Sejarah Militer

Ekspedisi “Penghukuman” Jenderal Pershing dan Perburuan “Pancho” Villa di Mexico, 1916-1917

Letnan John P. Lucas dari pasukan Kavaleri AS ke-13 tertidur lelap di sebuah gubuk kecil dari batu bata di Columbus, New Mexico, pada malam tanggal 9 Maret 1916, ketika dia tiba-tiba terbangun oleh suara manusia dan kuda yang lewat di luar jendelanya. Saat itu pukul 04.30 di kota gurun kecil yang berjarak tiga mil (4,8 km) dari perbatasan Meksiko. Meksiko waktu itu sedang dilanda revolusi berdarah, dan pasukan Kavaleri ke-13 hadir untuk memastikan bahwa kekerasan tidak meluas ke Amerika Serikat. Lucas segera bangkit, tersandung dalam kegelapan, dan mengintip melalui jendela ke dalam kegelapan. Matanya yang mengantuk membenarkan apa yang didengarnya—sejumlah besar penunggang kuda datang ke kota. Hari masih gelap, tapi Lucas melihat salah satu penunggang kuda yang mengenakan sombrero hitam. Tidak ada keraguan dalam benak sang letnan bahwa para penyusup itu adalah anak buah Pancho Villa, dan Columbus sedang diserang. Letnan itu lalu meraba-raba mencari pistolnya, bergerak ke tengah ruangan yang menghadap pintu. Adrenalin mengalir melalui nadinya, Lucas sepenuhnya berpikir bahwa Villista yang mendekat akan menerobos dan menghabisinya. Dia bertekad untuk tidak menyerah tanpa perlawanan. Jika beruntung, dia bisa membawa satu atau dua orang bersamanya. Keributan di dekatnya kemudian menyelamatkan nyawa sang letnan. Saat para penyerang mendekati Pos No.3, tidak jauh dari markas pasukan Kavaleri ke-13 di Kamp Furlong, mereka ditantang oleh penjaga yang bertugas, Prajurit Fred Griffin dari Pasukan K. Sebagai jawabannya, seorang Villista menembak perut Griffin, melukai dia hingga parah. Terkejut oleh tembakan itu, Griffin mengangkat senapan Springfield Model tahun 1903 miliknya dan membunuh tiga penyerang sebelum dirinya sendiri mati. Sekarang tidak perlu ada sembunyi-sembunyi. Seseorang dalam kegelapan berseru, “Vayanse adelante, manyachos!” Sebagai tanggapan, para penyerang memacu kuda mereka ke depan dengan teriakan “Viva Villa!” dan “Muerte a los gringos!” Serangan ke Columbus telah dimulai. Meskipun skalanya kecil, serangan dini hari ini akan berdampak besar dalam sejarah hubungan Amerika Serikat dan negara tetangganya yang bergejolak di selatan, sehingga memicu respons militer Amerika yang hampir mengarah pada perang antara kedua negara.

Kartun karya Clifford Berryman mencerminkan sikap Amerika terhadap ekspedisi penghukuman Pancho Villa. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

LEGENDA PANCHO VILLA

Fransisco “Pancho” Villa, yang bernama asli Doroteo Arango, adalah tokoh sentral dalam drama tersebut, dan penyerangan serta kejadian selanjutnya tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa mengeksplorasi karakter Villa. Villa adalah sosok luar biasa yang legendanya bergema di kedua negara hingga hari ini. Namun sosok Villa sulit dipisahkan dari mitos Villa—sebuah mitos yang sebagian didasarkan pada fakta, namun ironisnya juga merupakan produk dari surat kabar dan film-film Amerika. Sikap Amerika terhadap Meksiko merupakan campuran antara idealisme dan sikap merendahkan. Hubungan buruk antara kedua negara dimulai pada tahun 1830-an dan 1840-an, ketika Texas yang memberontak melawan Meksiko, memicu Perang Meksiko dan mengakibatkan hilangnya sebagian besar wilayah Meksiko ke tangan Amerika Serikat. Antagonisme keduanya terus berlanjut hingga abad ke-20 ketika serangkaian pemimpin Meksiko yang impoten gagal menertibkan negara mereka yang terpecah belah. Pada tahun 1910, pemberontak yang dipimpin oleh Francisco Madero mengakhiri kediktatoran Porfirio Diaz yang telah berlangsung selama 30 tahun, untuk memulai periode baru kerusuhan dan ketidakpastian ketika berbagai faksi politik berebut kekuasaan. Tiga tahun kemudian, Jenderal Victoriano Huerta menggulingkan Madero melalui kudeta, yang juga membunuh saingannya itu. Huerta hanya membuat sedikit kemajuan dibandingkan pendahulunya; korupsi yang mencolok terus mewabah di negara ini. Pasukan pemberontak kemudian berkumpul di sekitar pemimpin karismatik seperti Emiliano Zapata di selatan dan Alvaro Obregon, Venustiano Carranza, dan Pancho Villa di utara.

Pancho Villa mengenakan bandolier di depan kamp para pemberontak. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Meksiko pada akhir tahun 1915, dengan kaum Konstitusionalis menguasai sebagian besar wilayah, sementara pemberontak mengerucut pada dua pemimpin, yakni Pancho Villa dan Emiliano Zapata. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Pasukan AS memasuki Veracruz pada bulan April 1914. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Presiden William Howard Taft dari Amerika memantau dengan cermat situasi kacau di Meksiko, dan mengirimkan 16.000 tentara ke perbatasan pada tahun 1911 untuk melindungi warga negara Amerika (dan kepentingan bisnis Amerika). Ketika Woodrow Wilson menggantikan Taft sebagai presiden pada Maret 1913, dia menolak mengakui pemerintahan Huerta. Sebaliknya, ia mengirim pasukan angkatan laut tambahan ke Tampico dan Veracruz untuk melindungi kepentingan Amerika di sana dan mencegah masuknya senjata dari luar negeri ke negara tersebut. Dapat dimengerti bahwa masyarakat Meksiko melihat tindakan Wilson sebagai campur tangan terang-terangan dalam urusan dalam negeri mereka. Permusuhan anti-Amerika lalu meningkat. Ketegangan mencapai titik didihnya pada tanggal 9 April 1914, di Tampico, ketika sekelompok pelaut Amerika dari USS Dolphin ditangkap oleh pihak berwenang Meksiko setelah mereka secara keliru memasuki area terlarang untuk mencari perbekalan. Meskipun Huerta yang merasa malu segera memerintahkan pembebasan mereka dan mengeluarkan permintaan maaf resmi kepada Amerika Serikat, Wilson bereaksi dengan mengirimkan pasukan angkatan laut tambahan ke pantai Meksiko untuk memantau situasi yang memburuk. Dua minggu kemudian, sebuah kapal Jerman yang memuat senjata untuk Huerta mendekati Veracruz. Wilson segera memerintahkan Marinir untuk menduduki kota pelabuhan itu. Sekitar 800 Marinir dan pelaut Amerika kemudian menyerbu ke darat dan berjuang menuju pusat kota. Pertempuran jalanan yang sengit terus berlanjut sepanjang hari, merenggut 17 nyawa orang Amerika dan 61 lainnya luka-luka, sementara hampir 200 orang Meksiko yang bertahan terbunuh, yang semakin mengobarkan permusuhan terhadap Amerika Serikat di seluruh Meksiko dan seluruh Amerika Latin.

CARRANZA MENGAMBIL ALIH KEKUASAAN

Pada bulan Juli 1914, Huerta mengundurkan diri. Empat bulan kemudian, Wilson menarik pasukannya keluar dari Veracruz dan memberikan dukungannya kepada pemerintah oposisi Carranza. Namun Carranza terus menghadapi tentangan dari bawahan utamanya—Zapata, Obregon, dan Pancho Villa. Zapata dan Villa segera berselisih satu sama lain mengenai bagaimana cara mengobarkan perang yang benar, dan pada tahun 1915, Villa dan Obregon juga menjadi musuh bebuyutan. Pada awalnya tampak seolah-olah Villa, Centaur Utara yang terkenal, memegang semua kartu. Namun Obregon memberikan dukungannya kepada Carranza dan dengan meyakinkan mengalahkan Villa di Celaya pada bulan April itu. Meskipun Carranza sering mengisi pidatonya dengan retorika anti-Amerika, ia tampaknya merupakan pilihan yang lebih stabil daripada para pemimpin bandit yang didiskreditkan, dan pada bulan Oktober 1915 Amerika Serikat secara resmi mengakui Carranza dan rezimnya sebagai penguasa sah Meksiko. Pemerintahan Wilson membantu Carranza secara finansial dengan mengizinkan pasukan Meksiko menggunakan jalur kereta api Amerika dan melintasi wilayah AS untuk memperkuat pos terdepan pemerintah di Agua Prieta. Bantuan transportasi kereta api melalui Amerika Serikat, dari Eagle Pass, Texas, ke Douglas, Arizona, turut membantu Carranza memindahkan lebih dari 5.000 pasukan Carrancista untuk melawan Villa di Pertempuran Agua Prieta. Penguatan tambahan memberikan keseimbangan yang menguntungkan pasukan pemerintah. Villa kemudian melancarkan tiga gelombang serangan ke Agua Prieta, namun selalu berhasil dihalau dengan kekalahan besar. Divisi Utara, yakni División del Norte yang berpengalaman dan pernah dibanggakan Villa kini hampir hancur. Sebagian besar korban yang selamat menyerah atau pulang begitu saja. Pancho Villa yang masih buron, bersembunyi di perbukitan dengan beberapa ratus pengikut inti. Ketika Villa mendengar bahwa Wilson telah mengakui Carranza, dia menjadi sangat marah, bersumpah akan membalas dendam. Insiden di sepanjang perbatasan terus meningkat hingga beberapa hotel di Amerika mulai mengiklankan bahwa hotel mereka antipeluru.

Presiden Mexico Venustiano Carranza. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Tentara Pemerintah Mexico dibawah pimpinan Carranza. (Sumber: https://www.militarysunhelmets.com/)
Pancho Villa (kiri) “komandan División del Norte (Divisi Utara)”, dan Emiliano Zapata “Ejército Libertador del Sur (Tentara Pembebasan Selatan)” pada tahun 1914. Villa sedang duduk di kursi presiden di Palacio Nacional. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

KEPENTINGAN AMERIKA DI PERBATASAN MEXICO

Sementara itu, negara-negara bagian di perbatasan Amerika—khususnya Texas—semakin khawatir dengan meningkatnya kekerasan di sepanjang perbatasan selatannya. Bandit-bandit Meksiko—sebagian adalah orang-orang Villista, sebagian lainnya bukan—secara teratur menyeberang ke Amerika Serikat untuk merampok, menyerang, dan membunuh warga negara Amerika. Dari bulan Juli 1915 hingga Juni 1916, terjadi 38 penyerangan yang mengakibatkan kematian 37 orang Amerika. Sebagai tanggapan, orang-orang Amerika di sepanjang perbatasan membentuk kelompok main hakim sendiri yang meyasar orang-orang Meksiko Amerika yang tidak bersalah. Satu kelompok menembak 14 orang Amerika keturunan Meksiko dan meletakkan tubuh mereka di sepanjang jalan sebagai peringatan. Beberapa personel Texas Rangers yang terkenal juga bersalah atas kekejaman yang tidak disengaja. Untuk menghentikan serangan di perbatasan dan meningkatnya kekerasan di kedua belah pihak, Presiden Wilson dan Menteri Luar Negeri William Jennings Bryan memerintahkan Jenderal Frederick Funston, kepala Departemen Angkatan Darat Selatan, untuk mengirimkan lebih banyak pasukan ke perbatasan.

Tambang di Sonora. Banyak tambang perak dan tembaga di Sonora dan Chihuahua, sebagian besar dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan Amerika. (Sumber: https://www.mindat.org/)

Di sisi lain ada banyak tambang perak dan tembaga di Sonora dan Chihuahua, sebagian besar dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan Amerika. Tambang-tambang ini, yang penting bagi perekonomian Meksiko, telah ditutup karena kekerasan revolusioner. Sebagai tanda bahwa mereka memegang kendali dengan kuat, Carranza dan Obregon menyatakan Sonora dan Chihuahua telah aman dan mendorong warga dan pekerja asing untuk kembali. Sesuai dengan janji mereka, Perusahaan Peleburan dan Pemurnian Amerika mengirimkan para insinyur untuk membuka kembali Tambang Cixi di Chihuahua. Pada tanggal 9 Januari 1916, 17 pejabat pertambangan dan insinyur yang menaiki kereta di Jalur Kereta Api Meksiko Barat Laut dihentikan oleh anak buah Villa di dekat Santa Ysabel. Para bandit lalu membawa orang-orang Amerika itu turun dari kereta, berbaris, dan menembak kepala mereka satu per satu. Seorang warga Texas berpura-pura mati, merangkak ke semak-semak mesquite, dan berhasil melarikan diri. Berita tentang pembantaian tersebut membuat marah warga El Paso sehingga para komandan Angkatan Darat harus mengumumkan keadaan darurat militer untuk mencegah warga Amerika menyeberang ke Meksiko dan melakukan balas dendam.

PERTEMPURAN DI JALANAN COLOMBUS

Tapi Villa belum selesai dengan orang-orang asing yang dia rasa telah mengkhianatinya. Dia mulai merencanakan serangan di kota perbatasan, meskipun pada awalnya Columbus, di New Mexico, hanyalah salah satu dari banyak kemungkinan sasaran. Menurut beberapa laporan, informasi intelijennya salah. Mata-matanya mengatakan kepadanya bahwa Columbus hanya memiliki 30 tentara Amerika di dalamnya—jumlah sebenarnya mendekati 350 orang. Motif Villa telah terus diperdebatkan, tetapi mungkin dia ingin memprovokasi perang antara Amerika Serikat dan Meksiko yang pada akhirnya akan menyebabkan jatuhnya Carranza. Jika anak buahnya bisa mendapatkan jarahan, senjata, dan beberapa kuda, itu lebih baik. Columbus adalah kota perbatasan kecil yang berpenduduk sekitar 350 jiwa, digambarkan oleh Letnan John Lucas sebagai “sekelompok rumah bata, hotel, beberapa toko, dan jalan yang terendam pasir, dikombinasikan dengan mesquite, kaktus, dan ular derik.” El Paso dan Jalur Kereta Api Barat Daya membentang kira-kira dari timur-barat di sepanjang perbatasan kota. Camp Furlong, pangkalan militer, berada tepat di belakang rel. Di sepanjang tepi barat daya kota terdapat bukit kecil bertabur kaktus yang dikenal penduduk setempat sebagai Bukit Cootes.

Seorang prajurit memeriksa kerusakan yang diakibatkan oleh serangan gerombolan Pancho Villa di Colombus, 9 Maret 1916. (Sumber: https://www.burlingtonfreepress.com/)
Villista ditangkap setelah serangan ke Columbus. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Poster buronan dari Kepala Polisi Columbus, untuk penangkapan perwira revolusioner Meksiko yang memimpin pasukan Meksiko dalam Pertempuran Columbus. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Villa dan anak buahnya melintasi perbatasan sekitar pukul 02.30 pagi tanggal 9 Maret 1916. Ia membagi pasukan utamanya menjadi lima kelompok. Dua kelompok akan bergerak ke kiri dan mengelilingi kota dari utara, sementara kelompok ketiga akan menyerang Kamp Furlong dari selatan dan barat. Villa akan tetap berada di sekitar Bukit Cootes dengan dua kelompok cadangan. Gerombolan Villista yakin bahwa mereka telah mencapai elemen kejutan. Namun, begitu penjaga Amerika itu ditembak jatuh, kekacauan pun terjadi. Para penyerang Villa menyerbu ke kawasan komersial kecil di kota itu, jalan-jalan berpasir dan bangunan-bangunan bata bergema dengan suara-suara teriakan orang-orang, hentakan kaki kuda, dan bunyi tembakan senapan yang tajam. Para penyerang turun dan bergegas ke Hotel Commercial, di mana mereka menangkap beberapa tamu pria, menyeret mereka keluar, dan membunuh mereka tanpa ampun. William T. Richie, pemilik hotel, punya cukup waktu untuk menyembunyikan istri dan ketiga putrinya di lantai paling atas sebelum para bandit menaiki tangga. Ditangkap, dia sukarela turun ke lantai satu, dengan tak ayal lega karena keluarganya belum ditemukan. Dia hanya punya sedikit waktu untuk menikmati nasib baiknya; dia juga dengan cepat ditembak mati. Para penyerang kemudian menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk membobol toko-toko dan rumah-rumah dan menjarah segala sesuatu yang mereka bisa dapatkan. Mereka membakar sebuah toko di seberang jalan dari Hotel Commercial, dan tak lama kemudian penginapan itu terbakar. Hotel itu menyala bagaikan obor, kobaran apinya melonjak tinggi dari setiap jendela. Istri dan anak-anak Richie lalu diselamatkan dari kebakaran oleh seorang pria muda bernama Jolly Gardner dan seorang keturunan Meksiko-Amerika, Juan Favela.

20.000 PELURU

Sementara itu, Letnan Lucas memanfaatkan waktunya terhindar dari kematian. Karena orang-orang Meksiko itu tidak mau menerobos masuk, Lucas menggunakan lindungan kegelapan untuk mencoba pergi ke barak Camp Furlong. Sang letnan entah bagaimana berhasil menghindari para penyerang, tetapi karena kegembiraannya dia gagal mengenakan sepatu botnya. Akibatnya butuh waktu satu bulan baginya untuk menghilangkan semua duri dan onak dari telapak kakinya. Di bagian lain perkemahan, Petugas Harian Letnan James C. Castleman sedang membaca buku ketika keributan dimulai. Saat dia keluar dari pintu, orang Amerika itu dihadang oleh seorang bandit yang mengarahkan senapannya ke arahnya. Orang Meksiko itu melepaskan tembakan tetapi gagal, sehingga memberikan kesempatan kepada Castleman. Sang letnan lalu membalas dengan tembakan otomatis peluru kaliber .45 yang berat untuk meledakkan sebagian besar tengkorak Villista itu. Castleman kemudian bertemu Sersan Michael Fody, yang telah mengumpulkan Pasukan F sang letnan. Tanpa ragu-ragu, Castleman memimpin Pasukan F menuju kota, di mana situasinya tampaknya paling kritis. Lucas juga aktif, bergabung dengan pasukan senapan mesinnya dan mengeluarkan semua senjata yang tersedia. Salah satunya adalah senapan mesin Benet-Mercier buatan Prancis, yang dipasok oleh klip berkapasitas 30 peluru, memiliki kebiasaan buruk untuk macet pada saat-saat yang tidak tepat. Lucas dan anak buahnya lalu mulai menembak ke dalam kegelapan, dimana laras senjata para penyerang memberi satu-satunya petunjuk bagi mereka tentang di mana musuh mungkin berada. Suara senapan mesin bergabung dengan retakan tajam tembakan senapan Springfields dan derum senapan Mauser. Banyak penyerang yang ditebas oleh senapan mesin, yang menembakkan sekitar 20.000 peluru sebelum pertarungan usai.

Tentara Amerika dengan senapan mesin ringan Model 1909 Benet-Mercier buatan Prancis. (Sumber: https://www.americanrifleman.org/)
Rekrutan baru prajurit Amerika berlatih dengan senapan standar infanteri masa itu Springfield M1903 di Camp Wadsworth, Carolina Selatan. (Sumber: https://www.thearmorylife.com/)

Kembali ke kota, para penyerang segera menyesali pembakaran yang mereka lakukan. Hotel dan toko yang terbakar menerangi area tersebut lebih baik daripada lampu sorot. Para penyerang yang mengamuk muncul dalam siluet, diterangi oleh kobaran api, dan senapan Springfields milik para Doughboy dengan cepat mengirim lusinan anak buah Villa ke alam baka. Setelah sekitar dua jam, para penyerang mulai mundur. Mayor Frank Tompkins lalu mengumpulkan sekitar 56 orang dari Pasukan F dan H, bersiap, dan melakukan pengejaran, mengejar buruannya sejauh 15 mil (24 km) ke Meksiko sebelum amunisi yang menipis memaksanya untuk menghentikan pengejaran. Serangan ke Columbus telah berakhir. Sembilan warga sipil Amerika dan delapan tentara tewas. Secara praktis, penyerangan Villa merupakan kegagalan bagi mantan pemimpin bandit tersebut. Sebanyak 67 Villista terbunuh di Columbus. Jika dihitung dari orang-orang yang hilang selama pengejaran Tompkins, lebih dari 100 personel Villa yang semakin langka tewas—beberapa perkiraan menyebutkan sebanyak 200 orang. Namun jika tujuan utama Villa adalah untuk memprovokasi intervensi Amerika di Meksiko, maka ia berhasil melampaui impian terliarnya. Woodrow Wilson tidak dapat menoleransi invasi yang begitu berani ke tanah AS, terutama pada tahun pemilu. Setelah pertukaran nota diplomatik yang sibuk antara Wilson dan Carranza, Carranza dengan enggan setuju untuk mengizinkan serangan balasan pasukan Amerika. Persetujuan tersebut bersifat ambigu dan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat ditolak dengan cepat karena alasan politik dalam negeri.

EKSPEDISI PENGHUKUMAN PERSHING

Karena tidak suka berlama-lama memikirkan basa-basi diplomatik, Wilson kemudian mengorganisir apa yang disebutnya “Ekspedisi Punitif (Penghukuman).” Ekspedisi tersebut akan dipimpin oleh Brigjen berusia 55 tahun. Jenderal John J. Pershing, seorang perwira veteran yang sangat disukai di Angkatan Darat, tetapi memiliki reputasi sebagai orang yang keras kepala dan efisien. Dia akan diberikan dua brigade kavaleri dan satu brigade infanteri untuk menyelesaikan misinya. Dijuluki “Black Jack”, Pershing setelah memimpin Resimen Kavaleri ke-10 yang anggotanya seluruhnya berkulit hitam, veteran perang Indian di Barat dan pernah bertempur di Filipina dengan cepat mendapatkan rasa hormat dari para tentara dan warga sipil di posnya di Texas. Namun urgensi politik segera mengubah tujuan misi tersebut. Awalnya, Menteri Perang Newton D. Baker memberi perintah kepada Pershing untuk melintasi perbatasan untuk mengejar kelompok bandit Meksiko yang menyerbu Columbus. Namun Wilson, yang ingin meredakan kekhawatiran pemerintah Carranza terhadap invasi Amerika secara umum, mengubah penekanannya. Angkatan Darat akan memasuki Meksiko dengan tujuan menangkap Villa sendiri. Berbicara mewakili banyak orang, seorang perwira Angkatan Darat tidak begitu yakin dengan hasilnya. “Semua anggota militer,” katanya, “mengetahui bahwa berdasarkan perintah yang diterima (Pershing), dia mempunyai peluang yang sama besarnya untuk mendapatkan Villa seperti halnya menemukan jarum di tumpukan jerami.” 

Mayor Jenderal John Pershing komandan pasukan ekspedisi Amerika untuk mengejar Pancho Villa. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Jenderal Obregon, Villa dan Pershing bertemu pada saat-saat damai di Fort Bliss, Texas, 27 Agustus 1914. (Sumber: https://www.defensemedianetwork.com/)
Sierra Madre Trail, sekitar tahun 1900. Medan yang berat menjadi tantangan bagi pasukan pimpinan Pershing yang masuk ke wilayah Mexico. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Termasuk dalam perintah yang diterima Pershing adalah frasa “penghormatan yang cermat terhadap kedaulatan Meksiko.” Di balik perintah seperti “jaga sopan santun saat berjalan-jalan tanpa diundang di negara orang” terdapat bahaya yang lebih besar. Perang Dunia I sudah memasuki tahun ketiga dan Kekaisaran Jerman sedang merayu Meksiko untuk bergabung di blok poros. Karena Presiden A.S. Woodrow Wilson tidak pernah bertanya, namun memberi tahu Carranza apa yang akan dia lakukan, kesalahan apa pun yang dilakukan Pershing atau anak buahnya berisiko menyebabkan Meksiko yang netral bersekutu dengan Jerman. Pada saat Amerika Serikat sedang berdebat apakah akan bergabung dengan Sekutu atau tidak, hal terakhir yang diperlukan mereka adalah negara yang bermusuhan di perbatasan selatannya. Tugas Pershing adalah tugas yang tidak menyenangkan. Daerah Chihuahua adalah gurun semak, kering, terpencil, dan ditinggalkan. Sebagian besar daerah yang kering, dipenuhi kaktus, dan mesquite merupakan dataran tinggi, dengan ketinggian hingga 5.000 kaki (1.524 meter). Hal ini menyebabkan panas terik di siang hari dan dingin menusuk tulang di malam hari. Bagian barat Chihuahua bergunung-gunung, dengan puncak Sierra Madre Occidental yang bergerigi menjulang ke langit seperti tulang punggung raksasa. Yang lebih parah lagi, tidak ada jalan yang bisa dilihat, yang ada hanya jalan setapak di gurun yang berdebu di musim panas dan dengan cepat berubah menjadi rawa berlumpur saat hujan. Para prajurit berhasil menggunakan beberapa jalur kereta api Meksiko, namun akses tersebut sengaja dibatasi oleh pemerintah Carranza. Informasi intelijen yang dapat diandalkan mengenai keberadaan Villa juga terbatas, dan hanya sebatas rumor, setengah kebenaran, dan kebohongan yang disengaja tersebar luas. Kebanyakan orang Meksiko, apa pun politik mereka sebenarnya, tidak menyukai campur tangan Amerika dalam urusan negara mereka. Mereka tidak mau bekerja sama.

PATTON & PERSHING

Pada waktu itu Letnan George S. Patton, Jr sedang bertugas bersama pasukan Kavaleri ke-8 di Fort Bliss, Texas, dekat El Paso dan dekat perbatasan, tinggal di dekat Jenderal Pershing. Para prajurit di Fort Bliss semuanya ingin dilibatkan dalam membalas aksi gerombolan Villa, tetapi hanya sekelompok kecil dari mereka yang dipilih. Ketika Patton mengetahui bahwa Kavaleri ke-8 tidak dipilih dalam ekspedisi penghukuman pimpinan Pershing, dia amat kecewa. Ketimbang menyerah pada nasib, Patton memutuskan untuk berupaya segenap hati. Konon ia menunggu di kursi di luar kantor Pershing selama 40 jam. Akhirnya Pershing menyadari keberadaan Patton dan menanyakan kenapa ia ada di sana. Patton menjawab, “Saya menunggu kesempatan untuk berbicara dengan anda pak.” “Ok silahkan. Apa yang kamu inginkan?” tanya Pershing. “Aku ingin pergi dengan anda ke Mexico, sebagai ajudan anda, pak”. Saat Pershing menjawab bahwa ia sudah memilih dua ajudan. Patton tidak menyerah, dan menjawab, “Anda bisa menugaskan yang ketiga pak, dan jika anda membawa saya serta, saya yakin anda tidak akan menyesalinya.” Pershing kemudian menutup dengan mengatakan, “kamu tidak perlu lagi menunggu lama-lama disini. Nanti aku akan mengabarimu lagi.” Beberapa hari kemudian Patton mendapat kabar yang ditunggunya. Kegigihannya telah meluluhkan Pershing, yang memutuskan untuk membawanya serta. Pershing nantinya tidak akan menyesali keputusannya ini, karena Patton akan menunjukkan kinerja bagusnya. Tidak diragukan lagi Patton telah memberi impresi yang bagus di mata Pershing, tetapi ada faktor lain yang mungkin turut menentukan, yakni ketertarikan Pershing dengan adik Patton, Nita. Dalam beberapa event sosial di Fort Bliss sebelumnya, Nita telah diperkenalkan dengan Pershing. Meski baru saja kehilangan istri dan ketiga putrinya akibat bencana kebakaran pada tahun sebelumnya, Pershing segera tertarik dengan adik Patton, demikian pula sebaliknya. Menurut penulis biografi Pershing, Nita memiliki kemiripan fisik dengan mendiang istri Pershing, dan karena empatinya pada kesedihan sang Jenderal, membuat Pershing dengan cepat tertarik padanya.

Brigadir Jenderal John J. Pershing dan ajudannya, Letnan Satu George S. Patton, Jr, berbincang selama Ekspedisi Punitif di Meksiko, 1916. Hubungan Pershing dan Patton tidak sekedar hubungan atasan dan bawahan militer, pada satu waktu sang Jenderal nyaris menikahi adik Patton. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

PASUKAN BERMOTOR

Sementara itu, tentara yang ada di bawah komando Pershing sebagian besar terdiri dari pasukan reguler Angkatan Darat, yang profesional dan terbiasa menghadapi kesulitan. Brigade Kavaleri Sementara Pertama terdiri dari Kavaleri ke-11 dan ke-13 serta satu baterai dari unit Artileri Lapangan ke-6. Brigade Kavaleri Sementara Kedua berisi Kavaleri ke-7 dan ke-10 serta satu lagi baterai Artileri ke-6. Resimen ke-7 dan ke-10 adalah salah satu resimen paling terkenal di Angkatan Darat. Kavaleri ke-7, atau “Garry Owens,” paling dikenang karena pertarungan naas Letkol George Armstrong Custer di Little Bighorn melawan orang-orang Indian Sioux dan Cheyenne pada bulan Juni 1876. Nama mereka diambil dari lagu marching favorit Custer. Kavaleri ke-10 berasal dari “Buffalo Soldier” yang legendaris, sebuah unit yang anggotanya berkulit hitam sepenuhnya yang juga mendapatkan ketenaran dalam perang Indian. Unit Sementara ke-2 dilengkapi juga dengan baterai Artileri ke-6 lainnya. Brigade Infanteri Sementara ke-1 terdiri dari prajurit Resimen Infantri ke-6 dan ke-16 serta pasukan pendukung. Unit-unit kavaleri ini dipersenjatai dengan senapan mesin Hochkiss M1909 Benet-Mercier, senapan Springfield M1903, dan pistol semi-otomatis Colt M1911. Rencana Pershing sederhana saja. Rombongan utama akan melintasi perbatasan di Columbus, sedangkan sisanya akan melintasi Peternakan Culbertson, 80 mil (128,75 km) ke arah barat di Hachita. Mereka lalu akan berkumpul di Casas Grandes. Kekuatan Villa diharapkan terjebak di antara dua unit tersebut. Pershing dan pasukannya yang berkekuatan 4.800 orang melintasi perbatasan pada tanggal 15 Maret 1916. Selama sebelas bulan berikutnya, Pershing dan anak buahnya mengalami kelaparan, kehausan, kelelahan, kebosanan, dan frustrasi yang memuncak. Perjalanan menuju Casas Grandes adalah salah satu yang tercepat dan paling melelahkan dalam sejarah Kavaleri AS.

Pasukan Garda Nasional di perbatasan Meksiko memamerkan pistol M1911 baru mereka pada bulan Maret 1917. Pistol semi-otomatis Colt M1911 menjadi perlengkapan standar tentara Amerika selama ekspedisi penghukuman pimpinan Pershing. (Sumber: https://www.thearmorylife.com/)
Area persiapan kereta truk yang memasok pasukan Jenderal John J. Pershing selama Ekspedisi Pancho Villa, di Columbus, New Mexico. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Konvoi bermotor berjalan menyusuri jalan yang rusak. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pasukan Pershing yang lelah kemudian tiba di Casas Grandes pada jam 8 malam tanggal 17 Maret, setelah menempuh perjalanan sejauh 68 mil (109,4 km) dalam dua hari. Perjalanan ini merupakan cobaan berat bagi manusia dan binatang. Badai telah menimbulkan awan debu alkali yang mencekik, dan begitu matahari menyelinap di balik tebing berwarna merah jambu, suhu turun hingga mendekati titik beku. Casas Grandes dan komunitas Mormon di dekatnya di Colonia Dublan akan menjadi basis utama pasukan Pershing. Beberapa perbekalan yang lalu dikirim dengan kereta api, antara lain bahan bangunan, kayu, gula, kentang, dan bawang. Namun sebagian dari ruang yang kosong tersebut digantikan oleh alat transportasi motor, sebuah konsep baru. Konvoi truk mengangkut perbekalan melalui jalur yang berdebu dan rusak parah. Beberapa medannya sangat kasar dan primitif sehingga ekspedisi tersebut harus bergantung pada armada bagal Angkatan Darat yang telah lama dihormati dan keras kepala untuk mendapatkan pasokan. Pangkalan pemeliharaan kendaraan beroperasi di Columbus selama kurun waktu ini. Dalam beberapa hari, sistem logistik yang rentan itu hancur. Banyak sekali perbekalan, sebagian besar tanpa bill of lading, menumpuk di base camp di sepanjang perbatasan. Beberapa minggu berlalu sebelum konvoi truk (yang membawa mekanik perbaikan dan perbekalan) melaju ke selatan melewati jalan tanah yang berbatu-batu seperti lanskap. Sistem komunikasi di sisi lain hanya sedikit lebih baik. Radio lapangan baru memiliki radius hanya dua puluh lima mil (40 km); saluran telegraf yang dipasang dengan tergesa-gesa sering kali putus. Sementara itu teknologi baru lainnya yang digunakan dalam ekspedisi tersebut adalah pesawat terbang. Bagian Penerbangan Angkatan Darat A.S. dari Korps Sinyal mengerahkan Skuadron Aero ke-1, yang mengoperasikan delapan pesawat Curtiss JN-3 “Jenny” untuk mendukung pasukan darat Pershing. Pesawat-pesawat tersebut terbukti sangat berguna dalam membawa kiriman, namun tidak pernah menemukan tanda-tanda keberadaan musuh. Lebih buruk lagi, konstruksinya yang rumit, kurangnya suku cadang, dan kecelakaan yang tak terhindarkan dalam kondisi cuaca buruk membuat hanya dalam waktu 30 hari, hanya dua pesawat yang tersisa. Satu catatan menarik adalah bahwa Jenny membawa lambang pertama yang dilukis di pesawat AS: bintang merah di bagian ekor.

Bagian Penerbangan Angkatan Darat A.S. dari Korps Sinyal mengerahkan Skuadron Aero ke-1, yang mengoperasikan delapan pesawat Curtiss JN-3 “Jenny” untuk mendukung pasukan darat Pershing. (Sumber: https://jimswargamesworkbench.blogspot.com/)

PERSHING DAN PATTON DI GARIS DEPAN

Pershing, yang berkantor pusat di Casas Grandes, menerima informasi bahwa Villa berada sekitar 50 mil (80,5 km) ke selatan. Bandit itu berhasil lolos dari jaringnya, namun Pershing masih berharap. Jenderal ini lalu mengirimkan tiga formasi paralel dari Colonia Dublan, berharap mereka akan berada di belakang Villa dan menghentikan pelariannya. Setelah sisa komandonya tiba pada tanggal 20 Maret, Pershing mengirimkan skuadron penerbangan yang lebih kecil untuk menjelajahi area yang tidak tercakup oleh tiga formasi utama. Sementara itu, Villa menyerang garnisun Carranza di Guerrero. Dia merebut kota itu dengan mudah tetapi secara tidak sengaja terluka oleh salah satu anak buahnya sendiri. Pada saat ini, Villa sedang mendesak penduduk desa setempat untuk bergabung dengan kelompoknya. Dikatakan bahwa peluru yang menghancurkan tulang kering Villa ditembakkan oleh seorang wajib militer yang tidak puas. Apapun masalahnya, Villa terluka parah—tapi ironisnya, luka itu menyelamatkannya. Villa, benar-benar menangis dan mengumpat kesakitan, meninggalkan Guerrero sekitar tengah malam pada tanggal 29 Maret, dibawa dengan tandu dan dijaga oleh 150 pengikut. Saat itu juga, Kolonel George F. Dodd dan pasukan Kavaleri ke-7 sedang menuju Guerrero. Kavaleri ke-7 bergerak menuju Bachiniva, tetapi pemandunya tidak yakin dengan jalannya. Ketika penduduk setempat terbukti tidak kooperatif, Dodd terpaksa menggunakan jalur memutar yang menunda kedatangannya. Dodd dan Kavaleri ke-7 akhirnya mencapai Guerrero pada pukul 6 pagi, enam jam setelah keberangkatan Villa. Tentara Amerika tidak akan pernah lagi bisa menangkap musuh mereka yang sulit ditangkap itu. Dodd masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan, dan dia langsung menyerang. Kolonel berusia 63 tahun itu memimpin penyerangan dengan pistol kaliber .45 di tangannya. Para prajurit mengikuti, memacu kuda mereka ke depan meskipun harus melakukan perjalanan sepanjang malam yang melelahkan melintasi medan terlarang. Villista yang tersisa segera melarikan diri, mundur setelah menderita 56 orang tewas dan 35 luka-luka. Tentara Amerika hanya menderita kerugian lima orang luka-luka dan tidak ada yang tewas. Pershing kemudian mengambil risiko pribadi yang sangat besar selama kampanye militernya ini, sering kali melakukan pengintaian sendirian jauh di dalam wilayah musuh. Markas bergeraknya sangat sederhana. Stafnya terdiri dari ajudannya, Letnan George S. Patton, Jr., empat penjaga pengawal, tiga pengemudi, dan juru masak sang jenderal, seorang Afrika-Amerika bernama Booker. Karavan resmi Pershing terdiri dari empat mobil touring Dodge. Tepat di belakangnya dengan mobil Model T yang bobrok adalah koresponden dari New York TribuneChicago Tribune, dan Associated Press.

Jenderal Pershing dan Jenderal Bliss memeriksa kamp, ​​​​dengan Kolonel Winn, Komandan Infanteri ke-24 selama Ekspedisi Penghukuman Angkatan Darat A.S. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Brig. Jend John Pershing di markas besarnya selama “Ekspedisi Punitif.” (Sumber: https://www.defensemedianetwork.com/)

SERSAN AYAM

Villa bersembunyi di sebuah gua bernama Cueva de Cozcomate. Dalam kesakitan yang luar biasa dan tidak bisa berjalan, pemimpin bandit itu tetap berada di bawah tanah selama dua bulan sementara dia memulihkan diri. Mulut gua itu disamarkan oleh dahan dan dedaunan. Kerabatnya membelikannya makanan karena tidak ada orang lain yang bisa dipercaya mengetahui rahasianya. Dari sarangnya, Centaur Utara yang terluka itu suatu hari menyaksikan patroli kavaleri Amerika lewat. Pengintai dari suku Apache digunakan dalam kampanye tersebut, beberapa di antaranya adalah para pejuang tua yang memburu Geronimo pada tahun 1880-an. Salah satu pengintai Apache yang paling menonjol bernama Sersan Chicken. Nama aslinya adalah Eskehwadestah, hampir sulit diucapkan oleh orang kulit putih. Orang-orang Indian melayani Ekspedisi Punitif dengan senang hati sejak permusuhan Apache-Meksiko mulai terjadi pada abad ke-18.

Pengintai Apache pada bulan Oktober 1916, selama Ekspedisi Punitif Meksiko. Mereka membawa senapan Springfield M1903 dan pistol M1911. Orang-orang Indian melayani Ekspedisi Punitif dengan senang hati sejak permusuhan Apache-Meksiko mulai terjadi pada abad ke-18. (Sumber: https://www.thearmorylife.com/)

DI BAWAH TEMBAKAN PEMERINTAH MEXICO

Setelah maju dari Namiquipa pada tanggal 24 Maret ke San Diego del Monte, pasukan Kavaleri ke-10 menjadi terisolasi dari markas besar Pershing karena badai salju yang dahsyat pada tanggal 31 Maret. Satu skuadron Kavaleri ke-10 bergerak menuju Guerrero setelah menerima laporan tentang pertempuran di sana dan di tengah hari tanggal 1 April, sebuah perjumpaan menghasilkan kontak tembak dengan salah satu kelompok Villista yang mundur, beranggotakan 150 orang, di bawah pimpinan Francisco Beltran di sebuah peternakan dekat Agua Caliente. Terpecah menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan mundur melewati punggung bukit berhutan, beberapa Villista berusaha mempertahankan diri di balik tembok batu, menghasilkan apa yang konon merupakan serangan kavaleri pertama yang dilakukan oleh pasukan AS sejak tahun 1898, dipimpin oleh Mayor Charles Young, salah satu dari sedikit perwira keturunan Afrika-Amerika yang bertugas dalam militer Amerika. Pengejaran berlangsung hingga kegelapan dan Buffalo Soldier membunuh setidaknya dua Villista yang tersisa di lapangan dan mengalahkan sisanya tanpa menderita korban. Aksi tersebut juga merupakan pertama kalinya Angkatan Darat AS menggunakan tembakan senapan mesin untuk mendukung serangan. Villa kemudian membagi komandonya menjadi empat kelompok, menyebarkan mereka untuk menghindari kehancuran. Mereka yang pergi ke Durango bisa keluar dari Ekspedisi Punitif relatif tanpa cedera, namun mereka yang tetap berada di Chihuahua dihancurkan oleh pasukan Amerika. Dua komandan Villa yang paling dipercaya, Candelario Cervantes dan Julio Cardenas, tewas dalam kampanye tersebut. Kematiannya merupakan bagian dari petualangan menegangkan yang akan diingat oleh George Patton—dan diceritakan secara panjang lebar—selama sisa hidupnya. Meskipun para prajurit tidak menyadarinya pada saat itu, puncak Ekspedisi Punitif terjadi sekitar sebulan sebelum petualangan Patton.

Para prajurit yang bersenjatakan bayonet di Resimen Infanteri ke-24 menjaga garis parit yang kokoh, meskipun kecil kemungkinan gerilyawan yang cerdik akan menyerang mereka secara langsung. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Tentara Mexico. Meski awalnya relatif membiarkan pasukan ekspedisi Amerika mengejar gerombolan Villa, namun pada akhirnya bentrokan antara tentara Amerika dan Mexico menjadi tidak terhindarkan. (Sumber: https://georgy-konstantinovich-zhukov.tumblr.com/)

Pada pagi hari tanggal 12 April, Mayor Frank Tompkins dan Pasukan K dan M dari Kavaleri ke-13 memasuki Parral, 516 mil (830 km) dari perbatasan. Ini akan menjadi yang terjauh yang pernah dilakukan tentara Amerika di jantung Meksiko. Seorang jenderal Carrancistas setempat menyuruh Tompkins untuk pergi, yang dia lakukan tanpa insiden, tetapi di luar kota pasukan pemerintah mulai menembaki pasukan Amerika. Hal ini memicu baku tembak di mana pihak Amerika, meskipun kalah jumlah (128 tentara Amerika melawan 500 tentara Mexico), berhasil menimbulkan banyak korban jiwa pada penyerangnya. Dua orang Amerika tewas dalam pertempuran itu, satu  dari barisan penjaga belakang, dan enam lainnya terluka, sementara Carrancistas kehilangan antara empat belas dan tujuh puluh orang, menurut laporan yang saling bertentangan. Akhirnya, Tompkins dan anak buahnya bertahan di Santa Cruz de Velegas, delapan mil (12,8 km) dari Parral, sebelum diselamatkan oleh unsur Kavaleri ke-10 di bawah pimpinan Mayor Charles Young. Ketika Pershing mendengar kejadian tersebut, dia sangat marah, namun pihak berwenang Meksiko menolak untuk meminta maaf. Demi keamanan, sang jenderal memutuskan untuk mengkonsolidasikan pasukannya. Markas besarnya berada di Namiquipa, sekitar 180 mil (289,7 km) sebelah utara Parral dan 90 mil (144,8 km) sebelah selatan markas utamanya di Colonia Dublan. Pertempuran melawan tentara Mexico menandai titik balik dalam kampanye. Perlawanan militer oleh Carranza memaksa penghentian upaya lebih lanjut sementara percakapan diplomatik dilakukan oleh kedua negara untuk menghindari perang. Hanya empat hari sebelumnya, pada tanggal 8 April, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Hugh L. Scott telah menyatakan kepada Menteri Perang Baker bahwa Pershing telah menyelesaikan misinya dan bahwa “tidak bermartabat bagi Amerika Serikat untuk memburu satu orang dalam satu serangan di negara asing”. Baker setuju dan menasihati Wilson, namun setelah pertarungan di Parral, pemerintah menolak untuk menarik ekspedisi tersebut, karena tidak ingin terlihat menyerah pada tekanan Meksiko selama tahun pemilu. Sebaliknya, pada tanggal 21 April Pershing memerintahkan empat pasukannya yang berkumpul di dekat Parral untuk mundur ke San Antonio de Los Arenales. Seminggu kemudian dia menugaskan resimen kavaleri, termasuk Kavaleri ke-5 yang baru tiba, ke lima distrik yang dibentuk di pusat Chihuahua untuk berpatroli dan mencari kelompok yang lebih kecil. 

KEMENANGAN TERAKHIR DI EKSPEDISI PENGHUKUMAN

Ekspedisi Punitif mempunyai momen kemenangan terakhir, kali ini di sebuah tempat bernama Ojos Azules. Sebuah garnisun kecil Carrancista di kota pertambangan perak Cusihuiriachic diserang oleh pasukan Villa pada tanggal 4 Mei, mendorong komandan garnisun untuk meminta bantuan dari pasukan AS di dekat San Antonio. Mayor Robert L. Howze dari Kavaleri ke-11 menerima pesan dari penduduk kota bahwa mereka diancam oleh Villista. Howze lalu merespons dengan sigap, maju terus dengan sekitar 300 tentara. Enam pasukan Kavaleri ke-11, peleton senapan mesinnya, dan satu detasemen Pengintai Apache di bawah pimpinan Letnan Satu James A. Shannon, berjumlah 14 perwira dan 319 orang, memulai perjalanan malam di bawah pimpinan Howze. Howze menemukan pasukan Villa di Ojos Azules. 140 Villista di bawah pimpinan Julio Acosta telah mundur ke pegunungan di sebelah barat menuju sebuah peternakan di Ojos Azules. Howze kemudian melancarkan serangan saat fajar pada tanggal 5 Mei. Tiga puluh pengintai Apache memimpin, turun dari kudanya dan menyerang para bandit yang terkejut, banyak di antaranya baru saja dibangunkan dengan kasar. Letnan A.M. Graham dari Pasukan A, Kavaleri ke-11, memberi perintah, “Ambil pistol,” dan masing-masing polisi mengambil pistol Colt dari sarungnya. Peniup terompet membunyikan kode “Serang” dan pasukan Kavaleri ke-11 maju dengan cepat. Para Villista yang panik lalu berkerumun keluar dari sekelompok bangunan, mencoba untuk mendapatkan kuda mereka. 30 atau 40 orang lainnya naik ke atap untuk menuangkan hujan timah panas ke atas para penunggang kuda. Graham kemudian membawa kudanya melewati pagar dan menembak salah satu bandit dari pelana dari jarak dekat. Beberapa Villista mencoba untuk berdiri di dekat beberapa pohon pinus, namun pasukan Amerika tersebut turun dari kuda-kudanya dan membalas tembakan. Pertarungan berakhir dalam 20 menit, dengan pasukan Villa tewas atau kabur. Sekitar 60 bandit terbunuh di Ojos Azules. Hebatnya, tidak ada korban jiwa di pihak Amerika, meskipun penembakan terjadi secara besar-besaran. Serangan kavaleri terakhir di benua Amerika Utara ini merupakan kemenangan AS yang tak terbantahkan. Friedrich Katz menyebut aksi tersebut sebagai “kemenangan terbesar yang bisa diraih dalam Ekspedisi Punitif”.

Di antara banyak unit Angkatan Darat yang ditugaskan pada pasukan Brigadir Jenderal John J. Pershing di perbatasan Meksiko-Amerika pada musim panas 1916 adalah unit Infanteri Connecticut ke-2. Lukisan On the Border karya Donna Neary. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Buffalo Soldier dari Resimen Kavaleri ke-10 Amerika yang ditawan selama Pertempuran Carrizal, Meksiko pada tahun 1916. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sementara itu juga pada tanggal 5 Mei, beberapa ratus penyerang Meksiko, di bawah seorang perwira Villista, menyerang kota Glenn Springs dan Boquillas yang secara geografis terisolasi di wilayah Big Bend di Texas. Di Glenn Springs, orang-orang Meksiko mengalahkan pasukan yang hanya terdiri dari sembilan pasukan Kavaleri ke-14 yang menjaga kota, membakarnya, lalu pergi ke Boquillas di mana mereka membunuh seorang anak laki-laki, menjarah kota dan menawan dua orang. Komandan setempat lalu mengejar orang-orang-orang Meksiko itu sejauh 100 mil (160 km) ke negara bagian Coahuila untuk membebaskan para tawanan dan mendapatkan kembali harta benda yang dicuri. Pada tanggal 12 Mei, Mayor George T. Langhorne dan dua pasukan Kavaleri ke-8 dari Fort Bliss, Texas, diperkuat oleh Kolonel Frederick Sibley dan Pasukan H dan K dari Kavaleri ke-14 dari Fort Clark, menyelamatkan para tawanan di El Pino tanpa perlawanan. Tiga hari kemudian sebuah detasemen kecil kavaleri menghadapi para penyerang di Castillon, menewaskan lima orang Villista dan melukai dua lainnya; pihak Amerika tidak mengalami korban jiwa. Pasukan kavaleri kemudian kembali ke Amerika Serikat pada tanggal 21 Mei setelah sepuluh hari di Meksiko.

DUEL PATTON VS GEROMBOLAN VILLA

Pada tanggal 14 Mei Pershing menugaskan Patton untuk memimpin tim ekspedisi guna mendapatkan suplai jagung. Tim ini terdiri dari Patton, 10 prajurit dari resimen Kavaleri ke-6, dan dua pemandu sipil, yang terbagi dalam 3 mobil Dodge Touring. Di Rubio, dimana salah satu bawahan terpercaya Villa, yakni Jenderal Julio Cardenas dipercaya berada, Patton melihat kelompok besar sekitar 60 orang Mexico yang tidak bersenjata namun mencurigakan. Setelah membeli bahan makanan yang dibutuhkan, untuk menguji kebenaran keberadaan kelompok Cardenas, Patton meluncurkan serangan ke San Miguelito. Dalam catatan yang dibuatnya sendiri, Patton menuliskan kejadian yang terjadi di siang hari tanggal 14 Mei 1916, seperti versi Amerika-Mexico dari peristiwa tembak menembak terkenal era Wild West di OK Corral, Tombstone-Arizona. Dengan mengendarai mobil pertama, Patton berhenti di dekat sebuah rumah, yang diikuti oleh dua mobil lainnya. 9 orang kemudian menuju ke gerbang utama untuk mulai melakukan pencarian, sementara 6 orang lainnya tetap diatas mobil untuk melindungi jalanan. Patton saat itu membawa sebuah pistol dan sebuah senapan. Setelah mengalami pengalaman tidak menyenangkan menggunakan pistol otomatis Colt kaliber .45 di Sierra Blanca tahun sebelumnya, Patton telah menukar pistolnya dengan revolver single action Colt 1873 kaliber .45. Untuk memastikan pistolnya bekerja dengan baik, Patton hanya mengisinya dengan 5 peluru dengan membiarkan kamar peluru yang berhadapan dengan pelatuk tetap kosong. Saat Patton berjalan menuju gerbang utama, sekonyong-konyong, 3 pria berkuda dan bersenjata menerjang keluar. Dengan beberapa anak buah Patton berlari kearah mereka, 3 pria berkuda itu berbalik kearah Patton, yang berdiri dengan mencabut pistolnya. Mereka menembak kearah Patton, dan Patton membalas menembakkan 5 peluru. Dua peluru mengenai sasaran, satu mengenai perut salah satu kuda, yang satu lagi mematahkan tangan penunggangnya. Saat Patton berlindung di pojokan untuk mengisi peluru pistolnya, ia nyaris ditabrak penunggang kuda kedua. Patton kemudian menembak kuda itu dan menjatuhkannya. Saat penunggang kuda kedua mencoba bangkit dan mengangkat pistolnya, ia kemudian ditebas oleh tembakan Patton dan anak buahnya, sedangkan orang ketiga dibunuh oleh seorang pengintai Patton. Merasa perlu untuk memeriksa kedalam rumah untuk mencari Villista lain yang mungkin masih bersembunyi, Patton dan 3 prajuritnya memasuki rumah itu. Mereka menemukan beberapa orang tua dan wanita, yang mengungkapkan identitas tiga pria yang ditewaskan Patton dan anak buahnya. Salah satunya adalah Cardenas. Sementara anak buah Patton mengikat 3 mayat lawannya di kap mobil, Patton meletakkan sadel bertatah perak dan pedang Cardenas kedalam mobil. Mereka kemudian bisa kembali ke posisi pasukan Amerika dengan selamat tanpa mengalami insiden lebih lanjut. Atas ijin Pershing, Patton diperbolehkan untuk menyimpan sadel dan pedang Cardenas sebagai trophi kemenangan. 

Patton selama Ekspedisi Penghukuman di Mexico. (Sumber: http://felixsommerfeld.com/)
Pistol revolver single action Colt 1873 milik Patton. (Sumber: https://www.americaremembers.com/)

KESALAHAN FATAL BOYD

Kelompok Villista kemudian melancarkan serangan mereka sendiri pada tanggal 25 Mei. Kali ini pasukan kecil yang terdiri dari sepuluh orang dari Kavaleri ke-7 sedang keluar mencari ternak yang tersesat dan mengecek peta ketika mereka disergap oleh dua puluh pemberontak di selatan Cruces. Seorang kopral Amerika tewas dan dua pria lainnya terluka, meskipun mereka membunuh dua “pemimpin bandit” dan mengusir sisanya. Pada tanggal 2 Juni, Shannon dan dua puluh pengintai Apache bertempur kecil dengan beberapa anak buah Candelaro Cervantes yang telah mencuri beberapa kuda dari pasukan Kavaleri ke-5. Shannon dan orang-orang suku Apache menemukan jejak para pemberontak, yang saat itu sudah berumur seminggu, dan mengikutinya selama beberapa waktu hingga akhirnya berhasil menyusul orang-orang Meksiko di dekat Las Varas Pass, sekitar empat puluh mil (64 km) selatan Namiquipa. Menggunakan pelindung kegelapan, Shannon dan pengintainya menyerang tempat persembunyian para Villista, membunuh salah satu dari mereka dan melukai yang lain tanpa menderita merugikan di pihak mereka sendiri. Villista yang meninggal dianggap sebagai pemimpin karena dia membawa pedang selama pertempuran. Pertempuran kecil lainnya terjadi pada tanggal 9 Juni, di utara markas Pershing dan kota Chihuahua. Dua puluh orang dari Kavaleri ke-13 menghadapi pasukan Villista yang sama kecilnya dan mengejar mereka melalui Santa Clara Canyon. Tiga orang Meksiko tewas, dan sisanya melarikan diri. Tidak ada korban dari pihak Amerika. Pada tanggal 9 Mei, pada pertemuan tatap muka di El Paso, Texas, Sekretaris Perang dan wakil dari Angkatan Laut Carranza, Jenderal Álvaro Obregón, mengancam akan mengirimkan pasukan besar-besaran terhadap jalur pasokan ekspedisi dan mengusirnya secara paksa dari Meksiko. Funston lalu bereaksi dengan memerintahkan Pershing menarik seluruh pasukannya dari San Antonio de Los Arenales ke Colonia Dublán. Meskipun perintah tersebut dibatalkan pada malam tanggal 11 Mei ketika tidak ada bukti pergerakan pasukan Carrancista yang ditemukan, depot pasokan paling selatan telah ditutup dan perlengkapan dikirim ke utara yang tidak dapat dengan mudah diputarbalikkan. Pershing kemudian diperintahkan untuk berhenti di Namiquipa, membuat disposisi taktis pasukannya di sana dan di El Valle di utara. Pergerakan tersebut memulai penarikan pasukan ekspedisi ke Dublán secara bertahap. Pada tanggal 19 Mei, unit Kavaleri ke-10 dan ke-11 kembali ke pangkalan untuk menjaga jalur pasokan dengan Columbus dan melakukan pengintaian jika Skuadron Aero ke-1 tidak dikandangkan sementara. Ketika ancaman perang dengan pemerintah de facto meningkat, pergerakan ke utara terus berlanjut. Markas besar Pershing meninggalkan Namiquipa pada tanggal 21 Juni, didirikan kembali di Dublán, setelah itu depot pasokan lanjutan di Namiquipa ditutup pada tanggal 23 Juni. Pada tanggal 29 Juni, ekspedisi terkonsentrasi di pangkalan utama dan kamp garis depan di El Valle 60 mil (96,5 km) ke selatan.

Barisan Resimen Infanteri ke-6 dan 16, dalam perjalanan ke Amerika, antara Corralitos Rancho. Pada akhirnya ekspedisi pimpinan Pershing kehilangan momentum dan dukungan di dalam negeri Amerika. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Kalau dipikir-pikir, Ekspedisi Punitif seharusnya sudah ditarik setelah pertarungan di Ojos Azules. Ketegangan terus meningkat, dan semakin lama tentara Amerika tinggal di wilayah Meksiko, semakin besar kemungkinan bahwa sebuah insiden akan memicu perang skala penuh antara kedua negara yang sedang bertikai. Pada bulan Juni, kejadian seperti itu mendorong kedua negara ke ambang perang. Pershing mendapati dirinya kalah jumlah dengan pasukan Carrancista, jalur komunikasinya sepanjang 100 mil (160,9 km) terancam terputus. Dia kemudian mengirim Kapten Charles C. Boyd dan Pasukan C dari Kavaleri ke-10 untuk mengintai. Pada tanggal 21 Juni, Boyd ingin melewati Carrizal, tetapi Jenderal Meksiko Felix Gomez menyuruh tentara Amerika untuk mundur. “Katakan pada bajingan itu,” kata Boyd, “bahwa kita sedang melaluinya.” Itu adalah kesalahan penilaian yang fatal. Pertempuran segera pecah, dan kali ini tentara Amerika dikalahkan. Prajurit Buffalo Soldier kehilangan kohesi ketika sebagian besar perwira mereka terbunuh atau terluka. Aksi di Carrizal merupakan kemenangan Meksiko, meskipun agak mengerikan, karena 42 tentara Meksiko tewas, termasuk Jenderal Gomez dan 51 terluka (Pihak Mexico melaporkan hilangnya 24 orang tewas dan 43 luka-luka di pihak mereka). Kerugian Amerika juga besar—12 tentara tewas di lapangan, termasuk Boyd, 10 luka-luka, dan 24 ditangkap. Sisanya, termasuk satu-satunya perwira yang masih hidup, Kapten Lewis S. Morey, diselamatkan empat hari kemudian oleh skuadron bantuan Kavaleri ke-11. Komisi pencari fakta yang netral kemudian menyalahkan Boyd atas insiden tersebut. Ketika Jenderal Pershing mengetahui pertempuran tersebut, dia sangat marah dan meminta izin untuk menyerang garnisun Carrancista di Kota Chihuahua. Presiden Wilson menolak, mengetahui bahwa hal itu pasti akan memulai perang.

DARI MEXICO KE EROPA

Demonstrasi besar-besaran anti-Amerika kemudian meletus di kota-kota Meksiko, dan surat kabar Amerika ikut serta dalam menyampaikan seruan perang. Wilson dan Carranza bagaimanapun tetap tenang. Carranza tahu bahwa rencana awal Villa adalah mengajaknya berperang dengan Amerika Serikat, dan politisi tua berjanggut putih itu terlalu cerdik untuk melakukan hal itu. Sementara itu Wilson, yang semakin prihatin dengan keberhasilan Jerman dalam perang dunia yang sedang berlangsung di Eropa, tidak ingin terjebak di Meksiko. Aksi di Parral pada bulan April telah menghancurkan Villa dan pasukannya sebagai hal kedua selain tujuan mencegah serangan lebih lanjut terhadap pasukan AS oleh Carrancistas. Pertempuran di Carrizal membawa kedua negara tersebut ke ambang perang dan memaksa kedua pemerintah untuk segera mengambil tindakan yang jelas-jelas menunjukkan niat mereka untuk menghindari perang. Meskipun Amerika Serikat mengerahkan 100.000 tentara di perbatasan, pada tanggal 4 Juli krisis besar telah berlalu. Kedua belah pihak lalu mundur, ketegangan mereda, dan perang dapat dihindari. Pershing kemudian mundur ke Colonia Dublan, di mana dia tinggal di kamp selama enam bulan sementara kedua pemerintah mencari solusi yang saling menyelamatkan muka. Untuk mengatasi kebosanan dan kurangnya disiplin, Pershing memerintahkan pelatihan intensif bagi para prajuritnya, namun badai angin yang tiada henti di Meksiko berdampak buruk pada moral para prajurit. “Kami semua dengan cepat menjadi gila karena kurangnya pekerjaan dan tidak ada bantuan yang terlihat,” tulis Patton kepada ayahnya pada bulan Juli. Opini publik Amerika telah berbalik arah. ”Bukan karena kesalahannya sendiri, ’ekspedisi hukuman Pershing’ telah menjadi sebuah lelucon di mata orang-orang Amerika tetapi juga merusak pandangan rakyat Meksiko,” kata New York Herald. “Setiap hari menambah beban yang harus ditanggung rakyat Amerika dan mempermalukan posisi mereka. Jenderal Pershing dan komandonya harus ditarik kembali tanpa penundaan lebih lanjut.” Pershing kemudiam diperintahkan pada tanggal 18 Januari 1917, untuk mempersiapkan pasukan ekspedisinya kembali ke Amerika Serikat, yang dilaksanakan antara 28 Januari dan 5 Februari.

Jenderal Pershing dan staff-nya dalam Perang Dunia I. Meski tidak bisa dibilang sukses, Ekspedisi Penghukuman pimpinan Pershing di Mexico tidak dapat dianggap gagal total. Hal ini bagaimanapun memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi sejumlah perwira junior yang akan memiliki karir cemerlang di Perang Dunia II. Selain Patton, daftar perwira tersebut termasuk Courtney Hodges, William Simpson, Lesley McNair, Brehon Somervell, dan Carl Spaatz. (Sumber: https://mwi.westpoint.edu/)

Meskipun ekspedisi tersebut berhasil mencapai selusin kontak dengan kelompok Villista dalam dua bulan pertama kampanye, menewaskan banyak bawahan penting dan 169 anak buahnya, yang semuanya ikut serta dalam penyerangan ke Columbus, ekspedisi tersebut gagal dalam tujuan utama lainnya, yakni untuk menangkap Villa. Namun, antara tanggal penarikan pasukan Amerika dan pensiunnya Villa pada tahun 1920, pasukan Villa tidak lagi berhasil menyerbu Amerika Serikat. Para prajurit Amerika mungkin tidak berhasil menangkap Pancho Villa, tetapi mereka berhasil menghancurkan pasukannya dan memperoleh pengalaman tempur dalam kondisi yang sangat melelahkan. Selama tiga bulan operasi aktif, pasukan Amerika membunuh atau menangkap 292 Villista dan menyita 605 senapan, 5 pistol, 14 senapan mesin, dan 139 kuda dan bagal dari Villista. Sebagian besar kuda dan bagal lalu dikembalikan kepada penduduk setempat dan pistolnya disimpan sebagai suvenir. Selain itu misi tersebut tersebut tidak dapat dianggap gagal total. Hal ini bagaimanapun memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi sejumlah perwira junior yang akan memiliki karir cemerlang di Perang Dunia II. Selain Patton, daftar perwira tersebut termasuk Courtney Hodges, William Simpson, Lesley McNair, Brehon Somervell, dan Carl Spaatz. Yang paling penting, kampanye ini berfungsi sebagai gladi bersih, yang menyingkapkan banyak kelemahan di Angkatan Darat Amerika. Komando tertinggi Angkatan Darat lalu dengan cepat mulai bekerja menerapkan pelajaran yang didapat dan segera merombak Angkatan Darat ketika, pada tanggal 6 April 1917, Kongres menyatakan perang melawan Blok Sentral. Beberapa bulan kemudian, Pershing diangkat menjadi panglima tertinggi Pasukan Ekspedisi Amerika dalam Perang Dunia I, meninggalkan aib kampanye Meksiko jauh di belakang. Serangan ke Columbus adalah awal dari berakhirnya Pancho Villa. Dia menikmati kebangkitan popularitas yang singkat setelah orang-orang Amerika pulang, tetapi kembalinya dia hanya berumur pendek—seperti halnya nasib Villa sendiri. “Dibeli” oleh pemerintah Carranza dengan diberi tanah dan hacienda yang luas sehingga ia dapat pensiun dengan penuh gaya, bandit tua yang cerdik ini tidak dapat melarikan diri dari musuh-musuh politiknya. Pada tanggal 20 Juli 1923, tujuh pria bersenjata melepaskan 150 tembakan ke mobil Villa saat dia melewati Parral. Enam belas peluru mengenai tubuh Villa dan empat peluru lainnya mengenai kepalanya, menyebabkan Villa sama matinya dengan korban-korbannya di Columbus. Itu adalah akhir yang pantas untuk kariernya yang tercela.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Blood on the Border: Patton and Pershing’s Punitive Expedition By Eric Niderost

Blood on the Border: Patton and Pershing’s Punitive Expedition

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Pancho_Villa_Expedition

Hunting the Insurgent Leader: The U.S. Army’s Search for Pancho Villa BY DWIGHT JON ZIMMERMAN – SEPTEMBER 5, 2014

https://www.defensemedianetwork.com/stories/hunting-the-insurgent-leader/

Patton: The Man Behind the Legend, 1885-1945 by Martin Blumenson, 1987; p 83, 86-87

Patton: A Genius for War by Carlo D’Este, 1995; p 161, 173, 175

Nineteen Stars: A Study in Military Character and Leadership by Edgar Puryear, 1981; p 236

Exit mobile version