Sejarah Militer

Geronimo (1829-1909), Sosok Simbol Perlawanan Indian Apache Yang Kontroversial

Pada tanggal 5 Maret 1851, 400 tentara Meksiko dari Sonora pimpinan kolonel José María Carrasco menjarah kamp Apache yang dipertahankan dengan ringan di luar desa Janos di negara bagian Chihuahua, Meksiko utara, 75 mil di selatan perbatasan AS-Meksiko. Janos adalah lokasi terkenal tempat penduduk lokal Meksiko berdagang dengan orang-orang Suku Apache. Dalam prosesnya, orang-orang Meksiko itu membantai 21 wanita Apache dan anak-anak di kamp tersebut. Keesokan paginya, seorang Apache Chiricahua bernama Goyahkla, yang berarti “orang yang menguap”, kembali ke kamp dan menemukan mayat ibunya yang sudah lanjut usia, istri, dan tiga anaknya, semuanya dilepas kulit kepalanya dan tergeletak di atas genangan darah mereka. Sejak saat itu, pembalasan terhadap orang Meksiko, baik yang tidak bersalah maupun yang bersalah, menjadi semangat utama yang menggerakkan Goyahkla. Dia berpartisipasi dalam berbagai penyerangan yang tak terhitung jumlahnya di wilayah Meksiko utara selama lebih dari tiga dekade sesudahnya. Nama Inggris yang lebih dikenal dari nama Goyahkla, yakni Geronimo, diyakini didasarkan pada ucapan seruan orang Meksiko kepada Saint Jerome untuk meminta pertolongan. Dalam ketakutan mereka, orang-orang Meksiko itu berteriak, “Jeronimo!” Geronimo adalah pejuang yang terampil dan tangguh dalam pertempuran yang memiliki pengetahuan luar biasa tentang medan di wilayah Meksiko barat laut dan bagian selatan Wilayah New Mexico di utara. Kebencian Geronimo terhadap orang-orang Meksiko melebihi kebenciannya terhadap orang-orang Amerika. Menurut National Geographic, “Gubernur Sonora mengklaim pada tahun 1886 bahwa dalam lima bulan terakhir karir Geronimo, kelompok 16 prajuritnya membantai sekitar 500 hingga 600 orang Meksiko.” Saya telah membunuh banyak orang Meksiko; Saya tidak tahu berapa jumlahnya, karena seringkali saya tidak menghitungnya. Beberapa dari mereka tidak layak untuk dihitung. Sudah lama sekali sejak itu, tetapi saya tetap tidak mencintai orang-orang Meksiko itu. Bagi saya mereka selalu berbahaya dan jahat.” Demikian kata Geronimo dalam buku biografinya, ‘My Life: The Autobiography of Geronimo’, tahun 1905. Namun patut disadari juga bahwa upaya keras Geronimo dalam melakukan perlawanan bersenjata meski menghadapi rintangan yang luar biasa tidak hanya berhasil mengacaukan musuh Meksiko dan Amerika mereka, tetapi juga banyak dari sesama orang-orang Suku Apache.

Geronimo (Goyaałé), dari Suku Apache Bedonkohe, berlutut dengan senapan, tahun 1887. Geronimo adalah sosok yang kontroversial, ditakuti lawan-lawannya, sekaligus dibenci musuh dan beberapa orang sebangsanya sendiri. Dibalik gambaran kejamnya, Geronimo menyimpan masa lalu yang pahit saat ibunya, istri, dan tiga anaknya dibunuh oleh orang-orang Meksiko. Hal inilah yang menjadi pendorong utama perlawanannya terhadap dominasi orang kulit putih. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Bagi para pendukungnya, Geronimo adalah perwujudan dari perlawanan yang membanggakan dan pelindung dari cara hidup Suku Chiricahua lama, sementara bagi banyak orang kulit putih dia adalah pelaku kekejaman biadab yang tak terkatakan. Geronimo tidak pernah membedakan antara menyiksa tentara Meksiko sampai mati dengan melakukan kekejaman terhadap penduduk sipil non-kombatan di kedua sisi perbatasan. Dimulai pada tahun 1870-an, ketika orang-orang Suku Apache dipindahkan secara paksa ke lokasi reservasi yang jauh dari kampung halaman suku mereka, dimana banyak orang-orang Apache menyimpulkan bahwa hal ini adalah jalan satu-satunya yang orang kulit putih berikan agar mereka bisa mendapat perdamaian dan melangsungkan hidupnya. Karena alasan itu, mereka menganggap Geronimo sebagai pembuat onar yang keras kepala, yang telah terbawa oleh rasa haus yang tampaknya tak terpadamkan untuk melakukan balas dendam. Mereka sangat yakin bahwa tindakan Geronimo akan mendatangkan amukan musuh pada rakyatnya sendiri. Beberapa tahun setelah Perang Apache berakhir, Chatto yang menjadi tokoh Indian Chokonen pada awal tahun 1880an, berkata: “Saya sudah mengenal Geronimo seumur hidupku hingga dia mati dan tidak pernah tahu ada hal-hal baik darinya”. Putri dari kepala Suku Chokonen, yakni Naiche setuju: “Dia bukanlah orang besar sama sekali. Saya tidak pernah mendengar ada hal baik tentang dirinya. Orang-orang tidak pernah mengatakan dia pernah melakukan hal yang baik”. Ya Geronimo merupakan tokoh kontroversial, dan dibenci banyak orang, namun namanya akan selalu dikenang dan tercatat sebagai sosok yang berani menentang ditengah kesewenang-wenangan dan ketidakadilan orang-orang kulit putih yang merampasi dan membunuhi orang-orang Indian yang menghalangi langkah mereka.

KEHILANGAN TANAH DALAM PERANG MEKSIKO-AMERIKA

Geronimo lahir dalam kelompok Bedonkohe dari Suku Indian Apache Chiricahua pada 16 Juni tahun 1829 di dekat hulu Sungai Gila di Meksiko. Ayahnya adalah Taklishim, “yang abu-abu,” dan ibunya bernama Juana. Kelompok Bedonkohe, bersama dengan kelompok Chokohen, Nedhni, dan Chihenne, merupakan empat kelompok yang membentuk Suku Apache Chiricahua. Sebenarnya tidak ada Bangsa Apache, yang ada adalah beberapa suku yang tersebar di wilayah barat daya Amerika Serikat modern. Suku Apache diyakini telah menetap di masing-masing bagian selatan dan barat daya Arizona dan New Mexico modern, dan wilayah barat laut Meksiko sekitar 1.500 SM setelah bermigrasi ke selatan di sepanjang permukaan Pegunungan Rocky, mengikuti kawanan bison. Orang Spanyol menyebut daerah ini Apacheria. Suku Apache lalu berhadapan dengan Suku Comanche yang ganas dan lebih banyak, sebagai suku agresif yang berkembang ke wilayah Great Plains barat. Suku Comanches kemudian memaksa Suku Apache menyingkir lebih jauh ke barat ke pegunungan di sebelah barat dataran. Ketika Francisco Vasquez de Coronado bertemu dengan mereka di utara kawasan New Spain pada tahun 1541, dia menggambarkan Suku Apache sebagai Suku yang “bangga diri, tegas menantang, dan mandiri, tetapi akan baik-baik saja jika tidak diganggu”. Mobilitas dan pengetahuan mereka tentang medan tempat mereka hidup tidak tertandingi dan menjadi kunci kelangsungan hidup mereka. Suku Apache biasa beradaptasi dan berkembang di medan yang keras tempat mereka tinggal. Orang-orang Apache pindah ke lembah yang lebih rendah untuk berburu selama musim dingin. Meskipun mereka nomaden, mereka menanam juga kacang, jagung, dan melon di lahan-lahan kecil. 

Perang Meksiko–Amerika Serikat (25 April 1846 – 2 Februari 1848) turut mempengaruhi nasib bangsa Indian Apache, karena setelah pihak Amerika menang, para penambang, peternak, pemukim, dan tentara Amerika mulai masuk ke wilayah tempat tinggal orang-orang Apache dan mengganggu cara hidup mereka. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Orang-orang Chiricahua Apache berjalan di jalan berdebu di wilayah barat daya Amerka. Orang-orang Apache yang merupakan penunggang kuda dan pemburu yang handal terbiasa hidup bebas di wilayah lembah-lembah pegunungan barat Amerika yang luas, hadirnya orang-orang kulit putih di wilayah mereka membatasi ruang gerak dan cara hidup mereka. (Sumber: https://pixels.com/)

Meskipun ia adalah cucu dari kepala suku Bedonkohe Mahco yang dihormati, garis keturunan Geronimo tidak membuatnya mendapatkan posisi sebagai kepala suku. Seperti pemuda lain di kelompoknya, masa kecil Geronimo merupakan masa magang yang panjang dan sulit. Dia belajar berburu, menunggang kuda, dan keterampilan perang dari para prajurit yang berpengalaman. Meskipun Geronimo bukanlah kepala suku, namun reputasinya tumbuh sangat tinggi di antara orang-orang Chiricahua karena keahliannya dan keberanian yang dia tunjukkan dalam tindakan yang tak terhitung jumlahnya melawan orang-orang Meksiko dan Amerika. Orang-orang Apache akhirnya menganggapnya sebagai semacam dukun/Shaman. Toh Geronimo di kalangan kelompoknya dikenal sebagai orang yang ahli dalam pengobatan. Mitos tentang dirinya banyak berkembang, Geronimo layaknya orang super, dimana kabarnya dia sukar ditembak, karena peluru senapan kadang macet dan meleset saat diarahkan padanya. Namun meski Geronimo dianggap punya kekuatan unik, ia tidak pernah dijagokan untuk menjadi seorang kepala suku. Dikatakan juga bahwa pengikut sejati Geronimo tidak pernah lebih dari 30an orang. Sementara itu, setelah Perang AS-Meksiko berakhir pada tahun 1848, masuknya penambang, peternak, pemukim, dan tentara Anglo-Amerika ke wilayah Apacheria mulai mengganggu cara hidup orang-orang Chiricahua yang telah ada disana selama hampir tiga abad dan kedatangan orang-orang kulit putih ini lalu membuat konflik menjadi tak terhindarkan. Geronimo dengan getir menolak gagasan bahwa Meksiko memiliki hak untuk menyerahkan tanah air rakyatnya kepada orang-orang Amerika yang menang perang. Selama beberapa dekade sesudahnya konflik Apache-Meksiko dan Apache-Amerika Serikat, penyerbuan dan perampokan telah menjadi bagian dari gaya hidup suku Apache, dimana hal ini dilakukan tidak hanya untuk tujuan strategis tetapi juga ekonomis, dan sering terjadi tumpang tindih antara penyerangan untuk tujuan ekonomi dan peperangan. Penyerangan berkisar dari aksi mencuri ternak dan penjarahan lainnya, hingga penangkapan dan / atau pembunuhan korban, terkadang dengan penyiksaan. Orang-orang Meksiko dan Amerika lalu menanggapinya dengan melakukan serangan pembalasan terhadap Apache yang tidak kalah ganas dan kejam serta sangat jarang membedakan individu musuh dewasa yang teridentifikasi, dengan orang Apache biasa. Penyerangan dan pembalasan tersebut memicu api peperangan balas dendam yang ganas antara orang-orang Apache dan Meksiko dan kemudian, Apache dengan orang-orang Amerika.

PEMBELIAN GADSDEN

Perjanjian Pembelian Gadsden pada tahun 1854 kemudian memiliki pengaruh langsung pada kehidupan orang-orang suku Apache. Melalui perjanjian itu, Amerika Serikat membayar kepada Meksiko sebesar $ 10 juta untuk kira-kira wilayah seluas 30.000 mil persegi yang dulunya milik Meksiko di selatan Sungai Gila. Perjanjian tersebut melengkapi tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan rel kereta api lintas benua di jalur selatan. Area yang terkena dampak dari pembelian ini terletak tepat di jantung wilayah tempat tinggal Suku Apache. Dua pemimpin terbesar kelompok Apache Chiricahua, yakni Mangas Coloradas dari kelompok Mimbreno dari wilayah Central Apache dan Cochise dari kelompok Chokohen dari Chiricahua, pada awalnya tidak memiliki permusuhan terhadap para pendatang baru Amerika. Mereka sebenarnya lebih menyukai orang Amerika daripada orang-orang Meksiko. Mangas Coloradas memberi tahu para pengintai Amerika/Kit Carson pada tahun 1846 bahwa dia bersedia bergabung dengan kekuatan Amerika dalam perang melawan musuh bersama mereka, yaitu Republik Meksiko. Di tahun-tahun berikutnya, dua kepala suku terkemuka itu akan berusaha untuk mencapai akomodasi dengan orang-orang Amerika yang akan mengakhiri permusuhan antara kedua bangsa mereka dan memungkinkan orang-orang Apache untuk terus menyerang ke Meksiko utara tanpa mendapat hukuman atau hukuman. Awalnya, orang-orang Apache menahan diri untuk tidak menyerang properti orang-orang Amerika. Orang-orang Apache diketahui telah menyerang kota Tubac, Arizona, sepanjang awal tahun 1840-an ketika dikuasai oleh pihak Sonora Meksiko, tetapi ketika sebuah perusahaan eksplorasi dan pertambangan Amerika didirikan di Tubac pada dekade berikutnya, orang-orang Apache membiarkannya begitu saja. Para penyerbu Apache juga meninggalkan orang-orang Amerika yang tinggal di Fort Buchanan dekat Tucson tanpa gangguan. Pos tersebut, yang merupakan kumpulan rumah bata tanpa benteng pertahanan tertutup, dan ditinggalkan pada tahun 1861 ketika pasukan AS yang ditempatkan di sana mundur kembali ke New Mexico. Para kepala suku Apache dan para prajurit mereka “adalah orang-orang yang pandai, secara fisik sempurna dan secara mental kuat — hanya individu yang bisa memimpin seperti ini yang siap dalam menghadapi setiap rintangan,” tulis Letnan John Bourke, seorang perwira kavaleri Angkatan Darat AS.

Kekalahan Meksiko dalam perang melawan Amerika, memaksa Meksiko untuk menyerahkan wilayah luas di wilayah Barat Amerika Serikat (sekarang). Hal ini kemudian diikuti oleh “Pembelian Gadsden” tahun 1854, yang mencakup wilayah tempat tinggal Suku Apache. (Sumber: https://azhumanities.org/)
Mangas Coloradas, pemimpin Apache yang membenci orang-orang Meksiko. Mangas kemudian akan menemui nasib tragis dikhianati oleh pihak militer Amerika yang lalu membunuhnya dengan kejam. (Sumber: https://truewestmagazine.com/)

PERANG APACHE

Peristiwa Bascom, sebuah insiden pada tahun 1861 antara orang-orang Apache dan pasukan AS di bawah pimpinan Letnan George Nicholas Bascom, kemudian menghancurkan kedamaian semu yang telah berkembang antara orang-orang kulit putih dan orang-orang Chiricahua. Insiden ini terjadi di mana seorang perwira junior yang tidak berpengalaman diberi wewenang untuk bertindak sesuai keinginannya, kemudian tindakannya akan memicu 35 tahun penyerangan dan pembalasan antara orang-orang Amerika dan Chiricahua dalam apa yang dikenal sebagai Perang Apache. Setelah Cochise dari kelompok Chokohen dituduh terlibat dalam pencurian ternak dari peternak dan penculikan anak tirinya yang berdarah campuran, Bascom menangkap Cochise dan beberapa anggota keluarganya. Cochise berhasil melarikan diri, tetapi anggota keluarganya tidak. Cochise lalu bergabung dengan Geronimo, Mangas Coloradas, dan berbagai anggota White Mountain dan Apache Chihenne dalam menyerang Butterfield Stage Line  dan target lainnya. Bascom kemudian membalas dengan mengeksekusi enam orang Apache, termasuk saudara laki-laki Cochise, yang mendorong Cochise untuk membalas dendam. Setelah peristiwa ini, semua orang Indian sepakat untuk tidak lagi bersahabat dengan orang-orang kulit putih. 

Ilustrasi tentang Battle of Apache Pass tahun 1862, diilukis oleh Joe Beeler di sini. Insiden Bascom pada tahun 1861, memicu Perang Apache, yang kemudian menjadi Perang Terpanjang dalam Sejarah Amerika. (Sumber: https://truewestmagazine.com/)
Pada dini hari tanggal 30 April 1871, delapan pria dan 110 wanita serta anak-anak dibunuh secara brutal dalam rentang waktu 30 menit. Selain itu, 28 orang Arivaipa Apache papoose diculik dari kamp itu untuk dijual dalam perdagangan budak anak oleh orang-orang Tucson. Aksi-aksi sewenang-wenang ini semakin menambah suram prospek damai dalam Perang Apache. (Sumber: https://www.desertusa.com/)

Pada bulan Januari 1863, Brigadir Jenderal Joseph West, komandan Departemen wilayah selatan New Mexico, mengundang Mangas Coloradas untuk melakukan negosiasi damai di Pinos Altos. Ketika kepala suku tiba, pihak tentara membunuhnya dan memutilasi tubuhnya. Tindakan itu dianggap sebagai “kesalahan besar”, oleh Geronimo. Serangan suku Apache lalu terus berlanjut. Geronimo sering melakukan penyerangan bersama dengan Juh, teman lama, sekutu, dan sepupunya karena menikah. Ketika Geronimo dan Juh membutuhkan perlindungan, mereka akan menyeberang ke Meksiko utara dan berkemah di Pegunungan Sierra Madre. Orang-orang Apache bisa mendapatkan senapan dengan menyergap para tentara, penambang, atau peternak atau melalui perdagangan gelap dengan orang-orang Amerika. Mereka juga mengambil senapan dan amunisi yang tertinggal setelah pertempuran kecil dan pertempuran besar. Orang-orang Apache kadang-kadang juga mampu merampas angkutan keledai Angkatan Darat AS yang sarat dengan paket amunisi cadangan yang ditujukan untuk detasemen kavaleri AS yang beroperasi di wilayah Apacheria. Geronimo sendiri adalah seorang penembak jitu yang hebat, dan dia dikenal lebih menyukai senapan “Trapdoor” Springfield 1873 dan senapan Winchester 1876. Sementara itu, insiden kunci lainnya terjadi pada bulan April 1871 di Camp Grant di utara Tucson ketika prajurit Aravaipa Apache Chief Eskiminzin tiba dan menyerahkan senjata-senjata mereka. Sebuah kekuatan yang ingin main hakim sendiri dari penduduk Tucson yang ketakutan, percaya bahwa para perampok ada diantara orang-orang Indian yang menyerah, kemudian menyerang kamp dan membunuh lebih dari 150 orang non-kombatan, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Presiden AS Ulysses S. Grant sangat marah atas insiden ini sehingga dia mengirim delegasi perdamaian ke Wilayah Arizona, setelah itu sistem reservasi dibuat untuk orang-orang Suku Apache dengan empat keagenan didirikan di Arizona dan satu wilayah di New Mexico.

“NERAKA 40 ACRE” 

Pada tahun 1870-an, pendudukan orang-orang Amerika di wilayah mereka telah memaksa orang-orang Chiricahua untuk menerima pelajaran pahit dengan terpaksa memberi konsesi para pendatang baru demi kelangsungan hidup mereka. Berharap bahwa anak-anak mereka dapat menikmati perdamaian sambil tetap mempertahankan cara hidup tradisional mereka, orang-orang Chiricahua setuju untuk menetap di dua reservasi yang terletak di kampung halaman suku mereka. Setelah 12 tahun permusuhan, Cochise akhirnya menandatangani perjanjian damai pada bulan Oktober 1872 dengan Brigadir. Jenderal Oliver O. Howard yang menetapkan reservasi “Chiricahua” atau “Apache Pass” yang ternyata akan berumur pendek. Reservasi itu termasuk wilayah Lembah Mata Air Sulphur, Pegunungan Dragoon, dan Lembah San Pedro di Wilayah Arizona tenggara. Tujuh ratus orang kelompok Chokonen, Nehnhi, dan Bedokohe menetap di reservasi Chiricahua, sementara 544 orang Chiricahua lainnya menetap di reservasi Tularosa di Wilayah New Mexico. Populasi empat kelompok Chiricahua, terus menurun antara tahun 1850 dan 1870 dari jumlah antara 2.000 dan 2.500, telah menyusut pada saat itu menjadi 1.244 pria, wanita, dan anak-anak. Segera setelah pembentukan reservasi, orang-orang Chiricahua berburu dan hidup dengan damai di luar wilayah reservasi sebagaimana ditentukan dalam perjanjian damai 1872. Pemerintah AS sendiri hanya mematuhi perjanjian damai Howard selama empat tahun. Pada tahun 1876, pemerintah AS mengingkari perjanjiannya dan mengumumkan bahwa semua orang-orang Chiricahua akan dipindahkan ke Reservasi Indian Apache di San Carlos. Berbeda dengan reservasi Chiricahua sebelumnya, reservasi San Carlos terdiri dari tanah tandus di mana orang-orang Apache terkurung dalam kondisi kehidupan yang menyedihkan. Orang Apache dan kulit putih sama-sama menyebutnya “Hell’s Forty Acres/Neraka 40 Acre”. Tindakan ini, yang membuka wilayah tanah air Suku Chiricahua menjadi tempat pemukiman orang-orang kulit putih dan lokasi pertambangan, memicu babak baru permusuhan antara orang-orang kulit putih dengan Suku Apache. “Itu adalah proses yang keterlaluan, yang mana saya masih akan malu karena apa yang dilakukan pemerintah AS dalam menangani masalah Indian,” kata Letnan Angkatan Darat AS John Bourke tentang pemindahan paksa orang-orang Chiricahua ke tempat reservasi San Carlos di tahun 1876.

Rumah para Penjaga di Reservasi San Carlos, Arizona sekitar tahun 1880. Foto oleh Camillus S. Fly. Setelah mengingkari perjanjian sebelumnya, Pemerintah Amerika mendesak orang-orang Indian Chiricahua Apache untuk pindah ke lokasi Reservasi San Carlos yang tandus. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

PERLAWANAN GERONIMO

Karena ingin akan perdamaian dengan harga berapa pun, sekitar sepertiga dari orang-orang suku Chiricahua setuju untuk pindah ke reservasi San Carlos di bawah pengawalan pihak militer. Dua pertiga lainnya, yang lebih menyukai kehidupan yang bebas di Pegunungan Sierra Madre di Meksiko utara daripada di tinggal reservasi, melanjutkan hidup dengan cara merampok. Geronimo memimpin sekitar 400 Chiricahua ke Meksiko. Pemerintah AS mencap mereka sebagai musuh. “Satu-satunya sifat positifnya adalah keberanian dan tekadnya,” kata Letnan Kavaleri AS Britton Davis tentang Geronimo. “Kata-katanya, tidak peduli seberapa sungguh-sungguh dia berjanji, tidak berarti.” Sikap Geronimo dan kata-katanya yang sering tidak ditepati ini bukannya tanpa sebab, karena dia telah melihat bagaimana nasib Mangas Coloradas yang dikhianati orang-orang kulit putih, Geronimo sendiri kemudian juga akan mengalaminya. Setelah John Philip Clum, dari Indian Agency untuk wilayah reservasi Indian Apache San Carlos, berhasil menangkap Geronimo dan sekelompok pengikutnya melalui penipuan pada tahun 1877, Geronimo dibawa dengan rantai ke reservasi San Carlos untuk pertama kalinya. Sayangnyw, Geronimo dan beberapa orang Chiricahua lainnya tidak rukun dengan orang-orang Apache dari suku lain. Setelah dia dibebaskan beberapa bulan kemudian, Geronimo dan Chief Victorio dari grup Warm Springs dari Tchihendehs, yang memimpin subkelompok Warm Springs dari kelompok Chihenne, menjadi dua pejuang terkemuka yang memimpin perlawanan orang-orang Indian terhadap kehidupan di wilayah reservasi. 

Lukisan Geronimo memimpin pelarian orang-orang Indian dari tempat reservasi San Carlos. Geronimo dan pengikutnya tercatat 3 kali melarikan diri dari San Carlos, yakni pada tahun 1878, 1881 dan 1885. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Chief Loco, dari Apache Warm Spring. Loco bersama beberapa anggota kelompoknya dipaksa Geronimo untuk ikut pergi dari tempat reservasi San Carlos. Belakangan Loco yang dikenal berusaha mencari perdamaian dengan orang-orang kulit putih berapapun harganya menyalahkan tindakan Geronimo atas nasib buruk rakyatnya yang mendapat pembalasan kolektif dari pemerintah Amerika. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Victorio lalu memimpin para pengikutnya dalam perang yang berlangsung dari tahun 1877 hingga 1879. Perlawanan terakhir Geronimo berlangsung dari tahun 1881 hingga 1886. Pada bulan Oktober 1880, Victorio dibunuh oleh pasukan Meksiko, dan Geronimo menawarkan diri untuk memimpin rombongan perang mereka kembali ke San Carlos untuk membebaskan para pengikut Victorio di Warm Springs, yang pada saat itu dipimpin oleh Loco, seorang pemimpin dari kelompok Mibreno. Motivasinya adalah membebaskan sebanyak mungkin prajurit, yang akan memberinya lebih banyak tenaga untuk membunuh orang-orang Meksiko; para wanita dan anak-anak hanyalah prioritas akhir. Ketika beberapa orang Loco ragu-ragu untuk melarikan diri, Geronimo mengangkat senapannya dan berseru, “Ambil semuanya. Tidak ada yang boleh tersisa di kamp. Tembak siapa saja yang menolak ikut dengan kita. ” Loco membenci Geronimo, dan dia lalu menyalahkannya atas penderitaan rakyatnya selanjutnya. Loco dan banyak pengikutnya kemudian mengklaim bahwa Geronimo tidak menyelamatkan mereka, melainkan menculik mereka. Loco dan pengikutnya memang punya alasan ragu dengan aksi Geronimo, sebab meski Indian Agency di San Carlos terkenal korup, namun kecuali John Clum, benar-benar memberi perhatian pada orang-orang Indian Chihenne, dengan memberi mereka ijin untuk berburu di luar wilayah reservasi atau bekerja di tempat pertanian orang/orang kulit putih untuk mendapatkan uang. Beberapa orang Chihenne juga ada yang bergabung dengan unit kepolisian Agency. Secara umum mereka cukup bisa menerima hidup di reservasi, sehingga hanya ada sedikit alasan untuk kabur. Namun datanglah Geronimo. Pada malam tanggal 30 September 1881, 375 orang Chiricahua, termasuk 74 prajurit meninggalkan San Carlos diam-diam. Victorio tidak pernah menyetujui cara-cara Geronimo, kata putri Victorio. “Cara (Geronimo) berperang dengan mengorbankan nyawa terlalu banyak prajurit yang lebih muda dan kurang berpengalaman. Dia berjuang untuk kemuliaannya sendiri (tepatnya semangat balas dendam pribadi), bukan untuk kesejahteraan rakyatnya. “

MENGHARGAI PRAJURIT KETIMBANG NON KOMBATAN

Geronimo kemudian membawa kelompoknya menuju ke wilayah perbatasan Meksiko. Di sepanjang jalan, mereka terlibat dalam beberapa pertempuran kecil, merampok beberapa lokasi pertanian, membunuh secara acak, dan melakukan berbagai kekejaman, seperti menyiksa para pria, membakar wanita hidup-hidup dan melemparkan anak-anak ke semak-semak berduri. Tidak lama setelah kelompok ini, yang termasuk Geronimo, Loco, dan prajurit Apache terkemuka lainnya, mencapai wilayah perlindungan di pegunungan di Meksiko utara, mereka disergap oleh prajurit dan milisi Meksiko di Aliso Creek pada tanggal 29 April 1882, pertempuran ini tidak hanya akan menunjukkan keterampilan Geronimo dalam peperangan tetapi juga kekejamannya juga. Setelah orang-orang Meksiko menyalakan api untuk mengasapi orang-orang Chiricahua, Naiche memimpin 15 prajurit di barisan depan sementara Geronimo dan 30 prajurit bertempur di barisan belakang, dengan para wanita dan anak-anak di tengah. Dalam pertempuran sengit, Geronimo dan anak buahnya membunuh sejumlah besar penyerang, dan memaksa mereka yang selamat untuk mundur. Geronimo memutuskan untuk menggunakan asap sebagai pelindung untuk melarikan diri, dan menginstruksikan para wanita untuk mencekik bayi-bayi yang masih tersisa agar tangisan mereka tidak menunjukkan posisi mereka. Jika mereka menolak, katanya, dia akan menyerahkan nasib mereka pada mereka sendiri. Geronimo diketahui telah tiga kali menelantarkan perempuan dan anak-anak. Dia percaya menyelamatkan prajuritnya lebih penting daripada memikirkan nasib pihak non-prajurit. Kisah Geronimo memerintahkan wanita untuk mencekik anak-anaknya, kemungkinan merupakan cerita yang dilebih-lebihkan, namun yang pasti Geronimo tidak memandang begitu penting menyelamatkan wanita dan anak-anak, terutama dari kelompok Chihenne.

Geronimo dan para prajuritnya di pegunungan Sierra Madre tahun 1866. Meski dikenal sebagai pejuang yang tangguh, Geronimo dikenal sebagai pemimpin yang tidak terlalu mempedulikan keselamatan perempuan dan anak-anak. (Sumber: http://williamahrendt.com/)
Geronimo dan pasukan perangnya setelah penyerbuan di Meksiko utara. Melacak Geronimo adalah pengalaman yang melelahkan dan mengharuskan para pengejarnya untuk membiasakan diri dengan cara perang orang-orang Apache. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Fun, sepupu Geronimo menolak pembicaraan seperti itu. Dia memberi tahu Geronimo bahwa dia akan menembaknya jika dia mengulanginya. Geronimo kemudian menghilang ke pegunungan, dengan meninggalkan orang-orang Chihenne sendirian. Para prajurit yang tertinggal dan para wanita serta anak-anak kemudian berhasil melarikan diri. Orang Chiricahua lalu bisa berkumpul kembali di pegunungan malam itu. Secara keseluruhan, mereka telah kehilangan 78 orang tewas, kebanyakan dari mereka berasal dari kelompok Loco, dan 33 wanita ditangkap dan dijual sebagai budak, termasuk putri Loco yang cantik dan berusia 15 tahun. Dari 180 orang Chihenne yang dibawa keluar dari reservasi San Carlos, kemungkinan hanya sekitar 40 orang yang selamat. Sebagian besar orang kelompok Chihenne menyalahkan Geronimo atas malapetaka tersebut. Mereka berpendapat bahwa Geronimo telah memaksa mereka dibawah todongan senjata untuk meninggalkan keamanan di reservasi San Carlos. “Saya tanpa teman, karena orang-orang saya telah melawan saya,” kata Geronimo. Geronimo dan Mangas (putra Mangas Coloradas) turut berpartisipasi dalam pelarian terakhir dari San Carlos pada bulan Mei 1885 yang mempercepat berakhirnya perlawanan Geronimo. Hanya seperempat dari orang-orang Chiricahua yang hadir di agensi tersebut setelah pelarian, sisanya 34 pria dan 110 wanita dan anak-anak, setuju untuk pergi. Selama 16 bulan berikutnya, orang-orang Chiricahua melakukan berbagai kedua sisi perbatasan. Di belakang, mereka meninggalkan puluhan orang tewas, membunuh sejumlah besar ternak, dan menghancurkan banyak harta benda. Meskipun kalah jumlah, Geronimo bertempur melawan pasukan Meksiko dan Amerika Serikat dan menjadi terkenal karena keberaniannya dan banyak pelariannya dari penahanan antara tahun 1858 hingga 1886. Salah satu pelarian seperti itu, menurut legenda, terjadi di wilayah Pegunungan Robledo di barat daya New Mexico. Legenda menyatakan bahwa Geronimo dan pengikutnya memasuki sebuah gua, dan tentara AS menunggu di luar pintu masuk, tetapi dia tidak pernah keluar. Belakangan, terdengar bahwa Geronimo terlihat ada di luar, di dekatnya. Pintu keluar yang dilaluinya belum ditemukan, dan gua tersebut sampai sekarang masih bernama Gua Geronimo, meskipun tidak ada referensi tentang peristiwa. Di akhir karir militernya, dia memimpin sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 38 pria, wanita dan anak-anak. Mereka menghindari ribuan pasukan Meksiko dan Amerika selama lebih dari satu tahun, membuatnya menjadi penduduk asli Amerika paling terkenal pada saat itu dan diberi gelar sebagai “Orang Indian terburuk yang pernah hidup” di antara para pemukim kulit putih. Menurut James L. Haley, “Sekitar dua minggu setelah melarikan diri, ada laporan tentang sebuah keluarga yang dibantai di dekat Silver City; seorang gadis ditangkap hidup-hidup dan digantung di kait daging yang tersangkut di bawah pangkal tengkoraknya.” Kelompok pimpinan Geronimo adalah salah satu kekuatan besar terakhir dari prajurit independen penduduk asli Amerika yang menolak untuk menerima pendudukan Amerika Serikat di wilayah Amerika Barat.

PERBURUAN GERONIMO

Pada tanggal 4 September 1882, Brigadir. Jenderal George Crook, yang telah berkampanye melawan orang-orang Apache lainnya, dikirim ke Wilayah Arizona untuk memadamkan ancaman dari suku Apache. Crook sebagai perwira berpengalaman dalam menangani orang-orang Indian, dipandang sebagai satu-satunya sosok yang dianggap mampu untuk menaklukkan Geronimo. Crook lalu merekrut para pengintai dari suku Apache untuk membantu menemukan para pemberontak. Sebanyak 80 pria Chiricahua menjawab panggilan tersebut, termasuk dari bekas-bekas pengikut Geronimo. Tahun berikutnya, Crook memimpin ekspedisi ke Pegunungan Sierra Madre di Meksiko utara. Selama ekspedisi, Crook dan bawahannya — Kapten Emmet Crawford dan Letnan Charles Gatewood — berhasil meyakinkan Geronimo untuk kembali ke reservasi, meski hanya untuk waktu yang singkat, setelah mendesak dan menembus pertahanan Geronimo di pegunungan yang terpencil. Namun, pada tanggal 17 Mei 1885, sejumlah orang-orang Apache termasuk Nana, Mangus (putra Mangas Coloradas), Chihuahua, Naiche, Geronimo, dan pengikut mereka melarikan diri (lagi) dari Reservasi San Carlos di Arizona setelah melakukan unjuk kekuatan melawan komandan reservasi, Britton Davis. Orang-orang, yang telah hidup sebagai semi-nomad selama beberapa generasi ini, tidak menyukai sistem reservasi yang ketat. 

Jenderal Crook naik keledainya, White Mountain Apache Scout William Alchesay ada di sebelah kanan, dan pengintai Apache yang tidak dikenal di sebelah kiri. Diambil di Apache Pass dekat Fort Bowie. Crook dianggap sebagai perwira Amerika satu-satunya yang dianggap bisa menaklukkan perlawanan Geronimo. Dalam melakukan tugasnya, Crook merekrut orang-orang Apache, termasuk bekas pengikut Geronimo untuk memburu kelompok perang orang-orang Apache. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Jenderal George Crook lalu mengirim dua kelompok pasukan ke Meksiko, yang pertama dipimpin oleh Kapten Emmet Crawford dan yang kedua oleh Kapten Wirt Davis. Masing-masing terdiri dari pasukan kavaleri (biasanya sekitar empat puluh orang) dan sekitar 100 pengintai Apache. Mereka mengejar orang-orang Apache sepanjang musim panas dan musim gugur melalui wilayah Chihuahua Meksiko dan kembali melintasi perbatasan ke Amerika Serikat. Selama itu orang-orang Apache terus-menerus menyerang permukiman, membunuh penduduk asli Amerika lainnya dan warga sipil, serta mencuri kuda. Sementara orang-orang Apache dilindungi dari kekerasan peperangan selama di reservasi, ketidakmampuan beradaptasi dan kematian akibat penyakit seperti malaria menjadi musuh yang lebih berbahaya bagi orang-orang. Di sisi lain, jatah makanan yang disediakan oleh pemerintah, kadang-kadang dikorupsi oleh petugas-petugas di Indian Agency, pada akhirnya menyebabkan penjatahan menjadi langka. Memberontak terhadap kehidupan reservasi, para pemimpin Apache lainnya telah memimpin kelompok mereka dalam “pelarian” dari tempat reservasi. Pada tiga kesempatan – Agustus 1878; September 1881; Mei 1885 — Geronimo memimpin kelompok pengikutnya dalam “pelarian” dari reservasi untuk kembali ke kehidupan nomaden mereka sebelumnya yang terkait dengan aksi perampokan dan peperangan. 

Dari kanan ke kiri, pemimpin kelompok perang Apache Geronimo, Yanozha (saudara ipar Geronimo), Chappo (putra Geronimo dari istri keduanya), dan Fun (saudara tiri Yanozha) pada tahun 1886. Foto diambil oleh fotografer C. S. Fly. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Foto lain oleh C. S. Fly dari Geronimo dan para prajuritnya, diambil sebelum penyerahannya kepada Jenderal Crook, 27 Maret 1886, di pegunungan Sierra Madre Meksiko. Foto-foto Fly adalah satu-satunya gambar pejuang Indian yang masih berada di medan tempur yang belum menyerah ke pihak Amerika Serikat. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada setiap pelariannya, Geronimo dan kelompoknya akan melarikan diri melintasi Arizona dan New Mexico ke Meksiko, membunuh dan menjarah saat mereka pergi, dan membangun pangkalan baru di Pegunungan Sierra Madre Occidental yang terjal dan terpencil. Di Meksiko, mereka bebas dari pengejaran oleh angkatan bersenjata AS. Orang-orang Apache mengetahui kondisi medan berat di Sierra dengan baik, yang membantu mereka menghindari pengejaran dan melindungi mereka dari serangan. Pegunungan Sierra Madre terletak di perbatasan antara negara bagian Sonora dan Chihuahua di Meksiko, yang memungkinkan orang-orang Apache memiliki akses untuk menyerang dan menjarah desa-desa kecil, kereta gerobak, kamp pekerja dan para pelancong di kedua negara. Dari Meksiko, orang-orang Apache juga melakukan serangan mendadak kembali ke Amerika Serikat, sering kali dalam upayanya untuk melengkapi kembali persediaan senjata dan amunisi kelompoknya. Dalam penyerangannya ke wilayah Amerika Serikat ini, orang-orang Apache bergerak cepat dan menyerang sasarannya. Selama berbagai penyerangan ini, orang-orang Apache sering membunuh semua orang yang mereka temui untuk menghindari deteksi dan pengejaran selama mungkin sebelum mereka menyelinap kembali ke perbatasan ke Meksiko. Aksi-aksi kelompok tempur Apache ini tidak ubahnya penerapan sebuah konsep perang gerilya modern yang akan banyak dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata di abad berikutnya. 

Jenderal Angkatan Darat AS George Crook dan Geronimo bertemu di Pegunungan Sierra Madre Meksiko. Setelah melarikan diri tiga kali dari reservasi, Geronimo pada tahun 1886 dikirim sebagai tawanan perang ke Florida. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Letnan Charles B Gatewood yang memegang peran penting dalam membujuk Geronimo untuk menyerah. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sementara itu Jenderal Sheridan menggantikan Crook dengan Jenderal Nelson A. Miles. Pada tahun 1886, Jenderal Miles memilih Kapten Henry Lawton untuk memimpin Pasukan B, Kavaleri ke-4, di Fort Huachuca, dan Letnan Satu Charles B. Gatewood (veteran perang Apache dan mantan anak buah Jenderal Crook), untuk memimpin ekspedisi yang bertugas untuk membawa Geronimo dan pengikutnya kembali ke sistem reservasi untuk terakhir kalinya. Lawton diberi perintah untuk memimpin aksinya di selatan perbatasan AS – Meksiko, di mana diperkirakan Geronimo dan sekelompok kecil pengikutnya berlindung dari kejaran otoritas AS. Lawton harus bisa mengejar, menaklukkan, dan mengembalikan Geronimo, hidup atau mati, ke Amerika Serikat. Laporan resmi Lawton tertanggal 9 September 1886, merangkum aksi unitnya dan memberikan penghargaan kepada sejumlah pasukannya atas upaya mereka. Geronimo memuji Gatewood, dimana keputusannya untuk menyerah dilatarbelakangi karena Gatewood dikenal baik oleh Geronimo, bisa berbicara sedikit bahasa Apache, dan akrab dengan serta menghormati tradisi dan nilai-nilai mereka. Dia juga mengakui kegigihan Lawton untuk memburu orang-orang Apache dengan pengejaran yang konstan. Geronimo dan pengikutnya hanya punya sedikit atau nyaris tidak ada waktu untuk beristirahat atau tinggal di satu tempat. Benar-benar kelelahan, kelompok kecil Apache ini memutuskan untuk kembali ke AS bersama Lawton dan secara resmi menyerah kepada General Miles pada tanggal 4 September 1886, di Skeleton Canyon, Arizona. Jenderal Nelson Miles yang mengambil alih komando pasukan AS di Wilayah Arizona, pada masanya memimpin sekitar 5.000 tentara, seperempat dari pasukan reguler Angkatan Darat A.S., untuk mengejar Geronimo dan kelompok kecilnya. Meskipun tentara AS masih akan menghadapi masalah sesekali dengan orang-orang Apache, namun penyerahan Geronimo telah mengakhiri perjuangan suku Chiricahua untuk mempertahankan tanah air mereka yang sudah berlangsung lebih dari dua abad. Ketika Geronimo menyerah, dia memiliki senapan lever-action Winchester Model 1876 dengan laras dan receiver berwarna perak, bertuliskan Nomor Seri 109450. Senapan itu kini dipajang di Akademi Militer Amerika Serikat, West Point, New York. Selain itu, ia juga memiliki revolver Colt Single Action Army dengan lapisan nikel dan bergagang gading bertuliskan nomor seri 89524, dan pisau Sheffield Bowie dengan jenis bilah belati yang dibuat oleh George Wostenholm dalam sabuk yang sama tempat menyimpan pistolnya. Revolver, rig, dan pisau itu kini dipajang di museum Fort Sill.

Lukisan karya  Chris Collingwood yang menampilkan Geronimo dengan senapan dan revolvernya. Senapan Geronimo kini dipajang di Akademi Militer Amerika Serikat, West Point, New York. (Sumber: https://fineartamerica.com/)

“AKU SEHARUSNYA TIDAK MENYERAH” 

Empat hari setelah bertemu dengan Miles, Geronimo dan 27 orang yang masih tersisa sudah berada dalam kereta api menuju ke Florida sebagai tawanan perang. Setibanya di Florida, mereka bergabung dengan 400 orang Chiricahua lainnya yang masih hidup. Inilah orang-orang Chiricahua yang tetap bertahan di reservasi San Carlos dulu, termasuk para personel pengintai setia Suku Apache pada Angkatan Darat Amerika, yang telah dikirim ke Florida oleh Presiden AS, Grover Cleveland. Orang-orang Chiricahua ini menjalani pengasingan selama 27 tahun sebagai tahanan sebelum dibebaskan pada tahun 1913. Periode pengasingan itu membawa mereka dari Florida ke Alabama dan kemudian ke Fort Sill, Oklahoma. Di Fort Sill, mereka membangun desa di sekitar pos dan mengolah tanah. Geronimo hidup 23 tahun lagi setelah penyerahan dirinya. Dalam penahananan dan pengasingnnya, Geronimo bermetamorfosis menjadi seorang petani dan berkawan dengan orang-orang kulit putih. Di tahun-tahun terakhirnya Geronimo menjadi semacam “selebriti”, dengan mengikuti berbagai festival dan pertunjukan (lebih tepatnya dipertontonkan dengan kawalan tentara AS), serta menjual berbagai pernak-pernik pribadinya, seperti kancing baju dan topinya untuk mendapatkan sejumlah uang. Pada tahun 1905, Geronimo menerbitkan biografinya yang coba dihalangi penerbitannya oleh Angkatan Bersenjata Amerika, namun ijin penerbitan lalu diberikan oleh Presiden Theodore “Teddy” Roosevelt sendiri.

Sekelompok tahanan Indian Apache sedang beristirahat di samping Kereta Api Pasifik Selatan, dekat Sungai Nueces, Texas. (Geronimo ketiga dari kanan, di depan), tanggal 10 September 1886. Setelah penyerahan dirinya Geronimo akan hidup 23 tahun lagi sebagai tawanan perang yang tidak diperbolehkan untuk kembali ke tanah kelahirannya. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Geronimo dengan busur dan anak panah tradisional Apache. Di akhir hidupnya, Geronimo kerap menjual pernak-pernik dirinya serta tampil dalam beberapa pertunjukan untuk mendapatkan sejumlah uang. Geronimo meninggal pada tanggal 17 Februari 1909, setelah jatuh dari kuda di usia 79 tahun. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Geronimo meninggal pada tahun 1909 setelah menghabiskan 14 tahun di Fort Still. Pada pagi yang dingin di bulan Februari, Geronimo dalam perjalanan sendirian ke Lawton, Oklahoma, untuk menjual beberapa panah dan anak panah. Dalam perjalanan pulang saat gelap, dekat di rumahnya, Indian tua itu jatuh dari kudanya. Seorang tetangga menemukan Geronimo keesokan paginya, terbaring setengah tenggelam dalam sungai kecil yang dingin. 4 hari kemudian, pada usia 79 tahun, pria yang “pernah” kebal peluru ini meninggal karena pneumonia di Rumah Sakit Fort Still sebagai tawanan perang pada tanggal 17 Februari. Geronimo dimakamkan di Fort Sill Indian Agency Cemetery, di antara kuburan para kerabat dan tawanan perang Apache lainnya. Pada tahun 1913 hanya tersisa 269 orang Chiricahua. Kebanyakan dari mereka lahir di tempat penahanan. Mereka tidak diizinkan kembali ke Arizona, meskipun pemerintah AS menawarkan mereka ruang di reservasi Mescalero Apache di selatan New Mexico. Dua pertiga dari mereka memilih untuk pindah, dan sepertiga lainnya tetap tinggal di Oklahoma. Di dua lokasi ini, orang-orang suku Chiricahua hidup hari ini, di antaranya adalah keturunan langsung dari Geronimo dan Cochise. Permintaan pribadi Geronimo agar orang-orang Chiricahua bisa kembali ke kampung halamannya ditolak oleh Presiden “Teddy” Roosevelt, yang berkilah bahwa nama Geronimo telah disinonimkan sebagai Indian yang “buruk”, dan jika dia kembali ke Arizona, warga kulit putih disana kemungkinan akan melakukan balas dendam atas berbagai kekejaman yang dilakukan Geronimo. “Saya seharusnya tidak pernah menyerah,” kata Geronimo di tempat tidur sebelum kematiannya. “Saya seharusnya berjuang sampai saya menjadi orang terakhir yang bertahan hidup.”

Sosok Geronimo sudah beberapa kali difilmkan, salah satunya dalam film tahun 1993 yang menampilkan sisi simpatik dari Geronimo. Dalam film ini, Geronimo diperankan oleh aktor Indian Asli, Wes Studi. (Sumber: http://www.hellbentforletterbox.com/)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Geronimo: Ruthless Apache Chief By John Walker


The Earth is Weeping: The Epic Story of the Indian Wars for the American West Book by Peter Cozzens, 2016; p 380-381, p 383-384, p 386, p 414-415

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Geronimo

Exit mobile version