Sejarah Militer

An Najaf 28-29 januari 2007, Pertempuran di Hari Raya Asyura (Part-I)

Pertempuran Najaf terjadi pada tanggal 28 Januari 2007 di Zarqa (atau Zarga) dekat Najaf, Irak, antara Pasukan Keamanan Irak (kemudian dibantu oleh pasukan AS dan Inggris) dan para petempur, yang awalnya dianggap sebagai pemberontak Irak tetapi kemudian dilaporkan menjadi anggota dari ‘Tentara Surga’ (Soldier Of Heaven) kelompok Syiah, yang telah bergabung dengan pertemuan jamaah. Menurut catatan lain, konflik, awalnya terjadi di pos pemeriksaan pasukan pemerintah Irak dan 200 peziarah bersenjata, yang kemudian meluas melibatkan penduduk lokal, kelompok ‘Tentara Surga’, dan pasukan Inggris dan AS. Dilaporkan, lebih dari 250 anggota sekte dan 11-25 anggota pasukan keamanan Irak, dan dua tentara AS tewas dalam pertempuran ini. Selama 15 jam, pasukan Irak yang didukung oleh helikopter dan tank Amerika melawan ratusan pria bersenjata yang bersembunyi di kebun kurma dekat desa Zarqaa, sekitar 120 mil (193 km) selatan Baghdad, di tepi sungai dan lumbung biji-bijian besar yang dikelilingi kebun buah. Pertempuran ini tampaknya menjadi salah satu pertempuran paling mematikan di Irak sejak invasi pimpinan Amerika empat tahun sebelumnya, dan merupakan pertempuran besar pertama bagi pasukan Irak di Provinsi Najaf sejak mereka mengambil alih kendali keamanan di sana dari pasukan Amerika pada bulan Desember. Penyerahan kendali itu telah dikumandangkan oleh pemerintah Irak pada saat itu sebagai bukti kemajuan mereka dalam mendapatkan kembali kendali lebih besar atas wilayah Irak.

Jenazah seorang militan tergeletak di dekat kendaraan yang terbakar setelah pertempuran di Najaf, 160 km (100 mil) selatan Baghdad, 30 Januari 2007. Pertempuran antara para militan dengan pasukan AS dan Irak terjadi pada akhir bulan Januari di dekat kota suci Najaf saat Perayaan Asyura. (Sumber: https://www.reuters.com/)

LATAR BELAKANG

Pada bulan Agustus 2006, Kapten (CPT) Eldon Johnson dan Sersan Kepala (MSG) Roger Ligon kembali ke An Najaf, kali ini dengan ODA 566, dari Batalyon ke-2, Grup Pasukan Khusus ke-5 (2/5 SFG), selama Operasi PEMBEBASAN IRAK IV (OIFIV). Saat itu misi tim foreign internal defens (FID) di Ad Diwaniyah telah diperluas hingga mencakup An Najaf ketika tim SF yang ditugaskan di kota suci Umat Syiah itu dialihkan ke Sekolah Kontra-Pemberontakan (COIN) Tentara Irak. Karena dua pemimpin kunci ODA 566 telah mengetahui pemimpin militer Irak di dalam dan sekitar An Najaf dari tur sebelumnya,  penempatan kembali FOB 52 (Field Operating Base = 2/5 SFG) adalah hal yang logis. An Najaf, yang merupakan salah satu kota tersuci umat Syiah di Irak, adalah pusat kekuatan politik Syiah. Kota itu terletak sekitar empat puluh lima mil (72 km) selatan tenggara Karbala dan seratus mil (160 km) tepat di selatan Baghdad. Populasi kota itu telah meningkat secara signifikan sejak tahun 2003 (menjadi 585.600 orang) dengan masuknya para imigran dari luar negeri. Sebagai kota yang berisi makam dan tempat suci Imam Ali, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, yang oleh Umat Syiah dianggap sebagai khalifah yang saleh dan imam pertama mereka, Najaf telah menarik kedatangan sejumlah besar umat Syiah dari seluruh dunia setiap bulan Januari sebelum hari raya Asyura. Berdekatan dengan makam Imam Ali mungkin merupakan pemakaman Muslim terbesar di dunia. Hanya Mekkah dan Madinah di Arab Saudi yang menjadi tuan rumah ziarah Muslim yang lebih besar. Artikel yang terdiri dari dua bagian ini mencoba menjelaskan Pertempuran An Najaf kedua (pertempuran yang pertama terjadi di bulan Agustus 2004) dan peran serta misi dari tiga elemen Pasukan Khusus Angkatan Darat dan berbagai pasukan militer dan polisi Irak yang mereka latih dan dengan siapa mereka kerap beroperasi secara teratur. Kisah ini telah dibagi menjadi beberapa fase karena situasi yang rumit terus meningkat intensitasnya dan terlalu sulit untuk diapresiasi, dipahami, dan dicerna dalam satu “artikel”. Semua unit Pasukan Khusus (SF) dan tingkat komando turut berkontribusi pada keberhasilan operasi ini. Peralihan yang stabil dari kendali operasional wilayah tanggung jawab pasukan Koalisi ke Irak kemudian telah secara dramatis mengubah situasi pertempuran. Saat itu misi FID telah menjadi misi Pasukan Khusus utama. Pertempuran dua hari di Najaf lalu akan memperkuat kebutuhan akan kaca jendela balistik, kendaraan lapis baja, pelindung tubuh, dan helm. 

Pada akhir tahun 2006, militer Amerika mulai menyerahkan kendali keamanan pada pasukan Irak. Pada periode ini, Pasukan Amerika lebih berperan dalam misi-misi dukungan. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Imam Ali, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, yang oleh Umat Syiah dianggap sebagai khalifah yang saleh dan imam pertama mereka, Kota Najaf telah menarik kedatangan sejumlah besar umat Syiah dari seluruh dunia setiap bulan Januari sebelum hari raya Asyura untuk memperingati pembunuhan Imam Ali. (Sumber: https://factsanddetails.com/)
Masjid yang berisi makam Imam Ali (ditunjukkan pada peta) terletak di tengah bagian kota lama An Najaf. (Sumber: https://arsof-history.org/)

NAJAF YANG TIDAK STABIL

Kondisi mulai berbalik drastis di An Najaf dan Ad Diwaniyah selama liburan Natal tahun 2006. Dalam lima bulan pertama OIF IV (Agustus-Desember 2006) An Najaf terlihat tenang; sedangkan Ad Diwaniyah adalah daerah yang bermasalah bagi ODA 566. Meskipun 900 orang kontingen Polandia dari Multi-National Force (MNF) yang dipimpin oleh seorang jenderal bintang dua dan markas besar Divisi ke-8 Angkatan Darat Irak dan satu batalyon infanteri berlokasi di Ad Diwaniyah, Unsur-unsur tentara JAM (Jaysh al Mahdi) yang didukung Iran, yang dipimpin oleh Muqtada al-Sadr, menguasai jalan-jalan kota. Karena ada kehadiran pasukan Multi-Nasional di Ad Diwaniyah, CPT Johnson, dengan persetujuan komando militer Amerika, berupaya membangun kembali kehadiran pasukan SF Amerika di An Najaf pada bulan Agustus 2006, meskipun tidak nyaman karena harus mengatur dukungan logistik. Dua hari (tanggal 27 Agustus 2006) setelah kedatangan mereka di Irak, Jenderal Utsman, komandan Divisi 8 di Ad Diwaniyah, menelepon CPT Johnson untuk meminta bantuan ODA 566. Patroli Angkatan Darat Irak telah bentrok dengan milisi JAM. Pertempuran serius sedang berlangsung. Peleton itu bertempur dengan keras dan memakan banyak korban. Jenderal Irak itu berjanji akan menyediakan sebuah kompi untuk membantu jika tim SF membantu mereka menyelamatkan elemen Irak yang diperangi oleh milisi musuh. Beberapa minggu sebelumnya, satu peleton pasukan Irak, setelah terlibat pertempuran serius dengan JAM, kehabisan amunisi dan menyerah sebelum bantuan tiba. Semuanya tiga belas tentara Irak dieksekusi dalam peristiwa ini. Di sisi lain Keterlibatan ini merupakan kesempatan untuk memperkuat kepercayaan Jenderal Utsman pada CPT Johnson dan tim SF-nya serta kesempatan bagi pihak Amerika untuk menilai keterampilan tempur orang-orang Irak sejak rotasi terakhir mereka.

Muqtada al-Sadr, pemimpin JAM (Jaysh al Mahdi) yang didukung Iran. Kelompok JAM menguasai jalan-jalan kota Najaf. (Sumber: https://www.britannica.com/)
Jenderal Irak Utsman, komandan Divisi ke-8, yang bermarkas di Ad Diwaniyah. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Tentara Polandia dari Civil Military Cooperation Group di Camp Echo, Irak, memberikan pengamanan saat mereka berhenti untuk melakukan perbaikan kendaraan kecil dalam perjalanan mereka ke Hwaeer, Irak, 9 November 2006. Unit CIMIC bertanggung jawab untuk pendanaan, kontrak, dan memeriksa proyek untuk merevitalisasi ekonomi Irak dan memberikan layanan kepada warga Irak. Meskipun terdapat 900 orang kontingen Polandia dari Multi-National Force (MNF) yang dipimpin oleh seorang jenderal bintang dua dan markas besar Divisi ke-8 Angkatan Darat Irak dan satu batalyon infanteri berlokasi di Ad Diwaniyah, tentara JAM, menguasai jalan-jalan kota. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

“Tugas itu bagus untuk para prajurit. Penting untuk memahaminya sejak awal, ”kata MSG Ligon, sersan tim. “(Bahwa) Orang-orang Polandia hanya melakukan sedikit patroli di dalam kota.” ODA 566, lalu “bergerak” dengan dua Kendaraan Mobilitas Darat (GMV) lapis baja, mengambil sebelas kendaraan Angkatan Darat Irak lainnya dengan para prajuritnya di kompleks Divisi ke-8 (kompi bantuan yang dijanjikan) dan melanjutkan perjalanan ke zona kontak. Sekitar 200 meter dari jembatan penyeberangan jalan raya utama ke dalam kota, pasukan bantuan Angkatan Darat Amerika dan Irak diserang dari arah kanan oleh dua puluh lima pemberontak JAM yang menembakkan senapan serbu AK-47 dan granat berpeluncur roket (RPG) dari tiga gedung bertingkat yang disebut ‘Pabrik Ban.’ Tembakan senjata berat yang dilayani oleh kru dari GMV lalu menekan tembakan musuh dan JAM memutuskan kontak. Kemudian, kelompok kedua petempur musuh yang bersembunyi di rumah-rumah dan gang di sebelah kiri menembaki konvoi tersebut. Ketika kami membalas tembakan, mereka berkonsolidasi dalam satu struktur. “Kini sudah waktunya untuk mengusir JAM. JTAC (Pengendali Udara Taktis Bersama) Angkatan Udara dengan ODA 566, Sersan Staf (SSgt) Michael Stone, memiliki dukungan udara jarak dekat (CAS) yang siaga. Sebuah bom Joint Direct Attack Munition (JDAM) seberat 500 lb (226 kg) yang diarahkan dengan baik dijatuhkan ke gedung, menghancurkannya sepenuhnya tempat itu bersama dengan 20-25 JAM di dalamnya. Serangan itu melenyapkan perlawanan musuh dan tembak-menembak menjadi berlangsung sporadis saat konvoi bantuan kembali bergerak ke dalam kota.

Lokasi kota-kota Irak yang disebutkan dalam artikel ini (Baghdad, Karbala, Al Hillah, An Najaf, dan Ad Diwaniyah) ditampilkan di peta. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Senapan mesin ringan PKM kaliber 7,62mm dan granat anti-tank berpeluncur roket (RPG), dengan peluncurnya. Kedua senjata ini melengkapi milisi JAM yang memerangi pasukan Irak-Amerika di Najaf. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Bom JDAM yang kerap digunakan dalam Pertempuran An Najaf tahun 2007. (Sumber: https://twitter.com/)

Setelah serangan udara, pasukan bantuan Irak membersihkan bangunan di setiap sisi jalan saat konvoi bergerak menuju jantung kota, pusat kemaceten utama. Setelah tiga jam dan satu bom JDAM yang ditempatkan dengan baik kemudian, elemen gabungan itu berhasil melakukan kontak dengan peleton Irak yang terkepung. Tentara SF kemudian memposisikan “truk duri” mereka (istilah al-Qaeda/Taliban untuk kendaraan GMV SF yang memiliki beberapa senjata yang dilayani oleh kru yang dipasang di dudukan dan kerap dibawa oleh prajurit asing ke Irak) antara milisi JAM dan elemen pasukan Irak. Pasukan penyelamat bagaimanapun tidak akan melakukan serangan darat. Saat ODA 566 memberikan tembakan perlindungan, pasukan Irak mengumpulkan mereka yang terluka dan tujuh orang yang tewas, serta memuat semua orang ke dalam kendaraan. Saat mereka mundur, tim Pasukan Khusus melindungi orang-orang Irak dari posisi pengawasan yang berpindah-pindah. “Itu adalah operasi pertempuran kota yang sulit, tetapi ‘mengarahkan semua orang (ODA 566) ke dalam pertempuran’ di awal OIF IV dan mempersiapkan proses rotasi,” kata CPT Johnson. Sementara itu dominasi JAM di Ad Diwaniyah menjadi masalah sehingga Divisi Infanteri ke-4 AS (ID ke-4) memutuskan untuk mengosongkan kota pada awal bulan Oktober 2006. Itu terbukti lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, bahkan dengan mengerahkan satuan tugas batalyon lapis baja. “Gugus tugas ID ke-4 berkumpul di Camp Echo dan menghabiskan beberapa hari untuk mempersiapkan misi. Ini memberi JAM banyak waktu untuk bersiap-siap dan memindahkan perbekalan sebelum tank-tank datang. Setelah tim PSYOP mereka menggunakan pengeras suara (dengan perlindungan MP (polisi militer))diusir, mereka kehilangan dua tank M-1 Abrams dan dua kendaraan tempur lapis baja M-2/3 Bradley karena tembakan RPG dan IED (Improvised Explosive Devices). Satuan tugas lapis baja mundur setelah dua hari,”kata Sersan Staf (SSG) Allen Lawrence. Tanggal rotasi yang semakin dekat juga telah mempengaruhi keputusan tersebut. Kondisi benar-benar kacau ketika ODA 566 melakukan patroli di Ad Diwaniyah pada tanggal 9 Oktober 2006, sementara ID ke-4 masih berada di sekitar tempat itu.

Kendaraan GMV SF. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Bundaran kemacetan yang disorot di peta kota Ad Diwaniyah adalah tempat ODA 566 menyelamatkan peleton Irak yang terkepung pada bulan Agustus 2006. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Berbagai jenis IED di Irak. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

CPT Johnson ingin masuk sore hari ke pusat kota Ad Diwaniyah untuk menunjukkan tekad personel SF kepada JAM. Mereka akan mengunjungi pos pemeriksaan gabungan Angkatan Darat/Polisi (CP) di bundaran di mana dua hari sebelum seorang letnan polisi Irak dieksekusi. Patroli pengintaian Irak diketahui telah ditahan oleh JAM selama beberapa jam keesokan harinya. ODA 566 lalu memimpin patroli kehadiran dalam tiga GMV mereka dengan satu peleton Pengintai Divisi Irak ke-8 dari An Najaf dalam tiga HMMWV lapis baja baru yang dilengkapi dengan senapan mesin PKM kaliber 7.62mm. “Pasukan pengintai sangat bangga dengan truk-truk itu. Saat kami berhenti di dekat masjid, Polisi Irak, yang mengantisipasi pertempuran, mulai mengepung daerah tersebut. Tak lama setelah personel pengintai ‘menembak’ sebuah mobil yang tidak mau berhenti kepada polisi, granat tangan pertama dilemparkan. Tembakan RPG mengikuti dan patroli kehadiran gabungan kami segera memerangi lebih dari lima puluh anggota milisi JAM. Mereka menembaki kami dengan senapan mesin ringan, senapan serbu AK, granat tangan, dan RPG. Dua granat tangan terpental dari truk sebelum meledak dan sumbu peledak terlepas dari dua granat lainnya,” kenang SFC Jack Carter. “JAM berhasil menghantam GMV kami dengan sembilan tembakan RPG,” kata SSG Lawrence, junior 18D (tenaga medis SF) yang memimpin GMV bersama CPT Johnson. “Saat RPG menghantam, mereka mengguncang truk. Rasanya seperti seseorang memukul kami dengan palu godam. Untungnya, mereka menembakkannya begitu dekat sehingga peluru RPG itu tidak punya waktu untuk mengaktifkan diri. Roket-roket itu memecahkan kaca depan dan jendela balistik kami serta merusak tudung dan bagian atas truk. Lubang peluru dan bekas hantaman RPG serta bekas terbakar cukup jelas terlihat. Ketika kami menerima tembakan langsung di kaca depan kanan, benturan itu melemparkan saya ke pintu dan kepala saya terlempar dari jendela samping. Lampu kilat ‘memutihkan’ NVG dan asap memenuhi kabin. CPT Johnson segera berteriak, ‘Everybody on the truck! Back up! Stop!‘ dalam urutan yang sangat cepat sehingga ketika saya menginjak rem pada urutan ketiga, GIB (pria di belakang) dengan senapan mesin M240 dan Nelson ‘terp‘ (penerjemah) kami terlempar dari belakang ke sebuah kios buah di sisi jalan. Ini akan menjadi lucu jika tidak begitu serius.” Dengan tembak-menembak masih berkecamuk setelah tiga puluh menit CPT Johnson memanggil CAS.

GMV ODA 512 (TF Raptor) dengan senapan mini gun kaliber 7.62 mm miliknya. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Pesawat tempur Angkatan Laut F/A-18 Hornet. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Semua jalan di An Najaf menuju masjid Imam Ali dipenuhi oleh jemaah selama perayaan Asyura. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Alih-alih mengirimkan bom di dekat pusat kota yang ramai, dua pesawat tempur Angkatan Laut F/A-18 Hornet berkeliaran di atas kepala, melakukan flyover “di ketinggian rendah.” Hal itu cukup untuk membuat JAM memutuskan kontak. “Dengan satu GMV rusak, kami melakukan manuver belokan ‘cacing’ dan keluar dari sana. Kami menembaki lampu jalan saat kami pergi. Tactical Air Control Party (TACP) dari Angkatan Udara, di kendaraan terakhir kami, mendapatkan F-18 untuk memberi kami ‘perlindungan udara’ saat kami mundur dari kota,” kenang SFC Seth Roberts, petugas medis senior. Empat dari personel SF Amerika yang mengenakan pelindung armor menderita luka ringan akibat tembakan gencar RPG dan tembakan senjata ringan. Dari sini ODA 566 telah memperjelas bahwa mereka tidak seperti pasukan Polandia, Pasukan Khusus Amerika akan siap memasuki Ad Diwaniyah sesuka hati. Mereka lalu menderek truk SSG Lawrence kembali ke Camp Echo, Diwaniyah. Setelah harus secara teratur berhadapan dengan JAM, sangat melegakan untuk melakukan misi FID di An Najaf, setidaknya sampai Malam Natal tahun 2006. Sementara itu sebagai pembalasan karena menangkap pengacara utama dari Muqtada al Sadr para pemberontak penempatan EFP (Explosively Fired Projectile) besar pada markas tim di Camp David. Untungnya, bom itu berhasil ditemukan dan dinonaktifkan, tetapi hal itu menunjukkan betapa relatif tidak stabilnya situasi di An Najaf. Peziarah yang datang ke An Najaf sebelum Hari Asyura (tanggal 29 Januari 2007) membengkakkan populasi kota dari 600.000 menjadi beberapa juta pada bulan Januari, yang setiap hari menutup tiga jalur lalu lintas di jalan raya utama yang terbagi empat jalur di kota itu. Terutama bagi umat Syiah yang taat, mereka mencambuk diri mereka sendiri dengan “cat-o-nine tails” yang tajam selama parade Asyura, pada hari kesepuluh Muharram. Ini dilakukan untuk memperingati pembunuhan Hussein, cucu Nabi Muhammad, yang secara historis menciptakan perpecahan antara Muslim Syiah dan Sunni. Banyaknya peziarah dan kegiatan suci yang dilakukan pada hari raya keagamaan ini memberikan kedok alami untuk pertemuan para militan serta tempat untuk merekrut pejuang Jihad. Dalam beberapa tahun terakhir, Asyura telah menjadi magnet serangan kekerasan dari kelompok Sunni, dengan sedikitnya 180 orang tewas pada hari raya tiga tahun sebelumnya.

ODA 566 & TF RAPTOR

ODA 566 secara aktif berpatroli dan memantau situasi ketika CJSOTF mengirim Task Force Raptor (markas ODB 510 (-), ODA 512, dan kompi penyerang Irak untuk menangani beberapa target bernilai tinggi (HVT) yang diperkirakan akan bertemu di An Najaf di bawah kedok untuk menghadiri pemakaman. Setelah beberapa “putaran” (“bersiap untuk mengeksekusi”) dalam tiga puluh enam jam pertama, MAJ Jack Guardino, komandan Raptor mengirim sebagian pasukannya (kompi Komando yang menggunakan M1126 Stryker LAV IIIs (kendaraan lapis baja ringan) dan LAV-25 Pandurs) kembali ke pangkalan di Baghdad menggunakan Rute Tampa. Misi di Najaf tidak akan mudah; data intelijennya bagus, tetapi terdapat potensi HVT telah membenamkan diri di antara kelompok yang sangat besar, sehingga tidak mungkin untuk menangkap mereka dengan tindakan langsung. CJSOTF kemudian setuju dengan penilaian Guardino dan mendukung membawa pulang elemennya yang lain pada tanggal 28 Januari 2007. Di Camp David yang kecil, ODA 566 telah menjadi tuan rumah bagi TF Raptor selama tiga hari sementara kedua elemen merencanakan misi dengan intens. Dengan demikian, kedua kekuatan itu cukup sangat lelah ketika CPT Johnson menerima dua permintaan bantuan dari pihak Irak sekitar pukul 7 pagi, tanggal 28 Januari 2007. 

Peta An Najaf yang menunjukkan hubungan masjid Imam Ali dan Rute Miami (Jalan raya Karbala/An Najaf) ke lokasi kontak awal. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Badge TF “Raptor” di Irak. (Sumber: https://arsof-history.org/)
M1126 Stryker LAV III. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

SGT Ali, sersan Peleton Pengintai ke-1 yang pernah bekerja dengan kami di Diwaniyah pada bulan Oktober, melaporkan bahwa mereka melakukan kontak berat di pinggiran timur laut An Najaf, yang memakan banyak korban, dan membutuhkan bantuan. Ini segera diikuti oleh panggilan telepon seluler lain dari Gubernur Asad Abu Ghalal, gubernur provinsi terpilih, yang meminta dukungan udara dan darat dari pasukan AS. Saya memberi tahu MSG Ligon untuk membawa orang-orang menggunakan truk sementara saya mendapat izin dari FOB. Ingat, Pemerintah Sementara Irak menguasai provinsi dan Jenderal Utsman, komandan Divisi Angkatan Darat Irak ke-8, mengambil tanggung jawab atas ruang tempur (Karbala hingga Al Kut hingga An Najaf) pada bulan September 2006. MAJ Guardino kemudian mengajukan diri untuk memperkuat kami dengan TF Raptor jika saja JAM terlibat,” kata CPT Johnson. “Dan kemudian, kami bergerak ke arah lokasi pertempuran yang dilaporkan.” “Itu tidak mudah. Hari raya Ashura sedang pada puncaknya. Seluruh jalan empat jalur dengan mediannya yang ditumbuhi pepohonan (Jalan raya Najaf-Karbala (Rute Miami) di sisi barat area tujuan) macet dengan para peziarah yang berjalan kaki, mengendarai mobil, truk, sepeda… dan lain-lain. Saya membunyikan klakson dan secara fisik menerobos kerumunan orang dan kendaraan dengan GMV saya. Perjalanannya berjalan lambat sampai kami melewati 20th Revolution Circle,” kata SSG Lawrence, pengemudi GMV pertama ODA 566. Situasi yang sama buruknya terjadi ketika konvoi Raptor yang terdiri dari delapan kendaraan menerobos masuk ke jalan raya sepuluh menit kemudian.

ODA 566 & TF RAPTOR MEMBANTU PASUKAN IRAK MEMUTUS KONTAK

CPT Johnson (ODA 566) kemudian melaporkan: “Ketika kami mendekati area kontak, saya mendengar tembakan dan menandai dua truk ‘bongo‘ Irak (kendaraan komersial lima ton) datang ke arah kami dengan penumpangnya yang terluka. Setelah petugas medis kami memeriksanya, kami memasukkan semua orang ke dalam satu kendaraan dan meminta Heider, salah satu pemandu yang lebih baik, untuk membawa kami ke area kontak. Di tengah-tengah para pejabat dan polisi Irak yang bingung, adalah COL Saadi Al-Maliki yang sangat gelisah, Brigade ke-1, Komandan Divisi IA ke-8. MSG Ligon memposisikan dua GMV kami di antara kelompok tentara Irak dan tanggul, menyelaraskannya berdampingan, tetapi pada sudut untuk dapat memaksimalkan daya tembak senapan mesin .50 cal, M-240, dan M-249 kami. COL Saadi memperkirakan ada 1.000 petempur musuh. Saya pikir itu mungkin sebenarnya sekitar seratusan berdasarkan pengalaman. Terlepas dari jumlahnya, kelompok berbeda-beda yang terdiri dari sekitar 15-20 penembak, yang melepaskan tembakan senjata ringan yang diarahkan dengan baik, telah menembaki 15 personel Pengintai Irak. Para petempur ini akan muncul di atas tanggul, masing-masing menembakkan beberapa tembakan, lalu mundur kembali, dan muncul kembali di posisi berbeda untuk menembak lagi. Saat saya mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi, para penembak GMV mulai menyerang sasaran. Selama hujan tembakan yang melukai MSG Ligon dan SSG Geoffrey Kendrick, pengemudi GMV depan, dan menghantam perisai balistik M-240 SFC Roberts, ketiganya segera meninggalkan “magnet RPG” itu untuk membuat basis tembakan dari posisi yang lebih terlindungi. MSG Ligon dengan peluncur granat M-203 miliknya, SFC Roberts dengan dua M-72 LAW (Senjata Antitank Ringan), dan SSG Kendrick dengan peluncur granat M-79 dan sekantong peluru kaliber 40mm menempati selokan kecil di dekat struktur beton. Dari sana mereka melindungi penarikan mundur unit pengintai dengan tembakan perlindungan. 

Gambaran artis menggambarkan serangan yang didukung kendaraan pada tanggal 28 Januari 2007 oleh ODA 566 dan TF Raptor untuk mengusir musuh dari tanggul kompleks yang memungkinkan pejabat pemerintah Irak, polisi, dan Pengintai Angkatan Darat yang terperangkap untuk menyelamatkan diri. (Sumber: https://arsof-history.org/)
M-72 LAW. (Sumber: https://www.kaskus.co.id/)

Granat berpeluncur roket terus menghantam GMV berlapis baja, memecahkan jendela dan memerciki semua orang dengan pecahan peluru saat peluru senjata kecil yang menembus lapisan baja melubangi badan dan pintu kendaraan. “Saat itulah bala bantuan (TF Raptor dalam tujuh GMV dan kendaraan penghancur seberat 5 ton mereka) bergabung dengan kami di lokasi pertempuran,” kata CPT Johnson. MSG Sam Kavanaugh, sersan tim untuk ODA 513, dengan cepat memindahkan dua truk bersenjata mini-gun kaliber 7,62 mm miliknya ke kiri dan kanan kendaraan ODA 566. Kemudian, dia mulai menyebarkan timnya dan pasukan penyerang Irak untuk memperkuat garis pertahanan dan melindungi posisi sayap. Sebuah desa kecil dan pemakaman berada di sisi barat dan petempur musuh berlarian di hutan palem yang membentang ke Sungai Efrat di sisi timur. Tembakan senjata kecil menimbulkan debu di sekelilingnya ketika dua peluru RPG memantul dari tanah di salah satu sisi Kavanaugh. Tidak gentar oleh tembakan dan pecahan peluru musuh yang berat, MSG Kavanaugh memposisikan personelnya untuk bergabung dengan ODA 566 dalam serangan darat terbatas yang didukung kendaraan untuk memungkinkan pengintai, polisi, dan perwira Irak yang terjebak mencapai garis kawan. Kavanaugh mengakui, “Saya memang mendapatkan beberapa lubang di kantong pelindung tubuh dan saku kaki celana saya. Radio saya diserempet peluru. Pecahan peluru melukai lengan kanan saya.” Sementara itu MAJ Guardino, komandan senior pasukan SF Amerika, fokus mengatur CAS. Dia memiliki JTAC juniornya, Sersan Teknik (TSGT) Dale Osborne, yang bekerja secara langsung dengan SSGT Nate Andrews, TACP yang berlokasi di Ops Cen ODA 566 di Camp David

Peluncur granat M-203. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Sementara MAJ Guardino sedang menunggu CAS, sebuah pesawat udara tak berawak (UAV) muncul di atas kepala menunjukkan bahwa personel markas yang lebih tinggi sedang memantau situasi. Sayangnya untuk personel SF di lapangan, mereka tidak menerima laporan tentang apa yang ada di sisi lain tanggul untuk menghilangkan “kabut perang” dari situasi tersebut. Kehadiran UAV itu menghalangi pekerjaan CAS. Komunikasi radio terputus-putus, meski disambung dengan relai, mengganggu unsur-unsur Pasukan Khusus sepanjang pertempuran. Sementara itu, CPT Johnson, komandan SF setempat, mencoba menyelesaikan situasi di wilayah tanggung jawabnya dengan COL Saadi. Dengan cepat menjadi jelas bagi komandan ODA 566 bahwa ini adalah operasi yang “hanya melibatkan pasukan Irak” yang didorong oleh kepentingan politik ini tidak berjalan dengan baik. Detail situasi tidak akan diketahui untuk beberapa waktu. Situasi ini tak terelakkan sejak penguasaan provinsi Najaf dialihkan ke pemerintah Irak pada bulan Januari 2007. Pasukan Khusus Amerika diharapkan membantu Angkatan Darat Irak dan pejabat pemerintah menjaga perdamaian setelah proses peralihan. Belakangan diketahui bahwa Wakil Gubernur Provinsi telah memimpin rombongan resmi yang terdiri dari Menteri Dalam Negeri, Kepala Polisi, dan staf pemerintah lainnya ke dalam kompleks berukuran 1500m x 1500m pada fajar pertama untuk menangkap para pemimpin setempat. Rombongan itu dikawal oleh enam personel pengintai dalam dua HMMWV. Sementara lima puluh orang tim perunding dengan sopan menunggu dengan surat perintah pimpinan, mereka kemudian diserang dengan senapan mesin PKM kaliber 7.62 mm. Dua dari personel pengintai yang menghadap ke depan tewas seketika dan empat lainnya luka-luka. Kepala polisi Irak terluka parah dalam tembakan awal yang diarahkan dengan baik ini. Ketika volume tembakan semakin hebat, personel pengintai, polisi, dan pejabat Irak yang terluka meninggalkan kendaraan mereka (tujuh atau delapan SUV dan dua HMMWV) dan melarikan diri dari kompleks itu dibawah hujan tembakan. Sementara itu berdasar informasi dari pihak Irak, menjelang Hari Asyura, yang melibatkan sejumlah besar peziarah yang bepergian, beberapa ke Najaf, untuk festival Syiah itu, para pejabat Irak mengklaim telah menemukan plot oleh “sekte bersenjata berat” untuk membunuh Ayatollah Agung Ali al-Sistani dan para pemimpin agama Syiah lainnya. Dugaan rencananya, para pemberontak akan menyamar sebagai peziarah dan tiba-tiba melepaskan tembakan, dalam upaya untuk membunuh sebanyak mungkin ulama Syiah terkemuka dan menyebabkan gangguan pada hari raya itu secara keseluruhan.

Kolonel Irak Saadi Al-Maliki, komandan Brigade 1/8, bertanggung jawab atas pasukan penjagaan yang mengelilingi kompleks musuh. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Bagian peta yang menunjukkan Fase Satu Pertempuran dengan lokasi elemen, rute masuk, dan medan/situs utama yang disorot. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Apapun itu, satu-satunya bagian yang jelas pada jam 11.00, tanggal 28 Januari 2007, adalah bahwa COL Saadi bertanggung jawab atas pasukan penjagaan di sekitar kompleks. Pasukan polisi Irak ini, yang sebagian besar hanya memiliki pistol, dan dua peleton Pengintai Angkatan Darat, berjumlah 150 orang. Untungnya, pleton pengintai, yang dipersenjatai dengan AK-47 dan senapan mesin ringan PKM, telah menerima pelatihan keterampilan menembak dan keterampilan prajurit dasar serta taktik infanteri pertempuran perkotaan dari ODA 566. Apa yang memicu baku tembak tidak dapat dipastikan. Yang pasti adalah bahwa pejabat pemerintah Irak telah “menusukkan tongkat ke sarang lebah” dan tidak siap menghadapi konsekuensinya. Seberapa besar sarang lebah itu, masih harus dilihat lagi. “Orang-orang itu terlatih dengan baik. Mereka berpindah-pindah dari satu posisi ke posisi lain, berpindah antar posisi, dan kemudian berkumpul kembali sebelum menembak. Mereka sengaja membidik sebelum menembak. Mereka adalah penembak yang baik dengan senjata ringan, senapan mesin, dan RPG dan terus menyerang. Mereka datang untuk bertarung. Kemahiran mereka mendorong saya untuk mendesak orang-orang keluar untuk melindungi sisi kami saat saya mencoba menemukan senjata mortir” kata CPT Gordon Muldoon (dari ODA 512, TF Raptor). Selain senjata ringan, RPG, dan senapan mesin, mortir kaliber 60mm digunakan untuk melawan pasukan bala bantuan pimpinan Amerika. Volume tembakan musuh dan variasi senjata yang dipakai membuat terlalu berat untuk bisa hanya dengan menggunakan senapan sniper secara efektif melawan para penembak lawan di balik tanggul. “Saya kemudian mengatur posisi sniper di selokan di seberang jalan lima puluh meter di depan truk. Setelah menembakkan dua puluh tujuh atau dua puluh delapan peluru, petempur musuh mengusir saya dengan tembakan RPG yang diarahkan dengan baik. Roket itu menghantam begitu dekat sehingga pecahannya menghujani saya,” kata SFC James Carter, sersan personel intelijen untuk ODA 566. “Karena saya ‘diincar,’ saya bergeser ke posisi terlindungi lainnya.”

Pembom serang darat A-10 “WartHog” dirancang untuk memberikan dukungan udara jarak dekat kepada pasukan darat. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Anggota Tentara Al-Mahdi berdiri di samping poster pemimpin tentara Ulama Syiah Moqtada Al-Sadr di sebuah pos pemeriksaan 30 April 2004 di kota suci Najaf, Irak. (Sumber: https://www.gettyimages.com/)

Tim SF dan personel penyerang Raptor segera menanggapi dengan baik dan MAJ Guardino mengerahkan CAS—dua pesawat tempur F-16 Falcon dan dua pesawat serang darat A-10 “Wart Hog” memberondong kompleks dengan tembakan kanon kaliber 20mm dan 30mm masing-masing sebelum menjatuhkan bom mereka seberat 500 pon. Tembakan musuh lalu berkurang selama serangan udara. MAJ Guardino dan CPT Johnson kemudian menggabungkan pasukan mereka untuk melakukan serangan darat yang didukung senjata berat dengan tentara yang berjalan dan yang menembak di antara truk yang bergerak lambat ke dasar tanggul. “Pada awal penyerangan, saya buru-buru membawa dua senapan mesin M-240 dan truk bersenjata senapan mesin kaliber .50 ke garis penyerangan. Karena kendaraan kami terpisah lima puluh hingga seratus meter dan komunikasi internal kami tidak berfungsi dengan baik, saya banyak berlari bolak-balik untuk menjaga agar garis penyerangan tetap utuh dan sayap kami terlindungi,” kata MSG Kavanaugh. “Di tengah penyerangan dengan peluru dan tembakan RPG beterbangan di mana-mana, SSG Steve Black, Raptor Mobility NCO, melompat ke bagian belakang truk, menarik mini gun, mensetting-nya, dan mengisi ulang. Dia tidak menyadari bahayanya; dia sangat fokus,” kata CPT Muldoon. “Selama serangan darat, menembak dari jarak dua hingga tiga ratus meter, petempur musuh memaksa kami ‘menari seperti gadis kecil’ saat peluru memercikkan debu di antara kami berempat,” tawa mantan pemain football West Point setinggi 6’3′ itu. Tembakan RPG musuh sangat akurat sehingga GMV CPT Johnson dihentikan “total” dalam serangan itu ketika granat berpeluncur roket yang memantul menghantam di bawah truk yang memotong saluran hidroliknya. SGM William Nathan lalu membawa Raptor seberat 5 ton ke depan untuk menyeret truk yang rusak dari garis penyerangan. Dukungan udara jarak dekat, tembakan AT-4 dan LAW, dan serangan darat yang didukung kendaraan yang datang memaksa petempur musuh keluar dari tanggul cukup lama untuk memungkinkan politisi, polisi, dan pasukan pengintai Irak mulai meninggalkan perlindungan dan lari ke perimeter pasukan bantuan Amerika. Ketika COL Saadi memberikan izin untuk melenyapkan sniper di masjid yang belum selesai dibangun menggunakan CAS, orang-orang Irak yang terperangkap mulai membanjiri posisi ODA 566 dan TF Raptor. “Itu cukup memperlambat pertempuran sehingga personel polisi dan Pengintai Irak mundur. Kami saat itu sudah mendistribusikan kembali cadangan amunisi kami,” kata MSG Ligon.

Camp David setelah pasukan Amerika membantu polisi Irak dan militer memutuskan kontak di pagi hari (28 Januari 2007). Kendaraan TF Raptor sedang menarik GMV ODA 566 yang rusak akibat pertempuran. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Personel TF Raptor mengendalikan polisi, Pengintai, dan pejabat pemerintah Irak yang melarikan diri untuk menuju tempat yang aman. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Jumlah orang Irak yang melarikan diri, mengenakan berbagai seragam dan membawa senjata, dengan cepat bertambah menjadi lebih dari lima puluh orang. Karena mereka tidak dapat dengan mudah diidentifikasi, penyerang TF Raptor, khawatir dengan kemungkinan adanya penyusup yang membawa bom, beraksi. Mereka menyita senjata, menggeledah, memisahkan mereka, dan membuat semua orang tiarap. Mereka yang diselamatkan menerima perlakuan profesional yang sungguh-sungguh sebagai harga untuk keselamatan mereka. Ketika COL Saadi dan Kepala Keamanan Provinsi, Jenderal Qais, menjamin mereka, beberapa orang diizinkan berdiri dan mengidentifikasi kawan-kawan lainnya. Setelah jalur aman selesai dibentuk dan yang terluka (delapan pengintai dan beberapa polisi) diberikan pertolongan pertama, ODA 566 telah memenuhi kewajibannya kepada Jenderal Uthman, Komandan Divisi IA ke-8. Mereka telah menyelesaikan misi pertolongan/penyelamatan tanpa terlibat dalam pertempuran keras. Pesawat-pesawat CAS Amerika sangat menentukan di sini. BG Qais, kepala keamanan provinsi, dan COL Saadi meyakinkan CPT Johnson dan MAJ Guardino bahwa mereka kini dapat menangani situasi tersebut; karena CAS Amerika telah “menghilangkan” perlawanan musuh. Sementara itu MAJ Walt Brockman, komandan ODB 560 di Hilla, memantau situasi. Merasakan tekanan dari COL Abbas yang agresif, mantan wakil kepala polisi provinsi dan komandan SWAT Hilla saat ini, yang berencana membawa kompinya ke An Najaf, dia mengirim ODA 563 dari Firebase Stack. Mereka akan menemani tim SWAT untuk memperkuat ODA 566. COL Abbas diketahui secara teratur mengerahkan Hilla SWAT, aset Kementerian Dalam Negeri, di luar provinsi ketika menurutnya “misi itu bagus untuk pihak Irak.” ODA 563 dan kompi SWAT telah pulih dari sebuah serangan malam yang membuat frustrasi.

MASUKNYA ODA 563 & HILLA SWAT

Perasaan di personel muda tim SF sangat tinggi. “Saya pikir yang akan kami lakukan hanyalah ‘menjaga’ orang-orang Irak atau membereskan kekacauan mereka lagi,” kata SSG Daniel Malcolm, sersan komunikasi junior. “Mengemudikan truk dan mengoperasikan senjata di kendaraan mirip dengan ‘duduk di bangku cadangan’ sementara yang lain melakukan serangan darat dengan tim SWAT. Orang-orang itu, yang ditempatkan untuk mendukung, biasanya hanya menjaga truk-truk itu,” komentar SSG Jesse Bartram, sersan senjata junior. “Sedikit yang kita tahu.” Mengetahui bahwa ODA 563 sedang dalam perjalanan, CPT Johnson masuk ke GMV-nya yang lain (truknya sedang ditarik oleh derek TF Raptor) untuk memimpin dua elemen kembali ke Camp David untuk melengkapi dan mempersenjatai kembali. Kedua elemen tersebut melewatkan ODA 563 dan Hilla SWAT dalam waktu lima atau sepuluh menit karena elemen tersebut melakukan pendekatan melalui rute yang berbeda. Tidak menyadari bahwa dua helikopter serang AH-64 Apache telah terbang ke lokasi kontak, mereka tidak tahu bahwa pertempuran masih jauh dari selesai. Segera setelah pasukan gabungan mendekati Camp David, mereka memperlengkapi, mempersenjatai kembali, dan melakukan pemeliharaan senjata sesuai SOP pertempuran. Sistem senjata dilucuti dari GMV ODA 566 yang dinonaktifkan dan dipasang kembali di truk ketiga. Senjata yang dilayani kru dan amunisi individu diisi ulang dan kotak tambahan dimuat ke atas “truk duri”. Para prajurit TF Raptor lalu berebut untuk melakukan hal yang sama. Bahan bakar “diisi penuh”, level oli dan cairan diperiksa, dan amunisi dimuat saat semua kendaraan dibuat “sepenuhnya siap tempur” lagi. CPT Johnson merasa bangga dan puas saat dia menyaksikan kesibukan aktivitas yang diatur oleh sersan tim SF. “Orang-orang ini benar-benar profesional,” pikirnya saat memasuki Pusat Operasi (Op Cen).

Badge Hilla SWAT. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Kolonel Abbas, komandan Hilla SWAT (sisi kanan tengah), sering naik di tempat bak “Babi Perang” ODA 563, sebuah truk lapis baja seberat 5 ton dengan tiga senapan mesin M-240. (Sumber: https://arsof-history.org/)

MISI CSAR – ODA 566 & TF RAPTOR

Saat memasuki OpCen pada pukul 13:30 CPT Johnson pertama kali mendengar bahwa helikopter serang AH-64 Apache (BIG GUN 72) telah ditembak jatuh di lokasi kontak. TACP Angkatan Udara miliknya, SSGT Andrews, yang telah “mengatur” sorti CAS selama aksi terakhir, memperingatkannya. “Saya memberi tahu MSG Ligon apa yang telah terjadi dan berkata, ‘Siapkan tim’ dan siap berangkat.’ Ini sekitar jam 1345, waktu setempat. Kemudian, saya menelepon AOB untuk mendapatkan gugus tugas mech (mekanis) untuk mendukung dan mengikutinya dengan mengirimkan email. MAJ Guardino dan sersan mayornya, yang datang ke Ops Cen untuk mengatakan, ‘Terima kasih atas semua dukungannya,’ sebelum berangkat ke Baghdad, membatalkan rencana mereka ketika mereka mendengar tentang penembakan Apache. Kami berdua diberi misi CSAR (combat search and rescue). Berdasarkan koordinat jaringan untuk lokasi kecelakaan AH-64 dan dengan diberi tahu, ‘Pergi ke arah asap yang mengepul,’ MAJ Guardino dan saya membuat rencana tergesa-gesa di kap truknya. Kami akan mendekat dari utara dengan tim Raptor memimpin,” kata Johnson. “Dua orang saya yang terluka sudah berada di truk mereka siap untuk berangkat.” Namun, saat mencari lokasi jatuhnya Apachemenyadarkan dua elemen pasukan SF tentang seberapa terlatih dan diperlengkapinya para petempur musuh di belakang tanggul setinggi delapan hingga dua belas kaki (2,4-3,6 meter) karena konvoi TF Raptor-ODA 566 diserang segera setelah meninggalkan Route Miami. Meskipun areanya cukup terbuka, tempat itu adalah kumpulan labirin bertembok dan jalan sempit dengan pohon palem kecil diantaranya. Labirin itu terbukti sulit dinavigasi. Dindingnya cukup tinggi, menghalangi penglihatan yang jelas. Keputusan yang paling logis adalah untuk mendekat dari utara didasarkan pada koordinat peta, tetapi sayangnya, itu berlawanan secara diametris dengan rute yang digunakan oleh dua elemen SF tadi pagi dan ada beberapa kolom asap (disebabkan oleh tembakan CAS) yang menambah kebingungan. 

Hilla SWAT bepergian dengan Chevrolet Crew Cab 4×4, truk pickup dengan senapan mesin ringan PKM yang dipasang di dudukan. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Helikopter tempur AH-64 Apache. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Tak lama setelah memasuki labirin, sembilan konvoi kendaraan mulai menerima tembakan senjata ringan musuh yang berat. Saat bergerak di bawah tembakan, MAJ Guardino, seorang penangkap bisbol perguruan tinggi yang tua, mengulurkan tangan dan seorang diri menangkap seorang personel penyerang Irak, yang jatuh dari kendaraan di depan setelah ditembak di kepala. Dia menarik tentara yang terluka itu ke dalam truknya yang bergerak dengan satu tangan. SFC Carter, GIB pada kendaraan CPT Johnson terkena tembakan di bahu dengan peluru kaliber 7,62 mm selama proses pendekatan. Begitulah akurasi tembakan musuh ketika sembilan truk merayap menuju sudut kompleks tempat TF Raptor menempatkan truk bersenjata mini-gunnya sebelumnya. CPT Muldoon di kendaraan Raptorutama (ODA 512) melihat dua tentara SF di samping seorang perwira Irak saat konvoi mendekati sudut. Tidak yakin dengan identitas mereka, dia turun untuk menanyakan apakah mereka tahu di mana helikopter Apache yang jatuh itu. CPT Johnson (ODA 566) di akhir konvoi sembilan kendaraan mengetahui kedua personel SF berasal dari ODA 563 karena dia melakukan komunikasi radio dengan sersan tim mereka. Mereka dikirim untuk memperkuat ODA 566 dan didampingi oleh kompi Hilla SWAT. Konvoi berhenti saat CPT Muldoon keluar. Kru Johnson lalu bergerak untuk melindungi bagian sayap kiri tempat Sungai Efrat berada di kejauhan. TF Raptor, dengan didukung oleh ODB 560 untuk misi HVT yang ditugaskan di An Najaf, sebenarnya sedang “dipersiapkan” untuk perjalanan kembali ke Baghdad. Mereka jarang memantau frekuensi ODB lokal dan tidak terbiasa dengan kemampuan polisi provinsi Irak dan pasukan militer khusus seperti Hilla SWAT dan pasukan pengintai. Faktor-faktor ini menambah “kabut perang” saat pertempuran meningkat. Karena kedua elemen telah diberi tugas CSAR menyelamatkan helikopter yang jatuh, MAJ Guardino kemudian mengambil alih tugas sebagai komandan senior.

ODA 563 & HILLA SWAT MEMBUKA KONTAK

ODA 563, memimpin kompi Hilla SWAT dengan GMV, meninggalkan Route Miami untuk mendekati lokasi kontak dari arah barat. Tim “babi perang (War Pig)”, sebuah truk berlapis baja seberat 5 ton dengan senapan mesin M-240 yang dipasang di ring di depan dan dua M-240 samping yang dipasang di dudukan, bergerak di tengah delapan belas truk SWAT. Mereka pertama kali menemukan peternakan ayam besar yang harus diperiksa. TF Raptor melakukan hal yang sama di pagi hari. Setelah membersihkan area pertanian, pasukan Hilla melanjutkan perjalanan mereka ke timur. Ketika mereka memasuki area semi-terbuka yang luas, konvoi itu dihantam oleh tembakan yang mengapit saat elemen utama konvoi itu mendekati dasar kompleks bertembok. Tim SWAT dalam truk kabin pick-up 4X4 Chevrolet tanpa lapis baja dengan senapan mesin PKM yang dipasang di dudukan, meniru aksi pasukan ODA 563 GMV ketika mengeksekusi serangan dengan setengah personel eselon kiri untuk melawan penyergapan musuh dengan sebaik-baiknya. “Itu seperti film Barat modern,” kata SSG Malcolm. “Pada kenyataannya, itu adalah campur tangan ilahi yang menyebabkan orang-orang SWAT bisa melakukannya.” Serangan truk senjata “bergaya kavaleri” diakhiri dengan tiba-tiba oleh keberadaan tanggul besar yang membatasi jalan. Tim SWAT memberikan beberapa tembakan penekan pada awalnya, tetapi itu berakhir dengan cepat ketika volume tembakan dari tanggul meningkat. Para prajurit SF di “Babi Perang” dari ODA 563 dan sebagian besar tim SWAT Hilla, dipisahkan dari CPT Konrad di GMV, dengan cepat bertarung keras di tanggul. Polisi yang bersenjata ringan, setelah menerima sedikit pelatihan taktis infanteri, tidak siap untuk menembak dan bermanuver untuk memecah situasi ketika keadaan menjadi lebih rumit. “Kami baru saja membersihkan area peternakan ayam dan sedang menyerang ke utara dengan truk kami ketika saya melihat dua helikopter Apache di ketinggian 200/300 kaki (60/91 meter) setengah mil ke timur laut melakukan manuver penembakan senjata. Kedua helikopter itu menerima tembakan RPG dan senapan mesin berat dari sasaran. Saya menyaksikan ledakan RPG di dekat mereka, dan kemudian, satu helikopter tertembak. Baling-balingnya berhenti dan jatuh lurus ke bawah.” Ini adalah memori kolektif dari penembakan AH-64 itu oleh MSG Shamus Flanagan dan SSGs Daniel Malcolm dan Jesse Bartram. Di ujung garis tim SWAT, SSG Jesse Bartram di GMV menyerang posisi senapan mesin DShK musuh dengan senapan mesin kal.50-nya.

Lukisan artis menggambarkan ODA 563 dan Hilla SWAT menyerang pasukan musuh. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Bagian peta yang menunjukkan Fase Dua Pertempuran menggambarkan ODA 563 dan Hilla SWAT melakukan serangan terhadap pasukan musuh yang menembak dari tanggul kompleks. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Para prajurit SF dengan MSG Flanagan mencoba menggunakan senjata yang lebih berat untuk meredam tembakan musuh. “SFC Edward Gross, seorang penembak samping M-240 dari ‘War Pig,’ mengambil senjata antitank Carl-Gustav M3 kaliber 84mm dan merangkak ke tanggul. Saat dia bersiap untuk menembakkan granat roket recoilless ke dalam kompleks dari atas tanggul, seorang sniper musuh menembaknya. Tembakan itu yang mengenai ‘MICH’ (Modular Integrated Communications Helmet dilafalkan ‘mitch’) membuat Gross terlempar ke belakang. Tanpa sadar, dia meluncur menghadap ke bawah tanggul. MICH telah menyelamatkannya. SFC Peter Stoneman, petugas medis senior, merawat dan membalut luka di kulit kepala Gross dan mengirim Gross untuk memulihkan diri di ‘War Pig,’ kata MSG Flanagan. Sementara itu SSG Malcolm tahu seberapa dekat para petempur musuh, setelah melewati tanggul beberapa kali. “Saya benar-benar melihat wajah mereka. Mereka membidik dan menembak secara semi-otomatis. Itu adalah tembakan yang akurat. Mereka bukan tipikal ‘asal tembak dan berdoa’.’ Kotoran beterbangan di sekitar kita.” “Tapi, karena tidak melihat apa yang terjadi pada SFC Gross, Malcolm, penembak samping ‘Babi perang’ lainnya, mengambil Carl- Gustav Gross untuk melakukan manuver yang sama. Dia kemudian mengalami nasib yang sama. Sniper itu bagus,” kata Flanagan, sersan tim ODA 563. Malcolm sadar kembali dengan perban di kepalanya dan seorang polisi tim SWAT Irak yang telah merawatnya, dengan senang berteriak, “Oke, mistuh! oke mistuh!” (“Kamu akan baik-baik saja sekarang”). “Saya merasa seperti dipukul di kepala dengan tongkat baseball. Semuanya menjadi gelap saat aku menjatuhkan diri dan terpeleset di tanggul. Rasanya seperti menonton TV kabur ketika saya datang dengan orang Irak ini mencoba menyeka kotoran dari wajah saya dengan kain. Kepala saya sangat sakit.” MSG Flanagan mengatakan bahwa “sementara skornya adalah MICH: 2, musuh: 0, jumlah kami turun menjadi delapan personel yang masih efektif dalam tim. Kami semua berusaha menganggap enteng luka-luka itu agar orang-orang Irak tidak panik. Saya buru-buru menyebarkan orang-orang saya yang tersisa di antara pasukan frontal tim SWAT Irak dan posisi pengaman di sayap untuk menahan mereka bersama kami dan memindahkan ‘Babi Perang’ lebih dekat.

Senapan mesin berat DShK 12,7 mm yang dipasang di trailer pertanian di kompleks Cult of Heaven. Trailer ini terhubung ke traktor. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Lukisan artis yang menggambarkan penembak jitu Cult of Heaven yang melumpuhkan seorang prajurit ODA 563 yang mencoba untuk tmenyerang dengan senjata recoilless anti-tank M3 Carl-Gustav. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Tampilan luar & dalam akibat tembakan peluru kaliber 7,62mm pada helm “MICH” yang dikenakan oleh personel ODA 563. Keduanya selamat dengan gegar otak ringan. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Sementara itu, CPT Robert Konrad, komandan ODA 563, telah melakukan pengintaian di area terbuka di sayap paling kanan (Catatan: Ini jauh di depan posisi awal ODA 566 di pagi hari) bersama SSG Cliff Bronson, komandan junior medis. Bronson mencoba melenyapkan senapan mesin DShK yang dipasang di truk di sudut kanan kompleks dengan peluncur granat M-79 kaliber 40mm dan roket antitank Carl-Gustav. Ketika hal itu terbukti tidak berhasil, CPT Konrad, SSG Bronson, SSGT Robert Macgregor, JTAC, COL Abbas, CPT Ali, komandan kompi SWAT, dan beberapa polisinya melakukan serangan memutar dari sisi tenggara kompleks. CPT Konrad, SSG Bronson, SSG Macgregor, COL Abbas, dan beberapa anggota polisi tim SWAT berhasil melewati tanggul di sisi tenggara kompleks. Dari sana mereka melihat 75-100 petempur musuh menjaga parit interior dengan tanggul pertahanan sekunder lainnya di belakang mereka. SSG Bartram, penembak senapan mesin kal .50 GMV, pengemudi, SSG Kennan, dengan truknya, dan SSG Carl Apo, di M-240 depan “War Pig” melindungi manuver ini. Tiga orang Amerika dan polisi SWAT menyerang petempur musuh yang terkejut dengan senapan mereka sampai CPT Ali tertembak di kepala. Itu mendorong kelompok itu untuk turun dari puncak tanggul. Kemudian CPT Konrad, dengan menggunakan peta topografi laminasi COL Abbas, meminta CAS. SSGT Macgregor, berbicara dengan dua jet F-16 di atas kepala, memverifikasi lokasinya dengan cermin sinyal. Konrad memberikan inisialnya untuk menyelesaikan misi “Danger Close” dan sebuah jet tempur melintas dan menjatuhkan bom seberat 500 pon di posisi senapan mesin DShK, kurang dari seratus meter jauhnya di dalam kompleks. Hal itu berhasil meredam tembakan musuh. SSG Bronson sedang sibuk merawat kapten SWAT ketika CPT Muldoon (ODA 512), yang memimpin TF Raptor, mendekati mereka. Karena sisa personel ODA 563 dan polisi Hilla SWAT tidak terlihat di tikungan dalam posisi bertahan di sepanjang tanggul selatan, CPT Muldoon terkejut saat melihat orang-orang Amerika itu. Dia masih tidak menyadari kekuatan dan kemampuan pasukan musuh di kompleks tersebut dan dia masih berniat menemukan helikopter AH-64 yang jatuh.

CPT Konrad (tengah) dan COL Abbas Irak (kanan) berdiri di tanggul dekat senapan mesin berat DShK yang dipasang di truk dan dihancurkan oleh pesawat CAS. Di belakang mereka adalah SSGT Macgregor, JTAC untuk ODA 563. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Bagian peta menunjukkan Tahap Tiga Pertempuran menggambarkan rute TF Raptor & ODA 566 saat mereka mencari helikopter AH-64 yang jatuh dan posisi ODA 563 & Hilla SWAT. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Bukti efektivitas kaca balistik yang dipasang di sisi area kargo GMV TF Raptor. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Muldoon tidak yakin siapa CPT Konrad, mengapa dia ada di sana, dan apa yang dia lakukan. Para prajurit ODA 563 juga curiga. Mereka telah mendengar bahwa militer Irak telah kehilangan beberapa HMMWV (diucapkan Humvee) karena musuh dan di depan mereka adalah barisan GMV dan truk terdepan memiliki senjata mini gun kaliber 7.62mm. Jeda sementara dalam aksi ini memberikan jeda untuk artikel dua bagian tentang Pertempuran An Najaf, 28-29 Januari 2007 ini. Di Bagian ke-II, intensitas pertempuran akan terus meningkat. TF Raptor dan ODA 566, berniat memperluas area pencarian mereka untuk Apache yang jatuh, tanpa sadar akan memilih jalan yang sejajar dengan dinding kompleks musuh. Tembok setinggi dua belas kaki itu dipertahankan dengan sengit oleh petempur terlatih dengan persediaan amunisi yang tampaknya tak terbatas untuk berbagai macam senjata. Menghadapi hujan tembakan yang berat itu akan dijelaskan oleh para pelaku di Bagian II artikel ini. Hari pertama pertempuran tanggal 28-29 Januari secara dramatis mengungkap dampak asumsi puhak Angkatan Darat Irak atas kendali ruang tempur yang mereka hadapi. Orang-orang Amerika di sisi lain diharapkan membantu militer Irak dan polisi memutuskan kontak, seringkali dalam keadaan terburuk. Politik terbukti memainkan peran utama dalam setiap operasi militer pihak Irak. Kebutuhan untuk melatih pasukan penyerang dan polisi SWAT dalam taktik infanteri unit kecil kemudian disadari, tetapi yang lebih penting, berapa banyak amunisi yang dibawa oleh tentara, menentukan tingkat agresivitas dan kemampuan mereka untuk mempertahankan tembakan yang efektif. Sementara itu peralatan tempur pasukan Amerika terbukti berfungsi dengan baik. Helm MICH, pelindung tubuh individu, dan kendaraan berlapis baja yang dilengkapi dengan kaca balistik telah menyelamatkan nyawa dan memungkinkan orang-orang yang sangat berani untuk bertahan dalam pertempuran dan bertukar tembakan dengan tentara musuh yang sama-sama disiplin dan terlatih.

Bersambung….

Baca juga Part II:

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Fighting Through the “Fog of War”: The Battle of An Najaf, 8-29 January 2007–Part I BY CHARLES H. BRISCOE, PHD; From Veritas, Vol. 4, No. 2, 2008

https://arsof-history.org/articles/v4n2_fog_of_war_page_1.html

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Najaf_(2007)

250 Are Killed in Major Iraq Battle By Damien Cave; Jan. 29, 2007

https://www.nytimes.com/2007/01/29/world/middleeast/29iraq.html

Combating the Insurgency: Air Force Combat Controllers at Najaf, Iraq

https://www.nationalmuseum.af.mil/Visit/Museum-Exhibits/Fact-Sheets/Display/Article/197516/combating-the-insurgency-air-force-combat-controllers-at-najaf-iraq/

Exit mobile version