Perang Dunia II

Brewster Buffalo, “Kerbau Lamban” asal Amerika Yang Berjaya di Tangan Finlandia

Selama Perang Dunia II varian Finlandia dari pesawat tempur Brewster Buffalo buatan AS terbukti lebih dari sekadar mampu untuk menandingi pesawat-pesawat tempur top Soviet, Jerman dan Inggris. Bagaimanapun itu adalah kejadian yang aneh. Pada suatu hari di bulan Juni tahun 1942, beberapa pesawat tempur buatan AS yang berhidung tumpul dengan tanda swastika terbang ke arah timur untuk mencegat pesawat-pesawat tempur buatan Inggris yang bergambar bintang merah milik Rusia. Sementara itu di bulan itu juga di sisi berlawanan dari planet ini, pesawat tempur buatan Amerika yang sama mengalami pertemuan yang menghancurkan dengan kekuatan udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di dekat Midway Atoll. Pesawat tempur buatan Amerika berbentuk seperti tong itu adalah Brewster Buffalo. Baik Finlandia dan Korps Marinir AS menerbangkan pesawat jenis itu — meskipun dengan hasil yang sangat berbeda. Dekat Midway skuadron Marinir VMF-221 kehilangan 13 dari 20 Buffalo, sementara pesawat sama milik Finlandia biasanya mengalahkan musuh Soviet mereka dalam jumlah besar. Untuk menjelaskan perbedaan tersebut diperlukan kajian dalam konteks strategis dan taktis.

Di tangan pilot-pilot Finlandia, pesawat tempur Brewster Buffalo buatan Amerika, yang memiliki catatan tempur buruk, justru menjadi ‘bintang di udara” saat bertempur melawan kekuatan udara Uni Soviet. (Sumber: https://www.flickr.com/)

AU FINLANDIA SEBELUM PERANG

Geografi Finlandia, yang berbatasan dengan Swedia dan Rusia, membentuk potensi pecahnya konflik. Swedia yang netral tidak pernah berperang sejak tahun 1814, ketika Norwegia berhasil mengamankan kemerdekaannya. Tetapi Finlandia dan para pendahulunya telah mengobarkan perang melawan Rusia sekitar belasan kali, sebagian besar di era Tsar hingga awal abad ke-19. Selama cuaca memburuk, banyak tentara Finlandia bisa duduk santai untuk menikmati vodka. Pada bulan Agustus 1939, Komunis Uni Soviet dan Nazi Jerman mengejutkan dunia dengan menandatangani pakta non-agresi. Tiga bulan kemudian Rusia, mengingini Tanah Genting Karelia di utara Leningrad (sekarang Sankt Peterburg), dan kemudian menyerang Finlandia. Perang Musim Dingin, demikian sebutan konflik berikutnya, berlangsung hingga musim semi 1940 ketika Helsinki akhirnya menyetujui tuntutan Moskow, menyerahkan 11 persen wilayah Finlandia. Meski demikian selama Perang Musim Dingin, Finlandia membuktikan bahwa pilot-pilot mereka lebih unggul dari pilot-pilot Uni Soviet. Pesawat-pesawat tempur Finlandia mampu menembak jatuh 200 pesawat Rusia sementara hanya kehilangan 62 pesawat di pihak mereka sendiri, sementara tentara darat Finlandia yang menggunakan persenjataan anti-pesawat juga berhasil menembak jatuh 300 pesawat Soviet tambahan. Pada periode itu angkatan udara Finlandia, Ilmavoimat (Salah satu yang tertua di dunia, mendahului pendirian RAF Inggris dan Flygvapnet Swedia) sangat kecil. Tidak termasuk pesawat latih dan penghubung, kekuatan tempurnya bervariasi dari 110 hingga 166 pesawat. Inventaris tersebut mewakili berbagai jenis pesawat buatan Inggris, Prancis, Belanda, dan Italia, antara lain. Standardisasi adalah target yang jelas bagi mereka, tetapi tidak mudah untuk dicapai. 

Status geopolitik di Eropa Utara pada bulan November 1939. Rusia, yang mengingini Tanah Genting Karelia di utara Leningrad (sekarang Sankt Peterburg), kemudian menyerang Finlandia. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Pesawat pengintai Hansa-Brandenburg adalah andalan Angkatan Udara Finlandia selama tahun 1920-an dan 1930-an ketika fokus mereka adalah pada operasi udara maritim. Ketika pecah perang melawan Soviet, kekuatan tempur AU Finlandia bervariasi dari 110 hingga 166 pesawat. (Sumber Foto: Angkatan Udara Finlandia/https://ilmavoimat.fi/)

Sementara itu, Perang Dunia II meletus pada bulan September 1939 ketika pasukan panzer Jerman menyapu seluruh Eropa. Pada bulan April 1940 Jerman menyerang Norwegia. Karena Finlandia secara resmi netral, Helsinki mengizinkan pasukan Wehrmacht melintasi wilayahnya dalam perjalanan ke Norwegia. Ketika Jerman menginvasi Rusia pada Juni 1941, Helsinki dan Berlin menjadi sekutu de facto, meskipun Finlandia tidak pernah bergabung dengan blok Poros. Pada saat itu Amerika Serikat menghentikan bantuan ke Finlandia, termasuk pesawat dan suku cadang penggantinya. Di sisi lain, Orang-orang Finlandia adalah salah satu pilot pesawat tempur terbaik di dunia. Mau tidak mau berukuran kecil, Ilmavoimat berusaha untuk menghasilkan penerbang kelas dunia untuk melawan musuh negara mereka yang paling mungkin—yakni Rusia. Selama tahun 1930-an Finlandia mengirim penerbang senior mereka ke negara-negara asing untuk mengumpulkan informasi dan pengetahuan tentang teknik dan taktik penerbangan pesawat tempur. “Bapak taktik tempur udara Finlandia” saat itu adalah Kapten Gustaf Erik “Eka” Magnusson. Dia mengikuti tur pertukaran di Prancis dan Jerman selama tahun 1930-an dan menguji berbagai pesawat tempur Eropa, yang mengarah ke pengadopsian Finlandia atas pesawat monoplane fixed landing gear Fokker D.XXI asal Belanda. Bersama Letnan Kolonel Richard Lorentz, Magnusson mengadaptasi ilmu dari Prancis dan Jerman dan menerapkannya pada unit tempur Finlandia yang baru lahir. Hasilnya adalah kesuksesan spektakuler dalam pertempuran. Sebagai pemimpin Lentolaivue (LeLv) 24, Magnusson bisa menghasilkan skuadron tempur paling efektif di angkatan udaranya. Selama Perang Berkelanjutan (Continuation War) tahun 1941–44, dengan menerbangkan pesawat Brewsters dan Messerschmitt Me 109, LeLv 24 mengklaim 781 kemenangan udara dengan kerugian 33 pesawat—rasio hampir 24 banding 1. 

“Bapak taktik tempur udara Finlandia” Kapten Gustaf Erik “Eka” Magnusson. (Sumber: https://9gag.com/)
Fokker D.XXI, pesawat monoplane fixed landing gear buatan Belanda, salah satu pesawat tempur andalan AU Finlandia saat perang Musim Dingin tahun 1939-1940. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/)

Orang-orang Finlandia menyadari manfaat dari formasi yang lebih fleksibel, dengan menggunakan formasi penerbangan empat pesawat standar dunia )dikenal di Finlandia sebagai parvi) lebih dulu dari Luftwaffe (AU Jerman). Formasi penerbangan tempur yang optimal terdiri dari dua divisi terdiri dari empat pesawat, masing-masing dengan dua bagian pesawat pemimpin dan wingman, kadang-kadang berada di ketinggian. Dengan dua pesawat yang terbang lebih rendah memancing musuh, dua pesawat lainnya yang terbang lebih tinggi akan mencegat pesawat musuh kemudian. Orang-orang Rusia tidak pernah dapat menemukan tindakan penangkal yang baik untuk taktik ini. Sementara itu alih-alih melakukan “manuver pengejaran” dengan sudut 30 hingga 45 derajat yang dilakukan oleh hampir setiap angkatan udara, Finlandia bergabung dengan Angkatan Laut AS dalam pelatihan penembakan dari sudut lebar, hingga 90 derajat. Kemampuan untuk menembak dengan defleksi penuh menjadi kekuatan pengganda bagi pilot-pilot Finlandia yang kalah jumlah. Seberapa besar klaim skor kemenangan udara masing-masing unit yang mungkin dibesar-besarkan, hasil sangat mencolok dalam pertempuran udara berbicara banyak. Magnusson diketahui memimpin dari garis depan. Ketika dia meninggalkan LeLv 24 pada tahun 1943 untuk memimpin resimen penerbangan, dia memiliki skor 5,5 kemenangan udara pribadi, dan memimpin sejumlah penerbang top Finlandia. 

PENGADAAN BUFFALO FINLANDIA

Pada bulan April 1939, khawatir akan serangan Rusia, Finlandia menghubungi Amerika Serikat meminta untuk bisa membeli pesawat tempur sesegera mungkin. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pada tanggal 17 Oktober, Kedutaan Besar Finlandia di Washington, D.C., menerima telegram ijin pembelian pesawat tempur. Pemerintah Finlandia mempertimbangkan tiga tipe pesawat Amerika untuk meningkatkan kekuatan tempurnya, masing-masing bertipe monoplane all-metal dengan roda pendarat yang dapat ditarik dan kokpit tertutup, termasuk Grumman F4F dan Seversky EP-1, versi ekspor dari pesawat tempur P-35. Pesawat Brewster sebenarnya tidak dianggap sebagai kandidat kuat mengingat pengalaman buruk Angkatan Laut AS dalam hal pengiriman, tetapi karena pesawat Grumman belum tersedia, dan EP-1 diborong oleh Swedia, Helsinki fokus pada pesawat tempur angkatan laut baru Brewster, F2A-1. Pada tanggal 16 Desember, pemerintah Finlandia menandatangani kontrak untuk membeli 44 pesawat. Karena Finlandia belum berperang, pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt menyatakan penjualan F2A Amerika sebagai inventori “surplus”, dan Helsinki menerima 44 unit sebelum embargo berlaku. Brewster Aeronautical Corp. sebagai produsen adalah penerus dari Brewster & Co. dari Long Island, N.Y., yang didirikan pada tahun 1810 sebagai pembuat kereta dan kemudian memproduksi badan mobil mewah dan suku cadang pesawat. Pada pertengahan tahun 1930-an hingga awal 40-an, Brewster Aeronautical memiliki kesuksesan yang terbatas dengan meluncurkan pesawat pengebom pengintai SBN untuk Angkatan Laut AS dan pengebom tukik SB2A/A-34 untuk berbagai kecabangan, meskipun keduanya tidak pernah dipakai dalam pertempuran. 

XF4F-2, prototipe Wildcat pertama. Saat Finlandia ingin membeli pesawat buatan Grumman ini, pesawat yang dipesan belum tersedia. (Sumber: https://www.historynet.com/)
Seversky P-35 (kode pesawat demonstrasi EP-1) dalam tur Eropa pada awal tahun 1939. Sebagai hasil dari demonstrasi ini, AU Swedia memesan 15 pesawat tempur EP-106 pada tanggal 29 Juni 1939. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)
Difoto saat penerbangan uji tahun 1937, prototipe XF2A-1 adalah yang pesawat pertama dari 509 Buffalo yang dibuat untuk Angkatan Laut AS dan Korps Marinir dan beberapa negara asing. Pesawat buatan Brewster ini sebenarnya tidak dianggap sebagai kandidat kuat untuk dibeli Finlandia mengingat pengalaman buruk Angkatan Laut AS dalam hal pengiriman pesanan pesawat. (Sumber: https://www.historynet.com/)

Di sisi lain, Angkatan Laut Amerika telah memasuki era monoplane dengan mengoperasikan pengebom tukik Douglas TBD Devastator dan Vought SB2U Vindicator, keduanya telah bertengger di dek kapal induk pada tahun 1937. Sebuah pesawat tempur monoplane jelas akan mengikuti tren ini, dan muncul dua tipe pesawat jenis ini, yakni: F2A-1 Brewster (awalnya disebut Twister, kemudian Buffalo) dan F4F-3 Grumman (awalnya disebut Comet, kemudian Wildcat). Pada tahun 1938, setelah menjalani pengujian bersama Grumman F4F Wildcat, Angkatan Laut Amerika memilih Buffalo untuk menjadi pesawat monoplane pertamanya. Sayangnya, bahkan sebelum pesawat buatannya mengudara, Angkatan Laut sudah menjadi kesal dengan penundaan yang sering dilakukan Brewster dan manajemennya yang buruk. Pesawat buatan Brewster, bagaimanapun merupakan lompatan besar di bidang teknologi jika dibandingkan dengan pesawat tempur biplane Grumman F2F dan F3F, saat memasuki dinas operasional Angkatan Laut pada tahun 1939. Dengan roda pendarat yang dioperasikan secara hidraulik, F2A jauh mengungguli teknologi roda yang masih diengkol dengan tangan dari pesawat-pesawat Grumman lama. F2A juga memiliki kokpit yang luas dengan kanopi “rumah kaca” yang besar untuk memberi pilot visibilitas yang lebih baik daripada kebanyakan pesawat sezaman. Prototipe XF2A-1, ditenagai oleh mesin radial sembilan silinder Wright R-1820 Cyclone, dan pertama kali terbang pada bulan Desember 1937. Seperti umumnya pesanan awal sebanyak 54 pesawat F2A-1, pada akhirnya kurang dari selusin dikirim ke kapal induk USS Saratoga. Pemerintahan Roosevelt, yang bersimpati kepada Finlandia selama Perang Musim Dingin 1939, kemudian mengalihkan 44 pesawat Brewster ke Ilmavoimat, meskipun enam pesawat yang pertama datang terlambat untuk bisa dipakai bertempur. Sementara itu, meskipun Finlandia yang kecil berhasil mempermalukan Uni Soviet saat berusaha merampas tanah air mereka, dengan menimbulkan sekitar empat kali lebih banyak korban di pihak Rusia, keunggulan jumlah kekuatan Russia pada akhirnya menentukan hasil akhir perang. Pada bulan Maret 1940, setelah tiga bulan pertempuran, negara-negara tersebut menandatangani penyelesaian perselisihan mereka. Saat itu Brewster menutupi defisit produksinya dengan mengirimkan sebagian besar F2A-2 yang telah ditingkatkan kemampuannya ke Angkatan Laut AS pada musim panas itu. Begitu Buffalo mengudara di Pasifik, pesawat itu segera terbukti telah usang. Pesawat itu lambat dan kelebihan bobot, serta tidak mampu menandingi Mitsubishi A6M Zero yang diterbangkan Jepang. Untuk bersaing dengan pesawat Jepang, Buffalo membutuhkan mesin yang lebih kuat. Tapi ukuran pesawatnya sudah maksimal. Angkatan Laut berhenti menggunakan model F2A-3 atau pesawat apa pun dari Brewster dan mengirimkan beberapa pesawat tipe ini ke Marinir Amerika. Marinir juga hanya memiliki sedikit keberhasilan saat menggunakan pesawat tempur ini. Satu skuadron mereka, yakni VMF-221, kehilangan 13 dari 20 Buffalo mereka di Midway. Setiap pesawat yang masih tersedia setelah itu kemudian dikirimkan ke skuadron pelatihan.

Dalam Pertempuran Midway, pada 4 Juni 1942. Menerbangkan Brewster Buffalo Cpt.William Humbert menembak jatuh satu pesawat A6M2 Jepang. Meski berhasil menembak jatuh beberapa pesawat musuh, namun secara keseluruhan performa Buffalo di tangan Amerika mengecewakan. Satu skuadron mereka, yakni VMF-221, kehilangan 13 dari 20 Buffalo mereka di Midway. (Sumber: https://pinturas-sgm-aviacion.tumblr.com/)
Di tangan angkatan udara Hindia Belanda Brewster Buffalo dipakai untuk mempertahankan pulau Kalimantan dan Jawa sebelum pasukan Jepang mengalahkan mereka. Buffalo terbukti kalah kelas dengan pesawat-pesawat tempur Jepang. (Sumber: https://theaviationgeekclub.com/)
Salah satu Brewster Buffalo pertama Finlandia. Disebut sebagai Model B-239E, Brewster Finlandia sangat mirip dengan F2A-1 Angkatan Laut Amerika dengan menggunakan mesin Wright Cyclones. Tidak seperti pesawat tempur lain yang sudah beroperasi, F2A-1 dan B-239E tidak memiliki tangki bahan bakar yang dapat menambal sendiri dan lapisan baja pada kokpit. Namun, B-239E dibuat dengan mesin yang lebih bertenaga daripada F2A-1, dalam wujud mesin Wright R-1820-G5, yang menghasilkan kekuatan 950 hp (710 kW), dan kapasitas untuk membawa empat senapan mesin (bukan dua seperti yang dibawa oleh F2A-1). B-239E juga “di de-navalized” sebelum pengiriman, dimana peralatan seperti tailhook dan wadah rakit penolong telah dilepas. Mesin yang kemampuannya ditingkatkan dan bobot bersih yang sedikit berkurang (yaitu dari lapisan armor yang dihilangkan dan di de-navalization) menghasilkan rasio power-to-weight dan kinerja yang lebih baik. (Sumber: https://twitter.com/)

Negara lain yang menerima Buffalo adalah Inggris (dipakai oleh Royal Navy dan Royal Air Force), Australia (Royal Australian Air Force) dan Belanda. Pada tahun 1941–42 Brewster Buffalo RAF dan RAAF terbang melawan Jepang di Singapura, Burma dan Malaya, sementara milik angkatan udara Hindia Belanda dipakai untuk mempertahankan pulau Kalimantan dan Jawa sebelum pasukan Jepang mengalahkan mereka. Disebut sebagai Model B-239E, Brewster Finlandia sangat mirip dengan F2A-1 Angkatan Laut Amerika dengan menggunakan mesin Wright Cyclones. Tidak seperti pesawat tempur lain yang sudah beroperasi, F2A-1 dan B-239E tidak memiliki tangki bahan bakar yang dapat menambal sendiri dan lapisan baja pada kokpit. Namun, B-239E dibuat dengan mesin yang lebih bertenaga daripada F2A-1, dalam wujud mesin Wright R-1820-G5, yang menghasilkan kekuatan 950 hp (710 kW), dan kapasitas untuk membawa empat senapan mesin (bukan dua seperti yang dibawa oleh F2A-1). B-239E juga “di de-navalized” sebelum pengiriman, dimana peralatan seperti tailhook dan wadah rakit penolong telah dilepas. Mesin yang kemampuannya ditingkatkan dan bobot bersih yang sedikit berkurang (yaitu dari lapisan armor yang dihilangkan dan di de-navalization) menghasilkan rasio power-to-weight dan kinerja yang lebih baik. Terlepas dari penggunaannya dalam pertempuran satu kali yang mengerikan dalam dinas operasional AS, pilot-pilot dari beberapa negara menikmati menerbangkannya, karena tergolong bisa terbang cukup cepat untuk era itu (300 mph/482 km/jam) dan memiliki kontrol yang responsif. Orang-orang Finlandia menjulukinya Taivaan Helmi (kira-kira artinya “Mutiara Langit”) atau Pohjoisten taivaiden helmi (“mutiara dari langit utara”). Julukan lainnya adalah Pylly-Valtteri (atau “butt-walter“), Amerikanrauta (“perangkat keras Amerika” atau “mobil Amerika”) dan Lentävä kaljapullo (“botol bir terbang”). Para peneliti dari British’s Royal Aircraft Establishment di Farnborough Airfield sempat mengevaluasi Brewster pada tahun 1940 dan menemukan performanya jauh lebih baik daripada reputasi Buffalo yang muncul kemudian. “Kontrol elevatornya tidak terlalu sensitif seperti pada Spitfire atau terlalu ceroboh seperti pada Hurricane,” tulis pihak evaluator. “Saat mengudara, kecepatannya meningkat cukup cepat dan memiliki tingkat kemampuan menanjak awal yang baik.” Pendaratan dilakukan pada kecepatan 90 hingga 95 mph (144-152 km/jam) dengan pandangan ke depan yang “sangat baik”. Sebagian besar pilot cenderung meluruskan sudut luncur sedikit lebih tinggi daripada biasanya, “tetapi pesawat akan tenang setelah melompat kecil tanpa pantulan, guncangan, atau goyangan.” Para evaluator sangat tertarik dengan aileron logam Brewster. “Mereka tajam dan kuat, dan tongkat kemudinya tidak terlalu ringan pada kecepatan rendah atau terlalu berat pada kecepatan yang lebih tinggi,” tulis mereka. “Pilot menganggapnya sebagai peningkatan yang cukup baik dibanding aileron yang dilapisi kain fabric yang digunakan pada pesawat Hurricane dan Spitfire.” 

Orang-orang Finlandia menjuluki Brewster Buffalo sebagai Taivaan Helmi (kira-kira artinya “Mutiara Langit”) atau Pohjoisten taivaiden helmi (“mutiara dari langit utara”). Julukan lainnya adalah Pylly-Valtteri (atau “butt-walter“), Amerikanrauta (“perangkat keras Amerika” atau “mobil Amerika”) dan Lentävä kaljapullo (“botol bir terbang”). Para peneliti dari British’s Royal Aircraft Establishment di Farnborough Airfield sempat mengevaluasi Brewster pada tahun 1940 dan menemukan performanya jauh lebih baik daripada reputasi Buffalo yang muncul kemudian. (Sumber: https://ilmavoimat.fi/)

Sementara itu minus peralatan militer (senjata, pembidik, dll), kesepakatan penjualan Brewster dengan Finlandia diselesaikan pada bulan Desember 1939 dengan harga rata-rata $54.000 per pesawat dengan mesin radial Wright R-1820 berkekuatan 950 hp. Setelah tes penerimaan di Amerika Serikat pada tiga pesawat model 239, yang pertama dari 41 pesawat sisanya dikirim ke Swedia, tiba hingga Maret, bulan berakhirnya Perang Musim Dingin. Batch pesawat pertama meninggalkan pelabuhan New York pada tanggal 13 Januari 1940, dan pesawat terakhir tiba di Swedia pada tanggal 13 Maret. Seperti “kebiasaan ” Brewsters, pesawat kiriman mereka datang terlambat, dimana pesawat yang terakhir sampai di Finlandia pada tanggal 1 Mei 1940. Tak satu pun dari pesawat tempur B-239E dipakai pertempuran dalam Perang Musim Dingin (1939-1940). Namun, lima dari enam pesawat yang telah dikirim selama perang menjadi siap tempur sebelum perang berakhir. Pesawat yang belum dirakit kemudian dirakit oleh sukarelawan asal Swedia, Norwegia, dan Inggris yang bekerja untuk perusahaan SAAB di timur laut Gothenburg. Pesawat ini awalnya dipersenjatai dengan tiga senapan mesin Colt MG 53-2 kaliber .50 dan satu senapan mesin ringan MG-40 kaliber .30, kemudian senjatanya ditingkatkan menjadi empat senapan mesin kaliber .50. Perangkat tambahan lainnya termasuk reflektor gunsight dan kursi berlapis baja. Pada saat itu banyak pesawat tempur masih menggunakan pembidik teleskopik tipe Perang Dunia I dengan bidang pandang terbatas, atau cincin logam dan bead sights. Menyadari keuntungan dari sudut penembakan yang lebar, Finlandia menghasilkan pembidik reflektor tipe Jerman. Instrumen-instrumen ini awalnya dibeli untuk pesawat Fokker D.XXI yang rencananya akan dibuat dengan lisensi dan dilengkapi dengan pembidik teleskopik Aldis buatan Inggris (kemudian diganti dengan pembidik deflektor Revi 3/c asal Jerman versi Finlandia sebelum Perang Berkelanjutan). Kecepatan tertinggi dari B-239 Finlandia, setelah dimodifikasi, adalah 297 mph (478 km/jam) yang mampu terbang pada ketinggian 15.675 kaki (4.778 m), dan berat penuhnya adalah 5.820 lb (2.640 kg).

Pilot uji Brewster Robert A Winston. (Sumber: https://www.warbirdforum.com/)
Fiat G.50 Freccia (bawah) adalah tipe pesawat tempur lain yang digunakan oleh Finlandia. Dalam pengujian, meskipun pesawat tempur Fiat lebih cepat dalam penerbangan mendatar, Brewster Buffalo masih bisa mengalahkannya. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Sementara itu, karena pilot uji Brewster Robert A Winston baru tiba pada akhir bulan Februari, penerbangan uji pertama dilakukan oleh pilot Finlandia tanpa panduan apa pun. Pada bulan Februari 1940, pilot Letnan Jorma “Joppe” Karhunen menguji penerbangan dari B-239 pertama yang beroperasi di Finlandia. Tidak terbiasa dengan pesawat itu, dia ‘membakar’ mesin saat terbang sangat rendah dengan kecepatan tinggi; menabrak lapangan yang tertutup salju, merusak baling-baling dan beberapa panel di perut pesawat. Awalnya tidak terkesan, Finlandia kemudian menyaksikan demonstrasi oleh pilot uji Brewster, yang mampu tetap berada di belakang pesawat tempur Fiat G.50 Freccia Finlandia dari Italia; meskipun pesawat tempur Fiat lebih cepat dalam penerbangan mendatar, Brewster bisa mengalahkannya. Brewster Finlandia lalu diberi kode dengan angka BW-351 hingga BW-394. Sementara itu, “Faktor utama untuk hasil penembakan yang baik … adalah bahwa setiap pilot diajari (pada tahun 1939) untuk menahan tembakan mereka hingga dalam jarak 50 meter dari target,” tulis sejarawan Finlandia Kari Stenman. “Setelah pengalaman Perang Musim Dingin, lebih banyak penekanan diberikan pada keterampilan menembak, dengan hasil yang diketahui. “Setiap kursus pilot pesawat tempur memiliki dua jenis latihan penembakan—satu untuk target tetap, dan satu lagi di udara. Kemudian semua pendatang baru di skuadron ditempatkan sebagai wingman pilot veteran untuk sejumlah misi sampai veteran tersebut siap ‘membebaskan’ pilot untuk melaksanakan tugas normal.” Brewster Finlandia beroperasi dalam iklim yang menindas. Sekitar seperempat dari wilayah Finlandia terletak di utara Lingkaran Arktik. Jauh di selatan, ibu kota Helsinki rata-rata memiliki suhu tinggi 48 derajat Fahrenheit (8,8 derajat Celcius) dengan suhu terendah rata-rata 37 (2,7 derajat Celcius). Rata-rata lima bulan dalam setahun ada di bawah titik beku, sementara tiga bulan (Desember hingga Februari) mengalami suhu tertinggi dalam kisaran tersebut. 

DOMINASI BUFFALO DALAM CONTINUATION WAR

Pada tahun 1941 banyak pilot Buffalo Finlandia telah memiliki pengalaman tempur selama Perang Musim Dingin, dan taktik pertempuran udara dimodifikasi dan dikembangkan. Pertempuran udara tiruan dilakukan terhadap pesawat-pesawat Rusia yang berhasil dirampas. Pelatihan dengan Brewster bagaimanapun tidak sebaik yang seharusnya, karena kekurangan bahan bakar penerbangan yang parah pada tahun 1940-1941. Sementara itu, untuk merebut kesempatan untuk mendapatkan kembali wilayah mereka yang hilang, Finlandia bermitra dengan Nazi Jerman pada tahun itu dalam Perang Berkelanjutan. Ilmavoimat memiliki sekitar 235 pesawat pada saat itu, dengan kurang dari 200 yang dianggap bisa beroperasi. Dengan sekitar 116 pesawat tempur (34 buatan Brewster, 26 Fiat, 27 Moranedan 30 Fokker) melawan hampir 500 pesawat Soviet di front Finlandia, Ilmavoimat tersebar tipis sejak hari pertama, tanggal 25 Juni, ketika Soviet membom beberapa lapangan terbang dan kota-kota Finlandia. LeLv 24 terlibat pertempuran berulang kali hari itu, dan mengklaim 10 kemenangan tanpa kehilangan satupun korban. Dalam pertempuran pertama, dua pilot Finlandia menangani 27 pembom Tupolev SB di bawah ketinggian 5.000 kaki (1.524 meter) hanya lima menit dari pangkalan mereka. Staf Sersan. Eero Kinnunen dan Cpl. Heimo Lampi melintas berulang kali, mengklaim lima kemenangan di antara mereka, dibagi rata. “Saya mengejar, dan musuh tiba-tiba mendekat, memaksa saya untuk berhenti di sampingnya,” tulis Lampi dalam laporan pasca-pertempurannya. “Pada titik ini penembak belakang dari pesawat pembom mengenai saya dari jarak yang sangat dekat. Saya berhenti dan membelok lagi di belakang pembom, menembakkan tembakan pendek yang menciptakan api di sisi kanannya. Pesawat itu kemudian mengenai air yang terbakar. Saya melihat Staf Sersan. Kinnunen juga menjatuhkan dua pesawat.” Pada akhir bulan, catatan penghitungan menunjukkan tujuh kemenangan tambahan dengan satu pesawat Finlandia menjadi korban dalam sebuah kecelakaan. Dalam tujuh bulan pertama perang, tiga pilot Finlandia—Warrant Officer Juutilainen dan Sersan. Mayor Lauri Nissinen dari LeLv 24 dan Sersan. Mayor Oiva Tuominen, ace Fiat dari LeLv 26— bersama-sama mencetak kemenangan tertinggi dengan masing-masing 13 kemenangan udara. Kualitas dari pesawat Soviet pada tahun 1941 (ketika rasio kemenangan udara terbaik didapat, yakni 67,5:1), bagaimanapun lebih rendah dari Brewster, dimana jenis yang paling umum digunakan adalah pembom SB-2, DB-3, serta pesawat tempur I-16 dan I-153. Beruntungnya juga, beberapa pilot terbaik Angkatan Udara Finlandia berada di Skuadron Brewster ketika perang dimulai, seperti Hans Wind, Ilmari Juutilainen, Joppe Karhunen dan Lauri Nissinen, masing-masing dari mereka kemudian mendapatkan jumlah kemenangan yang besar juga dengan pesawat tempur Messerschmitt 109G-2 dan G-6 buatan Jerman.

Pesawat pembom Soviet SB-2. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Pesawat pembom Soviet DB-3. Baik SB-2 maupun DB-3 kerap menjadi korban dari pesawat-pesawat tempur Finlandia. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/)
Pesawat tempur Soviet I-153, dinilai masih kalah kelas dengan pesawat-pesawat tempur Finlandia. Ini jugalah yang menjadi faktor tingginya angka kemenangan pilot-pilot Finlandia selama fase-fase awal perang. (Sumber: https://www.scalemodellingnow.com/)

Pada akhir tahun LeLv 24 dicatat menjatuhkan 135 pesawat Soviet dengan mengalami hanya dua kerugian, satu karena pertempuran. Lt Hans Wind, dengan enam Buffalo lainnya dari LeLv 24, kemudian pernah tercatat mencegat sekitar 60 pesawat Soviet di dekat Kronstad. Dua pembom Pe-2 Soviet, satu pesawat tempur Hawker Hurricane Soviet, dan 12 I-16 diklaim berhasil dijatuhkan dalam misi ini dengan pihak Finlandia hanya karena kehilangan satu pesawat B-239 (BW-378). Di saat jeda misi-misi penerbangan tempur, tiga ace Brewster asal LeLv 24 mungkin mendapatkan maskot Finlandia paling terkenal pada masa itu. Pada bulan Juli 1941, pada permulaan Perang Berkelanjutan, Letnan 1 Jorma Karhunen (dengan 26,5 kemenangan menggunakan Brewster) dan Pekka Kokko (10 kemenangan) mengunjungi Sersan. Mayor Nissinen (22,5 kemenangan), yang sedang memulihkan diri dari luka-lukanya di rumah sakit. Seekor anjing Irlandia jenis Irish setter yang ramah bernama Peggy Brown kemudian memperkenalkan dirinya kepada para penerbang itu, yang kemudian berbicara dengan pemilik anjing itu. Penjatahan makanan membuat sulit untuk memberi makan hewan peliharaan, jadi pilot-pilot setuju untuk memelihara Peggy Brown sementara itu. Menurut legenda skuadron, anjing itu menghabiskan misi tempur dengan mendengarkan suara teman-temannya di ruang radio pangkalan. Sesuai dengan janji mereka, para penerbang lalu mengembalikan Peggy Brown kepada tuannya pada akhir tahun 1944.

Luutnantti Hans Wind, pilot Buffalo dengan jumlah kemenangan tertinggi, yakni 39 kemenangan udara. (Sumber: https://www.historynet.com/)
Peggy Brown anjing maskot skuadron udara ke-24 Finlandia. (Sumber: https://m.facebook.com/)
Perusahaan Finlandia Nokia menyumbangkan dana yang cukup untuk AU Finlandia untuk membeli Brewster B-239. Sebagai imbalannya, NOKA tertulis di pesawat BW-355. Dioperasikan oleh Skuadron No. 24, pesawat ini dihancurkan pada tanggal 24 Oktober 1944. Ace masa depan Paavo Mellin menembak jatuh pesawat I-16 dan berbagi skor dalam penghancuran pesawat tempur MiG-3 saat menerbangkan pesawat ini. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Awak skuadron-skuadron Finlandia menjalani kehidupan nomaden, bergerak sebulan sekali atau lebih dan menyebar dengan unit penerbangannya untuk menghindari menjadi sasaran empuk bagi pembom Soviet. Terkadang mereka mengalami kelangkaan bahan bakar penerbangan dari Jerman. Finlandia memilih Brewster sebagian karena kompatibilitasnya dengan bensin penerbangan beroktan 87, standar Eropa sampai Inggris mulai memperoleh bahan bakar beroktan 100 pada tahun 1940. Pertempuran dan atrisi yang berkelanjutan bagaimanapun terus mengikis inventaris yang dimiliki LeLv 24. Pada awal tahun 1943 hanya 24 Brewster yang masih beroperasi, dimana hal ini lalu memaksa dilakukannya transisi ke pesawat tempur Me 109 di skuadron lain pada tahun berikutnya. Target prioritas pesawat-pesawat tempur Finlandia adalah pembom Tupolev SB-2 dan Ilyushin DB-3 bermesin ganda, mengingat potensi mereka untuk menghancurkan atau merusak target utama. Tetapi lebih sering pilot-pilot Brewster bertemu dengan pesawat-pesawat tempur Soviet. Tiga pilot teratas Sky Pearl—Lt. Wind 1 (dengan 39 kemenangan menggunakan Brewster), Warrant Officer Juutilainen (34 kemenangan), dan 1st Lt. Jorma Karhunen (26,5 kemenangan)—mengklaim 23 kemenangan udara atas pesawat tempur monoplane Polikarpov I-16, 18 pesawat biplane Polikarpov I- 153 asal Russia dan 11 pesawat tempur Hawker Hurricane asal Inggris. Pertemuan dengan pesawat-pesawat tempur Rusia yang lebih modern—dari tipe Yak, MiG, dan LaGG—jarang terjadi sampai Finlandia mulai beralih ke pesawat Messerschmittpada awal tahun 1943. 

Awak skuadron-skuadron Finlandia menjalani kehidupan nomaden, bergerak sebulan sekali atau lebih dan menyebar dengan unit penerbangannya untuk menghindari menjadi sasaran empuk bagi pembom Soviet. Nampak pada foto, Buffalo Finlandia disembunyikan di dekat hutan. (Sumber: http://panssarivaunut.blogspot.com/)
Armada Brewster Buffalo terkadang mengalami kelangkaan bahan bakar penerbangan dari Jerman. Finlandia sendiri memilih Brewster sebagian karena kompatibilitasnya dengan bensin penerbangan beroktan 87, standar Eropa sampai Inggris mulai memperoleh bahan bakar beroktan 100 pada tahun 1940. (Sumber: http://panssarivaunut.blogspot.com/)
Pertempuran dan atrisi yang berkelanjutan bagaimanapun terus mengikis inventaris yang dimiliki LeLv 24 AU Finlandia. Pada awal tahun 1943 hanya 24 Brewster yang masih beroperasi, dimana hal ini lalu memaksa dilakukannya transisi ke pesawat tempur Me 109 di skuadron lain pada tahun berikutnya. (Sumber: http://panssarivaunut.blogspot.com/)

Pada awal bulan Juni 1941 dalam Perang Berkelanjutan Juutilainen adalah seorang veteran Perang Musim Dingin berusia 27 tahun yang telah mencetak tiga kemenangan udara saat menerbangkan pesawat tempur Fokker D.XXI buatan Belanda. Terbang melawan Soviet bersama LeLv 24, ia terus-menerus terlibat dalam pertempuran, tiga kali mencetak tiga kemenangan dalam sehari, sehingga ia dalam proses menuju ke puncak daftar ace Finlandia. Ditransisikan ke Brewsters, Juutilainen menyebut Model 239 sebagai “penipu gemuk, seperti lebah. Ia juga memiliki kecepatan, kelincahan, dan persenjataan yang bagus.…Kami senang membawa mereka ke mana saja untuk menghadapi lawan mana pun.” Juutilainen lalu menggambarkan pengalaman tempurnya dalam memoarnya Double Fighter Knight, mengacu pada dua catatan medali Mannerheim Crosses miliknya. Dia menekan taktik serangan ke jarak terdekat untuk memastikan akurasi yang mematikan. Juutilainen mengingat satu pertempuran jarak dekatnya dengan Hurricane Soviet: “Saya datang dengan kecepatan tinggi dari atas dan belakang dan menarik throttle kembali ke posisi idle. Target muncul di gunsight saya. Itu adalah pesawat yang sangat bersih dan tampak baru. Sekarang saya mendekatinya hingga ke jarak tembak yang sempurna dan melihat sekeliling saya sekali lagi. Tidak ada musuh lain yang terlihat. Pipper yang saya lihat hanya sedikit di depan hidung Hurricane, dan sudut luncur saya sekitar 10 derajat. Sekarang saya bisa menghitung paku keling pada target.” Berbeda dengan veteran tua berpengalaman seperti Juutilainen dan Mayor Eino Luukkanen yang berusia 32 tahun (56 kemenangan), Hans Henrik “Hasse” Wind memulai Perang Lanjutan sebagai letnan berusia 21 tahun. Dia menemukan bakat tempurnya lebih awal, dengan mencapai status ace (mencetak lima kemenangan udara) dalam enam pertemuan pertamanya melawan musuh. 

Ace Finlandia Ilmari Juutilainen. Seorang veteran Perang Musim Dingin berusia 27 tahun yang telah mencetak tiga kemenangan udara saat menerbangkan pesawat tempur Fokker D.XXI buatan Belanda. Terbang melawan Soviet bersama LeLv 24, ia terus-menerus terlibat dalam pertempuran, tiga kali mencetak tiga kemenangan dalam sehari, sehingga ia dalam proses menuju ke puncak daftar ace Finlandia. (Sumber: https://www.warhistoryonline.com/)
Ditampilkan dalam lukisan ini adalah pesawat tempur Buffalo yang diterbangkan Juutilainen dengan nomor BW-364 terbang di kawasan Karelia utara danau, Ladoga pada bulan Januari 1942. Lawan yang dijatuhkan adalah pesawat tempur Hurricane buatan Inggris yang dipakai soviet. (Sumber: http://gdes.fi/)

Karena kekurangan pasokan eksternal, Finlandia mati-matian dalam menjaga agar Brewster mereka tetap bisa beroperasi. Oleh karena itu, mekanik dan insinyur Ilmavoimat yang inovatif dan rajin bekerja keras untuk menyediakan suku cadang, dan selama perpindahan mereka yang sering ke pangkalan garis depan, kepala kru naik di kompartemen bagasi pesawat yang ditugaskan. Dari tahun 1941 hingga 44 unit Brewster LeLv 24 mengklaim 477 kemenangan dengan kehilangan 19 pesawat dalam pertempuran dan enam lagi dalam kecelakaan atau hancur di darat. Banyak yang mengklaim bahwa rekor 25-kemenangan dibanding-1 dari Brewster Finlandia adalah rasio kemenangan udara tertinggi dalam perang, tetapi kenyataannya gelar itu dimiliki oleh F4F versi Grumman/Eastern FM-2. Terbang dari kapal induk pengawal pada tahun 1944–1945, “Wilder Wildcat” mencetak rekor kemenangan 32 banding 1, tidak diragukan lagi merupakan salah satu rasio tertinggi di era pesawat bermesin piston (bersama dengan Fiat G.50, yang mencetak rasio kill-loss 33:1 yang belum pernah ada sebelumnya). Antara awal tahun 1943 dan awal tahun 1944 angkatan udara Finlandia mengkonversi empat dari enam unit tempurnya menjadi menggunakan Messerschmitt Me 109G, meskipun Brewster yang masih tersisa akan tetap beroperasi hingga akhir perang. Untuk pilot Brewster berpengalaman, pesawat tempur buatan Jerman dianggap kurang memuaskan. Kopral Lampi kemudian menceritakan kecintaannya dengan Brewster kepada sejarawan Dan Ford. “Teman lama saya (pesawat) Messerschmitt, yang merupakan petarung yang sangat keras, adalah pesawat saya berikutnya setelah Brewster, tetapi pesawat itu benar-benar kurang manusiawi,” kata Lampi. “Saya tidak bisa menyukainya seperti saya mencintai teman saya Brewster. Begitu juga pesawat lain dalam hal ini. ” Lampi menjadi ace saat menerbangkan Brewster dan menambahkan delapan kemenangan lagi saat menerbangkan Me-109. LeLv 24 menerbangkan ‘Mutiaranya’ sampai bulan Mei 1944, ketika pesawat yang tersisa pergi ditransfer ke LeLv 26, yang mengklaim 35 kemenangan udara tambahan dengan tipe pesawat tersebut.

Para pilot Buffalo Finlandia mempersiapkan misi tempur mereka. Karena kekurangan pasokan eksternal, Finlandia mati-matian dalam menjaga agar Brewster mereka tetap bisa beroperasi. Oleh karena itu, mekanik dan insinyur Ilmavoimat yang inovatif dan rajin bekerja keras untuk menyediakan suku cadang. (Sumber: http://panssarivaunut.blogspot.com/)
Brewster Buffalo Finlandia mencetak rekor 25-kemenangan dibanding-1, salah satu rekor kemenangan terbaik dari tipe-tipe pesawat tempur yang digunakan dalam Perang Dunia II. (Sumber: https://www.liveauctioneers.com/)
Pilot-pilot Finlandia beristirahat disamping pesawat-pesawat tempur Messerschmitt. Antara awal tahun 1943 dan awal tahun 1944 angkatan udara Finlandia mengkonversi empat dari enam unit tempurnya menjadi menggunakan Messerschmitt Me 109G, meskipun Brewster yang masih tersisa akan tetap beroperasi hingga akhir perang. (Sumber: https://ilmavoimat.fi/)

Skuadron itu mencetak kemenangan terakhir Brewster melawan Soviet pada tanggal 17 Juni 1944, hampir tiga tahun sejak pertempuran pertama dijalani pesawat tipe itu. Taktik, terutama dengan menggunakan kualitas kemampuan tempur udara yang baik dari Brewster, komando dan kontrol yang sangat baik, pilot Finlandia berkualitas tinggi dan pilot Soviet berkualitas rendah berperan penting dalam kesuksesan BuffaloBrewster mungkin saja bisa membuat lebih banyak kemenangan, tetapi sistem komando pesawat tempur Finlandia selama zaman keemasan Brewster pada tahun 1941-42 sangat buruk. Sebagai contoh, terkadang pesan peringatan hanya seperti ini: “Desa Inkeroinen sedang dibom” dan mereka datang terlambat 15 menit. Tetapi pada musim panas 1944 sistem komandonya sudah bagus. Kritik terhadap sistem kontrol darat Finlandia dan perwira Ilmavoimat secara umum telah sangat keras diutarakan oleh Joppe Karhunen, seorang ace Brewster dan seorang sejarawan penerbangan. Pilot Finlandia menganggap B-239E mudah diterbangkan, atau dalam kata-kata ace Ilmari Juutilainen, “pesawat untuk bepergian (atau tur) para tuan-tuan”. Buffalo juga populer di dalam Ilmavoimat karena jangkauannya yang relatif jauh dan catatan perawatan yang baik. Ini sebagian karena upaya personel mekanik Finlandia, yang mampu memecahkan masalah yang mengganggu mesin Wright Cyclone dengan membalikkan salah satu cincin piston di setiap silinder, yang memiliki efek positif pada keandalan Buffalo. Orang-orang Finlandia juga terbantu oleh iklim dingin di negaranya, karena mesin Buffalo tercatat rentan terhadap panas berlebih seperti yang dicatat dalam penggunaan di Pasifik yang beriklim tropis. Pada bulan September, bagaimanapun, posisi geostrategis Helsinki yang berbalik tidak menguntungkan memaksa dilakukannya penyelesaian dengan Moskow di mana Finlandia diminta untuk mengusir pasukan Jerman dari perbatasannya. Pada saat itu pesawat-pesawat Brewsterssudah lama bertempur di garis depan dan hampir tidak mendapat dukungan suku cadang. Selama Perang Berkelanjutan, karena kurangnya suku cadang pengganti membuat Finlandia sempat mengembangkan salinan Buffalo yang dibuat dari bahan non-strategis seperti kayu lapis, namun Humu, sebagaimana mereka menyebutnya, sudah usang dan hanya satu prototipe yang dibangun.

Digambarkan di sini kemenangan udara ke-16 Major Luukkanen (atas pesawat tempur Polikarpov I-16 ) menggunakan Buffalo di atas Teluk Finlandia. Lt. Luukkanen menandai kemenangannya dengan cara yang sangat istimewa, dengan label botol bir di sirip ekornya. (Sumber: http://gdes.fi/e)

HARI-HARI TERAKHIR BUFFALO FINLANDIA

Dengan demikian, pilot-pilot Brewster Finlandia lalu menerbangkan misi-misi terakhir mereka melawan Luftwaffe selama Perang Lapland yang berlangsung tujuh bulan. Pada tanggal 3 Oktober, pengendali darat mengirim arahan kepada pesawat LeLv 26 untuk mencegat selusin pembom tukik Junkers Ju 87D Stuka yang mengancam kapal-kapal Finlandia di Teluk Bothnia. Letnan Satu Erik Teromaa dan Staf Sersan. Olva Hietala masing-masing mengklaim sebuah Stuka, yang dengan ini mengakhiri partisipasi Brewster dalam Perang Dunia II. Pada akhir perang (meskipun Finlandia membelot ke pihak Sekutu, mereka tetap dihukum oleh Rusia pada akhir Perang Dunia II, dengan harus kembali menyerahkan hampir 10% dari tanah mereka), hanya delapan Mutiara Langit yang masih tersisa. Lima diantaranya terus terbang sampai tahun 1948 dan akhirnya dipensiunkan pada tahun 1953. Selama beberapa dekade, para penggemar penerbangan telah menganggap lambang swastika persegi Finlandia entah bagaimana disamakan dengan lambang swastika hitam miring Nazi Jerman. Sebenarnya, swastika biru Finlandia dengan latar belakang putih telah dipakai sebagai lambang militer sejak pendirian negara itu pada tahun 1918, sedangkan versi Jerman dari simbol keberuntungan kunonya tidak diadopsi secara resmi sampai tahun 1935. Pada akhir perang, Finlandia berubah menjadi biru- bulat dan-putih. Wind adalah pilot Brewster paling sukses dengan 39 kemenangan udara. Juutilainen mencetak 28 dari 34 kemenangan Brewsternya di pesawat berkode BW-364. Pilot lain menambahkan 14,5 kemenangan tambahan di BW-364 (sehingga kemenangan totalnya menjadi 42½), yang mungkin menjadikannya pesawat tempur buatan AS pencetak kemenangan udara terbanyak sepanjang masa.

Brewster Buffalo dengan nomor BW-364 memiliki kemenangan total menjadi 42½, yang mungkin menjadikannya pesawat tempur buatan AS pencetak kemenangan udara terbanyak sepanjang masa. (Sumber: https://www.pinterest.jp/)
Tiga puluh enam dari 96 pilot pesawat tempur top Finlandia menjadi ace saat menerbangkan Brewsters, termasuk enam dari 10 ace teratas. Sebagai perbandingan, empat orang Finlandia mencetak 20 atau lebih kemenangan saat menerbangkan Brewsters, rekor yang hanya dilampaui dalam dinas militer AS oleh lima pilot pesawat tempur P-47. (Sumber: https://www.pinterest.jp/)
Pesawat BW-372 Finlandia ini rusak oleh aksi Hurricane Soviet pada tahun 1942 dan jatuh ke danau dekat perbatasan Rusia. Di-eskavasi pada tahun 1998, pesawat itu dibeli oleh museum Florida pada tahun 2004 sebelum kembali ke Finlandia untuk dipajang dalam kondisi apa adanya seperti saat ditemukan di Museum Angkatan Udara Finlandia. (Sumber: https://www.airplane-pictures.net/)

Tiga puluh enam dari 96 pilot pesawat tempur top Finlandia menjadi ace saat menerbangkan Brewsters, termasuk enam dari 10 ace teratas. Sebagai perbandingan, empat orang Finlandia mencetak 20 atau lebih kemenangan saat menerbangkan Brewsters, rekor yang hanya dilampaui dalam dinas militer AS oleh lima pilot pesawat tempur P-47. Menggabungkan skor kemenangan di semua jenis pesawat, Juutilainen menyelesaikan perang dengan 94 kemenangan udara (Ini adalah jumlah kemenangan tertinggi dari semua pilot pesawat tempur non-Jerman yang tercatat dalam sejarah), Wind dengan 75 kemenangan (39 dengan Buffalo) dan Luukkanen dengan 56 kemenangan. Kapten Jorma Karhunen, mencetak 25,5 kemenangan (dari total 31,5) dan Letnan Satu Lauri Nissinen mencetak 22,5 kemenangan (dari total 32,5) menggunakan Buffalo. Tiga orang Finlandia lainnya yang mencetak kemenangan di atas angka 40, hanya satu di antaranya yang menerbangkan Brewster. Saat ini hanya tersisa satu varian Buffalo. Pesawat BW-372 Finlandia ini rusak oleh aksi Hurricane Soviet pada tahun 1942 dan jatuh ke danau dekat perbatasan Rusia. Di-eskavasi pada tahun 1998, pesawat itu dibeli oleh museum Florida pada tahun 2004 sebelum kembali ke Finlandia untuk dipajang dalam kondisi apa adanya seperti saat ditemukan di Museum Angkatan Udara Finlandia.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

THE BREWSTER BUFFALO WAS AN UNLIKELY FIGHTER PLANE—BUT FINLAND LOVED IT By BARRETT TILLMAN; 9/22/2021

Finland Loved This Unlikely Fighter Plane: The Brewster Buffalo by Todd Neikirk

https://www.google.com/amp/s/www.warhistoryonline.com/war-articles/finland-fighter-pilots-loved-the-brewster-buffalo.html/amp%3Fcsplit%3Dheader%26cmp_ab%3Dquantcast

Brewster 239 in Finnish service by Jukka Raustia

https://www.warbirdforum.com/faf.htm

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Brewster_F2A_Buffalo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *