Sejarah Militer

Kelas Collins, Kapal Selam Serang Canggih milik Negara Jiran, dengan Segudang Masalah

Kapal selam kelas Collins adalah kapal selam diesel-listrik buatan Australia yang dioperasikan oleh Royal Australian Navy (RAN). Kelas Collins mengambil namanya dari Laksamana Muda Australia John Augustine Collins. Masing-masing dari enam kapal selam kelas ini dinamai sesuai nama personil RAN yang dikenal tindakannya selama Perang Dunia II. Keenam kapal tersebut adalah kapal selam pertama yang dibangun di Australia, yang mendorong peningkatan luas dalam industri Australia dan memberikan kemampuan pemeliharaan yang berdaulat (dikontrol langsung oleh pemerintah Australia). Perencanaan desain baru untuk menggantikan kapal selam kelas Oberon RAN dimulai pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Proposal kemudian diterima dari tujuh perusahaan; dua lalu dipilih untuk menjalani studi yang didanai untuk menentukan desain terpilih, yang diumumkan pada pertengahan tahun 1987. Kapal selam ini adalah versi yang diperbesar dari kelas Västergötland buatan Kockums dari Swedia dan awalnya disebut sebagai kapal Tipe 471, serta dibangun antara tahun 1990 dan 2003 di Australia Selatan oleh Australian Submarine Corporation (ASC). Kapal selam kelas Collins kemudian telah menjadi subyek dari banyak insiden dan masalah teknis sejak fase desainnya, termasuk tuduhan adanya kecurangan dan bias selama pemilihan desain, penanganan perubahan desain yang tidak tepat selama pelaksanaan konstruksi, kekurangan kemampuan utama di kapal selam pertama, dan masalah teknis yang berkelanjutan di seluruh pengoperasian awal kapal kelas ini. Masalah-masalah ini diperparah oleh ketidakmampuan RAN untuk mempertahankan jumlah personel yang cukup untuk mengoperasikan kapal selam—pada tahun 2008, hanya tiga kapal yang dapat diawaki, dan antara tahun 2009 dan 2012, rata-rata dua atau kurang yang beroperasi penuh. Liputan Pers negatif yang dihasilkan kemudian telah menyebabkan persepsi publik yang buruk tentang kapal kelas Collins. Setelah 20 tahun penuh masalah pengoperasian, kapal ini akhirnya menyediakan kesiapan tinggi untuk RAN sejak tahun 2016. Kelas Collins diperkirakan akan dipensiunkan sekitar tahun 2026, namun, Buku Putih Pertahanan tahun 2016 memperpanjangnya hingga tahun 2030-an. Pengoperasian kelas Collins sekarang akan diperpanjang dan akan menerima peningkatan kemampuan yang awalnya tidak direncanakan, termasuk pada perangkat sonar dan komunikasi. Penggantian kelas Collins awalnya adalah kapal bertenaga konvensional dari SSN kelas Barracuda yang diusulkan oleh Naval Group of France. Pada tanggal 15 September 2021, dalam menghadapi penundaan yang semakin meningkat dan kenaikan biaya, pemerintah Australia mengumumkan pembatalan kontrak dengan Naval Group, dan bahwa kapal pengganti adalah kapal selam bertenaga nuklir yang dibuat bekerja sama dengan Inggris dan Amerika Serikat.

Kapal selam kelas Oberon RAN. (Sumber: https://www.seaforces.org/)
SSG 73 HMAS Collins. Kapal selam Kelas Collins dimaksudkan untuk menggantikan kelas Oberon milik Australia yang sudah menua. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

PROGRAM PENGADAAN

Proposal untuk pengadaan jenis kapal selam baru untuk menggantikan kapal selam diesel-elektrik kelas Oberon dimulai pada bulan Juli 1978, ketika direktur kebijakan kapal selam RAN menyiapkan makalah yang merinci kebutuhan untuk mulai mempertimbangkan penggantian Oberon yang menua. Makalah ini juga mengemukakan saran bahwa sebagian besar kapal selam sebaiknya dibuat di Australia dan jumlah kapal selam ditingkatkan melebihi enam kapal selam kelas Oberon yang telah operasional. Membuat kapal selam di Australia pada awalnya disambut dengan reaksi yang memprediksi bahwa tugas itu tidak mungkin dilakukan karena keadaan industri pembuatan kapal Australia, dan industri Australia pada umumnya yang buruk, meskipun terdapat kampanye oleh beberapa tokoh di industri Australia yang berpikir bahwa proyek itu bisa dilakukan. Kampanye untuk membangun kapal selam di Australia juga mendapat dukungan dari Partai Buruh Australia dan beberapa serikat pekerja. Usulan tersebut lalu diterima oleh komite persyaratan operasional pertahanan pada bulan Agustus 1978, dan proyek tersebut diberi nama pengadaan SEA 1114. Persetujuan untuk tahap pengembangan proyek diberikan dalam anggaran federal tahun 1981-1982. RAN kemudian memiliki empat persyaratan utama: bahwa kapal selam itu harus disesuaikan dengan kondisi operasi di wilayah Australasia, bahwa mereka dilengkapi dengan sistem tempur yang cukup canggih untuk meningkatkan masa pakainya yang lama, bahwa infrastruktur yang sesuai dan berkelanjutan didirikan di Australia untuk membangun kapal, yang kemudian memberikan layanan pemeliharaan dan dukungan teknis untuk umur operasional mereka, dan bahwa kapal selam itu mampu beroperasi pada masa damai dan darurat di samping peran pemburu-pembunuh mereka. Sepuluh kapal selam direncanakan untuk dibangan, dimana jumlahnya direvisi menjadi antara empat dan delapan kapal pada awal tahun 1983, dan kemudian diselesaikan dengan akuisisi enam kapal selam, dengan opsi untuk memesan dua lagi.

Empat kapal selam Kelas Collins milik Australia. Menurut pengadaan SEA 1114, sepuluh kapal selam direncanakan untuk dibangan, dimana jumlahnya direvisi menjadi antara empat dan delapan kapal pada awal tahun 1983, dan kemudian diselesaikan dengan akuisisi enam kapal selam, dengan opsi untuk memesan dua lagi. (Sumber: https://www.thedrive.com/)

Pengembangan kapal selam baru ini dimulai pada bulan Mei 1983, ketika pemerintah mengeluarkan permintaan tender dan mendekati tujuh dari sembilan produsen kapal selam diesel-elektrik dunia untuk pengajuan desain mereka masing-masing. Pengajuan akan diseleksi menjadi dua berdasarkan informasi yang diberikan, dan dengan ini melanjutkan studi yang didanai untuk menentukan desain pemenang. Perusahaan tender harus menyertakan industri Australia ke dalam proyek, dan bahwa mereka bersedia untuk membentuk konsorsium yang berbasis di Australia untuk membangun kapal selam tersebut. Ketujuh perusahaan lalu merespons pada akhir tahun, dengan pengiriman gabungan proposal seberat empat ton (9,000 lb) kertas, sebagai berikut:

Kapal selam kelas Agosta yang ditawarkan oleh Directions Techniques Des Constructions Naval of France. (Sumber: http://www.military-today.com/)
ROKS Lee Sunsin, kapal selam Korea Selatan berdasarkan desain IKL/HDW Type 209. Tipe 209 gagal bersaing dengan Kockums Tipe 471 untuk seleksi sebagai basis kelas Collins. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Kapal selam TR-1700 milik AL Argentina. Kapal lansiran Thyssen Nordseewerke ini coba ditawarkan ke Australia. (Sumber: https://www.usni.org/)

Dewan peninjau menyimpulkan bahwa IKL/HDW Tipe 2000 adalah desain terbaik yang ditawarkan, kelas Walrus dinilai sebagai ‘cukup bagus’, sementara proposal Kockums‘ dan Vickers dianggap sebagai ‘biasa-biasa saja’. Namun, tidak ada tender yang benar-benar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan RAN, dan dua proposal yang dipilih harus didesain ulang selama proses studi yang didanai. Sistem data tempur kemudian diperoleh secara terpisah dengan desain kapal selam; 14 perusahaan diidentifikasi mampu memberikan apa yang diinginkan oleh RAN, dari mana delapan diantaranya didekati pada bulan Januari 1983 dengan permintaan tender terpisah. Lima perusahaan yang merespon adalah: sebuah konsorsium yang dipimpin oleh Rockwell International dari Amerika Serikat, Plessey dari Inggris, Signaal dari Belanda, Sintra Alcatel dari Prancis, dan kolaborasi antara Krupp Atlas Elektronic Jerman dan Ferranti Inggris. Setiap peserta tender diminta untuk menawarkan sistem dengan arsitektur terdistribusi, meskipun tidak ada definisi yang diterima untuk ‘komputasi terdistribusi’ pada waktu itu, dan harus menunjukkan biaya pemrograman perangkat lunak di Ada (programming language), meskipun mereka dapat menawarkan rincian biaya tambahan untuk bahasa pemrograman lainnya.

Kapal selam kelas Sauro yang ditawarkan Cantieri Navali Riuniti dari Italia. Sayang desain kapal ini dinilai sudah tua. (Sumber: https://museumships.us/)
Kapal selam Kelas Walrus dari Belanda. Tawaran ke Australia identik dengan yang kapal yang dibuat untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda, meski tanpa menggunakan sistem tempur Belanda. (Sumber: https://www.navalnews.com/)
Perusahaan Inggris Vickers Shipbuilding & Engineering menawarkan desain yang disebut sebagai Tipe 2400, yang kemudian menjadi akan menjadi kelas Upholder. (Sumber: https://www.lockheedmartin.com/)

Pada bulan Mei 1985, tiga bulan terlambat dari jadwal, dewan peninjau mempersempit peserta tender menjadi dua pesaing di setiap kelompok: IKL/HDW dan Kockums untuk kapal selam, Rockwell dan Signaal untuk sistem tempur. Desain kapal selam Walrus dan Tipe 2400 dianggap terlalu mahal untuk diproduksi karena praktik pembangunannya yang tidak efisien, sementara tender sistem data tempur telah dipersempit oleh risiko pengembangan yang tidak dapat dibiarkan dalam proposal Plessey dan Krupp/Ferranti, dan masalah ganda dalam tender Sintra Alcatel karena penggunaan daya yang berlebihan dan ketidakcocokan dengan sistem senjata buatan Amerika yang diusulkan. Pada tanggal 9 Mei, kabinet Australia menyetujui pemilihan untuk studi yang didanai dan memutuskan bahwa enam kapal selam akan dibangun, dengan opsi tambahan untuk dua lagi, semuanya dibuat di Australia. Perusahaan yang dipilih lalu diberi dana untuk menjalani studi definitif proyek, dari mana seleksi akhir akan dilakukan. Tim penghubung dikirim ke masing-masing dari empat perusahaan untuk mengamati perkembangan konsep yang disajikan dalam proposal awal. Sebagai bagian dari proses ini, kedua perancang kapal selam diharuskan untuk membentuk konsorsium dengan setidaknya terdapat 50% kepemilikan asal Australia: IKL/HDW lalu bergabung dengan Eglo Engineering untuk membentuk Australian Marine Systems, sedangkan Kockums (yang semula berencana untuk bekerja dengan Eglo) menjadi bagian dari usaha patungan dengan Chicago Bridge & Iron cabang Australia, Wormald International, dan Australian Industry Development Corporation untuk membentuk Australian Submarine Corporation

Kelas Västergötland. Pembuat kapal asal Swedia Kockums mengajukan desain Tipe 471, versi yang diperbesar dari kapal selam kelas Västergötland yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Swedia. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Selama penelitian, berbagai tuduhan kecurangan atau ketidaksesuaian dari kedua perancang kapal selam dilontarkan oleh politisi dan media Australia. Ini termasuk klaim bahwa Partai Buruh Australia (ALP) kiri-tengah dan Partai Sosial Demokrat Swedia, keduanya berkuasa pada saat itu, akan mengarah pemilihan yang bias pro-Kockum, investigasi terhadap dugaan pembinaan perwakilan IDL/HDW dalam pertanyaan untuk ditanyakan pada sesi pengarahan ALP Caucus tentang proyek tersebut, dan penekanan publik pada insiden keamanan di Swedia dan Jerman Barat. Insiden-insiden ini tidak memiliki bukti pendukung atau sebaliknya terbukti salah, dan apakah merupakan hasil dari upaya Partai Liberal yang berusaha mendiskreditkan pemerintah Partai Buruh, atau politisi dan organisasi pro-Inggris yang percaya bahwa kedua kapal selam itu lebih inferior daripada Type 2400 penawaran Vickers. Laporan Dibb tentang keadaan Angkatan Pertahanan Australia dirilis pada bulam Maret 1986; itu termasuk saran bahwa jika biaya proyek kapal selam meningkat terlalu banyak, kemampuan kapal harus dikurangi untuk menghemat uang. Sekitar waktu yang sama, Bendahara Federal Paul Keating memulai upaya untuk memperketat kebijakan fiskal dan memotong pengeluaran pemerintah di semua portofolio. Akibatnya, terlepas dari dukungan antusiasnya untuk proyek tersebut sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan industri Australia, Menteri Pertahanan Kim Beazley memberi tahu kepala proyek bahwa ia tidak akan dapat memperoleh persetujuan Kabinet untuk pembangunan kapal selam jika biaya yang diperkirakan “mulai lebih” dari angka 4 [A$4 miliar]”.

Pada akhirnya Pemerintah Australia memilih desain kapal selam Tipe 471 dari Kockums. (Sumber: https://www.aumanufacturing.com.au/)

Empat tender yang dihasilkan dari studi tersebut kemudian diajukan selama bulan Oktober dan November 1986. Meskipun desain IKL/HDW dinilai paling tinggi kualitasnya selama inspeksi awal, tim evaluasi menemukan bahwa proposal Jerman kurang menarik dari yang diperkirakan sebelumnya. Meskipun IKL/HDW juga mengklaim bahwa kapal mereka dapat memenuhi persyaratan kinerja RAN, para evaluator menyimpulkan dari informasi yang diberikan bahwa untuk mencapai hal itu memerlukan penonaktifan semua sistem yang tidak penting dan beberapa sistem yang penting. Sebaliknya, proposal Kockums mengakui bahwa mereka tidak memenuhi persyaratan, meskipun pihak evaluator menemukan bahwa angka-angka tersebut tidak memenuhi persyaratan hanya dengan selisih tipis, dan percaya ini adalah penilaian yang konservatif. Tim evaluasi lalu menghitung ulang statistik kemampuan untuk kedua kapal selam ke standar yang sama, yakni kondisi operasi yang diprediksi pihak Australia, yang umumnya menemukan angka penilaian Kockums direvisi ke atas, dan angka penilaian dari IKL/HDW ke bawah. Hal ini mengakibatkan meningkatnya dukungan atas penawaran Tipe 471, dan protes dari kelompok IKL dan HDW, yang mempertanyakan validitas penghitungan ulang dan apakah evaluator Australia memiliki pengalaman untuk melakukan ini dengan benar. Sementara itu analisis dari dua proposal sistem tempur, mendapati proposal Signaal tidak disukai oleh para peninjau tender. Ini terutama dikaitkan dengan desain ulang yang mengurangi biaya di akhir proses, dimana perubahan tidak sepenuhnya didokumentasikan karena kendala waktu. Dokumentasi pendukung dikritik lebih lanjut oleh para penilai karena kata-katanya tidak jelas dan tidak menggunakan terminologi dan standar milspec. Selain itu, sistem yang diusulkan oleh Rockwell tampaknya memiliki kemampuan kinerja yang lebih baik, dan akan lebih murah untuk diterapkan. Pada tanggal 18 Mei 1987, Kabinet Australia akhirnya menyetujui desain akhir, yakni: kapal selam Tipe 471 Kockums, yang dilengkapi dengan sistem tempur Rockwell dan unit propulsi Diesel-Electric yang disediakan oleh perusahaan teknik Prancis Jeumont-Schneider. Kontrak untuk pembuatan enam kapal selam ditandatangani pada tanggal 3 Juni dengan nilai A$3,9 miliar pada harga tahun 1986, dengan kelonggaran inflasi dan perubahan nilai dolar Australia. Proyek akuisisi kapal selam ini pada saat itu merupakan proyek paling mahal yang pernah dilakukan oleh Angkatan Pertahanan Australia, tetapi kemudian tergeser dari gelar ini oleh proyek fregat kelas Anzac beberapa tahun kemudian.

DESAIN

Karakteristik dan jangkauan kapal selam kelas Collins telah disesuaikan secara khusus untuk peran pertahanan dan pengawasan dua samudera di Angkatan Laut Australia. Dirancang untuk memiliki kesenyapan paling baik yang dicapai dengan teknologi tercanggih, kelas Collins adalah versi yang diperbesar dari kapal selam kelas Kockums Västergötland. Desainnya disebut sebagai Kapal Selam Tipe 471 sampai diputuskan untuk memberi nama kapal utamanya, HMAS Collins, menurut nama Laksamana Muda RAN Sir John Augustine Collins. Di bawah komando Collins, kru kapal Australia berhasil menenggelamkan kapal perusak Italia “Espero” pada bulan Juni 1940 di perairan Mediterania. Tindakan lebih lanjut menempatkan dia dalam komando selama Pertempuran Cape Spada pada bulan Juli tahun yang sama. Collins kemudian terluka dalam serangan kamikaze Jepang terhadap kapal induk HMAS Australia (III). Mengakhiri karirnya sebagai Kepala Staf Angkatan Laut, Collins secara resmi pensiun pada bulan Februari 1955 setelah menjalani karir yang cemerlang. Sementara itu nama-nama enam kapal selam kelas Collins pertama kali diumumkan selama upacara peletakan lunas Collins, yakni: Collins, Farncomb, Waller, Dechaineux, Sheean, dan Rankin; semua dinamai menurut nama personil angkatan laut Australia yang berjasa selama Perang Dunia II.

Kapten (kemudian Laksamana Muda) Sir John Augustine Collins, asal nama kapal selam kelas Collins. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Kapal selam kelas Collins diklasifikasikan oleh RAN sebagai SSG, atau kapal selam pembawa peluru kendali, meskipun beberapa situs web industri pertahanan menyebut kapal tersebut sebagai kapal selam pemburu-pembunuh, atau SSK. Salah satu kapal selam pertama yang sepenuhnya dirancang oleh komputer, kapal selam ini memiliki banyak fitur unggulan, termasuk bentuk lambung berkinerja tinggi, kontrol yang sangat otomatis, ketahanan goncangan yang tinggi, penanganan senjata yang efisien, dan sistem propulsi independen udara opsional. Dengan panjang 77,8 meter (255 ft 3 in), dengan lebar 7,8 meter (25 ft 7 in) dan kedalaman garis air 7 meter (23 ft 0 in), keenam kapal kelas Collins adalah kapal selam bertenaga konvensional terbesar di dunia pada saat ditugaskan pertama kali. Kapal selam ini berlambung tunggal, dan memiliki dua dek lurus kebelakang. Setiap kapal memiliki bobot 3.100 ton (3.100 ton panjang) saat muncul ke permukaan, dan 3.407 ton (3.353 ton panjang) saat tenggelam. Kedalaman selam  maksimum kapal selam ini masih dirahasiakan. Menyusul hampir hilangnya Dechaineux pada tahun 2003 ketika selang air laut pecah saat penyelaman di kedalaman, kedalaman penyelamannya dikurangi. Lambung kapal dibuat dari baja high-tensile micro-alloy steel, yang dikembangkan oleh pabrikan baja Swedia SSAB, dan ditingkatkan kemampuannya oleh BHP Australia, yang menjadi lebih ringan dan lebih mudah dilas daripada baja nickel-alloy steel HY-80 atau HY-100 yang digunakan dalam proyek konstruksi kapal selam kontemporer, sambil memberikan hasil yang lebih baik dalam pengujian ledakan.

Potongan melintang lambung kapal selam kelas Collins. (Sumber: https://www.reddit.com/)

Bentuk profil dari Collins adalah layaknya kapal selam serang konvensional lainnya. Lambungnya berbentuk tabung dan berkontur bagus untuk membelah lautan yang tak kenal ampun. Bagian depannya agak bulat, untuk menampung sistem sonar dan peluncur torpedo. Menara dipasang di bagian tengah kapal dan berisi sirip selam serta sistem optik, sensor, dan peralatan komunikasi yang diperlukan untuk operasi kapal selam rahasia di daerah terpencil di dunia. Bagian buritan ditempati oleh sirip kemudi serta instalasi poros tunggal. Dibantu dengan desain komputer, kapal ini dibuat senyaman mungkin, dengan memanfaatkan fitur “pengurang kebisingan” modern. Memang, ketika diuji coba dengan bantuan Angkatan Laut Amerika di dekat Alaska, Collins ditemukan hampir tidak bersuara saat berlayar dengan “kecepatan patroli”. Otomasi juga mendukung kru yang berjumlah minimal dan efisiensinya dibantu melalui sistem tempur yang serba digital. Kapal selam kelas Collins ditutupi kulit ubin anechoic untuk meminimalkan deteksi oleh sonar. Kapal HMAS Collins dipasangi dengan ubin setelah jejak sonar standar kapal selam telah ditetapkan, sementara lima kapal lainnya dipasangi selama proses konstruksi. Ubin ini dikembangkan oleh Defence Science and Technology Organisation (DSTO) Australia karena Amerika Serikat dan Inggris tidak akan membagikan informasi mereka tentang ubin yang digunakan pada kapal selam nuklir mereka, sehingga peneliti asal Australia harus mengembangkan ubin ini dari awal. Ubin tersebut dibentuk dalam bentuk lambung, dan dipasang dengan perekat komersial yang biasanya digunakan untuk memperbaiki mata kucing ke permukaan jalan: meskipun kapal selam Inggris dan Amerika sering terlihat dengan ubin yang hilang, pada bulan Maret 2007, menunjukkan bahwa tidak ada ubin yang hilang dari kapal kelas Collins.

Detail desain kapal selam Kelas Collins. (Sumber: https://www.reddit.com/)

Kapal selam kelas Collins dipersenjatai dengan enam tabung torpedo kaliber 21 inci (530 mm), dan membawa muatan standar 22 torpedo. Awalnya, muatannya adalah campuran torpedo Gould Mark 48 Mod 4 dan rudal anti-kapal UGM-84C Sub-Harpoon; yang sebelumnya dibawa oleh kapal kelas Oberon. Pada tahun 2006, torpedo Mark 48 ditingkatkan ke versi Mod 7 Common Broadband Advanced Sonar System (CBASS), yang dikembangkan bersama dengan Angkatan Laut Amerika Serikat. Waller adalah kapal pertama dari kedua angkatan laut yang menembakkan Mod 7, dan menenggelamkan kapal perusak kelas Spruance USS Fletcher pada tanggal 16 Juli 2008, selama latihan RIMPAC 08. Beberapa atau semua torpedo dapat diganti dengan hingga 44 ranjau Stonefish Mark III. Selama fase konstruksi, pertimbangan diberikan untuk memperoleh rudal jelajah Tomahawkyang dapat diluncurkan dari kapal selam; yang memberikan kapal ini kemampuan untuk menyerang target darat setelah modifikasi kecil. Rencana untuk mengakuisisi Tomahawk atau rudal serang darat serupa tetap dipertimbangkan hingga 2009, ketika buku putih Defending Australia in the Asia Pacific Century: Force 2030 dirilis; menyatakan bahwa rudal serang darat malah akan dimasukkan ke dalam persenjataan pengganti kelas Collins. Sementara itu Kelas Collins tidak dirancang untuk mendukung operasi pasukan khusus yang menyediakan kemampuan terbatas yang mirip dengan kelas Oberon. Pada tahun 2005, Collins menerima upgrade pendukung pasukan khusus untuk menyediakan tiga kemampuan pelepasan multi swimmer, yakni: float on/float off dan exit and reentry. Namun, ada masalah dengan proses keluar dan masuk kembali selama uji coba laut. Awalnya hanya satu kapal selam yang direncanakan untuk menerima upgrade. Pada tahun 2014, Dechaineux ditingkatkan dan masalah keluar dan masuk kembali telah diperbaiki. Collins dijadwalkan menjalani dok pemeliharaan berikutnya untuk menerima peningkatan keselamatan untuk proses keluar dan masuk kembali. Namun, peningkatan pendukung pasukan khusus secara penuh belum dapat dicapai dalam hal penyimpanan peralatan tempel, seperti perahu karet, yang masih dalam tahap desain.

Rudal UGM-84C Sub-Harpoon, senjata pemukul andalan kapal selam Kelas Collins. (Sumber: https://weaponsparade.com/)

Setiap kapal selam dilengkapi dengan tiga mesin diesel 18 silinder Garden Island-Hedemora HV V18b/15Ub (VB210), yang masing-masing terhubung ke generator DC Jeumont-Schneider berkekuatan 1.400 kW 440 volt. Kemampuan pembangkit listrik gabungan dari setiap kapal selam adalah 4,2 megawatt. Mesin diesel Hedemora dipilih karena konstruksi modular, yang membuat perawatan lebih mudah; mereka dapat dipasang tiga melintang di ruang yang tersedia, sementara pesaing lain membutuhkan setidaknya terpasang di kedua tepi masing-masing dua; dan mereka memiliki turbocharger yang digerakkan oleh gas buang. Lima belas tangki bahan bakar terletak di seluruh kapal selam: mereka harus digunakan dalam urutan tertentu untuk menjaga daya apung dan trim kapal selam. Listrik disimpan dalam empat kemasan baterai timbal-asam, dengan total seberat 400 ton, dirakit oleh Pacific Marine Batteries, sebuah perusahaan patungan antara VARTA dari Jerman dan Pacific Dunlopdari Australia. Baterai ini memasok motor DC Jeumont Schneider tunggal, yang menyediakan kekuatan 7.200 tenaga kuda ke baling-baling miring berdiameter 4,22 meter (13,8 kaki) berbilah tujuh. Desain baling-baling diklasifikasikan Top Secret, dan harus ditutup sebelum kapal selam kelas Collins dapat dipindahkan dari air untuk pemeliharaan. Propulsi darurat disediakan oleh motor hidrolik MacTaggart Scott DM 43006 yang dapat ditarik. Permukaan kontrol belakang dipasang pada struktur berbentuk X, memberikan kapal kemampuan untuk mengungguli sebagian besar kelas kapal perang dan kapal selam yang ada. Kapal selam kelas Collins mampu bergerak secara diam-diam dengan tenaga listrik yang dipasok oleh bank baterai bebas timah berteknologi baru. Baterai ini diisi oleh tiga genset diesel on-board

Kelas Collins memiliki kecepatan 10 knot (19 km/jam; 12 mph) ketika muncul di permukaan dan pada kedalaman snorkel, dan dapat mencapai kecepatan 20 knot (37 km/jam; 23 mph) di bawah air. Saat melakukan perjalanan dengan kecepatan 10 knot (19 km/jam; 12 mph), kapal selam ini memiliki jangkauan 11.500 mil laut (21.300 km; 13.200 mi) di atas permukaan, atau 9.000 mil laut (17.000 km; 10.000 mi) di kedalaman snorkel. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

Kelas Collins memiliki kecepatan 10 knot (19 km/jam; 12 mph) ketika muncul di permukaan dan pada kedalaman snorkel, dan dapat mencapai kecepatan 20 knot (37 km/jam; 23 mph) di bawah air. Saat melakukan perjalanan dengan kecepatan 10 knot (19 km/jam; 12 mph), kapal selam ini memiliki jangkauan 11.500 mil laut (21.300 km; 13.200 mi) di atas permukaan, atau 9.000 mil laut (17.000 km; 10.000 mi) di kedalaman snorkel. Saat menyelam sepenuhnya, kapal selam kelas Collins dapat menempuh jarak 480 mil laut (890 km; 550 mil) dengan kecepatan 4 knot (7,4 km/jam; 4,6 mph). Propulsi nuklir dikesampingkan pada tahap awal proyek, karena mendukung kapal selam nuklir tanpa  adanya industri tenaga nuklir di Australia dan oposisi publik terhadap infrastruktur, semacam itu akan membuat pengoperasian kapal selam menjadi sangat sulit. Propulsi udara-independen (AIP) juga dipertimbangkan untuk kelas ini, dan kapal selam kelas Collins dirancang untuk dipasangi dengan sistem AIP. Rencana pemasangan AIP dibatalkan pada bulan Juli 1996, setelah dibuktikan selama uji coba laut bahwa selama operasi konstan, snorkel kapal hanya terbuka beberapa menit dalam periode 24 jam; pejabat dari ASC mengklaim bahwa setiap kapal selam kelas Collins terdeteksi saat snorting. Pemasangan AIP diyakini tidak memberikan peningkatan yang cukup untuk membenarkan pengajuan biaya tambahan sebesar A$100 juta.

Detail komponen menara kapal selam kelas Collins. (Sumber: https://twitter.com/)

Susunan sonar utama dari kelas Collins adalah sonar depan aktif/pasif Thomson Sintra Scylla, yang terhubung dengan sistem pencegat pasif dan susunan deteksi yang didistribusikan di sepanjang sisi kapal selam; tiga panel di setiap sisinya. Collins dan Farncomb awalnya dilengkapi dengan susunan sonar tarik pasif Thales Karriwarra, sedangkan empat kapal lainnya dapat dilengkapi dengan susunan sonar Namara Karriwarra atau Thales. Ini kemudian diganti di seluruh kelas dengan Thales SHOR-TAS towed passive array, dikerahkan melalui ‘pipa’ horizontal di bagian buritan. Planar Sonar Array pada kelas Collins dibangun dari panel datar polivinil difluorida piezo-listrik yang menyediakan data gelombang untuk menentukan jangkauan dengan menggunakan frekuensi rendah hingga 10kHz. Ketika muncul di permukaan atau pada kedalaman periskop, kapal kelas Collins dapat menggunakan radar pencarian permukaan Kelvin Hughes Tipe 1007, yang terletak di tiang yang dapat ditarik pada sirip. Kelvin Hughes Tipe 1007 terdiri dari unit antena, transmitter/receiver dan display. Unit pemancar / penerima beroperasi pada gelombang 9.410GHz dengan output daya pemancar pada 25kW. Setiap kapal selam dilengkapi dengan periskop pencarian CK043 dan periskop serang CH093, yang menggabungkan rangkaian pencitraan termal, penguat gambar, dan sensor televisi bercahaya rendah. Periskop ini diproduksi oleh Pilkington Optronics (sekarang Thales Optronics), dan mengalami beberapa masalah di awal masa pakai kapal selam ini. Perangkat keras untuk sistem tempur asli berbasis di sekitar keluarga prosesor Motorola 68000. Sistem tempur pengganti terdiri dari komponen taktis dan kontrol tembakan dari sistem Raytheon CCS Mk2, dikombinasikan dengan interface sonar yang dikembangkan untuk sistem tempur yang ditingkatkan yang digunakan di atas kapal Sheean dan Dechaineux. Sementara itu perangkat countermeasures termasuk unit pencegat dan peringatan Condor CS-5600 ESM, dan dua unit decoy SSE. Kapal-kapal tersebut dilengkapi dengan sistem degaussing Marconi SDG-1802, dan tautan data pertukaran informasi tempur Link 11 yang berfungsi untuk menerima saja. Pada bulan Oktober 2006, Sagem Défense Sécurité dipilih agar melengkapi kelas Collins dengan sistem navigasi inersia gyrolaser SIGMA 40XP.

Tempat tinggal awak di SSG 76 HMAS Dechaineux, kapal selam Kelas Collins. (Sumber: https://www.couriermail.com.au/)

Awalnya, personel standar setiap kapal selam adalah enam perwira dan tiga puluh enam pelaut, dengan fasilitas untuk membawa dua belas personel tambahan (biasanya peserta pelatihan), yang cukup untuk bertugas di lautan selama sekitar 70 hari. Jumlah ini kemudian diminimalkan oleh RAN selama desain, yang bersikeras bahwa berbagai fungsi diotomatisasi jika memungkinkan; RAN juga mengharuskan setiap pelaut memiliki rak sendiri dan tidak memerlukan ‘hot bunk‘, seperti layaknya kapal selam lainnya. Awalnya dimaksudkan bahwa beberapa kelompok kru kapal dibuat per kapal selam, dan ini dirotasi untuk memaksimalkan waktu kapal selam di laut tanpa mempengaruhi kesiapan personel. Tetapi RAN yang kesulitan dalam mempertahankan jumlah awak kapal selam, membuat rencana ini tidak dapat dijalankan. Tamtama Kapal selam diakomodasi di kabin enam tingkat. Pada bulan Mei 1997, dua kelompok yang terdiri dari enam pelaut wanita dikirim ke Collins dan Farncomb untuk menguji kelayakan kru kapal selam dengan berbagai jenis kelamin. Menyusul keberhasilan uji coba, sebelas pelaut wanita dan satu perwira wanita memulai pelatihan kapal selam pada tahun 1998. Perwira dan tamtama kapal selam senior tidur di tempat akomodasi campuran, tetapi awak kapal selam tamtama junior dapat dikerahkan dalam kelompok ber-enam: salah satu kabin tamtama disisihkan, dan keenam ranjang di kabin harus diisi. Akomodasi campuran untuk semua awak kapal selam wanita disetujui pada bulan Juni 2011, untuk meningkatkan peluang penempatan dan membantu menutupi kekurangan dalam kru kapal selam. Selama akhir tahun 1990-an, kombinasi perekrutan yang rendah dan tingkat retensi di RAN mengakibatkan jumlah awak kapal selam terlatih turun di bawah 40% dari yang dibutuhkan. Sebagai upaya untuk mempertahankan awak kapal selam, RAN menawarkan bonus sekali pemberian sebesar A$35.000 pada tahun 1999. Langkah-langkah lain yang diperkenalkan sekitar waktu yang sama termasuk transfer prioritas sukarelawan untuk pelatihan kapal selam dan rotasi awak kapal selam antara tugas laut dan pantai untuk membebaskan mereka dari penugasan di laut terus-menerus dan mencegah kelelahan. Setahun kemudian, langkah-langkah ini telah meningkatkan jumlah awak kapal selam menjadi 55% dari seharusnya. Namun, masalah dengan awak kapal selam terus berlanjut; pada tahun 2008 RAN dapat menyediakan kru lengkap hanya untuk tiga dari enam kapal selam.

Awak kapal wanita dari SSG 75 HMAS Waller. Sebuah tinjauan oleh Laksamana Muda Rowan Moffitt selama tahun 2008 (The Submarine Workforce Sustainability Review atau Moffitt Report) menemukan bahwa kepemimpinan yang buruk dan budaya “pencapaian misi dengan biaya berapa pun” mengakibatkan awak kapal selam yang secara teratur stres dan lelah karena bekerja hingga 22 jam, dalam kondisi yang lebih buruk daripada yang dialami oleh personel Special Air Service selama konflik Afghanistan. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

Sebuah tinjauan oleh Laksamana Muda Rowan Moffitt selama tahun 2008 (The Submarine Workforce Sustainability Review atau Moffitt Report) menemukan bahwa kepemimpinan yang buruk dan budaya “pencapaian misi dengan biaya berapa pun” mengakibatkan awak kapal selam yang secara teratur stres dan lelah karena bekerja hingga 22 jam, dalam kondisi yang lebih buruk daripada yang dialami oleh personel Special Air Service selama konflik Afghanistan. Awak Kapal selam juga ditemukan memiliki moral dan tingkat kepuasan kerja yang lebih rendah daripada posisi lain di RAN, dengan berbagai faktor-faktor ini menyebabkan tingkat kelelahan personel yang tinggi, sementara adanya pengunduran diri berarti bahwa tingkat pengalaman rata-rata pada mereka yang masih tersisa terus menurun. Laporan tersebut, yang dirilis secara publik pada bulan April 2009, membuat 29 rekomendasi untuk memperbaiki kondisi dan menstabilkan atau meningkatkan jumlah awak kapal selam; yang semuanya disetujui oleh RAN untuk diadopsi. Langkah-langkah ini termasuk meningkatkan kru setiap kapal menjadi 58 personel untuk menyebarkan beban kerja (praktik yang berhasil diterapkan di kapal Farncomb sejak bulan Desember 2008), mengurangi lamanya patroli dan meningkatkan cuti pantai, membayar bonus untuk awak kapal selam yang tetap berada di dinas kapal selam setidaknya selama delapan belas bulan, dan menyediakan akses internet di atas kapal selam. Sebuah program perekrutan khusus juga disarankan, untuk mempromosikan dinas kapal selam sebagai unit elit, dan menargetkan personel RAN di atas kapal permukaan, mantan awak kapal selam yang pekerjaan sipilnya mungkin terpengaruh oleh krisis keuangan global, dan awak kapal selam di angkatan laut asing. Program ini berhasil; pada bulan Juni 2010, tiga kelompok kru kapal yang diperluas aktif, sementara yang keempat sedang menjalani pelatihan. Pada bulan Desember 2012, kelompok kru keempat aktif, dan bersiap untuk mengoperasikan sebuah kapal selam dari tempat perawatan lama pada tahun 2013.

KAPABILITAS PERSENJATAAN

Kapal selam kelas Collins dipersenjatai dengan enam tabung torpedo kaliber 21 inci (530 mm), dan membawa muatan standar 22 torpedo. Awalnya, muatannya adalah campuran torpedo Gould Mark 48 Mod 4 dan rudal anti-kapal UGM-84C Sub-Harpoon. Beberapa atau semua muatan torpedo dapat diganti dengan hingga 44 ranjau Stonefish Mark III.

Torpedo Mark 48

Mark 48 dan varian Advanced Capability (ADCAP) yang ditingkatkan adalah torpedo kelas berat yang diluncurkan kapal selam Amerika. Mereka dirancang untuk menenggelamkan kapal selam bertenaga nuklir dan kapal permukaan berkinerja tinggi. Dengan panjang 6,4 meter (21 kaki), lebar 53 cm (21 inci), dan berat 1.633 kg (3600 pon), ini adalah senjata “generasi terbaru”, yang dilengkapi dengan sonar aktif dan pasif, dengan sistem pemandu homing atau wire yang dapat dipandu hingga jarak 30 km. Wire guidance yang beroperasi secara otonom memungkinkan kapal selam memandu torpedo dan menyerang musuh dari jarak yang aman. Torpedo ini dapat beroperasi pada kedalaman lebih dari 365 m (1.200 kaki) dan bisa beroperasi dengan kecepatan 40 knot (74 km/h; 46 mph), pada target dalam jarak 50 km. Pada jarak 38 km torpedo ini memiliki kecepatan puncak hingga 55 knot (102 km/h; 63 mph). Torpedo Mk-48 Mod 4, yang dipakai Australia telah diuji secara ekstensif dan produksinya dimulai pada tahun 1985, dengan masuk ke dinas operasional pada tahun 1988. RAN sekarang telah meningkatkan torpedo Mark 48 ke versi Mod 7. “Otak” dari torpedo ini sedang ditingkatkan untuk menjadikannya sebagai “senjata anti-permukaan dan anti-kapal selam yang paling canggih dan kuat” yang ada saat ini, menurut pengakuan dari pihak Lockheed Martin. Senjata ini memiliki kesamaan dengan yang digunakan pada kapal selam nuklir kelas Virginia milik Angkatan Laut AS, dan juga digunakan oleh angkatan laut Australia dan Belanda. Torpedo berat Mark 48 Mod 7 memiliki fitur pelacak aktif dan / atau pasif, dan perangkat counterattack tingkat lanjut, sehingga memampukannya untuk beroperasi secara ‘fire and forget’ atau ‘wire guided’ yang beroperasi secara otonom.

Sebuah torpedo berat Mk-48 dimuat kedalam kapal HMAS Dechaineux. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

Rudal UGM-84 Harpoon

Harpoon adalah tipe rudal anti-kapal segala-cuaca jarak jauh yang dikembangkan dan diproduksi oleh McDonnell Douglas (sekarang Boeing Defense, Space & Security). UGM-84, merupakan versi Harpoonyang dapat ditembakkan dari kapal selam dilengkapi dengan pendorong roket berbahan bakar padat dan dikemas dalam wadah untuk memungkinkan peluncuran dari bawah air melalui tabung torpedo. Bobot tipe ini adalah 1.523 lb (691 kg) dengan booster. Rudal ini berbobot 488 pound (221 kg) ini memiliki panjang 15 kaki (4,6 m), lebar 13,5 in (34 cm), sehingga dapat ditembakkan dari tabung torpedo standar 21 inchi. UGM-84 Harpoon memiliki jangkauan 140 km (75 nmi) yang dapat terbang dengan kecepatan subsonik tinggi, sekitar 850 km / jam (460 knot, 240 m / s, atau 530 mph). UGM-84 Harpoon setidaknya melengkapi kapal selam kelas Collins yang dioperasikan oleh Australia.

Rudal Harpoon. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

Ranjau Stonefish

Stonefish adalah ranjau non kontak angkatan laut yang diproduksi oleh perusahaan pertahanan Inggris BAE Systems. Ranjau ini telah diekspor ke negara-negara seperti Australia, yang memiliki versi warstock dan versi pelatihan Stonefish. Ada dugaan bahwa Afrika Selatan, Chili, Irak, Libya, dan mungkin negara lain mungkin telah memperoleh akses ke beberapa informasi Stonefish awal versi atau teknologi serupa. Ranjau ini dinamai menurut ikan stonefish yang berbisa. Ranjau Stonefish umumnya memiliki dua lug suspensi untuk memfasilitasi penyebarannya, misalnya dengan derek. Mereka dapat digunakan oleh pesawat sayap tetap, helikopter, kapal permukaan dan kapal selam. Ini adalah senjata modular berbentuk silinder, terdiri dari tiga bagian terpisah yang digabungkan bersama untuk membentuk satu unit, yang terdiri dari: sistem peluncuran (misalnya pada fairing hidung, unit sirip ekor, paket parasut, dan tali pengikat untuk pengiriman yang dijatuhkan melalui udara), paket elektronik (menggabungkan perangkat pengaman/persenjataan, komputer pemroses target, dan mekanisme fusi terkait), serta hulu ledak tingkat tinggi PBX aluminized. Dua ukuran hulu ledak peledak Stonefish tersedia untuk ranjau warstock, yakni berbobot 100 kilogram (220 lb) dan 300 kilogram (660 lb). Namun, kekuatan penghancur ranjau Stonefish dapat disesuaikan dengan menggabungkan beberapa hulu ledak bersama-sama dalam kombinasi yang berbeda. Dengan cara ini, ranjau Stonefish dapat memiliki hulu ledak yang beratnya 100, 200, 300, 400, 500 atau 600 kg. Kemampuan untuk mengubah ukuran hulu ledak memungkinkan Stonefish untuk dikerahkan melawan target kecil di perairan pantai dangkal atau terhadap target besar di laut dalam. Tergantung pada konfigurasi hulu ledak, ranjau Stonefish dapat memiliki berat total hingga 990 kilogram (2.180 lb). Berbagai variasi ukuran ranjau Stonefish sedemikian rupa banyaknya, sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam tabung torpedo kapal selam, kemudian dilepaskan menggunakan sedikit udara bertekanan untuk mengeluarkannya. Kedalaman pengoperasian Stonefish berkisar antara 30 dan 200 meter (98 dan 656 kaki). Umur simpannya adalah 20 tahun, dan memiliki masa operasional 700 hari setelah ditempatkan di dasar laut. Stonefish menggabungkan sistem penundaan peledakan, penghitungan jumlah kapal yang lewat, dan fitur sterilisasi diri yang dapat dikonfigurasi sendiri oleh oleh penggunanya.

KONSTRUKSI

Lebih dari 33.000 gambar dan 5.000 perintah kerja harus dibuat, sebelum pembangunan kapal selam Kelas Collins dapat dimulai. Begitu pekerjaan dimulai, setiap kapal selam membutuhkan waktu 2,5 juta jam untuk dirakit. Diperkirakan ada 350.000 dokumen teknis individu yang terkait dengan kapal selam Kelas Collins. Untuk pembuatannya, fasilitas konstruksi Australian Submarine Corporation kemudian didirikan di atas tanah yang sebelumnya belum dikembangkan di tepi Sungai Port, di Osborne, Australia Selatan. Pekerjaan di situs dimulai pada tanggal 29 Juni 1987, dan dibuka pada bulan November 1989. Australia Selatan dipilih sebagai lokasi fasilitas konstruksi berdasarkan lokasi fasilitas yang diusulkan dan janji oleh Pemerintah Negara Bagian untuk membantu meminimalkan masalah yang disebabkan oleh serikat pekerja. Tawaran dari negara bagian ini dibantu oleh promosi yang hati-hati kepada Kockums dan IKL/HDW selama awal proyek, dan masalah dengan proposal negara bagian lain: Tasmania dan Australia Barat dinilai tidak memiliki basis industri yang diperlukan, New South Walestidak dapat memutuskan lokasi fasilitas konstruksi, lokasi yang diusulkan Victoria letaknya buruk, dan bangunan di Queensland yang dipimpin Partai Liberal akan menjadi tidak bijaksana secara politis untuk proyek tersebut ketika Partai Buruh berkuasa baik secara federal maupun di semua negara bagian lainnya. Setiap kapal selam dibangun dalam enam bagian, masing-masing terdiri dari beberapa sub-bagian. Salah satu kriteria utama proyek ini adalah bahwa industri Australia berkontribusi setidaknya 60% dari total pekerjaan; pada akhir proyek, 70% konstruksi dan 45% persiapan perangkat lunak telah diselesaikan oleh perusahaan milik Australia. Pekerjaan-pekerjaan ini disub-kontrakkan ke 426 perusahaan di dua belas negara, ditambah banyak sub-kontraktor. Dalam banyak kasus, komponen untuk kapal selam pertama dibuat oleh perusahaan di luar Australia, sedangkan untuk lima kapal berikutnya direplikasi oleh mitra atau anak perusahaan milik Australia. Proyek tersebut mendorong peningkatan besar dalam standar kendali mutu di seluruh industri Australia: pada tahun 1980, hanya 35 perusahaan Australia yang memiliki sertifikasi kendali mutu yang sesuai untuk proyek-proyek Pertahanan, tetapi pada tahun 1998, jumlah ini telah meningkat menjadi lebih dari 1.500.

Fasilitas konstruksi Australian Submarine Corporation, tempat enam kapal selam kelas Collins dirakit. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Meskipun penyelenggara proyek akuisisi awalnya merencanakan kapal selam pertama yang akan dibangun di luar negeri, Kabinet memutuskan sebagai bagian dari persetujuan proyek bahwa keenam kapal selam akan dibangun di Australia; peningkatan waktu dan biaya konstruksi karena tidak membangun kapal utama di galangan kapal milik perancang pemenang dianggap bisa diimbangi oleh pengalaman tambahan yang diberikan kepada industri Australia. Meski begitu, dua bagian dari kapal selam pertama dibangun oleh galangan kapal Kockums di Malmo, Swedia. Pada akhir tahun 1990, Chicago Bridge & Iron dan Wormald International telah menjual saham mereka di ASC. Sahamnya dibeli oleh Kockums dan Australian Industry Development Corporation, dengan beberapa saham Kockums kemudian dijual ke James Hardie Industries untuk mempertahankan kepemilikan mayoritas Australia atas perusahaan tersebut. Pada tanggal 5 April 2000, saham ASC yang dimiliki oleh Kockums dibeli dan perusahaan tersebut dinasionalisasi, meskipun pada saat itu ada kecenderungan untuk memprivatisasi perusahaan milik pemerintah. Pada akhir tahun 2003, sebuah kontrak untuk mempertahankan kelas Collins senilai $3,5 miliar selama 25 tahun diberikan kepada ASC. Pada bulan April 1996, opsi untuk memesan kapal selam ketujuh dan kedelapan masih dalam pertimbangan, tetapi dipandang tidak menguntungkan oleh Departemen Pertahanan pada saat itu, karena biaya tambahan akan memerlukan pengalihan dana dari Angkatan Darat Australia dan Angkatan Udara Australia, yang mengakibatkan ketidakseimbangan kemampuan Angkatan Pertahanan Australia. Opsi itu dibatalkan langsung pada akhir tahun 2001.

PROBLEM KAPAL SELAM KELAS COLLINS

Kapal selam Collins mungkin merupakan program akuisisi peralatan pertahanan paling kontroversial Australia sejak pembelian pesawat pembom taktis F-111 pada 1960-an. Meskipun tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja dilakukan, kontroversinya terus berlanjut. Kapal selam kelas Collins mengalami berbagai masalah selama proses konstruksi dan masa operasional awal mereka. Banyak di antaranya dikaitkan dengan kapal selam itu sebagai desain baru yang belum teruji, dan pada akhirnya berhasil ditangani saat problem-problem tersebut ditemukan. Kebanyakan sistem dan fitur bekerja mengalami sedikit atau tanpa masalah, sementara kecepatan maksimum kapal, kemampuan manuver, dan daya tahan di dalam air dalam kecepatan rendah ditemukan melebihi spesifikasi. Sistem kendali kapal, yang selama pengembangan telah ditandai sebagai potensi masalah utama, berfungsi di luar ekspektasi positif: misalnya, sistem autopilot (yang di atas kapal Collins dijuluki ‘Sven‘) ditemukan lebih baik dalam mempertahankan kedalaman selama snorting daripada kebanyakan kapal lainnya. Namun, masalah dengan sistem tempur, kebisingan yang berlebihan, dan kerusakan mesin yang berulang muncul di seluruh kapal kelas ini. Kekurangan ini dan kekurangan lainnya sering dibuat lebih sulit untuk dipecahkan karena ketidaksepakatan antara Kockums, ASC, Rockwell, RAN, dan Pemerintah Australia mengenai sifat masalah, penyebabnya, dan siapa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Pelaporan media tentang masalah selama pertengahan tahun 1990-an sering negatif dan berlebihan, menciptakan persepsi publik yang buruk. Ini diperparah oleh para politisi, yang menggunakan kekurangannya untuk menyerang Partai Buruh dan Kim Beazley secara politis, terutama setelah Partai Buruh dikalahkan oleh Koalisi Liberal-Nasional dalam pemilihan federal tahun 1996, dan Beazley menjadi Pemimpin Oposisi. Selama pertengahan tahun 1990-an, direkomendasikan pada beberapa kesempatan bahwa proyek kapal selam ini ditinggalkan, dan kapal selam yang telah selesai dan lambung yang masih tidak lengkap dipecah untuk dibesituakan. Mengikuti Laporan McIntosh-Prescott, yang menunjukkan kesalahan jangka panjang dengan kapal kelas Collins yang masih membutuhkan pemecahan, berhasil mendorong perbaikan kapal selam ini ke standar operasional. Sebagai bagian dari ini, kampanye publikasi dilaksanakan untuk memberikan informasi terkini tentang kapal selam ke media, untuk meningkatkan persepsi publik tentang kelas kapal selam ini dengan memberikan informasi faktual tentang status proyek dan menanggapi pertanyaan dan insiden yang terjadi. Periode yang sama ini menghilangkan gagasan, yang telah dipegang secara luas di dalam RAN, bahwa kapal kelas Collins akan seperti kapal lain yang sebelumnya dipesan oleh RAN: beroperasi dengan angkatan laut lain, diuji dengan baik, dan dengan semua masalah yang diselesaikan sebelumnya, sebelum mereka dipakai oleh Angkatan Laut Australia. RAN mulai menyadari bahwa sebagai pengguna satu-satunya kelas Collins, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari biasanya dalam memastikan bahwa kapal berada pada standar operasional.

Kapal selam Collins mungkin merupakan program akuisisi peralatan pertahanan paling kontroversial Australia sejak pembelian pesawat pembom taktis F-111 pada 1960-an. Meskipun tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja dilakukan, kontroversinya terus berlanjut. Kapal selam kelas Collins mengalami berbagai masalah selama proses konstruksi dan masa operasional awal mereka. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

Problem Pengelasan

Selama perakitan bagian haluan dan menara untuk evakuasi kelas Collins di Swedia, ditemukan beberapa cacat pada pengelasan lambung kapal. Alasan yang berbeda kemudian diberikan oleh pihak yang berbeda-beda untuk masalah ini: Untuk mempercepat proses produksi, Kockums mempekerjakan tukang las yang tidak memenuhi syarat untuk mengerjakan baja kekuatan tinggi; Prosedur Pengelasan Berkualitas yang dikembangkan oleh Kockums untuk baja ini tidak diikuti dalam proses produksi; baja yang digunakan untuk lambung memerlukan teknik pengelasan yang berbeda dengan yang biasanya digunakan oleh Kockums; angkatan laut Swedia selalu meminta las penetrasi parsial untuk kapal selam mereka, sementara RAN menginginkan las penetrasi penuh, tetapi tidak menjelaskannya; keterlambatan pengiriman pelat baja ke Kockums mengakibatkan pekerjaan yang terburu-buru dan mengakibatkan adanya penurunan kualitas. Insinyur Kockums lalu mengusulkan agar bagian itu disimpan di Swedia untuk menjalani perbaikan, tetapi untuk meminimalkan penundaan, bagian itu diterima apa adanya, dengan perbaikan dicoba di ASC selama proses perakitan penuh kapal pertama. Kockums lalu mengirim tukang las dan teknisi inspeksi ke ASC untuk membantu melakukan perbaikan ini. Namun, ketika Collins kembali ke fasilitas ASC pada bulan April 2001 untuk pemeliharaan docking selama setahun, beberapa cacat pengelasan ditemukan di bagian haluan dan menara evakuasi kapal selam (dua bagian yang dibangun oleh Kockums), sementara hampir tidak ada masalah yang ditemukan dalam pengelasan empat bagian buatan Australia. Memperbaiki pengelasan ini pada akhirnya melipatgandakan waktu yang dihabiskan Collins di dermaga.

Kapal selam kelas Collins didalam dock. Selama perakitan bagian haluan dan menara untuk evakuasi kelas Collins di Swedia, ditemukan beberapa cacat pada pengelasan lambung kapal. (Sumber: https://asiapacificdefencereporter.com/)

Kebisingan

Kebisingan yang dibuat oleh kapal selam, yang membahayakan kemampuan mereka untuk tetap tersembunyi, adalah masalah besar lainnya dengan desain kelas Collins. Dalam persyaratan aslinya, pedoman RAN untuk jejak kebisingan kapal selam baru mereka ini tidak jelas; misalnya, hanya meminta agar mereka “dua kali lebih tenang” seperti kelas Oberon. Harapan dan persyaratan operasional juga berubah antara penandatanganan kontrak tahun 1987 dan ketika kapal selam mulai beroperasi pada akhir tahun 1990-an. Elemen utama dari jejak kebisingan untuk kelas Oberon adalah kebisingan mesin yang ditransmisikan melalui lambung; ini berhasil dihindari selama proses konstruksi kelas Collins dengan memasang mesin pada platform yang diisolasi dari lambung kapal. Pengujian kebisingan selama tahun 1996 dan 1997 menemukan bahwa jejak kebisingan hidrodinamik — kebisingan yang dibuat oleh kapal selam yang melewati air — berlebihan, terutama pada kecepatan tinggi. Bentuk lambung adalah penyebab utama: meskipun model skala desain telah diuji selama studi yang didanai dan ditemukan memiliki jejak kebisingan minimal, bentuk lambung diubah setelah kontrak ditandatangani, terutama dengan 2 meter (6,6 kaki) pemanjangan kapal selam dan desain ulang kubah haluan untuk mengakomodasi sonar utama yang lebih besar dari perkiraan dan mengurangi titik butanya (baffle). Desainnya belum diuji ulang, karena siapa yang akan membayarnya tidak dapat disepakati. Kavitasi baling-baling, yang disebabkan oleh aliran air di atas permukaan kontrol ke baling-baling pada kecepatan tertentu, adalah pembuat kebisingan utama lainnya. Kavitasi tidak menjadi masalah dengan desain kapal selam Swedia sebelumnya atau selama pengujian awal desain Tipe 471, tetapi baling-baling harus didesain ulang di akhir proses untuk memberikan lebih banyak tenaga, dan seperti lambung yang didesain ulang, baling-baling ini tidak diuji ulang.

HMAS Rankin berlayar di kedalaman snorkel atau periskop selama RIMPAC 04. Kebisingan adalah masalah besar pada desain kelas Collins. (https://www.seaforces.org/)

Selama tahun 2000, sebuah pertemuan yang tidak biasa terjadi dengan Francis ‘Frank’ Smith, komandan Pangkalan Angkatan Laut HMAS Stirling saat itu. Dia adalah seorang Insinyur Pemeliharaan Pesawat (awalnya dilatih di Government Aircraft Factories Fisherman’s) yang telah menyadari masalah dinamika fluida kelas Collins selama beberapa waktu, murni karena minat dan pengamatannya di televisi. Setelah diskusi panjang, ia diundang untuk mendiskusikan dan menunjukkan jika memungkinkan, pengamatannya di Pangkalan Angkatan Laut Stirling bersama staf Organisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (DSTO) Angkatan Laut dan Pertahanan yang berada di sana pada waktu itu sebagai bagian dari kelompok investigasi. Dia menunjukkan di papan tulis, masalah aerofoil dengan struktur menara pengarah Dorsal – Sail menunjukkan bahwa rasio aspek (rentang (tinggi) terhadap chord (lebar)) terlalu pendek dan turbulensi / kavitasi yang parah akan dihasilkan oleh desain seperti itu. Hal ini didemonstrasikan kembali di papan tulis menggunakan bentuk sayap aerofoil pesawat sebagai dasar pembahasan. Bahwa turbulensi / kavitasi yang dihasilkan dengan aliran ke belakang alami, bergerak ke bawah dek permukaan atas belakang lambung dan ditarik ke baling-baling. Dia juga mampu menunjukkan bahwa desain bagian haluan tidak akan lulus uji aliran untuk menghasilkan turbulensi / kavitasi, dengan perubahan bentuk dari bagian haluan melingkar menjadi lambung panjang, yang tidak dipahami dengan baik. Dia membuat beberapa rekomendasi selama kuliah yang akan hemat biaya dan mungkin dilakukan, yakni:

  1. Untuk memanjangkan dan meruncingkan sirip dorsal dan menciptakan integrasi yang lebih ramping dari bagian dorsal ke bagian dek Lambung atas yang rata, dan 
  2. Untuk ‘mengisi’ bagian berongga lambung bagian belakang dari lengkungan haluan. 

Kedua hal ini dapat dicapai dengan memasang penutup Carbon Fiber atau Fiberglass karena tidak diperlukan kekuatan bantalan penahan beban. Studi selanjutnya oleh DSTO menunjukkan bahwa bentuk lambung kapal selam, terutama kubah sonar yang didesain ulang, sirip, dan bagian belakang kapal selam, memfokuskan air yang dipindahkan ke dua aliran turbulen; ketika tujuh bilah baling-baling menabrak aliran ini, getaran baling-baling meningkat, menyebabkan munculnya kavitasi. Masalah ini diperbaiki dengan memodifikasi casing kapal selam dengan fairing fiberglass.

Mesin

Selama proses uji coba kapal selam pertama, sistem propulsi ditemukan rentan terhadap kegagalan karena berbagai alasan. Sebagian besar kegagalan dikaitkan dengan sistem bahan bakar diesel lima belas tangki yang dipakai. Tangki ini dirancang untuk dapat diisi dengan air asin dan dikosongkan untuk mempertahankan daya apung netral, tetapi air akan secara teratur masuk ke mesin karena kombinasi desain yang buruk dengan pemisahan gravitasi dari mesin, bahan bakar dan air tidak mencukupi, dan kesalahan operator akibat pelatihan yang buruk. Masalah juga disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada bahan bakar diesel, yang, bersama dengan air asin, yang akan menyebabkan pompa bahan bakar berkarat dan komponen lainnya rusak. Masalah terkait bahan bakar diselesaikan dengan memasang coalescer, meningkatkan pelatihan dan prosedur operasional, dan menambahkan biosida ke bahan bakar. Segel pada poros baling-baling juga merupakan masalah yang signifikan pada Collins dan Farncomb. Meskipun dirancang untuk memungkinkan mengatasi kebocoran 10 liter (2,2 imp gal; 2,6 US gal) per jam, selama uji coba ditemukan bahwa segel secara teratur tidak sejajar dan memungkinkan ratusan liter per jam masuk ke dalam kapal—selama satu uji menyelam dalam laju aliran tercatat pada sekitar 1.000 liter (220 imp gal; 260 US gal) per menit. ASC mengklaim bahwa pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan segel secara manual saat kapal selam menyelam dan naik, tetapi ini akan membutuhkan seorang pelaut yang berdedikasi semata-mata untuk tugas itu, yang mempengaruhi upaya untuk meminimalkan jumlah personel yang dibutuhkan. Ditemukan bahwa masalah dapat diatasi untuk sementara dengan menjalankan baling-baling secara terbalik selama 100 putaran, menarik segel kembali ke posisi semula. Meski demikian solusi permanen pada awalnya tidak dapat ditemukan, karena ASC menolak untuk menerima tanggung jawab atas masalah tersebut, dan yang produsen segel yang asli telah ditutup. Pemasok baru kemudian ditemukan, dengan segel yang dimodifikasi dipasang pada dua kapal selam pertama pada akhir tahun 1996, sebelum segel yang dirancang ulang sepenuhnya dipasang ke kapal pada akhir tahun 1997, berhasil memecahkan masalah itu.

Selama proses uji coba kapal selam pertama kelas Collins, sistem propulsi ditemukan rentan terhadap kegagalan karena berbagai alasan. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

Baling-baling itu sendiri juga ditemukan diproduksi dengan buruk, karena dibentuk dengan tangan, dengan setidaknya satu dipasang pada pitch yang salah. Masalah ini diperbaiki dengan menggunakan five-axis milling machine untuk pekerjaan pembuatan baling-baling di masa depan dan mengganti baling-baling yang salah cetak. Bahan yang digunakan untuk baling-baling juga ditemukan lebih lemah dari yang diperkirakan, yang menyebabkan keretakan setelah hanya beberapa tahun digunakan. Alih-alih pergi ke Kockums, yang mulai menurun aktivitasnya setelah berakhirnya Perang Dingin, kantor proyek kapal selam mengirim baling-baling ke Angkatan Laut Amerika Serikat untuk didesain ulang. Meskipun pihak Amerika berhasil memperbaiki masalah dengan desain baling-baling, dan menghasilkan peningkatan kinerja yang signifikan, perusahaan Swedia tidak puas dengan tindakan Australia; pengiriman baling-baling adalah salah satu poin perdebatan dalam tindakan hukum perusahaan pada pertengahan tahun 2000-an terhadap pemerintah Australia atas kepemilikan hak kekayaan intelektual untuk desain kapal selam itu. Sementara itu masalah propulsi lainnya termasuk getaran motor yang berlebihan pada kecepatan tertentu yang merusak berbagai komponen (yang dikaitkan dengan pelepasan sebuah flywheel dan korosi yang disebabkan oleh masalah bahan bakar), dan konsumsi bahan bakar yang berlebihan di Collins pada saat berlayar di kecepatan tinggi (ditemukan disebabkan oleh masalah dengan turbin dan turbocharger). Sistem propulsi juga ditemukan sebagai sumber kebisingan sekunder akibat dari desain knalpot yang buruk, langkah-langkah penghematan berat pada dudukan generator, dan suplai tegangan yang salah ke kipas knalpot kompartemen baterai adalah faktor penyebab kebisingan yang ditemukan dan berhasil dihilangkan selama studi oleh DSTO. Pada bulan Maret 2010, Departemen Pertahanan mengungkapkan bahwa generator di lima kapal selam rusak dan harus diganti. Tiga generator di atas masing-masing dari lima kapal selam harus diganti di kapal selam saat mereka datang untuk menjalani perawatan docking berikutnya.

Periskop dan Tiang

Periskop kelas Collins memiliki dua masalah, yang pertama berhubungan dengan tiang. Mereka tidak efisien; mengangkat periskop sambil bergerak akan menciptakan hambatan dan turbulensi yang cukup untuk mengguncang seluruh kapal selam. Seperti banyak elemen kapal selam, ada ketidaksepakatan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas masalah tersebut. Ini kemudian diselesaikan dengan memodifikasi tiang untuk mengarahkan aliran air di sekitar mereka (misalnya, bungkus spiral dipasang di sekitar kepala setiap periskop). Periskop juga memiliki masalah dengan optiknya: pengguna periskop melaporkan adanya kesulitan dalam memfokuskan kembali setelah mengubah perbesaran, duplikasi gambar, dan garis di seluruh bidang penglihatan. Masalah-masalah ini dikaitkan dengan tuntutan RAN agar tampilan optik menjadi yang pertama kali terpapar ketika periskop dinaikkan di atas air, alih-alih menempatkan sensor inframerah dan radar pulsa tunggal di kepala seperti pada kapal selam lain, yang membutuhkan jalur optik untuk diarahkan di sekitar komponen ini. Periskop kemudian secara bertahap ditingkatkan, dan tidak lagi menjadi masalah pada saat kapal selam jalur cepat memasuki dinas operasional.

Sirip HMAS Sheean. Tiang periskop serang CH093 diperpanjang, dan salah satu panel untuk susunan sonar terdistribusi dapat dilihat di kanan bawah gambar. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sistem Tempur

Meskipun fokus publik tertuju pada berbagai masalah fisik pada kapal, masalah utama dengan kapal selam kelas Collins adalah pada pengembangan sistem tempur buatan Rockwell. Masalah telah dimulai selama periode studi yang didanai, ketika Singer Librascope dan Thomson CSF, yang bermitra dengan Rockwell untuk mengembangkan sistem tempur, menolak untuk merilis hak kekayaan intelektual atau kode perangkat lunak mereka untuk dijual ke Rockwell. Diusulkan bahwa Computer Sciences of Australia, sebuah divisi dari Computer Sciences Corporation dan mitra kecil dalam konsorsium, mengambil alih peran merancang perangkat lunak untuk sistem tempur, meskipun ini berarti bahwa Singer Librascope, yang memiliki pengalaman sebelumnya dalam membuat sistem tempur kapal selam, menjadi hanya memegang peran kecil dalam proyek tersebut. Masalah utama lainnya dengan sistem, yang sebagian besar kesulitan kemudian dikaitkan, adalah bahwa konsep asli berada di luar kemampuan teknologi masa itu, dan bahwa arsitektur sistem yang dibutuhkan oleh RAN terlalu ambisius dan cacat desain. Hal ini diperparah oleh tingkat kemajuan teknologi komputer: peralatan yang harus dirancang dari awal dan dibuat khusus pada awal proyek, tetapi pada saat dipasang, peralatan tersebut sudah usang dibandingkan dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang tersedia secara komersial. Australian Submarine Corporation bertanggung jawab atas pengiriman sistem tempur dari Rockwell, tetapi memiliki sedikit kemampuan untuk memastikan hal ini. Rockwelldikontrak untuk mengirimkan sistem tempur pada tanggal 9 September 1993, tetapi tidak bisa melakukannya. Dewan manajemen ASC memilih untuk mengeluarkan pemberitahuan default kepada Rockwell karena perusahaan asal Amerika ini telah gagal memenuhi kontrak, tetapi diperintahkan oleh Departemen Pertahanan untuk menarik kembali pemberitahuan default dan menerima pengiriman bertahap dari versi sistem tempur yang sebagian selesai—disebut sebagai ‘releases‘ dan ‘drops‘—sampai sistem yang lengkap telah dikirimkan. Uji coba laut kelas Collins tidak dapat dimulai sampai Rilis 1.5 dari perangkat lunak sistem tempur dikirimkan; karena penundaan yang berkelanjutan dalam penyediaan perangkat lunak, fase awal uji coba diselesaikan dengan menggunakan peralatan yang berdiri sendiri. Pada bulan Maret 1994, sistem tempur telah menjadi area utama yang menjadi perhatian proyek kapal selam: perakitan sistem hampir sembilan bulan terlambat dari jadwal, dan setidaknya 20% dari perangkat lunak belum dikompilasi. Sistem tempur terus menjadi masalah selama beberapa tahun ke depan, dengan penurunan progresif yang menawarkan sedikit peningkatan kinerja dibandingkan versi sebelumnya, dan tanggal penyelesaian Rilis 2—sebutan untuk realisasi kontrak penuh dari perangkat lunak sistem tempur—terus menerus ditunda.

Kru di ruang operasi kapal selam Kelas Collins. (Sumber: https://www.australiandefence.com.au/)

Pada tahun 1996, Rockwell menjual divisi militer dan kedirgantaraannya, termasuk tanggung jawab atas sistem tempur Collins, kepada BoeingBoeing kemudian berusaha untuk menghasilkan sistem tempur yang bisa diterapkan, tetapi percaya bahwa ini hanya dapat dilakukan jika perubahan teknologi diperhitungkan dalam perubahan kontrak, yang awalnya ditolak oleh RAN dan Pemerintah Australia. Boeing kemudian meminta bantuan dari Raytheon, dan setelah negosiasi lebih lanjut dengan Pemerintah mengakibatkan pengurangan kemampuan sistem, perusahaan itu lalu dapat menstabilkan sistem dan memberikan Rilis 2.0 pada akhir tahun 1999. Boeing sendiri lalu menjual divisi sistem angkatan lautnya ke Raytheon pada bulan Mei 2000, membuat perusahaan terakhir ini bertanggung jawab penuh atas penyelesaian sistem tempur. Setelah ini, proyek kapal selam mulai menyelidiki ide untuk menerapkan sistem tempur baru. Karena tidak cukup waktu untuk mengevaluasi sistem penggantian untuk memasukkannya ke dalam program “jalur cepat”, Dechaineux dan Sheeandilengkapi dengan sistem tempur Rockwell lama, yang ditingkatkan dengan penambahan sub-sistem yang dikembangkan selama awal tahun 1980-an untuk upgrade paruh baya kelas Oberon dan komponen komersial yang siap pakai. Bahkan dengan sistem yang telah ditingkatkan, diyakini bahwa kemampuan kapal jalur cepat Collins paling baik hanya setara dengan kelas OberonLockheed Martin, Thales, STN Atlas, dan Raytheon kemudian didekati untuk mengikuti tender guna merancang dan merakit sistem tempur baru untuk kapal selam kelas Collins, dengan keempatnya mengajukan proposal pada awal tahun 2000.

Operator di Konsol Sistem Tempur di ruang kontrol HMAS Collins. (Sumber: https://www.australiandefence.com.au/)

Pada bulan Mei 2000, setelah DSTO menguji versi operasional dari paket perangkat lunak tempur yang diusulkan, tender dari Lockheed dan Thales dieliminasi, meskipun proposal Thales dinilai lebih baik daripada milik Raytheon. Setelah pengujian mendalam dari sistem yang tersisa dan pengamatan atas sistem STN Atlas ISUS 90-55 asal Jerman yang dipasang di atas kapal selam kelas Dolphin Israel dan Raytheon CCS Mk2 yang dipasang di atas kapal selam kelas USN Los Angeles asal Amerika, diputuskan bahwa Sistem Atlas STN adalah yang terbaik untuk kelasnya. Namun, tekanan politik dari Amerika Serikat dan Australia, pertanyaan tentang masalah keamanan dan kemungkinan kebocoran yang terkait dengan sistem tempur Eropa yang terkait dengan senjata buatan Amerika, dan keinginan untuk meningkatkan hubungan politik dan militer antara Australia dan Amerika Serikat mengakibatkan pembatalan pemilihan sistem Atlas pada bulan Juli 2001 dan keputusan untuk memasuki program pengembangan bersama dengan Amerika Serikat, dengan perjanjian resmi yang ditandatangani pada tanggal 10 September 2001 di Pentagon. Program pengembangan sistem tempur kedua berjalan dengan masalah yang jauh lebih sedikit, dan mengambil komponen taktis dan pengendalian tembakan dari sistem CCS Mk2, dan komponen sonar interface dari program jalur cepat. Sistemnya adalah AN/BYG-1 yang dikembangkan untuk kapal selam kelas Virginia milik USN yang baru dan sejak itu dipasang ke seluruh armada USN. Sistem tempur baru ini dipasang di Waller pada tahun 2008, Farncomb pada tahun 2009, Dechaineux pada tahun 2010, Sheean pada tahun 2012, Rankinpada tahun 2014 dan Collins dijadwalkan pada tahun 2018. Pemasangan sistem baru pada kapal yang sudah ada tergantung pada jadwal docking siklus penuhnya.

Biaya

Beberapa artikel surat kabar dan komentator telah salah mengklaim bahwa proyek berjalan secara signifikan melebihi biaya kontrak. Sejak peluncuran kapal selam pertama, biaya proyek telah meningkat dari A$3.892 miliar pada dolar tahun 1986 menjadi A$4.989 miliar pada dolar tahun 1993, yang sesuai dengan tingkat inflasi selama periode itu. Pada tahun 2006, A$5,071 miliar telah dihabiskan untuk membangun kapal selam (tidak termasuk program jalur cepat); setelah memperhitungkan inflasi, proyek tersebut telah berjalan kurang dari A$40 juta di atas kontrak. Dari A$1,17 miliar yang dialokasikan untuk program jalur cepat, hanya A$143 juta yang diperlukan untuk memperbaiki masalah di mana kapal selam tidak sesuai dengan kontrak awal: sisanya digunakan untuk memperbarui komponen yang secara teknologi usang dan membuat perubahan pada kapal selam di luar spesifikasi kontrak. Ketika program jalur cepat diperhitungkan, biaya kelas Collins hanya di bawah 20% lebih banyak daripada nilai kontrak yang disesuaikan dengan inflasi; peningkatan yang lebih kecil dari proyek pertahanan kontemporer lainnya. Disamping itu pada puncaknya, proyek ini mendukung tersedianya 7.500 pekerjaan di Australia.

Beberapa artikel surat kabar dan komentator telah salah mengklaim bahwa proyek kelas Collins berjalan secara signifikan melebihi biaya kontrak. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

UPGRADE DAN PERAWATAN

Pemeliharaan, pemeliharaan, dan peningkatan kapal selam kelas Collins dilakukan oleh integrator sistem platform, ASC Pty Ltd, bersama dengan Australian Submarine Enterprise, yang terdiri dari Departemen Pertahanan, Raytheon Australia (integrator sistem tempur) dan Angkatan Laut Australia. ASC juga bertanggung jawab untuk manajemen rantai pasokan, melakukan tugas perbaikan dalam dinas operasional dan juga otoritas desain untuk kapal selam, dengan kemampuan untuk menilai dan melakukan perubahan pada desain platform. Di bawah siklus pemeliharaan penggunaan yang direvisi RAN, setiap kapal selam menghabiskan sepuluh tahun untuk beroperasi dan dua tahun dalam perawatan mendalam di fasilitas ASC di Osborne, Australia Selatan. Selama sepuluh tahun masa operasionalnya, kapal selam kelas Collins menjalani kegiatan pemeliharaan terencana reguler di ASC’s Western Australian operations di Henderson, yang berdekatan dengan Fleet Base West. Ini termasuk docking pertengahan siklus selama 12 bulan dan beberapa aktivitas pemeliharaan berdurasi lebih pendek. ASC dan Perusahaan Kapal Selam mengelola peningkatan kemampuan kelas Collins di bawah Collins Continuous Improvement Program (bagian dari proyek pengadaan Pertahanan SEA 1439).

Sekretaris Angkatan Laut A.S. Donald C. Winter mengamati Fasilitas Pelatih Sistem Senjata kelas Collins di HMAS Stirling pada bulan Agustus 2007. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pemeliharaan dan peningkatan kemampuan armada kelas Collins menjalani tinjauan Pemerintah Federal dari tahun 2011 oleh Dr John Coles, dan reformasi besar yang dilembagakan pada tahun-tahun berikutnya, termasuk program inovasi di seluruh operasi pemeliharaan di ASC di Osborne. ASC kemudian dianugerahi oleh Engineers Australia dengan penghargaan atas inovasi dan efektivitas peningkatannya terhadap keberlanjutan dari pengoperasian kelas Collins. Hasil reformasi sistem oleh Perusahaan Kapal Selam menunjukkan bahwa ASC dan Submarine Enterprise mampu mencapai keberlanjutan dan ketersediaan kapal selam pada parameter atau malah melebihi tolok ukur internasional. Seluruh kelas Collins berbasis di HMAS Stirling, juga dikenal sebagai Fleet Base West, yang terletak di Garden Island, di lepas pantai Australia Barat. Keputusan untuk menempatkan keenam kapal selam di Stirling didorong oleh kurangnya fasilitas jangka panjang yang sesuai di pantai timur Australia (walaupun masing-masing kapal selam dapat menggunakan Fleet Base East di Sydney Harbour sebagai fasilitas garie depan), dan kedekatannya dengan Australia. kepentingan di lepas pantai, termasuk sebagian besar wilayah eksternal negara, sumber daya minyak dan gas alam di North West Shelf, dan jalur komunikasi laut Samudra Hindia, yang dilalui sebagian besar kapal dagang lintas laut Australia. Misi utama kapal selam ini adalah berpatroli di perairan Australia dan negara-negara terdekat, dan mengumpulkan informasi intelijen melalui intersepsi komunikasi elektronik oleh negara-negara asing dan misi pengerahan/ekstraksi pasukan khusus.

DINAS OPERASIONAL

Kapal selam pertama, HMAS Collins, dikerjakan pada awal bulan Februari 1990. Peluncuran Collins awalnya direncanakan untuk tahun 1994, tetapi kemudian ditetapkan lebih cepat pada tanggal 28 Agustus 1993. Meskipun diluncurkan sesuai jadwal, dia belum selesai: desain kapal selam belum sepenuhnya selesai, pipa dan perlengkapan internal yang penting belum dipasang, komponen sistem tempur belum dikirim, dan beberapa bagian lambung sebenarnya adalah lembaran kayu. dicat hitam sehingga kapal selam akan tampak lengkap dalam foto-foto upacara peluncuran. Dalam beberapa minggu setelah peluncuran, Collins dikeluarkan dari air, dan baru pada bulan Juni 1994 kapal selam itu selesai dibangun. Progres pada pembuatan lima kapal selam lainnya tertunda oleh upaya ekstra yang diperlukan untuk memenuhi tanggal peluncuran Collins dan pekerjaan selanjutnya untuk menyelesaikannya. Collins tidak ditugaskan ke RAN sampai tanggal 27 Juli 1996; delapan belas bulan terlambat dari jadwal, karena beberapa penundaan dan masalah, sebagian besar berkaitan dengan penyediaan dan pemasangan perangkat lunak sistem data tempur. Collins tidak juga disetujui untuk dikerahkan secara operasional sampai tahun 2000. Lima kapal selam lainnya awalnya dijadwalkan selesai pada interval 12 bulan. Namun, serangkaian cacat dan masalah yang dihadapi selama uji coba laut kapal selam (khususnya Collins) mengakibatkan pengalihan berulang sumber daya dari kapal yang masih dalam pembangunan, sehingga semakin menambah penundaan. Akibatnya, pengiriman kapal selam sangat terlambat dari jadwal; kapal selam baru diserahkan ke RAN antara 21 dan 41 bulan terlambat, dan seluruh kelas tidak diizinkan untuk beroperasi secara penuh sampai bulan Maret 2004, setahun setelah kapal terakhir ditugaskan. Penundaan ini memaksa RAN untuk mempertahankan beberapa kapal selam kelas Oberon dan pangkalan kapal selam HMAS Platypus dalam dinas operasional di luar tanggal pensiun yang direncanakan.

SSG 76 HMAS Dechaineux. Pengiriman kapal selam kelas Collins sangat terlambat dari jadwal; kapal selam baru diserahkan ke RAN antara 21 dan 41 bulan terlambat, dan seluruh kelas tidak diizinkan untuk beroperasi secara penuh sampai bulan Maret 2004. (Sumber: https://www.seaforces.org/)

Setelah pengangkatannya sebagai Menteri Pertahanan setelah pemilihan federal tahun 1998, John Moore memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk memecahkan berbagai masalah kelas Collins adalah dengan membuat laporan independen tentang mereka. Dia lalu menunjuk Malcolm McIntosh, kepala eksekutif CSIRO dan penasihat tidak resmi untuk Moore, dan John Prescott, mantan direktur BHP, untuk menyelidiki proyek tersebut, mengungkap masalah yang dihadapi kapal selam itu, dan menyarankan cara untuk menyelesaikannya. Laporan kepada Menteri Pertahanan tentang kapal selam kelas Collins dan hal-hal terkait (biasanya disebut sebagai Laporan McIntosh-Prescott) disusun dalam sepuluh minggu, dan dirilis pada tanggal 1 Juni 1999. Laporan ini menyimpulkan bahwa kelas Collins tidak mampu tampil pada tingkat yang diperlukan untuk operasi militer. Meskipun laporan tersebut menyoroti beberapa elemen desain kapal selam yang berkinerja sesuai atau melampaui harapan, dan mengakui bahwa banyak masalah yang dipublikasikan telah atau sedang dalam proses diperbaiki, laporan tersebut menyajikan sistem propulsi, sistem tempur, dan kebisingan yang berlebihan sebagai masalah yang sedang dialami di seluruh kelas kapal itu. Setelah mengidentifikasi sistem tempur sebagai masalah utama, McIntosh dan Prescott merekomendasikan agar sistem tersebut dihapus seluruhnya dan diganti dengan sistem yang didasarkan pada peralatan dan perangkat lunak yang tersedia secara komersial. Mereka juga mengklaim bahwa masalah ini disebabkan oleh desain dan manufaktur yang buruk; persyaratan desain yang tidak sesuai; kekurangan dalam struktur kontrak, khususnya yang berkaitan dengan modifikasi kontrak untuk memenuhi persyaratan yang berubah; dan masalah antara berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan kapal selam, dengan kurangnya pengarahan secara keseluruhan dan konflik kepentingan yang menyebabkan permusuhan dan ketidakkooperatifan yang seharusnya dapat dihindari. Meskipun laporan tersebut dipromosikan oleh pemerintah sebagai ‘terobosan awal’, banyak orang yang terlibat dengan proyek kelas Collins kemudian mengklaim bahwa sebagian besar laporan tersebut dapat disalin dari laporan yang sebelumnya diserahkan oleh RAN atau ASC. Laporan tersebut, bersama dengan rencana penonaktifan kapal selam akhir kelas Oberon pada bulan Desember 2000, Otama, mendorong pembentukan program senilai A$1 miliar untuk membawa kapal selam keempat dan kelima (Dechaineux dan Sheean) ke standar operasional, kemudian dilanjutkan dengan retrofit modifikasi ke kapal-kapal lainnya. Disebut sebagai program “jalur cepat” atau “penyembuhan”, program ini juga mencakup pemecahan masalah yang menghalangi berbagai pihak untuk bekerja sama sepenuhnya, dan mengurangi liputan negatif pada media dan persepsi publik terhadap kapal kelas ini dengan menanggapi kritik dan memberikan lebih banyak informasi kepada wartawan.

Kapal selam kelas Collins HMAS Rankin melakukan transfer personel dengan helikopter MH-60R Seahawk di Cockburn Sound, Australia Barat, sebagai bagian dari pelatihan pra-pengerahannya. (Sumber: https://www.thedrive.com/)

Dua kapal kelas Collins, termasuk Waller, dilaporkan beroperasi untuk mendukung operasi Pasukan Internasional untuk Timor Timur (INTERFET) pada tahun 1999, dengan menyediakan pengawalan untuk kapal pengangkut dan memantau komunikasi pihak Indonesia. Penyelam Angkatan Laut Australia yang menyusup ke Oecussi Enclave untuk melakukan pengintaian pantai rahasia sebelum pendaratan amfibi dilaporkan dimasukkan dari Waller. Selama beberapa latihan multinasional dan permainan perang, kelas Collins telah menunjukkan keefektifannya dalam peran pemburu-pembunuh dengan berhasil menyerang kapal perang permukaan dan kapal selam lainnya. Pada akhir bulan Mei 2000, Wallermenjadi kapal selam Australia pertama yang beroperasi sebagai komponen terintegrasi penuh dari grup tempur kapal induk AL Amerika (USN) selama perang. Peran Waller adalah untuk mencari dan menyerang kapal selam lawan yang memburu kapal induk USS Abraham Lincoln, peran di mana ia tampil lebih baik dari yang diharapkan. Beberapa hari kemudian, sebagai bagian dari latihan multinasional RIMPAC 2000, Waller ditugaskan untuk bertindak sebagai kapal selam ‘musuh’, dan dilaporkan telah berhasil menyerang dua kapal selam nuklir USN sebelum hampir mencapai jangkauan serang terhadap USS Abraham LincolnWaller melakukan hal yang sama selama operasi Tandem Thrust wargames pada tahun 2001, ketika dia ‘menenggelamkan’ dua kapal serbu amfibi USN di perairan dengan kedalaman lebih dari 70 meter (230 kaki), meskipun kapal selam itu sendiri ‘hancur’ kemudian dalam latihan. Prestasi kedua Waller diulangi oleh Sheean selama RIMPAC 02, ketika kapal itu mampu menembus perlindungan anti-kapal selam udara dan permukaan dari gugus tugas amfibi yang terdiri dari delapan kapal, dan kemudian berhasil melakukan serangan simulasi pada kedua kapal serbu amfibi USS Tarawa dan kapal pendarat dermaga USS Rushmore. Belakangan tahun itu, selama dua minggu uji coba tempur pada bulan Agustus, Sheean menunjukkan bahwa kelas Collins sebanding dalam tugas peran perang bawah laut dengan kapal selam serang bertenaga nuklir kelas Los Angeles USS Olympia. Kedua kapal selam bertukar peran selama latihan dan sama-sama sukses dalam peran menyerang, meskipun Olympia lebih besar, lebih kuat, dan dipersenjatai dengan torpedo yang lebih canggih. Pada tahun 2003, sebuah kapal kelas Collins berhasil melakukan ‘serangan’ terhadap dua kapal selam nuklir USN dan sebuah kapal induk selama latihan multinasional. Keberhasilan kelas Collins yang berulang dalam latihan perang dan multinasional membuat kelas Collins mendapat pujian dari perwira militer asing karena menjadi “kapal selam yang sangat cakap dan senyap”, dan pengakuan atas kemampuan kapal-kapal tersebut sebagai contoh nyata dari ancaman yang bisa diberikan kepada angkatan laut oleh kapal selam diesel modern. 

Awak kapal HMAS Waller bekerja di kapal saat memasuki Pearl Harbor pada tahun 2008. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tanggal 12 Februari 2003, Dechaineux beroperasi di dekat kedalaman penyelaman maksimum yang aman di lepas pantai Australia Barat ketika selang air laut pecah. Air laut bertekanan tinggi kemudian membanjiri ruang mesin bawah sebelum selang itu bisa ditutup. Diperkirakan jika aliran air laut masuk berlanjut selama dua puluh detik, berat air akan mencegah Dechaineux kembali ke permukaan. RAN lalu mengistirahatkan kapal selam kelas Collins di pangkalannya setelah insiden itu; setelah para insinyur tidak dapat menentukan cacat apa pun pada pipa yang dapat menyebabkan insiden tersebut, kedalaman penyelaman maksimum dari kelas tersebut dikurangi. Pada tanggal 10 Juni 2005, Rankin menjadi kapal selam pertama sejak Orion pada tahun 1987 yang menerima Piala Gloucester, sebuah penghargaan yang diberikan kepada kapal RAN dengan efisiensi keseluruhan terbesar selama tahun sebelumnya. Penghargaan tersebut kemudian diberikan kepada Sheean pada tahun 2006, dan sekali lagi kepada Rankin pada tahun 2008. Pada bulan Maret 2007, Farncombmengalami keadaan darurat ketika kru-nya tersapu ke lautan saat mencoba melepaskan tali pancing dari baling-baling. Kapal tersebut dilaporkan melakukan pengawasan terhadap kapal selam Angkatan Laut China di Laut China Selatan. Pada tahun 2008 dan 2009, kekurangan personel mengurangi jumlah kapal selam kelas Collins yang dapat dikerahkan menjadi tiga. Hal ini diperparah dengan siklus pemeliharaan Sheean, Rankin, dan Dechaineux, dan masalah dengan Collins dan Waller semakin mengurangi kesiapan kapal selam menjadi hanya tinggal satu, yakni Farncomb, pada pertengahan tahun 2009. Farncomb sendiri harus berlabuh untuk diperbaiki setelah kerusakan generator pada bulan Februari 2010, di mana Collins dan Waller aktif (yang pertama bertugas terbatas karena adanya masalah), dan Dechaineux dijadwalkan untuk masuk kembali ke dinas operasional pada bulan Mei 2010. Kekurangan personel dan malfungsi pada kapal selam lain selama dua tahun sebelumnya berdampak besar pada pemeliharaan Sheean dan Rankin, dengan pejabat RAN dan ASC memperkirakan bahwa mereka tidak akan aktif sampai tahun 2012 dan 2013, masing-masing. Pada bulan Juni 2011, surat kabar The Australian mengklaim meskipun dua kapal selam (Waller dan Dechaineux) ditetapkan sebagai operasional, keduanya tidak dalam kondisi dapat berlayar. Temuan awal dari Coles Review mengungkapkan masalah sistemik yang signifikan dengan kapal selam dan mencatat perlunya manajemen mereka untuk direformasi. Sebuah pernyataan tahun 2014 oleh Laksamana Muda Ray Griggs menunjukkan bahwa hingga empat kapal selam telah beroperasi pada sebagian besar waktu sejak tahun 2012.

Kapal selam diesel-elektrik Type 039A asal China, dianggap sebagai salah satu yang paling senyap dari jenisnya yang sekarang beroperasi. Perkembangan armada kapal selam di kawasan mendorong Australia untuk mencari pengganti dari kelas Collins. (Sumber: https://www.meta-defense.fr/)

Kapal selam kelas Collins awalnya diperkirakan memiliki masa operasional sekitar 30 tahun, dengan Collins akan dinonaktifkan sekitar tahun 2025. Submarine Institute of Australia merilis sebuah laporan pada bulan Juli 2007 yang menyatakan bahwa perencanaan untuk generasi berikutnya dari kapal selam Australia harus segera dimulai. Pada bulan Desember 2007, tak lama setelah pemilihan federal tahun 2007, pemerintah Australia mengumumkan bahwa perencanaan penggantian kelas Collins (proyek pengadaan SEA 1000) telah dimulai. Buku putih Defending Australia in the Asia Pacific Century: Force 2030 tahun 2009 mengkonfirmasi proyek penggantian, dan mengumumkan bahwa armada kapal selam akan ditingkatkan menjadi dua belas kapal untuk mempertahankan operasi kapal selam dalam konflik apa pun, dan melawan potensi kekuatan angkatan laut Asia-Pasifik yang semakin meningkat. Buku putih tahun 2009 menguraikan kapal selam pengganti sebagai kapal seberat 4.000 ton yang dilengkapi dengan rudal jelajah serang darat selain torpedo dan rudal anti-kapal, yang mampu meluncurkan dan menjemput operator rahasia saat menyelam, dan membawa peralatan pengawasan dan pengumpulan data intelijen. Proyek ini awalnya memiliki empat pilihan: desain Military-Off-The-Shelf (MOTS) tanpa modifikasi, desain MOTS yang dimodifikasi untuk kondisi Australia, evolusi dari kapal selam yang sudah ada, atau kapal selam yang baru dirancang. Propulsi nuklir kembali dikesampingkan karena kurangnya infrastruktur nuklir dan penolakan publik terhadap teknologi nuklir. Desain awalnya dipertimbangkan dengan pembelian atau modifikasi termasuk mengambil desain kapal selam kelas S-80 asal Spanyol, kelas Scorpene yang dirancang Prancis, Tipe 214 yang dirancang oleh Jerman, dan kelas Sōryu dari Jepang, bersama dengan evolusi dari kelas Collins.

Kelas Sōryu dari Jepang, salah satu kandidat kuat pengganti kelas Collins. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Terdapat penundaan lama dalam mengatur proyek penggantian. Awalnya, desain awal akan ditetapkan untuk menjalani seleksi pada tahun 2013, dengan pekerjaan desain rincinya selesai pada tahun 2016. Namun, pertemuan untuk mengklarifikasi konsep dan kemampuan yang dimaksudkan tidak terjadi hingga bulan Maret 2012, dan pendanaan tahap desain awal tidak disetujui hingga bulam Mei 2012, mendorong proses konstruksi baru bisa dimulai hingga tahun 2017. Pada bulan November 2014, kemampuan awal dari kapal yang dibutuhkan masih belum diputuskan, dengan rekomendasi akan dibuat sepanjang tahun 2015. Prediksi terbaik untuk melihat kapal selam baru pertama ini masuk dinas operasional, yang dibuat pada 2012, adalah “setelah tahun 2030”, dengan kurangnya pengambilan keputusan sebagian dikaitkan dengan politisi yang takut dianggap bertanggung jawab atas terulangnya masalah seputar kelas Collins. Sepanjang tahun 2014, ada spekulasi yang meningkat bahwa kelas Sōryu (atau turunannya) adalah kandidat yang paling mungkin untuk pengganti kelas Collins. Kesepakatan berbagi teknologi pertahanan antara Jepang dan Australia, bersama dengan pelonggaran pembatasan ekspor pertahanan Jepang, dipandang sebagai langkah awal menuju kesepakatan semacam itu. Hubungan pribadi yang erat antara Perdana Menteri Australia saat itu Tony Abbott dan Perdana Menteri Jepang Shinzō Abe juga disebut-sebut sebagai faktor kemungkinan kesepakatan semacam itu terwujud. Menanggapi rumor kesepakatan dengan Jepang, proposal yang tidak diminta dibuat oleh ThyssenKrupp Marine Systems (konsep kapal selam Tipe 216), Saab (versi yang diperbesar dari kapal selam A26), dan Thales dan DCNS (varian diesel-elektrik dari kapal selam kelas Barracuda). Pada bulan Januari 2015, “proses evaluasi kompetitif” tiga arah antara proposal Jepang, rencana ThyssenKrupp, dan tawaran Thales-DCNS diumumkan.

Berbagai tipe kapal selam yang ditawarkan ke Australia sebagai pengganti kelas Collins. Pada tanggal 26 April 2016, Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengumumkan Shortfin Barracuda dari perusahaan Prancis DCNS sebagai pemenangnya. (Sumber: http://www.hisutton.com/)

Sebuah studi tahun 2012 dari kelas Collins menyimpulkan bahwa umur kapal selam dapat diperpanjang dengan satu siklus pemeliharaan (tujuh tahun) untuk menutupi kesenjangan, dengan kapal selam pertama Collins akan pensiun pada awal tahun 2030-an. Pada tanggal 26 April 2016, Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengumumkan Shortfin Barracuda dari perusahaan Prancis DCNS sebagai pemenangnya. Namun, pada tanggal 15 September 2021, tersiar kabar bahwa, setelah penandatanganan kemitraan keamanan trilateral baru bernama AUKUS antara Australia, Amerika Serikat dan Inggris, yang akan mencakup penyelarasan teknologi, program kapal selam kelas Attack yang bermasalah akan dibatalkan, dengan Australia malah berinvestasi dalam pengadaan kapal selam bertenaga nuklir baru, yang akan menggabungkan teknologi Amerika dan Inggris yang sudah ada. Saat Australia menunggu 12 kapal selam kelas Attack yang kontroversial ini, kementerian pertahanan negara itu telah mengumumkan bahwa mereka akan menghabiskan sekitar $ 4,6 miliar untuk mempertahankan armada kapal selam kelas Collins yang sudah ada saat ini sampai mereka dapat digantikan. Rencana sebelumnya akan memodernisasi hanya tiga dari kelas Collins, tetapi kementerian telah dipaksa untuk bergerak lebih jauh karena yang pertama dari kapal selam kelas Attack diperkirakan tidak akan dikirimkan sampai sekitar tahun 2035, sementara keseluruhan armada kapal baru itu tidak akan mencapai tahapan kapabilitas operasional akhir (FOC) sampai tahun 2054.

Konsep seniman dari kapal selam kelas Attack untuk Angkatan Laut Australia. (Sumber: https://www.thedrive.com/)

KARAKTERISTIK UMUM KELAS COLLINS

Type : Kapal Selam Diesel Elektrik

Bobot :

Length : 77.42 m (254.0 ft)

Lebar : 7.8 m (26 ft)

Draught : 7 m (23 ft) di garis air

Sumber tenaga yang terpasang :

3 × Garden Island-Hedemora HV V18b/15Ub (VB210) 18-cylinder diesel motors, 3 × Jeumont-Schneider generators (1,400 kW, 440-volt DC)

Mesin :

Kecepatan :

Jangkauan :

Ketahanan Berlayar : 70 hari

Kedalaman Selam : Diatas 180 m (590 ft) – kedalaman sebenarnya dirahasiakan

Awak

Sistem Sensor dan Pemrosesan

Electronic warfare 

& decoys

Persenjataan

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Collins-class_submarine

HMAS Collins (SSG-73) Diesel-Electric Attack Submarine [ 1996 ]

https://www.militaryfactory.com/ships/detail.php?ship_id=HMAS-Collins-SSG73

The Collins Class

https://www.submarineinstitute.com/submarines-in-australia/The-Collins-Class.html

Lessons of the Collins Submarine Program for Improved Oversight of Defence Procurement by Derek Woolner

https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/pubs/rp/rp0102/02RP03

Australia To Upgrade All Its Aging Submarines Amid Chronic Delays To Its New French Design BY THOMAS NEWDICK | PUBLISHED JUN 11, 2021 3:35 PM

https://www.thedrive.com/the-war-zone/41039/australia-to-upgrade-all-its-aging-submarines-amid-chronic-delays-to-its-new-french-design

SSG 73 Collins SSK

https://www.globalsecurity.org/military/world/australia/hmas-collins.htm

SSK Collins Class (Type 471) Submarine by NAVAL TECHNOLOGY; 3 May 2001

https://www.naval-technology.com/projects/collins/

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mark_48_torpedo

Kelas Upholder/Victoria Andalan AL Kanada, Salah Satu Kapal Selam Serang Diesel Elektrik Terbaik di Dunia

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Stonefish_(mine)

Exit mobile version