Alutsista

Kapal “Balap” Bertenaga Nuklir Kelas Alfa, Kapal Selam Serang Tercepat Di Dunia Asal Soviet

Kelas Alfa, dikenal Soviet sebagai Project 705 Lira (Rusia: Лира, yang berarti “Kecapi”, nama kode NATO: Alfa), adalah kelas kapal selam serang bertenaga nuklir yang beroperasi dengan Angkatan Laut Soviet mulai dari tahun 1971 hingga awal tahun 1990-an, kemudian dengan Angkatan Laut Rusia sampai tahun 1996. Kelas ini adalah kapal selam militer tercepat yang pernah dibuat, dengan hanya prototipe kapal selam K-222 (NATO menyebutnya sebagai kelas Papa) melebihi mereka dalam  hal kecepatan saat menyelam. Kapal selam Project 705 dikenal memiliki desain yang unik di antara kapal selam lainnya. Selain penggunaan titanium yang revolusioner untuk lambungnya, ia juga menggunakan reaktor cepat berpendingin timbal-bismut yang kuat sebagai sumber daya, yang sangat mengurangi ukuran reaktor dibandingkan dengan desain konvensional, sehingga mengurangi ukuran keseluruhan kapal selam, dan memungkinkannya untuk memiliki kecepatan yang sangat tinggi. Namun, itu juga berarti bahwa reaktor ini memiliki masa pakai yang pendek dan harus tetap hangat saat tidak digunakan. Akibatnya, kapal selam ini digunakan sebagai kapal selam pencegat, yang sebagian besar disimpan di pelabuhan siap untuk berlayar dengan kecepatan tinggi ke kawasan Atlantik Utara.

Kapal selam kelas Alfa sedang berlayar. Kelas Alfa adalah kapal selam militer tercepat yang pernah dibuat. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

DESAIN DAN PENGEMBANGAN

Uni Soviet memulai Perang Dingin pada posisi jauh di belakang Amerika Serikat dalam hal teknologi kapal selam. Meskipun Soviet memperoleh beberapa tipe kapal selam Jerman paling canggih menjelang akhir perang, Amerika Serikat telah mengumpulkan banyak pengalaman dalam praktik penggunaan kapal selam dan perang antikapal selam dalam Perang Pasifik dan Pertempuran Atlantik. Dikombinasikan dengan keunggulan teknologi lainnya, Amerika Serikat memiliki keunggulan signifikan dalam hal teknologi kapal selam (terutama kapal selam nuklir) di dua dekade pertama Perang Dingin. Secara khusus, kapal-kapal selam nuklir Soviet awal berjuang keras untuk bersaing dengan negara-negara Barat dalam hal sifat siluman dan keandalannya. Setelah beberapa desain pertama membuahkan hasil, Soviet kemudian memutuskan untuk mengkombinasikan ‘cara kasar’ dan teknologi tinggi yang sangat berisiko. Saat merancang kapal selam nuklir domestik pertama project 627, biro desain SKB-143 berada di bawah bimbingan V.N. Peregudova untuk waktu yang sangat singkat (1952-1958). Dalam proyek itu mereka belajar memecahkan masalah kompleks mengenai kapal selam berpenggerak tenaga nuklir. Percaya pada kemampuan mereka, maka muncul keinginan untuk mengerjakan tugas yang lebih kompleks. Pada tahun-tahun ini, sehubungan dengan penciptaan dan peluncuran kapal selam pembawa rudal AS, keputusan dibuat di Uni Soviet untuk membuat kapal selam nuklir khusus anti-kapal selam, yang dikenal sebagai Project 705. Project 705 pertama kali diusulkan pada tahun 1957 oleh M. G. Rusanov dan pekerjaan desain awalnya yang dipimpin oleh Rusanov (pada tahun 1977 ia digantikan oleh V.A. Romin) sendiri dimulai pada bulan Mei 1960 di Leningrad, dengan pengerjaan desainnya ditugaskan ke SKB-143, salah satu dari dua pendahulunya (yang lainnya adalah TsKB- 16) dari Biro Desain Malakhit, yang pada akhirnya akan menjadi salah satu dari tiga pusat desain kapal selam Soviet/Rusia, bersama dengan Biro Desain Rubin dan Biro Desain Pusat Lazurit. Proyek ini sangat inovatif untuk memenuhi persyaratan yang radikal dan sukar dipenuhi, yakni: kecepatan yang cukup untuk mampu mengejar kapal apa pun; kemampuan untuk menghindari senjata anti-kapal selam dan untuk memastikan keberhasilan dalam pertempuran bawah air;  rendah deteksi, khususnya untuk perangkat MAD (Magnetic anomaly detector) yang dijatuhkan dari udara, dan juga terutama untuk sonar aktif; serta memiliki bobot dan kru minimal.

Kapal selam bertenaga nuklir pertama di dunia asal Amerika, USS Nautilus (SSN-571). Amerika Serikat memiliki keunggulan signifikan dalam hal teknologi kapal selam (terutama kapal selam nuklir) di dua dekade pertama Perang Dingin dibanding dengan Soviet. (Sumber: https://www.maritimeprofessional.com/)
Mikhail Georgievich Rusanov, pengusul pembuatan kapal selam nuklir khusus anti-kapal selam, yang dikenal sebagai Project 705. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Lambung titanium alloy khusus akan digunakan untuk membuat kapal yang kecil wujudnya, dengan hambatan rendah, tahan korosi, bobot 1.500 ton, dengan enam kompartemen yang mampu memiliki kecepatan sangat tinggi (lebih dari 40 knot (46 mph; 74 km/jam)) dan menyelam cukup dalam. Kapal selam ini akan beroperasi sebagai pencegat, yang tinggal di pelabuhan atau pada rute patroli dan kemudian berpacu untuk mencapai armada kapal lawan yang mendekat. Para kru akan ditempatkan di dekatnya dalam kesiapan konstan untuk siap sedia melaut kapan saja. Menurut rencana, kapal baru ini semacam “pesawat tempur-pencegat bawah laut”, yang memiliki kecepatan berlayar bawah laut melebihi 40 knot, dan akan mampu mencapai posisi manapun di lautan dunia dalam waktu yang sangat singkat untuk menyerang kapal-kapal bawah laut atau kapal-kapal permukaan musuh. Dengan kemampuan deteksi tepat waktu dari serangan torpedo musuh, kapal selam ini mampu menarik diri dengan cepat, setelah sebelumnya melepaskan tembakan salvo dari tabung torpedonya sendiri. Dengan kecepatan secepat itu, maka memungkinkan bagi kapal selam tidak hanya mengimbangi tetapi sekaligus menyalip gugus tugas kapal induk NATO yang biasanya melaju dengan kecepatan 33 knot (61 km/jam) — sambil tetap selangkah lebih maju dari torpedo musuh dan manuver kapal selam musuh. Di sisi lain untuk mencapai kecepatan 40 knot dengan bobot terbatas, diperlukan sistem penggerak yang kuat dengan daya yang tinggi. Setelah meneliti berbagai skema tenaga penggerak utama (khususnya, mereka mempertimbangkan pemakaian reaktor gas yang memastikan pengoperasian turbin gas), diputuskan untuk memakai satu reaktor dengan pendingin logam cair.

Gambar konseptual reaktor berpendingin logam cair. Setelah meneliti berbagai skema tenaga penggerak utama (khususnya, mereka mempertimbangkan pemakaian reaktor gas yang memastikan pengoperasian turbin gas), para ilmuan Soviet memutuskan untuk menggunakan jenis reaktor ini untuk mentenagai kapal selam project 705. (Sumber: https://www.thedrive.com/)
Detail kapal selam kelas Alfa. (Sumber: http://www.hisutton.com/)
Kapal selam kelas Alfa K-373. Hingga kini kelas Alfa masih tercatat sebagai kapal selam tercepat di dunia yang pernah dioperasikan. (Sumber: https://www.thedrive.com/)

Sementara itu reaktor nuklir berpendingin logam cair berdaya tinggi yang dirancang, disimpan senantiasa dalam kondisi cair di pelabuhan melalui pemanasan eksternal. Otomatisasi yang luas juga diharapkan akan sangat mengurangi jumlah kru yang dibutuhkan untuk mengawaki kapal menjadi hanya 16 orang. Masalah praktis pada desain dengan cepat kemudian menjadi jelas dan pada tahun 1963 tim desain diganti dan desain yang kurang begitu radikal diusulkan, yang lalu meningkatkan semua dimensi dan berat kapal hingga 800 ton dan hampir menggandakan jumlah kru-nya. Sebuah prototipe dari desain serupa, yakni kapal selam bersenjata rudal jelajah Project 661 atau K-162 (sejak 1978 dikenal sebagai K-222) (disebut oleh NATO sebagai kelas Papa), dibangun di galangan kapal SEVMASH di Severodvinsk dan selesai pada tahun 1972. Waktu pembuatannya yang lama disebabkan oleh banyaknya kekurangan pada desain dan kesulitan dalam pembuatannya. Setelah diuji secara ekstensif, kapal ini dihentikan operasinya setelah kecelakaan pada reaktor di tahun 1980. Kapal ini memiliki kecepatan tertinggi 44,7 knot (51,4 mph; 82,8 km/jam) saat menyelam dan 12 knot (14 mph) saat muncul di permukaan dengan kedalaman uji hingga 400 m (1,300 kaki). Hal ini dikombinasikan dengan laporan lain menciptakan beberapa peringatan di Angkatan Laut AS dan mendorong perkembangan pesat program torpedo ADCAP (Advanced Capability) dan proyek program rudal Sea Lance (yang terakhir dibatalkan ketika informasi yang lebih pasti tentang proyek kapal selam Soviet ini diketahui. Amerika Serikat lalu membatalkan program Sea Lance pada akhir Perang Dingin, kira-kira pada saat yang sama ketika kelas Alfa dipensiunkan). Penciptaan torpedo Spearfish berkecepatan tinggi oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris juga merupakan tanggapan terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh kemampuan kapal selam Project 705 yang sempat dilaporkan. Setiap kapal Project 705, yang kemudian diberi nama sebagai kelas Alfa mampu membawa delapan belas hingga dua puluh torpedo (jumlah yang lebih sedikit dibanding kapal-kapal selam Soviet lainnya, karena ukuran kapal selam Project 705 yang kecil) kaliber 533 milimeter yang dapat dimuat secara otomatis ke dalam enam tabung (semua dipasang di haluan) yang dapat secara pneumatik ‘meluncurkan’ senjata ke atas untuk menyerang kapal di atasnya. Secara opsional, rudal anti-kapal selam nuklir RPK-2 “Starfish” dan torpedo super kavitasi Shkval yang sangat cepat juga dapat dibawa, begitu juga 24 ranjau laut (tipe PMR-1 atau PMR-2) jika diperlukan.

Detail produksi kapal selam kelas Alfa. (Sumber: http://www.deepstorm.ru/)
Konsep artis dari senjata anti kapal selam Sea Lance. Kehadiran kelas Alfa mendorong perkembangan pesat program torpedo ADCAP (Advanced Capability) dan proyek program rudal Sea Lance. Penciptaan torpedo Spearfish berkecepatan tinggi oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris juga merupakan tanggapan terhadap ancaman tersebut. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Varian Alfa yang dipersenjatai dengan rudal balistik (Project 705A) atau yang dilengkapi dengan tabung torpedo raksasa 650 milimeter (Project 705D) sempat dirancang tetapi tidak pernah dibuat. Sementara itu berkat sistem peluncuran pneumatik, kelas Alfa menjadi kapal selam Rusia pertama yang dapat meluncurkan senjatanya dari berbagai kedalaman operasi kapal selam umumnya. Dengan demikian secara teoritis kapal kelas Alfa dapat menyelam di bawah jangkauan senjata NATO sambil meluncurkan senjatanya sendiri. Atas pengerjaan proyek kapal selam kelas Alfa ini sekelompok besar spesialis dari berbagai perusahaan mitra, insinyur dan personel Angkatan Laut, sekitar 40 dari mereka dianugerahi penghargaan Lenin Prize dan penghargaan negara lainnya. Produksi dari kapal selam ini dimulai pada tahun 1964 sebagai Project 705 dengan konstruksi dilakukan di Admiralty yard, Leningrad dan di Sevmashpredpriyatiye (SEVMASH — Northern Machine-building Enterprise), Severodvinsk. Kapal pertama – K-64 – dibangun di Leningrad. Leningrad tercatat membangun tiga kapal selam Project 705 berikutnya, dan Severodvinsk membangun tiga kapal selam Project 705K (hanya berbeda di reaktor). Kapal pertama ditugaskan pada tahun 1971. Kapal Proyek 705 sendiri dimaksudkan untuk menjadi platform eksperimental, untuk menguji semua inovasi dan memperbaiki kesalahan, yang kemudian akan membantu menemukan generasi baru kapal selam. Sifatnya yang sangat eksperimental ini sebagian besar telah menentukan masa depan kapal selam ini sendiri. Pada tahun 1981, dengan selesainya kapal ketujuh, produksi kapal kelas ini berakhir. Semua kapal yang diproduksi ditugaskan ke Armada Utara.

Otomatisasi peluncuran torpedo dalam kelas Alfa. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Untuk pertama kalinya, tabung torpedo pneumohidraulik dipasang di kapal selam nuklir proyek 705, yang memastikan penembakan di seluruh rentang kedalaman kapal selam. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

MESIN

Penggerak untuk kapal ini adalah reaktor nuklir berpendingin timbal-bismut (LCFR). Kelas Alfa mengandalkan reaktor yang mengonsumsi 90% bahan bakar uranium-235 yang diperkaya, dan timah-bismut-eutektik cair untuk pendinginan guna menghasilkan daya sebesar 155 MW. Reaktor semacam itu memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan tipe yang lebih tua, dimana: 

  • Karena suhu pendingin yang lebih tinggi, efisiensi energinya meningkat hingga 1,5 kali lebih tinggi. 
  • Masa pakai tanpa pengisian bahan bakar dapat ditingkatkan dengan lebih mudah, sebagian karena efisiensi yang lebih tinggi. 
  • Sistem timbal-bismut cair tidak dapat menyebabkan ledakan dan dengan cepat mengeras jika terjadi kebocoran, hal ini sangat meningkatkan keamanan. 
  • LCFR jauh lebih ringan dan lebih kecil dari reaktor berpendingin air, yang merupakan faktor utama ketika mempertimbangkan pilihan penggerak untuk kapal selam Proyek 705. Dibandingkan dengan reaktor berpendingin air tradisional, instalasi dengan ini lebih kompak (yang penting dalam kasus ini). Perhitungan menunjukkan bahwa pemasangan LFCR memberikan penghematan bobot hingga 300 ton.

Meskipun teknologi pada tahun 1960-an hampir tidak cukup untuk menghasilkan reaktor LCFR yang andal, yang bahkan hingga saat ini dianggap sulit dilakukannya, keunggulannya dianggap menarik. Dua sistem penggerak lalu dikembangkan secara independen, BM-40A oleh OKB Gidropress (Hydropress) di Leningrad dan OK-550 oleh biro desain OKBM di Nizhniy Novgorod, keduanya menggunakan larutan timbal-bismut eutektik untuk tahap pendinginan primer, dan keduanya menghasilkan kekuatan sebesar 155 MW. Kecepatan yang dirancang dalam pengujian adalah sebesar 43–45 kn (49–52 mph; 80–83 km/jam) untuk semua kapal, dan kecepatan 41–42 kn (47–48 mph; 76–78 km/jam) adalah kecepatan normal yang dapat dipertahankan. Sebagai bandingan Kapal Kelas Churchill asal Inggris hanya bisa mencapai kecepatan 28 knot, dibandingkan dengan 29 knot pada Kelas Valiant sebelumnya, sedangkan kapal Kelas Sturgeon Angkatan Laut AS hanya bisa berlayar dengan kecepatan 26 knot. Tidak dapat disangkal, kapal selam Project 705 menunjukkan kinerja yang mengesankan. Dalam satu setengah menit, sebuah kapal selam kelas Alfa dapat berakselerasi hingga  kecepatan 41 knot (47 mil per jam/75 km per jam) saat menyelam — meskipun beberapa sumber mengklaim bahwa kecepatan yang lebih tinggi telah dicapai. Sedangkan untuk berbalik 180 derajat dengan kecepatan penuh hanya membutuhkan waktu 40 detik. Tingkat daya apung mereka yang tinggi juga membuat mereka mampu melakukan putaran cepat dan perubahan arah, dan mereka bisa menyelam—dan menyerang dari—kedalaman yang sulit dicapai oleh torpedo-torpedo NATO. Tingkat kemampuan manuver ini melebihi semua kapal selam lainnya dan sebagian besar torpedo yang beroperasi pada saat itu (kelas Alfa dengan percaya diri bisa “melarikan diri” dari torpedo SET-65 berkecepatan 40 knot dan terlebih lagi dari torpedo lama Mk.37 buatan Amerika, yang punya kecepatan separuhnya). Memang, selama pelatihan kapal ini terbukti berhasil menghindari torpedo yang diluncurkan oleh kapal selam lain, yang pada akhirnya mendesak diperkenalkannya torpedo yang lebih cepat seperti ADCAP dari Amerika atau Spearfish dari Inggris. Namun, ada harga yang harus dibayar untuk kecepatan ini, yakni adalah tingkat kebisingan yang sangat tinggi pada kecepatan penuh, meskipun dalam beberapa kasus kedalaman operasinya yang besar memungkinkannya menyelinap di bawah lapisan air yang mengurangi efektivitas sonar pasif kapal selam pencarinya. Saat berpacu dengan kecepatan maksimum menggunakan turbin uap dan baling-baling berbilah lima, kelas Alfa (tidak mengherankan) sangat berisik. Tetapi seorang komandan kapal kelas Alfa yang memiliki trik lain yang bisa digunakannya, yakni: sistem propulsi sekunder dalam bentuk dua baling-baling kecil yang diputar secara elektrik yang memungkinkan kapal kelas Alfa menyelinap dengan sangat pelan pada kecepatan rendah.

Reaktor nuklir berpendingin timbal-bismut (LCFR) dari kelas Alfa. Dibandingkan dengan reaktor berpendingin air tradisional, instalasi dengan ini lebih kompak (yang penting dalam kasus ini). Perhitungan menunjukkan bahwa pemasangan LFCR memberikan penghematan bobot hingga 300 ton. (Sumber: https://twitter.com/)
Ilustrasi kelas Alfa menembakkan torpedo dan kemudian melakukan manuver menghindar. Dengan wujudnya yang relatif kecil namun ditenagai dengan penggerak berkekuatan besar, maka kelas Alfa memiliki kelincahan manuver yang tak tertandingi dibanding dengan kapal selam lain dan bahkan torpedo di eranya! (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Peluncuran kapal selam serang nuklir USS Sturgeon (SSN-637). Kelas Alfa dirancang dengan kecepatan 41–42 kn (47–48 mph; 76–78 km/jam), sebagai bandingan kapal Kelas Sturgeon hanya bisa berlayar dengan kecepatan puncak 26 knot. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Tenaga penggerak dari kapal selam ini disediakan ke baling-baling lima bilah oleh turbin uap berkekuatan 40.000 shp, dan dua pendorong listrik 100 kW di ujung stabilisator buritan digunakan untuk “merayap” dengan lebih tenang (manuver taktis dengan kecepatan rendah) dan untuk propulsi darurat jika terjadi masalah teknis. Tenaga listrik disediakan oleh dua turbogenerator berkekuatan 1.500 kW, dengan generator diesel berdaya 500 kW sebagai cadangan dan simpanan 112 baterai seng-perak. Reaktor OK-550 digunakan pada kapal Project 705, tetapi kemudian, pada project 705K, reaktor BM-40A dipasang karena keandalan reaktor OK-550 yang rendah. Meskipun lebih andal, BM-40A ternyata masih jauh lebih merepotkan dalam perawatannya daripada reaktor air bertekanan yang lebih tua. Masalahnya adalah bahwa larutan eutektik timbal/bismut mengeras pada suhu 125 °C (257 °F). Jika mengeras, tidak mungkin untuk menghidupkan kembali reaktor, karena campuran bahan bakar akan dibekukan dalam pendingin yang dipadatkan. Jadi, setiap kali reaktor dimatikan, cairan pendingin harus dipanaskan secara eksternal dengan uap super panas. Di dekat dermaga tempat kapal selam ditambatkan, sebuah fasilitas khusus dibangun untuk mengirimkan uap super panas ke reaktor kapal ketika reaktor dimatikan. Sebuah kapal yang lebih kecil juga ditempatkan di dermaga untuk mengirimkan uap dari pembangkit uapnya ke kapal selam Alfa. Fasilitas di pesisir kerap diperlakukan dengan lebih sedikit perhatian daripada kapal selam itu sendiri dan seringkali ternyata tidak dapat memanaskan reaktor kapal selam. Akibatnya, reaktor harus tetap beroperasi meskipun kapal selam berada di pelabuhan. Fasilitas tersebut benar-benar rusak pada awal tahun 1980-an dan sejak itu reaktor semua kapal selam Alfa yang beroperasi terus dijalankan sepanjang waktu. Sementara reaktor BM-40A dapat bekerja selama bertahun-tahun tanpa henti, mereka tidak dirancang secara khusus untuk perawatan seperti itu dan pemeliharaan reaktor yang serius menjadi tidak mungkin. Hal ini menyebabkan sejumlah kegagalan, termasuk kebocoran pendingin dan satu reaktor rusak dan beku saat di laut. Namun, terus-menerus menjalankan reaktor terbukti lebih baik daripada mengandalkan fasilitas pantai. Empat kapal kabarnya dinonaktifkan karena pembekuan pada sistem pendingin. Baik desain OK-550 maupun BM-40A adalah reaktor sekali pakai dan tidak dapat diisi ulang karena pendinginnya pasti akan membeku dalam prosesnya. Ini dikompensasi oleh masa pakai yang jauh lebih lama pada satu-satunya pengisian bahan bakar (hingga 15 tahun), setelah itu reaktor akan diganti sepenuhnya. Sementara solusi semacam itu berpotensi mengurangi waktu layanan dan meningkatkan keandalan, namun konsep ini masih lebih mahal, dan gagasan reaktor sekali pakai tidak populer di tahun 1970-an. Selain itu, Proyek 705 tidak memiliki desain modular yang memungkinkan penggantian reaktor dengan cepat, sehingga pemeliharaan semacam itu akan memakan waktu setidaknya selama pengisian bahan bakar kapal selam normal.

Kelas ‘Alfa‘ di dok kering. Kelas Alfa dikenal cepat, namun, ada harga yang harus dibayar untuk kecepatan ini, yakni adalah tingkat kebisingan yang sangat tinggi pada kecepatan penuh. Selain itu reaktor kapal selam ini harus dinyalakan selama di dermaga untuk mencegah cairan pendinginnya mengeras. (Sumber: https://medium.com/)

HULL

Seperti kebanyakan kapal selam nuklir Soviet, Project 705 menggunakan lambung ganda, di mana lambung internal menahan tekanan dan lambung luar melindunginya dan memberikan bentuk hidrodinamika yang optimal. Lambung dan menara luar yang melengkung dengan anggun sangat ramping dibuat untuk mendapatkan kecepatan dan kemampuan manuver yang tinggi di bawah air. Kemudi horizontal pada hidung dibuat bisa ditarik ke dalam lambung dan ditempatkan di bawah garis air. Ukuran kapal yang relatif kecil (sempat dianggap sebagai kapal selam bertenaga nuklir terkecil, sebelum hadirnya kapal selam kelas Rubis dari Prancis) dipadu dengan sistem propulsi yang sangat kuat, kontrol permukaan yang besar dan menara yang ramping, yang tidak memberikan banyak hambatan ketika kapal selam berputar (tidak seperti pada kapal selam NATO di mana menara bertindak sebagai layaknya sayap saat melakukan manuver roll dengan sudut yang tinggi). Hal ini dikombinasikan dengan reserve buoyancy (volume kapal di atas bidang air yang dapat dibuat kedap air sehingga meningkatkan daya apung kapal. — disebut juga cadangan daya apung) yang sangat tinggi sekitar 30% (dibandingkan dengan ~11% untuk kapal NATO). Akibatnya kapal selam kelas Alfa dapat mengubah arah dan kedalaman selam dengan sangat cepat, menjadikannya target yang sangat sulit dibidik. Di sisi lain, terlepas dari prototipe, hanya enam kapal selam Project 705 dan 705K dibangun dengan lambung berbahan titanium alloy, yang revolusioner dalam desain kapal selam pada saat itu karena mahalnya biaya titanium dan teknologi serta peralatan yang dibutuhkan untuk membuatnya. Titanium adalah logam langka yang dapat membuat permukaan sekuat baja dengan kira-kira hanya setengah beratnya. Namun, titanium hanya dapat dilas dengan gas argon atau helium inert. Hal ini menyebabkan para insinyur AS menganggap bahwa tidak praktis untuk mengelas potongan besar titanium pada skala yang diperlukan untuk lambung kapal selam. 

Suasana pembuatan lambung kapal kelas Alfa. Kelas Alfa memiliki lambung berbahan titanium alloy, yang revolusioner dalam desain kapal selam pada saat itu karena mahalnya biaya titanium dan teknologi serta peralatan yang dibutuhkan untuk membuatnya. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Mereka terbukti meremehkan tekad Soviet, dimana yang terakhir kemudian menugaskan para pekerja dengan setelan bertekanan bekerja di gudang besar yang dibanjiri gas argon untuk merakit lembaran logam langka yang mengkilap itu. Walau kesulitan dalam rekayasa menjadi jelas di kapal selam pertama, yang dengan cepat dinonaktifkan setelah retakan yang berkembang di lambung, namun kemudian, teknologi metalurgi dan pengelasan ditingkatkan dan tidak ada masalah lambung pada kapal berikutnya. Teknologi metalurgi dan pengelasan dikembangkan oleh CRI dan (sekarang – Institut Penelitian Pusat Bahan Struktural “Prometheus”) di bawah kepemimpinan IV Gorynin. Perancang membuat bahan ini menjadi lambung kapal selam yang ringan kuat dan tahan lama (Kepala Perancangnya adalah V. Tikhomirov, kemudian VV Krylov). Perlu dicatat bahwa sebelumnya dalam biro desain CDB-16 di bawah kepemimpinan Kepala Perancang dan Kepala Biro NN Isanin telah melakukan upaya pertama untuk menggunakan titanium alloy sebagai bahan untuk struktur lambung dalam desain kapal selam Project 661. Kurangnya teknologi untuk penggunaan titanium dalam pembuatan kapal bawah laut, kemudian menyebabkan penundaan yang signifikan dalam pelaksanaan proyek ini. Penerus dari kelas Alfa yakni kelas Sierra I (2 kapal dibuat) dan selanjutnya ditingkatkan menjadi kelas Sierra II (2 kapal dibuat) juga sama-sama memakai lambung titanium yang sangat mahal. Namun mahalnya biaya produksi ini turut membatasi jumlah kapal yang dibuat, meskipun memiliki keunggulan dalam hal kedalaman selam, kecepatan bawah air dan ketahanan terhadap kerusakan. Di sisi lain, Badan intelijen Amerika menyadari penggunaan titanium alloy dalam konstruksi dengan mengambil serutan logam yang jatuh dari truk saat meninggalkan galangan kapal St. Petersburg. Kelas Alfa memiliki lambung yang sangat ramping dan memiliki panjang keseluruhan sekitar 79 meter, dengan bobot permukaan sekitar 2.600 ton, bobot menyelam sekitar 3.700 ton (Sebagai perbandingan, kapal selam kelas Permitdari Amerika memiliki panjang 84 meter dengan bobot 4.800 ton saat menyelam). Kapal selam serang cepat bertenaga nuklir setelahnya, yakni kelas Victor, memiliki tonase lebih dari dua kali lipat, tetapi digerakkan dengan reaktor air bertekanan yang jauh lebih besar. Lambung bertekanan di kapal ini dipisahkan menjadi enam kompartemen kedap air, di mana hanya kompartemen ketiga (tengah) yang dihuni dan yang lainnya hanya dapat diakses untuk pemeliharaan. Kompartemen ketiga memiliki sekat bulat yang diperkuat yang dapat menahan tekanan pada kedalaman uji dan menawarkan perlindungan tambahan kepada awak jika terjadi serangan. Kompartemen ke-3 ini adalah tempat dek tengah ditempatkan dimana pusat komando utama (PCC), fasilitas tempat tinggal, medis dan sanitasi, dan di bagian bawah – dapur untuk perbekalan berada. Ruang makan kapal memungkinkan 12 awak untuk makan pada waktu yang bersamaan. Bagian depan kapal berisi sistem persenjataan dan elektronik, yang hanya dapat diakses untuk pemeliharaan, begitu juga kompartemen reaktor dan propulsi di bagian belakang. Pemuatan torpedo sepenuhnya dilakukan otomatis. Ini pada akhirnya meningkatkan kemampuan bertahan kru saat bertempur, karena kompartemen depan dan belakang dapat ditutup selama operasi. 

Bagian-Bagian dari kelas Alfa:
1 — the main antenna SJSC “Yenisei”; 2 – 533 mm TA; 3 – cylinders of the VVD system; 4 – first (torpedo) compartment; 5 – spare torpedoes with a quick loader; 6 – hardware enclosure PUTS “Sargan”; 7 – AB; 8 — bubbleless torpedo firing tank; 9 — bow trim tank; 10 – CGB; 11 – second (electronic equipment and auxiliary equipment) compartment; 12 — partition of compressors of the VVD system; 13 – antenna SJSC “Yenisei”; 14 – combined PMU of the RCP device and the communication antenna “Iva” (KSS “Lightning”); 15 – pop-up camera; periscope of the TV-1 system; 16 – PMU antenna RLC “Chibis”;17 – PMU antenna “Topol” (KSS “Lightning”); 19 — PMU antenna direction finder “Veslo-P”; 20 – third (main command post) compartment; 21 – main command post; 22 – residential, medical and sanitary facilities; 23 – galley and provisional cameras; 24 – fourth (reactor) compartment; 25 – reactor with steam generators, circulation pumps and biological protection tanks;  26 — emergency buoy; 27 — fifth (turbine) compartment; 28 – block vocational school; 29 – sixth (desalination plants and steering gears) compartment; 30 — aft hatch; 31 – shaft line; 32 – oil tanks; 33 – desalination plant; 34 — stern trim tank; 35 — drives stern rudders; 36 – stern vertical stabilizers.
Untuk lebih meningkatkan kemampuan bertahan, kapal itu dilengkapi dengan kapsul penyelamat yang dapat dilepaskan. (Sumber: https://www.hotcars.com/)

Dibutuhkan sejumlah langkah untuk meningkatkan ketahanan kapal terhadap ledakan lewat desain konstruksi dan bantalan baru yang lebih efektif. Lambung titanium ini diketahui juga mengurangi medan magnet, walau menyebabkannya tidak cukup senyap secara akustik, seperti layaknya kapal selam di era 1960-an. Untuk lebih meningkatkan kemampuan bertahan, kapal itu dilengkapi dengan kapsul penyelamat yang dapat dilepaskan. Desain kapsul ini yang dirancang oleh EK Kondratenko, GN Pichugin, VY Babivskomu Bureau, dan pakar lainnya mampu memberikan perlindungan bagi kru yang efektif hingga batas kedalaman efektif kapal selam. Inovasi ini diperlukan karena kecelakaan nuklir tahun 1961 yang dialami oleh kapal selam Kelas Hotel, K-19. K-19 mengalami serangkaian kecelakaan sebelum akhirnya dinonaktifkan sehingga mendapat julukan Hiroshima. Persyaratan kedalaman uji asli yang ditentukan untuk Proyect 705 adalah 500 m, tetapi setelah desain awal selesai, SKB-143 mengusulkan pengurangan persyaratan ini menjadi 400 m. Pengurangan kedalaman uji dan penipisan lambung bertekanan akan menggantikan peningkatan berat pada reaktor, sistem sonar, dan sekat melintang. Mitos umum mengatakan bahwa kelas Alfa bisa menyelam hingga kedalaman 1.000 m atau lebih dalam berasal dari perkiraan intelijen Barat yang dibuat selama Perang Dingin. Menurut laporan-laporan itu lambung kapal kelas Alfa dirancang untuk menyelam di kedalaman ekstrim, di bawah lapisan suara (pada kedalaman 1 km), tetapi desain ulang lengkap dari pipa dan sistem antar lambung lainnya tertunda. Menurut beberapa informasi, salah satu kapal selam diuji pada kedalaman hingga 1300 meter, tetapi dan kembali dengan mengalami kerusakan permanen pada peralatannya.

Penampang depan kapal selam kelas Alfa. (Sumber: http://www.deepstorm.ru/)
Tampilan “eksterior” dari kapal selam nuklir Project 705 yang sangat streamline. Bentuk semacam ini turut menyumbang kegesitan dari kapal selam ini. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

SISTEM KONTROL

Serangkaian sistem baru dikembangkan untuk kapal selam ini, termasuk: 

  • Akkord (Accord) combat information and control system, yang menerima dan memproses data hidroakustik, televisi, radar, dan navigasi dari sistem lain, untuk menentukan lokasi, kecepatan, dan prediksi lintasan kapal lain, kapal selam, dan torpedo. Informasi ditampilkan di terminal kontrol, bersama dengan rekomendasi untuk mengoperasikan satu kapal selam, baik untuk serangan dan penghindaran dari torpedo, atau memimpin sekelompok kapal selam.
  • Sistem kontrol senjata Sargan yang berfungsi untuk mengendalikan serangan, mengarahkan torpedo, dan penggunaan peralatan countermeasures, baik dengan perintah manusia maupun secara otomatis jika diperlukan. 
  • Sistem hidroakustik (sonar) otomatis Okean (Ocean) yang menyediakan data target ke sistem lain dan menghilangkan kebutuhan awak yang bekerja dengan peralatan deteksi.
  • Sistem navigasi Sozh dan sistem kontrol kursus Boksit (Bauxite), yang mengintegrasikan kontrol arah, kedalaman, trim, dan kecepatan, untuk manuver manual, otomatis, dan terprogram. 
  • Sistem Ritm (Rhythm) untuk mengendalikan operasi semua mesin di atas kapal, menghilangkan kebutuhan personel yang mengoperasikan reaktor dan mesin lainnya. Hal ini merupakan faktor utama dalam mengurangi jumlah kru. 
  • Sistem pemantauan radiasi Alfa.
  • Sistem optik televisi TV-1 untuk observasi luar. 
Detail Menara kapal kelas Alfa yang menampung berbagai peralatan elektronik:
1 – PMU AP radio direction finder “Veslo-P”; 2 – PMU “Poplar”; 3 – PMU AP RLC “Chibis”; 4 – periscope; 5 – combined PMU RCP and communication antenna “Iva”
Perangkat GAK yang terletak di pusat kontrol disorot dengan warna merah, CIUS berwarna hijau, panel kontrol kompleks torpedo ada di antara keduanya. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Untuk mengoperasikan kapal selam kelas Alfa generasi baru hanya dibutuhkan 27 perwira dan empat perwira komando. Hal ini pada akhirnya membuat juru masak menjadi satu-satunya kru sipil yang dibutuhkan di dalam kapal. Tingkat otomatisasi tinggi pada kapal ini membuatnya hanya memerlukan sedikit awak. (Sumber: https://www.hotcars.com/)

Semua sistem kapal selam sepenuhnya otomatis dan semua operasi yang membutuhkan keputusan manusia dilakukan dari ruang kendali. Sementara sistem otomatisasi seperti itu umum di pesawat, namun umumnya kapal militer dan kapal selam lainnya memiliki banyak tim terpisah yang melakukan tugas-tugas ini. Pihak Soviet memastikan bahwa semua operasi yang membutuhkan input manusia terbatas pada area ruang kendali. Ini belum pernah terjadi sebelumnya di kapal selam yang sudah ada, karena mereka biasanya membutuhkan sejumlah besar awak yang berfokus pada kelancaran berbagai sistem pada kapal selam. Intervensi kru di kelas Alfa diperlukan hanya untuk perubahan arah atau pertempuran dan tidak ada perawatan yang dilakukan di laut. Karena sistem ini, shift tempur kapal selam Alfa hanya terdiri dari delapan perwira yang ditempatkan di ruang kendali. Faktanya, hanya dengan delapan awak ini mereka dapat mengoperasikan hampir setiap sistem di kapal selam dari pusat komando berkat sistemnya yang sangat otomatis, yang memungkinkan waktu reaksi yang sangat cepat dalam pertempuran, sementara lima perwira lainnya menunggu giliran tugas mereka. Hal ini pada akhirnya membuat juru masak menjadi satu-satunya kru sipil yang dibutuhkan di dalam kapal. Sementara kapal selam nuklir biasanya memiliki 120 hingga 160 awak, jumlah awak yang diusulkan di kelas Alfa awalnya adalah 14 – semua perwira, kecuali juru masak. Kemudian dianggap lebih praktis untuk memiliki tambahan awak kapal yang dapat dilatih untuk mengoperasikan kapal selam kelas Alfa generasi baru dan jumlahnya lalu ditingkatkan menjadi 27 perwira dan empat perwira komando. Juga, mengingat bahwa sebagian besar peralatan elektronik baru dikembangkan dan kegagalan diperkirakan akan terjadi, kru tambahan ditempatkan untuk memantau kinerja mereka. Beberapa masalah keandalan dihubungkan dengan masalah elektronik, dan ada kemungkinan bahwa beberapa kecelakaan dapat diperkirakan dengan sistem pemantauan yang lebih matang dan dikembangkan dengan lebih baik. Kinerja keseluruhan pada sistem kapal ini dianggap baik untuk sistem yang bersifat eksperimental. Alasan utama di balik jumlah kru kecil dan otomatisasi tinggi bukan hanya untuk memungkinkan pengurangan ukuran kapal selam, tetapi juga untuk memberikan keunggulan dalam hal kecepatan reaksi dengan mengganti rantai komando yang panjang dengan sistem elektronik instan, yang mempercepat tindakan apa pun yang dibutuhkan. Namun, seperti yang ditemukan Angkatan Laut AS beberapa dekade kemudian saat mengembangkan Kapal Tempur Littoral, tingkat otomatisasi ini berarti awak yang berjumlah sedikit tidak akan mampu melakukan pemeliharaan dan perbaikan saat berada di lautan.

PERSENJATAAN

Sebagai kapal selam serang, kemampuan gotong senjata tentu menjadi faktor penting bagi kapal selam Kelas Alfa. Berikut adalah berbagai tipe persenjataan yang dapat dibawa oleh kapal selam kelas Alfa:

SS-N-15 Starfish

SS-N-15 Starfish yang juga dikenal sebagai 81R, adalah sistem rudal anti-kapal selam bersenjata nuklir yang diluncurkan oleh kapal selam Soviet, yang diluncurkan secara eksklusif melalui tabung torpedo kaliber 533mm. Sistem ini dirancang di Sverdlovsk, SFSR Rusia pada tahun 1960-an. Sama seperti dengan rudal ASROC yang dibawa oleh kapal perang Angkatan Laut AS, rudal ini dirancang untuk ditembakkan dari tabung torpedo 533 mm (21 in). Rudal ini ditembakkan dengan roket bahan bakar padat dan mampu mengirimkan muatannya hingga sejauh 45 km (28 mil). Muatannya berkisar dari bom dalam sederhana hingga hulu ledak termonuklir berkekuatan 200 kt.

SS-N-15 Starfish. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Torpedo VA-111 Shkval

Torpedo VA-111 Shkval (dari bahasa Rusia: шквал, squall) dan turunannya adalah torpedo superkavitasi yang awalnya dikembangkan oleh Uni Soviet. Mereka mampu mencapai kecepatan lebih dari 200 knot (370 km / jam atau 230 mil / jam). Sebelumnya diperkirakan telah beroperasi pada awal tahun 1977, torpedo ini diumumkan digunakan pada tahun 1990-an. Shkval dimaksudkan senjata untuk melakukan sebagai tindakan balasan terhadap ancaman torpedo yang diluncurkan oleh kapal selam musuh yang tidak terdeteksi. VA-111 diluncurkan dari tabung torpedo 533 mm dengan kecepatan 50 knot (93 km / jam) sebelum roket berbahan bakar padatnya menyala dan mendorongnya ke kecepatan 200 knot (370 km / jam). Beberapa laporan menunjukkan bahwa kecepatan 250+ knot dapat dicapainya, dan pembuatan versi yang mampu mencapai kecepatan 300-knot (560 km / jam) sedang berlangsung. Kecepatan tinggi ini disebabkan oleh superkavitasi, di mana gelembung gas, yang menyelimuti torpedo, dibuat oleh defleksi air oleh kerucut hidungnya yang berbentuk khusus dan pemuaian gas dari mesinnya. Proses ini kemudian meminimalkan kontak air dengan torpedo, yang secara signifikan mengurangi hambatan torpedo saat meluncur di dalam air. VA-111 yang berbobot 2,700 kg (6,000 lb) memiliki panjang 8,200 mm (26 ft 11 in) dan diameter 533 mm (21 in). Shkval memiliki jarak tembak efektif 7 km (4.3 mi) sedangkan Shkval 2 antara 11–15 km (6.8–9.3 mi). Torpedo ini dapat membawa hulu ledak konvensional maupun nuklir berbobot 210 kg (460 lb).

VA-111 Shkval. (Sumber: https://m.facebook.com/)
Ilustrasi konsep penembakan VA-111 Shkval. (Sumber: https://m.tribunnews.com/)

Torpedo SET-65

SET-65 adalah torpedo kelas berat asal Soviet. Ini adalah tipe torpedo dengan sistem pelacak akustik yang diperkenalkan pada tahun 1965 untuk digunakan melawan kapal selam, termasuk kapal selam nuklir yang mampu menyelam di kedalaman. SET-65 dapat diluncurkan dari kapal permukaan maupun dari kapal selam. Torpedo ini dilengkapi dengan motor listrik dan dari waktu ke waktu berbagai sistem pemandu dikembangkan untuknya. SET-65 adalah salah satu torpedo era Perang Dingin buatan Soviet yang paling banyak digunakan dan tetap digunakan sampai sekarang. SET-65 memiliki diameter 533 mm, panjang 7,8 m, dan bobot 1.740 kg. Hulu ledak torpedo ini adalah seberat 205 kg dengan sumbu tipe kontak dan sumbu magnetik yang memiliki jarak radius 10 m. Sistem pemandunya adalah tipe akustik aktif/pasif. SET-65 memiliki kecepatan tertinggi hingga 40 kt dan jangkauan 16 km, serta kedalaman maksimum 400 m.

Torpedo SET-65. (Sumber: https://weaponsystems.net/)

IMPAK

Kelas Alfa, seperti hampir semua kapal selam nuklir lainnya, tidak pernah benar-benar digunakan dalam pertempuran. Namun, pemerintah Soviet masih memanfaatkannya dengan baik, dengan melebih-lebihkan jumlah kapal yang direncanakan dibuat, yang dianggap memungkinkan untuk mendapatkan superioritas angkatan laut, yang diperoleh dengan membayangi kelompok kapal-kapal besar dan menghancurkan mereka jika terjadi perang. AS kemudian menjawab dengan memulai program ADCAP, dan program torpedo Spearfish dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris, untuk membuat torpedo yang memiliki jangkauan, kecepatan, dan kemampuan untuk mengejar kapal selam kelas Alfa dengan handal. Kelas Alfa dimaksudkan untuk menjadi yang pertama dari generasi baru kapal selam ringan dan cepat, dan sebelum peresmian pengoperasian mereka, sudah ada desain turunan, termasuk Project 705D, yang dipersenjatai dengan torpedo jarak jauh kaliber 650 mm, dan Project 705A, yakni varian rudal balistik yang dimaksudkan agar mampu mempertahankan diri dengan baik terhadap serangan kapal selam, oleh karena itu tidak memerlukan basis untuk melakukan patroli. Dengan kecepatannya yang luar bissa, memungkinkan bagi kapal selal kelas Alfa untuk bermanuver ke posisi menembak yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan kapal-kapal selam diesel-listrik yang lebih lambat, dan sekaligus untuk melarikan diri lebih mudah setelah melakukan serangan. Ini berarti bahwa kapal selam serang bertenaga nuklir ini dapat berharap untuk membuat beberapa serangan terhadap kelompok permukaan musuh, yang pada akhirnya menghabiskan semua torpedonya sebelum bisa dilawan secara efektif. Kapal selam kelas Skipjack merupakan kapal selam generasi pertama Angkatan Laut AS yang masuk dalam golongan kapal selam cepat, dimana ia dapat memperoleh kecepatan 33 knot yang cukup mengesankan. Namun kecepatan kelas Skipjack belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kelas Alfa. Sejauh yang diketahui NATO, kapal kelas Alfa adalah kapal selam tercepat di dunia, meskipun sebenarnya kapal selam Project 661 kelas Papa tunggal bisa mencapai kecepatan hingga 44,7 knot.

Torpedo Spearfish asal Inggris, sebagai tanggapan atas keberadaan kapal selam cepat Soviet. (Sumber: http://www.navyrecognition.com/)
Kapal selam kelas Akula yang mewakili perpaduan dari kelas Alfa dan Victor III, yang menggabungkan perangkat sonar siluman dan tarik dari Victor III dengan otomatisasi dari kelas Alfa. (Sumber: https://weaponsystems.net/)
Kapal selam serang bertenaga nuklir (SSN) Project 945A B-336 Sierra II Pskov. Kapal selam kelas Barracuda (Kode NATO: “Sierra”) pada awal tahun 1980-an mengadopsi beberapa karakteristik kapal selam kelas Alfa, termasuk lambung kapal yang terbuat dari titanium, sambil mengembalikan kinerja kapal selam ke tingkat yang memungkinkan perawatannya yang lebih mudah dilakukan. Barracuda juga beroperasi jauh lebih tenang daripada kelas Alfa, dan dapat menjalankan serangkaian misi yang lebih bervariasi. (Sumber: http://www.navyrecognition.com/)

Namun, dorongan utama pengembangan SSN (kapal selam serang nuklir) Rusia/Soviet kemudian malah difokuskan pada kapal yang lebih besar dan lebih senyap, yang akhirnya menjadi kapal selam kelas Akula (baca mengenai kelas Akula pada artikel sebelumnya). Pada dasarnya militer Soviet mengejar dua tujuan utama dalam mendesain kapal selam kelas Alfa: pertama, mereka berusaha mengubah karakter perang laut di kawasan Atlantik Utara dan Arktik; yang kedua, mereka ingin meningkatkan perkembangan teknologi, dengan menerapkan inovasi yang akan dimasukkan ke dalam desain kapal-kapal selam setelahnya. Kelas Alfa bisa dibilang memenuhi kriteria yang kedua. Teknologi dan solusi yang dikembangkan, diuji, dan disempurnakan di kelas Alfa kemudian membentuk fondasi untuk mengembangkan desain kapal selam di masa depan. Kapal selam kelas Barracuda (Kode NATO: “Sierra”) pada awal tahun 1980-an mengadopsi beberapa karakteristik kapal selam kelas Alfa, termasuk lambung kapal yang terbuat dari titanium, sambil mengembalikan kinerja kapal selam ke tingkat yang memungkinkan perawatannya yang lebih mudah dilakukan. Barracuda juga beroperasi jauh lebih tenang daripada kelas Alfa, dan dapat menjalankan serangkaian misi yang lebih bervariasi. Rangkaian sistem kontrol kapal selam kelas Alfa kemudian juga digunakan di kelas Akula, atau kapal selam serang Project 971, yang memiliki awak diatas 50 orang, lebih banyak dari kelas Alfa tetapi masih kurang dari setengah jumlah awak kapal selam serang lainnya. Kapal selam kelas Akula mewakili perpaduan dari kelas Alfa dan Victor III, yang menggabungkan perangkat sonar siluman dan tarik dari Victor III dengan otomatisasi dari kelas Alfa. Sementara itu, meskipun sangat cepat, kapal selam kelas Alfa tidak dapat diandalkan, tidak dipersenjatai dengan baik dan dengan perangkat sensornya yang unik, kapal ini sulit dirawat, dan sering rusak.

PROYEK SAPPHIRE

Project Sapphire adalah operasi militer rahasia Amerika Serikat untuk mengambil 1.278 pon (580 kg) bahan bakar uranium yang sangat diperkaya yang ditujukan untuk kapal selam kelas Alfa dari sebuah gudang di Pabrik Metalurgi Ulba di luar Ust-Kamenogorsk di timur jauh Kazakhstan, di mana ia berada disimpan dengan sedikit perlindungan setelah runtuhnya Uni Soviet. Bahan, yang dikenal sebagai uranium oksida-berilium, diproduksi oleh pabrik Ulba dalam bentuk batang bahan bakar keramik untuk digunakan oleh kapal selam. “Pemerintah Kazakhtan tidak tahu bahwa material ini ada di sana”, pejabat Kazakhtan kemudian mengatakan kepada Graham Allison dari Harvard, seorang analis keamanan nasional. Pada bulan Februari 1994 material ini ditemukan oleh Elwood Gift, seorang insinyur dari pabrik Y-12 di Oak Ridge, Tennessee, disimpan dalam kaleng baja berukuran quart di lemari besi dengan lebar sekitar dua puluh kaki (6 meter) dan panjang tiga puluh kaki (9 meter). Beberapa di antaranya ada di rak kawat sementara yang lain ditempatkan di lantai. Kaleng-kaleng itu tertutup oleh debu. Kabar segera datang bahwa Iran telah secara resmi mengunjungi situs tersebut untuk membeli bahan bakar reaktor itu. Washington kemudian membentuk tim harimau, dan pada 8 Oktober 1994 Tim Sapphireterbang keluar dari Pangkalan Udara Pengawal Nasional McGhee Tyson dengan tiga pesawat kargo C-5 Galaxy dengan peralatan seberat 130 ton. Tim membutuhkan waktu enam minggu, bekerja shift selama dua belas jam, enam hari seminggu, untuk memproses 1.050 kaleng uranium. Tim Tim Sapphire selesai memindai ulang uranium pada tanggal 18 November 1994 dengan biaya antara sepuluh dan tiga puluh juta dolar (biaya sebenarnya dirahasiakan). Kaleng-kaleng itu lalu dimasukkan ke dalam 447 drum khusus berukuran lima puluh lima galon untuk menjalani pengangkutan yang aman ke Amerika Serikat. Lima C-5 Galaxy dikirim dari Pangkalan Angkatan Udara Dover, Delaware, untuk menjemput tim dan uranium, tetapi empat pesawat terpaksa kembali karena cuaca buruk. Hanya satu C-5, yang membawa 30.000 pon (13.607 kg) perbekalan yang telah disumbangkan warga Tennesse untuk panti asuhan daerah Ust-Kamenogorsk, yang berhasil lolos. Akhirnya C-5 kedua tiba, dan kedua pesawat membawa uranium ke Dover, dari mana ia diangkut ke Oak Ridge untuk dicampur untuk bahan bakar reaktor.

Drum-drum membawa Uranium Yang Diperkaya (HEU) untuk diangkut ke Amerika Serikat. (Sumber: https://nsarchive2.gwu.edu/)
Memuat pesawat Galaxy dengan HEU di dalam drum. (Sumber: https://nsarchive2.gwu.edu/)
C-5B Galaxy di landasan di Kazakhstan. (Sumber: https://nsarchive2.gwu.edu/)

DINAS OPERASIONAL

Setelah menghabiskan sembilan tahun dalam pengembangan, empat kapal kelas Alfa dibuat di Severodvinsk dan Lenningrad antara tahun 1967 dan 1969. Namun, hanya satu kapal—K-64 Leningrad, yang telah diluncurkan. Kapal kelas Alfa pertama, K-64 mulai dioperasikan pada tanggal 31 Desember 1971 untuk menjalani pengujian dan ditugaskan pada awal tahun 1972. Komandan pertama dari kapal selam nuklir yang unik ini adalah Kapten First Rank A.S. Pushkin. Pada tahun yang sama, K-64 mengalami baik retak pada lambung titaniumnya dan kebocoran logam cair yang ‘membeku’ di bagian luar reaktor, yang menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Kapal selam super itu lalu dinonaktifkan dan dihapuskan dari inventaris hanya beberapa tahun setelah bertugas. Setelah beberapa tahun penyesuaian, enam kapal kelas Alfa (awalnya ada 30 kapal yang rencananya dibuat) tambahan akhirnya ditugaskan antara tahun 1977-1981, dengan kapal 705K kemudian menggunakan reaktor BM-40A yang cukup andal. Dan meskipun hanya ada enam kapal dari jenis ini yang masuk dalam dinas tempur, kemunculan kapal selam anti-kapal selam Soviet yang baru ini di lautan telah membuat kehebohan dan merupakan kejutan yang tidak menyenangkan bagi Angkatan Laut AS. Kapal selam pembawa rudal strategis Amerika telah ditempatkan dalam posisi taktis yang sulit dengan kehadiran kelas Alfa. Ukuran kecil dari kapal selam, kedalaman menyelam yang signifikan, kecepatan yang tinggi dari kapal selam project 705 ini, memungkinkannya untuk bermanuver dengan kecepatan maksimum, yang tidak mungkin ditandingi oleh semua jenis kapal selam lainnya, dan bahkan bisa menjauh dari kejaran torpedo anti-kapal selam. Kapal-kapal kelas Alfa karena kecepatan dan kemampuan manuvernya, kemudian terdaftar dalam Guinness Book of Records

Persiapan peluncuran kapal selam kelas Alfa yang pertama K-64. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
kapal selam kelas Alfa di laut lepas. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Kehadiran kapal selam kelas Alfa dengan cepat menimbulkan kegemparan di negara-negara barat. Dinas intelijen Amerika, CIA awalnya salah mengidentifikasi kelas Alfa sebagai kapal selam diesel-listrik karena ukurannya yang kecil. Tetapi dua personel CIA yang gigih, Herb Lord dan Gerhardt Thamm, mulai menganalisis dengan cermat foto intelijen dan laporan tentang komponen titanium yang mengalir ke fasilitas misterius di galangan kapal di Leningrad dan Severodvinsk. (Sumber: http://www.hisutton.com/)

Dinas intelijen Amerika, CIA awalnya salah mengidentifikasi kelas Alfa sebagai kapal selam diesel-listrik karena ukurannya yang kecil. Tetapi dua personel CIA yang gigih, Herb Lord dan Gerhardt Thamm, mulai menganalisis dengan cermat foto intelijen dan laporan tentang komponen titanium yang mengalir ke fasilitas misterius di galangan kapal di Leningrad dan Severodvinsk. Hal ini menyebabkan munculnya perkiraan yang lebih akurat tentang kemampuan ‘kapal selam titanium’ ini pada tahun 1979, yang kemudian mendorong pengembangan torpedo Mark 48 ADCAP dan Spearfish yang lebih gesit oleh AS dan Inggris. Namun, Pentagon tampaknya telah tertipu oleh informasi yang salah yang menunjukkan produksi kapal selam kelas Alfa dalam skala yang jauh lebih besar daripada yang terjadi. Faktanya, kelas Alfa memiliki masalah besar untuk menandingi kecepatannya yang luar biasa. Karena fasilitas khusus yang diperlukan untuk menjaga reaktor logam cair sering hilang atau rusak, kru kapal kelas Alfa terpaksa menjaga reaktornya tetap beroperasi penuh waktu bahkan saat berada di pelabuhan, membuat reaktor itu menjadi sangat sulit dirawat dan tidak dapat diandalkan. Disamping itu reaktor kelas Alfa harus diganti seluruhnya setelah lima belas tahun beroperasi. Keandalan dan kemampuan pemeliharaan kelas Alfa yang rendah di laut membuat kapal selam itu dianggap sebagai semacam “kapal selam pencegat”, yang selalu siap di pelabuhan untuk mengejar target kapal-kapal perang permukaan lawan. Dalam peran ini kelas Alfa menjadi musuh yang tangguh bagi kapal-kapal selam NATO. Menurut beberapa sumber, pada pertengahan tahun 1980-an, salah satu kapal selam jenis ini, sementara berlayar di Atlantik Utara, mengejar sebuah kapal selam NATO selama 22 jam. Kapal lawan yang mungkin berulang kali berusaha melarikan diri dari pengejaran, tidak mampu untuk melakukannya. Para pelaut Soviet kemudian meninggalkan kapal selam NATO itu hanya setelah mendapat perintah langsung dari markas besar AL Soviet. Tapi semua kapal kelas Alfa kecuali satu kapal telah dinonaktifkan pada tahun 1990, empat di antaranya mengalami pembekuan pendingin reaktor saat dikerahkan di laut. Kapal pertama dari kelas Alfa dinonaktifkan pada tahun 1974 dan yang ketujuh sebelum akhir tahun 1996. K-123 menjalani reparasi antara tahun 1983 hingga tahun 1992 dan kompartemen reaktornya diganti dengan reaktor air bertekanan VM-4. Dengan ini kapal selam K-123 tercatat dalam sejarah sebagai kapal selam dengan waktu perombakan terpanjang dalam sejarah, yang berlangsung lebih dari sembilan tahun – dari bulan Juni 1983 tahun ini hingga bulan Agustus 1992. Setelah digunakan untuk pelatihan, kapal tersebut secara resmi dinonaktifkan pada tanggal 31 Juli 1996. Penonaktifan kapal menimbulkan komplikasi tunggal yaitu, reaktor yang didinginkan oleh logam cair, batang nuklirnya menjadi menyatu dengan pendingin ketika reaktor dihentikan sementara metode konvensional untuk pembongkaran reaktor tidak tersedia. Komisariat Prancis Commissariat à l’énergie atomique et aux énergies alternatives lalu merancang dan mendonasikan peralatan khusus untuk dok kering khusus (SD-10) di Gremikha, yang digunakan untuk melepas dan menyimpan reaktor itu hingga dapat dibongkar. 

Perbandingan kapal selam kelas Alfa dengan kapal selam tipe lainnya di dunia. (Sumber: http://www.hisutton.com/)
K-123, kapal selam kelas Alfa terakhir yang dioperasikan. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Pengambilan bahan bakar nuklir bekas dari K-123, kapal selam serang bertenaga nuklir Kelas Alfa pada tahun 2005 di Pangkalan Angkatan Laut Gremikha. (Sumber: https://twitter.com/)

Kapal selam kelas Alfa mewakili paradigma desain untuk kapal selam serang “kecil tapi cepat” yang pada akhirnya digantikan dengan desain kapal selam “besar tapi senyap” seperti kelas Akula Rusia dan kelas Seawolf AS—meskipun laporan media yang berbeda-beda telah mengungkapkan bahwa beberapa pihak tertarik pada kapal sejenis kelas Alfa di masa depan. Namun sifat ‘siluman’, bukan kecepatan, yang menjadi faktor penting dalam taktik perang kapal selam modern. Meski memiliki banyak kekurangan yang serius, kelas Alfa tidak dapat disangkal merupakan desain yang mencolok dan ambisius yang mendorong batas kinerja kapal selam dengan cara yang bahkan hanya dapat dilakukan oleh beberapa desain modern. Sementara itu dalam refleksinya mengenai kapal selam nuklir kelas Alfa, Sekretaris Komite Sentral CPSU dan Menteri Pertahanan Uni Soviet D.F. Ustinova, menyatakan bahwa “(telah) menjadi tugas nasional, untuk membuat terobosan guna mencapai keunggulan teknis militer atas blok Barat.” Bagaimanapun, kapal selam ini adalah yang paling indah dan elegan wujudnya di antara kapal selam buatan Soviet. Perlu dicatat juga secara khusus bahwa dalam 20 tahun masa bakti kapal-kapal kelas Alfa, tidak ada satu orang pun yang gugur karena pengoperasiannya. Di sisi lain, pihak Soviet juga tidak sependapat bila kelas Alfa disebut sebagai produk gagal. Selama periode operasinya, kapal-kapal ini senantiasa berada dalam kesiapan konstan untuk digunakan sesuai dengan tujuan pembuatannya (setidaknya 80% kesiapannya).

Kapal selam Project 705 dan 705K. Kapal-kapal ini senantiasa berada dalam kesiapan konstan untuk digunakan sesuai dengan tujuan pembuatannya (setidaknya 80% kesiapannya). (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Dalam 20 tahun masa bakti kapal-kapal kelas Alfa, tidak ada satu orang pun yang gugur karena pengoperasiannya. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Kemudian muncul pertanyaan mengapa Amerika tidak mencoba menciptakan kapal selam yang sebanding dengan kelas Alfa? Ada beberapa hal yang mendasari mengapa hal itu tidak dilakukan. Lambung berbahan titanium memang menjadi rahasia kesuksesan kapal selam kelas Alfa, tetapi juga merupakan kelemahan terbesarnya. Titanium sangat kuat untuk bobotnya, tetapi mengerjakan logam itu terhitung sulit dan sangat mahal. Jauh lebih jarang ditemui ketimbang besi, pembuatan titanium jelas amat mahal. Rusia sendiribadalah pemasok utama titanium ke negara-negara di seluruh dunia dan memiliki akses lebih mudah ke logam ini (AS sampai harus diam-diam mengimpor titanium dari Uni Soviet untuk membangun pesawat mata-mata tercepat di dunia, yakni SR-71 Blackbird). Faktanya membangun lambung berbahan titanium membutuhkan fasilitas khusus yang mengandung argon dan pekerja yang terlatih untuk bekerja dengan logam tersebut. Membengkokkan dan membentuk panel titanium itu sangat sulit, dan ada risiko ketidaksempurnaan yang sangat tinggi di dalam logam yang dibuat, sehingga dapat mengakibatkan kegagalan yang membawa bencana bagi kapal selam yang mengalami tekanan sangat tinggi saat menyelam. Semua masalah ini kemudian berujung pada proses produksinya yang sangat mahal. Kapal selam berbahan titanium K-222, disebutkan menelan biaya 1 hingga persen dari seluruh PDB Uni Soviet tahun 1968. Pada saat itu, 1 kg lembaran titanium berharga 14 rubel, pipa titanium – 30 rubel, produk gulungan – 23 rubel, sedangkan sepotong roti tawar seharga 20 kopek (1/5 rubel). Dengan alasan-alasan semacam ini, Amerika Serikat sama sekali tidak ingin mengeluarkan uang untuk mencoba membuat kapal sejenis yang sangat mahal ini. Sebaliknya, mereka berinvestasi dalam melakukan tindakan pencegahan untuk menaklukkan kapal selam kelas Alfa. Senjata-senjata ini – seperti Torpedo Mark 48 – berfokus pada kecepatan untuk memastikan mereka dapat ‘mengejar’ kapal selam berbahan titanium. Mark 48 memiliki kecepatan maksimum 55 knot dan dengan waktu jelajah lebih dari 12 menit (untuk versi modifikasi pertama). Dengan demikian, kecepatannya secara “teoritis” (tanpa memperhitungkan waktu untuk belokan, akselerasi, dan kesalahan pada torpedo penyerang) memiliki keunggulan kecepatan sekitar 14 knot (atau 7 m/s) dari kecepatan maksimum kelas Alfa. Torpedo ini masih beroperasi sampai sekarang. Untungnya AS dan Uni Soviet tidak pernah bertikai secara terbuka, dan karena itu AS tidak pernah berada dalam situasi di mana mereka harus berurusan dengan kecepatan kapal selam kelas Alfa.

Pemasangan torpedo Mk-48 ADCAP dari USS Oklahoma City (SSN 723) tahun 2013. Torpedo yang dimaksud untuk menandingi kelincahan kapal selam kelas Alfa ini masih beroperasi sampai sekarang. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

KARAKTERISTIK UMUM

  • Bobot: 2,300 ton di permukaan, 3,200 ton saat menyelam
  • Panjang: 81.4 m
  • Lebar: 9.5 m
  • Draft: 7.6 m
  • Kedalaman selam:
    • Operasi normal: 350 m
    • Kedalaman tes: 400 m
    • Kedalaman maksimum: kemungkinan diatas 1300 m, kedalaman sesungguhnya saling kontradiktif di antara berbagai sumber.
  • Jumlah Compartment: 6
  • Awak: 27 perwira, 4–18 NCO; Sumber Russia: 32 orang
  • Reaktor: Reaktor OK-550 atau reaktor BM-40A, reaktor cepat berpendingin timbal-bismut, berkekuatan 155 MW
  • Turbin uap: OK-7K, berkekuatan 40,000 shp (30,000 kW)
  • Propulsi: 1 baling-baling
  • Kecepatan (menyelam): ~40 knots (46 mph; 74 km/h)
  • Persenjataan: 6 tabung torpedo kaliber 533 mm dengan rincian:
    • 18–20 torpedo SET-65A atau SAET-60A (atau)
    • 18–20 rudal jelajah SS-N-15 (atau)
    • 20–24 ranjau (atau)
    • Gabungan senjata-senjata diatas
  • Sistem:
    • Radar pencarian permukaan Topol MRK.50 (Snoop Tray), berjangkauan maksimum 40 km
    • Radar navigasi Sozh
    • Perangkat komunikasi bawah air MG-21 Rosa
    • Satelit komunikasi Molniya
    • Radio antena komunikasi Vint & Tissa
    • Sistem kontrol tempur Accord combat control system
    • Sistem kontrol penembakan Leningrad-705
    • Sonar aktif/pasif Ocean berjangkauan maksimum 70 km
    • Sonar deteksi ranjau MG-24
    • Yenisei sonar intercept receiver
    • Bukhta ESM/ECM
    • Chrome-KM IFF

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Alfa-class_submarine

The Navy Could Hear an Alfa-Class Submarine Coming, But Could It Outrun One? by Sebastien Roblin

https://nationalinterest.org/blog/reboot/navy-could-hear-alfa-class-submarine-coming-could-it-outrun-one-183576

Here’s Why the US Didn’t Attempt To Match Russia’s Titanium Submarines by Jesse Beckett

https://www.warhistoryonline.com/war-articles/heres-why-the-us-didnt-attempt-to-match-russias-titanium-submarines.html?chrome=1

Alfa_Class_Submarine By H I Sutton, Tue 01 May 2018

http://www.hisutton.com/Alfa_Class_Submarine.html

Project 705 Lira / Alfa class – Design

https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/705-design.htm

Project 705 Lira: Alfa class Attack Submarine (Nuclear Powered)

https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/705.htm

https://military-history.fandom.com/wiki/Alfa-class_submarine

Crazy Facts About The World’s Fastest Production Submarine – The Soviet Alfa Class BY OLAKUNLE BALOGUN; PUBLISHED MAY 27, 2020

https://www.google.com/amp/s/www.hotcars.com/crazy-facts-about-the-worlds-fastest-production-submarine-the-soviet-alfa-class/amp/

The ‘Alfa’ Attack Submarine Was Ahead of Its Time by ROBERT FARLEY

https://medium.com/war-is-boring/the-alfa-attack-submarine-was-ahead-of-its-time-452d9ef30f07

Project 705 and 705K “Lira” (NATO – “Alfa”)

http://www.deepstorm.ru/DeepStorm.files/45-92/nts/705/list.htm

“Goldfish” of Project 705: a mistake or a breakthrough in the XXI century? AUTHOR: Maxim Klimov; February 10 2021

https://en.topwar.ru/179764-zolotaja-rybka-proekta-705-oshibka-ili-proryv-v-hhi-vek.html

Alfa class Nuclear-powered attack submarine

https://www.military-today.com/navy/alfa_class.htm

Meet The Alfa-Class: Russia’s Fast And Deep Diving Super Submarine By Peter Suciu; Published April 19, 2022

Atomic torpedo and multipurpose submarines. Projects 705, 705А, 705Д; August 15 2012

https://en.topwar.ru/17757-atomnye-torpednye-i-mnogocelevye-podvodnye-lodki-proekty-705-705a-705d.html

Speed “Lira”: submarine project 705; November 26, 2013; AUTHOR: Ryabov Kirill

https://en.topwar.ru/36398-skorostnaya-lira-apl-proekta-705.html

This Is The World’s Fastest Production Submarine’s Crazy Molten Metal Cooled Reactor BY TYLER ROGOWAY; APR 19, 2020 3:54 PM

https://www.thedrive.com/the-war-zone/33074/this-is-the-worlds-fastest-production-submarines-crazy-molten-metal-cooled-reactor

Alfa (class) Nuclear-Powered Fast Attack / Experimental Submarine [ 1977 ]

https://www.militaryfactory.com/ships/detail.php?ship_id=alfa-class-attack-submarine-soviet-union

Small, but very dangerous for the enemy; August 13 2011; AUTHOR: Boris DRONOV Chief Researcher, Malachite St. Petersburg Bureau of Mechanical Engineering

https://en.topwar.ru/1559-mala-no-ochen-opasna-dlya-protivnika.html

Smarter (and Simpler) Radar in Harpoon by Larry Bon

http://www.admiraltytrilogy.com/cic/Harpoon/Smarter_Radars_for_Hpn.pdf

SET-65

https://weaponsystems.net/system/440-SET-65

Kapal Selam Serang Nuklir Multiguna Akula Class Asal Soviet: Senyap dan Mematikan!

https://www.google.com/amp/s/sejarahmiliter.com/kapal-selam-serang-nuklir-multiguna-akula-class-asal-soviet-senyap-dan-mematikan/sejarahmiliter/22/10/2020/18/45/amp/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *