Sejarah Militer

Kisah Pararel Dua Prajurit Vietnam Selatan Part IV: Perang Atrisi & Pasifikasi (1966-1967)

Pada bulan Oktober 1966 Jenderal Westmoreland pada akhirnya merasa bahwa ia telah memiliki pasukan dan sumber daya yang cukup untuk memulai perang atrisi. Perang atrisi sendiri adalah tipe perang dimana tujuannya adalah untuk menghancurkan sebanyak mungkin personel dan material di pihak musuh. Dalam hal ini Pasukan Amerika, menurut kata-kata Westmoreland, “ia berupaya membuat berdarah-darah pihak Hanoi, sehingga mereka sadar bahwa mereka telah memeras darah rakyatnya hingga taraf bencana nasional, yang akan dirasakan selama beberapa generasi”. Meskipun di medan tempur, pasukan komunis menderita korban besar melawan pasukan Amerika dan sekutu-sekutunya, akan tetap hal ini tidak mengurangi volume infiltrasi dan kemampuan militer mereka di Vietnam Selatan.

Petugas medis dari Divisi Infanteri ke-1 (Mobil Udara) membantu seorang wanita dan anak Vietnam melarikan diri dari Vietcong, 5 Mei 1967. Meskipun di medan tempur, pasukan komunis menderita korban besar melawan pasukan Amerika dan sekutu-sekutunya, akan tetap hal ini tidak mengurangi volume infiltrasi dan kemampuan militer mereka di Vietnam Selatan. (Sumber: http://www.journal.forces.gc.ca/)

KONSEP OPERASI DI KORPS KE-I

Pada musim gugur tahun 1966, situasi di Korps ke-I memburuk. Infiltrasi NVA (Tentara Vietnam Utara) dan VC, serta jumlah serangan meningkat secara dramatis, kemudian memicu pertempuran berdarah berlarut-larut di area sebelah selatan garis demiliterisasi (DMZ), yang dijagai oleh pasukan Marinir Amerika. Suasana pertempuran di bagian utara Korps ke-I ini merupakan tipikal pertempuran di Vietnam pada masa-masa ini. Karena dekat dengan area DMZ dan basis-basis pasukan musuh di kawasan Laos, hal ini berarti pasukan Marinir umumnya berhadapan dengan pasukan reguler NVA, yang menikmati aliran perbekalan yang cukup, dan senjata artileri pendukung yang memadai. Pertempuran di area Korps ke-I juga lebih statis, dimana pasukan NVA dan Marinir Amerika saling “baku hantam”, yang pada akhirnya menimbulkan korban besar. Tidak heran jika kemudian, area itu dinamai sebagai “Area Kematian Marinir”. Di sisi lain, saat Marinir Amerika berhadapan dengan VC dan NVA dalam pertempuran terbuka yang semakin meningkat baik dalam skala maupun kekerasannya, ARVN berjuang untuk menemukan posisinya dalam perang baru Amerika, hanya untuk kemudian mendapati peran mereka yang terpinggirkan dalam perang atrisi di Vietnam. Memahami peran ARVN dalam konsep perang ala Westmoreland kemudian akan menjadi titik utama dalam memahami mengapa hubungan antara Amerika dan Vietnam Selatan gagal untuk mencapai kemenangan akhir, meskipun telah menumpahkan darah dan mengorbankan banyak hal dalam Perang. Dalam periode ini, Divisi ARVN ke-1, yang berbasis di kota Hue, bekerja sama dengan III Marine Amphibious Force (III MAF) mempertahankan Provinsi Quang Tri dan Thua Thien di bagian utara, sementara Divisi ARVN ke-2, yang berbasis di Da Nang, menjalankan peran yang sama di Quang Nam dan Quang Ngai, provinsi-provinsi paling selatan di wilayah Korps ke-I. Dalam tugasnya, Divisi ke-1 pimpinan Brigadir Jenderal Ngo Quang Truong menjalankan operasi militer kompleks yang terbagi tiga level yang saling berkaitan. Di level tertinggi, ARVN kadang beroperasi bersama dengan pasukan Marinir Amerika bertempur melawan infiltrasi dan upaya penerobosan NVA, bahkan turut menjagai pos-pos terluar dalam rangka menjagai garis DMZ. Akan tetapi sebagian besar kekuatan ARVN didedikasikan untuk peran sampingan dalam melawan unit-unit Vietcong yang beroperasi di kawasan dataran rendah, sembari berharap bisa mendesak musuh menjauh, sementara mencegah mereka kembali di kemudian hari. Sementara itu di level lokal, dengan dilindungi oleh pertahanan berlapis dua diatas, pasukan regional mendesak Vietcong dari desa-desa di kawasan Korps ke-I. Ketika Vietcong berhasil didesak, nantinya mereka dapat ditahan jauh-jauh dari area populasi masyarakat dengan kombinasi kekuatan ARVN dan Marinir Amerika, sementara unsur-unsur pemerintah Vietnam Selatan memantapkan otoritasnya ditengah masyarakat. Dari sinilah kemenangan akhir diharapkan dapat tercapai.

Marinir AS dari Batalyon ke-3, Resimen Marinir ke-4 selama Operasi Prairie. Karena bertugas dekat dengan area DMZ dan basis-basis pasukan musuh di kawasan Laos, hal ini berarti pasukan Marinir umumnya berhadapan dengan pasukan reguler NVA, yang menikmati aliran perbekalan yang cukup, dan senjata artileri pendukung yang memadai. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Zona taktis Korps ke-I. (Sumber: https://en.citizendium.org/)

KARIER YANG MENANJAK

Setelah krisis Buddha di tahun 1966, Pham Van Dinh kembali menjadi komandan Hac Bao, yang kemudian terlibat dalam apa yang disebut Dinh sebagai “Perang Beras”, dimana dalam perang ini, ARVN berupaya merintangi Vietcong untuk mendapat akses ke daerah dataran rendah, dimana beras bisa didapat. Di sini unit-unit ARVN berupaya mengisolasi Vietcong di wilayah pegunungan dan menyerang unit-unit musuh yang berupaya mencari makanan atau merekrut personel. Selama Dinh memimpin, Hac Bao telah terlibat dalam sekitar lima puluh kontak senjata dengan kekuatan musuh, sebagai bagian dari “perang beras”. Umumnya Hac Bao hadir untuk membantu unit-unit ARVN saat dibutuhkan, dengan menggunakan helikopter-helikopter Amerika. Kontak senjata yang terjadi biasanya dalam skala kecil, dengan melibatkan tidak lebih dari kekuatan setara sebuah kompi, dan kadang-kadang seukuran pleton atau regu. Di sini Hac Bao bertempur dengan baik dan menimbulkan banyak korban di pihak musuh, sementara hanya menderita sedikit korban di pihak sendiri. Dinh terus merajut sukses di medan pertempuran, sehingga jenderal Truong mengatakan kepada Jenderal Cao Van Vien, kepala staff, bahwa “Suatu hari nanti Dinh akan mengambil posisiku”, sebagai komandan Divisi ARVN ke-1. Pada bulan Januari 1967, Truong memutuskan bahwa Dinh, yang sudah terkenal di kalangan orang-orang Amerika di area itu, layak untuk memimpin sebuah batalion.

Persawahan di saat Perang Vietnam. Dalam “Perang Beras”, ARVN berupaya merintangi Vietcong untuk mendapat akses ke daerah dataran rendah, dimana beras bisa didapat. (Sumber: https://www.flickr.com/)
Peta Distrik Quang Dien, tempat Pham Van Dinh ditempatkan. (Sumber: https://kinhtechungkhoan.vn/)

Saat karier Dinh terus menanjak, Tran Ngoc Hue ingin segera kembali ke medan tempur, meski dengan koneksinya di kalangan Jenderal, Hue bisa saja mendapatkan posisi yang “aman-aman saja”. Hue sendiri sebenarnya punya alasan untuk menghindari pertempuran. Pada bulan Maret 1967, ia menikahi Cam, kepala perawat di ruang gawat darurat Rumah Sakit Quang Tri. Meski mereka sebentar lagi akan memiliki anak dan ia khawatir kehilangan suami tercintanya, Cam merestui keinginan Tran Ngoc Hue untuk mengabdi bagi negaranya dan kembali ke medan perang. Hue sadar bahwa kematian dan kemungkinan ditangkap adalah sebuah keniscayaan, tetapi ia juga percaya bahwa Cam akan merawat keluarganya saat dibutuhkan. Pada bulan Februari 1967, jenderal Truong menawari Dinh sebagai komandan Batalion ke-2, Resimen ke-3 dari Divisi Infanteri ke-1. Penugasan ini juga memberikan tanggung jawab lainnya. Jenderal Truong juga ingin agar Dinh mengambil alih posisi kepala distrik Quang Dien di Provinsi Thua Thien. Ini adalah tawaran yang problematik, karena menjabat sebagai kepala distrik adalah posisi politis yang mewajibkan untuk menyediakan pengamanan lokal. Selain disibukkan oleh tugas-tugas pemerintahan lokal, kebanyakan kepala distrik hanya mengomandani unit-unit Regional and Popular Force (RF/PF) di areanya. Dengan ini Dinh tidak hanya menjadi komandan distrik tetapi juga menjadi komandan batalion. Dinh kemudian ditugaskan untuk mendesak keluar unit-unit Vietcong dan mencabut sampai ke akar-akarnya infrastruktur musuh di areanya. Dalam sistem yang baru ini, pasukan Dinh tidak perlu lagi untuk menyisir area dan meninggalkannya, namun mereka akan menetap di Quang Dien. Segera setelah kepergian Dinh dari Hac Bao, Tran Ngoc Hue mendapatkan apa yang selama ini diidam-idamkannya, yakni transfer ke unit Hac Bao dan melanjutkan kariernya menjadi asisten komandan kompi. Tidak butuh waktu lama, dengan performa bagusnya di medan tempur, jenderal Truong  menugaskan Hue untuk mengambil alih komando Hac Bao. Dari sini sekali lagi garis karir dari Dinh dan Hue saling bersilangan saat mereka siap mengaplikasikan cara perang Jenderal Westmoreland dari dua perspektif yang berbeda. Hue dan unit Hac Bao-nya akan terlibat dalam perang atrisi melawan kekuatan militer musuh, sementara Pham Van Dinh masuk ke dalam perang tersembunyi, yang terpolitisasi dalam upaya pasifikasi di tengah masyarakat, yang merepresentasikan harapan Vietnam Selatan dalam mencapai kemenangan atau sebaliknya ke dalam kekalahan.

PASIFIKASI

Orang-orang Vietnam Selatan sudah terlibat dalam upaya pasifikasi, kadang dengan dukungan dan bantuan Amerika, sejak tahun 1954 untuk memisahkan pemberontak VC dari masyarakat, yang menjadi sumber dukungan mereka. Yang lebih penting, pasifikasi menjanjikan keamanan dan keadilan, untuk mendapatkan dukungan bagi negeri yang baru ini. Kolonel Nguyen Van Dai, seorang komandan polisi Vietnam Selatan, menempatkan keamanan sebagai faktor yang sangat penting, dengan menyatakan: “sebagian besar orang Vietnam Selatan memiliki mimpi yang sederhana. Mereka ingin hidup damai dan tidak khawatir karena tidak bisa makan. Mereka tidak ingin khawatir karena ada orang yang ingin menangkap mereka atau menyiksa mereka. Mereka mendukung siapa saja yang bisa membawa perdamaian.” Akan tetapi selama bertahun-tahun berbagai upaya pasifikasi, termasuk pembentukan desa-desa pertanian dan program desa strategis, tertahan karena kurangnya dukungan dari pemerintah, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan keamanan masyarakat. Upaya pasifikasi pemerintah Saigon mencapai titik nadirnya pada tahun 1965, dimana mereka hanya bisa mempertahankan otoritasnya pada sekitar 25% populasi negeri itu. Sebagian besar petani hidup dalam ketakutan konstan, sementara Vietcong bebas berkuasa di sebagian besar wilayah pedesaan. Sementara itu dengan mendukung Pemerintah Vietnam Selatan, Amerika ikut bertanggung jawab dalam membangkitkan program pasifikasi. Sayangnya upaya ini tidak sejalan dengan konsep perang Jenderal Westmoreland. Perwira intel senior Westmoreland, Letnan Jenderal Phillip B. Davidson, menyatakan bahwa, “Westmoreland selalu tertarik pada perang dengan unit-unit besar. Pasifikasi membuatnya bosan.” Westmoreland singkatnya percaya pada keberhasilan perang atrisi. Karenanya Westmoreland menyerahkan pelaksanaan program pasifikasi pada orang-orang Vietnam Selatan. Hanya setelah serangan Tet, upaya pasifikasi menjadi bagian integral dalam upaya perang. Sialnya, dengan militer dan pemerintahan Vietnam yang terlalu terpolitisasi dan dibelit korupsi, upaya-upaya pasifikasi ini berjalan dengan setengah hati, karena dijalankan oleh oknum-oknum dengan banyak kepentingan.

Bantuan Medis sebagai bagian dari program pasifikasi. (Sumber: http://webdoc.sub.gwdg.de/)
Letnan Jenderal Westmoreland mengunjungi pos terluar di area selatan Delta Mekong, Mei 1964. Sayangnya program pasifikasi tidak sejalan dengan konsep perang Jenderal Westmoreland. Perwira intel senior Westmoreland, Letnan Jenderal Phillip B. Davidson, menyatakan bahwa, “Westmoreland selalu tertarik pada perang dengan unit-unit besar. Pasifikasi membuatnya bosan.” (Sumber: https://www.northjersey.com/)

REGIONAL & POPULAR FORCE

Ditempatkan oleh Jenderal Truong dalam misi untuk merebut hati dan pikiran rakyat, Pham Van Dinh dengan cepat mendapati bahwa pasukan regional dan populer (disingkat RF/PF) memiliki beberapa kelemahan mendasar. RF/PF berkembang dari unit pengamanan lokal dan milisi dibentuk pada tahun 1955, untuk memberikan keamanan di tingkat pedesaan dan menjadi jembatan penghubung antara masyarakat dengan otoritas pemerintah. Akan tetapi pengembangan kekuatan lokal ini tidak mendapat sambutan antusias dari Amerika, yang lebih memilih membentuk unit-unit militer konvensional Vietnam Selatan, ketimbang memperkuat pasukan teritorial. Akibatnya pasukan teritorial tetap memiliki pelatihan yang lemah dan tidak dilengkapi dengan baik. Lebih buruk lagi pasukan semacam ini terkadang malah menjadi bagian dari masalah di tengah masyarakat. Mereka kerap dipekerjakan untuk memanen kopi, menanam padi, atau menangkap ikan bagi pemimpin provinsi yang korup. Sepanjang perang RF/PF menderita masalah kepemimpinan yang konstan, karena perwira terbaik yang berkarir di ARVN, melihat penugasan di unit pasukan teritorial, hanya memiliki sedikit kesempatan untuk berkembang. Sementara itu kepala desa dan kepala distrik yang memimpin pasukan teritorial kerap kali adalah pejabat korup, yang tidak pernah mengunjungi pasukan, suka mengutip dana program, hanya memiliki sedikit pengetahuan militer, dan lari ketika melihat adanya sedikit bahaya. RF/PF sendiri juga hanya digaji kecil dibandingkan prajurit ARVN reguler.

Pasukan Popular Force dalam Perang Vietnam. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Rekrutan Pasukan Regional Vietnam Selatan. Pasukan RF/PF kerap dipersenjatai dengan senjata-senjata tua Amerika dari masa Perang Dunia II, termasuk senapan karabin M-1 setelah tahun 1960. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Gambar menunjukkan seorang tentara wanita Vietcong beraksi dengan senjata anti-tank RPG-2 selama pertempuran di selatan delta Cuu Long dalam serangan umum Tet yang diluncurkan di seluruh Vietnam Selatan pada musim semi 1968. Di saat pasukan RF/PF kekurangan senjata, unit-unit Vietcong mulai menerima senapan serbu AK-47 dan senjata anti tank RPG-2/7 yang mengungguli senjata yang dipakai personel RF/PF. (Sumber: https://historynet.com)

Di sisi lain, mereka juga menghadapi dilema. Karena mereka umumnya berasal dari daerah setempat, saat menghadapi ancaman VC, mereka dihadapkan pilihan untuk mempertahankan pos-nya atau keluarganya. Yang membuat lebih buruk, RF/PF dipersenjatai dengan senjata-senjata tua Amerika dari masa Perang Dunia II, termasuk senapan karabin M-1 setelah tahun 1960. Di saat yang sama unit-unit Vietcong mulai menerima senapan serbu AK-47 dan senjata anti tank RPG-2/7 yang mengungguli senjata yang dipakai personel RF/PF. Di samping itu, pasukan RF/PF juga sedikit mendapat bantuan artileri dan dukungan udara dari yang biasa diterima unit-unit ARVN dan Amerika. Sebuah studi yang dibuat di korps ke-III pada tahun 1967 mengungkapkan realitas yang mengganggu, bahwa dari 234 permintaan bantuan dukungan tembakan dari unit RF/PF, hampir 200 diantaranya diabaikan. Walau misinya seakan-akan membosankan, faktanya RF/PF menderita korban tertinggi diantara pasukan sekutu selama perang. Pos-pos mereka menjadi target konstan dari serangan VC. Situasi memburuk pada tahun 1968 saat sekitar 477 pos terluar RF/PF direbut pada bulan pertama serangan Tet. Dengan pola-pola penempatan dan banyaknya pertempuran skala kecil, pasukan RF/PF menghadapi ancaman pertempuran terus menerus selama perang. Dengan kondisi semacam ini, maka tidak mengherankan bila moral dan efektifitas RF/PF tergolong rendah.

PERANG DI PEDESAAN DAN PERANG ATRISI

Pada tahun 1967, distrik Quang Dien, terletak di dataran rendah yang subur hanya beberapa kilometer utara kota Hue, dihuni oleh sekitar 46.000 orang yang tersebar di delapan desa utama dan beberapa desa yang lebih kecil. Area ini dikenal sebagai produsen beras, sehingga menjadi target yang jelas bagi VC. Sayangnya pasukan reguler Amerika dan ARVN gagal dalam mencegah VC memasuki dataran rendah. Dalam situasi ini, pasukan RF/PF gagal untuk menyingkirkan kekuatan dari wilayah yang menjadi tanggung jawab mereka. Meski terdapat 2 kompi RF di tingkat distrik dan 1 pleton PF di tingkat desa, namun di tahun 1967, kehadiran VC masih dominan di seperuh pedasaan di distrik itu. Pada tahun 1967, MACV melancarkan Rencana Kampanye Bersama Amerika-Vietnam Selatan, yang memproyeksikan batalion-batalion ARVN di provinsi-provinsi untuk menyatukan upaya pengamanan di tingkat provinsi. Namun rencana ini bukannya tanpa rintangan, para komandan Divisi menilai bahwa menyerahkan batalion-batalion mereka dalam misi pengalaman lokal mengancam mengurangi kekuatan tempur pasukannya dan kekuasaan politiknya. Efek pertentangan ini kemudian merambat sampai level tertinggi. Sebagai contoh, Presiden Nguyen Van Thieu menyerahkan tanggung jawab komandan divisi pada para pendukungnya, ketika para pejabat provinsi mendukung rival abadinya, Nguyen Cao Ky. Pertarungan politik dan militer di Vietnam Selatan lalu menyebabkan pergantian dan pemindahan batalion di tingkat distrik dan provinsi kerap terjadi. Pada tahun 1967, 53 batalion ARVN didedikasikan pada upaya pendukung program pasifikasi.

Presiden Nguyen Van Thieu menyerahkan tanggung jawab komandan divisi pada para pendukungnya, ketika para pejabat provinsi mendukung rival abadinya, Nguyen Cao Ky. (Sumber: https://freedomforvietnam.wordpress.com/)

Pada bulan Februari 1967, distrik Quang Dien menjadi pusat operasi musuh saat VC dan NVA berupaya mendapatkan kontrol atas wilayah pertanian yang produktif ini, tidak hanya untuk mendapatkan perbekalan, tetapi juga untuk mengalihkan perhatian pasukan ARVN dan Amerika dari kota Hue sebagai bagian dari persiapan Serangan Tet yang akan datang. Kehadiran Dinh kemudian mengubah situasi. Bersama dengan batalion 2/3 memperkuat pasukan sekutu di wilayah itu, dan Dinh mulai percaya bahwa penempatan batalion-batalion ARVN sebagai kekuatan organik di area distrik, dimana personel ARVN bisa menyatu dengan masyarakat merupakan jawaban tepat atas perang pasifikasi. Meski demikian Dinh tidak bisa mengubah sistem ruwet pasifikasi yang ada. Sebagai komandan batalion, ia bersama para prajuritnya bertanggung jawab kepada resimen induknya. Akan tetapi sebagai kepala distrik, ia bersama komponen RF/PF melapor pada kepala provinsi. Sementara itu pelatihan untuk pasukan RF/PF menjadi area kritis yang diperhatikan Dinh. Dinh kemudian mulai melatih sendiri unit-unitnya, dan menekankan pentingnya pelatihan dan mengusahakan didapatnya peralatan yang lebih baik dari kepala provinsi. Yang menambah frustasi, karena Quang Dien adalah medan perang, pelatihan itu terkadang tidak bisa dilakukan. Muak dengan korupsi dan tidak berjalannya pemerintahan di Quang Dien, Dinh kemudian memutuskan untuk menunjuk perwira-perwira terpercayanya, yang merupakan orang asli daerah tersebut sebagai kepala-kepala desa sementara. Dengan dibantu oleh pemimpin-pemimpin pilihan warga desa, orang-orang Dinh mengorganisasikan dan melatih pasukan pertahanan desa. Mereka kemudian melihat para pemimpin lokal belajar dengan baik dan mendapat dukungan yang mereka butuhkan. Dinh juga mengirimkan sebuah kompi ARVN ke empat desa yang ada dibawah dominasi musuh untuk hidup dengan penduduk dan menyediakan pengamanan, merekrut dan melatih pleton-pleton PF, suatu hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dalam sistem baru ini, upaya pasifikasi berkembang dengan baik di Quang Dien, dan pengaruh VC melemah. Ini adalah kemenangan yang signifikan, meskipun Dinh menyadari kelemahan-kelemahan upaya perang Vietnam Selatan, sebuah kemenangan berhasil didapat yang membuatnya semakin mendapat pengakuan dan dipromosikan menjadi Mayor.

Bendera RF/PF ARVN. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Sementara itu hubungan Dinh dengan penasehat Amerika-nya, kapten James Coolican semakin renggang. Coolican mengakui bahwa sebagai pemimpin distrik, Dinh jujur dan cukup sukses. Akan tetapi Dinh menghabiskan sebagian besar waktunya untuk upaya-upaya pasifikasi dan kerap kembali ke Hue untuk bertemu Truong dan staff divisi. Dengan sedikit kesempatan bertempur, Coolican merasa kemampuannya disia-siakan dan meminta untuk ditransfer. Hubungan antara Coolican dan Dinh menggambarkan perbedaan sudut pandang orang Amerika dan Vietnam Selatan akan jalannya perang. Coolican di Vietnam hanya satu tahun. Ia adalah penasehat tempur dan ingin bertugas dalam kapasitas itu. Di sisi lain, bagi Dinh perang telah berlangsung 6 tahun, dimana peran dan tugas pasifikasi-nya berbeda dari yang dilihat orang-orang Amerika. Bagi sebagian besar orang-orang Amerika yang bertempur di Vietnam, mereka berperang dalam waktu setahun masa penugasannya. Akan tetapi bagi orang-orang Vietnam Selatan, perang diproyeksikan akan berlangsung selama beberapa tahun kedepan, yang mana perang kadang berlangsung sangat lambat menurut standar orang-orang Amerika. Coolican kemudian mendapat kesempatan tempurnya, pada bulan November 1967 saat menjadi penasehat bagi Kapten Tran Ngoc Hue dan unit Hac Bao-nya. Setelah mengambil alih pimpinan Hac Bao pada musim panas 1967, Tran Ngoc Hue berupaya meningkatkan kompinya, dalam hal taktik unit tempur kecil dan bela diri. Yang lebih penting lagi Hue mengajarkan kepada anak buahnya mengenai alasan mereka bertempur, yakni untuk menyelamatkan warga sipil dari kekejaman Vietcong, yang Hue ingat dengan sangat baik. Dalam perang saudara yang brutal kekejaman tidak sulit untuk ditemukan, seperti warga desa diikat bersama dan ditembak oleh Vietcong, anak-anak yang dipotong tangannya, warga sipil dipaksa menggali lubang kuburnya sendiri sebelum dikubur hidup-hidup. Karena personel Hac Bao berasal dari Hue dan desa-desa sekitarnya, yang kerap melihat kekejaman pihak komunis, motivasi bertempur dan kesatuan dalam unit ini tidak terkalahkan diantara personel ARVN. 

Tran Ngoc Hue, 26, komandan Black Panthers (Hac Bao) Angkatan Darat Vietnam Selatan, kiri, dan Kapten Marinir A.S. Roger V. Wellbrook. (Sumber: https://www.flickr.com/)

Hac Bao saat itu masih berfungsi sebagai unit reaksi cepat, yang menimbulkan tantangan bagi komandan barunya, yang selama ini menghabiskan waktunya sebagai ajudan jenderal. Tetapi Hue tidak sendirian. Kapten Bob Jones menjadi penasehat senior bagi batalion ke-1, resimen ke-3 ARVN sebelum ditransfer Hac Bao dan mendapatkan respek dari rekan-rekan Vietnam Selatannya, sembari memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya kepemimpinan di unit-unit tempur ARVN. Baik Hue dan Jones terbina hubungan dekat, dimana Hue berusaha mengenalkan rekan barunya ini pada budaya Vietnam, mulai dari bagaimana menembak dan makan kerbau saat menjalankan misi panjang di medan tempur, menjelaskan kebesaran bangsa vietnam di masa lampau, hingga mengunjungi makam-makam Kaisar Vietnam di sekitar Hue. Hac Bao sendiri menjalankan peran langsung dalam perang atrisi di Vietnam. Rata-rata unit ini menghabiskan waktu di markasnya di Hue hanya 3 hari sebelum menghabiskan waktu seminggu sampai 10 hari di medan tempur dalam berbagai operasi yang menghasilkan beberapa kontak dengan pihak musuh. Para prajurit Hac Bao terus terlibat dalam pertempuran, mulai dari pertempuran di Lang Vei dekat perbatasan Laos, dimana mereka kehilangan dua helikopter saat mendarat sampai menyelamatkan unit ARVN yang terjebak dekat Phu Bai. Bersama, Jones dan Hue membentuk tim tempur tangguh, yang menjadi contoh baik dari upaya pendampingan militer di Vietnam.

PARA PENASEHAT

Peran advisor atau penasehat Amerika di Vietnam sudah berlangsung lama, namun kondisi berubah pada tahun 1965, saat Amerika mengirim pasukan tempurnya di Vietnam. Para perwira Amerika lebih memilih untuk memimpin pasukan tempur Amerika ketimbang menjadi penasehat unit-unit Vietnam Selatan. Meski demikian para advisor ada di berbagai level, mulai dari membantu jenderal Westmoreland sampai ke level Bob Jones yang bertempur bersama Tran Ngoc Hue. Dengan berjalannya waktu tugas advisor Amerika berkembang, dimana mereka tidak lagi berkonsentrasi dalam melatih militer Vietnam Selatan, namun untuk mengintegrasikan unit-unit ARVN dalam konsep perang Amerika. Meski para advisor bertindak semacam personel serba bisa, tugas utamanya adalah sebagai koordinator dukungan artileri dan udara. Dalam kapasitasnya advisor Amerika menjadi semacam kartu truf bagi rekan-rekan ARVN-nya. Daya tembak dan serangan udara yang bisa dihadirkan oleh advisor Amerika terkadang menentukan hidup mati unit-unit ARVN dan Amerika yang menghadapi musuh dalam jumlah lebih besar. Kesuksesan dari upaya advisor Amerika, kemudian terletak pada kemampuannya untuk menempatkan diri dalam budaya dan militer asing, membentuk hubungan dengan rekannya dalam perang mereka, menemani unitnya dalam pertempuran konstan, dengan sedikit otoritas namun banyak memerlukan kemampuan individu. Ini adalah salah satu tugas paling menantang tentara Amerika dalam perang di Vietnam. Sayangnya pelatihan untuk tugas-tugas penasehat tergolong minim. Awalnya banyak advisor diambil dari sekolah perang khusus Angkatan Darat di Fort Bragg setelah menjalani 6 minggu pendidikan yang ditekankan pada teknik perang gerilya dan termasuk pendidikan singkat mengenai latar belakang dan bahasa Vietnam. Pelatihan ini bagaimanapun, menciptakan banyak advisor potensial yang hanya sedikit memahami budaya di mana mereka akan ditempatkan, tidak bisa berbicara dalam logat Vietnam, dan hanya memahami sedikit taktik dan tantangan personel yang akan mereka hadapi.

Dua penasihat A.S. untuk Rangers Vietnam menerima pengarahan operasional dari seorang perwira Vietnam untuk latihan taktis pertempuran langsung di Trung Lap. Advisor adalah salah satu tugas paling menantang tentara Amerika dalam perang di Vietnam. Sayangnya pelatihan untuk tugas-tugas penasehat tergolong minim. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Baik Dinh dan Hue mampu berbahasa Inggris dengan lancar, sehingga bisa berkomunikasi efektif dengan advisornya, akan tetapi mayoritas advisor Amerika tidak bisa berkomunikasi dengan rekan Vietnam-nya, menyebabkan mereka cenderung diam dan tidak bisa memahami intrik agama di Vietnam dan hubungan di tingkat lokal. Banyak advisor kemudian tidak dapat membina hubungan dan solidaritas diantara unit-unit Vietnam Selatan dimana mereka ditempatkan. Dengan sukarnya menembus “tembok” bahasa ini Amerika telah melanggar aturan utama perang anti gerilya, dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat untuk memenangkan hati mereka. Dalam banyak kasus, banyak advisor menjalankan standar penugasan selama setahun di Vietnam, namun dalam “pos-pos berbahaya” bersama batalion-batalion tempur ARVN, para advisor kadang hanya bertugas selama 6 bulan sebelum ditempatkan ulang di area yang lebih aman. Pola-pola semacam ini tidak membantu. Seringkali, setiap 6 bulan, advisor baru membawa sistem dan gaya yang berbeda, membuat rekan Vietnamnya harus beradaptasi lagi dari awal. Awalnya para advisor sukar memahami lemahnya semangat tempur rekan-rekan ARVN nya. Namun setelah melewatkan waktu beberapa lama bersana mereka, banyak advisor belajar banyak mengenai sudut pandang perang dari kacamata orang Vietnam. Dalam pengamatan kemudian menunjukkan bahwa para prajurit dan perwira ARVN kerap menunujukkan kegigihan dan keberanian, tetapi mereka terlalu bergantung pada daya tembak Amerika untuk memenangkan pertempuran dan para advisor Amerika dalam mengarahkan daya tembaknya. Ketika pasukan ARVN berhadapan dengan kekuatan musuh yang besar dan gigih tanpa didampingi advisor, seperti dalam operasi Lam Son 719waktu menyerbu Laos, kelemahan dan ketergantungan mereka pada daya tembak dan advisor Amerika dengan cepat terlihat. Sementara itu dengan dukungan dan advisor Amerika ARVN dapat bertempur dengan baik, seperti saat menghadapi serangan Tet tahun 1968 dan Ofensif Paskah tahun 1972.

PERTEMPURAN DI PHU LOC

Sementara itu, ketika VC dan NVA mempersiapkan ofensif Tet, tempo operasi di wilayah Korps ke-I meningkat. Area kritis dalam rencana pihak komunis terletak pada desa Phu Loc, yang berada pada di tepi Highway 1, utara jalur sempit di Hai Van Pass. Meskipun area ini telah menjadi area yang diperebutkan oleh dua batalion VC lokal, pada akhir tahun 1967 sebuah resimen penuh NVA datang untuk memberi perkuatan, dengan harapan dapat memutus jaringan logistik vital yang mendukung kota Hue. Sebagai akibatnya, pasukan RF/PF yang berbasis di Phu Loc dan batalion ke-1, resimen marinir Amerika ke-5 mendapat laporan kontak senjata saat VC dan NVA menyergap konvoi-konvoi dan menyerang pleton CAP yang terisolasi dalam persiapan serangan utama mereka. Pada dini hari tanggal 7 januari, pasukan komunis menyerang dengan ganas markas distrik Phu Loc, pos komando batalion 1/5 Marinir, dan nyaris semua kompleks utama pleton CAP di antara Phu Loc dan Hai Van Pass. Menurut pengakuan seorang Marinir Amerika: “Pertempuran sengit meletus…itu seperti barisan semut menyelimuti bukit atau menembusi kawat berduri dengan berteriak, semua orang berteriak dan ditembaki”. Sembari menahan serangan di posisi mereka sendiri Marinir 1/5 mengirimkan beberapa pleton dan satuan setingkat kompi untuk menyelamatkan pleton CAP yang terkepung. Sebagai tambahan, sebuah pleton dari kompi B Marinir 1/5 juga mencari jalan untuk membantu pasukan RF/PF di markas distrik Phu Loc. Karena membutuhkan pasukan tambahan, Marinir memanggil kompi Hac Bao. Berangkat dari markasnya di Hue dengan menggunakan helikopter-helikopter Marinir, personel Hac Bao hanya punya sedikit waktu untuk merencanakan serangan mereka. 

Tran Ngoc Hue dan penasehat Amerika Kapten Bob Jones menunggu datangnya helikopter sebelum operasi. (Sumber: Vietnam’s Forgotten Army, Heroism And Betrayal In The ARVN by Andrew Wiest)

Terkepung dan nyaris dikalahkan, Hue menyadari bahwa situasi di markas distrik Phu Loc sangat kritis. Akan tetapi dengan pengalamannya bertahun-tahun Hue hafal dengan taktik pasukan komunis. Dengan melakukan pengepungan, VC dan NVA memperkirakan akan adanya serangan balasan dan sudah mempersiapkan penyergapan di sepanjang jalan dan lokasi-lokasi yang memungkinkan untuk didarati helikopter. Saat helikopter-helikopter mendekati Phu Loc, Hue membuat keputusan sulit, alih-alih mendarat di luar area pertempuran dan berisiko disergap, ia memilih mendarat langsung di tengah-tengah area yang terkepung dengan bantuan tembakan artileri Marinir yang mematikan. Manuver berani ini mengejutkan lawan dan pasukan Hac Bao berhasil mendarat dengan selamat. Mendapat serangan yang berani, menghadapi pasukan tambahan, dan menderita akibat tembakan artileri Amerika yang mematikan, pasukan NVA memilih mundur. Kehilangan 80 personelnya di dalam dan sekitar Phu Loc, serangan NVA berhasil dipatahkan, meskipun area itu akan terus diperebutkan sepanjang ofensif Tet. Tran Ngoc Hue dan Hac Bao telah menunjukkan keberanian dan profesionalisme dalam pertempuran, kemudian membentuk kontak dekat dengan pasukan Marinir Amerika. Setelah pertempuran di Phu Loc mereda, Hue dan pimpinan Marinir 1/5 tidak menyadari bahwa mereka segera akan menghadapi salah satu pertempuran terbesar dalam perang, yakni pertempuran memperebutkan kota Hue selama ofensif Tet.

Bersambung…

Lanjut ke part V:

Disadur dari:

Vietnam’s Forgotten Army, Heroism And Betrayal In The ARVN by Andrew Wiest, 2008; p 65 – 87, p 91 – 92

Exit mobile version