Line adalah wanita. Kaum muda, terutama remaja putri, yang bekerja untuk Comet Line sering kali berpakaian, bertingkah laku, dan membawa kartu identitas palsu yang menggambarkan mereka sebagai pelajar dan menyatakan usia mereka beberapa tahun lebih muda dari usia sebenarnya. Teorinya adalah bahwa orang yang lebih muda cenderung tidak dicurigai oleh orang Jerman. Misalnya, salah satu kartu identitas palsu Andrée de Jongh memberinya nama “Denise Lacroix” dan mencantumkan tanggal lahirnya sebagai 7 Juli 1924, hampir delapan tahun lebih muda dari usia sebenarnya.

NASIB PARA TOKOH SELEPAS PERANG

Andree dibebaskan ketika perang berakhir. Saat itu, Dedee selamat dari maut tetapi sakit payah. Berbulan-bulan lamanya ia rebah dalam rumah sakit di Swiss, antara hidup dan mati. Tetapi apakah yang diperbuatnya ketika ia sehat kembali? Ia lalu belajar menjadi jururawat, mengikuti kursus mengenai penyakit-penyakit tropik dan merawat orang-orang penyakit kusta di Kongo, jajahan belgia. Pada tahun 1970an, Andree de Jongh sekali lagi menyumbangkan tenaganya untuk kemanusiaan. Kali ini ia pergi ke Ethiopia untuk merawat para penderita lepra disana. Sementara itu, Andree de Jongh dengan kelompok Comete-nya, seperti Elvire de Greef dan Florentino, yang telah menjadi legenda di kalangan para penerbang sekutu di Eropa dianugerahi dengan medali George Medal (penghargaan sipil tertinggi yang bisa diberikan Inggris kepada orang asing), sementara RAF memberinya kenang-kenangan berupa jam. Untuk Andree Amerika memberinya Medal of Freedom, sementara Prancis mengangkatnya menjadi Chevalier dari Légion d’honneur. Belgia juga, memberi penghargaan, tetapi mengambil langkah yang lebih jauh. Raja Baudouin menjadikannya seorang Countess. Countess de Jongh meninggal pada tanggal 13 Oktober 2007, dalam usia 90 tahun, di klinik universitas Saint-Luc, Woluwe-Saint-Lambert, Brussel. Upacara pemakamannya diadakan di Biara La Cambre, Ixelles, Brussels, dan dia dimakamkan di ruang bawah tanah orang tuanya di Pemakaman Schaerbeek.

Andree menerima kenang-kenangan berupa jam dari RAF selepas perang. (Sumber: https://historical-babes.tumblr.com/)

Disadur dan ditambahkan kembali dari:

Bermodal Senyum Dan Keberanian: Dipimpin oleh Wanita Belgia Berhati Baja Comete Menyelamatkan Tentara Sekutu oleh Wisnu AM; Rubrik Liku Liku Perang Koran Sinar Harapan Minggu, 1985

Ratusan Tentara Sekutu diselamatkan Seorang Wanita Oleh Sir Brian Horrocks, dari “The Listener” Sumber dari-majalah Star Weeky no. 745 – 9 April 1960

The Fearless Young Belgian Woman Who Rescued Downed Allied Pilots From Behind Enemy Lines In WW2 by Shahan Russell

https://www.google.com/amp/s/www.warhistoryonline.com/instant-articles/belgian-countess-resisted-nazis-m.html/amp

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Comet_Line

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Andr%C3%A9e_de_Jongh

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Jacques_Desoubrie

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *