Perang Timur Tengah

Pertempuran Norfolk, 27 Februari 1991, Salah Satu Duel Tank Terbesar Dalam Sejarah

Pertempuran Norfolk adalah pertempuran tank yang terjadi pada tanggal 27 Februari 1991, selama Perang Teluk Persia, antara pasukan lapis baja Amerika Serikat dan Inggris, dengan pasukan Garda Republik Irak di Provinsi Muthanna, Irak selatan. Peserta utama dalam pertempuran ini adalah Divisi Lapis Baja ke-2 AS, Divisi Infanteri ke-1 (Mekanis), yang menghadapi Brigade Mekanis ke-18 dan ke-9 Irak dari Divisi Infanteri Mekanis Pengawal Republik Tawakalna bersama dengan elemen dari sebelas divisi Irak lainnya. Divisi Lapis Baja ke-2 ditugaskan ke Divisi Infanteri ke-1 Amerika sebagai brigade manuver ke-3 karena fakta bahwa salah satu brigade dari Divisi Infanteri ke-1 tidak dikerahkan. Satuan Tugas Infanteri 1-41 dari Divisi Lapis Baja ke-2 akan menjadi ujung tombak Korps ke-VII pasukan sekutu. Sementara itu Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris bertanggung jawab untuk melindungi sayap kanan dari Korps ke-VII, menghadapi Divisi Lapis Baja ke-52 dan beberapa divisi infanteri Irak. Pertempuran ini adalah pertempuran terakhir dalam perang sebelum gencatan senjata sepihak mulai berlaku. Pertempuran Norfolk telah diakui oleh beberapa sumber sebagai pertempuran tank terbesar kedua dalam sejarah Amerika dan pertempuran tank terbesar dari Perang Teluk Pertama. Tidak kurang dari 12 divisi berpartisipasi dalam Pertempuran Norfolk bersama dengan beberapa brigade dan elemen berukuran resimen. Pasukan Amerika dan Inggris tercatat menghancurkan sekitar 850 tank Irak dan ratusan jenis kendaraan tempur lainnya. Dua divisi Garda Republik tambahan dihancurkan di Objective Dorset oleh Divisi Lapis Baja ke-3 AS pada 28 Februari 1991. Selama pertempuran ini, Divisi Lapis Baja ke-3 AS menghancurkan 300 kendaraan musuh dan menangkap 2.500 tentara Irak.

Aksi armada pasukan lapis baja sekutu saat Perang Teluk 1991. Pertempuran Norfolk tanggal 27 Februari 1991 telah diakui oleh beberapa sumber sebagai pertempuran tank terbesar kedua dalam sejarah Amerika dan pertempuran tank terbesar dari Perang Teluk Pertama. (Sumber: https://br.pinterest.com/)

LATAR BELAKANG & STRATEGI IRAK

Pada tanggal 2 Agustus 1990 pasukan Angkatan Darat Irak memasuki dan menduduki Negara Teluk Kuwait. Tindakan itu dikutuk secara luas, dan kekuatan negara-negara besar bekerja melalui PBB untuk mencapai resolusi damai untuk menghentikan pendudukan. Ketika para diplomat berusaha menggunakan metode damai untuk mengeluarkan pasukan Irak dari Kuwait, koalisi militer internasional dari berbagai negara-negara, di bawah mandat PBB, dibentuk. Koalisi ini kemudian terlibat dalam operasi pertahanan bersama, dengan nama sandi Operasi Desert Shield, untuk mencegah kemajuan atau ancaman lebih lanjut dari pasukan Irak ke negara-negara tetangga lainnya. Pada tanggal 15 Januari 1991, menjadi jelas bahwa diplomasi dan sanksi yang telah berjalan tidak akan menghasilkan penarikan pasukan Irak. Pada titik ini, Operasi Desert Shield digantikan oleh kampanye militer koalisi yang luas dengan nama sandi Operasi Desert Storm. Tujuannya adalah untuk membebaskan dan mengamankan Kuwait. Di sisi Irak, ketika menjadi jelas bahwa perang tidak terhindarkan, Baghdad mengembangkan strategi yang mereka percayai memungkinkan Irak untuk “memenangkan” perang melawan koalisi negara-negara Barat dan Arab. Dari sisi militer, rencana ini tidak bermaksud untuk mengalahkan kekuatan koalisi, akan tetapi sekedar menciptakan keadaan buntu yang akhirnya memaksa pihak koalisi untuk bernegosiasi. Seperti yang diindikasikan di depan publik dan lewat pernyataan pribadi dari pemimpin-pemimpin mereka, strategi Irak didasarkan pada asumsi bahwa kekuatan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat tidak bersedia menerima banyak korban demi minyak di Kuwait. Mundurnya Amerika dari Vietnam dan Libanon semakin meyakinkan Saddam dan para penasehatnya bahwa publik Amerika tidak punya nyali untuk berkorban banyak bagi Kuwait. Di sisi lain, Irak menyadari bahwa pasukan koalisi akan memulai serangan pada tentara Irak dengan melancarkan kampanye serangan udara. Faktanya Irak tidak berniat untuk bertarung memperebutkan superioritas udara melawan kekuatan udara sekutu yang jauh lebih kuat, dimana mereka meyakini bahwa hal ini tidak diperlukan. Mereka memperkirakan kampanye serangan udara akan berlangsung dari 3 sampai 7 hari (paling lama 10 hari) dan dengan serangan udara berjangka waktu pendek ini, mereka hanya akan menderita sedikit kerusakan militer dan infrastruktur pendukungnya. Jadi target utama Baghdad adalah bertahan dari serangan udara dan bersiap menghadapi perang darat, dimana di darat, Irak percaya diri bahwa mereka bisa mengimbangi dan menciptakan banyak korban diantara pasukan koalisi/sekutu.

21 Agustus 1990: Lebih dari 1.000 Marinir AS dari Fort Bragg turun dari pesawat angkut Galaxy di pangkalan udara Saudi Dhahran. Invasi Irak ke Kuwait tanggal 2 Agustus 1990, menyebabkan koalisi militer internasional dari berbagai negara-negara, di bawah mandat PBB, dibentuk. (Sumber: https://www.chron.com/)
Anggota Divisi Marinir ke-1 membawa rekan mereka yang terluka selama baku tembak di tepi selatan DMZ selama Perang Vietnam tahun 1966. Mundurnya Amerika dari Vietnam dan Libanon semakin meyakinkan Saddam dan para penasehatnya bahwa publik Amerika tidak punya nyali lagi untuk berkorban banyak bagi Kuwait. (Sumber: https://www.life.com/)
Seorang awak darat Angkatan Udara AS memuat bom berbobot 500-lb ke bagian bawah sayap pesawat tempur selama Operasi Badai Gurun. Perencana militer Irak memperkirakan kampanye serangan udara pasukan sekutu akan berlangsung dalam jangka waktu pendek, dimana mereka diperkirakan hanya akan menderita sedikit kerusakan militer dan infrastruktur pendukungnya. Target utama Baghdad adalah bertahan dari serangan udara dan bersiap menghadapi perang darat, dimana di darat, Irak percaya diri bahwa mereka bisa mengimbangi dan menciptakan banyak korban diantara pasukan koalisi/sekutu. (Sumber: https://www.chron.com/)

Untuk perang darat, Irak mengembangkan strategi yang didasarkan dari pengalaman mereka saat perang melawan Iran, khususnya pada metode yang mereka gunakan untuk menghentikan ofensif yang dilancarkan terhadap kota Basra pada tahun 1987. Di sini Irak berencana menggelar pasukan infanteri di balik gundukan-gundukan tanah dan kubu-kubu pertahanan untuk menyerap pukulan-pukulan serangan sekutu. Di belakang pasukan infanteri, Irak menempatkan armada kendaraan lapis baja dan cadangan unit mekanisnya yang akan melancarkan serangan balik untuk mendukung pasukan infanteri dan menghentikan atau memblokir setiap upaya penerobosan lawan. Sementara itu, pasukan elit Pengawal Republik yang disiapkan sebagai cadangan strategis akan melancarkan serangan balik utama terhadap upaya utama pihak sekutu. Seperti saat melawan pasukan Iran, staff Jenderal Irak hanya melakukan sedikit manuver dan kreatifitas sebagai komandan taktis, sehingga serangan balik lokal dari unit-unit cadangan pasukan mekanis lebih berupa serangan frontal yang didesain untuk menghentikan pasukan sekutu dengan sekedar meluncurkan sepasukan besar unit lapis baja ke setiap penetrasi pasukan sekutu. Pasukan Pengawal Republik kemudian akan dikerahkan untuk mengepung pasukan sekutu yang menyerbu masuk, dengan berharap bahwa pasukan sekutu sudah berdarah-darah dan diperlambat oleh pasukan infanteri garis depan dan divisi-divisi berat Angkatan Darat Irak yang menghadapi mereka sebelumnya. Sekali lagi superioritas jumlah menjadi elemen utama yang diandalkan dalam rencana Irak. Baghdad diketahui telah mengkonsentrasikan 51 dari 66 Divisinya di Kuwait, dengan sekitar 500.000 prajurit, 3.457 tank, 3.080 kendaraan APC, dan 2.475 pucuk senjata artileri, untuk menghadapi pasukan koalisi.

Foto Tank Tempur Utama Tipe 69-II Irak dalam posisi dikubur dalam Perang Teluk Pertama, awal tahun 1991. Seperti saat melawan pasukan Iran, staff Jenderal Irak hanya melakukan sedikit manuver dan kreatifitas sebagai komandan taktis, sehingga serangan balik lokal dari unit-unit cadangan pasukan mekanis lebih berupa serangan frontal yang didesain untuk menghentikan pasukan sekutu. (Sumber: https://m.facebook.com/)
Pasukan Irak dalam perang melawan Iran tahun 1980an. Kekuatan darat Irak mengandalkan pasukan elit Pengawal Republik yang disiapkan sebagai cadangan strategis akan melancarkan serangan balik utama terhadap upaya utama pihak sekutu. (Sumber: https://www.arabnews.com/)
Secara strategi militer Irak membuat kesalahan signifikan dengan meremehkan pertahanan di barat daya Irak. Serangan utama sekutu justru nantinya dilancarkan di sektor ini. (Sumber: https://www.nature.com/)

Dari strategi Irak ini terdapat satu kelemahan signifikan, dimana pertahanan utama Irak di medan perang Kuwait berakhir sekitar 100 km sebelah barat dari posisi dimana perbatasan Irak, Kuwait, dan Arab Saudi bertemu. Irak tidak percaya bahwa pasukan koalisi mampu melancarkan ofensif mekanis besar di area itu, sehingga hanya menggelar pertahanan yang tipis di sektor tersebut. Pasukan Irak berdasarkan pengalaman selalu kesulitan dalam bernavigasi di gurun yang tanpa petunjuk di area barat daya Irak dan tidak menyadari dengan dilengkapi peralatan GPS (yang memungkinkan seseorang menentukan lokasi geografis hingga ketepatan beberapa meter menggunakan bantuan satelit) pasukan sekutu tidak memiliki masalah dalam menjelajahi wilayah tersebut. Faktor lain yang dipercaya Irak adalah bahwa pasukan sekutu tidak memiliki kemampuan logistik yang memadai untuk mendukung operasi ribuan kendaraan dah puluhan ribu prajurit melintasi ratusan kilometer gurun yang kering kerontang. Nantinya asumsi ini menjadi kesalahan besar Irak, karena serangan utama sekutu justru dilancarkan di sektor ini. Mimpi buruk benar-benar terjadi bagi Irak, kampanye serangan udara sekutu berlangsung panjang, bukan sekedar dalam hitungan hari seperti prediksi Irak. Enam minggu serangan udara tanpa henti telah menghancurkan kekuatan tempur dan moral banyak unit-unit Irak. Pada akhir bulan Februari, beberapa unit Irak di Kuwait berkurang menjadi hanya 50% dari kekuatan awalnya, dan secara keseluruhan kekuatan tentara Irak turun menjadi tinggal 325.000-350.000 prajurit. Serangan udara sekutu juga menghancurkan dalam jumlah besar peralatan militer tentara Irak. Menurut perkiraan CIA setelah perang, serangan udara sekutu mungkin telah menghancurkan 20-30% tank, APC, dan senjata artileri dari divisi-divisi berat Irak di Kuwait dan membuat tidak bisa beroperasinya lebih dari sepertiga dari total tank, APC dan senjata artileri Irak yang dikerahkan. Ketika akhirnya perang darat dilancarkan pasukan sekutu pada tanggal 24 februari 1991, kekuatan mereka lebih superior dibanding pasukan Irak di Kuwait baik secara kuantitas dan kualitas. Sebagai contoh pasukan koalisi menggelar sekitar 2.200 tank tempur utama M1A1 Abrams dari Amerika dan Challenger 1 dari Inggris, sedangkan Irak hanya mampu menggelar kurang dari 1.000 tank terbaik mereka, yakni tank T-72, yang lebih tua dan kalah kelas dari kedua tank andalan sekutu itu. Ketimpangan ini akan terlihat jelas dalam Pertempuran Norfolk yang terjadi pada tanggal 27 Februari 1991.

F-14A Tomcat Angkatan Laut AS dari kapal induk USS Theodore Roosevelt dengan Battle Force Zulu, dalam perjalanan untuk mendukung serangan udara di Irak selama Operasi Badai Gurun, Februari 1991. kampanye serangan udara sekutu berlangsung panjang, bukan sekedar dalam hitungan hari seperti prediksi Irak. Enam minggu serangan udara tanpa henti telah menghancurkan kekuatan tempur dan moral banyak unit-unit Irak. (Sumber: https://www.awm.gov.au/)
Sebuah Tank T-55 Irak yang hancur di gurun Kuwait, 1991. enurut perkiraan CIA setelah perang, serangan udara sekutu mungkin telah menghancurkan 20-30% tank, APC, dan senjata artileri dari divisi-divisi berat Irak di Kuwait dan membuat tidak bisa beroperasinya lebih dari sepertiga dari total tank, APC dan senjata artileri Irak yang dikerahkan. (Sumber: https://www.nam.ac.uk/)

PIHAK YANG BERHADAPAN

Pertempuran Norfolk terjadi sekitar 60 mil (97 km) timur dan 18 jam setelah Pertempuran Al Busayyah, dan beberapa kilometer timur dari lokasi Pertempuran Easting 73, yang baru saja berakhir dua jam sebelumnya. Pertempuran Norfolk dinamai berdasarkan Objective Norfolk, sebuah area yang mencakup persimpangan Jalan Pipa IPSA dan beberapa jalur gurun dan gudang perbekalan Irak yang besar yang dipertahankan oleh pasukan lapis baja Irak. Target Norfolk terletak di sebelah barat Phase Line Kiwi, timur Phase Line Smash, dan utara Phase Line Grape. Garis Phase adalah referensi peta pada setiap beberapa kilometer yang digunakan untuk mengukur kemajuan operasi ofensif. Korps ke-VII Angkatan Darat AS yang terlibat dalam pertempuran ini adalah kekuatan tempur yang hebat. Dalam inventarisnya ada 1.487 tank, 1.384 kendaraan tempur infanteri, 568 senjata artileri, 132 MLRS, 8 peluncur rudal, dan 242 helikopter serang. Satuan ini memiliki total 146.321 prajurit. Pasukan utama yang terlibat dalam pertempuran adalah Divisi Infanteri ke-1 Amerika, Brigade ke-3 dari Divisi Lapis Baja ke-2 (dijuluki ‘Hell on Wheels‘) yang berhadapan dengan Brigade Mekanis ke-18 dan ke-9 Irak dari Divisi Infanteri Mekanik Pengawal Republik Tawakalna bersama dengan elemen dari sebelas divisi Irak lainnya termasuk Divisi Infanteri ke-26, 48, 31, dan 25 Irak. Divisi Infanteri ke-1 Amerika sendiri cukup tangguh, dimana mereka terdiri dari 334 tank M1A1 dan 224 kendaraan tempur M2A2 Bradley. Gugus Tugas Infanteri 1-41 dari Divisi Lapis Baja ke-2 AS akan menjadi ujung tombak Divisi Infanteri ke-1 AS dan unit Korps VII lainnya selama perang. Divisi Kavaleri ke-1 AS juga turut terlibat. Inggris sementara itu menerjunkan Divisi Lapis Baja ke-1 mereka. Divisi Lapis Baja ke-3 AS memiliki tanggung jawab merebut Objective Dorset. Pada puncak pertempuran, Divisi Lapis Baja ke-3 terdiri dari 32 batalyon dan 20.533 personel. Divisi Lapis Baja ke-3 adalah divisi koalisi terbesar dalam Perang Teluk dan divisi lapis baja AS terbesar dalam sejarah. Peralatan divisi itu termasuk 360 tank tempur utama Abrams, 340 Bradley Fighting Vehicles, 128 howitzer self-propelled kaliber 155 mm jenis M109, 27 helikopter serang McDonnell-Douglas AH-64 Apache, 9 sistem peluncur roket multi-laras, dan berbagai peralatan tambahan. 

Tank M1A1 andalan pasukan lapis baja Amerika dalam Perang Teluk 1991. (Sumber: https://br.pinterest.com/)
Kendaraan tempur M2A2 Bradley, tulang punggung infanteri mekanis Amerika. (Sumber: https://www.1zoom.me/)
Di udara, armada lapis baja Amerika masih didukung oleh helikopter serang McDonnell-Douglas AH-64 Apache. (Sumber: https://twitter.com/)

Di pihak lawan, Divisi Lapis Baja ke-52 Irak juga merupakan peserta utama dalam pertempuran Norfolk. Satuan ini adalah divisi yang kuat, yang terdiri dari 245 tank dan 195 kendaraan tempur lapis baja. Disamping itu, Divisi Lapis Baja ke-10 dan ke-12 Irak juga terlibat. Divisi Lapis Baja ke-10 Irak dianggap sebagai divisi reguler terbaik di Angkatan Darat Irak. Divisi ini memiliki peralatan yang lebih modern daripada unit-unit reguler Irak lainnya, dengan dilengkapi tank T-72 dan T-62. Tank T-62 menjadi mayoritas dalam satuan ini. Secara keseluruhan tank utama yang dipakai pasukan Irak adalah tank T-55, dimana mereka menerjunkannya dalam jumlah besar. Selain itu, Irak juga memiliki elemen dari dua brigade lapis baja independen lainnya di medan tempur, yaitu Brigade Lapis Baja ke-50 dan ke-29. Tiga unit elit utama Divisi Garda Republik Irak, yakni TawakalnaHammurabi, dan Divisi Medina memiliki kekuatan lebih dari 660 tank, 660 kendaraan tempur infanteri, dan ribuan senjata antitank, artileri self-propelled, dan sistem tempur lainnya. Divisi Garda Republik Tawakalna adalah divisi paling kuat di Irak yang mencakup sekitar 14.000 prajurit, 220 tank T-72, 284 kendaraan tempur infanteri, 126 senjata artileri, dan 18 MLRS.

T-72, tank termodern Irak saat Perang Teluk 1991. (Sumber: https://sejarahmiliter.com/)
Tank T-62 yang lebih tua dari T-72, bagaimanapun menjadi mayoritas dalam armada lapis baja pasukan Irak. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Selain tank, pasukan infanteri mekanis Irak juga didukung oleh ribuan kendaraan lapis baja lainnya. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

PEMBUKAAN

Satuan Tugas Infanteri 1-41 adalah pasukan koalisi pertama yang menembus perbatasan Arab Saudi pada tanggal 15 Februari 1991. Gugus tugas ini menerobos melalui tanggul pasir di perbatasan dan bergemuruh enam mil (9,6 km) menuju ke Irak. Semuanya tenang sampai malam kedua, ketika kabar datang bahwa pasukan Irak sedang berkeliaran, termasuk tim pemburu-pembunuh yang dipersenjatai dengan granat berpeluncur roket melakukan operasi tempur darat di wilayah Irak. Unit ini kemudian terlibat dalam baku tembak langsung dan tidak langsung dengan musuh pada tanggal 17 Februari 1991. Satgas Infanteri 1-41 adalah satuan tugas setingkat batalyon berat dari Divisi Lapis Baja ke-2. Satuan ini terutama terdiri dari Batalyon ke-1, Resimen Infanteri ke-41, Batalyon ke-3, Resimen Armor ke-66, dan Batalyon ke-4, Resimen Artileri Lapangan ke-3. Sebuah kompi infanteri mekanis, Satgas Infanteri 1-41 masing-masing berkekuatan 130 orang dan dibagi menjadi tiga peleton tempur. Tiga belas kendaraan tempur Bradley ada di kompi itu, yang masing-masing mengangkut sembilan atau 10 tentara. Tak lama setelah tiba di medan tempur Satuan Tugas Infanteri 1-41 menerima misi kontra-pengintaian bersama dengan Skuadron ke-1, Resimen Kavaleri ke-4. Satuan gabungan ini dikenal sebagai Task Force Iron. Misi kontra-pengintaian yang dimaksudkan ini umumnya termasuk menghancurkan atau memukul mundur elemen pengintai musuh dan menghalangi komandan lawan mereka untuk bisa mengamati pasukan kawan. Pada tanggal 15 Februari 1991 Batalyon ke-4 dari Resimen Artileri Lapangan ke-3 menembaki sebuah trailer dan beberapa truk di sektor Irak yang sedang mengamati pasukan Amerika. Pada tanggal 16 Februari 1991 beberapa kelompok kendaraan Irak tampaknya melakukan pengintaian di sekitar Gugus Tugas dan diusir oleh tembakan dari unit 4-3 FA. Peleton musuh lainnya, termasuk enam kendaraan, dilaporkan berada di timur laut Gugus Tugas. Mereka lalu diserang oleh tembakan artileri dari 4-3 FA. Malamnya, sekelompok kendaraan Irak lainnya terlihat bergerak menuju pusat Gugus Tugas. Mereka tampaknya adalah kendaraan lapis baja tipe BTR dan tank-tank Irak buatan Soviet. Selama satu jam berikutnya, Satuan Tugas ini melakukan beberapa pertempuran kecil dengan unit pengintai Irak. TF 1-41 IN kemudian menembakkan rudal TOW ke formasi Irak menghancurkan satu tank. Sisa formasi lalu dihancurkan atau diusir oleh tembakan artileri dari 4-3 FA. Pada tanggal 17 Februari 1991 Satuan Tugas menerima beberapa tembakan mortir musuh, namun, pasukan musuh berhasil melarikan diri. Malamnya, Satuan Tugas menerima tembakan artileri musuh lainnya tetapi tidak ada korban jiwa. Pada tanggal 18 Februari mortir Irak terus melakukan penembakan terhadap Gugus Tugas. Gugus Tugas kemudian membalas tembakan ke posisi Irak dengan tembakan artileri dari Batalyon 4-3 FA dan Artileri Divisi Infanteri ke-1. Selama serangan mortir Irak, dua tentara Amerika terluka. Elemen pengintai Irak terus berpatroli di daerah antara Satuan Tugas dan Divisi Kavaleri ke-1. Sebaliknya unit udara dan artileri Korps ke-VII terus melancarkan operasi tempur melawan posisi-posisi pertahanan Irak.

Prajurit Peleton ke-2, Kompi C, Batalyon ke-1, Resimen Infanteri ke-41, Satuan Tugas Infanteri 1-41 berpose dengan tank Irak yang dirampas selama Perang Teluk ke-1, Februari 1991. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Elemen Baterai C, Batalyon ke-4 dari Tim Pengintai Resimen Artileri Lapangan ke-3 melewati tank Irak yang terbakar. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Satuan Tugas Infanteri 1-41 menghancurkan beberapa tank Irak di beberapa posisi pertahanan. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

MENEMBUS PERTAHANAN IRAK

Penerobosan pasukan sekutu didahului oleh rentetan tembakan artileri berat, yang dipimpin oleh unit artileri Korps ke-VII untuk melunakkan pertahanan Korps-VII Irak. Sekitar 300 senjata artileri dari berbagai negara berpartisipasi dalam serangan itu. Lebih dari 14.000 peluru artileri dan lebih dari 4.900 roket MLRS ditembakkan ke pasukan Korps ke-VII Irak selama serangan ini. Irak tercatat kehilangan hampir 22 batalyon artileri selama tahap awal serangan ini. Ini termasuk penghancuran sekitar 396 senjata artileri Irak. Pada akhir serangan ini, aset artileri Irak bisa dibilang sudah tidak ada lagi. Satu unit Irak yang hancur total selama periode persiapan serangan sekutu ini adalah Grup Artileri Divisi Infanteri ke-48 Irak. Komandan grup tersebut menyatakan bahwa unitnya kehilangan 83 dari 100 senjatanya karena serangan artileri sekutu. Serangan ini masih ditambah dengan serangan udara oleh pengebom-pengebom B-52 Stratofortress dan pesawat gunship Lockheed AC-130. Helikopter-helikopter Apache Divisi Infanteri ke-1 dan pesawat-pesawat pembom B-52 melakukan serangan terhadap Brigade Infanteri ke-110 Irak. Pada saat yang bersamaan Batalyon zeni ke-1 dan Batalyon zeni ke-9 menandai jalur serangan di bawah tembakan langsung dan tidak langsung musuh untuk mengamankan pijakan di wilayah musuh dan melewati posisi Divisi Infanteri ke-1 dan Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris menuju ke depan. Artileri dari Divisi Infanteri ke-1 tercatat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pertempuran. Mereka menembakkan 11.752 peluru artileri dari 45.641 peluru yang ditembakkan semua misi artileri sekutu selama konflik. 1-5 FA berkontribusi menembakkan 5.313 peluru. 4-5 FA menyumbang 4.100 peluru dan 4-3 FA menembakkan 2.339 peluru selama semua misi artileri selama Perang Teluk. Ketiga batalyon ini akan menjadi yang paling aktif dari semua 28 batalyon artileri kaliber 155mm yang dikerahkan ke medan perang. Pada tanggal 20 Februari 1991 unit 4-3 FA bersama dengan 2-29 FA, C 1-17 FA(MLRS), A 1-158 FA(MLRS), dan A 6-27 FA(MLRS) berpartisipasi dalam serangan artileri terhadap beberapa target Irak. Serangan ini menyebabkan penghancuran beberapa unit artileri Irak dan unit lapis baja bersama dengan beberapa pos komando. Pada tanggal 23 Februari 1991 4-3 FA bersama dengan 1-17 FA, 1-142 FA, 2-142 FA, dan 1-27 FA berpartisipasi dalam serangan artileri lain yang sukses. Serangan ini menyebabkan penghancuran aset artileri, manuver, komando, dan target logistik Irak tambahan. Artileri Divisi Infanteri ke-1 dan helikopter serang AH-64 Apache melakukan operasi terhadap Divisi Infanteri ke-26 Irak, sedangkan pesawat-pesawat pembom B-52 melakukan misi melawan Divisi Infanteri ke-48 Irak.

Ilustrasi tembakan baterai roket MLRS yang membuka serangan darat pasukan sekutu di posisi-posisi pertahanan pasukan Irak. (Sumber: https://br.pinterest.com/)

Pada tanggal 24 Februari 1991 Divisi Kavaleri ke-1 melakukan beberapa misi serangan artileri melawan unit artileri Irak. Satu misi artileri menyerang serangkaian bunker Irak, yang diperkuat oleh tank-tank T-55 Irak, di sektor Divisi Infanteri ke-25 Irak. Pada hari yang sama Brigade ke-2, Divisi Kavaleri ke-1 dengan Batalyon ke-1, Kavaleri ke-5, Batalyon ke-1, Armor ke-32, dan Batalyon ke-1, Kavaleri ke-8 menghancurkan bunker dan kendaraan-kendaraan tempur Irak di sektor Divisi Infanteri ke-25 Irak. Pada hari itu juga Brigade ke-2, Divisi Infanteri ke-1 melewati celah di pertahanan Irak di sebelah barat Wadi Al-Batin dan juga membersihkan sektor timur laut lokasi penerobosan dari perlawanan musuh. Gugus Tugas Lapis Baja 3-37 menembus pertahanan Irak membersihkan empat jalur lintasan dan memperluas celah di bawah tembakan langsung musuh. Juga, pada tanggal 24 Februari Divisi Infanteri ke-1 Amerika bersama dengan Divisi Kavaleri ke-1 menghancurkan pos-pos Irak dan patroli milik Divisi Infanteri ke-26 Irak. Kedua divisi juga mulai menangkapi para tahanan setelahnya. Divisi Infanteri ke-1 juga membersihkan zona antara Phase Line Vermont dan Phase Line Kansas. Setelah Batalyon ke-3 Divisi Infanteri ke-1, Armor ke-37 mencapai posisi pertahanan belakang Irak, mereka menghancurkan sebuah baterai artileri meriam D-30 Irak dan banyak truk serta bunker.

Pasukan infanteri mekanis Amerika membersihkan bunker-bunker pertahanan Irak. (Sumber: https://br.pinterest.com/)
Rencana serangan pasukan darat sekutu yang memanfaatkan kelemahan pertahanan pasukan Irak di wilayah Irak barat daya. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Ilustrasi pasukan Irak menyerah kepada pasukan sekutu. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Sementara itu Satuan Tugas Infanteri 1-41 diberi tugas untuk menembus posisi pertahanan awal Irak di sepanjang perbatasan Irak-Arab Saudi. Skuadron ke-1, Resimen Kavaleri Lapis Baja ke-4 menangani tanggung jawab serupa di sektor operasinya. Batalyon ke-5 Divisi Infanteri ke-1, Infanteri ke-16 juga memainkan peran penting dalam membersihkan parit dan menangkap 160 tentara Irak dalam proses tersebut. Begitu memasuki wilayah Irak, Satuan Tugas Infanteri 1-41 menghadapi beberapa posisi pertahanan dan bunker Irak. Posisi defensif ini ditempati oleh elemen seukuran brigade. Unsur-unsur infanteri dari Satuan Tugas 1-41 turun dari kendaraannya dan bersiap untuk menghadapi tentara musuh yang menduduki bunker yang dipersiapkan dengan baik dan dijaga ketat ini. Gugus Tugas menemukan dirinya terlibat dalam pertempuran enam jam untuk membersihkan kompleks bunker yang luas. Tentara Irak melawan Satuan Tugas itu dengan tembakan senjata ringan, RPG, tembakan mortir, dan apa yang tersisa dari aset artileri Irak. Serangkaian pertempuran yang terjadi mengakibatkan banyak korban di pihak Irak dan pasukan Irak diusir dari posisi pertahanan mereka dengan banyak diantaranya menjadi tawanan perang. Beberapa melarikan diri untuk dibunuh atau ditangkap oleh pasukan koalisi lainnya. Dalam proses pembersihan bunker, Satuan Tugas 1-41 merebut dua pos komando brigade dan pos komando Divisi Infanteri ke-26 Irak. Satgas itu juga menangkap seorang komandan brigade, beberapa komandan batalyon, komandan kompi, dan perwira staf. Ketika operasi tempur berlangsung Satuan Tugas Infanteri 1-41 terlibat dalam pertempuran jarak pendek menghadapi beberapa posisi tank musuh yang dikubur dalam tanah dalam posisi penyergapan. Selama beberapa jam, tim anti-tank Irak yang dilengkapi RPG, tank-tank T-55, dan infanteri Irak menembaki kendaraan Amerika yang lewat, hanya untuk dihancurkan oleh tank-tank dan kendaraan tempur AS lainnya yang mengikuti pasukan pembuka. Satuan Tugas 2-16 dari Divisi Infanteri Infanteri ke-1 membersihkan empat jalur secara bersamaan melalui sistem parit yang dibentengi musuh sambil menimbulkan banyak korban. Gugus Tugas 2-16 kemudian melanjutkan serangan dengan membersihkan lebih dari 13 mil (20 km) posisi musuh yang mengakibatkan perampasan dan penghancuran banyak kendaraan musuh, peralatan, personel dan bunker komando.

Sebuah tank Irak dihancurkan oleh Satuan Tugas Infanteri 1-41 selama operasi tempur malam saat perang Teluk, Februari 1991. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Sebuah Tank T-55 Garda Republik Irak dihancurkan oleh Satuan Tugas Infanteri 1-41, Februari 1991. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

PERTEMPURAN NORFOLK

Selama tiga setengah jam 90.000 peluru artileri ditembakkan ke posisi pertahanan Irak sebelum serangan darat utama dilancarkan. Pada tanggal 22 Februari dan 23 Februari artileri dari Divisi Infanteri ke-1 dan Batalyon 4-3 FA melakukan serangan artileri terhadap sasaran-sasaran Irak. Dini hari tanggal 23 Februari Divisi Kavaleri ke-1 juga melakukan serangan artileri dan operasi pengintaian di sepanjang tanggul perbatasan. Juga, pada tanggal 23 Februari Brigade Artileri Lapangan ke-210 melakukan misi tembakan ke sasaran Irak di seberang tanggul bersama dengan Divisi Infanteri ke-1 yang melakukan serangan menggunakan helikopter Apache terhadap Brigade Infanteri ke-110 Irak. Kemudian pada tanggal 24 Februari 1991 Satuan Tugas Infanteri 1-41 bertempur melawan unit infanteri Irak yang dipersenjatai dengan senjata RPG. Tentara-tentara Irak didapati terbunuh atau ditangkap. Lalu pada hari yang sama unit 4-3 FA melakukan serangan artileri ke utara posisinya terhadap posisi tentara Irak. Tentara Irak kemudian menyerang Satuan Tugas 1–41 dengan tembakan artileri dan mortir dengan sedikit keberhasilan. Pada hari yang sama Gugus Tugas bersama dengan unit Amerika lainnya melanjutkan pembersihan Phase Line New Jersey. Kemudian pada tanggal 24 Februari 1991 Satuan Tugas 1-41 akan terlibat dalam penghancuran Brigade Infanteri ke-110 dan ke-434 Irak dari Divisi Infanteri ke-26 Irak. Pada tanggal 25 Februari 1991 Gugus Tugas bertempur dan menghancurkan Korps Jihad Irak, yang terdiri dari Divisi Lapis Baja ke-10 dan 12, dalam pertempuran langsung. Lalu di tanggal 26 Februari 1991 Satuan Tugas Infanteri 1-41, yang dipimpin oleh Batalyon Armor 3-66, menyerang dan menghancurkan sebuah batalyon tank T-55 Irak.

Sebuah tank M1A1 Abrams dari Kavaleri Lapis Baja ke-2 sebelum bertemu dengan Divisi Tawakalna Irak dari Unit Pengawal Republik pada tanggal 26 Februari 1991. Pertempuran Norfolk dalam arti tertentu merupakan kelanjutan dari pertempuran yang dimulai dengan Pertempuran 73 Easting. Pertempuran itu terjadi di bawah kondisi cuaca hujan dan berkabut dan dimulai pada pukul 0030 tanggal 27 Februari 1991. (Sumber: https://twitter.com/)
Baterai C, Batalyon ke-4 dari Resimen Artileri Lapangan ke-3, Divisi Lapis Baja ke-2 bergerak ke posisi untuk melakukan misi tembakan selama Pertempuran Norfolk, Februari 1991. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pertempuran Norfolk dalam arti tertentu merupakan kelanjutan dari pertempuran yang dimulai dengan Pertempuran 73 Easting. Pertempuran itu terjadi di bawah kondisi cuaca hujan dan berkabut dan dimulai pada pukul 0030 tanggal 27 Februari 1991. Selama tahapan awal Artileri dari Divisi Infanteri ke-1, termasuk batalyon 4-3 FA, terbukti sangat menentukan selama operasi tempur dengan melakukan beberapa serangan dan misi tembakan. Operasi tempur ini mengakibatkan hancurnya 50 tank musuh, 139 kendaraan APC, 30 sistem pertahanan udara, 152 senjata artileri, 27 peluncur rudal, 108 mortir, dan 548 kendaraan beroda, 61 garis parit dan posisi bunker, 92 target pertahanan infanteri yang terbuka, dan 34 posisi logistik. Dua Kendaraan Tempur Infanteri Bradley Amerika dihancurkan oleh Brigade Mekanis ke-18 Garda Republik Irak saat melakukan pengintaian ke depan. Di sisi lain artileri Amerika dan unit MLRS terus melakukan misi penembakan terhadap target Irak belasan mil ke timur. Dengan dukungan udara helikopter serang dari Batalyon ke-2, Unit Aviasi ke-1 dan dukungan tembakan dari Batalyon ke-4 dari Resimen Artileri Lapangan ke-3 dan artileri Divisi Infanteri lainnya yang lain untuk mencegah artileri Irak campur tangan, Divisi Infanteri ke-1 AS membuat jalur dari garis ACR ke-2. Dua brigade penyerang dari Divisi Infanteri ke-1 AS, termasuk Brigade ke-3 dari Divisi Lapis Baja ke-2, ditempatkan di sepanjang 75 Easting, sekitar 2.000 meter di sebelah timur 73 Easting. Brigade ini kemudian bentrok dengan Divisi Tawakalna Irak dari Pengawal Republik, termasuk Brigade ke-37 dari Divisi Lapis Baja Irak ke-12. Dua Brigade terdepan Divisi Infanteri ke-1 juga bentrok dengan Brigade Lapis Baja ke-9 dan Brigade Mekanik ke-18 Irak pada tahap awal pertempuran. Helikopter serang dari Batalyon ke-1, Unit Aviasi ke-1 juga berpartisipasi dalam pertempuran awal ini. Elemen-elemen dari Divisi Lapis Baja ke-12 Irak dihancurkan selama pertempuran ini oleh Satuan Tugas Infanteri 1-41. Divisi Irak yang bergerak lambat ini secara signifikan dikalahkan oleh pasukan AS dan Inggris. Sekitar 40 tank Irak dihancurkan bersama dengan kendaraan tempur lainnya yang berjumlah serupa.

Batalyon ke-4 dari Resimen Artileri Lapangan ke-3, Divisi Lapis Baja ke-2 (FWD) melakukan serangan artileri ke posisi Irak. 4-3 FA adalah batalion pendukung tembakan utama untuk Satuan Tugas 1-41 selama Perang Teluk ke-1, Februari 1991. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
M270 Multiple Launch Rocket Systems menyerang posisi Irak di Pertempuran Norfolk, Februari 1991. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sementara itu sebuah kelompok pengintai dari unit 4-3 FA secara keliru bergerak terlalu maju dari unit-unit Infanteri Satuan Tugas 1-41 lainnya. Satgas Lapis Baja 3-66 kemudian diberi tugas untuk mencari kelompok pengintai yang hilang. Saat Gugus Tugas 3-66 Armor mendekati kelompok pengintai, infanteri musuh dengan bodohnya menembaki mereka dari posisi bertempur di dekat kelompok pengintai 4-3 FA yang kebingungan. Tank-tank M1A1 Abrams dari TF 3-66 dan kendaraan-kendaraan tempur infanteri Bradley lalu melawan hanya dengan senapan mesin daripada menggunakan meriam untuk mengurangi bahaya mengenai rekan-rekan TF 1-41 IN, yang berada tepat di belakang musuh. Tembakan senapan mesin dari TF 3-66 AR kemudian mendorong pasukan infanteri musuh tepat menuju ke satuan TF 1-41 IN dengan yang terakhir menangkap semua tentara musuh. TF 3-66 AR berhasil menemukan anggota kelompok pengintai yang hilang tanpa cedera. Pada tanggal 27 Februari 1991 Satuan Tugas Infanteri 1-41 menghancurkan sebuah batalion tank T-55 Irak yang menyergap Gugus Tugas tersebut. Unit tank Irak tersebut sebagai gantinya berhasil menghancurkan sebuah kendaraan tempur Bradley dan membunuh tiga tentara yang tergabung dalam Satuan Tugas. Pada hari yang sama Satuan Tugas 1-41 menghancurkan sebuah tim RPG Irak, sarang senapan mesin, dan sebuah bunker. Pada tanggal 27 Februari 1991 Satuan Tugas 1-41 menghancurkan unit tank Irak lainnya dari jarak jauh di Objective Denver. Sementara itu, Divisi Lapis Baja ke-2 menghancurkan 60 tank Irak dan 35 AFV di sepanjang Jalur Pipa Irak ke Arab Saudi (IPSA). Satuan Tugas 1-41 dan unit Divisi Lapis Baja ke-2 lainnya kemudian akan berhasil mengamankan Jalur Pipa Irak ke Arab Saudi dan merebut instalasi logistik besar Irak dalam prosesnya. Gugus Tugas dan Divisi Infanteri ke-1 juga membersihkan sebuah kompleks bunker yang luas yang menampung pasukan infanteri Irak yang dilengkapi RPG.

Pasukan lapis baja Amerika menerobos pertahanan Irak dengan serangan yang dimotori tank Abrams dan kendaraan tempur Bradley. (Sumber: https://br.pinterest.com/)
Kendaraan lapis baja Bradley terbukti cukup mampu menghadapi kendaraan-kendaraan lapis baja Irak, termasuk tank-tank beratnya. (Sumber: https://i.pinimg.com/)

Di tengah situasi simpang siur dalam perang, unit AS kerap bercampur dengan unit-unit Irak yang tersebar di seluruh gurun. Kebingungan ini menyebabkan beberapa insiden salah tembak. Gugus Tugas Infanteri 1-41 kemudian terlibat dalam insiden “salah tembak” terburuk AS dalam Perang Teluk pada tanggal 27 Februari 1991. Sementara itu Divisi Lapis Baja ke-2 terus melakukan serangkaian pertempuran cepat dan sengit dengan peleton-pleton tank Irak saat bergerak melintasi Wadi Al-Batin ke Kuwait. Pada tanggal 27 Februari 1991 sebuah unit tank Irak menyerang unit 4-3 FA. Unit tank Irak ini lalu dihancurkan oleh peleton tank Gugus Tugas 1-41 yang ditugaskan untuk melindungi unit 4-3 FA. Satuan Tugas 1-41 juga menangkap hampir seluruh batalion tank Irak pada tanggal 27 Februari 1991. Batalyon Zeni ke-1 adalah pemeran kunci dalam penghancuran berikutnya atas satu dari dua Divisi Garda Republik Irak. Elemen-elemen dari batalion berhasil menghancurkan 58 tank Irak, 41 senjata artileri anti-pesawat, dan amunisi serta perlengkapan perang dalam jumlah besar lainnya. Aksi mereka ini diikuti oleh Batalyon 2 dari Satuan Tugas Divisi Infanteri ke-1, Resimen Infanteri ke-16 yang menghancurkan elemen-elemen Divisi Infanteri ke-48 Irak dan Batalyon ke-2 Satuan Tugas Divisi Infanteri ke-1, Resimen Armor ke-34 yang menghancurkan Brigade Lapis Baja ke-9 dari Divisi Tawakalna Pengawal Republik.

Seperti berparade, pasukan lapis baja Amerika menghancurkan banyak kendaraan lapis baja Irak dengan korban minimal. Divisi Lapis Baja ke-2 dan Divisi Infanteri ke-1 menghancurkan sekitar 550 tank Irak dan 480 kendaraan lapis baja lainnya selama pertempuran. (Sumber: https://br.pinterest.com/)
Pasukan wajib militer Irak menyerah kepada pasukan AS dan Kuwait. Sekitar 11.500 tentara Irak menyerah kepada Divisi Infanteri ke-1 pada akhir pertempuran Norfolk. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Skuadron 1, Resimen Kavaleri Lapis Baja ke-4 lalu memimpin serangan Divisi Infanteri ke-1 melintasi Irak dan Kuwait, memotong rute pelarian tentara Irak di sepanjang Jalan Raya Kota Kuwait/Basra. Skuadron ini kemudian melanjutkan gerak maju pesatnya, yang berpuncak pada perebutan Safwan Airfield, Irak. Skuadron ke-1, dari Resimen Kavaleri Lapis Baja ke-4 tercatat menghancurkan 65 tank, 66 Kendaraan Pengangkut Personil Lapis Baja, 66 truk, 91 bunker, dan menangkap 3.010 tentara musuh. Di tempat lain sebagai bagian dari Divisi Infanteri ke-1, Gugus Tugas Armor 3-37 menyerang sejauh 186 mil (299 km) melintasi Irak selatan menuju ke Kuwait utara, memutuskan jalur komunikasi pasukan Irak, dan kemudian melaju ke utara ke Irak untuk membantu perebutan Kota Safwan, Irak, dan pengamanan Lapangan Terbang Safwan yang membuka negosiasi Gencatan Senjata Pasukan Koalisi-Irak. Selama operasi, lebih dari 50 kendaraan tempur musuh dihancurkan dan lebih dari 1.700 tentara Irak ditangkap. Selama pertempuran, Batalyon ke-4, Unit Armor ke-37, Brigade ke-2, Divisi Infanteri ke-1 menghadapi elemen-elemen dari lima Divisi Irak, menghancurkan banyak kendaraan tempur dan menangkap lebih dari 450 tentara musuh, memastikan kemenangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Pasukan Koalisi. Menjelang fajar, Divisi Infanteri ke-1 AS telah mengendalikan Objective Norfolk dan Divisi Infanteri Mekanis Tawakalna dihancurkan sepenuhnya sebagai kekuatan tempur. Sebanyak delapan divisi Irak diketahui dihancurkan. Satuan Tugas Infanteri 1-41 menderita sekitar selusin kendaraan tempur hancur, termasuk beberapa tank M1A1 Abrams, selama operasi tempur yang mereka lakukan. Sementara itu Divisi Lapis Baja ke-2 dan Divisi Infanteri ke-1 menghancurkan sekitar 550 tank Irak dan 480 kendaraan lapis baja lainnya selama pertempuran. Sekitar 11.500 tentara Irak menyerah kepada Divisi Infanteri ke-1 pada akhir operasi tempur. Divisi Lapis Baja ke-2 tercatat menderita kerugian 4 tank M1A1 Abrams yang hancur selama operasi tempur. Ia juga mengalami kehilangan 5 Kendaraan Tempur Infanteri Bradley. Divisi Infanteri ke-1, termasuk Divisi Lapis Baja ke-2, menderita 21 tentara tewas dalam pertempuran dan 67 tentara lainnya terluka saat operasi tempur berakhir.

OPERASI PASUKAN INGGRIS

Dalam pertempuran Norfolk, Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris bertanggung jawab untuk melindungi sayap kanan dari Korps ke-VII. Diasumsikan oleh perencana Korps, Divisi Lapis Baja ke-52 Irak akan menyerang balik Korps ke-VII begitu penetrasi mereka ke dalam pertahanan Irak ditemukan. Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris memiliki dua brigade (brigade 4 dan 7) yang berpartisipasi dalam Operasi Granby, nama yang diberikan untuk operasi militer Inggris selama Perang Teluk 1991. Dalam operasi Granby sekitar 53.462 anggota Angkatan Bersenjata Inggris di darat, laut dan udara, dikerahkan. Kontribusi darat Inggris pada awalnya adalah Brigade Lapis Baja ke-7 tetapi pada bulan November 1990 meningkat menjadi Divisi Lapis Baja ke-1, yang terdiri dari Brigade Lapis Baja ke-4 dan ke-7, dan menjadi sekitar 35.000 pria dan wanita yang kuat. Kekuatan ini termasuk 1.350 kendaraan (200 berlapis baja), 520 trailer dan 2.100 personel Royal Signals, dalam 11 skuadron, yang diambil dari unit-unit di seluruh dunia. Divisi Lapis Baja ke-1 dilengkapi dengan tank tempur utama Challenger 1. Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris menerjunkan sekitar 176 tank Challenger 1. Dengan meriam utama kaliber 120mm, perangkat optik termal, dan lapisan baja Chobham yang canggih, satu-satunya saingannya dalam perang ini adalah tank M1A1 Abrams Amerika. Sementara itu pasukan Infanteri Inggris berangkat ke medan perang dengan kendaraan lapis baja beroda rantai WarriorWarrior memiliki perlindungan lapis baja yang cukup memadai dan senjata kanon kaliber 30mm. Versi kendaraan ini yang dimodifikasi termasuk kendaraan pembawa mortir, sistem antitank MILAN, dan kendaraan komando dan kontrol. Selain itu Inggris memiliki berbagai kendaraan lapis baja ringan yang sangat baik yang dibangun di atas sasis kendaraan FV101 Scorpion. Unit Artileri Inggris terutama terdiri dari howitzer M109 (kaliber 155mm), howitzer M110 (kaliber 203mm), dan M270 MLRS buatan Amerika yang kompatibel dengan sistem senjata yang dipakai Amerika. Dukungan udara bagi mereka disediakan oleh helikopter-helikopter Gazelle, yang digunakan untuk misi pengintaian, dan helikopter Lynx yang menjalankan misi seperti helikopter AH-1 Cobra Amerika. Inggris juga memiliki kontingen lengkap pasukan zeni, logistik, dan unit medis. Divisi kecil tapi kuat ini dipimpin oleh Mayor Jenderal Rupert Smith yang berusia 47 tahun. Dia adalah anggota Resimen Parasut Inggris dan ahli dalam taktik tank dan lapis baja Soviet. Brigade ke-4 diperkuat dengan unit zeni dan artileri tambahan. Brigade ke-4 digunakan untuk operasi penerobosan dan untuk membersihkan area di sekitar celah itu, sedangkan Brigade lapis baja ke-7 yang berat digunakan untuk pertempuran antar tank.

Dalam operasi Granby sekitar 53.462 anggota Angkatan Bersenjata Inggris di darat, laut dan udara, dikerahkan. (Sumber: https://br.pinterest.com/)
Divisi Lapis Baja ke-1 dilengkapi dengan tank tempur utama Challenger 1. Dengan meriam utama kaliber 120mm, perangkat optik termal, dan lapisan baja Chobham yang canggih, satu-satunya saingannya dalam perang ini adalah tank M1A1 Abrams Amerika. (Sumber: https://hansenfineart.co.uk/)
Unit Artileri Inggris terutama terdiri dari howitzer M109 (kaliber 155mm), howitzer M110 (kaliber 203mm), dan M270 MLRS buatan Amerika yang kompatibel dengan sistem senjata yang dipakai Amerika. (Sumber: https://royalartillerymuseum.com/)

Pihak koalisi mengembangkan pemikiran bahwa pasukan Inggris akan menjadi bagian dari serangan utama. Oleh karena itu orang-orang Irak diharapkan untuk percaya bahwa lokasi pasukan Inggris akan mengidentifikasi titik utama serangan pasukan sekutu. Rencananya adalah untuk menipu orang-orang Irak agar berpikir bahwa Inggris berada di sebelah timur padahal mereka sebenarnya telah pindah ke sebelah barat. Selama latihan sebelum dimulainya perang darat, Divisi Inggris hanya mengerahkan kekuatan penuhnya ketika bergerak ke arah timur dan menjaga keheningan komunikasi radio saat melakukan perjalanan ke arah barat, meskipun hal ini secara signifikan menghambat kemampuan mereka untuk melatih tim manajemen jaringan radio tempur. Aksi ini didukung penipuan upaya utama Pasukan Sekutu akan diarahkan untuk menyerang Kuwait dari arah timur daripada pada apa yang sebenarnya terjadi – yang diarahkan dari ‘sisi kiri’ melalui wilayah Irak di sebelah barat Kuwait. Pada tanggal 25 Februari 1991 Divisi Lapis Baja ke-1 mendobrak sayap barat dari Divisi Infanteri ke-48 Irak yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Saheb Mohammed Alaw. Malam itu Divisi Infanteri ke-48 dihancurkan dan Jenderal Alaw ditangkap oleh tentara Inggris. Pada malam yang sama, pasukan Inggris membersihkan dua garis posisi musuh selama pertempuran jarak dekat. Inggris juga menghancurkan beberapa kompi tank T-55 Irak. Pada malam yang sama, elemen lain dari divisi tersebut bertempur dengan Divisi Infanteri ke-31 Irak. Pada tanggal 26 Februari 1991 unit artileri Inggris melancarkan serangan artileri selama satu jam ke posisi-posisi Irak. Itu adalah aksi artileri Inggris terbesar sejak masa Perang Dunia II. Pada malam yang sama Brigade ke-7 Inggris melakukan pertempuran tank malam hari melawan batalion tank Irak dari Divisi Lapis Baja ke-52 Irak. Setelah sembilan puluh menit pertempuran, lebih dari 50 tank Irak dan kendaraan pengangkut personel lapis baja dihancurkan. Pada malam yang sama Brigade ke-4 Inggris menghancurkan markas besar dan situs artileri milik Brigade ke-807 dari Divisi Infanteri ke-48 Irak. Sementara itu, Unit infanteri Inggris membersihkan posisi pertahanan Irak yang diduduki oleh Brigade Infanteri ke-803 Irak. Setelah 48 jam pertempuran, Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris menghancurkan atau mengisolasi empat divisi infanteri Irak (Divisi ke-26, 48, 31, dan 25) dan menaklukkan Divisi Lapis Baja ke-52 Irak dalam beberapa pertempuran sengit. Brigade Lapis Baja ke-80 Irak juga akan menjadi korban Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris. Selama beberapa jam Brigade ke-4 terlibat dalam pertempuran melawan batalion tentara Irak dari posisi pertahanan yang baik dan tank-tank T-55. Penghancuran tank dari jarak terjauh kemudian tercatat dicapai oleh tank Challenger 1 dari Royal Scots Dragoon Guards pada jarak hampur 5.000 meter (3,1 mil)! Ini adalah rekor penghancuran tank oleh tank lain dengan jarak terjauh dalam sejarah perang lapis baja. Jarak ini lebih dari tiga kali jarak tembak tank Challenger 1 yang 1.200m. Beberapa buku, kadang-kadang salah menulis, dengan satu buku mengatakan bahwa itu adalah peluru Depleted Uranium (DU), faktanya tidak, aksi itu menggunakan peluru standar. Sebagai catatan selama sebagian besar masa perang, pasukan Sekutu, karena jangkauan efektif dari senjata-senjata yang mereka gunakan, yang jauh lebih besar, mampu untuk menyerang tentara Irak dari jarak yang relatif aman, melintasi garis depan, biasanya di siang hari.

Unit artileri MLRS Inggris menghujani sasaran-sasaran pasukan Irak dalam perang teluk I. (Sumber: https://royalartillerymuseum.com/)
Tank tempur Challenger 1, dilengkapi dengan drum bahan bakar tambahan, selama Operasi Badai Gurun. Penghancuran tank dari jarak terjauh kemudian tercatat dicapai oleh tank Challenger 1 dari Royal Scots Dragoon Guards pada jarak hampur 5.000 meter (3,1 mil)! Ini adalah rekor penghancuran tank oleh tank lain dengan jarak terjauh dalam sejarah perang lapis baja. (Sumber: https://www.forces.net/)

Brigade ke-7 Inggris lalu membersihkan Objective Platinum dengan menghancurkan setidaknya enam tank T-55 tambahan dalam posisi yang terkubur dan sebuah bunker menggunakan rudal Milan. Brigade ke-4 kemudian merebut Objective Steel dengan mengalahkan Brigade ke-103 Irak, dari Divisi Infanteri ke-25 dalam prosesnya. Ketika Brigade ke-4 Inggris maju mereka menghancurkan beberapa senjata Irak tambahan dan berbagai posisi tempur. Pasukan Inggris diketahui kehilangan dua kendaraan tempur Warrior karena tembakan salah sasaran dalam prosesnya. Pasukan darat Inggris diketahui telah mengalahkan pasukan Irak selama pertempuran di Objectives CopperZincBronze, dan Steel. Selama operasi tempur di Objective Zinc, Inggris merampas 30 tank musuh, menghancurkan 16 IFV, dan menangkap 1.850 tentara Irak. Pasukan Inggris tercatat juga menghancurkan sebuah situs komunikasi dan dua posisi artileri dalam perjalananan mereka ke Objective Bronze. Selain itu Pasukan Inggris juga menghancurkan 12 tank Irak, 11 senjata, dan 20 kendaraan lapis baja ringan dan kendaraan lainnya saat membersihkan Objective Bronze. Elemen dari beberapa brigade infanteri Irak juga akan dihancurkan di Objective Bronze. Brigade ke-4 Inggris menghancurkan tercatat seluruh kelompok tempur tank yang mencakup 25 tank tempur utama di Objective Copper South. Di tempat itu Brigade ke-4 juga membersihkan tentara Irak, kendaraan IFV, artileri, kendaraan pendukung logistik, dan menangkap dua komandan divisi. Sementara itu Resimen Artileri Lapangan ke-26 Inggris melakukan misi tembakan terhadap unit tank berat Irak di Objective Brass. Aksi ini berhasil menghancurkan 48 tank, APC, dan 25 MTLB yang semuanya tersembunyi di posisi pertempuran. Sebuah posisi artileri juga diketahui dan dihancurkan. Seluruh posisi musuh berhasil dihancurkan dan pasukan infanteri Inggris membersihkan garis parit tentara Irak. Pasukan Inggris menghancurkan 25 tank dan 20 APC lainnya di Objective Brass 3. Saat merebut Objective Platinum 2, tentara Inggris menghancurkan sebuah kompi tank Irak dalam prosesnya.

Tank Challenger 1 Inggris adalah tank paling efisien dalam perang Teluk yang tidak mengalami kerugian saat menghancurkan sekitar 300 tank Irak selama operasi tempur. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Tank Tipe 69 Irak setelah serangan oleh Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris selama Operasi Badai Gurun. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Challenger 1 dari Royal Scots Dragoon Guards di dekat Kota Kuwait selama Perang Teluk. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Kemudian pada hari itu Batalyon ke-1, Resimen Staffordshire, Brigade ke-7 menyerang pasukan Irak di Objective Lead. Batalyon ke-1, Resimen Staffordshire menghancurkan lebih dari 40 tank Irak dan berbagai peralatan tempur lainnya. Pasukan Inggris juga menangkap lebih dari 800 tentara Irak termasuk komandan Divisi Lapis Baja ke-52 Irak sambil menghancurkan unit infanteri Irak tambahan. Pasukan Inggris juga menghancurkan beberapa kompi tank T-55 Irak dan MT-LB di markas Divisi Lapis Baja ke-52 Irak. Dalam proses pergerakan ke Phase Line Smash, pasukan Inggris menghadapi serangan artileri dan tembakan anti tank dari pasukan Irak, namun orang-orang Irak gagal menimbulkan korban pada pasukan Inggris. Pada tanggal 27 Februari 1991 misi tembakan artileri gabungan Inggris dan Amerika menghancurkan apa yang tersisa dari pasukan artileri dan infanteri Irak di Objective Tungsten. Sekitar 70 senjata artileri Irak dihancurkan. Inggris juga berhasil merebut Objective Waterloo. Dalam prosesnya, Inggris menghancurkan sekitar lima divisi Irak dalam 48 jam pertempuran. Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris berhasil mengamankan target akhir di Basra Highway utara Multa Ridge. Dalam operasi terakhir Brigade ke-7 Inggris merebut Objective Cobalt sementara Brigade ke-4 berhenti lebih jauh ke barat. Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris tercatat telah menempuh jarak 217 mil (349 km) dalam waktu 97 jam. Pada prosesnya Divisi Lapis Baja ke-1 Inggris telah merebut atau menghancurkan sekitar 300 tank dan sejumlah besar kendaraan pengangkut personel lapis baja, truk, kendaraan pengintai dan lain sebagainya. Sementara itu satuan Tikus Gurun Inggris juga menghancurkan beberapa posisi artileri Irak. Divisi ini juga menangkap 7.000 tawanan perang Irak termasuk dua komandan divisi dan dua perwira umum lainnya. Pasukan Inggris tidak kehilangan satupun tank Challenger 1 selama operasi tempur mereka. Mereka tercatat menderita 15 tentara tewas dan 43 tentara lainnya terluka selama operasi tempur yang dijalankannya. Inggris juga kehilangan 2 kendaraan APC dalam insiden salah tembak.

Tank Royal Scots Dragoon Guards tiba di Basra Road, 28 Februari 1991, lukisan cat minyak di atas kanvas oleh Michael Turner. (Sumber: https://www.scotsdg.org.uk/)

TARGET DORSET

Pada tanggal 26 Februari, Divisi Lapis Baja ke-3 AS ditugaskan untuk membersihkan Objective Dorset yang dipertahankan dengan baik oleh pasukan Irak. Divisi Lapis Baja ke-3, bersama dengan Divisi Lapis Baja ke-1 AS, sebelumnya telah bertanggung jawab atas penghancuran 76 tank dan 84 kendaraan tempur infanteri Irak selama Pertempuran 73 Easting. Divisi Garda Republik Tawakalna Irak diketahui memiliki kehadiran yang signifikan di Objective Dorset. Brigade Lapis Baja ke-50 adalah unit pertama yang ditemui Divisi Lapis Baja ke-3 selama operasi tersebut. Pertahanan Irak di sektor ini juga terdiri dari tiga batalyon mekanis dari Brigade Lapis Baja ke-29 dan dua batalyon lapis baja dan satu batalyon mekanis dari Brigade Lapis Baja ke-9. Brigade Mekanis ke-46 dari Divisi Lapis Baja ke-12 juga hadir disitu. Selain itu sebuah batalyon tank T-62 dari Divisi Lapis Baja ke-10 juga bergabung dengan Divisi Garda Republik Tawakalna. Ini menambahkan hingga sekitar delapan batalyon berat Irak yang menduduki Objective Dorset. Dalam ruang hanya seluas sekitar 270 kilometer persegi berkumpul lebih dari 122 tank, 78 kendaraan tempur BMP, dan ratusan kendaraan tempur serta peralatan tempur Irak lainnya. Semua akan menjadi korban Divisi Lapis Baja ke-3. Pada tanggal 26 Februari, Artileri Divisi Lapis Baja ke-3 melakukan misi tembakan terhadap sasaran Irak termasuk truk-truk, posisi mortir, dan serangkaian kompleks bunker. Posisi artileri Irak juga dihancurkan dalam aksi ini. Awalnya ribuan infanteri Irak menyerang Divisi Lapis Baja ke-3 AS dengan rudal antitank Sagger dan senjata RPG dari posisi tempur defensif mereka. Jaringan pertahanan Irak juga terdiri dari bunker dan kendaraan yang dikubur. Irak juga mendapat dukungan dari selusin baterai artileri lapangan tepat di bagian belakang Divisi Garda Republik Tawakalna. Tidak ada posisi sayap pasukan Irak yang rentan atau terbuka untuk dieksploitasi. Divisi Lapis Baja ke-3 kemudian mengatasi posisi pertahanan Irak ini dengan menggunakan sistem komando dan kontrol yang unggul bersama dengan taktik senjata gabungan yang terkoordinasi dengan baik. Pada tanggal 27 Februari, Artileri dari Divisi Lapis Baja ke-3 melakukan 42 misi tembakan, dan menembakkan 827 peluru ke sasaran-sasaran Irak. Secara total Artileri dari Divisi Lapis Baja ke-3 menembakkan 2.854 peluru artileri dan unit MLRS-nya menembakkan 555 roket selama operasi tempur. Pesawat-pesawat serang A-10 dan helikopter Apache AS juga melakukan operasi terhadap sasaran-sasaran pasukan Irak. Pada akhir tanggal 27 Februari, Divisi Lapis Baja ke-3 AS membersihkan Objective Dorset setelah menghadapi perlawanan keras dan menghancurkan lebih dari 300 kendaraan musuh. Brigade ke-3, dari Divisi Lapis Baja ke-3 juga menangkap 2.500 tahanan musuh. Aksi dari Brigade ke-3, Divisi Lapis Baja ke-3 memberikan kontribusi besar terhadap penghancuran dua Divisi Garda Republik Irak. Dalam 24 jam pertempuran yang hampir terus menerus, Brigade itu menghancurkan atau merebut 547 kendaraan, termasuk 102 tank, 81 kendaraan pengangkut personel lapis baja, 34 artileri, 15 senjata AAA dan merampas ratusan ton perbekalan dan 528 tawanan perang. Divisi Lapis Baja ke-3 menderita tiga tank M1A1 Abrams yang rusak selama operasi tempur yang dijalankannya, serta menderita 15 tentara tewas antara bulan Desember 1990 dan akhir Februari 1991. Sekitar 7 tentara tewas dalam pertempuran dan 27 tentara lainnya dari divisi terluka.

Tank tempur utama M1A1 Abrams dari Divisi Lapis Baja ke-3 melakukan misi selama Operasi Badai Gurun, 15 Februari 1991. Sebuah kendaraan tempur M2/M3 Bradley dapat dilihat di latar belakang. (Sumber: https://www.stripes.com/)
T-62 Irak dihancurkan oleh tembakan dari Divisi Lapis Baja ke-3. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

SETELAH PERTEMPURAN

Pada akhir operasi tempur pada tanggal 28 Februari 1991, Korps ke-VII telah menempuh jarak 260 kilometer, menangkap 22.000 tentara Irak, dan menghancurkan 1.350 tank Irak, 1.224 kendaraan pengangkut personel lapis baja, 285 senjata artileri, 105 sistem pertahanan udara, dan 1.229 truk. Pesawat serang darat A-10 Thunderbolt II AS turut membuktikan dirinya selama Perang Teluk. Mereka mendatangkan malapetaka pada pasukan darat Irak. Awak A-10 “Warthog” AS tercatat menghancurkan 900 tank Irak, 2.000 kendaraan militer lainnya, dan 1.200 senjata artileri selama operasi tempur. Secara keseluruhan Korps ke-VII menderita korban relatif ringan, dengan 62 prajurit tewas dan 235 luka-luka, selain menderita 4 tank M1A1 hancur dan 9 rusak, 14 Kendaraan Tempur Bradley hancur dan 9 rusak, 2 helikopter hancur dan 3 rusak, dan 9 kendaraan lain dari berbagai jenis hancur atau rusak selama operasi tempur. Dalam perang ini Tank M1A1 Abrams sangat mengungguli kemampuan tank-tank buatan Soviet sehingga ironisnya ada kalanya di medan perang satu-satunya senjata yang benar-benar mampu membunuh tentara Amerika adalah senjata buatan Amerika sendiri!

Unit pesawat serang A-10 Thunderbolt II Amerika menunjukkan performa luar biasa dalam operasi tempur selama perang Teluk. (Sumber: https://www.bol.com/)
Dalam perang Teluk Tank M1A1 Abrams sangat mengungguli kemampuan tank-tank buatan Soviet sehingga ironisnya ada kalanya di medan perang satu-satunya senjata yang benar-benar mampu membunuh tentara Amerika adalah senjata buatan Amerika sendiri! (Sumber: https://www.quora.com/)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Norfolk

Gulf War – Desert Storm and Op Granby

Operation Granby: The 1st Gulf War by Dan Moorhouse Dan Moorhouse; 1 year ago

https://www.google.com/amp/s/schoolshistory.org.uk/topics/operation-granby-the-1st-gulf-war/amp/

WE HAVE MET THE ENEMY. AND IT WAS US By Steve Vogel; February 9, 1992

https://www.washingtonpost.com/archive/lifestyle/1992/02/09/we-have-met-the-enemy-and-it-was-us/6193e82f-07be-4274-8a3e-580e60150890/

Arabs at War: Military Effectiveness, 1948-1991 (Studies in War, Society, and the Military) by Kenneth M. Pollack; September 1, 2004; p 237-239, p 246-247

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *