Sejarah Militer

Armalite AR-10, Senapan Inovatif “Kakak” M-16 yang Kurang Beruntung

ArmaLite AR-10 adalah senapan tempur yang menembakkan peluru berkaliber 7.62x51mm standar NATO. Senapan ini dikembangkan oleh Eugene Stoner pada akhir 1950-an dan diproduksi oleh ArmaLite, yang saat itu merupakan divisi dari Fairchild Aircraft Corporation. Ketika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1956, AR-10 menggunakan desain inovatif dengan laras/popor bergaris lurus, berbahan komposit fenolik dan bagian-bagian senjata dari logam press, yang kemudian menghasilkan sebuah senjata ringan, dimana secara signifikan lebih mudah dikendalikan dalam mode penembakan otomatis dan lebih ringan 1 lb (0,45 kg) daripada senapan-senapan infanteri di masanya. Selama masa produksinya, AR-10 versi awal dibuat dalam jumlah yang relatif kecil, dengan kurang dari 10.000 senapan yang sempat diproduksi. Namun, ArmaLite AR-10 kemudian akan menjadi pendahulu dari berbagai macam senjata api yang akan muncul kemudian. Pada tahun 1957, desain dasar AR-10 diubah skalanya dan dimodifikasi secara substansial oleh ArmaLite untuk mengakomodasi peluru kaliber .223 Remington, dan lalu diberi nama sebagai ArmaLite AR-15. Pada tahun 1959, ArmaLite menjual haknya atas AR-10 dan AR-15 kepada Perusahaan Manufaktur Colt karena kesulitan keuangan, dan keterbatasan dalam hal tenaga kerja dan kapasitas produksi. Setelah dilakukan modifikasi (terutama, pengokang yang awalnya ditempatkan pada bagian bawah pegangan pembawa/carrying handle AR-10 ke bagian belakang receiver senapan), senapan yang sudah didesain ulang kemudian diadopsi oleh militer AS sebagai senapan M-16. Colt kemudian terus menggunakan merek dagang AR-15 untuk lini senapan semi-otomatis saja, yang dipasarkan kepada para pengguna sipil dan penegak hukum sebagai senapan Colt AR-15.

Armalite AR-10 model Portugis dengan teleskop. Meski bisa dibilang gagal dalam pemasarannya, namun senapan AR-10 telah mengilhami pembuatan keluarga senapan M-16 yang mendunia. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)

SEJARAH PENGEMBANGAN

Karir ArmaLite dimulai dari perusahaan teknik kecil yang didirikan oleh George Sullivan, penasihat paten untuk Lockheed Corporation, dan Charles Dorchester, insinyur dengan background ilmu penerbangan. Mereka berdua kemudian mendirikan perusahaan baru, S-F Projects pada tahun 1952, untuk mengembangkan senapan Sniper ringan untuk pasukan para. Dua tahun kemudian pada bulan Oktober 1954, S-F Projects diakuisisi oleh Richard Boutelle, seorang pecinta senjata dan Presiden Fairchild Engine and Aircraft Corporation. Uang pembelian itu didapat dari anggaran penelitian dan pengembangan Fairchild. Pada tanggal 1 Oktober 1954, perusahaan tersebut diberi nama baru sebagai ArmaLite Corporation, yang kemudian menjadi subdivisi dari Fairchild selama 8 tahun kedepan. Dengan modal terbatas dan bengkel mesin kecil, ArmaLite tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi produsen senjata. Perusahaan ini lebih berfokus pada pembuatan konsep dan desain senjata kecil untuk dijual atau dilisensikan ke produsen lain. Produk pertama perusahaan ini, yakni AR-1 dan AR-3, tidak pernah masuk produksi, tetapi mereka membuktikan kelayakan konsep yang menggunakan desain dan bahan-bahan modern. Sullivan kemudian menyewa sebuah bengkel mesin kecil di Hollywood, California, mempekerjakan beberapa karyawan, dan mulai mengerjakan sebuah prototipe senapan survival ringan untuk digunakan oleh para awak pesawat yang jatuh. Saat menguji prototipe desain senapan survival Armalite AR-5 di lapangan tembak lokal Topanga Canyon Shooting Range di luar kota Angeles, Sullivan bertemu Eugene Morisson Stoner, seorang perancang senjata ringan bekas ahli senjata Marinir Amerika. Sullivan lalu merekrut Stoner untuk menjadi kepala insinyur desain ArmaLite. Tanpa memiliki kualifikasi pendidikan teknik formal, Stoner telah memasuki industri teknik pesawat pada akhir tahun 1930-an, sebelum bergabung dengan Korps Marinir menjadi perwira persenjataan. Sejak meninggalkan Korps dan pindah ke California, Stoner telah mengerjakan serangkaian desain senjatanya sendiri, dan mengajukan beberapa diantaranya untuk menjalani pengujian oleh Korps Ordnance Amerika. Pada saat Stoner bergabung, ArmaLite Inc. adalah organisasi yang sangat kecil (hingga tahun 1956 hanya memiliki sembilan karyawan, termasuk Stoner). Dengan Stoner sebagai chief design engineer, ArmaLite kemudian dengan cepat merilis sejumlah konsep senapan unik. 

Senapan Para Sniper, AR-1, produk pertama perusahaan Armalite yang tidak pernah memasuki jalur produksi. (Sumber: https://www.historicalfirearms.info/)
Eugene Morisson Stoner, perancang senjata muda potensial, yang digaet Armalite sebagai kepala desain perusahaan baru itu. (Sumber: https://www.historicalfirearms.info/)

Stoner bergabung dengan ArmaLite bertepatan dengan pengembangannya dari apa yang disebutnya sebagai desain senapan M-8, sebuah “autorifle” yang kemudian dikenal sebagai X-01. Senapan ini menembakkan peluru kaliber .30-06 (seperti yang digunakan pada senapan otomatis ringan BAR, standar militer Amerika), bukan peluru kaliber .308 T65, yang saat itu baru dalam proses pengembangan. Peluru ini lalu disimpan dalam magazine senapan BAR. Ini kemudian menjadi langkah pertama Stoner dalam proses menuju desain senapan AR-10. Sementara X-01 berbeda cukup jauh dari AR-10 yang lebih baru, senapan ini telah menampilkan profil in-line, rotating bolt dan sistem direct gas impingement yang lalu akan tetap menjadi ciri khas senapan rancangan Stoner. Popornya berbentuk tabung dengan pelat penahan yang ditambahkan pada bagian belakang. X-01 menggunakan baja yang dipress dan memiliki bagian yang terbuat dari kayu, bukan aluminium dan plastik komposit yang nantinya akan digunakan oleh senapan yang dibuat selanjutnya. Meskipun demikian berat kosongnya masih di bawah 8 lbs (3,6 kg), lumayan untuk senapan yang menembakkan peluru kaliber .30-06, dan jauh lebih ringan dari M1 Garand. Selama tiga tahun berikutnya, para teknisi ArmaLite akan menggunakan X-01 rancangan Stoner untuk membuat senapan tempur ringan revolusioner, yang akan bersaing dengan senapan FN FAL buatan Belgia yang ikonik, M-14 Amerika, dan G3 asal Jerman. Prototipe X-02 dan X-03 berikutnya yang dikembangkan Stoner telah meninggalkan desain baja kotak dan menuju ke arah desain senapan yang lebih ergonomis dengan bahan fiberglass modern dan furnitur polimer, yang dikembangkan oleh Tom Tellefson dari ArmaLite, serta receiver dari forged aluminium yang dipelopori oleh George Sullivan. X-02 kemudian merupakan prototipe AR-10 pertama yang dilengkapi dengan peluru T65 kaliber 7.62x51mm yang baru dan X-03 memperkenalkan carrying handle yang akan menjadi ciri khas AR-10 dan AR-15/ yang lebih baru (keluarga M-16) di masa depan. X-03 lalu dinamai ulang sebagai AR-10A, karena ArmaLite terus mendorong untuk menciptakan senapan tempur paling ringan yang mereka bisa buat. AR-10A memiliki receiver atas dan bawah yang berbahan aluminium tempa, yang membuat senapan itu menjadi mahal untuk diproduksi tetapi lebih ringan dan lebih kuat. Pada titik ini senapan masih memiliki charging handle di sisi kanan dan tabung gas yang mengalir di sepanjang sisi laras, bukan di atasnya. ArmaLite kemudian juga mulai bereksperimen dengan perangkat muzzle device mereka pada pertengahan tahun 50-an. Pada tahun 1956, Stoner mematenkan magazine “waffle” aluminium (US #2.903.809) yang akan digunakan oleh AR-10 yang diproduksi kemudian. Selanjutnya, pada bulan Agustus 1956, Stoner mematenkan sistem direct impingement and rotating bolt and carrier, dengan patennya (US #2.951.424) baru diberikan kemudian pada tahun 1960.

Prototype AR-10A. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)
Paten untuk sistem gas impingement rancangan Stoner tahun 1956, yang baru resmi didapat pada tahun 1960. Sistem gas impingement, kemudian akan menjadi ciri khas dari senjata rancangan Stoner. (Sumber: https://www.historicalfirearms.info/)

Prototipe pertama dari senapan kaliber 7,62 mm AR-10 muncul selama tahun 1955 dan awal tahun 1956. Pada saat itu, Angkatan Darat Amerika Serikat sedang menguji beberapa senapan untuk menggantikan senapan semi otomatis M1 Garand yang sudah usang. M1 Garand adalah senapan yang populer digunakan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II. Serba guna, andal dan dicintai, serta dipuji oleh Jenderal George S. Patton, Jr., sebagai “peralatan tempur ‘terpenting’ yang pernah diciptakan.” M1 terus menjadi senapan standar Amerika hingga perang Korea di dekade 1950-an, namun selepas perang, waktunya telah tiba ketika militer A.S., dengan berkembangnya teknologi senjata api, memutuskan untuk mengganti M1 dengan senapan baru. Pihak militer menginginkan senapan yang mampu menembak lebih cepat dan bisa menembak otomatis sepenuhnya, namun tetap akurat dan ringan, di samping menambahkan beberapa peningkatan lainnya, termasuk penggunaan magazine kotak sebagai ganti sistem klip seperti yang digunakan pada Garand. Sementara itu, pembentukan NATO setelah Perang Dunia II telah menyatukan negara-negara sekutu Eropa Barat untuk menanggapi meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh Uni Soviet yang agresif. Salah satu upaya untuk membantu menyatukan kepentingan militer mereka, NATO kemudian membentuk “Rifle Steering Committee” untuk mengembangkan senapan standar yang akan digunakan oleh pasukan negara-negara NATO. Para produsen senjata api lalu mulai menerima undangan untuk memproduksi prototipe senapan untuk diuji coba, mengadu desain mereka satu sama lain dalam serangkaian tes yang ketat untuk menentukan desain mana yang akan diadopsi oleh angkatan bersenjata negara-negara NATO. Pada tahun 1953 negara-negara NATO menyetujui peluru kaliber 7.62x51mm untuk digunakan senapan standar mereka, yang dikenal sebagai tipe “Senapan Tempur (Battle Rifle)”. Beberapa pembuat senjata kemudian mengirimkan desain Battle Rifle-nya. T44E4 dan T44E5 yang lebih berat buatan Springfield Armory pada dasarnya adalah versi pembaharuan Garand, dengan memodifikasi kamar peluru senapan Garand untuk bisa menggunakan peluru baru kaliber 7,62 mm. Sementara itu, saingannya Fabrique Nationale meluncurkan FN FAL mereka sebagai T48. 

Senapan semi otomatis M1 Garand yang legendaris dan terpercaya sudah membutuhkan pergantian pada pertengahan tahun 1950an. (Sumber: https://nationalinterest.org/)
Gambar prajurit Marinir Amerika (USMC) sedang menguji senapan FAL (dikenal pula sebagai T48) untuk kemungkinan diadopsi untuk menggantikan senapan M1 Garand. (Sumber: https://looserounds.com/)
Senapan T44 buatan Springfield Armory, yang nantinya akan diadopsi sebagai senapan M-14, dalam kompetisi yang dianggap kontroversial. (Sumber: https://www.m14forum.com/)

Pada bulan Maret 1956, Korps Persenjataan (Ordnance) Angkatan Darat A.S. memberi ArmaLite dan Fairchild tawaran yang tidak terduga. Setelah peluncuran AR-10A, beserta publisitas yang mengelilinginya, Korps Ordnance berusaha untuk memperoleh hak pengembangan dan produksi untuk AR-10 dengan ArmaLite ditetapkan untuk mendapatkan royalti bagi setiap senapan yang dibuat. ArmaLite, bagaimanapun, menolak tawaran itu karena takut Angkatan Darat akan menggunakan ini sebagai cara untuk mengubur dan meninggalkan desain AR-10. Seperti yang diungkapkan oleh Joseph Putnam Evans dalam bukunya, The ArmaLite AR-10, hal ini kemungkinan berkontribusi pada kebencian Korps Ordnance selanjutnya terhadap ArmaLite. Desain AR-10 lalu ditingkatkan secara bertahap lewat pengujian dan berusaha memenuhi permintaan serta persyaratan pihak pemerintah. Langkah selanjutnya menuju senjata versi produksi, yakni AR-10B, muncul pada bulan April 1956. Versi ini memperkenalkan layout baru, dengan dua pin, receiver atas dan bawah yang terpisah dengan popor. Charging handle juga dipindahkan ke bagian atas receiver, di dalam carrying handle, dan tidak lagi bersifat bolak-balik seperti pada prototipe sebelumnya. Mungkin perubahan yang paling (berakibat) fatal, adalah AR-10B baru ini menggunakan laras komposit baja dan aluminium, yang digunakan pada senapan Para Sniper dari S-F Projects sebelumnya. Pemilihan ini dikhawatirkan Stoner akan bisa menyebabkan komponen laras pecah, merusak akurasi dan berpotensi meledak saat digunakan dalam mode tembakan cepat. Tapi keberatan ini tidak dihiraukan. ArmaLite AR-10 yang terlambat memasuki kompetisi, kemudian dengan tergesa-gesa mengirimkan dua senapan AR-10 versi “produksi” buatan tangan berdasarkan prototipe keempat pada musim gugur 1956 ke Springfield Armory Angkatan Darat Amerika Serikat untuk menjalani pengujian di akhir tahun itu. Prototipe AR-10 (semuanya ada empat) menampilkan desain popor garis lurus, pembidik tinggi yang kokoh, flash suppressor dan kompensator recoil yang terbuat dari aluminium besar, serta sistem gas yang dapat disesuaikan. Pada prototipe keempat dan terakhir, receiver bagian atas dan bawah berengsel dilengkapi pin pencopot, yang sekarang sudah dikenal, dan pengokang yang tidak terpasang pada bolt carrier. Untuk senapan kaliber 7.62mm NATO, prototipe AR-10 sangat ringan dengan berat kosong hanya 6,85 lb (3,1 kg). Komentar awal dari staf penguji Springfield Armory cukup positif, dan beberapa penguji berkomentar bahwa AR-10 adalah senapan otomatis ringan terbaik yang diuji oleh pihak Armory.

Prototype Nomor 1 dengan popor tubular. (Sumber: https://smallarmssolutions.com/)
Prototype Nomor 2 dengan Carrying Handle. (Sumber: https://smallarmssolutions.com/)
Prototype nomor 3 dengan muzzle compensator. (Sumber: https://smallarmssolutions.com/)

Selama uji ketahanan, salah satu senapan uji mengalami kegagalan pada kompensator senapan dan panas akibat tingkat penembakan yang tinggi membengkokkan tabung gas-nya. Laras senapan yang terbuat dari bahan komposit aluminium / baja (desain prototipe yang belum pernah dicoba, yang ditentukan untuk digunakan dalam tes oleh presiden ArmaLite, George Sullivan, tanpa menghiraukan keberatan keras dari Stoner) benar-benar meledak dalam tes berat yang dilakukan oleh Springfield Armory pada bulan Februari 1957. Senapan, No.1002, telah menembakkan 5.564 peluru selama program pengujian. Kegagalan ini menyebabkan laras meledak di bagian tengah handguard, sementara operator senapan itu sendiri untungnya tidak terluka. Penyelidikan dari sisi metalurgi menunjukkan 416 SS liners tidak dapat menangani penembakan yang dilakukan terus menerus. Seluruh permukaannya terlihat ditutupi dengan retakan. ArmaLite lalu dengan cepat menggantinya dengan laras baja konvensional, tetapi kerusakan fatal telah terjadi. Springfield Armory melaporkan bahwa senapan buatan ArmaLite “tidak memuaskan sebagai senapan militer” dengan laporan akhir mereka, yang diterbitkan pada Februari 1957, menyatakan senapan itu tidak aman dan mengalami serangkaian kegagalan, sembari menyatakan bahwa dibutuhkan waktu “lima tahun atau lebih untuk pengetesan sebelum senapan tersebut siap untuk diadopsi”. Sementara ArmaLite keberatan atas pernyataan ini, jelas bahwa AR-10, senapan baru yang masih dalam tahap prototipe ini, berada pada posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan desain para pesaing, yang punya waktu pengembangan yang lebih lama. Sementara itu, pada tahun 1957, pasukan infanteri Angkatan Darat AS sudah sangat membutuhkan senapan infanteri modern yang diberi magazine untuk menggantikan M1. Pada akhirnya, Angkatan Darat memilih desain konvensional T44, yang kemudian mulai diproduksi sebagai senapan M-14 pada tahun 1957. Pada tahun yang sama, ArmaLite menyelesaikan sekitar 50 senapan AR-10 produksi di bengkelnya untuk digunakan sebagai model demonstrasi untuk agen penjualannya, termasuk Samuel Cummings,  seorang pedagang senjata internasional yang terkenal. Upaya untuk menyelesaikan lima puluh senapan ini dengan tergesa-gesa menghasilkan beberapa unit yang dirakit dengan ekstensi laras yang tidak dikerjakan dengan benar, sebuah cacat yang tidak diketahui pada saat itu. Senapan produksi yang dibuat di bengkel ArmaLite di Hollywood ini kemudian dikenal sebagai model Hollywood. Sementara itu, pada tahun 1958, M-14 secara diadopsi oleh Angkatan Darat AS, dengan senapan pertamanya diterima militer Amerika pada musim panas tahun 1959. M-14 tidak akan digunakan dalam operasi militer sesungguhnya sampai intervensi AS di Vietnam dan Perang Saudara di Republik Dominika, pada tahun 1965, (ironisnya) bersama dengan keturunan AR-10 berkaliber 5.56x45mm, yakni AR-15.

AR-10B yang sudah mendekati desain versi produksi. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)
AR-10 dibongkar oleh Springfield Armory selama proses evaluasi. Dalam pengujian awal AR-10 sebenarnya cukup menjanjikan dengan akurasi dan bobotnya yang ringan. (Sumber: https://gunivore.com/)
Sebuah foto dari uji coba yang dilakukan oleh Springfield Armory menunjukkan laras komposit dari prototype AR-10 Nomor 1002 yang meledak. Kecelakaan ini menjadi awal dari sukarnya pemasaran senapan ini di kemudian hari. (Sumber: https://www.americanrifleman.org/)

DETAIL DESAIN

AR-10 adalah senapan ringan, berpendingin udara, dilengkapi magazine, dan dioperasikan dengan gas yang menggunakan sebuah piston di dalam bolt carrier-nya dengan mekanisme penguncian rotary bolt. Senapan ini memiliki tata letak yang konvensional; dengan memiliki popor in-line, receiver berbahan aluminium alloy dan pegangan pistol, handguard, dan buttstock yang diperkuat fiberglass. Sebagai bagian dari filosofi desain penghematan bobot, dalam US Patent 2.951.424 perancang menunjukkan bahwa: “Dengan memiliki bolt carrier bertindak sebagai silinder yang bergerak dan bolt bertindak sebagai piston stasioner, kebutuhan akan tabung gas konvensional, piston dan actuating rod assembly bisa dihilangkan.″ Sementara itu, meskipun sebagian besar merupakan desain yang benar-benar baru, AR-10 dibangun berdasarkan konsep senjata yang telah terbukti sebelumnya. Dari desain senapan FN FAL diambil sistem receiver berengsel yang memungkinkan senapan dibuka untuk dibersihkan seperti halnya break-action shotgun. Penutup pada port ejeksi pelurunya mirip dengan yang ditemukan pada senapan serbu StG44 era Perang Dunia II dari Jerman. Mekanisme penguncian bolt AR-10 mirip dengan senapan M1941 Johnson (itu sendiri merupakan adaptasi dari bolt Remington Model 8 yang dirancang Browning). Dari senapan mesin ringan MG 13, senapan otomatis FG 42 dari Jerman dan senapan mesin M1941 Johnson muncul ide tata desain popor bergaris lurus (segaris dengan laras senapan). Recoil dari desain semacam ini meningkatkan pengendalian senjata selama penembakan pendek (burst) atau penembakan otomatis dengan mengurangi naiknya laras akibat hentakan penembakan. Metode penguncian rotating bolt, recoil garis lurus, dan serta sistem operasi berdasarkan gas pada akhirnya meningkatkan akurasi bawaannya dari AR-10.

Detail mekanisme senapan AR-10. (Sumber: http://www.ar10.nl/)
Detail AR-10 saat dibongkar. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Tampilan jarak dekat dari laras dan sistem gas DI senapan AR-10 yang dibongkar. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sistem kerja AR-10 asli (kemudian dikembangkan menjadi senapan ArmaLite AR-15 dan M16) yang dirancang oleh Eugene Stoner biasanya disebut sistem direct impingement, tetapi tidak menggunakan sistem direct impingement konvensional. Dalam U.S. Patent 2.951.424, perancang menyatakan: Terobosan dalam sistem ini adalah true expanding gas system dan bukan sistem impinging gas konvensional.″ Sistem gas, bolt carrier, dan desain penguncian bolt adalah hal baru untuk saat itu. Sebagian besar senapan yang dioperasikan dengan sistem gas mengalihkan gas penembakan dari port di laras ke piston dan susunan silinder yang berdekatan dengan port. Keunggulan dari sistem direct impingement adalah bahwa sistem ini meringankan senapan, menghilangkan kebutuhan akan sistem gas yang dioperasikan dengan piston yang lebih tradisional, dengan bagian-bagian berat seperti operating rod tidak lagi diperlukan. Dalam desain Stoner, setelah penembakan, gas bergerak dari port dekat bagian tengah laras melalui tabung baja kembali ke receiver. Gas memasuki ruang di dalam bolt carrier yang terbentuk antara bagian belakang bolt dan bagian dalam bolt carrierBolt di dalam bolt carrier dilengkapi dengan cincin piston untuk menampung gas. Setelah bolt carrier bergerak sedikit ke belakang, kelebihan gas dibuang melalui lubang di sisinya, sembari membuka pengunci boltGrup bolt kemudian akan mengeluarkan selongsong peluru bekas penembakan dari kamar peluru, dan saat didorong melawan tekanan yang meningkat pada buffer dan pegas di dalam popor, akan mulai bergerak maju lagi, mengambil peluru baru dari kotak peluru dan memasukkannya ke dalam kamar peluru, dengan demikian siklus yang ada akan menyiapkan senjata untuk dapat ditembakkan lagi. Senapan ini disebut sangat nyaman untuk digunakan. Dalam posisi siap menembak, ibu jari akan menggerakkan tuas selector dan jari lainnya menggerakkan tombol pelatuk dan pelepas magazine. Tangan kiri kemudian menggerakkan pengunci bolt dan cocking handle yang terletak di dalam carrying handle di atas senapan. Tangan kiri juga dapat digunakan untuk memasukkan dan melepas magazine. Sementara itu, penggunaan bolt dan bolt carrier untuk aksi terpisah dari sebuah piston dan silinder gas ini menyederhanakan konstruksi dan menghemat bobot. Pergerakan bolt carrier yang sejalan dengan bagian dalam larasnya, sangat meningkatkan akurasi, serta menjaga senapan tetap pada sasaran saat senjata ditembakkan. Karena popor yang memiliki garis lurus dan menempatkan mata penembak jauh di atas laras, perangkat pembidik senapan dipasang tinggi, dengan pembidik bagian belakang terdapat dalam pegangan pembawa senapan (carrying handle) yang juga melindungi tuas pengokang.

Bolt dari AR-10. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Pembidik belakang AR-10. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Detail trigger AR-10. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)

Receiver senapan terbuat dari aluminium yang ditempa dan dibentuk untuk mengurangi bobot. Bolt dibuat mengunci ke ekstensi pada bagian laras alih-alih receiver, yang memungkinkan dibuatnya receiver yang ringan tanpa mengorbankan kekuatan mekanisme penguncian bolt. Pada beberapa prototipe senjata, laras all-aluminium (“Sullaloy“) dipasang atas desakan George Sullivan – presiden ArmaLite – meskipun setelah tes di Springfield Armory tahun 1957, semua AR-10 yang produksi dilengkapi dengan laras baja standar. Kemudian popor terbuat dari bahan komposit fenolik yang diperkuat fiberglass dengan inti busa plastik kaku. Handguard dan pegangan pistol juga terbuat dari plastik yang diperkuat fiberglassFairchild adalah produsen pesawat terbang, dimana penggunaan plastik, titanium, dan aluminium merupakan hal yang umum di industri pesawat terbang pada saat itu, meskipun umumnya tidak digunakan dalam senjata api. Beberapa prototipe eksperimental varian dari AR-10 yang disuplai dengan sabuk peluru sempat dikembangkan oleh ArmaLite dan para insinyur A.I. Senapan jenis ini lalu secara informal dinamai sebagai AR-10 LMG. Dalam satu versi, sabuk peluru terhubung ke kotak amunisi berkapasitas 250 butir yang dibawa di punggung prajurit pengguna. Semua prototipe senapan yang disuplai dengan sabuk peluru diketahui mengalami banyak masalah dengan malfungsi pada sistem pengisian peluru dan berbagai kerusakan pada bagian-bagiannya. Masalah ini tidak pernah sepenuhnya diselesaikan selama tahap pengembangan senjata, yang berakhir dengan pemutusan kontrak produksi A.I. Akibatnya, tidak ada varian AR-10 LMG yang pernah dijual.

Varian AR-10 LMG yang gagal. (Sumber: https://www.historicalfirearms.info/)

VARIAN TURUNAN

Seri ArmaLite AR-10B

Pada tahun 1995, mantan perwira Angkatan Darat Mark Westrom, pemilik Eagle Arms, membeli merek ArmaLite dan perusahaan itu lalu berubah nama menjadi ArmaLite Inc. Tak lama kemudian, ArmaLite Inc. memperkenalkan seri senapan AR-10B khusus semi-otomatis yang sepenuhnya baru. Khususnya, AR-10B tidak dirancang menggunakan rancangan gambar AR-10 asli dari ArmaLite atau Artillerie Inrichtingen, melainkan didasarkan pada senapan AR-15A2, dengan bagian-bagian yang telah diperbesar atau didesain ulang sesuai kebutuhan untuk dapat menembakkan amunisi 7,62x51mm NATO (. 308 Winchester). Prototipe AR-10B terdiri dari beberapa sub-komponen individu yang diuji pada receiver bawah khusus yang terbuat dari dua lempengan aluminium yang dipasang pada rakitan receiver bagian atas dari senapan penembak jitu Knight’s Armament Company SR-25, dan prototipe yang dibuat menggunakan analisis komputer. Prototipe penuh dari AR-10B adalah senapan pertama yang meluncur dari jalur produksi. Sejak tahun 1995, perusahaan ArmaLite yang baru juga telah memasukkan berbagai peningkatan desain dan teknik lainnya pada senapan AR-10, termasuk magazine baja yang baru dirancang berdasar dari model yang digunakan pada senapan M-14 standar AS. ArmaLite AR-10 saat ini ditawarkan dalam beberapa versi termasuk varian senapan A2 dan A4 atau karabin dengan popor yang dapat dilipat, model target (AR-10T), AR-10B “retro” dengan handguard dan tuas cocking gaya AR-10 Sudan (produksi terbatas) dan satu versi yang menggunakan munisi kaliber 300 Remington SAUM. Pengguna dari senapan ini termasuk Ontario Provincial Police Tactics and Rescue Unit.

ArmaLite AR-10T. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Seri New ArmaLite AR-10

Setelah memperkenalkan model AR-10B pada tahun 1996 yang beralih dari ke magazine M-14 yang telah dimodifikasi, ArmaLite memperkenalkan kembali pola magazine asli mereka pada model AR-10A baru mereka pada tahun 2012 (juga disebut sebagai magazine pola SR-25). ArmaLite menawarkan banyak jenis munisi lain untuk dipakai oleh senapan AR10 mereka, diantaranya termasuk: .243 Winchester, .260 Remington, 6.5mm Creedmoor, 7mm-08 Remington, dan .338 Federal. Produsen dari laras ini termasuk Ballistic Advantage, Wilson Combat, dan DPMS Panther Arms.

Armalite AR-10A baru. (Sumber: https://www.thetruthaboutguns.com/)

Senapan ArmaLite jenis kaliber .308/7.62×51 lainnya 

Sementara ArmaLite Inc. memegang merek dagang standar Amerika dengan nama “AR-10”, pabrikan senapan lainnya saat ini memproduksi senapan auto-loading berkaliber 7.62x51mm NATO yang umumnya didasarkan pada desain AR-10. Senapan ini berbeda dari senapan ArmaLite AR-10 yang ada saat ini dan versi aslinya, beberapa dalam dimensi lebih kecil, yang membuat Armalite AR10B tidak semodular seperti senjata api berbasis senapan AR lainnya. Beberapa dari perusahaan ini menawarkan versi dan pilihan mode penembakan dalam kaliber yang berbeda-beda, seperti:

Senapan Penembak Jitu SR-25. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

DINAS OPERASIONAL 

Sementara AS menolak keras desain AR-10 baru yang aneh dan memilih mengadopsi M-14 (keputusan yang membuat marah sekutu NATO, mungkin disebabkan karena beberapa keputusan politik berkaitan dengan disingkirkannya proposal FAL selama proses uji coba yang sama), ArmaLite tidak sepenuhnya putus asa. Pada tanggal 4 Juli 1957, Fairchild ArmaLite menjual lisensi manufaktur selama lima tahun untuk AR-10 kepada produsen senjata Belanda, Artillerie Inrichtingen (A.I.). Perusahaan ini dimiliki bersama oleh pemerintah Belanda dan industri swasta. Direktur A.I, Fried Jungeling, pertama kali mendengar tentang senapan itu dari artikel Majalah Times berjudul “The Aluminium Rifle“. Dengan pabrik dan fasilitas produksi yang besar, A.I. dapat memproduksi senapan ArmaLite dalam jumlah besar, yang mana Fairchild harapkan akan diikuti dengan berbagai pesanan berikutnya. Kontrak tersebut menyatakan bahwa A.I. akan memproduksi senapan yang dilisensikan dari ArmaLite dan akan dijual melalui agen mereka. Mereka akan membayar royalti untuk setiap senapan yang diproduksi dan membuat 2000 senapan dalam waktu satu tahun sejak penandatanganan perjanjian ini dan kemudian 10.000 per bulan setelahnya. AR-10 kemudian dievaluasi oleh sejumlah negara di mana ia lagi-lagi dikalahkan oleh pesaing-pesaingnya, termasuk di: Jerman Barat (oleh G3), di Austria (oleh FN FAL), di Belanda (sekali lagi oleh FAL), oleh BM-59 Beretta di Italia, dan di Finlandia di mana meskipun didesain ulang untuk bisa menembakkan peluru kaliber 7.62x39mm Soviet, ia dikalahkan oleh tiruan AK-47 (RK-62). Alasan ketidakmampuan ArmaLite dan A.I. untuk merebut kontrak ini bervariasi dari satu negara ke negara lain tetapi alasannya termasuk biaya dan beberapa masalah kontrol kualitas, tetapi yang paling umum AR-10 adalah korban perselisihan politik dan birokrasi baik di luar negeri maupun di Belanda. Pada tahun 1957, Cummings mendapatkan pesanan sebanyak 7.500 senapan AR-10 dari Nikaragua, dengan pengiriman awal 1.000 senapan yang akan dikirimkan sebelum bulan Januari 1958. Perintah itu bergantung pada keberhasilan penyelesaian tes ketahanan penembakan 7.500 peluru. Dengan persediaan AR-10 yang terbatas, Cummings kemudian meninggalkan senapan demonstrator pribadinya kepada pimpinan komandan militer Nikaragua, Jenderal Anastasio Somoza, yang secara pribadi melakukan uji coba ketahanan senapan ini. Sementara Jenderal Somoza menembakkan senapan ini untuk percobaan, bolt yang dipasang di atas ejector terlepas dan terbang melewati kepala Somoza. Jenderal ini dengan marah lalu mengembalikan AR-10 Cummings dan membatalkan seluruh pesanan Nikaragua. Senapan model Hollywood yang tersisa kemudian diperiksa dan dipasang kembali seperlunya dengan suku cadang baru untuk mencegah terulangnya kegagalan lug bolt, tetapi pesanan dari Nikaragua hilang untuk selamanya.

Fried Jungeling dengan AR-10 nomor 000001, senapan pertama produksi A.I. tahun 1958. (Sumber: http://www.ar10.nl/)
Jenderal Anastasio Somoza, yang membatalkan AR-10 pesanan Nikaragua setelah mengalami kecelakaan saat menguji senapan ini. (Sumber: https://gunivore.com/)
Tentara Jerman Barat menguji AR-10 varian awal. Di Jerman Barat AR-10 dikalahkan oleh senapan G-3 buatan lokal dalam kompetisi. (Sumber: https://www.nrablog.com/)

Para pejabat A.I., sementara itu menemukan sejumlah masalah manufaktur dan produksi versi Hollywood dari AR-10, yang semuanya harus diselesaikan sebelum produksi skala besar dapat dimulai. Selain merancang dan membangun perkakas untuk senapan, desain harus dikonversi ke dimensi metrik dan subkontraktor harus ditemukan untuk dapat memasok bahan baku atau untuk membuat bagian-bagian komponen. ArmaLite juga terus mengirimkan ke A.I. permintaan peningkatan spesifikasi produk yang dihasilkan, termasuk perangkat regulator yang dapat disesuaikan, tabung gas yang diposisikan ulang, dan three-prong flash suppressor baru. Aksesori seperti flash hider, dudukan bayonet, sling swivel (tali gantungan senapan), dan sight graduations juga harus dirancang ulang. Para sejarawan senjata api kemudian telah membagi senapan produksi AR-10 di bawah lisensi A.I. menjadi setidaknya tiga versi dasar yang dapat diidentifikasi, bersama dengan berbagai desain dan senapan olahraga, karabin, serta senapan eksperimental lainnya. Tiga varian utama lalu disebut sebagai AR-10 model Sudan, Transitional, dan model Portugis. A.I. membuat semua varian senapan ini, dimulai dengan AR-10 model Sudan. Pada tahun 1958, Angkatan Darat Sudan awalnya ingin mengganti senapan bolt-action Lee-Enfields mereka dengan FN FAL buatan Inggris (kode L1A1) tetapi setelah Sam Cummings mendemonstrasikan AR-10, mereka segera memesan senapan Amerika yang baru ini. Sudan tercatat memesan 2.508 senapan untuk unit elit pasukan pertahanan mereka, dengan sebuah kontrak senilai sekitar $2,8 juta. Dokumen-dokumen yang disimpan oleh Museum Militer Belanda kemudian mengkonfirmasi bahwa senjata-senjata ini dikirim pada tahun 1960. Model Sudan dilengkapi dengan laras baja bergalur yang sangat ringan, prong-style flash suppressor, sebuah bayonet lug, furnitur fiberglass ringan, dan ukuran pada pembidik dalam bahasa Arab. Model Sudan beratnya hanya 3,3 kg (7,3 lb) dengan magasin kosong. Harganya, termasuk perlengkapan pembersih dan empat magazine, adalah US$225 per senapan. Sementara itu, semua AR-10, baik yang diproduksi oleh ArmaLite atau oleh A.I., menggunakan magazine ‘waffle‘ aluminium ringan berkapasitas 20-peluru yang dirancang Stoner dengan sisi bergelombang, dan dimaksudkan untuk dapat dibuang dalam pertempuran setelah dikosongkan. Karena magazine-nya yang ringan, prajurit pengguna AR-10 akan dapat membawa lebih banyak amunisi dalam magazine cadangan dibandingkan dengan senapan yang sudah ada sebelumnya. 

AR-10 model Sudan dengan prong-style flash suppressor. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)
ArmaLite AR-10 asli dengan magazine “wafel”. (Sumber: https://www.nrablog.com/)
Pembidik belakang AR-10 Portugis (kiri) dan versi Sudan (kanan). Versi Sudan menggunakan ukuran dalam bahasa Arab. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)

Produksi AR-10 sangatlah terbatas, meskipun Guatemala, Burma, Italia, Kuba, Sudan dan Portugal semuanya membeli senapan AR-10 untuk dibuat terbatas bagi pasukan militer mereka. Senapan AR-10 Sudan sering digunakan dalam bentrokan dengan pasukan gerilya dan konflik dengan negara-negara tetangga, dan beberapa senapan yang dirampas akhirnya digunakan secara tidak resmi dengan berbagai tentara negara-negara Afrika, militer kolonial, polisi, serta pasukan gerilya. AR-10 tetap digunakan aktif oleh Pasukan Khusus Sudan hingga tahun 1985. Pada tahun 1958, varian peluru kaliber 7,62x39mm khusus dari AR-10 Sudan diproduksi dalam jumlah yang sangat kecil untuk evaluasi oleh militer Finlandia dan Jerman. Pada tahun yang sama, AR-10 dengan laras sepanjang 16″ dikembangkan sebagai tanggapan atas permintaan KLM Airlines untuk senapan karabin yang dapat diberikan kepada kru mereka untuk penerbangan transpolar sebagai bagian dari perlengkapan bertahan hidup di Arktik, dan sekitar 30 karabin akhirnya diproduksi. Sejumlah AR-10 versi Transitional juga dilengkapi dengan bipod lipat yang dirancang untuk diletakkan rata di bawah pegangan senapan bagian depan. Belanda diketahui membeli lebih dari 250 AR-10, Burma memesan 200, India dan Austria masing-masing membeli lebih dari 30 untuk pengujian. Jerman Barat membeli hampir 150 untuk pengujian dan 450 lainnya juga dijual ke Guatemala.

AR-10 versi Transitional . (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)
Dudukan bayonet pada senapan AR-10. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)

Italia awalnya membeli beberapa senapan ini untuk proses evaluasi tetapi pada awal tahun 1962, karena ijin produksi A.I. akan segera berakhir, COMSUBIM Italia, unit komando elit pasukan katak Italia, setelah sebelumnya membeli sekitar 500 senapan, mengambil 60 AR-10 terakhir yang tersisa di pabrik. Dengan demikian COMSUBIM adalah pelanggan terakhir A.I. Di sisi lain, yang mungkin tidak terduga adalah pemerintah Batista di Kuba, yang memesan 100 senapan model “Transitional” pada tahun 1958. Pesanan Kuba dikirim ke Havana, tetapi pada bulan Desember 1958 Pasukan Fidel Castro mengambil alih negara itu, termasuk gudang senjata yang menyimpan AR-10 kiriman. Pada tahun 1959, sebagai tanggapan atas surat dari agen penjualan ArmaLite Sam Cummings, Castro mengundang Cummings ke Havana untuk membahas pembayaran senapan AR-10, yang sudah dikirimkan. Fidel, saudaranya Raúl, dan Che Guevara kabarnya menguji coba AR-10 di luar Havana. Terkesan oleh daya tembak senjata tersebut, Castro membayar Cummings untuk semua 100 senapan itu. Namun, hubungan yang memburuk dengan cepat antara Kuba dengan Amerika Serikat menghilangkan kemungkinan penjualan AR-10 di masa depan ke Kuba, dan Castro kemudian memberikan AR-10 bekas-Batista ke kelompok revolusioner Komunis dari Republik Dominika. Pada bulan Juni 1959, para pemberontak, yang dipimpin oleh perwira Kuba, menyerbu Republik Dominika. Para penyerbu berhasil dikalahkan oleh Tentara Dominika, dan senapan AR-10 dari bekas rezim Batista ditemukan di antara mayat-mayat para gerilyawan.

Mungkin satu-satunya foto personel COMSUBIN Italia yang pernah ada memegang senapan AR-10. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)
AR-10 Portugal dengan bipod. (Sumber: http://www.ar10.nl/)
AR-10 Portugis lengkap dengan bayonetnya. (Sumber: https://www.historicalfirearms.info/)

Desain dari Artillerie Inrichtingen yang terakhir dikenal sebagai AR-10 model Portugis. Versi terakhir ini menggabungkan semua hal yang telah dipelajari hingga saat itu tentang AR-10, termasuk berasal dari laporan penggunaannya di lapangan dan laporan uji coba yang pernah dilakukan. Selain menggunakan laras yang lebih berat dengan bagian dalam berlapis krom, bipod opsional, dan hanguard terbuat dari plastik/logam yang dapat dilepas (diambil dari model Transitional), varian Portugis memiliki bolt lug yang lebih lebar, ekstraktor yang lebih kuat, regulator gas dengan tiga posisi baru yang disederhanakan, dan sebuah cocking handle yang menampilkan forward bolt assist. Diperkirakan sekitar 4.000-5.000 AR-10 varian Portugis sempat diproduksi; hampir semuanya dijual ke Kementerian Pertahanan Nasional Portugis oleh pedagang senjata yang berbasis di Brussels, yakni SIDEM International pada tahun 1960. AR-10 secara resmi diadopsi oleh batalyon penerjun payung Portugis (Caçadores páraquedistas), dan senapan ini digunakan dalam pertempuran kontra-pemberontakan Portugal di Angola dan Mozambik. Dalam tes Angkatan Darat AS yang dilakukan di Aberdeen Proving Ground pada bulan November 1960, dan kemudian dalam dinas operasional Portugis, AR-10 memperoleh reputasi bagus untuk akurasinya (beberapa senapan mampu membuat tembakan terarah berdiameter 25 mm (1 inci) pada jarak 100 meter dengan amunisi standar). Pasukan terjun payung Portugis menemukan AR-10 tidak hanya akurat tetapi dapat diandalkan dalam pertempuran, meskipun digunakan dalam kondisi medan kasar di hutan dan sabana Afrika. 

Bersama Pasukan Portugis AR-10 memperoleh reputasi akan akurasi dan kehandalannya. (Sumber: https://www.historicalfirearms.info/)
Tentara Portugis di Angola dipersenjatai dengan senapan AR-10. Senapan ini dikenal handal dipakai di medan hutan dan sabana Afrika. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)

Beberapa model AR-10 Portugis dan Sudan menemukan jalan mereka dengan berbagai cara ke negara-negara Afrika terdekat; di Chad misalnya, AR-10 sangat dihargai oleh anggota Legiun Asing Prancis. Bagi salah seorang instruktur polisi di Kongo AR-10 dideskripsikan sebagai, “Senapan tempur yang baik, yang tidak pernah mengecewakan saya; agak terlalu panjang (tapi tidak seburuk FAL atau M-14) untuk digunakan dalam pertempuran rumah-ke-rumah, tapi bagus untuk menembak dalam jarak 400-800 meter, dan sangat bagus disandang, setelah berkeliaran sekitar 12-14 jam mencari musuh.” Beberapa AR-10 model Portugis dilengkapi dengan receiver atas yang sudah dimodifikasi oleh A.I. untuk dipasangi bidikan teleskopik dengan perbesaran 3× atau 3,6×. Senapan ini digunakan oleh penembak jitu yang menyertai patroli kecil untuk melenyapkan musuh individu pada jarak jauh di area terbuka. Sementara itu, senapan AR-10 lainnya digunakan oleh pasukan terjun payung dalam peran sekunder untuk meluncurkan granat senapan. Desain gas cutoff built-in dari AR-10 memungkinkannya untuk menembakkan granat senapan Energa tanpa penyesuaian pada sistem gas, dan sistem pengisian otomatis bahkan akan mengeluarkan peluru kosong bekas penembakan dan memuat peluru berikutnya, sehingga memungkinkan beberapa granat untuk ditembakkan dengan cepat. Bagaimanapun daya tolak balik tambahan berefek pada popor senapan, dan beberapa senapan varian Portugis dipasangi dengan popor logam untuk lebih bisa menahan ketegangan yang disebabkan oleh menembakkan granat berat.

A.I AR-10 dengan bayonet yang dipasang di atas dan granat anti-tank ENERGA. (Sumber: https://www.historicalfirearms.info/)
Caçadores páraquedistas dengan senapan AR-10 mereka. (Sumber: https://www.historicalfirearms.info/)

Model Portugis 961 adalah varian AR-10 paling baik yang dikembangkan oleh A.I. Cacadores Paraquedistas (infanteri ringan Airborne) menyukainya karena kesederhanaan, akurasi, dan efektivitasnya yang relatif bagus. Portugal awalnya memesan 1.555 senapan pada tahun 1960 dengan kemungkinan pesanan substansial lebih lanjut. Jumlah pasti senapan yang dipesan oleh Portugal sebenarnya bervariasi dari satu sumber ke sumber lainnya, dalam buku Black Rifle tulisan R. Blake Stevens & Edward C. Ezell menyebutkan jumlahnya 800 hingga 1.000 senapan, sementara sumber lain memesan sekitar 4.000 AR-10, yang tentunya akan membuatnya menjadi pesanan tunggal terbesar untuk senapan ini. Sebelum pesanan yang lebih besar dapat direalisasikan, pemerintah Belanda melakukan intervensi dan melakukan embargo penjualan senjata ke Portugal. Keputusan ini lalu terbukti menjadi “lonceng kematian” bagi A.I., dan AR-10. Terlepas dari berapa banyak yang dipesan dan dikirimkan, senapan ini banyak digunakan selama aksi kontra pemberontakan oleh militer Kolonial Portugal antara tahun 1961 dan 1974. Portugal saat itu menemukan dirinya bertempur di tiga front, yakni di Angola, Guinea Portugis dan Mozambik dengan pasukan dan sumber daya yang minim melawan kelompok pemberontak yang disokong komunis. Angola adalah koloni pertama yang melakukan pemberontakan pada tahun 1961 dengan ribuan orang dari Uniao das Populacoes de Angola menyapu kawasan pedesaan menyerang para petani kulit putih. Dua tahun kemudian Partai Kemerdekaan Guinea dan Tanjung Verde (PAIGC) bangkit dan memulai pemberontakan selama 11 tahun. Akhirnya pada tahun 1964 di Mozambik, Front Pembebasan Mozambik melancarkan revolusi mereka. Lebih dari sepuluh tahun senapan AR-10 dipergunakan secara ekstensif dalam beberapa kondisi yang paling sulit untuk berperang. Senjata itu sangat populer di kalangan pasukan Portugis, namun sayangnya hanya ada cukup senapan untuk melengkapi dua dari empat batalyon pasukan terjun payung di Afrika. Dua batalyon yang tersisa kemudian dipersenjatai dengan senapan tempur G3 asal Jerman. Sepanjang Perang Kolonial Portugis, Caçadores páraquedistas dan senapan AR-10 berada di tengah-tengah konflik dan terlibat dalam banyak misi terjun tempur, serangan helikopter dan melawan perang kontra pemberontakan yang putus asa.

Pasukan serbu udara Portugis diatas helikopter Aloutte menyandang senapan AR-10. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)
Dengan pesanan diperkirakan bisa mencapai 4.000 senapan, Portugal merupakan customer AR-10 terbesar. (Sumber: https://www.collezionareexordinanza.it/)

Pada awal tahun 1970-an, AR-10 yang digunakan Paraquedistas telah mengalami problem kesulitan memperoleh suku cadang, yang menjadi semakin langka. Tanpa adanya senapan baru yang bisa dibeli pada waktu itu, dan suku cadang yang sudah tidak lagi tersedia pada pertengahan 1960-an, angkatan udara Portugis lalu memproduksi suku cadang yang diperlukan untuk menjaga agar AR-10 pasukan mereka dapat terus digunakan. Penggunaan popor kayu sebagai pengganti jika ada furnitur bakelite yang asli menjadi rusak di lapangan menjadi suatu hal yang biasa terjadi. Pasukan terjun payung Portugis yang dikerahkan ke Afrika di tahun-tahun berikutnya kemudian menggunakan versi popor lipat dari senapan Heckler & Koch G3 buatan Jerman sebagai pengganti AR-10. Namun demikian, AR-10 terus beroperasi dengan beberapa unit Airborne Portugis. Pada tahun 1974 Portugis memperoleh berbagai keberhasilan dalam operasi kontra-pemberontakan mereka, setelah berhasil mendapatkan kembali kendali atas Angola dan Mozambik. Namun, di Guinea, Portugis mengalami kebuntuan dan menempatkan mereka ada di ambang kekalahan. Perang yang panjang, dan bisa dibilang sebagai Vietnam-nya Portugal ini pada akhirnya menyebabkan runtuhnya rezim Estado Novo yang telah memerintah Portugal sejak tahun 1930-an. Menyusul kudeta dan apa yang kemudian dikenal sebagai Revolusi Anyelir, hal ini menyebabkan merdekanya hampir semua koloni Portugal. Di masa-masa akhir imperium Portugis ini, senapan AR-10 terus digunakan hingga akhir tahun 1975 dalam keadaan masa darurat dekolonisasi di wilayah Timor Portugis (sekarang Timor Timur).

Tentara Portugal dengan senapan G-3. Menipisnya suku cadang AR-10 memaksa pasukan Portugal secara bertahap menggantikannya dengan senapan G-3. (Sumber: https://www.pinterest.co.uk/)

Di sisi lain Fairchild-ArmaLite tidak puas dengan keterlambatan dalam menyiapkan perkakas dan perangkat produksi di A.I. untuk AR-10, dan menjelaskan bahwa mereka tidak akan memperbarui lisensi A.I. untuk memproduksi senapan ini. Pada tahun 1960, terhambat oleh pembatasan ekspor Belanda dan putus asa oleh kurangnya penjualan senjata ke negara-negara pembeli utama, Artillerie Inrichtingen memutuskan untuk keluar dari bisnis produksi senjata ringan sama sekali, dan menghentikan semua produksi AR-10 di bawah lisensi dari Fairchild-ArmaLite. Pada saat itu, kurang dari 10.000 senapan AR-10 telah diproduksi, sebagian besar senapan militer, dengan beberapa senapan semi-otomatis yang diproduksi untuk penggunaan sipil. Semua Inventori suku cadang, perkakas, dan prototipe AR-10 milik A.I. kemudian dijual atau dibuang; sementara perkakas pembuatan larasnya dijual ke Israel sekitar awal 1960-an. Semua catatan produksi, gambar desain, manual, literatur senapan AR-10, dan publikasi lainnya yang saat itu ada dalam inventaris lalu dibuang. Di tahun-tahun berikutnya, beberapa model senapan AR-10 bekas militer Sudan dan Portugis dijual ke pasar sipil di AS, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Hampir semua senapan yang diimpor ke tiga negara terakhir memiliki perangkat mode penembakan otomatisnya dinonaktifkan. Selanjutnya, sebanyak 2.500 senapan AR-10 yang beredar di Australia mungkin telah disita dan dihancurkan sebagai akibat dari undang-undang senjata api yang lebih ketat, yang disahkan pada tahun 1997. Sebagian besar senapan AR-10 bekas militer yang dikirim ke Amerika Serikat dalam bentuk suku cadang, yang sebelumnya telah dibongkar, meskipun beberapa diimpor secara legal sebagai senjata National Firearms Act (NFA). Sejumlah besar magazine AR-10 kaliber 7,62 mm juga diimpor. Banyak dari kit senapan ini digabungkan dengan berbagai receiver semi-otomatis yang dibuat oleh pabrikan sipil untuk bisa diijinkan dimiliki secara sah. Selama awal tahun 1980-an, Paragon Sales and Services di Joliet, Illinois memproduksi lower receiver semi-otomatis baru sementara menggunakan upper receiver AR-10 impor, yang awalnya diproduksi oleh Artillerie-Inrichtingen di Belanda.

Miss Amerika tahun 1962 dengan senapan Colt AR-15 Asli. Kegagalan penjualan AR-10 tidak menghentikan desain senapan karya Eugene Stoner ini. AR-10 kemudian dikembangkan menjadi senapan AR-15, pendahulu keluarga senapan M-16 yang mendunia. (Sumber: https://www.range365.com/)

Pada tahun 1957, dalam upaya untuk meningkatkan keuntungan dari ArmaLite, Fairchild memutuskan untuk bersaing dalam persyaratan CONARC Angkatan Darat AS untuk senapan baru berbobot enam pon, berkecepatan tembak tinggi, menggunakan peluru kaliber .22 dengan mode pemilihan penembakan, yang akurat ditembakkan hingga 500 yard (457,2 meter). Sebagai tanggapan, insinyur ArmaLite Eugene Stoner, Jim Sullivan, dan Bob Fremont menggunakan desain dasar AR-10 untuk memproduksi ArmaLite AR-15 berkaliber .223 Remington, yang berhasil diselesaikan sebagai prototipe untuk uji penembakan pada tahun 1958. Fairchild-Armalite kemudian melanjutkan upayanya untuk menjual AR-10 dan AR-15 ke berbagai kekuatan militer di seluruh dunia. Akan tetapi, senapan AR-10 yang dipasarkan oleh ArmaLite setelah tahun 1958 bukanlah senapan AR-10 yang disempurnakan sebagai produk yang dikembangkan oleh Artillerie Inrichtingen, melainkan sebuah desain yang diperbesar dari spesifikasi senapan AR-15, dikenal sebagai AR-10A. Tak satu pun dari perbaikan yang dimasukkan oleh Artillerie Inrichtingen selama tiga tahun produksinya digunakan dalam AR-10A baru. Meskipun AR-10A tidak mendapatkan keuntungan dari modifikasi yang dilakukan oleh pemegang lisensi Belanda, senapan ini memiliki beberapa perbedaan dari desain AR-15 (selain ukuran kaliber dan dimensi part-nya), termasuk desain bolt, pelatuk, dan cocking handle yang berbeda, bersama dengan magazine yang miring ke depan pada sudut lima derajat. Sementara minat pada AR-15 cukup besar, AR-10A gagal menarik pesanan dari pelanggan militer domestik atau asing. Pada tahun 1959, ArmaLite menjual haknya atas AR-10 dan AR-15 kepada Colt Firearms karena kesulitan keuangan, dan keterbatasan dalam hal tenaga kerja dan kapasitas produksi. Bobby MacDonald, yang awalnya ditugaskan untuk menjual AR-10 di Timur Jauh, kini berperan penting dalam memfasilitasi penjualan desain ArmaLite AR-10 dan AR-15 kepada Colt. Dalam kesepakatan yang terbukti sangat menguntungkan bagi Colt, yang saat itu sedang berjuang untuk berkembang, Fairchild menyetujui penjualan hak paten dengan harga hanya $75.000 dan royalti 4,5 persen untuk semua produksinya di masa depan. Setelah dilakukan modifikasi (terutama, charging handle yang awalnya ditempatkan di bawah carrying handle pada AR-10 ke bagian belakang receiver), senapan yang didesain ulang ini kemudian diadopsi oleh militer AS sebagai Senapan M-16. Colt kemudian terus menggunakan merek dagang AR-15 untuk lini produksi senapan semi-otomatisnya yang dipasarkan ke pelanggan sipil dan para penegak hukum, yang dikenal sebagai Colt AR-15.

SPESIFIKASI UMUM AR-10

Bobot: 3.29–4.05 kg (7.25–8.9 lb) tanpa magazine

Panjang: 1,050 mm (41.3 in)

Panjang laras: 528 mm (20.8 in)

Peluru: 7.62×51mm NATO; .308 Winchester; 6.5mm Creedmoor

Sistem Penembakan: Gas-operated, rotating bolt (internal piston, not direct impingement)

Kecepatan penembakan: 700 peluru/menit (otomatis penuh), variable (semi-otomatis)

Kecepatan peluru: 820 meter/detik (2,690 ft/s)

Jarak penembakan efektif: 600 meter (660 yard) (700 meter (770 yard) dengan pembidik teleskop A.I. perbesaran 3.6×)

Kapasitas pengisian peluru: 20-peluru pada magazine kotak yang dapat dilepas pasang

Perangkat pembidik: Adjustable aperture rear sight, fixed post front sight

 

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/ArmaLite_AR-10

A Brief History of the AR-10, the AR-15’s ‘Big Brother’ by Jason J. Brown – Tuesday, April 18, 2017

https://www.nrablog.com/articles/2017/4/a-brief-history-of-the-ar10-the-ar15s-big-brother/

The AR-10 Story posted on October 2, 2018

https://www.americanrifleman.org/content/the-ar-10-story/

The ArmaLite AR-10 – From the Beginning, 7/5/2018

https://smallarmssolutions.com/home/the-armalite-ar-10-from-the-beginning

The Portuguese A.I. AR-10

https://www.google.com/amp/s/www.historicalfirearms.info/post/124606840864/http-www-ar15-com-forums-t-3-123-552940-html/amp

ArmaLite AR-10 Battle Rifle (1958) 

https://www.militaryfactory.com/smallarms/detail.php?smallarms_id=1021

Armalite AR-10 Semi-Automatic Rifle

http://www.nramuseum.org/guns/the-galleries/wwii,-korea,-vietnam-and-beyond-1940-to-present/case-42-guns-of-vietnam-and-desert-storm/armalite-ar-10-semi-automatic-rifle.aspx

Exit mobile version