Perang Timur Tengah

Yonatan “Yoni” Netanyahu, Profil Prajurit Legendaris asal Israel

Yonatan “Yoni” Netanyahu (13 Maret 1946 – 4 Juli 1976) adalah seorang perwira Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kelahiran Amerika yang memimpin unit komando elit Sayeret Matkal selama Operasi Entebbe, sebuah operasi untuk menyelamatkan sandera di Bandara Entebbe di Uganda pada tahun 1976. Misi itu berhasil, dengan 102 dari 106 sandera diselamatkan, tetapi Netanyahu tewas—satu-satunya korban meninggal IDF selama operasi tersebut. Adik laki-laki Netanyahu, Benjamin Netanyahu, adalah Perdana Menteri Israel dari tahun 1996 hingga 1999 dan sekali lagi dari tahun 2009 hingga 2021. Baik Benjamin maupun adik laki-laki mereka, Iddo Netanyahu, juga bertugas di Sayeret Matkal. Yoni kemudian dikenal sebagai salah satu pahlawan terbesar Israel sepanjang masa.

Yonatan “Yoni” Netanyahu. Yoni dikenal sebagai salah satu pahlawan terbesar Israel sepanjang masa. (Sumber: https://www.ynetnews.com/)

LATAR BELAKANG

Ketika Yoni lahir pada tanggal 13 Maret 1946 di kota New York, orang tuanya, Benzion dan Tzila, bekerja untuk pembentukan Negara Yahudi atas nama Organisasi Zionis Baru (New Zionist Organization/NZO). Benzion datang ke AS dari Israel sebagai anggota delegasi yang dipimpin oleh V. Jabotinsky, pendiri dan kepala NZO, dan tak lama setelah kematian Jabotinsky mengambil alih kepemimpinan organisasi ini di Amerika. Kakek-nenek Yoni dari pihak ayahnya, Nathan dan Sarah Mileikowsky, menetap di Palestina pada tahun 1920, ketika putra sulung mereka Benzion berusia sepuluh tahun. Rabi Nathan Mileikowsky (1879–1935) adalah seorang orator terkenal yang melakukan perjalanan dari ujung Siberia ke jantung Amerika Serikat, berkhotbah tanpa lelah untuk tujuan Zionisme. Kakek-nenek Yoni dari pihak ibunya, Benjamin dan Hannah-Malkah Segal, datang ke Palestina dari Amerika Serikat pada tahun 1911, setahun sebelum ibu Yoni lahir. Mereka membesarkan keluarga mereka di Petah Tikvah, salah satu pemukiman Yahudi baru yang paling awal. Tak lama setelah Yoni berusia dua tahun, orang tuanya kembali ke tanah air mereka, sekarang negara Israel yang baru saja dibuat. Ayah Yoni lalu mengambil alih jabatan redaktur dari Ensiklopedia Ibrani umum pertama sambil mengejar, dari waktu ke waktu, penelitiannya tentang sejarah orang-orang Yahudi di Abad Pertengahan. Awalnya keluarga itu tinggal di Talpiot, lingkungan di selatan Yerusalem, tempat saudara laki-laki Yoni, Benjamin (yang biasa disapa Bibi, lahir tanggal 21 Oktober 1949) dan Iddo (lahir tahun 1952) lahir. Pada tahun 1955 keluarga tersebut pindah ke rumah permanen mereka di distrik Katamon di Yerusalem. Di sana Yoni bersekolah di sekolah lokal “Darom”. 

Kiri ke kanan: Benzion Netanyahu, putranya Benjamin dan Jonathan, dan istrinya, Tzila. (Sumber: https://www.timesofisrael.com/)
Yoni sebagai anggota pramuka. Yoni dikenal cerdas namun juga seorang pemikir. (Sumber: https://www.yoni.org.il/)

Pada tahun 1957 keluarga tersebut pergi selama lebih dari satu setengah tahun ke AS, di mana ayah Yoni dapat melakukan penelitian sejarah lebih lanjut. Setelah mereka kembali ke Yerusalem pada tahun 1959, Yoni melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah di Gimnasium Ibrani. Yoni adalah siswa yang cerdas, unggul dalam bidang akademis dan olahraga. Dia juga seorang pemimpin yang sangat aktif di Pramuka. Ketika dia di kelas 11, dia terpilih sebagai ketua organisasi siswa Gymnasium. Namun, di pertengahan tahun ajaran, Yoni dan keluarganya meninggalkan Israel lagi untuk melanjutkan pekerjaan penelitian sejarah ayahnya. Mereka menetap di Elkins Park, pinggiran Philadelphia, tempat Prof. Netanyahu mengajar di Dropsie College, sebuah sekolah pendidikan tinggi untuk studi Yahudi. Yoni sementara itu bersekolah di Cheltenham High School. Dia adalah teman sekelas anggota Baseball Hall of Fame Reggie Jackson. Terlepas dari kesulitan yang dia hadapi dengan bahasa dan lingkungan baru, dia dengan cepat unggul dalam studinya. Selama musim panas 1963, dia bergabung dengan beberapa temannya dari Israel, yang datang ke New Hampshire untuk bekerja sebagai penasihat di kamp Young Judea. Saat di sekolah menengah, dia mulai merenungkan tujuan hidupnya, ketika itu dia menulis dalam sebuah surat pada tahun 1963, “Masalah dengan pemuda di masa kini adalah bahwa hidup mereka sangat sedikit maknanya. Saya harus siap setiap saat dalam hidup saya untuk menghadapi semuanya sendiri dan berkata—’Inilah yang telah saya lakukan’.”

BERGABUNG DENGAN ANGKATAN DARAT ISRAEL

Pada bulan Juni 1964, setelah lulus, Yoni kembali ke Israel. Keluarganya sendiri akan tetap tinggal di Amerika untuk tahun-tahun mendatang, namun akan sering mengunjungi Israel. Setelah direkrut menjadi anggota Angkatan Pertahanan Israel untuk menjalani dinas wajib militernya, Yoni mengajukan diri menjadi pasukan terjun payung. Dia terbukti menjadi prajurit yang luar biasa, menjalani sesi pelatihan yang melelahkan dengan relatif mudah dan unggul dalam semua kursus yang dijalani. Dia kemudian dikirim ke Sekolah Pelatihan Perwira, tempat dia lulus di peringkat pertama di kelasnya. Yoni kemudian menjadi komandan peleton di pasukan terjun payung. Sementara itu dengan meningkatnya eskalasi serangan teroris dari seberang perbatasan, dia terlibat dalam serangan balasan terhadap benteng Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Tepi Barat, yang saat itu dikuasai oleh Yordania. Pertengahan tahun 1960-an adalah masa dimana bahaya semakin membesar bagi Israel. PLO, yang didirikan pada tahun 1964 untuk tujuan “membebaskan” semua wilayah “Palestina” dari Israel, telah mulai meningkatkan serangan melintasi perbatasan Israel – dan itu memang wilayah perbatasan yang berbahaya. Pada masa itu, sebelum perang tahun 1967, Israel hanya memiliki lebar 9 mil (sekitar 14,5 km) di bagian tengah persimpangan strategisnya, dan semua kota besar Israel berada dalam jarak yang sangat dekat dari posisi kelompok perlawanan pimpinan Yasser Arafat. 

Pada tahun 1964, Yoni menjalani wajib militer di Israel. (Sumber: https://twitter.com/)
Rumah pertanian yang dihancurkan di Tel Mond, Israel, setelah serangan fedayun Arab. Pertengahan tahun 1960-an adalah masa dimana bahaya semakin membesar bagi Israel. PLO, yang didirikan pada tahun 1964 untuk tujuan “membebaskan” semua wilayah “Palestina” dari Israel, telah mulai meningkatkan serangan melintasi perbatasan Israel – dan itu memang wilayah perbatasan yang berbahaya. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Yoni sendiri tidak pernah takut akan kemungkinan kehilangan nyawanya dalam perang untuk melindungi Israel dari musuh-musuhnya. “Kematian tidak membuatku takut,” tulisnya kepada seorang teman. “Saya tidak takut karena saya lebih takut dengan kehidupan tanpa tujuan. Dan jika perlu bagi saya untuk menyerahkan hidup saya untuk mencapai tujuan yang penting, saya akan melakukannya dengan sukarela.” Bagaimanapun, pada tanggal 31 Januari 1967 Yoni diberhentikan dari dinas militer. Dia telah diterima di Universitas Harvard pada musim gugur 1967, dan dengan waktu yang ada sekarang, dia memoles studinya dan membaca karya sastra serta filsafat. Pada bulan Mei 1967, peristiwa-peristiwa dramatis sedang berlangsung di Timur Tengah. Mesir menutup Selat Tiran untuk kapal-kapal Israel dan memindahkan pasukannya ke Gurun Sinai. Dunia Arab secara terbuka menyatakan niatnya untuk menghancurkan negara Israel. Dengan Suriah dan Yordania mengepung Israel, aliansi Arab menyatakan niatnya untuk menghancurkan Negara Yahudi itu. Yoni sekali lagi direkrut untuk bertugas dan bersama dengan banyak pasukan cadangan lainnya, yang dimobilisasi menunggu perang yang akan datang. “Saya senang saya belum pergi kuliah di AS dan saya ada di sini. Jika sesuatu terjadi, saya ingin berada di sini di Israel dan bukan di luar negeri. Saya pikir jika saya berada di Amerika sekarang, saya akan gila! Tapi belum ada yang terjadi, dan semuanya masih tenang.”, demikian tulis Yoni dalam suratnya.

Universitas Harvard, salah satu Universitas paling bergengsi di dunia. Yoni diterima di Universitas Harvard pada musim gugur 1967. (Sumber: https://www.dreamstime.com/)
Menggali parit di kibbutz Gan Shmuel sebelum Perang Enam Hari. Pada bulan Mei 1967, peristiwa-peristiwa dramatis sedang berlangsung di Timur Tengah. Mesir menutup Selat Tiran untuk kapal-kapal Israel dan memindahkan pasukannya ke Gurun Sinai. Dunia Arab secara terbuka menyatakan niatnya untuk menghancurkan negara Israel. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Ketika perang akhirnya pecah pada tanggal 5 Juni, Yoni segera mengambil bagian dalam pertempuran sengit. Pada tanggal 6 Juni 1967, Yoni menulis: “Orang-orang terkasihku, Tuhan tahu kita tidak menginginkan semua ini! Untuk berperang — begitu nyata namun begitu mustahil untuk diterima. Akal sehat akan menangis: Tidak, tidak! Kemarin saya melihat Bibi. Apakah itu benar-benar baru kemarin? Keabadian tampaknya telah berlalu sejak saat itu. Tapi baru kemarin aku tertawa bersamanya. Baru kemarin saya di rumah beberapa jam, baru kemarin saya memeluk Tuti (Tirza, pacar Yoni). Hanya kemarin! Tuti cintaku, Itu dia. Sebuah pertempuran telah berakhir. Kami meninggalkan hamparan pasir yang dipenuhi mayat orang mati, dipenuhi api dan asap, dan sekarang kami sekali lagi berada di negara kami sendiri. Saya dimakan dengan khawatir akan kamu. Mungkin dalam beberapa hari, ketika semuanya berakhir dan kita bersama lagi, mungkin kemudian kita akan tersenyum … Malam ini, dan mungkin besok atau lusa, kita akan saling menembak lagi, dan lagi akan ada yang mati dan luka.”

Sebuah unit lapis baja tank Centurion Israel dipasangi dengan meriam kaliber 105 mm di kawasan Negev, 20 Mei 1967. “Saya senang saya belum pergi kuliah di AS dan saya ada di sini. Jika sesuatu terjadi, saya ingin berada di sini di Israel dan bukan di luar negeri. Saya pikir jika saya berada di Amerika sekarang, saya akan gila! Tapi belum ada yang terjadi, dan semuanya masih tenang.”, demikian tulis Yoni dalam suratnya. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)
Pertempuran Um Katef di Sinai, 5-6 Juni 1967, saat Perang Enam Hari. Yoni tercatat terlibat dalam pertempuran ini. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Yoni saat mencoba membantu seorang kawan yang terluka, dan tertembak di sikunya. Siku kirinya kemudian akan tetap cacat permanen. (Sumber: https://www.filmlinc.org/)

Setelah berpartisipasi dalam pertempuran penting di Um-Katef di Sinai melawan Mesir, Yoni dan batalionnya dipindahkan ke utara untuk melawan tentara Suriah di Dataran Tinggi Golan. Empat jam sebelum gencatan senjata, Yoni mencoba membantu seorang kawan yang terluka, dan tertembak di sikunya. Berdarah, ia merangkak kembali ke garis Israel, dan setelah mencapai mereka, kemudian pingsan. Yoni dievakuasi, pertama ke garis belakang, lalu ke Rumah Sakit Safed, tempat dia dioperasi. Beberapa hari kemudian dia menjalani operasi lebih lanjut di Rumah Sakit Rambam di Haifa. Siku kirinya kemudian akan tetap cacat permanen. Menjelang akhir musim panas, dan sebelum berangkat ke Harvard, Yoni menikahi pacar lamanya, Tirza pada tanggal 17 Agustus 1967. Upacara ini diadakan di amfiteater Universitas Ibrani yang baru dibebaskan di Gunung Scopus, yang menghadap ke Gurun Yudea. Pasangan yang baru menikah itu pergi tak lama kemudian ke Boston. Sementara Yoni menikmati studi matematika dan filsafat di Harvard, di mana ia unggul dan berada di daftar Dean List(penghargaan mahasiswa berprestasi) pada akhir tahun pertamanya, ia semakin merasa bahwa tempatnya bukan disitu. Israel berada di tengah-tengah “Perang Atrisi” melawan Mesir dan Yordania dan memerangi terorisme di kota-kota besar dan kecil. Pada saat seperti itu, Yoni percaya, dia harus berada di negerinya, dekat lokasi pertempuran. Maka pada musim panas 1968, dia dan Tirza kembali ke Israel. “Saat ini,” tulisnya dalam sebuah surat, “Saya harus membela negara saya. Harvard adalah kemewahan yang tidak dapat saya nikmati.” Mereka lalu mendaftar di Universitas Ibrani Yerusalem, tempat Yoni belajar matematika dan filsafat.

Yoni menikahi pacar lamanya, Tirza pada tanggal 17 Agustus 1967. (Sumber: https://www.filmlinc.org/)

KEMBALI BERDINAS MILITER

Meski kini berada di Israel, Yoni merasa harus melakukan lebih dari sekadar tinggal di Israel, terutama saat Angkatan Bersenjata Israel mati-matian mencari perwira berpengalaman. Pada pertengahan tahun ajaran di tahun 1969, dia memutuskan untuk mendaftar sekali lagi menjadi tentara. Ayahnya menjelaskan keputusan tersebut, dengan mengatakan “Dia bermimpi melanjutkan studinya dan berencana untuk melakukannya lagi dan lagi. Namun dia selalu mengkondisikan bahwa ia akan kembali belajar ke Harvard saat ada relaksasi ketegangan militer di Israel.” Dia akan kembali ke Harvard pada musim panas 1973, tetapi sekali lagi meninggalkan kehidupan akademisnya untuk bertugas dalam militer Israel. Kedua saudara laki-lakinya saat itu juga telah kembali ke Israel, dan Benjamin (Bibi) telah menjadi seorang prajurit veteran di unit komando elit Israel, Sayeret Matkal (dikenal secara singkat sebagai “the Unit”). Yoni lalu mengajukan permohonan keanggotaan di unit yang sama. Dia segera diterima dan mengambil alih komando pasukan. Kemampuannya yang luar biasa, serta potensi masa depannya, segera diakui oleh komandan Unit. Dia memutuskan untuk mengirim Yoni ke unit elit lain, Sayeret Haruv, untuk mendapatkan pengalaman lebih lanjut di sana sebagai komandan kompi. Setelah setengah tahun bersama Sayeret Haruv di Lembah Jordan, di mana Yoni menjalani beberapa pertempuran, dia kembali ke Sayeret Matkal pada akhir tahun 1970, untuk menjabat sebagai komandan kompi. Pada saat itu adik bungsunya, Iddo, telah bergabung dengan Unit itu juga, dan dengan demikian selama hampir dua tahun ketiga bersaudara itu bertugas di unit yang sama. Pada musim panas 1972 Yoni dipromosikan menjadi wakil komandan Sayeret Matkal

Netanyahu bersaudara dari kiri ke kanan: Benjamin, Yoni dan Iddo. Ketiganya bergabung dengan unit komando elit Israel, Sayeret Matkal (dikenal secara singkat sebagai “the Unit”). (Sumber: https://m.facebook.com/)
Yoni dengan seragam lengkap. Pilihan antara menempuh studi dan bergabung dengan militer senantiasa dihadapkan pada Yoni. Pada akhirnya yang terakhir selalu bisa mengalahkan pilihan yang pertama. (Sumber: https://twitter.com/)

Hanya dua dari operasi yang dia ikuti, selama masa penugasannya di Unit tersebut, yang dapat diungkapkan. Salah satunya terjadi pada musim panas 1972, ketika Yoni memerintahkan penculikan terhadap sekelompok perwira tinggi Suriah dari Lebanon, di mana adiknya Iddo juga ambil bagian. “Ada rencana untuk menculik perwira Suriah untuk menukar mereka dengan pilot dan navigator Israel yang mendekam lama di penjara Suriah.” ingat Iddo. Aharon Gabai (personel Sayeret Matkal), kemudian mengatakan: “Tokoh utama dalam semua persiapan adalah Yoni. Dia melatih kami untuk operasi ini. Dia pergi ke lapangan bersama kami, mengajari kami cara menangkap orang, dan dari sisi kendaraan mana. ..” Dalam operasi yang dinamakan Operasi Crate 3, pasukan Yoni memposisikan diri pada malam hari di dekat perbatasan dengan Lebanon. Ketika konvoi Suriah dan pengawal Lebanon mereka mendekat, pasukan Yoni bergerak masuk. Konvoi itu sempat diperingatkan oleh warga sipil Lebanon dan berbalik, tetapi Yoni dan anak buahnya mengejar mereka. Dalam baku tembak singkat, mereka berhasil menaklukkan para pengawal Lebanon dan menangkap para perwira Suriah. Iddo mengingat: “Ketika kami melintasi perbatasan ke Israel dengan Chevrolet mewah yang kami rampas, penuh kemenangan dan kebanggaan, saya ingat bahwa Yoni ternyata bahkan tidak bersama kami. Dia berada di suatu tempat di desa Lebanon, mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada sebuah mobil yang dia pikir telah melarikan diri. Para perwira ini kemudian ditukar dengan pilot-pilot Israel yang mendekam di penjara-penjara Suriah. 

Lokasi target PLO di Beirut Lebanon. (Sumber: https://i.imgur.com/)
Personel Sayeret Matkal tahun 1970an. (Sumber: https://forums.bohemia.net/)

Operasi lainnya adalah serangan terhadap para pemimpin PLO di Beirut, pada musim semi tahun 1973. Aksi ini adalah bagian dari Operasi Spring of Youth di mana para terduga teroris dan pemimpin Black September dibunuh secara selektif oleh Sayeret MatkalShayetet-13 dan Mossad. Pada tahun 1972, unit Black September tercatat telah melakukan pembunuhan terhadap 11 atlet Israel di Desa Olimpiade Munich. Dalam operasi ini, pasukan komando Israel mendarat di pantai Lebanon dan menyelinap ke Beirut. Yoni dan unitnya menuju apartemen pemimpin Black September Muhammad Youssef Al-Najjar (Abu Youssef). Dia awalnya tidak ditugaskan untuk misi tersebut; namun Yoni mengajukan diri. Yang terakhir meninggalkan apartemen, Yoni mengambil sekantong kertas tepat saat jip polisi Lebanon tiba. Dokumen tersebut berisi rencana operasional untuk jaringan kelompok PLO di seluruh Israel. Penemuan Yoni tidak diragukan lagi menyelamatkan ratusan nyawa orang Israel. Kemudian selama bulan-bulan musim panas tahun 1973, Yoni, yang saat itu seorang mayor, mengambil cuti singkat dari tentara untuk belajar sekali lagi di Harvard. Dia dan Tirza saat itu sudah bercerai. Selama musim panas, Yoni dapat menghabiskan waktu bersama saudaranya Bibi, yang saat itu merupakan mahasiswa pascasarjana di MIT, Boston, dan dengan orang tuanya, yang tinggal di Ithaca, NY, di mana Prof. Netanyahu mengepalai departemen Studi Semit di Universitas Cornell.

DARI PERANG YOM KIPPUR KE ENTEBBE

Pada hari raya Yom Kippur, tanggal 6 Oktober 1973, Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak. Israel menghadapi tantangan paling berat yang mereka hadapi sejak tahun 1948. Meskipun awal perang adalah bencana dan jumlah mereka yang jauh lebih kecil, tentara Israel berhasil, dengan biaya berat, untuk memblokir serangan negara-negara Arab. Saat perang pecah Yoni segera kembali ke unit lamanya, Sayeret Matkal, dan ditugaskan untuk memimpin pasukan yang bertempur di Dataran Tinggi Golan, menghadapi tentara Suriah yang maju. Pertempuran yang paling terkenal yang diperintahkan Yoni selama perang adalah melawan pasukan komando Suriah. Orang-orang Suriah mendarat dengan helikopter di dekat pos komando utama tentara Israel di Dataran Tinggi Golan, tampaknya berniat untuk merebutnya. Setelah mengetahui pendaratan itu, Yoni bergerak cepat dengan pasukannya yang tersedia dan menyerang orang-orang Suriah. Jenderal Shai Avital mengingat pertempuran itu: “Di sini, di luar bebatuan vulkanik ini, orang-orang Suriah berbaring dan menembaki kendaraan Half-Track kami, dan di sini seorang perwira – Gideon Avidov – terbunuh. Baruch Zuckerman ditembak lebih jauh. Setelah serangan pertama kami, ketakutan mulai muncul, ketakutan yang luar biasa. Saat itulah saya melihat ke atas dan melihat Yoni. Dia telah mengumpulkan sekelompok tentara dan maju, mencari pasukan komando Suriah, dan bergerak ke depan. Yoni berjalan dengan sangat tenang, seolah-olah dia sedang berlatih, dengan para prajurit di kanan dan kirinya. Dia memberi kami kepercayaan diri untuk bangkit dan bergabung dengannya dalam pertempuran.” Terlepas dari keuntungan yang dimiliki orang Suriah di awal pertempuran, dengan berlindung di medan berbatu di Dataran Tinggi Golan, pasukan Yoni yang ada di posisi terbuka, sekitar 30 orang berhasil memukul balik dan mengalahkan orang-orang Suriah, yang berjumlah setidaknya 40 orang. Dalam pertempuran Yoni kehilangan dua anak buahnya. Setelah kemajuan pasukan Suriah diblokir, tentara Israel kemudian melakukan serangan balik. Yoni dan tentaranya menemani brigade lapis baja yang menembus wilayah yang dikuasai Suriah. 

Seorang tentara Israel di Dataran Tinggi Golan selama Perang Yom Kippur tahun 1973. Di dataran tinggi Golan, pasukan Yoni yang lebih kecil berhasil memukul mundur pasukan Suriah yang lebih besar. (Sumber: https://www.ft.com/)
Yossi Ben Hanan, yang berhutang nyawa pada Yoni Netanyahu. (Sumber: https://www.ynetnews.com/)

Operasi kedua Yoni selama perang itu adalah penyelamatan Letnan Kolonel Yossi Ben Hanan, seorang komandan brigade korps lapis baja, yang terbaring terluka di belakang garis musuh di Tel Shams. (Kemudian) Jenderal Yossi Ben Hanan (saat itu komandan batalion lapis baja selama Perang Yom Kippur) mengenang: “Empat orang tewas, dan di dalam tank saya, Henry Vidal terbunuh. Hanya dua dari kami yang tersisa – saya sendiri, terluka, setengah sadar di dekat tank, tidak dapat mengambil kendali, dan pengemudi tank, prajurit Zvika Rosenzweig, yang membuat kontak melalui radio untuk memberi tahu komandan Brigade Yanosh bahwa komandan batalion masih hidup. Ketika saya pulih sedikit, saya juga berbicara di radio. Yanosh berkata kepada saya: Don jangan khawatir, temanmu akan mengeluarkanmu… Yoni mengikuti jejak tank, dan mendatangi saya dengan kekuatan dua kendaraan pengangkut personel lapis baja. Mereka menempatkan saya di atas tandu, dan karena saya mengenali Yoni, saya mulai berkata: “Hati-hati! Ada tembakan!” Hal-hal seperti itu. Dan Yoni mengatakan kepada saya: “Yossi, diam sekarang. Saya yang memimpin di sini.” Untuk ini dan prestasi lainnya selama perang, Yoni dianugerahi medali distinguished service medal, penghargaan militer tertinggi ketiga Israel, untuk tindakan di masa perang. Sementara itu mengingat kisah penyelamatan Ben Hanan, Jenderal Moshe Dayan menulis: “Saya tidak tahu berapa banyak pemuda seperti Yoni. Tapi, saya yakin ada cukup (banyak) untuk memastikan bahwa Israel dapat melewati ujian suram yang dihadapinya di masa depan.” Memoar Dayan diterbitkan sebelum operasi Entebbe. Nama belakang Yoni sendiri tidak diungkapkan oleh Dayan dalam buku tersebut. Penggambarannya tentang Yoni nampaknya visioner dalam retrospeksi di kemudian hari. Tak lama setelah perang, Yoni secara sukarela bergabung dengan brigade lapis baja, yang telah kehilangan banyak perwira dan prajurit selama Perang Yom Kippur. Dia lulus dari sekolah lapis baja, seperti biasa dengan mendapat pujian, dan ditempatkan sebagai komandan kompi di “daerah kantong Suriah” yang dibombardir berat. Kurang dari dua bulan kemudian dia diberi tanggung jawab atas sebuah brigade – brigade “Reshef” – yang telah dihancurkan selama perang. Dalam beberapa bulan, brigadenya dianggap sebagai unit lapis baja nomor satu di Golan. 

Pesawat Air France. Pada tanggal 27 Juni sebuah pesawat Air France, yang penerbangannya berasal dari Israel, dibajak di Eropa oleh orang-orang Arab dari kelompok Popular Front for the Liberation of Palestine dan teroris Jerman yang bersenjata. (Sumber: https://www.ynetnews.com/)
Idi Amin berbicara dengan para sandera. (Sumber: https://www.theguardian.com/)

Pada bulan Juni 1975, Yoni meninggalkan brigade lapis bajanya untuk menjadi komandan Sayeret Matkal. Selama tahun-tahun komandonya di sana, dia bertanggung jawab atas banyak operasi. Dari sejumlah tersebut, semua kecuali satu tetap dirahasiakan – yakni penyerbuan di Entebbe, di mana dia menemui ajalnya. Pada tanggal 27 Juni sebuah pesawat Air France, yang penerbangannya berasal dari Israel, dibajak di Eropa oleh orang-orang Arab dari kelompok Popular Front for the Liberation of Palestine dan teroris Jerman yang bersenjata. Pesawat akhirnya mendarat di Entebbe, Uganda, di mana Presiden Idi Amin menunggu para teroris dan menerima mereka dengan tangan terbuka. Para sandera kemudian ditawan di Terminal Lama Bandara Internasional Entebbe, dijaga oleh para teroris dan oleh kontingen tentara Uganda. Para teroris memperingatkan, bahwa jika tuntutan mereka untuk membebaskan dari penjara lebih dari lima puluh teroris tidak dipenuhi, para sandera akan dibunuh. Pada tanggal 1 Juli, Yoni menerima perintah untuk merencanakan dan mempersiapkan unitnya untuk misi ke Entebbe. Tugas unitnya dalam penyerbuan itu adalah untuk mengambil alih kompleks Terminal Lama – yaitu untuk membunuh para teroris, membebaskan para sandera, melawan tentara Uganda yang ditempatkan di sana, dan mencegah bala bantuan Uganda mencapai daerah tersebut saat para sandera dan pasukan lainnya sedang diterbangkan keluar. 

Yoni Netanyahu selama perencanan operasi penyelamatan. (Sumber: https://www.ynetnews.com/)

Yoni segera duduk bersama beberapa perwiranya dan menyusun rencana awal. Dalam beberapa jam sebuah “terminal” palsu dibangun dari kanvas, dan unit tersebut mulai mempersiapkan dan berlatih untuk serangan itu. Saat informasi baru masuk, Yoni membuat beberapa revisi dalam rencananya. Pada hari berikutnya yang sibuk dengan perencanaan dan persiapan lebih lanjut, Yoni bertemu dengan Menteri Pertahanan Shimon Peres, yang memanggilnya ke kantornya untuk pertemuan untuk menanyakan apa yang di pikirannya mengenai peluang keberhasilan misi tersebut. Yoni menjawab dengan tegas, dan menjelaskan mengapa dia berpikir begitu. Pada malam berikutnya, unit sudah siap untuk “latihan akbar”, yang dilakukan di hadapan Kepala Staf. Setelah ini, Kepala Staf mengadakan pembicaraan – terutama dengan Yoni, tetapi juga dengan beberapa perwira lain dari pasukan Israel –, sekali lagi untuk mendengar apa yang mereka pikir mengenai peluang keberhasilan. Di akhir pembicaraan, Kepala Staf memberi tahu mereka bahwa dia telah memutuskan untuk memberikan lampu hijau. Siang hari berikutnya, Sabtu tanggal 3 Juli, pemerintah Israel di bawah Yitzhak Rabin bertemu dalam sesi khusus. Setelah mendengar presentasi Kepala Staf, para menteri terlibat dalam perdebatan panjang dan akhirnya, dengan suara bulat, menyetujui misi tersebut. 

Pasukan Sayeret Matkal memuat Mercedes di dalam pesawat, dengan berpakaian seperti tentara Uganda. (Sumber: https://www.ynetnews.com/)
Foto udara yang diambil dari terminal lama di Entebbe. (Sumber: https://www.ynetnews.com/)
Yoni Netanyahu, dalam foto yang diambil sesaat sebelum kematiannya di Entebbe pada tahun 1976. (Sumber: https://www.timesofisrael.com/)

Pasukan Israel yang terdiri dari empat pesawat angkut Hercules lepas landas dari Sharm El Sheikh, di ujung selatan Gurun Sinai, menuju Afrika. Pasukan Unit Komando Israel diterbangkan dalam tiga pesawat ini, dengan pesawat utama membawa Yoni dan rombongan penyerang awalnya yang terdiri dari 29 orang. Pada tengah malam, waktu Uganda, pada tanggal 4 Juli 1976, pesawat pertama mendarat di bandara Entebbe. Yoni dan anak buahnya, mengendarai Mercedes dan dua Landrover, yang dimaksudkan untuk mensimulasikan rombongan Idi Amin dan pasukan Uganda, turun dari pesawat dan melanjutkan perjalanan ke Terminal Lama, tempat para sandera ditahan. Kontak senjata segera dilakukan dengan tentara Uganda. Sebuah pertempuran singkat berkembang dengan tentara Uganda dan berikut teroris di gedung itu tewas, serta para sandera dibebaskan. Selama pertempuran, Yoni tertembak di dada, saat dia berlari ke depan, dan terbaring terluka parah di luar aula utama tempat para sandera ditahan. Yoni terkena tembakan sniper. Sebagian besar yang berada di sana mengatakan tembakan itu berasal dari pasukan Uganda yang ada di dalam menara kontrol.

Ilustrasi personel Sayeret Matkal menyerang gedung Terminal Lama di Entebbe. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Ilustrasi personel Sayeret Matkal dalam penyerbuan di Entebbe. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Para Sandera Entebbe saat kepulangannya, tanggal 4 Juli 1976. Hanya beberapa sandera yang mungkin menyadari bahwa prajurit yang tewas tergeletak di depan pesawat mereka adalah komandan pasukan yang bertanggung jawab untuk menyelamatkan mereka. (Sumber: https://www.timesofisrael.com/)

Upaya tim medis untuk menyelamatkan Yoni tidak berhasil, dan dia meninggal di pintu masuk pesawat evakuasi di tangan Efraim Sneh, komandan unit medis misi, karena para sandera saat itu sedang digiring masuk ke dalamnya. Yoni adalah satu-satunya anggota dari pasukan penyelamat yang tewas. (Tiga dari 106 sandera juga tewas dalam baku tembak dan yang keempat kemudian dibunuh oleh anak buah Idi Amin.) Jenazah Yoni lalu ditempatkan di dalam pesawat, yang kemudian lepas landas ke tempat yang aman di Kenya. Dari sana berlanjut ke Israel. Hanya beberapa sandera yang mungkin menyadari bahwa prajurit yang tewas tergeletak di depan pesawat mereka adalah komandan pasukan yang bertanggung jawab untuk menyelamatkan mereka. Untuk menghormati Netanyahu, operasi itu secara anumerta berganti nama menjadi Mivtsa Yonatan (Operasi Yonatan). Yoni kemudian dimakamkan di Yerusalem pada tanggal 6 Juli 1976, di Gunung Herzl, di samping makam David Elazar, Kepala Staf militer Israel selama Perang Yom Kippur. Ribuan orang diketahui menghadiri pemakaman Yoni. Shimon Peres, Menteri Pertahanan saat itu, mengatakan selama eulogy-nya bahwa “sebuah peluru telah merobek hati muda salah satu putra terbaik Israel, salah satu pejuangnya yang paling berani, salah satu komandannya yang paling menjanjikan – Yonatan Netanyahu yang luar biasa.” Nama Yoni, yang sampai saat itu hampir tidak dikenal di luar tentara Israel, kemudian menjadi terkenal di seluruh Israel dalam semalam. Tindakannya, dan pemikiran serta refleksinya – terungkap dalam buku surat setelah kematiannya dan menjadi buku laris – tetap menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang di negaranya dan di seluruh dunia. Untuk mengenang Yoni, sebuah pohon peringatan yang ditanam untuk menghormatinya ada di depan Sekolah Menengah Cheltenham, dan ada sebuah plakat peringatan yang terletak di lobi.

PERGOLAKAN BATIN YONI NETANYAHU

Setelah kematian Netanyahu, sejumlah surat pribadinya dipublikasikan, yang memungkinkan para peneliti melihat sekilas kehidupan batinnya. Mereka menemukan bahwa “representasi diri yang kuat dan heroik” dari Netanyahu juga menyebabkan dia tertekan, menurut surat pribadinya. Para peneliti menyatakan bahwa tekanan emosional Netanyahu ditutupi oleh “prestasinya yang luar biasa,” dan menemukan bahwa ia memiliki kecenderungan untuk melihat dirinya sebagai penyelamat dan penakluk. “Yoni mengungkapkan refleksinya tentang rasa memiliki dan kesepian, pemenuhan diri dan keterasingan, dan cinta keluarga, teman, wanita, dan negara,” tulis para peneliti. “Selain kepahlawanan, kesopanan, dan kepribadian Yoni yang luar biasa, ada juga indikasi yang sangat jelas bahwa ia menghadapi gejolak batin sepanjang hidupnya,” tambah mereka. Pada tahun 1980, banyak surat pribadi Netanyahu diterbitkan. Banyak dari surat-suratnya ditulis dengan tergesa-gesa di bawah kondisi yang sulit di lapangan, tetapi menurut sebuah ulasan di New York Times, surat-surat itu memberikan “penggambaran yang meyakinkan tentang seorang pria yang berbakat dan sensitif di masanya yang mungkin telah unggul dalam banyak hal namun memilih yang jelas dengan sengaja mengabdikan dirinya pada praktik dan penguasaan seni perang, bukan karena dia suka membunuh atau ingin, tetapi karena dia tahu bahwa, seperti biasa dalam sejarah manusia, kebaikan tidak akan bisa melawan kejahatan tanpa kekuatan untuk membela diri secara fisik.” Hal ini tercermin dalam beberapa surat yang dibuat Yoni untuk orang terdekatnya, sebagai berikut.

Selain kepahlawanan, kesopanan, dan kepribadian Yoni yang luar biasa, ada juga indikasi yang sangat jelas bahwa ia menghadapi gejolak batin sepanjang hidupnya. (Sumber: https://www.filmlinc.org/)

Surat untuk orang tuanya, tanggal 6 Maret 1969: “Dalam seminggu lagi saya akan berusia 23 tahun. Pada saya, pada kami, para pemuda Israel, terletak tugas menjaga keamanan negara kami. Ini adalah tanggung jawab yang berat, yang membuat kita matang sejak dini… Saya tidak menyesali apa yang telah saya lakukan dan apa yang akan saya lakukan. Saya yakin bahwa apa yang saya lakukan adalah benar. Saya percaya pada diri saya sendiri, di negara saya dan di masa depan saya. 

Surat kepada saudaranya Benjamin, tanggal 2 Desember 1973: “Kami sedang bersiap untuk perang, dan sulit untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Yang saya yakini adalah akan ada babak berikutnya, dan yang lainnya setelah itu. Tetapi saya lebih memilih untuk tinggal di sini dalam pertempuran terus-menerus daripada menjadi bagian dari orang-orang Yahudi yang berkeliaran tanpa alasan jelas. Kompromi apa pun hanya akan mempercepat akhir segalanya (dari Israel). Karena saya tidak bermaksud memberi tahu cucu-cucu saya tentang Negara Yahudi di abad kedua puluh sebagai sebuah episode singkat dan sementara dibandingkan pengembaraan selama ribuan tahun dari bangsa ini, saya bermaksud untuk bertahan di sini dengan sekuat tenaga.”

Bibi dan Yoni. (Sumber: https://www.filmlinc.org/)

Surat untuk orang tuanya, tanggal 13 April 1974: “Aku tidak punya teman perempuan yang sebenarnya saat ini. Romansa terakhirku sudah berakhir, dan karena aku tidak punya waktu untuk bermain-main, sepertinya aku akan tetap sendiri untuk saat ini … secara keseluruhan, tidak ada yang perlu aku keluhkan. Aku bekerja sebaik mungkin dalam pekerjaan tentaraku, dan selama cuti aku banyak berkeliling di negeri kita yang indah. Seluruh dunia mengagumi peradaban Inca dan Aztec dan semacamnya—dan mereka memang pantas dikagumi. Namun demikian hampir semua ini muncul setelah dimulainya Era Kristen (bukan berarti ini mengurangi nilainya), sedangkan di sini tampaknya tempat lahirnya peradaban dunia ada di sekitar kita, semuanya berasal dari ribuan dan ribuan tahun. Beberapa hari, Sabtu yang lalu aku mengunjungi wilayah Gibeon yang disebut di Alkitab, dan melihat kolam kuno yang luar biasa di sana (aku akan mengajak kalian untuk melihatnya ketika kalian datang). Kolam inilah yang disebutkan dalam II Samuel sehubungan dengan kisah Abner bin Ner dan Yoab bin Zeruya, yang ‘bertemu di tepi kolam Gibeon’ dan membiarkan ‘para pemuda bangkit dan bertarung di depan mereka.’ Dan negeri ini semuanya seperti itu!”

Yoni dan mantan istrinya, Tuti. (Sumber: https://m.facebook.com/)

Surat untuk pacarnya Bruria, bulan Desember 1974 (Pada tahun 1972, Yoni dan Tuti telah bercerai. Netanyahu kemudian tinggal bersama pacarnya selama dua tahun, Bruria, pada saat kematiannya): “Sudah kubilang bahwa aku telah kehilangan kepolosan dan keyakinan butaku pada keabadian cinta. Dan itu sangat disayangkan—benar-benar disayangkan, karena aku ingin mempercayainya dengan seluruh keberadaanku. Jika aku skeptis, ini bukan tentang sekarang, tapi tentang masa depan yang jauh. Kita terpisah terlalu lama pada suatu waktu untuk terikat bersama selamanya. Ada sesuatu yang putus asa dan sangat sedih tentang perasaan ini. Kamu bertanya kepadaku tentang seorang anak, dan aku mengatakan apa yang aku lakukan karena aku tidak berpikir sejauh itu—karena seorang anak adalah ciptaan yang paling indah dan ikatan terakhir antara seorang pria dan seorang wanita (setidaknya, begitulah aku melihatnya, atau katakanlah, begitulah seharusnya dan bagaimana aku akan menginginkannya). Dan aku tidak berpikir sejauh itu karena aku tidak yakin itu abadi. Aku hanya berharap aku bisa membebaskan diri dari keraguan ini.”

JEJAK KELUARGA NETANYAHU

Adik Yoni, Benjamin, setelah keluar dari dinas militer dan kuliah, dia menjadi ahli terorisme di Yonatan Netanyahu Anti-Terror Institute. Setelah sempat menjadi wakil Israel di PBB, Bibi dikenal sebagai politikus Partai Likud. Puncaknya, Bibi terpilih menjadi Perdana Menteri Israel pada 1996 hingga 1999 dan terpilih kembali pada 2009 hingga 2021. Dengan ini Bibi menjadi perdana menteri pertama di Israel yang terpilih dua kali dengan masa jabatan tidak berurutan, sekaligus menjadi perdana menteri terlama dalam sejarah negara itu, setelah menjabat selama 15 tahun. Dia juga adalah perdana menteri pertama yang lahir di Israel setelah Deklarasi Kemerdekaannya. Sementara si bungsu Iddo tampaknya lebih suka mengikuti ambisi lama Yoni menjadi sosok intelektual. Anak paling kecil keluarga besar Netanyahu itu sekarang menekuni bidang radiologi dan menulis banyak buku. 44 tahun setelah kematian Yoni, Benjamin Netanyahu berkata, “Rasa sakit atas meninggalnya Yoni terus tumbuh selama bertahun-tahun dan sulit untuk menemukan penghiburan.” Bibi Netanyahu mengatakan “sikap kerasnya melawan semua teroris” datang sebagai akibat dari kematian saudaranya ini. Di sisi lain, Bibi sendiri mengakui bakat besar dari Yoni, dan dia bisa membayangkan Yoni akan memiliki pencapain besar di masa depan seandainya tidak gugur di Entebbe. “Dia bisa melakukan apa saja. Saya pikir dia adalah pemimpin yang hebat. Dia pasti bisa memimpin tentara. Apa yang akan dia lakukan setelah itu, saya tidak tahu. Saya pikir seorang pria dengan bakat dan kedalamannya pengetahuan tidak akan dibiarkan begitu saja. Dia akan menemukan cara untuk berkontribusi pada negara Yahudi dan masa depan orang-orang Yahudi.” 

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersama ayahnya, Benzion, selama upacara peringatan untuk Yoni Netanyahu di pemakaman militer Mount Herzl, Yerusalem, tahun 2007. 44 tahun setelah kematian Yoni, Benjamin Netanyahu berkata, “Rasa sakit atas meninggalnya Yoni terus tumbuh selama bertahun-tahun dan sulit untuk menemukan penghiburan.” (Sumber: https://www.timesofisrael.com/)

Penulis Herman Wouk menulis bahwa Yoni Netanyahu sudah menjadi legenda di Israel bahkan sebelum kematiannya pada usia 30 tahun. Wouk menulis: “Dia adalah seorang filsuf-prajurit pendiam dengan daya tahan yang luar biasa, seorang pemimpin muda yang karismatik, seorang petempur yang luar biasa. Di Dataran Tinggi Golan, dalam Perang Yom Kippur, unit yang dipimpinnya adalah bagian dari kekuatan yang menahan lautan tank buatan Soviet yang diawaki oleh orang Suriah, dalam pertahanan yang gagah berani; dan setelah Entebbe, “Yoni” di Israel hampir menjadi simbol bangsa itu sendiri. Hari ini namanya diucapkan di sana dengan penghormatan yang tinggi. Pada tahun 2005, sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh surat kabar Israel Yediot Ahronoth menempatkan Yoni Netanyahu sebagai orang Israel terbesar ke-13 sepanjang masa. Film dokumenter Follow Me, kemudian dirilis pada bulan Mei 2012, yang didasarkan pada kisah hidup Netanyahu dan misi terakhirnya, memimpin penyelamatan sandera Israel di Entebbe, dengan mengorbankan nyawanya. Narasi dalam film ini menggunakan transkrip dari surat pribadinya dan kata-kata lisan lainnya dari Yoni.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Yoni Netanyahu – Short Biography

https://www.yoni.org.il/en/biogr.php

Excerpts from the film “Yoni”, directed by Simeon Winnaker

https://www.yoni.org.il/en/battle.php

Yonatan “Yoni Netanyahu (1946 – 1976)

https://www.jewishvirtuallibrary.org/yonaton-quot-yoni-quot-netanyahu

Yoni Netanyahu: A Hero’s Story By Moshe Phillips – 07/07/2021 6:00 PM

Yoni Netanyahu’s heroism was related to his emotional distress, researchers say

https://www.google.com/amp/s/www.timesofisrael.com/yoni-netanyahus-heroism-related-to-his-emotional-distress-researchers-say/amp/

Netanyahu Bersaudara dalam Pasukan Khusus Israel Oleh: Petrik Matanasi | 23 Agt 2022

https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/militer/articles/netanyahu-bersaudara-dalam-pasukan-khusus-israel-6alAn

Yonatan Netanyahu, calon filsuf tumbal Operasi Entebbe

https://m.merdeka.com/dunia/yonatan-netanyahu-calon-filsuf-tumbal-operasi-entebbe.html

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Netanyahu

Netanyahu Family Marks 44 Years since Lt.-Col. Yonatan (Yoni) Netanyahu Fell at Entebbe

https://www.gov.il/en/departments/news/event_yoni_netanyahu280620

Yoni Netanyahu – One of Israel’s Most Courageous Warriors

https://www.ifcj.org/news/fellowship-blog/yoni-netanyahu-one-of-israels-most-courageous-warriors

40 years after Entebbe: Netanyahu to visit site of daring hostage-rescue mission By Ruth Eglash; July 2, 2016

https://www.washingtonpost.com/world/middle_east/40-years-after-entebbe-netanyahu-to-visit-site-of-daring-hostage-rescue-mission/2016/07/01/cebb651a-2f2f-11e6-b9d5-3c3063f8332c_story.html

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Yonatan_Netanyahu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *