Alutsista

Kapal Penjelajah Kelas Slava, Kapal Perang Terkuat Kedua Russia yang Bernasib Naas di Ukraina

Kelas Slava (“Slava” berarti “Kemuliaan”), dengan kode penunjukan Soviet Project 1164 Atlant (Rusia: Атлант, lit. ’Atlas‘), adalah kelas kapal penjelajah berpeluru kendali yang dirancang dan dibangun di Uni Soviet untuk Angkatan Laut Soviet, dan saat ini dioperasikan oleh Angkatan Laut Rusia. Pada masanya Kapal penjelajah kelas Slava adalah kapal perang permukaan terkuat kedua di Angkatan Laut Soviet.

Marshall Ustinov dari kelas Slava sedang berlayar. Pada masanya Kapal penjelajah kelas Slava adalah kapal perang permukaan terkuat kedua di Angkatan Laut Soviet. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

LATAR BELAKANG DESAIN

Kementerian pertahanan Soviet memiliki kecenderungan mengubah persyaratan selama pengembangan sistem senjata baru. Selama beberapa tahun, mereka akan mempertahankan persyaratan tertentu dan kemudian mengubahnya. Beberapa kali hal ini terjadi, yang berarti bahwa sistem senjata yang mumpuni kerap dihapuskan sama sekali atau produksinya dibatasi karena tidak dapat memenuhi persyaratan resmi. Salah satu perubahan dalam persyaratan semacam ini terjadi saat angkatan laut Soviet menginginkan sebuah kapal penjelajah ASW (Anti-Submarine Warfare/Anti Kapal Selam) besar ketimbang kapal penjelajah ASuW (Anti-Surface Warfare/Anti Kapal Perang Permukaan). Dengan demikian produksi kapal penjelajah kelas Kresta asli dibatasi menjadi hanya 4 kapal dan selanjutnya kelas Kresta II dikembangkan sebagai kapal penjelajah ASW, dimana sepuluh di antaranya bertugas di angkatan laut Soviet. Persyaratan lalu diubah lagi pada awal tahun 70-an dan angkatan laut Soviet sekarang menginginkan kelas kapal penjelajah untuk melawan ancaman permukaan. Persyaratan ini memunculkan kapal penjelajah kelas Slava, salah satu kapal permukaan bersenjata paling berat yang pernah ditugaskan. Angkatan Laut Soviet di sisi lain selalu tertinggal dari musuh utamanya, yaitu angkatan laut AS. Orang-orang Amerika memiliki armada yang mengesankan yang dipimpin oleh kapal-kapal induk. Negara operator kapal induk memungkinkan mereka untuk memproyeksikan kekuatannya jauh dari pangkalan mereka. Grup tempur kapal induk dapat digunakan untuk memblokir lautan sementara pesawatnya dapat menyerang target berbasis laut dan darat. Kapal-kapal induk telah digunakan untuk menegakkan blokade yang tidak memungkinkan pasukan kawan untuk memperkuat rekan mereka yang terjebak blokade. Blokade semacam itu bisa berarti kerugian besar di darat dan di laut. Oleh karena itu, Soviet ingin membangun kapal perang permukaan yang dapat memimpin armada untuk menghancurkan grup tempur kapal induk. Sementara itu pendapat populer menyatakan bahwa kelas Slava dibangun sebagai pelengkap dari kapal penjelajah tempur kelas Kirov. Pendapat ini sepertinya sangat masuk akal. Kapal penjelajah kelas Kirov adalah kapal perang permukaan terbesar dan paling bersenjata berat yang dirancang selama perang dingin. Desainnya yang inovatif membuat kelas Kirov mahal untuk dibuat dan dioperasikan. Kita tahu bahwa Soviet kerap melanggar kebijakan mereka sendiri untuk tidak membangun kapal dengan tujuan tunggal yang besar dan mereka lalu memutuskan untuk membangun kapal ‘cadangan’ untuk Kirov. Ini sepertinya menjadi alasan yang tepat untuk hal yang sama dalam pembangunan kelas Slava.

Admiral Yumashev, menjadi yang terakhir dari 10 kapal Kresta II yang dibangun untuk angkatan laut Soviet. Pada awal tahun 70-an dan angkatan laut Soviet sekarang menginginkan kelas kapal penjelajah untuk melawan ancaman permukaan. Persyaratan ini memunculkan kapal penjelajah kelas Slava, salah satu kapal permukaan bersenjata paling berat yang pernah ditugaskan. (Sumber: https://battlemachines.org/)
USS Midway (CV-41) awal tahun 1970-an. Angkatan Laut Soviet selalu tertinggal dari musuh utamanya, yaitu angkatan laut AS. Orang-orang Amerika memiliki armada yang mengesankan yang dipimpin oleh kapal-kapal induk. Oleh karena itu, Soviet ingin membangun kapal perang permukaan yang dapat memimpin armada untuk menghancurkan grup tempur kapal induk. (Sumber: https://www.seaforces.org/)
Battlecruiser kelas Kirov Rusia Pyotr Velikiy. Kelas Slava dibangun sebagai pelengkap dari kapal penjelajah tempur kelas Kirov. (Sumber: https://navyrecognition.com/)

Pekerjaan desain kelas Slava dimulai pada tahun 1960-an dan kapal tipe ini dijadwalkan akan dilengkapi dengan sistem propulsi konvensional, serangkaian sensor dan sistem pemrosesan, serta sejumlah besar persenjataan rudal untuk menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh pesawat-pesawat Barat dan ancaman melalui perairan terhadap wilayah dan kepentingan Soviet. Desain Kelas Slava didasarkan pada penggunaan rudal penjelajah P-500 Bazalt (kode NATO: SS-N-12 Sandbox)Berada di tengah-tengah antara battle-cruiser besar ‘Kirov‘ yang bertenaga nuklir dan perusak kelas ‘Sovremenny‘, kapal penjelajah kelas Slava yang lebih kecil mungkin dimaksudkan sebagai pelengkap dan alternatif yang lebih murah dari kapal-kapal yang lebih besar. Semua kapal penjelajah itu kini dipersenjatai dengan rudal P-1000 Vulkan AShM (versi upgrade dari P-500), yang dikembangkan pada akhir tahun 1970-an hingga akhir tahun 1980-an. Ada penundaan yang lama dalam program ini, sementara masalah dengan rudal Bazalt diselesaikan. Kapal-kapal ini kemudian bertindak sebagai kapal flagship untuk berbagai gugus tugas. Semua kapal Kelas Slava dibangun di galangan nomor 61 Kommunar di Mykolaiv (Nikolaev), Uni Soviet Ukraina. Kelas ini merupakan kelanjutan dari kapal penjelajah kelas Kara, yang oleh Angkatan Laut Soviet dikategorikan sebagai Kapal Anti-kapal selam Besar (Russ. BPK), yang dibangun di galangan kapal yang sama dan tampaknya dibangun di atas versi yang diperpanjang dari lambung kapal kelas Kara. Kelas Slava pada awalnya diberi nama BLACKCOM 1 (Black Sea Combatant1) dan kemudian diberi nama kelas Krasina untuk waktu yang singkat hingga Slava diujicoba di laut. Dikembangkan sebagai kapal serang permukaan, Kelas Slava memiliki kemampuan perang anti-udara dan anti-kapal selam (ASW). Kapal penjelajah ini dirancang untuk beroperasi dalam grup tempur dan bisa berlayar dalam jarak yang signifikan, serta dibuat untuk menjadi penghancur kapal induk. Karena tak ada yang revolusioner dari desain kapal ini, para pengamat Barat merasa bahwa kapal ini dibuat sebagai alternatif dari kegagalan kelas Kirov yang lebih radikal. Dek hanggar helikopter terletak sekitar setengah dek di bawah landasan pendaratan dengan sebuah ramp yang menghubungkan keduanya.

Rudal P-500 Bazalt (kode NATO: SS-N-12 Sandbox). Desain Kelas Slava didasarkan pada penggunaan rudal penjelajah P-500 Bazalt. (Sumber: https://weaponsystems.net/)
Kapal penjelajah Ukraina yang belum selesai di galangan kapal imeni 61 Kommunara di Mykolaiv pada tanggal 7 Desember 2013. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Awalnya, sepuluh kapal direncanakan untuk dibuat, tetapi dengan runtuhnya Uni Soviet, hanya tiga kapal yang selesai dibangun. Kapal keempat sempat diluncurkan, tetapi konstruksi akhirnya masih belum selesai, dan kapal tersebut belum ditugaskan untuk beroperasi. Setelah pembubaran Uni Soviet, tiga kapal yang telah selesai dibangun mulai beroperasi di Angkatan Laut Rusia, sementara kapal keempat yang baru 70% selesai, yang dinamai Ukraina, dialihkan kepemilikannya ke Ukraina. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan dan memperbarui kapal yang belum selesai. Pada tahun 2010, Presiden Ukraina Viktor Yanukovych menyatakan bahwa Rusia dan Ukraina akan bekerja sama dalam proyek ini. Rusia juga menyatakan minatnya untuk membeli kapal tersebut, yang sebelumnya telah ditawarkan oleh Ukraina untuk dijual. Namun, pada awal 2011, belum ada kesepakatan akhir yang dicapai antara kedua negara. Angkatan Laut Rusia memiliki rencana untuk meng-upgrade semua kapal kelas Slava mereka secara ekstensif selama tahun 2010-an; dan menyelesaikan kapal Ukraina mungkin berfungsi sebagai wahana uji coba untuk ini. Hingga bulan April 2022, lambung kapal keempat masih mengapung di galangan kapal Ukraina, belum selesai. Salah satu kapal kelas Slava, yakni Moskva, tenggelam di Laut Hitam pada tanggal 13 April 2022 setelah mengalami ledakan selama invasi Rusia ke Ukraina. Pejabat militer Ukraina mengklaim bahwa ini adalah hasil dari serangan rudal Neptune yang ditembakkan oleh Ukraina, sementara Rusia mengklaim bahwa badai dahsyat menyebabkan ledakan amunisi kapal perang itu, yang mengakibatkan tenggelamnya kapal tersebut.

DESAIN

Dirancang sebagai battle cruiser (penjelajah tempur), Kelas Slava lebih kecil dan lebih murah daripada kapal setipe, yang memiliki kemampuan serupa. Desainnya mengintegrasikan rudal P-500 Bazalt, yang merupakan alternatif konvensional dari rudal yang dipasang di kapal penjelajah tempur Kelas Kirov. Rudal ini memiliki jangkauan sekitar 550 km dan dapat membawa hulu ledak konvensional seberat 1.000 kg atau hulu ledak nuklir dengan kekuatan 350 kT. Derek dipasang di kapal untuk menangani kapal, sementara rudal anti-kapal dipasang di kedua sisi superstruktur, yang memberikan memberikan Kelas Slava tampilan yang mudah dikenali. Banyak sumber menyebutkan bahwa kelas Slava memiliki kemampuan untuk membawa rudal darat-ke-udara SA-N-6 bersenjata nuklir, dan torpedo nuklir kaliber 21 inci, selain rudal SS-N-12, yang dibawanya. Sumber-sumber Soviet sebaliknya membantah bahwa rudal SA-N-6 di kapal itu memiliki berkemampuan nuklir. Mereka juga menunjukkan bahwa derek di atas kapal digunakan untuk menangani kapal, dan bukan untuk memuat atau memuat ulang rudal SA-N-6, sebuah prosedur yang hanya bisa dilakukan di sisi kiri kapal. Kapal penjelajah rudal kelas Slava memiliki profil desain yang sepenuhnya konvensional, yang dibuat dengan haluan miring ke atas, superstruktur terpusat, dan dek pendaratan helikopter di bagian buritan. Kelas Slava memiliki meriam tunggal di sepanjang dek depan, peluncur rudal besar di kiri dan kanan bangunan utama kapal, serta tiang depan tertutup yang berisi peralatan radar, komunikasi, dan sistem pemrosesan yang sensitif. Anjungan dipasang tinggi di atas struktur utama untuk mendapatkan pemandangan yang lapang di depan. Struktur utama buritan berisi tiang belakang dan sepasang cerobong asap tertutup dengan profil rendah. Cerobong kembar ini dipasang untuk mengeluarkan gas buang dari sistem propulsi turbin gas.

Detail layout persenjataan dan sistem sensor Kelas Slava. (Sumber: https://www.reddit.com/)

Di buritan terdapat dek pendaratan helikopter kecil yang dapat menampung sebuah helikopter angkatan laut twin-rotor Kamov Ka-25 atau Ka-27 atau sejenisnya (helikopter perang anti-kapal selam yang dirancang khusus untuk mencari, melacak, dan menyerang kapal selam musuh). Lambung Kelas Slava tampaknya berasal dari kelas Kara yang diperbesar dengan lebar dan panjang yang ditingkatkan untuk mengakomodasi berbagai sistem senjata baru. Ukuran yang lebih besar juga meningkatkan stabilitas dan memungkinkan ketinggian tiang radar ditingkatkan. Lapisan armor pada kelas Slava terdiri dari bahan yang mampu untuk menahan pecahan peluru dan semacamnya. Kapal ini sayangnya memiliki kemampuan pengendalian kerusakan yang buruk karena bahan yang mudah terbakar digunakan dalam strukturnya. Kelas Slava memiliki panjang keseluruhan 186,4m, lebar 20,8m, dan draft8,4m. Bobot penuh kapal penjelajah ini adalah 11.490 ton. Kapal tersebut dapat menampung 476-529 awak kapal. Dalam kapal penjelajah ini fasilitas akomodasi bagi awaknya telah meningkat pesat dibanding kapal-kapal perang permukaan Soviet sebelumnya. Fasilitas yang disediakan termasuk jaringan televisi dan radio laut, unit medis, perpustakaan, ruang bioskop, binatu, toko roti, salon rambut, gym, dan bahkan sebuah sauna. Kelas Kresta yang hadir sebelum kelas Slava ditenagai oleh mesin uap yang diketahui kerap bermasalah. Pada saat Slava dikembangkan, mesin turbin gas menjadi pilihan yang dianggap lebih baik untuk menggerakkan kapal perang permukaan. Kelas Slava kemudian dilengkapi dengan sistem propulsi turbin gas atau gas gabungan (COGOG). Sistem COGOG memungkinkan dihasilkannya output tenaga mesin yang rendah dan tinggi untuk kecepatan jelajah umum dan kecepatan tinggi. Konfigurasi ini memungkinkan pengelolaan penyimpanan bahan bakar yang terbatas yang lebih baik dan lebih banyak fleksibilitas dalam mode pelayaran dibandingkan konfigurasi mesin lama. Empat mesin turbin gas M8KF yang menggerakkan dua poros menghasilkan kekuatan total sekitar 120.000hp. Kelas Slava memakai 2 mesin turbin gas M70 berkekuatan masing-masing 10.000 SHP untuk berlayar dengan kecepatan jelajah sedangkan 4 turbin M8KF yang masing-masing menghasilkan kekuatan 27.500 SHP dipakai untuk berlayar kecepatan tinggi. Kelas Slava juga memiliki boiler yang menggunakan knalpot dari turbin ini untuk memasok uap ke mesin turbin uap, sementara mesin turbin gas menggerakkan 2 poros yang menggerakkan 2 baling-baling di bawah buritan. Sistem propulsi ini mampu memberikan kecepatan maksimum sebesar 32 knot. Kapal ini memiliki jangkauan 2.500nm (4.630 km) pada kecepatan 30 knot dan maksimum 6.800nm (12,600 km) pada kecepatan 18 knot.

Sama seperti hampir semua kapal Soviet modern, kelas Slava menggunakan pintu buritan yang serupa untuk memasang sonar tarik. (Sumber: https://battlemachines.org/)
Penempatan persenjataan pada kelas Slava 1) AK-130, 2) P-500 Bazalt, 3) RBU-6000, 4) AK-630, 5) S-300, 6) OSA-MA. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
16 P-500, 2 Ak-630, Ak-130 laras ganda dan 2 RBU-6000 dari kelas Slava terlihat jelas di foto ini. (Sumber: https://battlemachines.org/)

Kelas Slava dipersenjatai dengan 16 rudal anti-kapal P-500 Bazalt (SS-N-12 Sandbox), 64 rudal permukaan-ke-udara jarak jauh S-300F Fort (SA-N-6 Grumble) dan sistem rudal SAM (rudal permukaan-ke-udara) OSA-M (SA-N-4 Gecko). Sistem ini dilengkapi dengan peluncur putar Zif-122 yang dapat ditarik untuk rudal 9M33M (OSA). Meriam fungsi ganda AK-130 berlaras ganda kaliber 130mm dipasang di kapal, yang dapat menembakkan sepuluh hingga 40 peluru per menit. Ada juga enam sistem senjata jarak dekat (CIWS) AK-630 yang dipasang di kapal, yang terdiri dari kanon Gatlingotomatis kaliber 30mm enam laras, radar pengendalian tembakan, dan sistem penjejak elektro-optik. Sistem CIWS AK-630 memberikan Kelas Slava kemampuan pertahanan diri terhadap rudal anti-kapal dan senjata berpemandu lainnya, dengan kecepatan penembakan 5.000 peluru per menit. Kelas Slavadilengkapi dengan dua tabung torpedo quintuple M57 (dudukan format lima tabung) kaliber 533mm. Sistem senjata anti-kapal selam yang digunakan kapal kelas ini mencakup dua peluncur roket RBU 6000. Roket ini dapat diluncurkan untuk melawan kapal selam dalam jarak 6 km. Pengaturan layoutpersenjataan kelas Slava adalah sebagai berikut. Peluncur rudal rudal SS-N-12 dapat dengan mudah diidentifikasi dengan terpasang miring menghadap ke depan sekitar 8° ke atas dalam posisi siap menembak, tanpa adanya kemampuan reload (pengisian ulang). Pengaturan ini dimaksudkan untuk menghemat ruang, merapikan geladak, dan memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar sehubungan dengan pemuatan senjata. Peluncur rudal ini dipasang dalam tumpukan kembar delapan silinder di setiap sisi kapal. Setiap silinder memiliki sebuah rudal anti-kapal P-1000 Vulkan (SS-N-12 Sandbox). Rudal ini dapat dikoordinasikan dan diarahkan oleh platform independen (seperti pesawat pengintai maritim) dan salvo tembakan beberapa rudal dapat saling berkomunikasi satu sama lain untuk mendeteksi dan menyerang target mereka. Sebagai perbandingan, rudal Vulkan tiga kali lebih besar, empat kali lebih cepat, dan membawa hulu ledak dua kali lebih besar dari rudal BGM-109 Tomahawk Amerika, meskipun Tomahawk memiliki jangkauan tiga kali lipat dan (yang terpenting) dapat menyerang target darat.

Penempatan peluncur P-500 Bazalt (SS-N-12 Sandbox) yang khas di kelas Slava. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Tampilan jarak dekat dari peluncur rudal SA-N-6 dengan radar kontrol tembakan 3R41 VolnaTop Dome” di kapal kelas Slava. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Helikopter Ka-27 di atas kapal Varyag (011), penjelajah kelas Slava Angkatan Laut Rusia. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Di belakang cerobong asap kembar terdapat delapan silinder, menyerupai silinder pistol revolver. Setiap silinder memiliki delapan rudal Surface to Air (SAM) (S-300F/SA-N-6) Fort. Rudal ini dapat digunakan untuk mengamankan aset armada angkatan laut kawan, atau melindungi sebidang tanah yang dekat dengan laut. Kemampuan ini digunakan saat ini, misalnya untuk mengamankan pangkalan Rusia di Latakia, Suriah. Rudal-rudal ini ditempatkan dalam silinder yang disimpan dan diluncurkan secara vertikal (VLS). Kemudian dua silinder untuk rudal SAM jarak pendek bisa ditemukan di buritan. Satu silinder berada di setiap sisi hanggar dengan dua belas rudal SAM B-203A VLS SA-N-4 Osa, dengan total 40 rudal Gecko bisa dibawa. Satu posisi meriam Dual-Purpose 130mm/70 (AK-130) kembar bisa ditemukan di haluan dan enam (2 di depan peluncur roket RBU-6000 dan 4 di samping tiang radar sekunder) senjata CIWS gatling AK-630/54 kaliber 30mm enam laras untuk pertahanan titik terpasang diatas kapal. Meriam AK-130 ini dapat digunakan untuk tugas pengeboman pantai, menyerang kapal yang lebih kecil, dll, sementara Sistem CIWS gatling AK-630 memberikan garis pertahanan terakhir terhadap ancaman pesawat dan rudal. Melengkapi perlengkapan senjata di kelas Slava adalah sepuluh tabung torpedo kaliber 533mm (5×2) dan dua dudukan roket RBU-6000 ASW dengan total 144 roket tersedia. Peluncur roket ini diposisikan di antara baterai rudal P-500 di depan anjungan. Roket ini merupakan senjata pertahanan terakhir untuk melawan torpedo dan kapal selam musuh. Kelas Slava memiliki dek helikopter yang memungkinkan pengoperasian helikopter Kamov tipe Ka-25 atau Ka-27. Hanggar helikopter yang terletak di bawah landasan pendaratan dihubungkan melalui sebuah ramp. Kapal ini diketahui memiliki fasilitas penyimpanan untuk membawa 6 ton bahan bakar penerbangan. 

KELEMAHAN

Kapal penjelajah kelas Slava diutamakan pada karakteristik ofensifnya daripada karakteristik defensifnya. Titik lemah kelas Slava adalah pada pertahanan udaranya. Kapal kelas ini memiliki stok persediaan rudal S-300F yang lebih sedikit, yakni 64 rudal, dibandingkan dengan 96 rudal pada kapal penjelajah kelas Kirov, dan hanya dilengkapi oleh sistem pertahanan udara Osa-M yang sudah ketinggalan zaman (sebagai perbandingan, kapal penjelajah kelas Kirov memiliki 16 peluncur rudal 3K95 “Kinzhal/Dagger” yang lebih baru) dan senjata otomatisnya dinilai tidak cukup efektif. Selain itu, karena hanya ada satu radar pemandu 3P41 Volna, kompleks rudal anti-pesawat Fort hanya dapat digunakan untuk menangkis serangan hanya dari satu arah pada satu waktu, dan jika radar 3P41 Volnaitu gagal berfungsi, pertahanan udara jarak jauh kapal akan lumpuh total. Sebagai perbandingan, kapal penjelajah kelas Kirov memiliki dua radar 3P41, yang memungkinkan mereka menangkis serangan dari beberapa arah pada saat yang sama dan tidak berisiko kehilangan pertahanan udara jarak jauhnya saat salah satu radar gagal berfungsi.

Dalam foto ini Varyag baru saja meluncurkan salah satu dari 16 rudal AShM besarnya. Kelamahan kelas Slava adalah pada pertahanan udara dan sistem back up radarnya. (Sumber: https://battlemachines.org/)

SISTEM SENSOR

Kelas Slava dilengkapi dengan berbagai perangkat sensor dan sistem pemrosesan yang dipimpin oleh radar pencarian jarak jauh Voskhod/Top Pair MR-800 series 3D yang kuat dan menyediakan rangkaian informasi digital modern untuk “melihat ke segala arah”. Radar Top Pair memiliki jangkauan minimal 0,9 km dan maksimum 370,4 km, serta ketinggian maksimum 30.480 meter. Radar ini digabungkan dengan radar pencarian udara 3D MR-710 Fregat (pada kapal Admiral Lobov dan Varyag) yang berjangkauan 0,6 km-296,3 km, dipakai untuk menghadapi ancaman udara yang datang. Kapal penjelajah kelas Slava, yakni Moskva dan Marshal Ustinov menggunakan radar Top Steer di tiang depan dan Top Pair di tiang belakang. Kapal ketiga Varyag memakai Top Plate menggantikan radar Top Steer. Sementara itu gambar kapal ke-4 Ukrayina menunjukkan dia juga memakai radar Top Plate dan Top Pair. Jadi dengan ini kelas Slava memiliki sistem pertahanan udara utamanya yang sama dengan kelas KirovMarshal Ustinov sedang menjalani reparasi besar yang menggantikan radar Top Steer dengan radar Top Platesedangkan Top Pair digantikan oleh radar Podberozovik L-Band (yang akan disebut sebagai Flat Screen). Dua kapal lainnya, Moskva dan Varyag rencananya akan menjalani reparasi yang sama setelah Marsekal Ustinov dikirim kembali ke Angkatan Laut Rusia. Sistem navigasi kapal dibantu oleh perangkat “Palm Frond” dan pengendalian tembakan yang terdiri dari beberapa instalasi radar dan sistem yang terkait – seri radar Bass Tilt (jangkauan antara 0,2-22,2 km) untuk senjata CIWS AK-360 yang menangani ancaman udara jarak pendek (termasuk rudal jelajah), MPZ-301 Baza untuk rudal SAM (Surface- to-Air Missile), sistem kontrol Door-C untuk rudal SSM (Surface-to-Surface Missile). Radar MPZ-301 Baza yang  digunakan untuk mendukung sistem SAM SA-N-4 Gecko, dilengkapi dengan perangkat Identifikasi Kawan atau Lawan (IFF), dengan sistem Pulsa Doppler yang mampu menjejak target secara berkelanjutan. Radar ini mampu mendeteksi target udara mulai dari ketinggian 0 meter hingga 30.480 m dengan jarak jangkau 0.2 km-44.4 km. Sistem lain yang dipasang termasuk radar pemandu rudal 3R41 Top Dome, sistem kontrol penembakan Front Door dan sistem kontrol senjata Kite Screech. Sementara itu sistem Intercept and jamming antenna (the “Kol’cho” suite) membantu mengelola sistem peperangan elektronik onboard dan dispenser 2 x 140mm PK-2 DL series chaff-flaredipasang untuk menggagalkan ancaman radar dan radar yang datang. Kapal penjelajah kelas Slava juga dapat digunakan untuk melacak dan menghancurkan kapal selam musuh. Kapal ini membawa sonar MG-332 Tigan-2T berjangkauan 27,8 km yang terintegrasi ke haluan dan sonar tarik kedalaman Platina “Horse Tail” MF VDS (Variable Depth Sonar) berjangkauan 74,1 km yang dipasang di buritan. Sonar tarik adalah perangkat sensor penting untuk setiap kapal berkemampuam ASW. Sonar tersebut memiliki hidrofon yang disematkan di bagian belakang. Karena hidrofon ini berada jauh dari kapal, bahkan suara yang paling lemah pun dapat didengar dan diidentifikasi. Kemampuan ini bisa membuat perbedaan besar selama pertempuran karena kapal selam musuh dapat dideteksi sebelum mereka dapat merusak aset kawan di wilayah tersebut.

Kelas Slava dilengkapi dengan berbagai perangkat sensor dan sistem pemrosesan yang dipimpin oleh radar pencarian jarak jauh Voskhod/Top Pair MR-800 series 3D yang kuat dan menyediakan rangkaian informasi digital modern untuk “melihat ke segala arah”. (Sumber: https://battlemachines.org/)

PERSENJATAAN

Rudal Anti Kapal P-1000 Vulkan

Pengembangan rudal anti-kapal jarak jauh P-1000 Vulkan dimulai pada tahun 1979 dan kurang dari satu dekade kemudian memasuki layanan aktif dengan Angkatan Laut Soviet. Dimaksudkan sebagai pengganti rudal Bazalt, yang diperkenalkan pada awal 1970-an, Vulkan menampilkan kecepatan supersonik Mach 2,8 yang ditingkatkan, dengan perkiraan jangkauannya sekitar 700 kilometer dan dapat dilengkapi dengan hulu ledak nuklir berkekuatan 350 kiloton. Tujuan dari sistem rudal yang mengerikan ini adalah untuk memungkinkan kapal selam dan kapal penjelajah rudal Rusia untuk menyerang grup tempur kapal induk lawan dari jarak yang aman. Berat rudal Vulkan bertambah 1-2 ton dibanding rudal Bazalt yang digantikannya. Rudal itu memiliki mesin turbojet dan akselerator bubuk mesiu di awal penerbangannya. Sama seperti pendahulunya, Vulkan melintasi sebagian besar jarak menuju ke targetnya di ketinggian dan menukik hingga ketinggian lebih dari 10 meter selama tahap akhir penerbangannya, yang membuatnya hampir tidak terlihat oleh radar musuh. Menawarkan kecepatan jelajah lebih dari 600 meter per detik dan lebih dari 1.000 meter saat mendekati target, Vulkan tetap lebih cepat dibanding rudal Harpoon dan Tomahawk yang berkecepatan subsonik. Hulu ledaknya yang berbobot 500 kg memiliki ‘pukulan’ yang cukup untuk merusak kapal perusak, kapal penjelajah, atau bahkan kapal induk. Sistem panduannya menggabungkan sistem autopilot midcourse, penjejak radar terminal, komputer digital dan peningkatan kinerja terhadap gangguan elektronik dengan kemampuan untuk memilih target di fase terminal penerbangannya. Para ahli mengatakan bahwa meskipun rudal Vulkan sudah ada pada akhir tahun 1980-an, namun rudal ini masih menjadi senjata top yang belum ada tandingannya. P-1000 telah dipasang di kapal penjelajah kelas Slava Varyag, dan beberapa sumber melaporkan rudal P-1000 terpasang di kapal saudaranya Moskva, yang ditenggelamkan oleh Ukraina.

Rudal P-1000 Vulkan. (Sumber: https://missiledefenseadvocacy.org/)
Dalam foto kapal Varyag ini, tutup silo P-1000 terlihat dalam posisi terbuka. Kita bisa melihat seberapa besar rudal dibandingkan dengan para pelaut yang berdiri di bawahnya. (Sumber: https://battlemachines.org/)

Rudal SAM S-300F (SA-N-6) Fort

Pengembangan sistem rudal SAM S300F dimulai bersamaan dengan sistem SAM S300PMU pada tahun 1969, dan diperkenalkan pada tahun 1984. Keduanya menggunakan varian rudal yang sama yaitu 5V55RM, yang dalam sistem SAM S300F yang dapat menyerang target pada jarak antara 7–90 km (4,3–56 mil; 3,8–49 nm) dan kecepatan menuju target maksimum hingga Mach 4, sedangkan ketinggian terbangnya dikurangi menjadi 25–25.000 m (82–82.021 kaki). Sistem ini dapat menggunakan radar Top SteerTop PairTop Plate untuk akuisisi target sedangkan radar Top Dome memberikan informasi penargetan ke rudal yang sedang menuju target. Sistem ini dapat memandu 2 rudal pada 3 target individu secara bersamaan dengan bisa saling beralih di antara rudal yang diluncurkan. Pemasangan dan uji coba laut pertama rudal ini dilakukan pada kapal penjelajah kelas Karadan juga dipasang pada kapal penjelajah kelas Slava dan kapal penjelajah kelas Kirov. Sistem rudal ini disimpan dalam delapan peluncur putar berkapasitas 8-rudal di bawah geladak pada kelas Slava atau dua belas pada kelas Kirov. Versi ekspor dari sistem ini dikenal sebagai Rif (Rusia: Риф atau karang). Kode penamaan NATO untuk sistem rudal ini adalah Grumble.

Rudal sistem SAM S300. (Sumber: https://www.ausairpower.net/)
Peluncur revolver SAM S300F. (Sumber: https://sakhalianet.x10.mx/)

SA-N-4 “Gecko

4K33 “OSA-M” (kode NATO SA-N-4 “Gecko”) diperkenalkan pada tahun 1972 dan merupakan versi angkatan laut dari sistem rudal anti pesawat jarak pendek 9M33M yang dipasang pada peluncur ganda yang dapat berputar Zif-122 dengan performa yang telah ditingkatkan. Sistem rudal Gecko dipasang pada fregat kelas Gepard, kapal penjelajah rudal kelas Kara, kapal penjelajah VTOL kelas Kiev dan juga kelas KirovSlava, dan Fregat kelas Krivak. Jarak jangkau untuk rudal Gecko versi awal (9M33M2 “Osa-A”) adalah sekitar 2-9 km (1,3-5,6 mil) dan ketinggian operasionalnya adalah antara 50–5.000 m (164–16.400 kaki). Rudal versi perbaikan 9M33M3 sangat meningkatkan jangkauan ketinggiannya hingga 10–12.000 m (33–42.500 kaki), dan dengan demikian juga dapat terbang lebih jauh (sekitar 15 km/9 mil), tetapi sistem ini tidak dapat menyerang target pada jarak yang lebih jauh karena faktor lain seperti sistem penjejak radar pada rudal.

Peluncur rudal SA-N-4 dalam dudukan ganda. (Sumber: https://sakhalianet.x10.mx/)

Sistem ini dirancang untuk digunakan terutama melawan pesawat jet dan helikopter dalam segala jenis cuaca. Rudal 9M33 memiliki panjang 3,158 m (10,3 kaki), berat 126 kg (278 lb) dan menggunakan sistem panduan komando. Ada juga sistem penjejak optik bercahaya rendah sebagai cadangan untuk lingkungan ECM (gangguan elektronik) yang berat. Rudal 9M33M3 terbaru memiliki bobot total yang meningkat menjadi 170 kg (375 lb) untuk memberikan jangkauan jangkauan yang lebih luas dan hulu ledak yang lebih besar. Propulsi rudal disediakan oleh motor roket berbahan bakar padat berpendorong ganda. Kedua versi menampilkan kecepatan rudal sekitar Mach 2,4 (bisa meningkat hingga sekitar Mach 3) untuk kecepatan menyerang target maksimum sekitar Mach 1,4 untuk rudal asli dan Mach 1,6 untuk rudal M2\M3. Hulu ledak untuk versi awal dan M2 berbobot 19 kg (42 pon), meningkat menjadi 40 kg (88 lb) di versi M3 untuk meningkatkan performanya melawan helikopter. Semua versi memiliki impact dan proximity fuzes. Tingkat keberhasilan untuk sistem rudal versi awal adalah sekitar 35-85%, tergantung ketinggian target. Pada model-model produksi selanjutnya, tingkat probabilitas kill nya meningkat menjadi 55-85%. Hulu ledak Gecko disebutkan memiliki radius mematikan hingga 5 m di ketinggian rendah terhadap target seukuran Pesawat Tempur F-4 Phantom. Dilihat dari kemampuan dan jangkauannya, Gecko memang tidak ideal untuk menjadi senjata pertahanan satuan tugas yang lebih besar.

Peluncur Roket RBU-6000

RBU-6000 Smerch-2 (Реактивно-Бомбовая Установка, Reaktivno-Bombovaja Ustanovka) adalah peluncur roket anti-kapal selam Soviet berkaliber 213 mm. Sistem senjata ini pada prinsipnya mirip dengan sistem Hedgehog Royal Navy yang digunakan selama Perang Dunia Kedua. Sistem ini mulai beroperasi pada tahun 1960-61 dan dipasang ke berbagai kapal perang permukaan Rusia. Sistem ini terdiri dari susunan dua belas tabung peluncur berbentuk tapal kuda, yang diarahkan dari jarak jauh oleh sistem kendali tembakan Burya (yang juga dapat mengendalikan RBU-1000 yang jaraknya lebih pendek). Peluncur ini menembakkan bom dalam RGB-60 tanpa pemandu. Roket biasanya ditembakkan dalam salvo 1, 2, 4, 8 atau 12 peluru. Proses pengisian ulang dilakukan secara otomatis, dengan setiap munisi dimasukkan ke peluncur oleh sistem pemuatan 60UP dari magasin penyimpanan di dek bawah. Kapasitas magasin penyimpanan tipikalnya mampu menyimpan 72 atau 96 amunisi per peluncur. Sistem senjata ini juga dapat digunakan untuk tugas pemboman pantai.

Peluncur roket anti-kapal selam RBU-6000 “Smerch-2″. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Type 53 Torpedo

Dari berbagai sumber tidak pernah disebutkan secara pasti mengenai tipe torpedo yang dipasang pada kapal penjelajah Kelas Slava, namun jika melihat tahun penggelarannya sekitar tahun 1980-an, kemungkinan torpedo yang digunakan adalah torpedo tipe 53. Torpedo tipe 53 digunakan pada hampir semua kapal selam Soviet dan banyak kapal perang permukaannya. Kapal permukaan menggunakan varian anti-kapal selam, kecuali untuk kapal torpedo di awal Perang Dingin yang juga menggunakan varian anti-kapal. Kebanyakan torpedo Tipe 53 yang digunakan dalam peran anti-kapal permukaan menggunakan hulu ledak berbobot 200 hingga 300 kg. Varian anti-kapal selam memiliki ukuran hulu ledak lebih kecil antara 100 hingga 200 kg. Sistem peledakannya berdasarkan deteksi akustik, kontak atau peledakan berdasar waktu tertentu, atau kombinasi keduanya. Tipe 53 juga ada yang memiliki hulu ledak nuklir berkekuatan 20 kT yang akan meledak di lokasi yang telah ditentukan. Versi terakhir di kelas ini adalah torpedo laut berat UGST (Fizik-1) memiliki jangkauan hingga 60 km (versi ekspor dibatasi hingga 40 km).

Peluncur torpedo kaliber 533 milimeter. (Sumber: https://sakhalianet.x10.mx/)

Meriam AK-130

AK-130 adalah meriam laut berlaras ganda otomatis rancangan Rusia dengan kaliber 130 milimeter (5,1 inci), yang mampu menembakkan 10-40 peluru per menit (per laras meriam). Meriam ini memiliki elevasi laras hingga 85 derajat. Jarak tembak maksimumnya adalah 23.000 m untuk target permukaan, 15.000 m untuk target pesawat dan 8.000 m untuk target rudal. Sistem pengendalian tembakan AK-130 memiliki perangkat koreksi penglihatan untuk semburan peluru yang jatuh dan pembidik target manual untuk menembak sasaran pantai. Laju tembaknya yang tinggi, jika dilengkapi dengan jenis peluru yang memadai, memungkinkan meriam ini berfungsi sebagai artileri anti-pesawat. Peluru yang digunakan memiliki peledak dengan detonator jarak jauh dan berbasis radar. Meriam ini ini didukung radar MR-184, sebuah radar dual-band. Radar ini secara bersamaan dapat melacak dua target. Jangkauannya adalah 75 km dengan jangkauan pelacakan 40 km. Berat sistemnya sendiri adalah 8 ton.

Meriam kembar AK-130 kaliber 130 milimeter. (Sumber: https://sakhalianet.x10.mx/)

Meriam Otomatis AK-630

AK-630 adalah meriam angkatan laut otomatis Soviet dan Rusia, yang bertugas sebagai sistem senjata jarak dekat. Penamaan “630” pada senjata ini mengacu pada enam laras meriam dan peluru kaliber 30 mm yang digunakannya. Sistem ini dipasang di turret otomatis tertutup dan diarahkan oleh radar MR-123 serta perangkat deteksi dan pelacakan berbasis televisi. Tujuan utama senjata itu adalah sebagai senjata pertahanan terhadap ancaman pesawat terbang dan helikopter. Sebagai salah satu sistem CIWS yang teruji dan terbukti, keefektifannya melawan rudal antikapal telah dibuktikan selama bertahun-tahun dalam latihan, menjadikannya senjata antipesawat yang umum dipakai di sebagian besar kapal angkatan laut Soviet. AK-630 juga dapat digunakan untuk melawan kapal dan kapal kecil lainnya, target pesisir, dan ranjau terapung. Setelah beroperasi, sistem ini dengan cepat diadopsi dan dipasang di setiap kapal perang Soviet baru (dari pemburu ranjau hingga kapal induk). AK-639 bisa digelar hingga delapan unit di kapal yang lebih besar. Ratusan sistem senjata ini telah diproduksi secara total. Sistem lengkap senjata ini disebut sebagai A-213-Vympel-A, yang terdiri dari dudukan meriam AK-630M, sistem Radar pengontrol tembakan MR-123-02, dan Sistem Penjejak Elektro Optik SP-521. Sistem radar MR-123 tunggal dapat secara bersamaan mengontrol dua meriam, baik dua dudukan meriam kaliber 30 mm, atau dua dudukan meriam kalibe 57 mm, atau satu meriam kaliber 30 mm dan satu meriam kaliber 57 mm. Sistem radar dapat menyerang target udara dan permukaan masing-masing pada jarak 4 dan 5 kilometer (2,5 dan 3,1 mil). Sistem elektro-optik dapat mendeteksi target udara seukuran jet tempur MiG-21 sejauh 7 kilometer (4,3 mil), sementara target permukaan seukuran kapal torpedo dapat dideteksi pada jarak hingga 70 kilometer (43 mil). Fitur yang tersedia termasuk mode pengawasan dan pelacakan, kekebalan gangguan elektronik tinggi, laser range finder dan penglihatan optik berbasis TV. Sistem ini beroperasi di hampir semua kapal perang Angkatan Laut Rusia mulai dari kapal serang cepat hingga kapal penjelajah kelas Kirov.

Meriam kaliber 30 milimeter AK-630. (Sumber: https://sakhalianet.x10.mx/)

Dudukan senjata sepenuhnya otomatis, dan juga dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh operator baik dari konsol kontrol atau melalui pembidik senjata yang dipasang dari jarak jauh. Sistem ini memiliki laju penembakan yang lebih tinggi daripada model CIWS Goalkeeper dan Phalanx (Blok 1 dan yang lebih lama). Mereka sering dipasang berpasangan, dengan sebanyak empat pasang dipasang di kapal yang lebih besar, yang memberikan lapisan pertahanan titik (terakhir) yang efektif. Namun, seperti semua CIWS berbasis meriam, mereka mengalami masalah jeda waktu penyerangan yang singkat dan membutuhkan banyak tembakan untuk bida memberantas ancaman secara efektif. Sistem CIWS ini memiliki elevasi laras senjata +88°/ -12° (dengan kecepatan 50°/dtk) dan +90°/-25° (kecepatan 60°/dtk) untuk tipe AK-630M-2. AK-630 bisa berputar ±180° dengan kecepatan 70°/dtk atau 80°/dtk untuk tipe AK-630M-2. Tingkat kecepatan tembaknya adalah 4.000–5.000 peluru/mnt (AK-630M) dan 10.000 peluru/mnt (untuk varian AK-630M1-2). Kecepatan larasnya 880–900 m/dtk (2.900–3.000 kaki/dtk). Jarak tembak efektif sistem ini adalah 4.000 m (13.000 kaki) untuk sasaran udara, 5.000 m (16.000 kaki) untuk sasaran maritim, serta 5.000 m (16.000 kaki) untuk semuanya, pada varian AK-630M-2). Jarak tembak maksimum proyektil dengan kemampuan menghancurkan diri sendiri akan efektif setelah melewati jarak 5.000 m (16.000 kaki). Sistem senjata ini diumpankan oleh sabuk peluru berkapasitas 2.000 butir (tambahan 1.000 butir di tempat amunisi cadangan) pada AK-630M dan 4.000 peluru pada varian AK-630M1-2.

SEJARAH PENGOPERASIAN

Nama “Slava” dalam sejarah armada laut Rusia telah digunakan oleh beberapa kapal. Sebuah Fregat dengan 16 meriam bernama Slava aktif dipakai dalam perang tahun 1768-1774 melawan Turki, pada akhir abad XVIII. Kemudian kapal ini digantikan oleh fregat bersenjata 38 meriam yang menjaga perairan Laut Baltik, dan selama Perang Dunia Pertama, kapal tempur “Slava” bertempur melawan kapal-kapal perang Angkatan Laut Jerman. Selama tahun 1973-1987 Soviet dengan penuh semangat melanjutkan perluasan armada kapal perang permukaan mereka. Mereka memperkenalkan dua kelas kapal perusak besar — Sevremennyy dan Udaloy — serta kapal penjelajah kelas Slava dan kapal penjelajah bertenaga nuklir kelas Kirov seberat 28.000 ton. Kapal pertama di kelas Slava yang diberi nama sama mulai diletakkan lunasnya oleh galangan kapal Kommunara 61 pada tanggal 5 November 1976, dan diluncurkan 3 tahun kemudian, di tanggal 27 Juli 1979. Slava, kemudian mulai ditugaskan pada tanggal 30 Januari 1983. Nama Slava lalu diganti menjadi Moskva pada tahun 1995. Kapal kedua, Marshal Ustinov (sebelumnya Admiral Lobov), ditugaskan pada tahun 1986 dan kapal ketiga, Varyag, ditugaskan pada tahun 1989. Awalnya diyakini bahwa setidaknya delapan dan paling 20 kapal penjelajah kelas Slava telah direncanakan dibuat, untuk menggantikan kelas Kynda dan Kresta saat keduanya pensiun. Tapi rencana seperti itu tidak terbukti dalam aktivitas pembangunan kapal perang permukaan Soviet di era Perang Dingin yang sebenarnya. Prioritas rendah yang melekat pada kelas ini terlihat dari periode konstruksi kapal kelas ini yang luar biasa lama dan baru diselesaikan pada akhir Perang Dingin, serta fakta bahwa hanya ada empat unit yang dibuat. Pada tahun 1990 tiga dari kapal kelas ini sudah beroperasi, dengan yang keempat sedang dibangun. Kapal kelas keempat, Ukraina, diluncurkan pada tahun 1990 dan tidak pernah ditugaskan. Kapal penjelajah yang tersisa di kelas tersebut, Oktyabrskaya Revolutsiya (Rossiya) dan Admiral Gorshkov, dibatalkan karena kekurangan dana. Kapal Moskva mengalami reparasi besar-besaran selama tahun 1990 dan masuk kembali dalam dinas operasional pada akhir tahun 1998. Kapal ini menyelesaikan perombakan besar-besaran pada bulan Desember 2009 dan masuk kembali dalam dinas operasional pada awal tahun 2010.

Kapal penjelajah kelas Kynda, salah satu type kapal yang digantikan oleh kelas Slava. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Pada bulan Mei 2010, Pemerintah Rusia setuju dengan Ukraina untuk memberikan bantuan guna menyelesaikan pembangunan Ukraina. Kapal ini direncanakan untuk menjadi flagship dari armada laut Ukraina, tetapi tidak pernah selesai karena keterbatasan dana. Ukraina kemudian mencoba menjual kapal ini ke Rusia, India, dan China, tetapi tidak berhasil karena kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai harganya dan karena beberapa alasan lain selama dua dekade. Selama beberapa tahun terakhir Ukraina menunggu untuk dibesituakan di Ukraina. Di sisi lain, biaya pengoperasian kelas Slavatidak setinggi kelas Kirov dan dengan demikian ketiga kapal dari kelas ini bisa tetap berdinas aktif. Meskipun hanya 1 kapal yang bisa dikerahkan pada tahun-tahun setelah keruntuhan Soviet, ketiga kapal yang ada tetap dapat dipertahankan dalam kondisi aktif. Sekali lagi untuk keberuntungan mereka, rencana untuk memperbarui semua kapal memiliki peluang lebih tinggi untuk membuahkan hasil dibandingkan dengan rencana pembaharuan kelas Kirov karena biayanya jauh lebih rendah. Beberapa laporan menunjukkan bahwa Rusia mengharapkan untuk bisa mempertahankan kapal penjelajah kelas Slava dalam dinas operasional selama dua puluh tahun lagi, yang mungkin ini menunjukkan keterbatasan kapasitas pembuatan kapal perang Rusia daripada karena kemampuan kapal penjelajah itu sendiri. 

Slava/Moskva

Antara tanggal 18 dan 22 November 1986, Slava mengunjungi pelabuhan Yunani Piraeus. Pada bulan Juli 1989, di kapal penjelajah “Slava” diadakan eksperimen kerjasama Soviet-Amerika untuk mendeteksi rudal jelajah berhulu ledak nuklir. Slava kemudian berperan dalam KTT Malta (2–3 Desember 1989) yang dihadiri pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS George H. W. Bush. Slava digunakan oleh delegasi Soviet, sementara delegasi AS tinggal di atas kapal penjelajah USS Belknap. Kapal-kapal itu berlabuh di lepas pantai Marsaxlokk. Cuaca badai dan laut berombak mengakibatkan beberapa pertemuan dibatalkan atau dijadwal ulang, dan memunculkan julukan “KTT Mabuk Laut” di kalangan media internasional. Pada akhirnya, pertemuan berlangsung di atas kapal Maxim Gorkiy, sebuah kapal pesiar Soviet yang berlabuh di Teluk Marsaxlokk. Slava kemudian kembali ke Mykolaiv pada bulan Desember 1990 untuk menjalani reparasi yang berlangsung hingga akhir tahun 1998. Nama Slava lalu diubah menjadi Moskva pada tanggal 15 Mei 1995 untuk menghormati ibu kota Rusia Moskow dan pangkalan utamanya adalah bagian dari Armada Laut Hitam. Ditugaskan kembali ke Angkatan Laut Rusia pada bulan April 2000, Moskva menggantikan kapal penjelajah kelas Kynda Admiral Golovko sebagai flagship dari Armada Laut Hitam Rusia. Pada awal April 2003, Moskva, bersama dengan fregat PytlivyySmetlivy, dan sebuah kapal pendarat berangkat dari Sevastopol untuk mengikuti latihan di Samudra Hindia dengan gugus tugas Armada Pasifik (Marshal Shaposhnikov dan Admiral Panteleyev) dan Angkatan Laut India. Kekuatan itu didukung oleh kapal tanker Project 1559V Ivan Bubnov dan kapal tunda laut Project 712 Shakhter. India sendiri merupakan pelanggan ekspor peralatan militer Russia yang sedang berkembang untuk kekuatan global Asia. Moskva mengunjungi Grand Harbour Malta pada bulan Oktober 2004, dan Ensemble of the Black Sea Fleet tampil di sebuah konser di Mediterranean Conference Center di Valletta untuk acara tersebut. Pada tahun 2008 dan 2009, Moskva mengunjungi perairan Mediterania dan berpartisipasi dalam latihan angkatan laut dengan kapal-kapal Armada Utara. 

Pemandangan udara haluan kanan dari kapal penjelajah rudal berpemandu kelas Slava Soviet sedang berlayar pada tahun 1983. Slava kemudian berperan dalam KTT Malta (2–3 Desember 1989) yang dihadiri pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS George H. W. Bush. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Ketika ketegangan meletus menjadi perang skala penuh dengan negara tetangga Georgia pada 2008, Moskva beroperasi di Laut Hitam untuk mendukung kemerdekaan Abkhazia selama Perang Ossetia Selatan tahun 2008. Selama pertempuran singkat, Angkatan Laut Georgia mengklaim mencetak satu serangan rudal tepat sasaran pada Moskva sebelum ditaklukkan. Setelah Rusia mengakui kemerdekaan Abkhazia, Moskva ditempatkan di ibu kota Abkhazia, Sukhumi. Pada tanggal 3 Desember 2009, Moskva dirawat selama sebulan di dok kering terapung PD-30 di Sevastopol untuk pemeriksaan sementara terjadwal yang terdiri dari penggantian mesin pendingin dan lainnya, pekerjaan reklamasi di bagian bawah dan badan, poros propulsi dan baling-baling, pembersihan dan pengecatan bagian bawah dan atas lambung kapal. Pada bulan April 2010, kapal tersebut melakukan latihan lagi di perairan India dan kemudian berpartisipasi dalam latihan militer Vostok di Laut Okhotsk. Pada bulan Agustus 2013 Moskva melakukan kunjungan persahabatan di Kuba, yang merupakan sekutu komunis Soviet lama yang bermil-mil jauhnya dari pantai Amerika. Sementara itu, karena meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat yang berpusat di sekitar Perang Saudara Suriah selama bertahun-tahun – Suriah merupakan mitra militer dan politik lama Uni Soviet, dan baru-baru itu dituduh menggunakan senjata kimia pada pasukan pemberontak – Angkatan Laut Rusia telah mengirimkannya Kapal penjelajah rudal Moskva pada akhir bulan Agustus 2013 dari perairan Atlantik ke Laut Mediterania sebagai tanggapan atas meningkatnya ancaman intervensi militer Barat. Hal ini terutama diarahkan oleh Amerika Serikat yang didukung oleh kekuatan Eropa. Untuk saat itu, Moskva akan berfungsi sebagai pencegah keterlibatan Barat dan (dikatakan) akan membantu mengevakuasi warga Rusia dari Suriah. Rusia tetap menjadi sekutu paling kuat pemerintah Suriah di wilayah tersebut (serta pemasok militer terbesar Suriah). Sebuah kapal anti-kapal selam juga telah dikirim oleh Angkatan Laut Rusia ke wilayah tersebut. Pemerintah Rusia telah menyatakan bahwa unjuk kekuatan dimaksudkan untuk melindungi “kepentingannya” di wilayah tersebut dan bukan untuk meningkatkan ketegangan antara kekuatan dunia. Rusia (serta sekutu komunis China) secara terbuka menentang intervensi militer barat dalam perang saudara di Suriah. 

Moskva dilihat dari udara pada tahun 2012. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Selama invasi Rusia ke Krimea pada tahun 2014, Moskva memblokade armada Ukraina di Danau Donuzlav. Pada tanggal 17 September 2014, Moskva dikerahkan ke Laut Mediterania, menggantikan kapal penjaga Pytlivy. Pada bulan Juli 2015, Moskva mengunjungi Luanda, untuk memperkuat kerja sama militer dengan Angola. Sejak akhir bulan September 2015, saat berada di Mediterania timur, kapal penjelajah tersebut ditugaskan sebagai bagian dari pertahanan udara untuk grup penerbangan Rusia yang berbasis di dekat kota Latakia di Suriah yang melakukan kampanye udara di Suriah. Pada tanggal 25 November 2015, setelah penembakan Sukhoi Su-24 Rusia, dilaporkan bahwa Moskva, yang dipersenjatai dengan sistem rudal permukaan-ke-udara S-300F, akan dikerahkan di dekat perbatasan pesisir Suriah-Turki. Pada tahun 2016, Moskva digantikan oleh kapal sekelasnya Varyag di Laut Mediterania timur. Di tanggal 22 Juli 2016 Moskva dianugerahi Order of Nakhimov. Sekembalinya dari penempatannya pada bulan Januari 2016, Moskva rencananya akan menjalani perbaikan dan peningkatan kemampuan, tetapi karena kekurangan dana, masa depannya tetap tidak pasti hingga bulan Juli 2018. Pada bulan Juni 2019, Moskva meninggalkan pelabuhan Sevastopol di Laut Hitam untuk menguji sistem tempur dan propulsi utamanya. Pada bulan Februari 2020, pejabat Ortodoks Rusia mengatakan bahwa peninggalan Kristen yang sangat langka dan penting yang diklaim sebagai bagian dari Salib Asli tempat Yesus disalibkan akan ditempatkan di atas kapal itu. Pada tanggal 3 Juli 2020, Moskva menyelesaikan dua setengah bulan masa perbaikan dan pemeliharaan yang dimaksudkan untuk memungkinkannya tetap beroperasi hingga tahun 2040. Pengerahan pascaperbaikan pertama dijadwalkan untuk bulan Agustus 2020; namun, kenyataannya, Moskva baru mulai mempersiapkan penempatannya pada bulan Februari 2021. Dia berada di laut untuk mengikuti latihan pada bulan Maret 2021, dan menembakkan rudal anti-kapal Vulkan yang baru pada bulan April 2021. 

Presiden Vladimir Putin bersama Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu di atas kapal penjelajah rudal Moskva, Agustus 2014. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tahun 2022, selama invasi Rusia ke Ukraina, kapal Moskva digunakan untuk menyerang sasaran-sasaran di Ukraina. Moskva adalah kapal perang permukaan paling kuat di wilayah Laut Hitam pada saat itu, dan satu-satunya ancaman yang bisa dihadirkan Ukraina terhadapnya adalah keberadaan rudal Neptune. Pada bulan Februari 2022, kapal penjelajah ini meninggalkan Sevastopol untuk berpartisipasi dalam serangan di Ukraina. Kapal tersebut kemudian digunakan untuk melawan angkatan bersenjata Ukraina selama penyerangan di Pulau Ular, bersama dengan kapal patroli Rusia Vasily BykovMoskvamenghimbau garnisun pulau itu melalui radio dan menuntut penyerahannya, dan dibalas “Russian warship, go fuck yourself“. Setelah itu, semua kontak terputus dengan Pulau Ular, dan garnisun Ukraina yang beranggotakan tiga belas orang ditangkap. Kapal penjelajah kelas Slava seperti Moskva dibangun untuk memperoleh keunggulan udara dan laut, sehingga tidak memiliki rudal untuk melancarkan serangan darat. Moskva terutama ditempatkan di belakang kapal-kapal perang Rusia lainnya, untuk memberikan perlindungan udara untuk latihan militer dan pendaratan amfibi, dimana dalam perang melawan Ukraina, Odesa menjadi target yang jelas. Namun akhirnya kapal perang tersebut dihantam oleh dua rudal anti kapal Ukraina. Gambar radar menunjukkan kapal itu berada sekitar 80 mil laut (150 km) selatan Odesa sekitar pukul 7 malam waktu setempat (GMT+3), sesaat setelah kerusakan terjadi. Dua laporan mengindikasikan kapal tenggelam sebelum jam 3 pagi, tanggal 14 April. Orang-orang Ukraina mengklaim bahwa kapal itu dihantam oleh rudal R-360 Neptune milik mereka. Sumber lain mengatakan tentang Pesawat Tanpa Awak TB2 Bayraktar buatan Turki digunakan sebagai pengalihan perhatian. Apapun itu kebakaran terjadi di kapal itu dan ruang amunisinya meledak. Kapal perang ini tenggelam keesokan harinya.

Prangko “Russian warship, go fuck yourself” yang dikeluarkan oleh pemerintah Ukraina mulai tahun 2022, yang menggambarkan Moskva di latar belakang. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Gambar yang menunjukkan kapal Rusia Moskva yang rusak sebelum tenggelam. (Sumber: https://www.nbcnews.com/)
Rudal Jelajah Antikapal dan Sasaran Darat R-360 Neptune. Orang-orang Ukraina mengklaim bahwa kapal penjelajah Moskva dihantam oleh rudal R-360 Neptune milik mereka. (Sumber: https://www.airspace-review.com/)

Menurut informasi yang diterbitkan Tass pada tanggal 15 April 2022, kapal penjelajah rudal Moskva tenggelam saat ditarik di tengah badai karena kerusakan lambung yang terjadi akibat meledaknya amunisi kapal. Pihak Rusia menutupi informasi tentang hilangnya sejumlah personel laut mereka, namun jika menilai dari berbagai informasi yang beredar, setidaknya 40 pelaut tewas atau hilang dalam bencana. Sumber lain mengklaim bahwa 116 pelaut tewas dan 100 lainnya hilang. Hilangnya Moskva merupakan pukulan besar bagi Rusia, karena ternyata salah satu kapal perang utama Angkatan Laut Rusia dengan mudah dihancurkan oleh dua rudal anti kapal berkemampuan sea skimming, mirip dengan rudal Harpoon. Sistem pertahanan kapal ini gagal untuk mencegat rudal Ukraina yang datang. Moskva tenggelam karena tampaknya tidak bisa melihat datang rudal dan karena latihan pengendalian kebakaran yang buruk di atas kapal. Kebocoran menunjukkan bahwa kondisi material kapal sangat buruk. Disamping itu radar utamanya tidak beroperasi atau memiliki masalah dalam mendeteksi target. Radar penjejaknya tidak memiliki kemampuan untuk melacak target karena perawatan yang buruk. Saat Moskva tertembak, radar penjejaknya berada dalam posisi tidak aktif, yang artinya dia tidak melihat apa yang mengenainya atau mencoba mencegatnya. Diperkirakan nilai kapal penjelajah Moskva adalah sekitar $750 juta. Biayanya sekitar $1,5 miliar untuk membangun kapal perang baru dengan kemampuan serupa. Moskva adalah kapal perang terbesar yang ditenggelamkan dalam pertempuran sejak ARA General Belgrano milik Argentina tenggelam dalam Perang Falkland tahun 1982, dan merupakan kapal perang Rusia terbesar yang ditenggelamkan sejak Perang Dunia II. Menurut menteri pertahanan Lituania, ada 485 awak kapal, termasuk 66 perwira di Moskva. Sumber ini juga mengatakan bahwa sebuah kapal Turki menanggapi panggilan darurat dan menyelamatkan 54 awak kapal pada pukul 2 pagi waktu setempat. Rusia menyatakan satu pelaut dari Moskva tewas dan 27 hilang, sementara 396 awak lainnya berhasil diselamatkan. Pada bulan November 2022, setelah beberapa keluarga menuntut informasi, pengadilan Rusia di Krimea mengakui kematian 17 pelaut lainnya, yang sebagian besar merupakan wajib militer. Sebuah kantor perekrutan Rusia secara keliru mengirimkan surat wajib militer kepada seorang pelaut Moskva yang telah hilang pada bulan Oktober 2022. Sementara itu Ukraina telah secara resmi menyatakan bangkai kapal tersebut sebagai situs warisan budaya bawah laut negara itu.

Admiral Lobov/Marshall Ustinov

Lambung nomor 070 diletakkan di 61 Kommuna#445 Yard, Mykolaiv pada tanggal 5 Oktober 1978 sebagai kapal kelas Slava kedua yang awalnya bernama Admiral Lobov. Kapal penjelajah ini diluncurkan pada tanggal 25 Februari 1982 dan ditugaskan di Soviet Red Banner Northern Fleet sebagai Marshall Ustinov yang berganti nama pada tanggal 15 September 1986. Mulai bulan Maret 1987, kapal penjelajah ini mulai beroperasi dengan armada tersebut. Marshal Ustinov diketahui membawa dua nomor lambung lain selain aslinya (070), yakni: 088 dan 055. Dari bulan Desember 1987 hingga Juni 1988, dia melakukan tugas dinas militer di Laut Mediterania. Pada tahun 1989 Marshall Ustinov dikerahkan lagi ke Laut Mediterania. Antara tanggal 22−26 Juli 1989 kapal penjelajah ini, bersama dengan kapal tangki Genrik Gasanov dan kapal perusak Otlichnyy, melakukan kunjungan resmi ke pangkalan angkatan laut Norfolk, Virginia, United Serikat. Ini menandai kedua kalinya kapal perang Soviet melakukan kunjungan ke Amerika Serikat sejak Perang Dunia II. Pada tanggal 4 Januari 1991 Marshall Ustinov memulai tugas patroli di Laut Mediterania. Antara tanggal 16−20 Juli 1991, Marshall Ustinov mengunjungi pangkalan angkatan laut Mayport, Florida, Amerika Serikat. Di sini Marsekal Ustinov ditemani oleh kapal tangki Dnestr dan kapal perusak Simferopol. Ini menandai kali ketiga kapal perang Soviet mengunjungi Amerika Serikat sejak akhir Perang Dingin. Antara tanggal 30 Juni–5 Juli 1993 Marshall Ustinov berkunjung ke Halifax, Nova Scotia, Kanada bersama kapal perusak Admiral Kharlamov. Pada tahun 1994, saat ditugaskan di Armada Utara Rusia, Marshall Ustinov dilabuhkan di galangan kapal Severnaya Verf di St. Petersburg untuk menunggu perbaikan ekstensif. Reparasi selesai pada bulan Mei 1995. Pada bulan Desember 1996, Republik Rakyat China membeli dua kapal perusak kelas Sovremenny dan pendapatan dari penjualan ini memungkinkan untuk membayar perbaikan Marshall Ustinov senilai $US169 juta. Marshall Ustinov tetap di St. Petersburg hingga tahun 1998 sebelum kemudian kembali ke Armada Utara. 

Kapal penjelajah Rusia Marshal Ustinov (bahasa Rusia: Маршал Устинов). (Sumber: https://www.19fortyfive.com/)

Dari tanggal 21 September hingga 22 Oktober 2004 Marshall Ustinov mengambil bagian dalam pelayaran panjang grup penyerang kapal induk Armada Utara ke bagian timur laut Atlantik. Dimulai pada tanggal 17 Juli 2008, kapal penjelajah tersebut berpatroli di perairan Samudra Arktik di sekitar Spitsbergen, menggantikan kapal perusak Severomorsk. Pada bulan Maret 2011 dilaporkan bahwa Marshall Ustinov dapat dipindahkan ke Armada Pasifik Rusia. Pada tahun 2011, diputuskan untuk merombak kapal penjelajah ini secara moderat. Namun, pada tahun 2012, angkatan laut memutuskan untuk merombak sepenuhnya kapal penjelajah tersebut. Pada tahun 2012 kapal penjelajah itu menjalani perbaikan dan peningkatan di Galangan Kapal Zvyozdochka. Reparasi yang dikerjakan terdiri dari perbaikan struktur lambung kapal, mekanisme kelompok kemudi baling-baling, mesin utama, dan sistem umum. Sistem senjata elektronik kapal ini kemudian ditingkatkan dengan perangkat digital. Selama reparasi inilah rudal P-500 Bazalt diganti dengan rudal P-1000 Vulkan yang dimodernisasi. Kapal tersebut bergabung kembali dengan angkatan laut pada tahun 2016, dan kembali aktif bertugas pada bulan April 2017. Pada tanggal 12 Mei 2017, Marshall Ustinov, dengan rudal jelajah di atasnya, melakukan latihan di Laut Barents. Pada tanggal 4 Juli 2017, bersama dengan kapal perusak Vice Admiral KulakovMarshall Ustinov berlayar dari Severomorsk ke Laut Baltik dan pada tanggal 29 Juli dia ikut serta dalam Parade Angkatan Laut Utama di St. Petersburg. Pada tanggal 5 Desember 2017, kapal penjelajah ini menyelesaikan misi pelatihan tempur di Laut Barents untuk memukul mundur serangan udara konvensional dari pesawat-pesawat tempur Sukhoi Su-33. Antara 11 Agustus–12 November 2018, Marshall Ustinov dikerahkan ke Laut Mediterania untuk keempat kalinya setelah pengerahannya di tahun 1988, 1989, dan 1991. 

Marshall Ustinov meninggalkan Norfolk, Virginia pada tahun 1989. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tanggal 3 Juli 2019, Marshall Ustinov meninggalkan Severomorsk untuk berpartisipasi dalam Parade Angkatan Laut Utama di St. Petersburg sebelum bergabung dengan latihan Angkatan Laut Rusia “Ocean Shield-2019″ di Laut Baltik dan pada tanggal 22 Agustus, memasuki perairan Laut Mediterania. Di sana, dia mengunjungi pelabuhan di Aljazair, Mesir, Turki, Yunani, dan Siprus. Marshall Ustinov kemudian transit di Gibraltar lagi dan berlayar ke Atlantik. Dalam perjalanannya ke Afrika Selatan, kapal penjelajah ini melakukan kunjungan pelabuhan ke Guinea Equator. Ini adalah ketiga kalinya setelah Perang Dingin sebuah kapal penjelajah Rusia memasuki Atlantik Selatan, dua yang pertama adalah Pyotr Veliky pada tahun 2008/2009 dan Moskva pada tahun 2015. Antara tanggal 25 dan 30 November Marshall Ustinov berpartisipasi dalam latihan angkatan laut bersama dengan Afrika Selatan dan China. Setelah latihan Marshall Ustinov transit di Gibraltar. Pada tanggal 6 Januari 2020 dilaporkan bahwa kapal penjelajah ini akan dikerahkan dari Suriah karena bahaya pecahnya perang antara Iran-AS untuk memberikan perlindungan bagi pasukan Rusia di Suriah dan untuk memastikan stabilitas di kawasan. Dia kembali ke pangkalannya Severomorsk pada bulan Februari 2020, mengakhiri penempatan selama 7 bulan. Setelah itu, dia mengadakan latihan di Laut Barents pada bulan Mei, Juni dan Juli 2020. Pada bulan Februari 2021, Marshall Ustinov ikut serta dalam latihan skala besar di Laut Barents. Dia memasuki Laut Barents dua kali di bawah komando Captain 2nd Rank Andrey Krivoguzov. Kapal-kapal lain yang aktif di daerah tersebut pada bulan Januari – Februari termasuk kapal perusak Severomorsk, fregat Admiral Gorshkov dengan kapal tunda Altay, kapal selam nuklir Severodvinsk, yang meluncurkan rudal Kalibr, korvet AysbergSnezhnogorskYunga dan Brest dan kapal penyelamat Georgiy Titov dengan wahana penyelamat penyelaman laut dalam AS-34.

Marshall Ustinov di sebelah kanan Admiral Ushakov di Severomorsk pada tahun 1992. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tanggal 22 Februari, hari yang sama ketika pesawat pengebom AS mendarat di Norwegia untuk pertama kalinya, Marshall Ustinov berlayar di Varanger fyord di wilayah perbatasan maritim Rusia-Norwegia, yang menjadikannya kapal perang Rusia pertama yang melakukannya pasca Perang Dingin. Dia memasuki Laut Barents lagi pada tanggal 4 Maret dan pada tanggal 1 Juni, kapal ini berpartisipasi dalam latihan di Laut Barents bersama dengan Pyotr Velikiy. Setelah itu, Marshall Ustinov memulai perjalanan menuju Laut Baltik untuk berpartisipasi dalam Parade Angkatan Laut di St. Petersburg, bersama dengan kapal perusak Vice Admiral Kulakov, kapal pendarat Pyotr Morgunov, kapal tunda Altay, dan kapal selam nuklir OrelKnyaz Vladimir, dan Vepr. Pada tanggal 7 Februari 2022, kapal penjelajah ini dikerahkan ke Mediterania bersama dengan kapal perusak Vice Admiral Kulakov, fregat Admiral Kasatonov dan kapal tanker Vyazma. Grup tempurnya terhubung dengan pengerahan kapal penjelajah Varyag ke Mediterania pada tanggal 2 Februari 2022 dari Pasifik bersama dengan kapal perusak Admiral Tributs dan kapal tanker Boris Butoma. Grup tempur meninggalkan Mediterania pada 24 Agustus 2022, kembali ke pelabuhan asalnya Severomorsk, sementara Admiral Kasatonov tetap tinggal di Mediterania. Kedua grup tempur telah melakukan latihan dengan pembom angkatan laut Tu-22M3 dan jet pencegat MiG-31K, yang beroperasi dari pangkalan udara Khmeymim di Suriah. Marshall UstinovVice Admiral Kulakov dan Vyazma kembali ke Severomorsk pada tanggak 15 September, setelah bertugas 236 hari dan berlayar sejauh 36.000 mil laut. Mereka diterima oleh komandan Armada Utara laksamana Aleksandr Moiseyev, yang mengklaim bahwa kehadiran kapal semacam itu di zona laut yang jauh adalah salah satu pencegah, untuk mencegah eskalasi situasi, yang sekarang kritis.

Chervona Ukraina/Varyag

Mulai dibangun pada tanggal 31 Juli 1979 di  Pabrik Pembuatan Kapal Kommunara nomor 61 (Galangan Kapal 445) di Mykolaiv sebagai Chervona Ukraina (“Ukraina Merah”), kapal tersebut diluncurkan pada tanggal 28 Agustus 1983, dan ditugaskan pada tanggal 16 Oktober 1989. Kapal perang tersebut bergabung dengan Armada Pasifik pada tahun 1990. Saat ini, kapal yang dinamai ulang sebagai Varyagini adalah bagian dari Divisi Kapal Permukaan ke-36 di Vladivostok dan memiliki nomor 011. Antara tanggal 5–8 Juni 1990, Varyag melakukan kunjungan persahabatan ke Kiel, Jerman. Saat transit dari Sevastopol ke pangkalan permanen barunya di Petropavlovsk-Kamchatsky dari tanggal 27 September hingga 5 November 1990, Varyag dan kapal perusak Bystry mengunjungi pangkalan Cam Ranh di Vietnam antara tanggal 22 dan 24 Oktober. Pada tahun 1991–1992 dia terlibat dalam latihan tempur, tetapi pada tahun 1993–1994 Varyag tidak melaut, karena kurangnya pembiayaan. Pelatihan tempur baru dilanjutkan pada tahun 1995. Kapal itu berganti nama menjadi Varyag pada tanggal 21 Desember 1995. Antara tanggal 9 dan 13 Februari 1997 Varyag melakukan kunjungan persahabatan ke pelabuhan Korea Selatan Incheon, dan kembali ke Vladivostok pada tanggal 19 Februari. Antara tanggal 2 dan 6 Oktober 1999, Varyag dan kapal perusak Bystry mengunjungi Shanghai, China untuk memperingati 50 tahun berdirinya negara itu.

Varyag (dulu Chervona Ukraina) di tahun sekitar 1990 sedang dalam perjalanan ke Samudra Pasifik dari Laut Hitam. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Antara tanggal 10 dan 15 Oktober 2002, kapal ini mengunjungi kota Jepang Yokosuka untuk menghormati peringatan 50 tahun Angkatan Laut Jepang. Antara tanggal 10 dan 15 Februari 2004, Varyag, kapal perusak Admiral Tributs dan korvet Koreets mengunjungi pelabuhan Incheon Korea Selatan untuk memperingati 100 tahun hilangnya kapal penjelajah Varyag (1899), dengan komandan Armada Pasifik Laksamana Viktor Fedorov di dalamnya. Antara bulan September dan Desember 2005 kapal ini memimpin detasemen kapal dalam kunjungan ke Visakhapatnam (India), Singapura, Jakarta (Indonesia), Sattahip (Thailand) dan Haiphong (Vietnam). Varyag masuk kembali dalam dinas operasional dengan Armada Pasifik pada bulan Mei 2008 setelah menjalani perombakan. Selama reparasi, sistem rudal utama ditingkatkan dari P-500 Bazalt menjadi P-1000 Vulkan. Pada bulan April 2009, kapal tersebut melakukan kunjungan ke kota Qingdao di China untuk menghormati peringatan 60 tahun Angkatan Laut China. Pada bulan Oktober/November tahun yang sama, kapal tersebut juga mengunjungi Singapura. Pada bulan Juni 2010, Varyag, di bawah komando Kapten Eduard Moskalenko dan dengan Komandan Gabungan Armada Utara Laksamana Muda Vladimir L. Kasatonov berangkat ke pelabuhan ke San Francisco. Kunjungan tersebut, adalah yang pertama bagi sebuah kapal perang permukaan Angkatan Laut Rusia dalam 147 tahun. Kunjungan ini menampilkan upacara peresmian plakat untuk memperingati enam pelaut Angkatan Laut Kekaisaran Rusia yang tewas dalam kebakaran di San Francisco pada tahun 1863. Kunjungan ini juga bertepatan dengan kunjungan Presiden Medvedev ke Silicon Valley dan dia sekali lagi mengunjungi Varyag seperti yang dia lakukan di Singapura pada tahun 2009. Varyag juga berpartisipasi dalam latihan bersama USS Bunker Hill.

Varyag mengunjungi Pelabuhan Yokosuka, Jepang pada bulan Oktober 2002. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Dmitry Medvedev mengunjungi museum kapal di atas kapal penjelajah Varyag. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Dari tanggal 8 hingga 11 November 2011 Varyag, ditemani oleh kapal tanker Irkut, melakukan kunjungan pelabuhan ke Vancouver, British Columbia, untuk memperingati prajurit yang tewas dalam konflik bersenjata. Varyag dikawal ke Vancouver oleh kapal perusak Angkatan Laut Kanada HMCS Algonquin, dan kru Varyag terlibat dalam pertandingan olahraga persahabatan dengan rekan Kanada mereka dari Algonquin. Pada tahun 2012, Varyag berpartisipasi dalam latihan tahunan dengan Angkatan Laut China di lepas pantai Qingdao. Pada tahun 2013 kapal ini berangkat dalam perjalanan panjang ke Laut Mediterania, mengunjungi Trincomalee (Sri Lanka), Salalah (Oman) dan Alexandria (Mesir). Pada bulan November 2014, Varyag memimpin pengerahan empat kapal angkatan laut Rusia ke perairan internasional di lepas pantai Australia. Pengerahan itu diyakini terkait dengan KTT G-20 Brisbane tahhun 2014 dan meningkatnya ketegangan antara kedua negara. Pada awal bulan Januari 2016, setelah berkunjung ke India, Varyag memasuki Laut Mediterania melalui Terusan Suez untuk dikerahkan di lepas pantai Suriah menggantikan kapal sejenis Moskva, untuk mendukung operasi udara Rusia di Suriah yang telah dimulai pada musim gugur tahun 2015. Kapal itu kemudian dinobatkan sebagai flagship gugus tugas angkatan laut Rusia yang ditempatkan di Mediterania timur. Pada tanggal 21 April 2017, Varyag mengunjungi Manila (Filipina), Cam Ranh (Vietnam), Sattahip (Thailand) dan Singapura. Pada akhir tahun 2018 Varyag menyelesaikan pelayaran panjang lainnya ke India.

Kapal penjelajah Varyag di Teluk Benggala pada tanggal 5 Desember 2020. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tanggal 1 Oktober 2019, Varyag, kapal perusak Admiral Panteleyev dan kapal tanker Pechenga memulai pengerahan selama tiga bulan di bawah komando Captain 1st Rank Aleksandr Shvarts, mengunjungi Muara, Brunei antara tanggal 3–7 November dan Pusan, Korea Selatan antara tanggal 17 dan 22 Desember, sebelum kembali ke pelabuhan asal pada tanggal 23 Desember. Pada bulan Februari–Maret 2021, Varyag berpartisipasi dalam latihan antikapal selam, pertahanan udara, dan artileri skala besar Armada Pasifik, bersama dengan kapal selam konvensional, kapal perusak Admiral Tributs, fregat Marshal Shaposhnikov yang dimodernisasi dan korvet universal Gromkiy dan Sovershennyy, korvet antikapal selam MPK-107, Ust-IlimskSovetskaya GavanMetel dan MPK-82 serta korvet antikapal R-14, R-18, R-20, R-29, IneyRazliv, R-297, Smerch dan lainnya. Kapal tambahan yang hadir di area tersebut selama latihan adalah kapal pemecah es Project 97 Sadko, serta kapal tunda MB-99, Andrey Stepanovdan setidaknya empat kapal lainnya. Pada tanggal 1 Mei 2021, dalam peristiwa yang jarang terjadi, dua detasemen Armada Pasifik melakukan penugasan jarak jauh secara bersamaan, Varyag dan Marshall Shaposhnikov serta korvet SovershennyGromky, dan Aldar Tsidenzhapov. Kedua detasemen didukung oleh kapal tanker laut besar Boris Butoma. Pada tanggal 11 Mei, Admiral Tributs juga dilaporkan melakukan penempatan, singgah di Singapura antara tanggal 11 dan 13 Mei, ditemani oleh kapal tunda Kalar. Secara keseluruhan, semua kapal kombatan permukaan aktif Armada Pasifik dikerahkan secara bersamaan, yaitu sebuah kapal penjelajah, tiga kapal perusak, dan tiga korvet. Tanker Boris Butoma singgah di Cam Ranh, Vietnam antara tanggal 15 dan 19 Mei dan di Filipina pada 22 Mei. Sovershenny dan Gromky mengadakan latihan di Laut Filipina pada tanggal 30 Mei.

Kapal penjelajah Varyag saat berkunjung ke Indonesia pada tanggal 14 Desember 2020. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Antara tanggal 7 dan 24 Juni 2021, Varyag memimpin latihan terbesar Armada Pasifik pasca-runtuhnya Soviet yang berlangsung di Samudra Pasifik tengah di lepas pantai Hawaii, menjadikan ini sebagai latihan angkatan laut Rusia pasca-Perang Dingin pertama di area itu (pengecualian kecil adalah kapal perusak Admiral Panteleev mengambil bagian dalam latihan RIMPAC-2012 dan fregat Admiral Gorshkovyang berlayar di dekat Hawaii pada tahun 2019). Selain kapal penjelajah ini, yang terlibat termasuk juga kapal perusak Marshall Shaposhnikov dan Admiral Panteleyev, korvet SovershennyGromky dan Aldar Tsydenzhapov, kapal selam nuklir, (kemungkinan Omsk) kapal intelijen Kareliya dan kapal tanker Irkut. Latihan dimulai di Samudra Pasifik tengah pada tanggal 10 Juni dan pada tanggal 21 Juni, kapal-kapal berada 2500 mil laut tenggara pulau Kuril mensimulasikan serangan terhadap grup penyerang kapal induk musuh. Sebelumnya, kapal-kapal tersebut beroperasi dalam dua kelompok, berlayar dengan jarak 300 mil laut satu sama lain, salah satunya berperan sebagai musuh. Kapal pembantu terbesar Angkatan Laut Rusia Marshall Krylov juga ikut serta dalam latihan tersebut dan bertindak sebagai kapal komando untuk komandan latihan, Laksamana Muda Konstantin Kabantsev, komandan Armada Primorskaya, bersama dengan kapal rumah sakit Irtysh dan pesawat-pesawat pencegat MiG-31 dan pesawat anti-kapal selam Il-38 dan Tu-142. Pada tanggal tanggal 24 Juni, hari terakhir latihan, tiga pembom Tu-95, beberapa pembom Tu-22M, dikawal oleh pencegat MiG-31BM dan dua tanker Il-78 juga terbang ke tengah Samudra Pasifik. Tu-95 mengirimkan serangan khusus terhadap infrastruktur kritis musuh dan Tu-22M melancarkan serangan terhadap grup tempur kapal induk musuh bersama dengan Varyag dan Marshal Shaposhnikov. Diduga bahwa latihan tersebut merupakan jawaban atas latihan Agile Dagger 2021 Armada Pasifik AS, yang mengerahkan sepertiga dari kapal selam operasional Armada Pasifik AS. Pada bulan September 2021, Varyag melakukan latihan di Kamchatka bersama kapal selam nuklir Omsk dan 12 kapal serta kapal pendukung Armada Pasifik. Kapal penjelajah ini menembakkan rudal Vulkan, sementara Omsk menembakkan rudal Granit. Pada bulan Oktober 2021, Varyag kembali berlayar di Laut Jepang. Pada tanggal 23 November 2021, Dalzavod melaporkan di saluran Instagramnya bahwa kapal penjelajah Varyag memasuki dok keringnya.

Kapal penjelajah Varyag terus aktif digunakan AL Russia hingga kini. (Sumber: https://www.reddit.com/)

Pada tanggal 29 Desember 2021, Varyag, bersama dengan kapal perusak Admiral Tributs dan kapal tanker Boris Butoma, meninggalkan Vladivostok untuk penugasan yang lama, yang terdiri dari kunjungan pelabuhan di beberapa negara. Pada tanggal 11 Januari 2022, kapal-kapal perang ini memasuki Samudera Hindia, dan berlabuh di Kochi pada tanggal 14 Januari 2022. Pada 18 Januari 2022, gugus tugas ini berlabuh di Chabahar, dan laporan menyatakan bahwa kapal-kapal ini berencana mengadakan latihan bersama dengan angkatan laut Iran dan China. Pada tanggal 2 Februari 2022, kapal penjelajah Varyag memasuki Mediterania melalui Terusan Suez dan bergabung dengan kapal saudaranya, Marshall Ustinov yang dikerahkan ke Mediterania dari Armada Utara. Pada tanggal Juli 2022, VaryagAdmiral Tributs, dan kapal intelijen Vasily Tatishchev menjadi kapal Angkatan Laut Rusia pertama yang beroperasi di Laut Adriatik sejak pengerahan kapal selam Volk tahun 1995 di tengah pengeboman AS di Bosnia dan Herzegovina. Pada akhir bulan Juli, kapal perusak Admiral Tributs beroperasi di lepas pantai Šibenik, kapal intelijen Vasily Tatishchev beroperasi di dekat pulau Palagruža, kapal penjelajah Varyag beroperasi di dekat Durres, sedangkan fregat Admiral Grigorovich tetap berada di luar Laut Adriatik. Karena kapal induk AS USS Harry S. Truman berlokasi di Laut Adriatik pada saat yang sama, ada laporan di media tentang kapal perang Rusia yang mensimulasikan pemblokiran kapal induk AS ke Laut Adriatik. Pada bulan Oktober 2022, VaryagAdmiral Tributs, dan Boris Butoma berangkat dari Mediterania melalui Terusan Suez, kemungkinan kembali ke pangkalan mereka di Pasifik. Pada tanggak 18 November, ketiga kapal itu kembali ke Vladivostok.

SPESIFIKASI

Type: Kapal penjelajah berpeluru kendali

Bobot:

  • 9,380 ton (standar)
  • 11,490 ton (bobot penuh)

Panjang: 186.4 m (611 ft 7 in)

Lebar: 20.8 m (68 ft 3 in)

Draught: 8.4 m (27 ft 7 in)

Mesin:

COGOG: GTU M21 2 × M70 cruise gas turbines dan 4 × M90 boost gas turbines, 2 cruise steam turbines, 2 exhaust gas boilers, 4 × M8KF gas turbines, 2 shafts, 130,000 shp (97.000 kW)

Kecepatan: 32 knot (59 km/h; 37 mph)

Jangkauan: 6,800 nmi (12,600 km; 7,800 mi) pada kecepatan 18 knots (33 km/h; 21 mph)

Awak: 485 (66 perwira, 419 tamtama/kelasi), alternatif 476-529 (84 perwira, 75 tamtama, 370 kelasi)

Sistem Sensors dan pemrosesan:

  • Radar: MR-800 Voshkod/Top Pair 3-D long-range air search, MR-700 Fregat/Top Steer (dua kapal pertama) atau MR-710 Fregat-MA/Top Plate (dua kapal terakhir) 3-D air search
  • Sonar: MG-332 Tigan-2T/Bull Nose hull mounted LF, Platina/Horse Tail MF VDS
  • Kontrol Penembakan: 3R41 Volna/Top Dome SA-N-6 SAM control, MPZ-301 Baza/Pop Group SA-N-4 SAM control, Argument/Front Door-C SSM control

Peralatan Peperangan Electronik & decoys:

Kol’cho suite with Gurzhor-A&B/Side Globe intercept, MR-404/Rum Tub jammers, Bell Crown intercept, Bell Push intercept, 2 PK-2 decoy RL, 12 PK-10 decoy RL (di dua unit terakhir saja)

Persenjataan

  • Rudal:
  • 16 (8 × 2) Rudal anti-kapal P-1000 Vulcan (SS-N-12 Sandbox).
  • 64 (8 × 8) Rudal permukaan-ke-udara jarak jauh S-300F Fort (SA-N-6 Grumble)
  • 40 (2 × 20) Rudal SAM Jarak Pendek OSA-M (SA-N-4 Gecko)
  • Meriam:
  • 1 × 2 meriam dua fungsi AK-130 130 mm/L70
  • 6 × 1 Sistem senjata jarak dekat AK-630
  • Torpedo dan senjata lainnya:
  • 2 × 12 Mortir anti-kapal selam RBU-6000
  • 10 (2 × 5) tabung torpedo kaliber 533 mm 

Lapisan baja: Splinter plating

Helikopter: 1 Helikopter Kamov Ka-25 atau Kamov Ka-27

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Slava-class_cruiser

Ships of the Soviet Navy: Slava class cruiser

Slava Class Guided Missile Cruiser

https://www.naval-technology.com/projects/slavaclassguidedmiss/

Moskva (Project 1164 Atlant) Guided-Missile Cruiser Warship [ 1983 ]

https://www.militaryfactory.com/ships/detail.php?ship_id=Moskva-Project-1164-Atlant

Project 1164 Atlant Krasina / Slava class Guided Missile Cruiser

https://www.globalsecurity.org/military/world/russia/1164.htm

Slava class Guided-missile cruiser

https://www.militarytoday.com/navy/slava_class.htm

Guided Missile Cruiser Moskva (ex-Slava) Project 1164 / Slava Class

https://www.kchf.ru/eng/ship/cruisers/slava.htm

Meet The Slava-Class: The Russian Navy’s Most Powerful Cruisers By Robert Farley, Published February 11, 2022

Technical review about the sunked Russian Slava-class cruiser Moskva

https://navyrecognition.com/index.php/naval-news/naval-news-archive/2022/april/11627-technical-review-about-the-sinked-russian-slava-class-cruiser-moskva.html

Guided Missile Cruiser “Ukraina” Project 1164 / Slava class

https://www.kchf.ru/eng/ship/ukrainian/ukraina.htm

MOSKVA (PROJECT 1164 ATLANT)

https://tvd.im/naval-warfare/3631-moskva-project-1164-atlant.html

Top Pair [MR-800 Flag] (SA-N-3 Search, Top Sail + Big Net back-to-back)

http://cmano-db.com/sensor/1552/

Top Plate [MR-710 Fregat]

http://cmano-db.com/sensor/1553/

Bass Tilt [Radar]

http://cmano-db.com/sensor/3410/

Bull Nose [MGK-335M Platina] (1981, Assoc w Mare Tail & Steer Hide)

http://cmano-db.com/sensor/4535/

Horse Tail [Polinom]

http://cmano-db.com/sensor/1286/

Top Gun: Why Nothing Comes Close to Russia’s Vulkan Missile

https://sputnikglobe.com/20160105/russia-missile-advantages-1032713024.html

https://en.m.wikipedia.org/wiki/P-500_Bazalt

https://en.m.wikipedia.org/wiki/S-300_missile_system

https://en.m.wikipedia.org/wiki/9K33_Osa

Mengenal kelas Krivak, kapal frigate anti kapal selam standar AL Soviet

Mengenal Kelas Moskva, Kapal “Induk” Pertama AL Soviet Dalam Sejarah

https://en.m.wikipedia.org/wiki/AK-130

https://en.m.wikipedia.org/wiki/AK-630

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Russian_cruiser_Moskva

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Russian_cruiser_Marshal_Ustinov

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Russian_cruiser_Varyag_(1983)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *