Sejarah Militer

Death From Below: Mengenal Kapal Selam Nuklir Pembawa Rudal Balistik Kelas Ohio, Salah Satu Mesin Perang Paling Destruktif di Dunia

Kapal selam Kelas Ohio bertugas dalam Angkatan Laut Amerika Serikat sebagai platform peluncur rudal antarbenua yang hampir tidak terdeteksi. Divisi Electric Boat General Dynamics yang berbasis di Groton, Connecticut, membangun 18 kapal selam Ohio yang mulai dioperasikan antara tahun 1981 dan 1997. Kapal selam kelas ini di Armada Pasifik berbasis di Bangor, Washington, sedangkan bagian dari Armada Atlantik ada di King’s Bay, Georgia. Kapal selam ini mampu menghabiskan waktu 70 hari beroperasi di dalam laut sebelum menjalani 25 hari di dermaga untuk mendapatkan perbaikan. Dari empat belas kapal selam rudal balistik kelas Ohio, yang masih aktif beroperasi, mereka semua total membawa lebih dari setengah persenjataan nuklir Amerika Serikat. Kelas Ohio direncanakan untuk digantikan oleh SSBN kelas Columbia.

Sebagai platform peluncur rudal antarbenua yang hampir tidak terdeteksi, kapal selam kelas Ohio merupakan salah satu elemen senjata strategis Amerika yang penting. Armada Atlantik dan Pasifik masing-masing memiliki 10 dan 8 kapal selam rudal balistik kelas Ohio. (Sumber: http://www.military-today.com/)

LATAR BELAKANG

Uni Soviet dan negara-negara Barat terlibat dalam permainan kucing dan tikus yang berbahaya selama beberapa dekade saat Perang Dingin. Untuk setiap kemajuan teknis yang tajam yang dibuat satu pihak, pihak lain harus membuat tandingannya, sering kali menyamai atau melampaui ancaman sebelumnya. Kapal selam milik keduanya adalah pemain kunci dalam “perang containment” yang terjadi selama periode ini dan kemudian akan menjadi fokus pengembangan di masa depan. Dari sini potensi kapal selam jauh meningkat, dibanding sekedar sebagai kapal perang bawah air bersenjatakan torpedo, yang umum dipakai selama Perang Dunia II. Potensi mematikan dari kapal selam ini berpuncak dengan terwujudnya kapal selam rudal balistik. Kapal selam rudal balistik (diberi kode sebagai “SSBN”) adalah kapal selam yang dirancang dan ditugaskan untuk membawa rudal berhulu ledak nuklir jarak jauh. Mereka biasanya berkeliaran di lautan dengan menghindari kontak dengan kapal selam lain dan kapal perang permukaan. Kemampuan armada kapal selam rudal balistik untuk bertahan dari serangan nuklir terhadap Amerika Serikat, menjadikan mereka sebagai peralatan pencegah nuklir paling kredibel selama Perang Dingin. Untungnya, ancaman pembalasan nuklir yang diwakili oleh kapal selam rudal balistik AS ini terus dapat menjadi pencegah yang efektif dalam mencegah serangan rudal nuklir di AS. Pencegahan strategis telah menjadi satu-satunya misi armada kapal selam rudal balistik (SSBN) sejak dibuat pada tahun 1960. Studi dari STRAT-X pada tahun 1967 menyatakan bahwa sistem rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam adalah salah satu unsur yang dinilai lebih dapat bertahan dalam konsep pencegah nuklir strategis Triad (terdiri dari: rudal nuklir yang diluncurkan dari darat, kapal selam bersenjata rudal nuklir, dan pesawat strategis bersenjata bom dan rudal nuklir).

Sebuah Rudal Balistik Antarbenua Soviet melintasi Lapangan Merah selama parade militer di Moskow untuk menandai Peringatan 20 tahun berakhirnya Perang Dunia II di Eropa. Selama periode Perang Dingin ini, untuk setiap kemajuan teknis yang tajam yang dibuat satu pihak, pihak lain harus membuat tandingannya, sering kali menyamai atau melampaui ancaman sebelumnya. Kapal selam milik keduanya adalah pemain kunci dalam “perang containment” yang terjadi selama periode ini. (Sumber: https://www.rbth.com/)
USS George Washington (SSBN 598) adalah kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir pertama di dunia. Kapal ini dapat dianggap sebagai kapal selam yang paling berpengaruh di dunia di abad ke-20. Dengan masuk ke dalamdinas operasional pada bulan Desember 1959, Amerika Serikat langsung memperoleh kekuatan pencegah paling kuat yang bisa dibayangkan – platform siluman dengan bersenjata nuklir yang sangat besar. (Sumber: https://nuke.fas.org/)

Namun, penelitian itu juga mengakui adanya tiga fakta penting mengenai kemampuan pertahanan strategis Amerika yang dianggap penting dalam pertimbangan para perencana pertahanan AS. Pertama, sistem rudal balistik yang diluncurkan kapal selam diakui sebagai elemen yang paling dapat bertahan dalam tiga unsur pencegah nuklir strategis. Kedua, meskipun rudal Poseidon memberikan peningkatan dalam sistem pertahanan yang penting, kekuatan SSBN (Kapal Selam Pembawa Rudal Balistik) itu sendiri sudah tua dan akan membutuhkan penggantian. Ketiga, ancaman peningkatan kemampuan ASW (peperangan anti kapal selam) Soviet membuat area operasi SSBN yang diperluas sangat diinginkan. Pihak Angkatan Laut (SSPO) kemudian memulai studi Sistem Rudal Jarak Jauh Bawah Laut (ULMS) yang baru, yang memuncak pada saat Deputi SECDEF menyetujui Kertas Koordinasi Keputusan (DCP) No. 67 pada tanggal 14 September 1971 untuk  program ULMS. Program ULMS adalah rencana modernisasi jangka panjang yang mengusulkan pengembangan rudal jarak jauh baru dan kapal selam baru yang lebih besar, sambil mempertahankan opsi jangka pendek untuk mengembangkan rudal Poseidon dengan jarak yang lebih jauh. Selain rudal ULMS (extended-range Poseidon) baru, yang memiliki jangkauan dua kali lipat dari Poseidon lama, keputusan Kementrian Pertahanan menggambarkan bahwa rudal jarak jauh diperlukan untuk kapal selam baru, yang parameternya akan, sebagian menentukan. Rudal kedua ini, yang kemudian disebut ULMS II, akan menjadi rudal yang lebih besar dan berkinerja lebih tinggi daripada Poseidon jarak jauh dan memiliki kemampuan jangkauan sekitar 6000 nm. 

Keluarga Rudal Balistik Polaris-Poseidon. Sketsa seniman ini menunjukkan desain komparatif dari tiga versi rudal Polaris dan rudal Poseidon yang diusulkan. Poseidon adalah rudal generasi lanjutan dari Polaris. Pada tanggal 14 September 1971 Angkatan Laut Amerika mengusulkan pengembangan rudal jarak jauh baru dan kapal selam baru yang lebih besar, sambil mempertahankan opsi jangka pendek untuk mengembangkan rudal Poseidon dengan jarak yang lebih jauh. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Rudal Balistik Trident I pertama kali diluncurkan pada tanggal 18 Januari 1977 di Cape Canaveral. Pengembangan rudal ini diikuti dengan program pembuatan kapal selam nuklir pembawa rudal balistik baru kelas Ohio. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Istilah Trident (C4) kemudian menggantikan nomenklatur rudal jarak jauh (Advanced Poseidon) pada bulan Mei 1972, dan nama Trident II digunakan untuk merujuk pada rudal jarak jauh baru. Pada tanggal 14 September 1971, Deputi Kementrian Pertahanan telah menyetujui DCP Angkatan Laut No. 67, yang mengizinkan pembuatan kapal selam baru yang besar dan berkecepatan lebih tinggi dan Sistem Rudal Trident (C4). Kapal selam itu juga dirancang agar sesuai dengan ukuran tabung peluncur silinder SSBN yang berisi rudal C3 sehingga rudal baru dapat digunakan di kapal selam Polaris yang sudah ada saat itu. Keputusan pihak Angkatan Laut dibuat pada bulan November 1971 untuk mempercepat program ULMS dengan peningkatan dana untuk pembangunan SSBN ULMS. Keputusan Anggaran Program Kementrian Pertahanan (PBD) pada tanggal 23 Desember 1971 mengesahkan jadwal yang dipercepat dengan penempatan kapal yang diproyeksikan selesai pada tahun 1978. Presiden Amerika kemudian menandatangani FY74 Appropriations Authorization Act yang menyediakan dana untuk kapal selam pembawa rudal Trident pertama pada tanggal 15 November 1973, dan pada tanggal 25 Juli 1974 Angkatan Laut memberikan kontrak insentif harga tetap kepada Electric Boat Division General Dynamics, untuk pembangunan SSBN Ohio pertama ini. Pada tahun 1974 program awal SSBN kelas Ohio diproyeksikan terdiri dari 10 kapal selam yang dikerahkan di pangkalan Bangor Washington akan membawa rudal balistik Trident-1 C-4. Pada tahun 1981 program telah dimodifikasi menjadi 15 kapal, dan setidaknya 20 kapal direncanakan pada tahun 1985. Pada tahun 1989 Angkatan Laut mengantisipasi total armada kapal SSBN setidaknya terdiri dari 21 kapal, sementara rencana tahun berikutnya merencanakan total 24 kapal, 21 diantaranya akan membawa rudal strategis dengan tiga sisanya dipakai untuk mendukung misi lain, seperti operasi pasukan khusus. 

DESAIN

Kapal selam kelas Ohio dirancang dan dibuat sedari awal untuk menggantikan armada kapal selam tua pembawa rudal balistik yang dibangun pada tahun 1960-an dan memiliki kemampuan yang jauh lebih baik. Kapal selam bertenaga nuklir peluncur rudal balistik (SSBN) seperti yang telah disinggung diatas, merupakan salah satu dari tiga elemen TRIAD strategis Amerika, karena kapal selam ini membawa sekitar setengah dari hulu ledak nuklir di arsenal AS di tahun-tahun terakhir Perang Dingin. Dengan ini ukuran kemampuan untuk menyerang sejumlah besar target dan penghancurannya akan menjadi persyaratan yang sangat penting dalam keberhasilan melakukan serangan penghancuran terhadap kapasitas militer Soviet. SSBN kelas Ohio memiliki panjang 560 kaki (170 m), diameter 42 kaki (13 m), dan bobot 18.700 ton saat menyelam. Kapal ini bisa membawa 24 rudal Trident I atau Trident II yang lebih besar dan lebih akurat. Rudal ini, yang dikembangkan pada 1980-an, menawarkan cara alternatif untuk mengembangkan kemampuan untuk menyerang silo peluncur ICBM Soviet dalam serangan kedua. Pegerahan rudal yang diluncurkan dari kapal selam ke peran counterforce akan membutuhkan pengadaan kapal selam tambahan di luar yang dibutuhkan untuk melakukan pembalasan terhadap kota-kota Soviet. Berukuran dua kali lebih besar dari ukuran kapal selam Poseidon (8.250 ton saat menyelam), Trident (18.700 ton) membawa 24 rudal, delapan lebih banyak daripada kapal selam pembawa rudal Polaris atau Poseidon. Meskipun dirancang bersama dengan pengembangan rudal balistik baru yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM), kapal selam kelas Ohio pada awalnya akan dipersenjatai dengan rudal Trident I, yang cukup untuk ditempatkan pada tabung peluncuran kapal pembawa rudal Poseidon yang sudah ada. Namun, tabung peluncuran pada SSBN kelas Ohio dapat menampung SLBM sekitar sepuluh kaki lebih panjang (3 meter) dan 50.000 pon (4.5 ton) lebih berat daripada rudal Trident I.

Detail konfigurasi kelas Ohio. (1) Sonar dome, (2) Main ballast tanks, (3) Computer room, (4) Integrated radio room, (5) Sonar room, (6) Command and control center, (7) Navigation center, (8) Missile control center, (9) Engine room, (10) Reactor compartment, (11) Auxiliary machinery room no. 2, (12) Crew’s berthing (13) Auxiliary machinery room no. 1, (14) Torpedo room, (15) Wardroom, (16) Chief petty officer quarters, (17) Missile compartment. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Tabung peluncur kelas Ohio dalam keadaan terbuka. Kelas Ohio dapat membawa 24 rudal balistik, delapan lebih banyak daripada kapal selam pembawa rudal Polaris atau Poseidon. (Sumber: https://www.atomicarchive.com/)

SSBN ini dirancang khusus untuk patroli pencegahan (deterrent) yang waktunya diperpanjang. Untuk meningkatkan jumlah waktu yang diperlukan untuk pembekalan ulang dan pemeliharaan, kapal selam kelas Ohio memiliki tiga lubang logistik berdiameter besar yang memungkinkan para pelaut untuk dengan cepat mentransfer palet pasokan perbekalan, modul penggantian peralatan, dan komponen mesin sehingga meningkatkan kesiapan operasionalnya. Desain kelas Ohio memungkinkan kapal selam itu untuk beroperasi selama 15 tahun atau lebih antara jeda waktu overhaul besar-besaran. Rata-rata, kapal selam akan menghabiskan 77 hari di laut, yang diikuti dengan 35 hari di pelabuhan untuk menjalani pemeliharaan. Setiap SSBN berada di laut setidaknya 66 persen dari total waktu pengoperasiannya, termasuk periode overhaul besar-besaran selama dua belas bulan setiap sembilan tahun. Setiap SSBN memiliki dua awak, tim Biru dan Emas, yang bergantian mengoperasikan kapal selam saat berpatroli, dimana rekor terpanjang selama 140 hari (januari-juni 2014) dicapai oleh USS Pennsylvania. Hal ini ditujukan untuk memaksimalkan ketersediaan strategis SSBN, dengan mengurangi jumlah kapal selam yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan strategis dan memungkinkan pelatihan, kesiapan, dan moral awak yang tepat. Kabin awak pada kelas Ohio terbagi dalam empat tingkatan dek. Bagian ini diproduksi di fasilitas General Dynamics Electric Boat, Quonset Point, Rhode Island, dan kemudian dirakit di galangan kapalnya di Groton, Connecticut. Di kapal selam Angkatan Laut AS, tempat tinggal awak disebut “area berlabuh” menyediakan tidak lebih dari 15 kaki persegi ruang per orang untuk tempat tidur dan barang-barang pribadinya. Setiap tempat tidur awak kapal (disebut tempat tidur susun, tempat berlabuh atau rak) memiliki lampu baca, saluran ventilasi, soket earphone untuk sistem hiburan audio kapal, dan tirai untuk memberikan ukuran privasi yang kecil (tetapi disambut baik oleh para awak). Awak kapal menyimpan pakaian dan barang-barang pribadi mereka di loker seperti panci yang kokoh di bawah kasur mereka. Saat kapal selam Angkatan Laut AS berada di laut, lampu di area berlabuh biasanya diredupkan. Sekitar sepertiga dari kru tertidur pada suatu waktu karena kapal selam beroperasi 24 jam sehari. Para kru bekerja dalam shift, biasanya enam jam aktif, 12 jam libur. Hanya kapten dan pejabat eksekutif kapal selam yang memiliki kamar pribadi, yang disebut kabin, untuk bekerja dan tidur. Terkadang, ada lebih banyak orang di dalam kapal daripada jumlah ranjang regulernya. Ketika ini terjadi, beberapa awak harus tidur di ranjang darurat di ruang torpedo. Ranjang sementara ini dipasang di rak penyimpanan tempat torpedo dan rudal biasanya disimpan. Ruang selalu sangat terbatas di dalam kapal selam, dan hanya ada sedikit ruang besar atau terbuka di mana orang dapat membuat tempat tidur.

Juru masak USS Louisiana (SSBN 743) mempersiapkan makanan bagi awak kapal. Rata-rata, kapal selam akan menghabiskan 77 hari di laut, yang diikuti dengan 35 hari di pelabuhan untuk menjalani pemeliharaan. Untuk mendukung hal ini kesiapan logistik, termasuk ketersediaan makanan menjadi hal yang krusial. (Sumber: https://www.nola.com/)
Awak kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir USS Ohio (SSBN-726) bersantai di kabin perwira. Ruang selalu sangat terbatas di dalam kapal selam, dan hanya ada sedikit ruang besar atau terbuka di mana orang dapat membuat tempat untuk tidur. (Sumber: https://nara.getarchive.net/)
Kemudi kapal selam rudal kelas Ohio, USS Florida (SSGN-728), pada bulan Maret 2010. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tahun 1980 kenaikan biaya yang signifikan dan penundaan besar dalam program pembuatan kapal kelas Ohio mendorong Kongres dan Angkatan Laut untuk melihat kemungkinan membangun kapal selam yang lebih kecil dan lebih murah daripada Ohio. Keraguan juga muncul tentang perlunya mengembangkan rudal Trident II, sebagian karena biaya jangka pendeknya yang tinggi. SLBM Trident II, bagaimanapun, akan mengambil keuntungan penuh dari tabung peluncuran besar dari kapal kelas Ohio, karena dapat membawa muatan nuklir yang lebih besar daripada rudal Trident I dan mungkin menggabungkannya dengan akurasi yang lebih besar. Beberapa skeptisisme juga muncul mengenai apakah kapal selam yang jauh lebih kecil dari kelas Ohio dapat mengakomodasi semua pemasangan perangkat isolasi suara yang dimungkinkan oleh ukuran Ohio yang besar. Kemajuan kemudian telah dibuat dalam teknologi kesenyapan kapal selam sejak Ohio dirancang pada awal tahun 1970-an. SSBN baru dengan fitur peredam yang hampir sebaik Ohio mungkin bisa dirancang. Namun, kapal selam yang jauh lebih kecil dari Ohio mungkin tidak dapat mengakomodasi palka dan lorong logistik yang sama besarnya dan meningkatkan aksesibilitas peralatan. Ini mungkin mencegah tercapainya waktu perbaikan dan pemeliharaan yang berkelanjutan dalam jumlah yang sebanding; SSBN baru mungkin harus menghabiskan lebih banyak waktu di pelabuhan daripada Ohio. Meskipun, seperti Ohio, SSBN baru mungkin akan dirancang untuk bisa beroperasi selama sembilan tahun sebelum perlu dilakukan overhauloverhaul itu sendiri mungkin memakan waktu beberapa bulan lebih lama, dan “periode reparasi yang diperpanjang” (perbaikan kecil 60 hari) mungkin diperlukan sekali atau dua kali. antara overhaul biasa. Selain itu, periode pembekalan ulang dan pemeliharaan (atau “perbaikan”) setelah patroli mungkin berlangsung beberapa hari lebih lama untuk SSBN baru daripada untuk kapal kelas Ohio

STRUKTUR KAPAL

Secara fisik, USS Ohio dirancang dengan bentuk konvensional – pada dasarnya sebuah bentuk tabung dengan sirip penstabil dan kontrol serta menara yang diperlukan. Menara ada di depan bagian tengah kapal dengan sirip untuk menyelam pada kedua sisinya. Desain lambung keseluruhan relatif tanpa fitur mencolok dan memakai kerucut hidung yang bulat dan buritan yang meruncing. Bagian buritan ditempati baling-baling serta kemudi kapal. Struktur lambung sinder baja bertekanan tipe HY-80 pada kapal selam kelas Ohio ditopang oleh rangka melingkar dan ditutup oleh permukaan berbentuk bola di kedua ujungnya. Lambung bertekanan ini menyediakan perlindungan dan ruang yang cukup besar untuk sistem senjata, awak, dan peralatan dengan kekuatan yang cukup untuk memungkinkan kapal beroperasi di lautan yang cukup dalam guna menghindari deteksi dengan mudah. Kelas Ohio dapat menyelam hingga kedalaman 800 kaki (243,84 meter). Lambung luar yang streamlined (seperti bentuk ikan) memungkinkan kapal untuk bergerak tenang di dalam air dengan kecepatan tinggi. Lambung luar yang mengelilingi ujung depan dan belakang lambung tekanan tidak dibuat untuk menahan tekanan penyelaman yang dalam. Mereka biasanya dianggap sebagai tangki pemberat utama. Superstructure di kapal ini berada di atas lambung bertekanan. Ini akan mencakup area sail atau fairwater, dan area di atas tabung rudal.

Lambung luar yang streamlined (seperti bentuk ikan) dari kelas Ohio memungkinkan kapal untuk bergerak tenang di dalam air dengan kecepatan tinggi. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

Lambung kelas Ohio yang ramping dirancang khusus untuk dapat menjelajah di bawah air dengan efisien. Kapal selam kelas Skipjack adalah kapal bertenaga nuklir pertama yang mengadopsi bentuk lambung seperti ini. Lambung dari kelas Ohio yang lebih besar, memungkinkannya untuk menampung lebih banyak senjata dengan ukuran yang lebih besar dan jangkauan yang lebih jauh, serta peralatan elektronik terkomputerisasi yang canggih untuk memandu senjata dan kinerja sonar yang lebih baik. Teknik kesenyapannya juga ditingkatkan untuk mengurangi kemungkinan deteksi musuh. Pada tahun 1995 Angkatan Laut sedang mempelajari kemungkinan perpanjangan usia pemakaian selama 30 sampai 40 tahun untuk kapal selam kelas SSBN-726 kelas Ohio. Sementara 30 tahun adalah angka standar untuk masa operasi kapal selam, SSBN tampaknya memiliki sejarah pengoperasian yang lebih baik daripada SSN. Mereka biasanya beroperasi pada kedalaman yang agak lebih dangkal, dimana mereka tidak mengalami banyak ekskursi dari kedalaman operasi normal mereka, dan mereka tidak akan beroperasi di bawah kedalaman uji mereka dengan tingkat frekuensi apa pun. Akibatnya, diharapkan mereka dapat memiliki masa operasi yang lebih lama daripada kapal selam serang (seperti halnya pesawat tempur yang jauh lebih cepat aus daripada pesawat pengebom atau pesawat angkut). Pada akhir tahun 1998, faktor biaya dan perencanaan Angkatan Laut mengasumsikan bahwa kapal selam kelas Ohio akan memiliki masa operasi yang diharapkan setidaknya  selama 42 tahun, dengan menjalani dua siklus operasi 20 tahun yang dipisahkan oleh perbaikan dan pengisian bahan bakar selama dua tahun.

KONVERSI SSGN OHIO

Menurut persyaratan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis, START II, yang disepakati pada bulan Juni 1992, jumlah kapal selam rudal pembawa balistik strategis dibatasi hingga 14 kapal saja dari tahun 2002. Alih-alih menonaktifkan keempat kapal selam ini, Angkatan Laut AS telah mengubahnya menjadi kapal selam nuklir bersenjata konvensional (SSGN). Pada bulan September 2002, Electric Boat menerima kontrak untuk melakukan konversi USS Ohio (SSBN 726), Michigan (727), Florida (728) dan Georgia (729). Kapal-kapal selam itu akan dilengkapi dengan hingga 154 rudal Tomahawk TLAM (versi serang darat) atau Tactical Tomahawk (blok IV) dan juga mampu melakukan misi operasi khusus dengan mengakomodasi sistem pengiriman canggih pasukan SEAL (ASDS) buatan Northrop Grumman, pusat kendali misi dan 102 pasukan operasi khusus. General Dynamics Advanced Information Systems kemudian memodifikasi sistem kontrol penembakan rudal Trident dengan perangkat kontrol penembakan rudal TomahawkNorthrop Grumman Electronic Systems mengadaptasi tabung peluncur rudal baru, dengan mengembangkan multiple all-up round canister (MAC), yang menyediakan tempat penyimpanan dan peluncuran hingga tujuh rudal Tomahawk dari masing-masing dari 22 tabung rudal kapal selam. Kapal selam SSGN ini juga dilengkapi dengan sistem data tempur Raytheon AN/BYG-1. SSGN kelas Ohio mungkin adalah sistem senjata konvensional “all in one” paling kuat di Angkatan Laut Amerika, dengan daya tembak berkali-kali lipat dibanding kapal selam serang cepat kelas Virginia dan mampu mendukung kampanye operasi khusus berkelanjutan di beberapa wilayah yang paling tidak berbahaya di dunia. Kapal ini benar-benar bisa menyerang target apa pun dalam jarak 1000 mil (1.609 km) dengan keserbagunaannya yang luar biasa. Dengan empat kapal sekarang ada dalam armada AL AS, setidaknya dua kapal dapat berpatroli pada waktu tertentu, dengan yang ketiga dan keempat dalam posisi siaga.

Konversi kelas Ohio menjadi kapal selam nuklir bersenjata konvensional (SSGN). (Sumber: https://www.navalnews.com/)
Silo rudal balistik yang dimodifikasi untuk memuat tujuh (7) rudal jelajah Tomahawk. (Sumber: https://www.navalanalyses.com/)

Dalam melakukan proses konversi Angkatan Laut Amerika mengadakan program kemitraan yang unik untuk mewujudkan konsep SSGN ini. Keempat kapal selam diatas membutuhkan proses Engineered Refueling Overhaul (ERO) di samping pekerjaan konversi yang ekstensif. Puget Sound Naval Shipyard di Washington kemudian melakukan ERO untuk USS Ohio dan Michigan sementara Norfolk Naval Shipyard, yang terletak di Virginia, melakukan pengisian bahan bakar pada USS Florida dan Georgia. Angkatan Laut memberikan kontrak kepada General Dynamics’ Electric Boat untuk mengubah SSBN menjadi SSGN dengan perusahaan yang melakukan pekerjaan itu di Galangan Kapal Angkatan Laut—pertama kali kolaborasi semacam itu dilakukan. Kemitraan pertama ini telah terbukti sangat sukses karena program yang dijalankan bisa selesai tepat waktu dan tidak ada biaya yang membengkak. Program pengisian ulang bahan bakar dan konversi empat kapal selam rudal balistik (SSBN) menjadi SSGN dalam waktu lebih dari lima tahun terbukti memakan biaya yang jauh lebih rendah dan waktu yang lebih singkat daripada membangun platform kapal selam yang benar-benar baru, dimana, total biaya untuk mereparasi keempat kapal tersebut hanya di bawah $700 juta per kapal. USS Ohio memulai menjalani konversi pada bulan November 2002, yang kemudian selesai pada bulan Januari 2006, ketika kapal bergabung kembali dengan armada AL AS setelah menjalani uji coba laut pada bulan Desember 2005. USS Florida memulai dikonversi menjadi SSGN pada bulan Juli 2003 dan bergabung kembali dengan armada AL AS pada April 2006. USS Michigan kembali beroperasi pada bulan Juni 2007. USS Georgia dikirim dari tahapan konversi pada bulan Desember 2007 dan kembali ke dinas operasional pada bulan Maret 2008.

USS Ohio saat diubah dari SSBN menjadi SSGN pada bulan Maret 2004. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Advanced SEAL delivery system (ASDS) di atas kapal USS Georgia (SSGN-729). (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Gabungan, keempat SSGN ini lalu akan mewakili lebih dari setengah kapasitas muat peluncur rudal vertikal Angkatan Laut Amerika. Ketika ditambahkan ke ruang torpedo, total 176 rudal Tomahawk mampu dibawa kapal ini. Ini masih bisa ditambah dengan rudal Harpoon yang dapat ditembakkan melalui tabung torpedo mereka. Kemungkinan muatan lainnya termasuk generasi baru dari rudal jelajah supersonik dan hipersonik, dan Rudal Balistik Jarak Menengah yang Diluncurkan Kapal Selam (SLIRBM), kendaraan udara tak berawak (UAV), ADM-160 MALD, sensor untuk perang atau intelijen anti-kapal selam, pengawasan, dan misi pengintaian. Peralatan perang lainnya termasuk alat anti ranjau countermine seperti AN/BLQ-11 Long Term Mine Reconnaissance System (LMRS), dan broaching universal buoyant launcher (BUBL) dan canister khusus untuk sistem stealthy affordable capsule system (SACS). Jumlah senjata ini sudah tak tertandingi, bahkan oleh SSGN Angkatan Laut Rusia terbaru. SSBN USS Pennsylvania dan USS Kentucky lalu dipindahkan dari Kings Bay ke Bangor untuk menyeimbangkan kekuatan strategis. Pada bulan November 2007, USS Ohio berangkat untuk menjalani uji coba terakhir di lepas pantai Hawaii sebelum memulai penugasan operasional pertamanya sebagai SSGN di Samudra Pasifik bagian barat. Pada bulan Januari 2003, USS Florida mengambil bagian dalam eksperimen Naval Sea Systems Command (NAVSEA) ‘Giant Shadow‘ untuk menguji kemampuan SSGN baru. Eksperimen tersebut termasuk peluncuran validasi dua rudal Tomahawk, peluncuran pertama kendaraan bawah air tak berawak (UUV) dan penyisipan pasukan Navy SEAL. SSGN ini akan memiliki kapasitas untuk menampung 66 personel SEAL. Northrop Grumman advanced SEAL delivery system (ASDS) adalah wahana untuk mengirimkan personel pasukan khusus US Navy SEAL dan perlengkapan tempur ke pantai. Setiap SSGN Ohio memiliki dua tabung rudal paling depan yang bisa diubah menjadi ruang peluncuran wahana ASDS. ASDS dilengkapi dengan beberapa perangkat sonar, GPS/navigasi inersia, komunikasi dan electronic support measures (ESM). Wahana ini juga dipasang ke kapal selam Kelas Los Angeles USS Charlotte (SSN-766) dan USS Greeneville (SSN-772) dan akan melengkapi SSN Kelas Virginia.

Kapal selam rudal kelas Ohio USS Florida, SSGN-728, tiba untuk kunjungan rutin ke pulau Kreta. USS Florida secara khusus meluncurkan total 93 rudal Tomahawk selama Operasi Odyssey Dawn (kampanye militer untuk menjatuhkan Qaddafi di Libya), dengan 90 rudal berhasil mengenai target yang diinginkan. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Pada bulan Maret 2008, USS Michigan berhasil menyelesaikan evaluasi operasional ASDS di berbagai kondisi operasional. Kapal-kapal ini juga telah diuji dalam pertempuran. USS Florida secara khusus meluncurkan total 93 rudal Tomahawk selama Operasi Odyssey Dawn (kampanye militer untuk menjatuhkan Qaddafi di Libya), dengan 90 rudal berhasil mengenai target yang diinginkan. SSGN lain dan kru mereka telah menerima penghargaan tinggi, termasuk Battle Efficiency Award dan Meritorious Unit Commendation, sejak dikonversi dari kapal selam pembawa rudal balistik. Solusi untuk mengganti SSGN ini sekarang difokuskan pada kelas Virginia yang diperbesar, masing-masing mengemas 40 rudal jelajah dan jauh lebih sedikit personel SEAL daripada rekan-rekan kelas Ohio mereka. Meskipun ini dapat membantu menyebarkan beberapa kapal selam pembawa rudal jelajah konvensional Angkatan Laut ke lebih banyak kapal yang dapat berada di lebih banyak tempat pada satu waktu, hal ini bagaimanapun tidak dapat menggantikan kekuatan serang atau pendukung operasi khusus yang luar biasa dari SSGN kelas Ohio.

MESIN

Mesin penggerak kelas Ohio adalah reaktor air bertekanan GE PWR S8G dengan dua turbin, yang menghasilkan kekuatan 60.000 hp dan menggerakkan satu poros. Kapal selam ini dilengkapi dengan motor cadangan tambahan Magnatek berkekuatan 325hp. Dengan mesin yang dipakainya kelas Ohio memiliki kecepatan lebih dari 18knot (33 km/jam) di permukaan dan diatas 25knot (46 km/jam) saat menyelam.

Dengan mesin yang dipakainya kelas Ohio memiliki kecepatan lebih dari 18knot (33 km/jam) di permukaan dan diatas 25knot (46 km/jam) saat menyelam. (Sumber: https://www.military.com/)

PERANGKAT ELEKTRONIK

Sensor 

Perangkat radar pencarian permukaan, navigasi dan pengendalian tembakan pada kelas Ohio adalah radar tipe BPS 15A I/J-band. Perangkat sonarnya mencakup sonar pencarian pasif IBM BQQ-6, Raytheon BQS-13, sonar frekuensi tinggi aktif dan pasif BQS-15, sonar passive towed array BQR-15 buatan Western Electric, dan sonar navigasi BQR 19 aktif buatan Raytheon. Pada kapal dipasang periskop Kollmorgen Tipe 152 dan Tipe 82. Kapal selam kelas Ohio telah diupgrade dengan sistem pemrosesan sonar Lockheed Martin AN/BQQ-10(V4) di bawah program acoustic-rapid commercial-off-the-shelf insertion (A-RCI).

Konsol operasi sistem pemrosesan sonar Lockheed Martin AN/BQQ-10(V4). (Sumber: https://www.dote.osd.mil/)

Countermeasures

Kapal selam Kelas Ohio dilengkapi dengan delapan peluncur untuk umpan pengecoh torpedo mk2. Peralatan peperangan elektroniknya adalah sistem peringatan ancaman WLR-10 dan penerima pengawasan WLR-8(V) buatan GTE dari Massachusetts. WLR-8(V) menggunakan tujuh YIG-tuned and vector-tuned superheterodyne receivers untuk beroperasi dari 50MHz hingga J-band. Sementara itu sistem intersepsi dan penanggulangan akustik, AN/WLY-1 dari Northrop Grumman, digunakan untuk memberi kapal selam kemampuan respons otomatis terhadap ancaman serangan torpedo.

PERSENJATAAN

Rudal Trident

Kapal selam Kelas Ohio dilengkapi dengan rudal balistik strategis Trident buatan Lockheed Martin Missiles and Space. Trident dibuat dalam dua versi, yakni Trident I (C4), yang sedang dalam proses dipensiunkan, dan Trident II (D5) yang lebih besar dan berjangkauan lebih jauh, yang mulai beroperasi pada tahun 1990. Kapal selam ini telah menerima rudal D5LE baru pada tahun 2013 di bawah program perpanjangan umur D5. Rudal baru diharapkan akan tetap beroperasi sampai tahun 2040-an. Delapan kapal selam pertama, (SSBN 726 hingga 733) dilengkapi dengan rudal Trident I dan sepuluh berikutnya (SSBN 734 hingga 743) membawa Trident II. Konversi empat kapal selam pembawa rudal Trident I yang tersisa setelah perjanjian START II (yaitu: Henry M Jackson, Alabama, Alaska dan Nevada) ke sistem rudal Trident II dimulai pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2008. Lockheed Martin menerima kontrak pada bulan Januari 2002 untuk memproduksi 12 rudal Trident II untuk empat kapal selam. Kapal selam ini memiliki kapasitas untuk membawa 24 tabung rudal Trident dalam dua baris masing-masing 12 rudal. Dimensi rudal Trident II adalah panjang 1.360cm dengan diameter 210cm dan berat 59.000kg. Motor roket berbahan bakar padat tiga tahap milik rudal ini dibuat oleh Alliant Techsystems Thiokol (ATK) Propulsion. Motor ini mampu membawa rudal Trident terbang dengan kecepatan maksimum Mach 24 (24 kali kecepatan suara). Angkatan Laut AS menggambarkan jangkauannya sebagai ‘lebih besar dari 7.360 km’ tetapi ini bisa mencapai 12.000 km, tergantung pada tipe muatannya. Sistem panduan rudal disediakan oleh sistem navigasi inersia yang didukung oleh navigasi bintang. 

Trident D-5. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Penempatan peluncur rudal Trident pada kapal selam kelas Ohio. (Sumber: https://www.pngwing.com/)
Rudal Trident II mampu membawa hingga 12 beberapa hulu ledak nuklir jenis multiple independent re-entry vehicles (MIRV), tipe W76 atau W88 (masing-masing berkekuatan 300–475 kt TNT), dimana tiap hulu ledak dapat meluncur ke targetnya sendiri-sendiri. (Sumber: http://www.llquakers.org.uk/)

Trident II mampu membawa hingga 12 beberapa hulu ledak nuklir jenis multiple independent re-entry vehicles (MIRV), tipe W76 atau W88 (masing-masing berkekuatan 300–475 kt TNT), dimana tiap hulu ledak dapat meluncur ke targetnya sendiri-sendiri, meskipun perjanjian SALT membatasi jumlah ini menjadi delapan per rudal. Akurasi dari rudal ini adalah kurang dari 150m. Sistem penembakan rudal tipe Sperry Univac Mark 98 pada kapal dapat mengendalikan 24 rudal tersebut. Singkatnya, dengan masing-masing membawa 8 MIRV, salvo penuh dari kapal selam kelas Ohio—yang dapat diluncurkan dalam waktu kurang dari satu menit—dapat melepaskan hingga 192 hulu ledak nuklir untuk “menghapus” dua puluh empat kota dari peta. Empat kapal selam kelas Ohio diketahui telah diubah menjadi platform rudal jelajah konvensional SSGN untuk menggantikan rudal Trident mereka.

Torpedo

Kapal selam Kelas Ohio dilengkapi dengan empat tabung torpedo kaliber 533mm dengan sistem kontrol penembakan torpedo digital mk118. Torpedo yang dipakai adalah Gould mk48. Torpedo mk48 adalah torpedo kelas berat dengan hulu ledak seberat 290kg, yang telah beroperasi di Angkatan Laut AS sejak tahun 1972. Torpedo ini dapat dioperasikan dengan atau tanpa pemandu kabel dan sistemnya memiliki homing akustik aktif dan/atau pasif. Jangkauannya hingga 50km dengan kecepatan 40knot (74 km/jam). Setelah diluncurkan, torpedo ini akan melakukan pencarian target, akuisisi, dan prosedur serangan hingga kedalaman 3.000 kaki (914 meter). Namun, torpedo pada kelas Ohio dimaksudkan terutama untuk pertahanan diri — tugas kapal selam rudal balistik bukanlah untuk memburu kapal perang dan kapal selam musuh, tetapi untuk diam sedalam dan setenang mungkin di lautan untuk menghindari segala cara musuh melacak pergerakan mereka.

Teknisi sedang melakukan perawatan torpedo Mark 48 pada tahun 1982. Torpedo pada kelas Ohio dimaksudkan terutama untuk pertahanan diri bukan untuk tindakan ofensif. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Tomahawk

Rudal Tomahawk (/ ˈtɒməhɔːk /) Land Attack Missile (TLAM) adalah rudal jelajah subsonik jarak jauh, segala cuaca, bertenaga jet, yang terutama digunakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris yang berbasis di kapal perang permukaan dan kapal selam. Rudal ini didesain dan awalnya diproduksi pada tahun 1970-an oleh General Dynamics sebagai rudal jarak menengah hingga jarak jauh, yang terbang di ketinggian rendah dan dapat diluncurkan dari platform permukaan. Desain modular dari rudal ini bisa mengakomodasi berbagai tipe hulu ledak, pemandu, dan bisa menyasar target dalam berbagai jarak, tergantung variannya. Setidaknya terdapat enam varian dan beberapa versi yang ditingkatkan telah diperkenalkan sejak rudal ini pertama kali dioperasikan, termasuk varian yang diluncurkan dari udara, kapal selam, dan darat serta yang berhulu ledak konvensional dan nuklir. Pada tahun 2019, hanya varian non-nuklir yang diluncurkan dari laut yang dibuat oleh Raytheon yang saat ini masih beroperasi. Secara garis besar, sistem operasi rudal ini mengikuti sekuen berikut: setelah mencapai ketinggian penerbangan, sayap rudal dibuka, dengan airscoop terbuka dan mesin turbofan digunakan untuk penerbangan jelajah. Di atas air, Tomahawk menggunakan panduan inersia atau GPS untuk mengikuti jalur yang telah ditentukan sebelumnya. Begitu sampai di darat, sistem panduan rudal dibantu oleh perangkat pencocokan kontur medan (TERCOM). Pada bagian akhir panduan terminal disediakan oleh sistem Digital Scene Matching Area Correlation (DSMAC) atau GPS, yang mampu menghasilkan kemungkinan kesalahan yang diklaim hanya meleset maksimal sekitar 10 meter. Akurasi yang sangat baik untuk rudal yang terbang menjelajah sejauh itu. Panjang rudal ini tanpa booster adalah 18 ft 3 in (5.56 m) dan dengan booster bertambah menjadi 20 ft 6 in (6.25 m), dengan diameternya 20.4 in (0.52 m). Tomahawk dapat membawa hulu ledak nuklir jenis W80 atau hulu ledak konvensional seberat 1,000 pounds (450 kg). Jangkauan maksimum rudal ini sekitar 1,350 nmi (1,550 mi; 2,500 km), dengan kecepatan jelajah subsoniknya mencapai ~Mach 0.74. sekitar 550 mph (480 kn; 890 km/h).

Konsep artis menggambarkan SSGN kelas Ohio yang meluncurkan Rudal Serang Darat Tomahawk. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Rudal Tomahawk. (Sumber: https://www.naval-technology.com/)

SEJARAH PENGOPERASIAN

Dirancang pada awal 1970-an sebagai penerus dari kelas Benjamin Franklin dan Lafayette dalam peran SSBN, kapal utama kelas Ohio, USS Ohio, dikontrak untuk dikerjakan oleh Divisi Electric Boat General Dynamics Corporation pada bulan Juli 1974. Sebagai akibat dari serangkaian masalah di Washington DC, dan di galangan kapal, kapal pertama kelas Ohio tidak menjalankan uji coba laut pertamanya sampai bulan Juni 1981, dan akhirnya tidak akan ditugaskan sampai bulan November tahun itu. Programnya terlambat selama sekitar tiga tahun. Delapan kapal selam kelas Ohio (Trident) pertama pada awalnya dilengkapi dengan 24 rudal balistik Trident I C-4. Dimulai dengan kapal selam Trident kesembilan, USS Tennessee (SSBN 734), semua kapal baru ini dilengkapi dengan sistem rudal Trident II D-5 saat dibangun, dan kapal sebelumnya sedang dipasangi rudal Trident II. Trident II dapat membawa muatan yang jauh lebih banyak daripada Trident I C-4 dan lebih akurat. Semua dari 24 rudal dapat diluncurkan dalam waktu kurang dari satu menit. Kapal selam rudal balistik kelas Ohio/Trident menyediakan “unsur” berbasis laut dari konsep triad pasukan ofensif strategis AS. Pada pergantian abad ke-21, 18 kapal selam SSBN Trident/Ohio (masing-masing membawa 24 rudal), akan membawa 50 persen dari total hulu ledak nuklir strategis AS. Meskipun rudal-rudal ini tidak memiliki target yang telah ditentukan sebelumnya ketika kapal selam melakukan patroli, SSBN ini mampu dengan cepat menargetkan rudal mereka jika diperlukan, dengan menggunakan hubungan komunikasi di laut yang aman dan konstan. Sementara itu karena jangkauan jarak jauh dari rudal Trident yang dibawanya, kapal kelas Ohio umumnya berpatroli di perairan baik yang dekat dengan AS atau di bagian lautan dunia yang lebih terpencil, membuat aksi anti-kapal selam pihak lawan hampir tidak mungkin bisa dilakukan secara efektif, terlebih lagi kapal-kapal itu, memiliki tingkat kesenyapan yang tinggi. Kapal selam kelas Ohio adalah kapal selam terbesar yang pernah dibuat untuk Angkatan Laut AS. Dua kelas kapal selam Angkatan Laut Rusia memiliki bobot total yang lebih besar, dimana kapal selam kelas Typhoon yang dirancang Soviet memiliki bobot total lebih dari dua kali lipat, dan kapal selam kelas Borei Rusia memiliki bobot sekitar 25 persen lebih besar, tetapi kapal kelas Ohio memiliki keunggulan dibanding keduanya, karena mampu membawa lebih banyak rudal balistik dari keduanya, yakni: 24 rudal Trident per kapal kelas Ohio, versus 16 rudal untuk kelas Borei (20 untuk Borei II) dan 20 untuk kelas Typhoon.

USS Ohio, selama upacara pengoperasian awalnya pada tahun 1981. Pada pergantian abad ke-21, 18 kapal selam SSBN Trident/Ohio (masing-masing membawa 24 rudal), akan membawa 50 persen dari total hulu ledak nuklir strategis AS. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
SSBN kelas Typhoon. Kapal selam kelas Typhoon yang dirancang Soviet memiliki bobot total lebih dari dua kali lipat, dan kapal selam kelas Borei Rusia memiliki bobot sekitar 25 persen lebih besar, tetapi kapal kelas Ohio memiliki keunggulan dibanding keduanya, karena mampu membawa lebih banyak rudal balistik dari keduanya, yakni: 24 rudal Trident per kapal kelas Ohio, versus 16 rudal untuk kelas Borei (20 untuk Borei II) dan 20 untuk kelas Typhoon. (Sumber: https://www.forbes.com/)

Pada tahun 1991 Kongres mengarahkan penghentian program pada kapal ke-18, untuk menyesuaikan batas kekuatan yang diantisipasi berdasarkan perjanjian kontrol senjata START-I dan hasil Major Warship Review Pemerintahan Bush, yang mendukung pembatasan program pada 18 kapal. Tinjauan Postur Nuklir pada Pemerintahan Clinton pada bulan Oktober 1993, menyetujui rekomendasi pada tanggal 18 September 1994. Sebagai hasil dari rekomendasi tersebut struktur kekuatan nuklir strategis AS akan disesuaikan menjadi 14 kapal selam Trident — empat lebih sedikit dari yang direncanakan sebelumnya — yang masing-masing membawa 24 rudal D-5 per kapal selam. Tiap rudal bisa membawa lima hulu ledak. Ini akan membutuhkan modifikasi kembali empat SSBN Trident, yang saat ini membawa rudal Trident I (C-4), dengan sistem rudal D-5 yang lebih modern dan mumpuni. Berdasarkan rencana saat ini, setelah START II mulai berlaku, empat SSBN lainnya akan diubah menjadi kapal selam tujuan khusus atau programnya dihentikan sama sekali. Peralatan kapal selam Kelas SSBN 726 yang memerlukan perawatan yang signifikan selama siklus operasi yang direncanakan, perawatan tingkat industri, yang berada di luar kemampuan Angkatan Kapal, dan yang tidak dapat diselesaikan selama periode reparasi (tanpa dampak yang tidak dapat diterima pada persyaratan reparasi lainnya), didukung oleh program Trident Planned Equipment Repair (TRIPER). Peralatan terkait TRIPER dikeluarkan dari kapal untuk menjalani perbaikan di darat, diganti dengan unit Ready for Issue yang telah diuji sebelumnya dan sistem yang terpengaruh dikembalikan ke kondisi operasional penuh sebelum selesainya periode reparasi. Penggantian dilakukan secara terencana pada interval waktu yang dirancang untuk mencegah kegagalan peralatan atau penurunan signifikan dari sistem terkait. Pangkalan Kapal Selam Angkatan Laut Kings Bay menjadi tempat peluncuran USS Louisiana (SSBN-743) pada tanggal 06 September 1997 di Trident Refit Facility Drydock. Diluncurkannya Louisiana kemudian melengkapi 18 armada kapal selam rudal balistik Angkatan Laut Amerika yang sudah direncanakan. Sepuluh kapal selam kelas Ohio di armada Atlantik pada awalnya dilengkapi dengan rudal Trident II D-5. Delapan kapal selam di Pasifik pada awalnya dilengkapi dengan rudal Trident I C-4. Pada tahun 1996 Angkatan Laut mulai melengkapi kembali delapan kapal selam di Pasifik untuk membawa rudal D-5. 

Diluncurkannya USS Louisiana kemudian melengkapi 18 armada kapal selam rudal balistik Angkatan Laut Amerika yang sudah direncanakan. Sepuluh kapal selam kelas Ohio di armada Atlantik pada awalnya dilengkapi dengan rudal Trident II D-5. Delapan kapal selam di Pasifik pada awalnya dilengkapi dengan rudal Trident I C-4. Pada tahun 1996 Angkatan Laut mulai melengkapi kembali delapan kapal selam di Pasifik untuk membawa rudal D-5. (Sumber: http://www.military-today.com/)

Komandan Angkatan Laut mengandalkan ruang radio kapal selam armada untuk mengirim dan menerima informasi komando dan kontrol strategis dan taktis, termasuk pesan ke dan dari Otoritas Komando Nasional. Jika terjadi perang nuklir, kapal selam kelas Ohio kemungkinan akan menerima perintah penembakannya melalui transmisi radio Frekuensi Sangat Rendah. Sementara rudal kapal selam tidak mendapat sasaran yang ditargetkan sebelumnya, seperti yang terjadi pada silo peluncuran rudal di daratan, namun mereka dapat diberi informasi koordinat sasaran dengan cukup cepat dari Komando Strategis Amerika Serikat yang berbasis di Nebraska menggunakan tautan komunikasi radio yang aman dan konstan. Dalam pernyataan kebutuhan misi di bulan Februari 1995, Angkatan Laut mengidentifikasi kebutuhan untuk sistem komunikasi eksterior terintegrasi yang diperbarui, atau ruang radio, di semua kelas kapal selam untuk mendukung misi di bidang komando dan kontrol, intelijen, dan logistik. Untuk menjaga Armada Kapal Selam saat ini bisa beradaptasi dengan teknologi komunikasi canggih yang berkembang pesat, Angkatan Laut mengubah arsitektur komunikasi kuno menjadi arsitektur yang didasarkan pada model Internet Protocol (IP) komersial. Sejalan dengan transisi ini, pendekatan sistem terbuka yang terintegrasi akan menggantikan arsitektur “stove-pipe” yang ada di ruang radio bawah laut menyelaraskan dengan kualitas layanan dan tujuan integrasi sistem manusia yang diwujudkan dalam visi FORCENet Sea Power 21. Space and Naval Warfare Systems Command’s Submarine Communication Program Office (SPAWAR PMW-173) sedang mengembangkan Common Submarine Radio Room (CSRR) untuk semua kelas kapal selam di Angkatan Laut Amerika. Tujuan mereka adalah menciptakan sistem komunikasi umum di antara kapal selam yang hanya berbeda ketika ada pertimbangan unik pada platform karena kebutuhan misi, interfaces eksternal, dan faktor teknik. Rencana saat ini adalah untuk menjaga agar dua belas kapal selam kelas Ohio aktif pada satu waktu dengan masing-masing membawa dua puluh rudal balistik Trident II, sementara dua kapal selam lagi ada dalam proses perbaikan.

Desain kapal selam kelas Columbia, sedang dikembangkan di Amerika Serikat. Kapal selam generasi lanjut ini pada akhirnya akan menggantikan kelas Ohio. (Sumber: https://seawaves.com/)
USS Alaska dari kelas Ohio. Hingga kapal pengganti muncul kapal kelas Ohio masih akan tetap beroperasi untuk beberapa tahun ke depan. (Sumber: https://nationalinterest.org/)

Dengan total ada 240 rudal balistik aktif sekaligus dengan 1.090 hulu ledak di antara mereka, semuanya ini masih cukup untuk menghancurkan dunia beberapa kali! Selain USS Ohio dan Louisiana, kapal kelas Ohio termasuk USS Michigan, Florida, Georgia, Henry M. Jackson, Alabama, Alaska, Nevada, Tennessee, Pennsylvania, West Virginia, Kentucky, Maryland, Nebraska, Rhode Island, Maine dan Wyoming. Saat ini kapal selam rudal balistik kelas baru, yang dikenal sebagai kelas Columbia, sedang dikembangkan di Amerika Serikat. Kapal selam generasi berikutnya ini pada akhirnya akan menggantikan kelas Ohio. Dengan perkiraan biaya masing-masing sebesar $4–6 miliar untuk pembuatannya, kapal selam pembawa rudal balistik generasi berikutnya mungkin akan berjumlah lebih sedikit dari kelas Ohio dan akan menggunakan reaktor baru yang tidak memerlukan perbaikan dan pengisian bahan bakar yang mahal, yang memungkinkan mereka beroperasi hingga tahun 2085. Direncanakan pembangunan kapal pertama akan dimulai pada tahun 2021 dan akan mulai beroperasi pada tahun 2031. Sehingga dengan ini kapal kelas Ohio masih akan tetap beroperasi untuk beberapa tahun ke depan.

KARAKTERISTIK UMUM KELAS OHIO

Type : SSBN/SSGN (Desain lambung SCB-304)

Bobot :

Panjang : 560 ft (170 m)

Lebar : 42 ft (13 m)

Draft : 35.5 ft (10.8 m) maksimum

Mesin :

Kecepatan :

Jangkauan : Terbatas hanya oleh jumlah perbekalan yang dibawa

Kedalaman selam : +800 ft (240 m)

Jumlah awak : 15 perwira, 140 tamtama

Sistem Sensor & Perangkat Pemrosesan

Persenjataan 

4 × tabung torpedo Mark 48 kaliber 21 inchi (533 mm) terletak pada kompartmen depan tingkat ke-4

Karakteristik Umum Dari Konstruksi – Pengisian Ulang Bahan Bakar (SSBN-726 to SSBN-733)

Persenjataan :

24 × Rudal Balistik Trident I C4 SLBM dengan hingga 8 hulu ledak nuklir W76 MIRVed berkekuatan masing-masing 100 ktTNT, berjangkauan 4,000 nmi (7,400 km; 4,600 mi)

Karakteristik Umum (SSBN-734 dan lambung berikutnya setelah konstruksi, SSBN-730 hingga SSBN-733 sejak pengisian bahan bakar)

Persenjataan :

24 × Rudal Trident II D5 SLBM dengan hingga 12 hulu ledak nuklir W76 atau W88 MIRVed berkekuatan 475 ktTNT masing-masing, dengan jangkauan 6,100 nmi (11,300 km; 7,000 mi)

Karakteristik Setelah Konversi SSGN

Persenjataan :

22 tabung, masing-masing dengan  7 rudal jelajah Tomahawk, total 154 rudal

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

SSBN-726 Ohio-Class FBM Submarines – Design Features

https://www.globalsecurity.org/wmd/systems/ssbn-726-features.htm

SSBN-726 Ohio-Class FBM Submarines Background

https://www.globalsecurity.org/wmd/systems/ssbn-726-bkg.htm

Naval Technology: SSBN / SSGN Ohio Class Submarine

SSBN-726 Ohio-Class FBM Submarines

https://nuke.fas.org/guide/usa/slbm/ssbn-726.htm

SSGN – Ohio Class Guided Missile Submarine

https://www.military.com/equipment/ssgn-ohio-class-guided-missile-submarine

Ohio class Ballistic Missile Submarine – SSBN

https://www.seaforces.org/usnships/ssbn/Ohio-class.htm

Ohio-Class Ballistic Missile Submarines are America’s Doomsday Device by Sebastien Roblin

https://nationalinterest.org/blog/reboot/ohio-class-ballistic-missile-submarines-are-americas-doomsday-device-194599

The Ohio-Class Guided Missile Nuclear Submarine Is One Dangerous Beast By Tyler Rogoway; 6/24/15 3:23PM

https://www.google.com/amp/s/jalopnik.com/the-ohio-class-guided-missile-nuclear-submarine-is-one-1713642363/amp

USS Ohio (SSGN-726 / SSBN-726) Guided Missile Nuclear Attack Submarine [1981]

https://www.militaryfactory.com/ships/detail.php?ship_id=USS-Ohio-SSGN726

Ohio class Ballistic missile submarine

http://www.military-today.com/navy/ohio_class.htm

U.S. Navy’s Ohio Class Submarine To Get New Hypersonic Weapons byH I Sutton; 02 Dec 2020

INFOGRAPHICS #8: Ohio class nuclear powered ballistic missile and guided missiles submarines of US Navy

https://www.navalanalyses.com/2014/11/infographics-8-ohio-class-nuclear.html?m=1

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ohio-class_submarine

Exit mobile version