Alutsista

FNC Belgia yang Dilisensi Menjadi Senapan Serbu SS-1 Kebanggaan Indonesia

FNC (Bahasa Perancis: Fabrique Nationale Carabine) adalah senapan serbu berkaliber 5,56x45mm NATO yang dikembangkan oleh produsen senjata Belgia FN Herstal dan diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an. Meski kurang begitu dikenal, senapan FNC terlihat dipakai dalam film Heat (1995), yang diperankan oleh Al Pacino dan Robert de Niro. Di film itu Letnan Vincent Hanna, yang diperankan Al Pacino terlihat menggunakan FNC Model Paratrooper dengan muzzle brake model M16A1. Diluar itu senapan ini dipakai oleh berbagai negara di dunia, seperti Belgia sebagai produsen, Swedia dan Indonesia yang memakai dan melisensi senapan ini.

Senapan FNC yang digunakan Letnan Vincent Hanna, yang diperankan Al Pacino dalam film Heat (1995). (Sumber: https://gatdaily.com/)

PENGEMBANGAN

Di dunia senapan otomatis di Amerika Serikat, tidak diragukan lagi bahwa M16 adalah yang penguasanya. Sisi negatifnya adalah bahwa M16 rata-rata akan membebani pembeli biaya hingga sekitar $ 20.000. Dalam situasi ini muncullah senapan FNC asal Belgia. FNC dikembangkan antara tahun 1975–1977 untuk mengikuti uji coba standardisasi senapan NATO, sebagai alternatif yang lebih murah dari senapan M16 asal Amerika. Dalam mengikuti uji coba ini FN mencoba merancang senjata yang murah dan tidak terlalu rumit yang dapat bersaing di pasaran. Bagian-bagian senapan presisi yang mahal kemudian diganti dengan model cetakan dan tempa yang lebih murah jika memungkinkan. FN juga mengikuti tren global dan merancang senjata yang dilengkapi dengan amunisi kaliber yang lebih kecil. FNC kemudian dilengkapi dengan peluru standar NATO kaliber 5,56×45 mm. Desain senapan didasarkan pada prototipe FNC 76, yang berasal dari senapan FN CAL (Carabine Automatique Legere) yang gagal secara komersial. Prototipe ini segera ditarik dari kompetisi NATO setelah tampil buruk karena pengembangannya yang terburu-buru. FN CAL, itu sendiri, adalah versi yang diperkecil dari senapan tempur FN FAL yang sangat populer, yang memulai debutnya pada awal tahun 1950-an dan dilengkapi dengan kartrid senapan berkekuatan penuh standar NATO kaliber 7.62x51mm. FN CAL dilengkapi dengan kartrid senapan menengah NATO kaliber 5.56x45mm yang lebih kecil dan mempertahankan sistem yang dioperasikan dengan sistem gas yang sama dengan FAL. Berbeda dengan FAL, yang menggunakan desain tilting breechblock, CAL dilengkapi dengan sistem rotating bolt. Namun, FN CAL terbukti gagal dengan adanya terlalu sedikit pembeli di pasar senapan kaliber 5.56mm yang sekarang ramai dan ini memaksa FN untuk menghentikan produksinya pada tahun 1975 demi pengerjaan versi yang lebih baik dan dimodifikasi, yang menjadi “FNC”. 

Senapan M16 adalah senapan serbu yang bagus, namun sisi negatifnya, biaya pengadaan M16 relatif mahal. (Sumber: https://www.military.com/)
FN CAL, pendahulu FNC yang gagal. (Sumber: https://weaponsystems.net/)
Berbagai tipe senapan FNC. Senapan FN FNC sangat andal digunakan. Berbagai negara lain mengadopsi FNC, kebanyakan negara non-Barat dengan kondisi iklim yang keras. (Sumber: https://special-ops.org/)

FNC mulai diproduksi pada tahun 1978. FNC awalnya dijadwalkan untuk mengambil bagian dalam uji coba penting NATO tahun 1977-1980 untuk menetapkan senapan serbu standar bagi negara-negara yang berpartisipasi (seperti diketahui dukungan NATO pada senapan terpilih tentunya akan sangat luar biasa menguntungkan) namun FNC adalah produk yang terlalu baru dan masih dalam fase pengembangannya untuk cukup bisa bersaing, akibatnya FNC segera dikeluarkan dari proses uji coba dalam waktu singkat. Negara pertama yang mengadopsi FNC adalah Indonesia, yang membeli sekitar 10.000 senapan pada tahun 1982 untuk angkatan udaranya. Pemerintah Indonesia kemudian memperoleh lisensi untuk mengizinkan perusahaan Indonesia PT Pindad untuk memproduksi senapan FNC untuk semua cabang angkatan bersenjata, seperti Pindad SS1 dan turunannya Pindad SS2. Uji coba untuk Angkatan Bersenjata Swedia kemudian diadakan antara tahun 1981–1982, dengan menggunakan prototipe terbaru yang membuktikan kegunaan dan efisiensi desain FNC, yang mengesankan staf militer Swedia dan Angkatan Darat Belgia di kampung halaman. Swedia lalu mengadopsi versi FNC untuk diproduksi dalam negeri pada tahun 1986, dan menamainya Ak 5. Sedikit dimodifikasi, senapan ini tetap menjadi senapan standar utama Angkatan Bersenjata Swedia. Walau FNC awalnya dibuat untuk tujuan ekspor, namun akhirnya senapan ini diadopsi oleh Angkatan Bersenjata Belgia pada tahun 1989, sebagai pengganti FN FAL kaliber 7,62×51mm NATO, setelah diproduksi dan dipakai dalam jumlah kecil untuk unit infanteri lintas udara selama beberapa tahun. Senapan ini juga digunakan sebagai senapan standar oleh angkatan bersenjata Tonga, sebuah negara mikronesia di Samudra Pasifik. Telah dilaporkan bahwa senapan FN FNC sangat andal digunakan. Berbagai negara lain mengadopsi FNC, kebanyakan negara non-Barat dengan kondisi iklim yang keras. FNC kini telah diganti di lini produksi oleh senapan F2000, tetapi tetap digunakan secara luas di berbagai negara.

DESAIN

FNC dirancang dengan keandalan sebagai fitur yang terpenting. FNC terbuat dari baja dan aluminum alloys yang dirancang untuk keandalan pengoperasian dan proses konstruksi langsung. Sebagian besar bagian berwarna enamel hitam satin kasar. Bagian aluminium dianodisasi warna hitam sementara beberapa item baja dicat warna abu-abu tua. Layout senapan ini menampilkan receiver logam yang menggabungkan pegangan pistol miring dan unit pemicu, charging handle dan port ejeksi, serta rumahan magasin tepat di depan pelatuk. Pada intinya, senapan ini tetap merupakan sistem senjata yang sangat konvensional dengan bentuk dan fungsi yang sama dengan CAL yang digantikannya. FNC adalah senjata api dengan pilihan penembakan selektif yang menggunakan sistem gas-operated long-stroke piston system dan mekanisme penguncian rotating bolt yang dilengkapi dua lug pengunci yang terhubung dengan cerukan di ekstensi laras senapan. Bolt diputar dan dibuka kuncinya dengan interaksi antara bolt pin cam dengan camming guide yang terdapat di bolt carrier. Sistem long-stroke gas piston sederhana, dan sebagai hasilnya, desainnya juga lebih terjangkau untuk diproduksi massal, dan biasanya berfungsi dengan baik. Secara keseluruhan, mekanismenya sangat mirip dengan senapan Kalashnikov (desain yang terbukti bekerja dengan baik, terutama di lingkungan yang dingin), tetapi disesuaikan dengan desain dan metode produksi yang lebih canggih, seperti penggunaan mesin CNC. Selain itu senapan ini juga memiliki beberapa fitur M16 dan beberapa fitur desain senapan lainnya. Long-stroke gas piston terletak di atas laras dan dihubungkan ke bolt carrier. Berbeda dengan AK-47, batang piston gas dapat dipisahkan dari bolt carrier saat senjata dibongkar. Sementara itu bagian belakang slot cocking handle, dipotong di bagian receiver atas untuk cocking handle, ditutupi oleh penutup pegas yang secara otomatis terbuka oleh handle saat kembali dan secara otomatis menutup bukaan saat cocking handle (tuas pengokang) kembali ke depan. Receiver dibuat dari dua bagian terpisah yang dihubungkan oleh dua pin silang. Receiver dapat dibuka untuk pembongkaran dan pemeliharaan dengan melepas pin belakang, sehingga bagian-bagiannya dapat digantung di sekitar pin depan. Bagian ini juga dapat dilepas untuk memisahkan bagian receiver. Ekstraktor pegas terletak di dalam kepala bolt, pelontar dipasang tetap dan dipaku ke bagian dalam rumahan receiver. FNC menggunakan katup gas 2 posisi, dengan mekanisme penembakan tipe hammer dan pelatuk dengan tuas pemilih mode penembakan yang sekaligus sebagai pengaman manual, untuk mengamankan senjata dari penembakan yang tidak disengaja. Tuas pemilih mode tembakan terletak di sisi kiri receiver dan memiliki 4 pengaturan, yakni: “S” – senjata dalam kondisi aman, “1” – mode tembakan tunggal, “3” – mode tembakan 3 peluru sekaligus, “A” – tembakan terus menerus hingga peluru di magasin habis (otomatis).

Bagian-bagian dari senapan FNC saat diurai. (Sumber: https://smallarmsreview.com/)
Diagram pengisian ulang senapan yang dioperasikan dengan gas. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Laras FNC memiliki fitur flash suppressor, yang juga digunakan untuk meluncurkan granat senapan kaliber 22mm standar NATO (hanya model senapan standar yang memiliki kemampuan ini). Seperti pada FAL dan CAL sebelumnya, FNC menempatkan tabung gasnya di atas laras dan larasnya menampilkan muzzle brake berlubang untuk mendukung peluncuran granat. Pada blok gas terdapat pengaturan katup gas yang digunakan untuk mengisolasi sistem gas, memberikan peningkatan volume propelan yang diperlukan untuk menembakkan granat senapan. Sistem gas menampilkan pengatur gas dua posisi (pengaturan yang ditujukan untuk kondisi normal atau buruk) dan pemutus gas terpisah. Sakelar katup gas lembaran-logam ketika ditarik tegak, bertindak sebagai pembidik V-notch yang digunakan untuk membidik granat senapan. Saat bidikan granat dinaikkan ke posisi siap ditembakkan, pemutus gas secara otomatis memblokir pasokan gas, yang memungkinkan peluncuran granat senapan dengan aman. Pemutus gas dan pembidik granat terletak di kamar gas, tepat di belakang pembidik depan. Kepala piston dan ekstensi, serta blok port gas, lubang laras dan kamar peluru, dilapisi dengan lapisan krom keras untuk meminimalkan efek pengotoran akibat propelan peluru. Jika laras dan mekanisme telah dipenuhi kotoran, pengguna tinggal menggeser tuas pengatur aliran gas yang terletak di upper receiver ke sisi kanan. Hasilnya, aliran gas akan dialirkan maksimal untuk mendorong piston, alhasil FNC akan mampu beroperasi tanpa hambatan. Pengguna tinggal mengembalikan tuas ke posisi kiri jika kotoran di dalam mekanisme sudah berkurang. Tambahan perlindungan juga datang dari dust cover yang berbentuk lonjong tepat di belalang tuas pengokang. Dust cover ini akan membuka dan menutup seiring pergerakan mekanisme penembakan, melindungi mekanisme internal terhadap gangguan debu yang berusaha masuk. FNC mempertahankan penggunaan kartrid NATO kaliber 5.56x45mm tetapi menggunakan magasin kotak melengkung dari baja berkapasitas 30 peluru standar yang dapat dilepas (tidak seperti magasin 20 peluru dari senapan CAL sebelumnya). Magasin peluru ini yang dapat dipertukarkan dengan magasin dari senapan M16 buatan Amerika (sesuai dengan STANAG 4179). Senapan serbu ini pada dasarnya kompatibel dengan semua magasin standar NATO kaliber 5,56 mm. Mayoritas pengguna menembakkan peluru standar NATO, meskipun versi untuk peluru M193 telah tersedia. Senapan ini dioptimalkan untuk menembakkan peluru SS109 Belgia, yang telah dipilih sebagai standar NATO. Dengan amunisi ini, tembakan tiga peluru akan menghasilkan perkenaan tembakan yang tersebar sejauh 70 cm pada jarak 500 m dan akan menembus helm baja standar Angkatan Darat A.S. pada jarak lebih dari 1000 yard (914 meter).

Senapan FNC dengan granat senapan. (Sumber: https://www.reddit.com/)
Tampilan belakang receiver atas dengan pembidik belakang terlihat cukup baik pada pengaturan jarak 250m. (Sumber: https://smallarmsreview.com/)
Tampilan bidikan depan senapan FNC. (Sumber: https://smallarmsreview.com/)

Setelah peluru terakhir ditembakkan, bolt akan tetap tertutup karena tidak ada pengaturan untuk membuka pegangan bolt secara otomatis. Namun, pegangan bolt dapat digunakan secara manual untuk menahan bolt kembali. Kecepatan tembak senapan ini mencapai 700 peluru per menit dengan muzzle velocity 3.160 kaki per detik. Berat keseluruhan senapan standar adalah 8,5lbs (sekitar 3,8 kg) dengan panjang keseluruhan 40 inci (997 mm) dan 30 inci (667 mm) dengan popor terlipat. Magasin FNC akan berfungsi pada senapan tipe AR-15 / M16, tetapi bagian follower tidak akan menahan bolt tetap terbuka pada peluru terakhir kecuali jika dimodifikasi dengan follower tipe M16. Popor tipe kerangka dari alloy ringan berlapis plastik digunakan pada FNC untuk menghemat bobot dan dapat dilipat ke sisi kanan receiver. Saat dilipat popor ini tidak akan menghalangi mekanisme pelatuk. Sementara itu popor berbahan sintetis (polyamide) tetap juga tersedia. Receiver atas FNC terbuat dari baja yang ditempa, sementara receiver bawah, bersama dengan rumahan magasin, terbuat dari aluminium alloy. Senapan ini memiliki pembidik belakang tipe L berbentuk flip yang dapat disesuaikan dengan dua bukaan dengan pengaturan jarak untuk 250 dan 400 m (seorang penembak yang terampil dapat menggunakan senapan serbu ini pada jarak yang lebih jauh), sedangkan tiang pembidik depan dapat disesuaikan untuk ketinggian. Setiap klik penyetelan bidikan akan mengubah titik benturan peluru 1cm pada jarak 100m. Perangkat optik seperti penglihatan teleskopik Hensoldt 4× dapat dipasang dengan menggunakan adaptor yang terpasang di receiver. Senapan FNC dapat menerima semua jenis teleskop, perangkat untuk mengintensifkan gambar dan pencitraan termal untuk penggunaan sniper atau kondisi di malam hari. Peralatan standar yang disertakan dengan FNC termasuk spike bayonet atau varian pisau bayonet M7 asal Amerika (dengan menggunakan adaptor lug) dan tali gantungan. Senapan FNC dapat memakai bipod yang dipasang di laras dan adaptor untuk menembakkan peluru hampa.

Senapan FNC dilengkapi dengan bayonet. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

VARIAN

Belgia

FNC di Belgia diproduksi dalam dua konfigurasi utama, yakni senapan standar dan pendek (karabin). Keduanya sebagian besar mirip satu sama lain kecuali untuk dimensi dan bobotnya. Versi karabin memiliki berat 8 lbs (3,6 kg) yang lebih ringan dengan panjang keseluruhan 36 inci (914 mm) dan panjang saat popor dilipat 26 inci (660 mm). Senapan Model 2000 “Standar” dan karabin Model 7000 “Pendek” dilengkapi laras dengan 6 alur ke kanan dan kecepatan berputar peluru 178 mm (1:7 inci), yang digunakan untuk menstabilkan peluru tipe SS109 Belgia yang lebih panjang dan berat. Senapan Model 0000 dan karabin Model 6000 menggunakan kecepatan putaran 305 mm (1:12 inci) yang lebih lambat untuk menembakkan peluru M193 Amerika yang lebih pendek dan lebih ringan. Fabrique Nationale juga menawarkan versi senapan Penegakan Hukum semi-otomatis khusus, Model 7030 dengan kecepatan putar peluru 178 mm (1:7 inci) dan Model 6040 dengan kecepatan putar peluru 305 mm (1:12 inci). Senapan karabin dengan mode satu tembakan ini memiliki laras 410 mm (16,1 inci) dan juga mampu menembakkan granat senapan dan dipasangi bayonet. Dalam layanan Belgia senapan ini disebut sebagai FN FNC M2. Kemudian terdapat juga FN FNC Para Carbine memiliki panjang laras 10 cm lebih pendek dan foregrip lebih pendek. Dalam layanan Belgia tipe ini disebut sebagai FN FNC M3. Senjata ini tidak memiliki kemampuan untuk meluncurkan granat senapan. Juga terdapat versi semi-otomatis dari karabin ini, yang ditujukan untuk pasukan penegak hukum dan pengguna sipil. Sekitar 6.000 senapan semiotomatis untuk tujuan olah raga diketahui diimpor ke AS pada tahun 1980an, dengan harga sekitar $750 per pucuk. Produksi senapan ini dihentikan pada tahun 1999.

Pasukan komando Belgia dengan senapan FNC. (Sumber: https://militaryarmament.tumblr.com/)

Swedia

Senapan standar Swedia yang dibuat oleh Bofors Ordnance (saat ini BAE Systems Bofors) adalah senapan Model 2000 yang dimodernisasi tanpa pilihan mode tembakan 3 peluru. Senapan ini diterima ke dalam dinas operasional pada tahun 1986 sebagai Ak 5 setelah menjalani uji coba ekstensif dan menerima beberapa modifikasi dan menggantikan Ak 4 kaliber 7,62mm (versi berlisensi dari senapan tempur Heckler & Koch G3). Bofors telah memproduksi beberapa varian dari Ak 5 dasar, yakni: Ak 5B (dilengkapi dengan pembidik optik 4× SUSAT asal Inggris tetapi tidak ada bidikan besi mekanis), Ak 5C (varian modular yang dirancang memiliki kompatibilitas dengan berbagai aksesori), dan Ak 5D (varian ringkas untuk kru kendaraan dan ranger). Untuk model varian Swedia mungkin dilengkapi dengan peluncur granat M203.

Ak 5C mewakili evolusi terbaru Swedia dari senapan FNC. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Indonesia

Di Indonesia, FNC versi modifikasi, diproduksi dengan lisensi oleh PT Pindad sebagai senapan SS1 dengan adaptasi di kondisi iklim hutan, dan digunakan sebagai senapan standar TNI. SS-1 bisa dipasangi berbagai aksesoris seperti Foregrip yang bisa mengubahnya seperti model Standar senapan M4A1 Carbine tanpa Red Dot Sight. Berbagai varian Pelontar Granat (M203, M320 / GP25) dan berbagai Scope seperti Red Dot SightHolographic Sight dan ACOG Sight serta Mars Sight dapat dipasang pada senapan ini. SS1 dirancang oleh Pindad untuk memungkinkan penggunaan peluncur granat underbarrel SPG-1A buatan mereka sendiri, yang dipasang di bawah laras. Sebagian besar model senapan SS1, kecuali SBC-1, dibuat dengan mode tembakan selektif yang terdiri dari mode tembakan tunggal, tiga peluru, dan otomatis penuh. Varian Paramiliter dari SS1 yang dibuat untuk penggunaan oleh polisi, dikenal sebagai V1-V2 yang digunakan oleh Korps Sabhara yang dilengkapi dengan peluru kaliber 7,62×45mm Pindad. Kartrid ini adalah versi perpanjangan dari kartrid kaliber 5,56 × 45mm, dengan menggunakan peluru hidung bulat yang mirip dengan kaliber .30 Carbine dan dibuat untuk perang perkotaan / pertempuran jarak dekat. Varian lainnya, SS Blackout-V1 hadir untuk bisa menembakkan peluru kaliber .300 Blackout. Senapan Pindad SS2 adalah versi terbaru dari Pindad SS1. Senapan SS2 telah digunakan secara bertahap sejak tahun 2006 di unit militer dan polisi Indonesia untuk secara bertahap menggantikan senapan SS1 yang beroperasi sejak tahun 1990-an. SS1 kemungkinan akan digunakan oleh pasukan cadangan atau paramiliter ketika SS2 diadopsi sepenuhnya ke dalam layanan. Varian SS1 yang diketahui dibuat di Indonesia, terdiri dari:

  • SS1-V1 — Varian dasar bagi SS1. Menggunakan laras standar dengan popor lipat.
  • SS1-V2 — Varian pendek dari SS1, dengan laras yang lebih pendek.
  • SS1-V3 — Varian standar dengan popor tetap.
  • SS1-V4 — Serupa dengan varian V1, ditambah dengan teleskop. Varian senapan penembak jitu ini mirip dengan SS1-V1 kecuali dengan adanya penambahan teleskop untuk meningkatkan jangkauan efektifnya selama baku tembak di jarak menengah dan jauh. Dimaksudkan untuk digunakan seperti senapan Sniper Dragunov asal Russia, jangkauan efektif varian V4 dengan teleskop adalah 600 meter.
  • SS1-V5 — Varian terkecil dari semua varian dengan laras sepanjang 252 mm dan berat 3,37 kg dan popor lipat. Dirancang untuk pasukan zeni, operator artileri, kru tank, pasukan garis belakang, dan pasukan khusus.
  • SS1-R5 Raider — Sub varian V5 yang dirancang khusus untuk pasukan khusus Raider TNI dan unit lain seperti Kopassus dan Kostrad. R adalah kependekan dari Raider dan R5 dibuat khusus untuk batalion ini saja. SS1-R5 memiliki rancangan lebih ramping dan ringan, dengan tanpa mengorbankan akurasi. Dirancang untuk operasi pasukan khusus seperti infiltrasi, kontak tembak jarak pendek di hutan, gunung, rawa, laut, dan peperangan perkotaan. SS1-R5 dapat dipasangi dengan bayonet dan berbagai jenis teleskop. Senapan ini memiliki opsi mode tembakan Aman, Tunggal, dan Otomatis Penuh. Pindad menambahkan sentuhan modernisasi pada R-5. Diantaranya dari M16 A2 diadopsi pada bagian pistol gripforegrip baru yang membungkus total bagian depan senapan, sampai penambahan RIS add on pada upper receiver untuk pemasangan perangkat optik secara cepat. Model RIS yang diadopsi mirip yang dirilis pabrikan custom Brugger & Thomet yang terkenal di Swiss dan Belgia. Cara pemasangannya terhitung mudah, tinggal mengendorkan sekrup rail, memasangnya pada slot kemudian megencangkannya. Tidak lebih dari 30 detik, seorang prajurit Raider dapat memasang optik pada SS-1 R5. Flash hider tradisional milik FN juga ditinggalkan demi menyandingkan SS-1 R5 dengan flash hider model M16 A2. Karena digunakan untuk pasukan elit, SS-1 R5 dibuat dengan menggunakan material ekstra, seperti halnya SS-1 M series yang dibuat khusus untuk Korps Marinir TNI AL, sebagian material SS-1 R5 juga dibalut pelapis anti karat dengan phosphate. Sebagai senjata berkategori carbinedengan laras pendek, SS-1 R5 tetap disiapkan untuk situasi duel satu lawan satu, dalam hal ini SS-1 R5 punya dudukan bayonet, sehingga masih bisa dipasangi sangkur, sementara hal itu tidak ada di SS-1 V5. RIS (Rail Interface System) menjadi keunikan tersendiri dari SS-1 R5, RIS rail yang ada dirancang dengan fitur free float sehingga akurasi senjata dapat dimaksimalkan walaupun larasnya pendek. RIS ini disiapkan untuk penempatan perangkat optik secara cepat. Meski miskin asesoris, keluarga SS-1 biasa mengadopsi jenis optik FN Scope dan Meprolight M211. FN Scopedibuat oleh pabrikan Hendsoldt yang terkenal sebagai manufaktur optic berkualitas di Eropa. Kemampuan optik ini dapat melakukan pembesaran hingga 4x. Sementara itu Meprolight M211 buatan Israel menggunakan sumber tenaga tritium. M211 mampu memberikan akuisisi tembakan secara cepat dan parallax free. Prajurit yang beroperasi di lapangan juga tak perlu khawatir kehabisan baterai di tengah pertempuran. Bobot senapan ini tanpa magasin adalah 3,37 kg, sedangkan dengan magasin adalah 3,73 kg.
  • SS1 seri M — Dibuat untuk korps Marinir. Dengan proses pengecatan spesial (phosphating) agar tahan terhadap air laut dan tidak mudah berkarat. Phosphating adalah proses perlakuan terhadap logam (besi, galvanized atau aluminium) menggunakan asam phosphate dan senyawa lainnya dimana permukaan logam bereaksi secara kimia dengan media asam phosphate tersebut membentuk lapisan kristal phosphate yang tidak larut, yang melindungi permukaan logam secara keseluruhan. Ini artinya, SS-1 M dapat dioperasikan penuh pada lingkungan perairan berkadar garam tinggi, seperti laut dan rawa. Karena proses pelapisan ini, SS-1 M tampil beda dengan varian SS-1 lainnya, senjata SS-1 Marinir ini punya warna abu-abu yang menyiratkan kesan lebih garang. Varian ini dirancang untuk tetap dapat digunakan setelah masuk lumpur atau pasir. Terdapat tiga varian, yaitu: M1 dengan laras panjang dan popor lipat; M2 dengan laras pendek dan popor lipat; dan M5 Commando. Secara sistem kerja antara SS1-M1, SS1-M2, SS1-V1, dan SS1-V2 memiliki kesamaan. Perbedaan yang paling mendasar di antara kesemuanya adalah pada panjang, berat, fungsi, serta proses finishing pembuatannya. SS1-M2 pada desainnya sama memiliki panjang, berat, serta spesifikasi lain yang seragam dengan SS1-V2, karena pada dasarnya SS1-M2 ini adalah pengembangan dari SS1-V2 yang diproduksi khusus untuk Korps Marinir. Lebih pendek dari varian SS1-V1 dan SS1-M1 tetapi sama persis dengan SS2-V2. Berat senjata ini tanpa terisi peluru adalah sebesar 3,91 kg dan apabila peluru terisi penuh berat senjata ini mejadi 4,27 kg, lebih ringan dibanding SS1-M1. Jumlah maksimal peluru yang bisa digunakan dalam satu magasin adalah sebanyak 30 butir. Senjata ini sendiri mampu membidik dengan efektif pada jarak tembak sejauh 300 meter. Senapan Serbu 1 (SS1) M1 memiliki rate of fire atau rata – rata kecepatan tembak sebesar 720-760 rpm dengan rate of fire yang efektif sebesar 120-200 rpm untuk tembakan otomatis dan tembakan satu per satu sebesar 60 rpm. Amunisi yang digunakan untuk senjata ini adalah amunisi buatan Pindad juga yaitu MU5-TJ dan MU5-H. Menyadari bahwa Korps Marinir terdiri dari beberapa elemen tempur, maka SS-1 M dirancang dengan tiga varian dasar yang sama dengan varian SS-1 reguler kaliber 5,56 mm, yaitu SS-1 M1 (laras 16 inchi), SS-1 M2 (laras 14,5 inchi), dan SS-1 M5 (laras 10,5 inchi). Penggunaan SS-1 M2 yang berlaras pendek, ideal untuk digunakan pada pasukan kavaleri Marinir, begitu pun dengan SS-1 M5, jadi ideal untuk kebutuhan close quarter battle bagi satuan elit Denjaka dan Taifib (Intai Amfibi) Marinir.
  • Sabhara V1-V2 — Pengembangan varian ini dikhususkan untuk kepolisian, yaitu perlunya kemampuan untuk melumpuhkan bukan membunuh. Varian ini menggunakan peluru kaliber 7,62 x 45 mm PT Pindad.
  • SBC-1 — Merupakan varian dari SS1-V5 dengan mode tembakan semi otomatis saja, yang dibuat khusus untuk bea cukai Indonesia dan karenanya senapan ini diberi nama “Senapan Bea Cukai”.
Pindad SS1-V1. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
SS1-M2, Varian Senapan Serbu Untuk Angakatn Laut. (Sumber: http://maritimnews.com/)
SS1-R5 Raider. (Sumber: https://www.military-today.com/)

PEMAKAI

Belgia: sebagai senapan standar Komponen Darat Belgia; digunakan dalam varian standar dan karabin (masing-masing disebut FNC M2 dan FNC M3).

FNC M3. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Republik Demokratik Kongo

El Salvador

Republik Federal Yugoslavia: Digunakan dalam jumlah yang tidak diketahui oleh Unit Operasi Khusus (Serbia)

Indonesia: Membeli 10.000 senapan pada tahun 1982. Pada tahun 1984 Pindad memperoleh lisensi untuk memproduksi senjata ini secara lokal sebagai Pindad SS1 dan Pindad SS2. Senapan ini bersama-sama dengan M16, Steyr AUG dan AK-47 menjadi senapan standar TNI dan POLRI, namun karena diproduksi di Indonesia, senapan ini paling banyak digunakan.

Senapan SS1 telah menjadi senapan standar Indonesia lebih dari 20 tahun. (Sumber: http://www.military-today.com/)

Libya

Mali: Dipakai oleh Gerakan Rakyat untuk Pembebasan Azawad. Sempat disita oleh petugas pabean Filipina ketika sebuah kapal menuju Mali, melewati Filipina untuk mengirimkan 10 pistol P2, dan digerebek setelah tiba di perairan Filipina. Pemerintah Mali tercatat telah memesan 100 senapan SS-1V1. Senapan itu dimaksudkan untuk digunakan oleh Kementerian Keamanan Dalam Negeri dan Perlindungan Sipil Mali. Menurut Fernandino Tuason dari Customs Intelligence and Investigation Service, dia telah menerima informasi yang kredibel bahwa politisi tertentu berencana menggunakan senjata, kebanyakan tipe Galil, dalam untuk upaya destabilisasi saat pemilihan presiden yang dijadwalkan akan diadakan pada tahun 2010. Para pejabat Pindad telah menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi, karena senapan SS1 bukanlah senapan GalilManila Bulletin telah menjadi satu-satunya media yang menyatakan bahwa senapan yang disangka Galil bukanlah senapan Galil, tetapi SS1. Selain itu, mereka memberikan bukti bahwa pengiriman senjata kecil itu legal. Ada kesan bahwa sindikat penyelundup senjata adalah biang keladi pengiriman senjata buatan Indonesia ke Filipina. Menurut penyelidikan lebih lanjut, sertifikat pengguna akhir yang diterbitkan oleh Indonesia ternyata palsu.

Mongolia

Tentara Mongolia di Kosovo dengan senapan FNC berpopor pejal. (Sumber: https://www.flickr.com/)

Nigeria

Sri Lanka

Swedia: Diterima untuk digunakan pada tahun 1986 dan diproduksi di bawah lisensi oleh Bofors Carl Gustaf sebagai Ak 5 (Automatkarbin 5).

Timor Leste: Digunakan oleh unit khusus Kepolisian Nasional Timor Leste.

Tonga: Senapan dinas standar militer Tonga.

Ukraina: Diterima sebagai bagian bantuan militer dari Belgia selama Perang Rusia-Ukraina.

Venezuela

Vietnam: Digunakan dalam Tim Demonstrasi Penembak Jitu Militer.

Kamboja: SS1 diekspor pada tahun 1991.

Laos: Membeli 35 senapan serbu SS1 V2 dan 35 SS1 V4 pada tahun 2014.

Uni Emirat Arab: Senapan SS1 diekspor pada tahun 1992.

Pengguna non-negara:

Gerakan Aceh Merdeka

Pemberontak Gerakan Aceh Merdeka dengan senapan SS1 (tengah). (Sumber: https://kumparan.com/)

Tentara Republik Irlandia Sementara

Gerakan Papua Merdeka

ISIL: Mujahidin Indonesia Timur dan Grup Maute

Teroris Santoso dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur dengan senapan SS1. (Sumber: https://id.wikipedia.org/)

SEJARAH PEMAKAIAN

SS-1 di Indonesia

Bila ditarik mundur ke belakang, sebelum lahirnya senapan serbu kebanggaan nasional Indonesia SS-1 (1984) dan SS-2 (2001), maka senapan serbu laras panjang atau assault rifle pertama buatan dalam negeri adalah senapan SP-1 (Senjata Panjang 1) yang merupakan modifikasi dari senapan serbu Beretta BM-59 Mk.1 buatan Italia. SP-1 mengadopsi amunisi kaliber 7,62 x 51 mm dengan sistem operasi gas operatedrotating bolt dan menganut sistem bidik konvensional rear aperture dan front post. Panjang totalnya 109 cm dengan berat mencapai 4.4 kg. Senapan laras panjang ini dipilih menjadi senapan serbu standar prajurit infanteri TNI pada masa itu. Dalam kurun waktu 1968 hingga 1974, PSM (Pabrik Senjata dan Mesiu, nama lama PT Pindad) telah memroduksi sebanyak 50.000 pucuk SP-1. Pindad kemudian mengembangkan dan menyempurnakan lebih lanjut senapan ini dengan melahirkan varian SP-2 yang bisa melontarkan granat senapan yang dipasang di ujung larasnya. Lahir pula varian SP-3 yang menggunakan hand grip model baru plus dipasangi bipod penyetabil. Ketika penetrasi awal Operasi Seroja tahun 1974-1975 dalam rangka penyatuan Timor Timur (kini Timor Leste) ke dalam naungan Republik NKRI, SP-1 sempat diturunkan dalam palagan tersebut. Namun, banyak kendala yang ditemui oleh SP-1 selama beroperasi di lapangan. Di antara yang dikeluhkan para prajurit pemakainya adalah selongsong peluru yang kadang tidak keluar, lalu ada picu yang copot hingga kompensatornya terlepas.

Senapan SP-1. (Sumber: https://www.airspace-review.com/)

Dari pengalaman di lapangan tersebut, maka muncullah ide untuk mengembangkan senapan serbu baru yang lebih baik pada tahun 1976. Selang setahun kemudian lahirlah purwarupa yang yang dinamai sebagai SS-77 (Senapan Serbu 1977). Desain dan sistem kerja SS-77 mengacu pada senapan serbu Armalite AR18 dengan sistem mekanik gas operatedrotating bolt. Kapasitas peluru dalam magasen-nya adalah sebanyak 30 butir dengan kaliber 5,56 x 45 mm. Mode penembakan yang disediakan adalah SafeSemi-Auto. Selain versi standar dengan laras panjang, SS-77 juga dibuatkan dalam versi karabin (berlaras pendek) dengan popor model lipat. Pada tahun 1979, SS-77 dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan peluru kaliber 7,62 x 51  mm menjadi SS-79 (Senapan Serbu 1979). Berdasarkan keberhasilkan pengembangan SS-77 dan SS-79 pihak TNI AD dan Hankam berniat mengadopsinya sebagai senapan standar infanteri TNI pengganti SP-1 seperti yang direncanakan sebelumnya. Namun, berdasarkan pertimbangan yang dikeluarkan BPPT tahun 1982, bahwa untuk memroduksi sendiri senapan ini dari awal (dari nol) memerlukan waktu kurang lebih hingga delapan tahun lamanya dan biaya litbang yang dikembangkanpun dianggap terlalu tinggi. Sebagai jalan pintas untuk menghemat biaya dan jangka waktu, BPPT pun mengusulkan untuk membuat lisensi senapan serbu yang sudah ada di pasaran, yang sudah terbukti ketangguhan dan kehandalannya di lapangan.

Senapan SS-77. (Sumber: https://www.airspace-review.com/)
Varian karabin senapan SS-77. (Sumber: https://www.airspace-review.com/)

Saat itu sebanyak enam jenis senapan serbu dievaluasi pada tahap pertama. Dari hasil uji coba yang dilakukan terpilih tiga calon kuat yakni HK33 buatan Jerman, M16A1 buatan Amerika Serikat dan FNC dari Belgia. HK33 menjadi favorit utama, namun karena tidak menggunakan sistem mekanik gas operated melainkan sistem delayed blow back, teknologi yang rumit dan mahal, serta beberapa komponen terutama laras belum memungkinkan untuk dibuat di dalam negeri, akhirnya senapan ini batal dipiliih. Sementara itu, M16A1 yang menjadi kandidat kedua persyaratannya dinilai terlalu ketat. Mulai dari peluru, komponen utama sistem mekanis dan laras yang harus diimpor langsung dari Amerika Serikat. Lalu penggunaan senjata untuk operasi militer harus seizin Konggres AS serta maksimal produksi dibatasi untuk 150.000 pucuk senapan saja. Pastinya ini bisa membuat kemunduran jika Indonesia mengadopsi senjata tersebut, karena rawan pembatasan dan menyebabkan tidak mandiri. Senapan ini pun akhirnya batal dipilih. Akhirnya, diputuskan FNC (kandidat ketiga) menjadi pemenang dan kemudian dijadikan senapan serbu infanteri modern resmi yang digunakan seluruh kesatuan Tentara Nasional Indonesia. Keputusan memilih senapan serbu FNC adalah karena kemudahan yang diberikan prinsipal dalam hal ini FN Herstal SA dari Belgia yang bersedia memberikan alih teknologi hingga 100 persen. Pertimbangan utama lainnya, karena senapan serbu FNC telah mengadopsi laras alur 7 inci dengan peluru SS-109 yaitu peluru inti baja atau full metal jacket yang telah menjadi standar NATO. Selanjutnya, atas kesepakatan yang dilakukan BPPT mewakili Pemerintah Indonesia dengan FN Herstal SA Belgia sebagai prinsipal pada Februari 1983, Pindad harus memroduksi sebanyak 200.000 pucuk senapan FNC sebagai syarat minimal. Senjata sebanyak itu di rencanakan akan di produksi selama 10 tahun. Setelah itu tidak perlu membayar royalti lagi pada pihak prinsipal. Pada tahap awal assault rifle untuk TNI ini didatangkan langsung dari Belgia. Baru tahun 1984 setelah semua persiapan di jalur produksi siap, senapan serbu FNC mulai diproduksi di pabrik PT Pindad yang berlokasi di Kiara Condong, Bandung. Senapan serbu ini kemudian menyandang nama resmi sebagai SS-1 (Senapan Serbu 1).

Dandim 0721/Blora menunjukkan kemahiran menembak dengan senapan M16A1. Senapan ini sempat dipertimbangkan dilisensi oleh Pindad, namun urung dilakukan karena berbagai pembatasan yang dilakukan Amerika. (Sumber: https://www.blorakab.go.id/)
Prajurit Kopassus berbaris dengan senapan SS1. SS1 dipilih karena FN Belgia bersedia untuk memberikan lisensi penuh produksi senapan ini oleh PT Pindad. (Sumber: https://nasional.kompas.com/)
Senapan SS-4 buatan Pindad. (Sumber: https://metrum.co.id/)

Senapan SS-1 resmi diproduksi PT Pindad dengan menggunakan komponen lokal, yang diproduksi sendiri PT Pindad, sebesar 60 persen. Sisanya masih harus didatangkan langsung dari FN Belgia. Seiring berjalannya waktu, modifikasi-modifikasi kecil dilakukan. Dari sanalah kita bisa melihat perbedaan mencolok antara SS1 dan FN-FNC, khususnya pada front grip (pegangan di muka mekanisme pelatuk). Pada FN-FNC, alur lade (pelindung laras) bercorak horizontal searah dengan laras. Sedangkan alur lade pada SS1 berbentuk vertikal mirip seperti pagar. Pada tahun 2001, dikembangkan versi yang lebih baik dari SS-1 yaitu SS-2 yang memiliki desain yang lebih ergonomis, tahan terhadap kelembaban tinggi dan lebih ringan. Awalnya SS-2 hanya tersedia 3 versi, yaitu varian standar SS-2-V1, varian karabin SS2-V2 dan Para-Sniper SS2-V4. Pada tahun 2008 telah dibuat versi lainnya dalam bentuk senjata sub-kompak versi SS2-V5, yang juga telah diminati oleh beberapa negara lain. Pada kuartal I/2016, Divisi Munisi Turen, PT Pindad, Malang, Jawa Timur, meluncurkan jenis senjata serbu SS-3 kaliber 7,62 mm. Tak hanya itu, PT. Pindad juga telah meluncurkan senapan perseorangan generasi baru yaitu SS-4 yang merupakan senapan jenis battle rifle dengan jarak tembak efektif antara 300-600 meter. Sebagai senapan serbu kebanggaan nasional Indonesia, SS-1 dan SS-2 sering digunakan para prajurit TNI dalam ajang lomba tembak Internasional seperti ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) maupun Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM). Tidak jarang senapan ini memenangkan berbagai kompetisi menembak ini, sehingga dengan demikian terbukti bahwa senjata ini layak dan cukup handal. Selain digunakan untuk kebutuhan TNI, Pindad berhasil mengekspor senapan tipe SS1-V1 ke luar negeri. Negara pengimpor senjata Pindad ini adalah Uni Emirat Arab pada tahun 1991, kemudian Kamboja tahun 1992, Sementara itu Nigeria merupakan pengimpor terbanyak antara tahun 1990-1998 sebanyak hampir 3.000 pucuk senjata.

Personel Bea Cukai Indonesia dengan senapan SBC-1. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Senapan Pindad SS2, pengembangan dari SS1. (Sumber: https://www.boombastis.com/)

Skandal di Filipina

Penyitaan senapan SS1 Pindad pada tahun 2017 bersama dengan pistol P2 di Filipina telah memaksa politisi Indonesia untuk meminta penyelidikan khusus di Pindad apakah penyelundupan senjata itu memang terjadi seperti menurut keterangan petugas bea cukai Filipina. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Indonesia telah menyiapkan pembentukan badan khusus untuk menangani semua perdagangan luar negeri. Kementerian BUMN telah melakukan penyelidikan terhadap Pindad atas penyitaan senjata api buatan Pindad di Filipina. Penemuan SS1 Pindad di Filipina ini diungkap olen Letkol Harold Magallanes Cabunoc. Sejak bulan Februari 2017, Cabunoc menjabat komandan Batalyon Infanteri Makabayan ke-33. Wilayahnya mencakup dua provinsi: Sultan Kudarat dan Maguindanao. Meski jauh dari Marawi, 149 kilometer ke arah selatan, dua provinsi ini tetap mengerikan. Setiap seminggu sekali, Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsa Moro (BIFF)—yang terafiliasi dengan ISIS—kerap melancarkan aksi teror dengan menyerang polisi atau tentara. Itu tentu beban yang berat bagi Cabunoc untuk bisa menjaga anak buahnya agar tetap aman. Pada tanggal 8 Juni 2017, Cabunoc mengunggah foto senjata-senjata milik milisi ISIS sitaan anak buahnya. Sayangnya, ia tak memberi info detail di mana senjata itu didapatkan. Yang menarik dari tujuh senjata serbu yang ditampilkan—2 buah berjenis M16, 3 buah Karabin M4, 1 buah CAR-15—terdapat satu di antaranya, yang tampak seperti SS1 buatan PT Pindad (Persero), perusahaan negara Indonesia berpusat di Bandung dan Malang, yang memproduksi alat tempur militer.

Pemberontak Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF). (Sumber: https://www.rappler.com/)

Foto ini seketika memancing perdebatan. Topik diskusi seputar apakah senjata yang mirip Senapan Serbu 1 itu benar senapan bikinan PT Pindad atau buatan FN-FNC (Fabrique Nationale Carabine) Belgia? Menilik foto yang ditunjukkan Cabunoc, front grip pada satu senjata serbu itu memang terlihat mirip SS1. Konfirmasi bahwa itu SS1 diutarakan langsung oleh Cabunoc. Ketika dihubungi lewat pesan singkat, ia membenarkan senjata yang disita anak buahnya adalah SS1. “Senjata SS1 yang disita itu kini sudah disimpan oleh Pasukan Operasi Gabungan Marawi. Silakan Anda berkoordinasi dengan Kantor Urusan Publik AFP (Militer Filipina) jika ingin tahu detail soal itu,” ucap Cabunoc kepada reporter Tirto, Aqwam Fiazmi Hanifan. Ketika di Marawi, 22 Juli lalu—setelah menempuh perjalanan 18 hari di selatan Filipina—reporter Tirto sempat berdiskusi masalah SS1 dengan juru bicara Pasukan Operasi Gabungan Marawi, Letkol Jo-Ar Hererra, di pusat komando Capitol Hill, Provinsi Lanao del Sur. Reporter Tirtominta izin kepada Hererra agar diberi akses ke gudang tempat menyimpan senjata sitaan. Logikanya, dengan memegang senjata itu secara langsung, reporter Tirto bisa melihat cap resmi PT Pindad dan nomor rangkanya. “Sebelum Anda ke sana, saya harus menghubungi petugas di sana dan mencarikannya untuk Anda,” kata Hererra. Namun, setelah menunggu lebih dari dua hari, izin itu tak kunjung diberikan. “Senjata yang Anda minta dan disita oleh Cabunoc tidak ada di sini. Pasukan Cabunoc tidak beroperasi di Marawi tapi di Sultan Kudarat. Jika menyita senjata, mereka sendiri yang akan menyimpannya, tidak akan mungkin dibawa ke Marawi” kata Kapten Mike Malacad, staf humas AFP di Marawi.

Teroris ISIS di Marawi menenteng senapan M16. Kelompok-kelompok bersenjata di Filipina memperoleh senjata dari berbagai sumber. (Sumber: https://tirto.id/)

Untuk bisa membuktikan ada sepucuk senjata SS1 disita di Marawi, rekan jurnalis Filipina membantu reporter Tirto dengan menyodorkan banyak puluhan foto dan video saat proses rilis senjata sitaan dilakukan AFP. Beberapa hari sebelum kedatangan reporter Tirto

—dan sejumlah wartawan lain—Presiden Filipina Rodrigo Duterte berkunjung ke Marawi. Namun, hasilnya tetap nihil. Potongan gambar SS1 itu akhirnya bisa dilihat lewat video yang dirilis Mocha Uson di Facebook. Mocha adalah penyanyi dan model cantik terkenal di Filipina. Ia dikenal sebagai propagandis bagi Duterte dan diperkerjakan di Biro Kehumasan Istana Malacanang. Di video itu, Mocha disambut hangat oleh pasukan Filipina yang mengerubunginya. Mata kamera lantas mengarah ke deretan senjata yang ditumpuk berjejer pada meja yang disusun melingkar. Kamera bergerak lamban mengambil gambar satu per satu senjata itu. Pada detik 1.17, terlihatlah senjata SS1. Terlihat kontras karena SS1 ditumpuk dengan senapan-senapan lawas yang masih berpopor kayu. Tapi, berbeda dari SS1 di foto Cabunoc yang terlihat SS1-V2 atau berlaras lebih pendek, laras SS1 di video Mocha Uson lebih panjang seperti SS1-V1. Kemunculan SS1-V1 yang dipakai kelompok pemberontak Filipina sebenarnya bisa dilacak dari insiden penangkapan Kapal kargo M.V. Captain Ufuk pada tahun 2009 di Pelabuhan Batangas, Filipina bagian utara. 

Senjata yang berhasil diamankan dari perang di kota Marawi, salah satunya adalah senjata serbu SS1 buatan Pindad. FOTO/Facebook Harold Cabunoc (8/6/2017). (Sumber: https://tirto.id/)

Penangkapan Captain Ufuk menjadi heboh karena belakangan diketahui bahwa kapal ini membawa senjata serbu buatan Pindad sebanyak 20 boks kayu. Setiap kotak berisi lima pucuk SS1-V1 kaliber 5,56 mm lengkap dengan 15 magasin, lima bayonet, dan lima tali sandang. Namun, yang lebih menghebohkan, dari 100 pucuk senjata jenis SS1-V1 itu, hampir separuhnya raib entah kemana. Alhasil, yang disita Polisi Filipina hanya 50 pucuk SS1-V1. Tudingan bahwa sisa senjata jatuh ke tangan pemberontak pun muncul. Mengutip Philstar, aparat penjaga pantai Filipina sebelumnya mengakui telah terjadi pergantian kapten kapal Captain Ufuk. Kapten kapal asal Inggris Bruce Jones diganti oleh John Lawrence Burne. Jones kabur meninggalkan kapal dengan menumpang perahu kecil. Senjata kiriman yang raib telah dipindahkan ke perahu kecil yang datang dari Subic Bay Yacht Club dan terindikasi dibawa ke Filipina selatan. Di Indonesia, keterlibatan PT Pindad membuat DPR buka suara. Yang paling vokal menyuarakan isu tersebut saat itu adalah Wakil Ketua Komisi I DPR-RI, Yusron Ihza Mahendra. “Oh, iya, saya ingat kasus itu cukup heboh,” kata Yusron saat reporter Tirto bertanya dan mengingatkan kasus tersebut, baru-baru ini. “Setahu saya, Pindad memang tidak salah. Salah itu (ada) di Filipina,” ucapnya, lagi. Majalah Tempo pernah menurunkan isu ini dalam laporan mendalam berjudul “Pesanan Bodong dari Manila” pada edisi tanggal 7 September 2009. Kepada redaksi Tempo, PT Pindad menyatakan pesanan dari Filipina hanyalah pembelian pistol P2, sementara senjata laras panjang tipe SS1-V1 adalah pesanan dari pemerintah Mali, Afrika Barat. Meski begitu, agen pembelian tetap dipegang seseorang yang mengaku bernama William Nestor del Rosario dari perusahaan agen senjata Red White Blue (RWB) Arms Incorporated, yang berkantor di kawasan bisnis Makati, Manila. Semua proses pemesanan dilakukan secara legal dan menyertakan izin dari Kepolisian Filipina dan Departemen Keamanan Dalam Negeri Republik Mali. Dalam kontrak itu, Rosario meminta pengiriman senjata menggunakan sistem FOB alias free on board. Artinya, Pindad hanya bertanggung jawab mengurus pengiriman dari pabrik mereka di Bandung hingga Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. “Artinya, jika terjadi sesuatu di laut lepas, setelah keluar dari Tanjung Priok, itu bukan kewenangan kami,” kata Sekretaris perusahaan Pindad Ahmad Jaelani kepada Tempo

Informasi senjata buatan Pindad, yang ditemukan di Marawi. (Sumber: https://tirto.id/)

Teka-teki kemana puluhan pucuk SS1-V1 di Captain Ufuk hampir saja terbongkar pada 2010. Saat itu, setelah setahun menghilang, Kapten Bruce Jones akhirnya muncul ke media. Kepada Bulletin, ia bersedia menjadi justice collaborator—saksi pelaku yang mau bekerja sama demi memecahkan sebuah kasus—asalkan aparat memberinya perlindungan keamanan dan jaminan hukum. Namun, beberapa pekan setelah ia berbicara ke media, Bruce tewas ditembak oleh pengendara motor tak dikenal. Dugaan kuat, Bruce ditembak oleh sindikat internasional perdagangan senjata ilegal. Alhasil, misteri kemana sisa SS1-V1 yang hilang sampai sekarang belum terpecahkan. Teori reporter Tirto, kemungkinan salah satu senjata itu berasal dari peristiwa 2009, yakni bagian kecil dari puluhan senjata sitaan milik ISIS di Marawi. Bagaimana dengan SS1-V2 laras pendek yang disita oleh pasukan Cabunoc? Varian ini tak masuk dalam paket yang dikirim dari Bandung ke Filipina pada 2009. Filipina sendiri dikenal sebagai surga penjualan senjata. Selain senjata standar bikinan produsen resmi, banyak pula senjata dibikin dan dimodifikasi secara rumahan. Bengkel senjata rumahan ini lazim disebut paltik. Banyak paltik-paltik terbaik bukan berasal dari Mindanao, melainkan Cebu—salah satu provinsi paling maju di Filipina. Reporter Tirto sempat mendatangi sebuah paltik di Datu Odin Sinsuat, Maguindanao, salah satu provinsi di Region Otonomi Muslim Mindanao. Darurat Militer yang diterapkan Duterte di seluruh Pulau Mindanao sejak konflik Marawi meletus pada Mei 2017 kemudian membuat paltik yang reporter Tirto temui untuk sementara waktu tidak beroperasi. 

Kapal Captain Ufuk yang tersandung masalah penyelundupan senjata. (Sumber: https://www.marinetraffic.com/)
Pemberontak OPM dengan senapan SS1. Senapan ini kemungkinan besar adalah rampasan. (Sumber: https://www.gatra.com/)

Kata sang pemilik, Archie, ia bisa kapan saja digerebek dan diperas oleh polisi dan militer jika tetap nekat memproduksi senjata. “Akan lebih berbahaya. Kami hanya pembuat senjata. Kami bukan teroris,” katanya. Ia menuturkan sudah berpengalaman membikin senjata selama lebih dari 15 tahun. Selain revolver, ia biasa membuat dan memodifikasi M-16, AR-15, atau Karabin M4. Namun, ketika ditanya apakah mungkin ia bisa membuat dan memproduksi SS1, ia menggelengkan kepala. “FNC? Saya tidak bisa,” ujarnya, menyebut model senjata buatan Belgia yang dilisensi oleh Pindad sebagai SS1. “Untuk menduplikasi senjata tidaklah mudah. Butuh waktu trial and error yang lama.” “Kami tidak ada waktu melakukan itu. Lagi pula, senjata itu tidak begitu laku di sini. Lebih baik membuat senjata yang diminati banyak orang,” katanya. Berbeda dari Filipina, di Indonesia, varian senapan serbu buatan Indonesia yang dipakai pemberontak bukanlah hal tabu. Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, menjadikan SS2 sebagai senjata favoritnya. Di Papua, gerilyawan OPM sering terlihat menenteng SS1. Saat konflik Aceh, banyak tokoh GAM membawa senapan serbu ini. Tidak menutup kemungkinan SS1-V2 yang ditemukan di Sultan Kudarat dibawa langsung dari Indonesia dan berpindah-pindah tangan hingga akhirnya tiba di sana. Apalagi, saat konflik Poso dan Ambon, banyak senjata SS1 pindah tangan dan berakhir ke tangan para kombatan yang hilir mudik ke Mindanao lewat Bitung-Gensan. Kita bisa mendengar kisah penyelundupan senjata dari Mustajo Taguere Mediang, tetua Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang paling dihormati di General Santos. Mediang kini sudah tua dan berkata lelah untuk terus berperang. Ia memilih mendekat ke pemerintah. Saat berjumpa dengan reporter Tirto, ia begitu membanggakan cucunya yang kini jadi anggota Marinir Filipina—kesatuan elite dalam tubuh pasukan militer Filipina. Semula Mediang dikenal sebagai perompak dan penyelundup senjata. Ia pernah ditangkap dan ditahan di Manado selama beberapa pekan. Koneksinya yang luas membuat ia kembali bebas. Berkaca dari pengalamannya, kata Mediang, tidaklah sulit menyeludupkan senjata di perbatasan Filipina-Indonesia. “Dalam beberapa kasus, biasanya senjata dimasukkan ke dalam karung beras atau ditumpuk bersama ikan di storage. Namun, itu adalah cara yang amatir,” ucap Mediang di kediamannya di Calumpang, Gensan. “Apakah Anda tahu ada seribu cara untuk melakukan itu. Ini jadi pekerjaan sulit bagi pemerintah saya dan Anda,” tambahnya. Soal temuan SS1 yang dipakai di Filipina Selatan, reporter Tirto mencoba melakukan klarifikasi ke pihak Pindad, namun belum mendapat tanggapan. Reporter Tirto bertanya kepada sekretaris perusahaan, Bayu A. Fiantoro, dan ia menjawab bahwa informasi soal ini baru ia dengar. “Terus terang, kok saya baru dengar berita ini. Jadi agak sulit mengonfirmasi,” kata Bayu. “Kita agak sulit mengonfirmasi karena semua peredaran senjata organik sepengetahuan TNI. Oleh karena itu, kita sangat terbuka jika dari pihak TNI maupun Kemenhan (Kementerian Pertahanan) meminta kita untuk menyelidiki lebih lanjut.”

Ukraina

Baru-baru ini foto Legiun Internasional di Ukraina terlihat menggunakan senapan FN FNC buatan Belgia yang baru dikirim dan disediakan. Pemerintah Belgia baru-baru ini telah menyumbangkan 3.000 senapan serbu, meskipun senapan apa yang mereka sumbangkan saat itu tampak tidak jelas. Sekarang, jelas bahwa mereka telah menyumbangkan cukup banyak FN FNC. FN FNC baru-baru ini digantikan oleh FN SCAR. Mengapa FN FNC merupakan pilihan yang baik untuk Ukraina dan khususnya sukarelawan Legiun Asing mereka? Pertama dan yang terpenting, dari bawah ke atas — senapan ini adalah desain yang bagus. FNC adalah senjata yang andal, akurat, dan sangat mumpuni untuk berbagai situasi. Senapan itu unggul dalam menjadi senapan serbu serba bisa yang bagus. Kedua, sistem long-stroke gas piston bekerja sangat baik di lingkungan yang dingin. Musim dingin di Ukraina dan Rusia sendiri terkenal cukup dingin, dan banyak senapan gagal di lingkungan ini. Seri senapan M16, keluarga SA-80, dan banyak lainnya benar-benar dapat membeku dalam kondisi musim dingin yang ekstrem. Sementara itu saat senapan beralih dari lingkungan dingin ke hangat, kondensasi cenderung terjadi, dan saat senapan terkena dingin lagi, kondensasi dapat membeku (dan air mengembang saat membeku). Senjata yang membutuhkan toleransi yang sangat ketat lebih rentan terhadap kerusakan atau kegagalan dalam kondisi ini, karena perluasan kelembapan yang membeku dapat mendatangkan malapetaka di ruang yang sempit.

Legiun Internasional di Ukraina terlihat menggunakan senapan FN FNC buatan Belgia. (Sumber: https://www.sandboxx.us/)
Senapan FNC dinilai bagus digunakan di iklim dingin. (Sumber: https://www.sandboxx.us/)
Meskipun terbukti handal namun teknologi senapan FNC tergolong sudah tua. (Sumber: https://www.sandboxx.us/)

Desain FN FNC diketahui menyisakan sedikit ruang untuk mencegah hal ini dan memungkinkan senjata dan sistem operasi bekerja dengan baik di lingkungan ekstrem. Namun, sebagai senapan berkaliber 5,56 mm, FNC berbeda dari senapan pasukan standar Ukraina. Ukraina memiliki banyak persediaan senapan AK-47 era Soviet, tetapi mulai beralih ke WAC-47 beberapa tahun lalu. Kedua senjata ini dilengkapi dengan peluru kaliber 7.62x39mm. Inilah mengapa masuk akal bagi Ukraina untuk mempersenjatai pejuang Legiun Asing dengan senjata tersebut, terutama dengan masuknya sukarelawan asal Swedia yang sudah cukup akrab dengan senjata tersebut. Legiun Asing Ukraina kemudian dapat mengelola logistik untuk senapan mereka alih-alih memberikan senapan ini ke saluran pengadaan Angkatan Darat Ukraina biasa. Masuk akal jika pasukan tempur menggunakan senapan dan peluru yang sama untuk menyederhanakan logistik. Jauh lebih mudah untuk mengirim amunisi kaliber 5,56 mm dan magasinnya ke legiun asing daripada mencampurkan senapan dan amunisi itu di antara unit yang berbeda dan kemudian mencoba menyimpan semuanya dengan kombinasi berbagai tipe peluru. Sebagian besar pasukan sukarelawan juga kemungkinan lebih akrab dengan pengoperasian senapan barat berkaliber 5.56 mm daripada platform senapan seri AK. FNC memang tidak sepopuler senapan M4, tetapi mewakili desain yang cukup bercorak barat. Disisi lain terdapat beberapa kelemahan dari penggunaan FNC di Ukraina. FN FNC adalah produk dari masa lalu dan desainnya sudah tua, yang dirancang pada pertengahan 1970-an, dan memang terlihat seperti itu. Senapan ini tidak memiliki perangkat penahan bolt di peluru terakhir, jadi ketika senjata menembakkan peluru terakhirnya, pengguna tidak mengetahuinya sampai mereka menarik pelatuknya lagi dan berbunyi klik bukannya bang. Memasang perangkat optik juga tidak mudah, meskipun Legiun Asing Ukraina tampaknya tidak memiliki perangkat optik untuk dibagikan. Umumnya ada kekurangan modularitas dengan seri senapan ini, sehingga memasang aksesori seperti lampu, pegangan vertikal, laser, dll., tidaklah mudah. Yang terakhir, FNC adalah senapan berat, dengan berat hampir 10 pound (lebih dari 4 kg) ketika terisi penuh. Bobot adalah musuh bagi pasukan infanteri, dan jika dibandingkan dengan senapan modern lainnya, ini adalah senapan yang berbobot cukup berat. FN FNC juga memiliki pemicu yang berat, yang dapat memengaruhi akurasinya — terutama pada jarak yang lebih jauh. FN FNC mungkin memiliki beberapa kelemahan, tetapi itu masih merupakan senapan yang dirancang dengan baik dan sepertinya akan dipakai Legiun Asing di Ukraina dengan baik.

SPESIFIKASI

Bobot:

Senapan panjang: 3.840 kg (8.47 lb) 

Carbine: 3.7 kg (8.2 lb)

Panjang:

Senapan panjang: 997 mm (39.3 in) popor dipanjangkan / 766 mm (30.2 in) popor terlipat

Carbine: 911 mm (35.9 in) popor dipanjangkan / 667 mm (26.3 in) popor terlipat

Panjang laras:

Senapan panjang: 449 mm (17.7 in) (laras beralur) 

Carbine: 363 mm (14.3 in)

Lebar:

70 mm (2.8 in) popor dipanjangkan

75 mm (3.0 in) popor terlipat

Tinggi

238 mm (9.4 in)

Kaliber peluru: 5.56×45mm NATO

Mekanisme kerja: Gas-operated long-stroke piston, rotating bolt

Pilihan penembakan: 0 – 1 – 3 – F

Kecepatan tembak: Sekitar 700 peluru/menit

Muzzle velocity:

M193: 965 m/detik (3,166 ft/s) 

SS109: 925 m/detik (3,034.8 ft/s)

Jarak tembak efektif: 250–400 m sight adjustments

Jarak tembak Maximum: 450 m

Sistem pengisian peluru: 

Kotak peluru STANAG berkapasitas 30 (standar); kotak peluru STANAG lainnya

Pembidik:

Rear flip aperture, front post 

513 mm (20.2 in) sight radius (senapan standar)

Baca juga:

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/FN_FNC

Senjata Pindad Dipakai Kombatan ISIS Marawi oleh Reporter Tirto: Aqwam Fiazmi Hanifan; tirto.id – 25 Agu 2017 00:22 WIB

https://tirto.id/senjata-pindad-dipakai-kombatan-isis-marawi-cvi3?page=all#secondpage

THE FN FNC: THE RIFLE OF UKRAINE’S FOREIGN LEGION by Travis Pike | March 21, 2022

FN FNC assault rifle

http://modernfirearms.net/en/assault-rifles/belgium-assault-rifles/fn-fnc-eng/

Fabrique Nationale FN FNC Assault Rifle / Assault Carbine [ 1978 ]

https://www.militaryfactory.com/smallarms/detail.php?smallarms_id=810

FN FNC Assault rifle

https://www.military-today.com/firearms/fn_fnc.htm

Perjalanan Terwujudnya Senapan Serbu Nasional Buatan Pindad oleh RANGGA BASWARA SAWIYYA; June 28, 2018

SS-1 R5: Born To Raiders, Senapan Serbu Kompak Dari Pindad oleh Bayu Pamungkas

SS-1 M Series – Berlapis Phosphate Diciptakan Untuk Korps Marinir oleh Bayu Pamungkas

SS1-M2, Varian Senapan Serbu Buatan Pindad Untuk Angkatan Laut

http://maritimnews.com/2016/04/ss1-m2-varian-senapan-serbu-buatan-pindad-untuk-angkatan-laut/amp/#

Cerita Di Balik Kehebatan Senapan Serbu Buatan Pindad oleh Vey si Sendal Jepit

https://metrum.co.id/cerita-di-balik-kehebatan-senapan-serbu-buatan-pindad/

Senapan Serbu Nasional, Senin, 26 Maret 2012

http://garudamiliter.blogspot.com/2012/03/senapan-serbu-nasional.html?m=1

FN FNC: A less expensive alternative to the M16 rifle; Author: Andreas Berg, Last modified: April 11, 2022

https://special-ops.org/fn-fnc-alternative-to-the-m16/

FN FNC

https://weaponsystems.net/system/1068-FN+FNC

Gun Review: The FN FNC: Affordable Select-Fire 5.56 by Alex C

https://www.thefirearmblog.com/blog/2013/01/08/the-fn-fnc-affordable-select-fire-5-56/amp/

FN FNC: The Belgian 5.56mm NATO Carbine by Ian McCollum; November 12, 2021

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pindad_SS1

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Pindad_SS1

Fabrique Nationale’s Carbine: The FNC in America by Scott Barbour

https://smallarmsreview.com/fabrique-nationales-carbine-the-fnc-in-america/

Pindad SS1 Assault rifle

https://www.military-today.com/firearms/pindad_ss1.htm

https://www.imfdb.org/wiki/FN_FNC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *