Perang Vietnam

Kisah Pararel Dua Prajurit Vietnam Selatan Part VIII: Menjadi Seorang Pengkhianat

Segera setelah Operasi Lam Son 719 berakhir, Presiden Nixon memproklamirkan, “malam ini saya dapat melaporkan bahwa Vietnamisasi telah sukses”. Ia kemudian mengumumkan percepatan penarikan mundur pasukan Amerika dari Vietnam, dengan tambahan 100.000 prajurit akan kembali pulang ke rumah hingga bulan November 1971. Penarikan ini dimaksudkan untuk menekan gelombang protes dan menjadi tanda bahwa keterlibatan Amerika di Vietnam mendekati akhir. Di sisi lain secara militer kondisi di Vietnam Selatan relatif tenang di sisa tahun 1971. Di pedesaan indikasi kesuksesan ada di mana-mana, program pembagian tanah menunjukkan progres dan produksi beras meningkat. Sebagai hasil Operasi Lam Son 719 NVA mengalami kerugian besar dalam hal perbekalan dan personel. Akan tetapi kondisi ini bukannya tidak disengaja, tujuan utama NVA adalah berupaya menghindari konfrontasi langsung dengan pasukan Amerika, sehingga memperlambat penarikan mundur mereka. Pada bulan Mei 1971, jumlah pasukan Amerika berkurang setengahnya dari 500.000 tentara yang mencapai puncaknya pada tahun 1968. Dalam hal unit tempur, 70% batalion Amerika telah ditarik. Di sisi lain, penarikan cepat pasukan Amerika menimbulkan masalah, karena pasukan ARVN tidak dapat mengimbangi kualitas dan jumlah pasukan Amerika yang ditarik di beberapa area. Di Korps ke-I, misalnya 80.000 prajurit Amerika yang ditarik hanya bisa digantikan oleh 25.000 tentara ARVN. Sementara itu masalah yang lebih pelik terjadi dalam hal penarikan advisor asal Amerika, yang selama ini menemani unit-unit tempur ARVN dan menjadi penghubung dengan daya tembak pasukan Amerika, yang krusial, seperti yang terlihat dalam Operasi Lam Son 719. Di lapangan, para advisor menghilang di sebagian besar batalion dan resimen ARVN. 

Presiden AS Richard Nixon (kiri) pertama kali mengunjungi Vietnam Selatan pada bulan Agustus 1969, ketika dia bertemu dengan Presiden Vietnam Nguyen Van Thieu di Saigon. Segera setelah Operasi Lam Son 719 berakhir, Presiden Nixon memproklamirkan, “malam ini saya dapat melaporkan bahwa Vietnamisasi telah sukses”. (Sumber: https://www.politico.com/magazine/)
Penasehat militer Amerika di tengah unit Vietnam Selatan. Masalah yang lebih pelik terjadi dalam hal penarikan advisor asal Amerika, yang selama ini menemani unit-unit tempur ARVN dan menjadi penghubung dengan daya tembak pasukan Amerika, yang krusial, seperti yang terlihat dalam Operasi Lam Son 719. Di lapangan, para advisor menghilang di sebagian besar batalion dan resimen ARVN. (Sumber: https://www.michiganradio.org/)
Sebuah pesawat tempur Northrop F-5C Freedom Fighter VNAF dan sebuah Douglas A-1H/J Skyraider di Da Nang, Vietnam, pada tahun 1973. Untuk mengimbangi penarikan pasukan Amerika, MACV dan para pemimpin militer ARVN menggantungkan pada realisasi Fase III dari Program Modernisasi dan Peningkatan Militer Vietnam Selatan, yang sudah dimulai saat Serangan Tet tahun 1968. (Sumber: https://www.flickr.com/)

Untuk mengimbangi penarikan pasukan Amerika, MACV dan para pemimpin militer ARVN menggantungkan pada realisasi Fase III dari Program Modernisasi dan Peningkatan Militer Vietnam Selatan, yang sudah dimulai saat Serangan Tet tahun 1968. Program ini telah sukses mengembangkan total pasukan Vietnam Selatan dari 650.000 menjadi mendekati 1.100.000 dalam waktu hanya 5 tahun. Baik ARVN maupun pasukan teritorial juga telah menerima senjata-senjata baru, termasuk meriam artileri kaliber 175 mm, tank-tank M48A3, dan rudal anti-tank TOW. Angkatan Laut dan Angkatan Udara Vietnam Selatan juga mengalami peningkatan. Pesawat-pesawat serang A-1 Skyraider, secara bertahap digantikan oleh pesawat anti gerilya A-37 dan pesawat pembom-tempur F-5A. Namun meski secara material dan nominal kekuatan ARVN meningkat, namun dalam hal ekonomi Vietnam Selatan mengalami pukulan karena menurunnya perputaran uang akibat penarikan pasukan Amerika. Jika di tahun 1971, Vietnam Selatan menerima pendapatan $403 juta, maka di tahun 1972, mereka cuma mendapatkan $213 juta. Bantuan ekonomi dari Amerika juga ikut menurun dari $575 juta di tahun 1971 menjadi $454 juta di tahun 1972. Inflasi meningkat dan pada akhirnya semakin menekan para prajurit ARVN yang gajinya tidak dapat mengimbangi inflasi. Gejolak ekonomi, selain menurunkan moral prajurit juga meningkatkan jumlah mereka yang desersi, dengan 140.000 orang meninggalkan unitnya di tahun 1971 saja. Sementara itu bagi para prajurit di Korps ke-1, khususnya Divisi ARVN ke-1, perginya pasukan Amerika dari area yang paling panas di Vietnam Selatan itu membuat masa depan nampak semakin gelap. Bagi Pham Van Dinh, sepertinya reformasi dalam ARVN tidak dapat mengimbangi kecepatan penarikan mundur pasukan Amerika. Letnan Kolonel Robert Camper, yang menjadi penasehat terakhir Dinh dalam perang menyatakan bahwa “Moral orang-orang Vietnam setelah penarikan mundur pasukan Amerika menurun. Mereka merasa bahwa kita telah meninggalkan mereka. Saya pikir inilah yang dirasakan di setiap eselon dari prajurit rendahan sampai ke para jenderal.” Pham Van Dinh mendapati perkembangan situasi semakin membuatnya frustasi. Kini daerah yang telah menumpahkan banyak darah, yakni di sekitar Khe Sanh, dimana dia bisa mengendarai Jip dengan aman, sekali lagi ada di tangan musuh. Kini pasukan Amerika benar-benar pergi secara permanen, bagaimana Vietnam Selatan bisa merebut kembali wilayahnya yang hilang dan mendesak orang-orang Vietnam Utara pergi? Untuk pertama kalinya Dinh berpikir bahwa Vietnam Selatan mungkin saja kalah dalam mempertahankan kedaulatannya.

PEMBENTUKAN DIVISI ARVN KE-3

Situasi yang memburuk di Korps ke-3 mendesak pemerintah Vietnam Selatan untuk memperkuat Divisi ARVN ke-1 yang praktis sendirian di wilayah itu. Pada akhirnya Pemerintah Saigon membentuk unit baru, yakni Divisi ARVN ke-3. Akan tetapi Divisi ke-3 hanya sekedar nama saja dan asalnya adalah gabungan dari beberapa batalion dan personel yang diambil dari unit-unit lainnya. Resimen ke-2 dari Divisi ke-1, termasuk unit lama Tran Ngoc Hue, digabungkan dengan Divisi ke-3. Unit-unit lama ini kemudian didistribusikan dalam dua resimen, yaitu Resimen ke-56 dan 57. Divisi ini juga kekurangan peralatan yang penting dan tidak punya struktur logistik sama sekali, dan yang lebih penting, mereka memerlukan struktur komando sendiri. Masalahnya bukan hal yang mudah untuk mencari seseorang yang bersedia mengambil tugas berat memimpin formasi baru semacam ini, yang risiko gagalnya tinggi. Atas hal ini Mayor Jenderal Vu Van Giai setuju bahwa komandan Divisi ini adalah, “Komandan yang sial atas Divisi yang tidak diingini siapapun”. Sementara itu untuk mencari bawahan yang berpengalaman, Jenderal Giai berpaling ke bawahan lamanya, Pham Van Dinh untuk memimpin Resimen ke-56. Menyadari risiko yang dihadapinya, Dinh menerima tantangan ini dan tawaran Giai. Dengan dibentuknya Divisi ke-3, kini di wilayah Korps ke-1 terdapat 3 Divisi ARVN dengan berbagai unit pendukungnya. Divisi ARVN ke-2 menjaga tiga provinsi paling selatan di Korps ke-1, sementara veteran dari Divisi ARVN ke-1 mempertahankan jalur pendekatan sebelah barat dari kota Hue. Divisi ARVN ke-3 yang kurang pengalaman dan personel mendapat tugas untuk bertahan di sepanjang DMZ dan jalur pendekatan lewat pegunungan dari arah Laos. Tidak diragukan lagi, Divisi ke-3 mendapat tugas paling berat di ARVN. Begitu beratnya tugas ini, sehingga Divisi ARVN ke-3 diperkuat oleh dua brigade Marinir Vietnam, yang menempatkan sebagian pasukannya di Firebase Mai Loc untuk menjaga wilayah barat daya pertahanan Divisi ARVN ke-3. 

Mayor Jenderal Vu Van Giai, komandan Divisi ARVN ke-3 yang baru dibentuk. (Sumber: http://daubinhlua.blogspot.com/)
Lambang Divisi ARVN ke-3. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Pham Van Dinh diatas motor di sela-sela rutinitas militernya. (Sumber: Vietnam’s Forgotten Army, Heroism And Betrayal In The ARVN)

Divisi ARVN ke-3 tiba di DMZ setelah pengaktifannya di bulan Oktober 1971. Pada bulan Desember 1971, moral pasukan meningkat saat batalion 1/56 dan 4/2 melancarkan operasi multi-batalion pertama dari Divisi ke-3, dimana baik perencanaan dan eksekusinya dapat dibilang “eksepsional”. Sejujurnya Divisi ARVN ke-3 tidak lebih buruk dari divisi lainnya di ARVN, hanya lebih muda saja usianya. Pada bulan Maret 1972, Dinh dan Resimen ke-56 nya berpindah dari Cam Lo, yang relatif aman ke Fire Support Base C2 untuk mendapatkan pengalaman di area sekitar DMZ. Perpindahan ini menurut pengamatan Mayor Joseph Brown, asisten penasehat resimen ke-56 menurunkan moral para prajurit karena harus menjauh dari keluarganya. Pada pertengahan Maret, Letnan Kolonel William Camper, yang telah bertugas dengan Resimen ke-2, bergabung dengan Brown dan Dinh di C2. Brown kemudian dikejutkan oleh Pham Van Dinh, yang selama ini didengarnya sebagai salah satu pahlawan besar ARVN, Brown kaget melihat Dinh jarang mengenakan seragam tetapi selalu membawa pistol kaliber .45 nya. Diluar penampilannya, Brown dengan cepat menilai bahwa Dinh adalah salah satu perwira ARVN paling mampu. Di sisi lain, penilaian Camper agak berbeda. Dengan pernah bertugas sebagai penasehat Divisi ARVN ke-1 pada tahun 1965 dan telah mengenal Dinh sebelumnya, ia tidak lagi melihat sosok perwira muda yang gagah, tetapi Dinh berubah “lebih gemuk dan tidak atletis”, dan seperti orang yang sedang menanggung beban berat. Penilaian Camper ini akurat. Diawal karirnya, Pham Van Dinh kerap hadir di situasi yang tidak ada harapan, bersama unit Hac Bao, dalam pertempuran di Hue selama Serangan Tet, dan di Hamburger Hill. Namun dalam setiap situasi ini, Dinh percaya diri akan mendapat dukungan dan kemenangan. Tetapi pada bulan Maret 1972 semuanya telah berubah, dan pahlawan ARVN ini ada dalam keraguan, serta menurut kata-katanya, “ada beberapa masalah dalam pikiran saya”.

SERANGAN PASKAH

Saat perasaan Dinh semakin tidak menentu, NVA melancarkan Ofensif Nguyen Hue, untuk mempermalukan Amerika dan menghancurkan kekuatan militer Vietnam Selatan lewat kemenangan militer dan bukan lewat perundingan. Untuk ofensif ini Vietnam Utara mengerahkan seluruh kekuatan tempurnya, yang terdiri dari 14 Divisi, 26 Resimen terpisah, dan didukung oleh unit-unit artileri dan lapis baja. Serangan yang dilancarkan melintasi Laos dan DMZ dengan cepat mengancam Divisi ke-3 ARVN, yang belum teruji dalam pertempuran. Menghadapi Divisi Jenderal Giai ini, NVA mengirimkan 3 Divisi plus unit-unit pendukungnya. Di utara Divisi ke-308 bersiap di sepanjang DMZ, sementara Divisi ke-304 muncul melintasi perbatasan Laos, dan Divisi ke-324B bergerak masuk ke lembah A Shau. Persiapan NVA ini sudah diketahui Amerika dan ARVN sejak akhir tahun 1971. Jenderal Abrams memberitahu pihak Washington bahwa NVA telah mempersiapkan serangan terbesarnya sejak tahun 1968. Sementara itu saat staff-nya mempersiapkan rencana mempertahankan DMZ, Jenderal Giai terus merotasi unit-unitnya untuk memfamiliarisasi dengan kondisi medan di sekitar DMZ. Rotasi ini termasuk Resimen ke-56 pimpinan Dinh, yang dipindahkan ke Kamp Carroll. Pada pagi hari tanggal 30 Maret 1972, 3 Divisi, 2 Resimen Tank, 5 Resimen Artileri, dan setidaknya satu Batalion Sapper menyerang Divisi ke-3 ARVN dari utara melintasi DMZ dan dari arah barat pegunungan dekat Khe Sanh. Ribuan peluru mendesing dari meriam-meriam artileri jarak jauh kaliber 130 mm NVA, bersama dengan ratusan roket kaliber 122 mm, yang menyebabkan kerusakan besar di firebase-firebase ARVN di sekitar area, termasuk Kamp Carroll, Mai Loc, Sarge, Khe Gio, dan Fuller di sebelah barat dan Alpha 2, Alpha 4, Charlie 1, dan Charlie 2 di utara. Setelah pukul 11:30, Dinh, Camper, kompi markas, dan satu kompi infanteri tiba di Kamp Carroll. Meskipun kamp itu memiliki 22 meriam, termasuk satu-satunya meriam kaliber 175 mm yang ada di DMZ, Kamp Carroll dimaksudkan untuk mendukung unit-unit kecil di lapangan dan bukan untuk menghadapi serangan besar-besaran NVA. Tembakan akurat NVA kemudian memaksa para prajurit ARVN dan penasehatnya untuk berlindung di dalam bunker, serta tembakan itu dengan segera menghancurkan antena radio yang bergantungan diatas bunker.

Serangan NVA di wilayah Korps I. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Foto udara dari Camp Carroll. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Ilustrasi dari buku Rusia tentang Perang Vietnam, lukisan ini memperlihatkan tank T-34 dengan penanda merah-biru-kuning dari Viet Cong. Ini mungkin imajinasi artis, karena tank hanya ditugaskan ke tentara reguler, bukan VC. Dalam Serangan Paskah, NVA mengerahkan unit-unit tank untuk menghantam pertahanan tentara ARVN. (Sumber: https://wwiiafterwwii.wordpress.com/)

Kamp Carroll dan firebase sekitarnya memiliki perbekalan untuk beberapa hari dalam kondisi operasional normal, namun yang terjadi sekarang bukanlah hal yang normal. Di samping itu, unit-unit artileri ARVN kesulitan dalam membalas tembakan gencar NVA, dan pastinya amunisi mereka terbatas. Sialnya jalan-jalan menuju Kamp Carroll dari depot ARVN di Dong Ha terputus. Jumlah volume tembakan dan cuaca yang buruk juga menghalangi upaya pengiriman bantuan dari udara. Dinh kini menyadari bahwa pertempuran yang berkepanjangan akan mengetes unit mudanya ini hingga batas kemampuannya. Di markas besar Divisi ke-3 situasi suram membayangi jenderal Giai dan penasehatnya, kolonel Metcalf. Metcalf menyarankan gerak mundur ke garis pertahanan yang lebih masuk akal, di balik sungai Cua Viet. Namun Jenderal Giai menilai situasi tidak memungkinkan untuk melaksanakan hal itu. Parahnya atasan Giai tidak tegas dalam menilai dan memberi saran kepadanya. Sementara itu malamnya, Dinh berusaha menilai situasi. Dengan pertempuran yang masih berlangsung di sebelah utara dan barat, Dinh semakin yakin bahwa musuh mencoba mengepung Kamp Carroll. Meski demikian, Dinh dengan percaya diri menganggap situasinya, “buruk, tetapi tidak terlalu buruk”. Di sebelah utara dari rute 9, batalion 1/56 membuka kontak dengan pasukan NVA, yang menghasilkan pertempuran sengit, sebelum pasukan NVA didesak mundur. Lebih buruknya, batalion 1/56 melihat adanya 4 tank musuh, yang mengindikasikan serangan lapis baja ke arah Kamp Carroll sudah dekat. Di timur, Dinh meminta batalion 2/56 untuk memperkuat pertahanan, namun situasi yang ada membuat hal ini sukar dilakukan. Situasi yang terberat ada di sektor barat laut, yang menjadi salah satu titik serangan utama NVA. Pada sore hari tanggal 31 Maret, baik Khe Gio dan Fuller direbut dari tangan batalion 3/56 dan 1/2, dengan korban besar di pihak ARVN. Kedua batalion ARVN ini terus bergerak mundur sambil memberikan perlawanan, meski sebagian prajuritnya lari dari pertempuran. Dengan NVA menghajar unit-unitnya, Dinh merasa tak berdaya. Jatuhnya Khe Gio, Nui Ba Ho, dan Sarge dalam waktu cepat meninggalkan kamp Carroll sebagai satu-satunya “penjaga” di barat laut pertahanan ARVN, dengan dukungan dari basis Marinir Vietnam Selatan di Mai Loc, di selatan, yang keduanya sangat bergantung pada suplai dari udara, yang tidak ada hingga saat itu. Dinh di sisi lain percaya bahwa bala bantuan ke front DMZ adalah kunci keberhasilan pertahanan ARVN. Dinh lalu memberi sarannya ini ke Jenderal Giai, sembari memberi peringatan bahwa Resimen ke-56 hanya bisa bertahan menghadapi serangan-serangan NVA selama beberapa hari sebelum dipaksa untuk mundur seperti basis lainnya di area itu. Dengan situasi krisis di depan mata, Dinh harus percaya pada komando tertinggi ARVN dapat bertindak cepat dan dengan segenap kekuatan memperbaiki situasi di medan perang. Akan tetapi memori dalam Lam Son 719 dan kepungan dari pasukan NVA membuat Dinh semakin ragu.

KEPUNGAN SEMAKIN KETAT

Pada tanggal 1 April, saat NVA mendekat ke Kamp Carroll dari utara dan barat, bencana mengguncang di sepanjang area selatan pertahanan ARVN. Lebih jauh ke utara di sepanjang DMZ, pos-pos terluar Resimen ke-57 yang terisolasi, dari A1 sampai A4 (dulunya dikenal sebagai Con Thien), telah ditembaki NVA selama dua hari dan kini menghadapi serangan darat. Saat pertahanan pasukan ARVN digempur serangan yang gencar, para penasehat Amerika yang terjebak di tengah-tengah, kemudian meminta evakuasi helikopter. Saat evakuasi berhasil dilakukan, para prajurit ARVN merasakan “pukulan keras” secara psikologi, mereka kini tahu bahwa orang-orang Amerika akan pergi. Mereka merasa ditinggalkan oleh para penasehat dan militer mereka sendiri. Mereka bertanya-tanya, kenapa orang-orang Amerika bisa pergi dengan helikopter, sementara mereka harus bertahan dan menyerahkan nasibnya pada tentara NVA? Tidak lama kemudian pos A2 direbut pasukan musuh. Sementara itu menyadari bahwa A2 telah jatuh ke tangan NVA, Jenderal Giai akhirnya memerintahkan penarikan mundur ke garis pertahanan baru di sungai Cua Viet, yang melibatkan penarikan Resimen ke-57 dan ke-2 ke area di sebelah utara Dong Ha. Sayangnya operasi mundur teratur, yang menjadi salah satu operasi militer tersulit, belum dikuasai banyak unit ARVN, karena mereka tidak dipersiapkan untuk itu. Saat pertahanan ARVN runtuh di sebelah timur, di Kamp Carroll yang semakin terisolasi, Dinh terus mencoba mendapatkan kontrol atas situasi yang semakin buruk. Namun upayanya gagal, NVA membunuhi, mengepung dan menghancurkan dua kompi saat unit utamanya mundur ke selatan. Dinh kemudian memerintahkan sisa-sisa unitnya mundur ke Kamp Carroll yang relatif lebih aman. Di dalam Kamp Carroll, Dinh semakin khawatir dengan makanan dan amunisi yang semakin menipis. Dengan terputusnya jalur logistik, ini berarti mereka yang ada di Kamp Carroll tidak dapat mengharapkan evakuasi bagi mereka yang terluka. Situasi yang memburuk, membuat sedih Dinh, dengan berbagai tantangan, “menghantam keras hatiku, dan hati para prajuritku.” ujarnya.

Serangan Paskah di sekitar Kamp Carroll. (Sumber: Vietnam’s Forgotten Army, Heroism And Betrayal In The ARVN)
Tank-tank M-48 ARVN ditempatkan di dekat Sungai Dong Ha menghadap QL-9 selama Serangan Paskah, 10 April 1972. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Bagaimanapun korban terus berjatuhan di Kamp Carroll. Dinh, sebagai bekas komandan Hac Bao, selama ini telah terlibat dalam pertempuran-pertempuran unit kecil, yang di hari paling berdarahnya hanya kehilangan sekitar 3 orang tewas. Dalam hari terburuknya selama serangan Tet di kota Hue, Dinh kehilangan 20 orang tewas dibawah komandonya. Kini di tanggal 1 April 1972, Dinh menyadari bahwa ia telah kehilangan 500 prajuritnya dalam Ofensif Paskah. Jumlah ini memang besar, namun jika kemenangan dan pengorbanan taktis memang diperlukan, itu tidak menjadi masalah. Sayangnya hal itu bukanlah realita yang dihadapi Dinh. Menanggung beban ini, Dinh kemudian menerima panggilan dari Jenderal Lam dari Korps ke-1, yang ia harapkan dapat membawa kabar baik mengenai bala bantuan atau rencana untuk menyelamatkan unitnya dari kehancuran. Sebaliknya Dinh mendapat informasi bahwa ia tidak akan mendapat bala bantuan dan ia diperintahkan untuk mempertahankan posisinya berapapun harganya dan hingga orang terakhir. Lam lalu memutus komunikasi dan melanjutkan main tenis di sore hari. Bagi Dinh, horror dari Lam Son 719 nampak berulang lagi saat para prajurit dikorbankan oleh para pimpinan militer karena faktor politis. Di tengah krisis ini, Dinh kemudian mengontak istrinya, yang sedang mengandung anak ketiganya. Ia rindu kepada mereka, tetapi memilih untuk tidak menceritakan kesulitannya dan sebaliknya meminta istrinya untuk merawat anak-anaknya dan sering pergi ke gereja. Dalam momen ini berbagai pengalamannya selama perang berdatangan. ARVN adalah kekuatan yang masih muda, memang memiliki berbagai masalah, namun masih memiliki banyak potensi. Dalam berbagai pergulatan politik dari tahun 1966 sampai ke Hamburger Hill dan Lam Son 719, Dinh menyadari hanya ada 2 jalan untuk menuju kemenangan, yakni: Amerika akan berusaha memenangkan perang dengan mengerahkan segenap potensinya atau Vietnam Selatan menjadi matang dengan berbagai pengalaman yang dialami. Sayangnya kini di Kamp Carroll, Dinh tahu bahwa Amerika telah meninggalkan Vietnam Selatan, dan para pemimpin negerinya tidak pernah memperbaiki diri dan masih bersedia mengorbankan dirinya dan prajuritnya dengan sia-sia. Dinh kemudian memantapkan diri untuk, “menyelamatkan nyawa anak buahnya. Tidak ada satupun yang dapat menyelamatkan mereka kecuali aku”. Tujuannya kini sederhana, yakni keselamatan para prajuritnya.

PENYERAHAN DI KAMP CARROLL

Pagi hari tanggal 2 April, minggu Paskah, pasukan ARVN dari Resimen ke-57, Skuadron Tank ke-20, dan batalion Marinir ke-3 telah memukul mundur serangan bertubi-tubi dari pasukan NVA yang ingin merebut jembatan Dong Ha yang penting. Saat pertempuran terus berlangsung, arus pengungsi sipil yang tidak ada habisnya semakin menurunkan moral prajurit Resimen ke-57 yang sudah rendah. Saat pertahanan ARVN mulai runtuh, Jenderal Giai menunjukkan keberanian pribadinya dengan menyemangati anak buahnya langsung di medan tempur. Saat beberapa prajurit yang panik berlari melintasinya sambil berteriak “tank”, ia menarik salah satu prajurit dan berkata, “tunjukkan tank itu…dan kita akan menghancurkannya bersama-sama.” Aksi berani Jenderal Giai ini sukses, dan pertahanan di selatan Sungai Cua Viet bisa dipertahankan. Namun situasi masih genting sampai jembatan itu diledakkan pada pukul 16:30.  Sementara itu di Kamp Carroll situasi terus memburuk, dimana menurut Letkol Camper, dengan perbekalan yang tersisa mereka cuma bisa bertahan beberapa hari lagi. Saat Dinh kemudian mengontak markas Divisi ke-3, perwira yang ada disana tidak dapat menjawab permintaan bantuan Dinh, sementara Jenderal Giai tidak ada ditempat karena disibukkan oleh salah satu resimennya yang melarikan diri. Kenyataan ini hanya semakin meyakinkan Dinh bahwa, “tidak ada satupun yang memperhatikan resimennya. Kini kita sendirian.” 

Baterai artileri NVA yang berkaliber 122mm beraksi di bagian Front Kon Tum, selama Serangan Paskah. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Pada pukul 14:00, serangan gelombang manusia NVA menghantam pertahanan kamp Carroll. Saat pertempuran berkecamuk, Dinh mendapat tawaran untuk menyerah. Jika Dinh dan pasukannya menyerah, mereka akan diterima dengan baik oleh NVA. Jika tidak, mereka akan mati. Setelah mendapat tawaran dua kali, Dinh menjawab bahwa ia membutuhkan waktu untuk berunding dengan staff resimennya dan meminta NVA untuk melakukan gencatan senjata, yang lalu disanggupi oleh perwakilan NVA. Sebelum pukul 15:00, para komandan batalion dan staff resimen di Kamp Carroll, berjumlah sekitar 13 orang berunding dengan Dinh. Mereka semua sadar bahwa dengan kekuatan yang ada melakukan perlawanan adalah sia-sia. Dinh kemudian mengutarakan tawaran NVA dan bertanya pada staff nya apa yang harus mereka lakukan, apakah terus bertempur, menembus kepungan, atau mundur? Jika mereka ingin terus bertempur, Dinh akan menemani mereka. Kemudian hanya Mayor Ton That Man dari batalion 1/56 yang menyatakan pendapat untuk terus bertempur. Keputusan bulat untuk menyerah lalu diambil, yang segera disampaikan Dinh ke pihak NVA. Perwira NVA kemudian mengajukan satu permintaan, ia ingin para penasehat Amerika dari Resimen ke-56 turut serta dalam penyerahan. Dinh menjawab bahwa para penasehat telah lama meninggalkan Kamp Carroll. Sementara itu Camper dan Brown tidak diberi tahu mengenai keputusan penyerahan, meski mereka curiga dengan gerak-gerik para perwira ARVN. Ketika akhirnya Dinh memberitahu keduanya, Dinh yang putus asa, bahkan sampai menyarankan ia dan mereka untuk bunuh diri atau Brown dan Camper melarikan diri.” Kedua penasehat Amerika ini serta merta menolak saran Dinh. Mereka lalu bersalaman dengan Dinh dan berupaya menembus kepungan di Kamp Carroll.

Markas Dinh di Kamp Carroll. (Sumber: Vietnam’s Forgotten Army, Heroism And Betrayal In The ARVN)
Jenis helikopter Chinook yang sama digunakan untuk mengevakuasi penasehat Amerika dari Kamp Carroll. (Sumber: https://vvabooks.wordpress.com/)

Faktanya menembus kepungan bukanlah hal yang mudah. Camper lalu mengontak melalui radio meminta bantuan, sampai sebuah helikopter CH-47 yang ditugaskan untuk mengirimkan perbekalan ke Mai Loc, dialihkan menuju posisinya. Saat helikopter mendarat, Brown, Camper dan para prajurit Vietnam Selatan yang menolak untuk menyerah berebut naik. Camper mengingat bahwa mereka yang tidak membawa senjata tidak boleh turut serta. Helikopter kemudian mengudara bersama Camper, Brown dan sekitar 30an prajurit ARVN, yang tidak akan pernah melihat Kamp Carroll lagi. Di sisi lain, khawatir bahwa Dinh juga turut kabur, NVA mengancam untuk menembaki helikopter Chinook itu, namun Dinh meyakinkan mereka bahwa ia masih ada di dalam kamp, dan menyatakan bahwa helikopter datang hanya untuk mengevakuasi yang terluka. Dinh tentu tahu tujuan kedatangan helikopter itu, meski ia tidak dapat memastikan keselamatan para advisor-nya, namun ia sudah berusaha sebisanya untuk menutupi kepergian mereka. Kemudian saat para prajurit yang tersisa berkumpul di Kamp Carroll, Dinh mengumumkan penyerahan diri dan mengatakan kepada mereka yang tidak ingin mengikutinya bebas untuk bersembunyi atau melarikan diri. Dinh lalu memimpin para prajurit yang ingin menyerahkan diri ke gerbang kamp. Dinh meyakinkan diri bahwa ia melaksanakan tugas terakhirnya, yakni menyelamatkan nyawa anak buahnya.

MENJADI MUSUH

Malam itu, dekat Khe Gio, Dinh bertemu dengan perwira tinggi NVA, sementara sekitar 600 orang anak buahnya mendapatkan makanan. Sisa-sisa resimen ke-56 lalu berjalan selama 4 hari sebelum mereka menyeberangi Sungai Ben Hai, menuju Vietnam Utara. Dinh tidak tahu apa yang akan dihadapinya. Di sepatunya ia menyimpan sebuah pistol dengan 2 butir peluru, dimana ia merencanakan untuk menembak interogator dan dirinya jika situasi memburuk. Sesampai di Vietnam Utara, Dinh dan Phong, wakilnya dipisahkan dari yang lainnya dan diangkut dengan truk selama 3 hari menuju ke Hanoi. Tidak seperti Tran Ngoc Hue, Dinh tidak dipermalukan. Di sepanjang jalan, Dinh bisa melihat formasi-formasi NVA yang bergerak ke selatan. Barisan pemuda ini terlihat bermotivasi tinggi. Vietnam Utara tampaknya lebih kuat dari yang ia perkirakan. Kini Dinh percaya bahwa Vietnam Selatan akan kalah perang. Setelah menempuh perjalanan seminggu, Dinh akhirnya sampai di Hanoi. Di sana para perwira tinggi NVA mengatakan bahwa tindakan Dinh menyelamatkan banyak nyawa tentara ARVN dan NVA. Setelah beberapa hari Dinh dan para perwira yang bersamanya dikirim ke kamp tawanan Son Tay, dimana mereka ditempatkan dalam barak terpisah dan tidak diminta untuk melakukan kerja paksa seperti tawanan ARVN lainnya. Disana mereka menerima pendidikan ulang yang mengajarkan prinsip-prinsip komunisme, sembari menjelek-jelekan rezim Vietnam Selatan. Setelah sebulan, Dinh didatangi sekelompok perwira tinggi NVA, yang menawari Dinh dan Phong pangkat setara jika mau membelot ke Vietnam Utara. Ketika Dinh ragu, wakil NVA menjalankan taktik yang lebih keras, dimana mereka yang menyerah di Kamp Carroll dikirim ke Vinh untuk melaksanakan proyek kerja paksa membangun jalan. Meski perlakuan yang mereka terima tergolong lebih baik dibanding tawanan lainnya, Dinh tahu bahwa anak buahnya digunakan pihak Vietnam Utara untuk menekan dirinya. Setelah melalui pergolakan batin, Dinh mencapai konklusi bahwa Vietnam Selatan tidak akan menjadi motor dari reunifikasi Vietnam, yang dirindukannya. Pada akhirnya Dinh mengambil keputusan penting untuk mengkhianati Vietnam Selatan dan membelot. Dinh, Singa Muda dari Hue, kini menjadi musuh Vietnam Selatan.

Komandan Resimen ke-56, Letnan Kolonel Pham Van Dinh berjabat tangan dengan perwakilan NVA. Di latar belakang tentara Vietnam Selatan bertepuk tangan. (Sumber: https://www.quora.com/)

SETELAH PENYERAHAN

Pada tanggal 2 April, Jenderal Giai meninggalkan medan pertempuran untuk bertemu singkat dengan presiden Thieu. Dari sinilah untuk pertama kalinya Giai mendapat informasi mengenai penyerahan di Kamp Carroll. Awalnya dia tidak percaya Dinh menyerah begitu saja, sampai diyakinkan oleh kolonel Camper dan para prajurit ARVN yang berhasil melarikan diri dari Kamp Carroll. Penyerahan tiba-tiba di Kamp Carroll, kemudian mengacaukan rencana penarikan pertahanan Divisi ARVN ke-3. Kini tekanan beralih ke Mai Loc, yang terancam mengalami nasib sama dengan yang terjadi di Kamp Carroll. Perintah evakuasi kemudian diberikan. Di tengah tembakan gencar, para Marinir Vietnam Selatan bisa mundur dengan baik menuju ke Quang Tri. Di tengah situasi genting ini, Jenderal Lam yang tidak pernah mau repot-repot mengunjungi medan perang, membuat kesalahan fatal. Bukannya menyusun kekuatan yang ada untuk memperkuat pertahanan, ia malah memerintahkan pasukan ARVN untuk melakukan serangan balik, dengan tanpa menyediakan dukungan logistik dan komunikasi yang diperlukan. Pada tanggal 9 April setelah menahan serangan NVA, pasukan ARVN melancarkan Operasi Quang Trung 729. Pasukan yang kelelahan ini hanya berhasil merebut sedikit wilayah dan segera terjebak dalam perang atrisi yang memakan banyak korban. Di tengah serangan NVA pada tanggal 27 April, bencana menimpa pasukan ARVN, karena buruknya komando dan komunikasi. Khawatir akan keamanan di Highway I, yang jadi jalur suplai utama di area itu, dengan tanpa berkonsultasi dengan Jenderal Giai, Jenderal Lam memerintahkan Skuadron Tank ke-20 mundur dari garis pertahanan di Sungai Cua Viet untuk membersihkan unsur-unsur kekuatan musuh di jalur suplai kritikal. Segera setelah melihat tank-tank bergerak mundur, pasukan ARVN menjadi panik dan mundur mencari selamat menuju kota Quang Tri, tanpa disadari oleh Jenderal Giai. Dengan ini garis pertahanan ARVN di Sungai Cua Viet “diserahkan” ke tangan pasukan NVA dengan mudah.

Sebuah pos terdepan ARVN di My Chanh Line, 2 Mei 1972. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Sekali lagi Jenderal Giai menunjukkan keberaniannya dengan segera kembali ke medan tempur. Setelah melihat momentum serangan NVA dan kondisi di lapangan, pada tanggal 30 April, Jenderal Giai menyarankan penarikan mundur ke lokasi yang lebih bisa dipertahankan di selatan Sungai Thach Han. Jenderal Lam setuju. Namun saat pasukan ARVN memulai penarikan mundur, Jenderal Lam dengan arahan dari Presiden Thieu membatalkan persetujuannya, dan meminta pasukan ARVN untuk bertahan berapapun biayanya. Kaget dengan perubahan mendadak ini, Jenderal Giai berusaha membatalkan perintah penarikan mundur, namun gagal di tengah situasi yang kacau. Sebagian unit menolak menjalankan perintah Jenderal Lam untuk “bertahan dan mati”. Dalam situasi yang mirip dengan yang dialami Dinh saat menyerah karena ketidakefisienan komando Vietnam Selatan, sekarang Jenderal Giai akan membayar mahal dengan kariernya. Provinsi Quang Tri kemudian jatuh ke tangan NVA, sementara Jenderal Giai nyaris gagal menyelamatkan diri dari Benteng Kota Quang Tri sampai helikopter Amerika melakukan misi penyelamatan yang berani. Bagi Joseph Brown evakuasi dari Quang Tri adalah ketiga kalinya dan menjadi yang terakhir saat ia melihat unit-unit ARVN berantakan di sekelilingnya. Sementara itu sesampainya di Da Nang, Jenderal Giai segera ditahan, dan dalam aksi penutup dari keberanian dan kesetiaannya, Jenderal Giai menulis surat yang menyatakan bahwa ia mengambil semua tanggung jawab atas jatuhnya kota Quang Tri. Jenderal Giai yang dijadikan “kambing hitam” lalu dihukum penjara 5 tahun. Yang menjadi ironi, saat Vietnam Selatan jatuh pada tahun 1975, tentara Vietnam Utara menemukan Giai di dalam tahanan, yang kemudian menempatkan jenderal malang ini kedalam kamp-kamp pendidikan ulang selama 12 tahun lagi.

Brigadir Jenderal Vu Van Giai, kanan, berbicara dengan mantan komandannya, Letnan Jenderal Hoang Xuan Lam, dan seorang pengacara saat istirahat dari persidangan militer di Saigon. Mantan komandan Divisi ARVN ke-3 itu dijatuhi hukuman lima tahun kerja paksa setelah dituduh meninggalkan Kota Quang Tri kepada tentara Komunis selama serangan Paskah tahun 1972. (Sumber: https://www.flickr.com/)
Ilustrasi tentara ARVN dalam pertempuran di Benteng Kota Quang Tri. Pada akhirnya di tanggal 16 September, pasukan Marinir Vietnam Selatan berhasil merebut kembali benteng kota Quang Tri yang jatuh dengan mudah beberapa bulan sebelumnya. Selama 10 hari terakhir penyerangan ke benteng, 2.767 tentara musuh dibunuh, sementara Marinir Vietnam kehilangan rata-rata 150 orang per hari. (Sumber: https://www.amazon.it/)

Di sisi lain, nasib Jenderal Lam, yang tidak kompeten dan banyak membuat kekacauan di Laos dan upaya pertahanan ARVN selama Serangan Paskah menunjukkan betapa parahnya politisasi dalam tubuh ARVN. Dianggap oleh Jenderal Abrams sebagai penyebab utama runtuhnya pertahanan di Provinsi Quang Tri, Jenderal Lam dicopot dari jabatan komandonya, namun malah “ditendang keatas” sebagai kepala kampanye anti korupsi dalam kementerian pertahanan. Seperti yang disadari Dinh dan Hue sebelumnya, kepemimpinan ARVN harus diganti dengan patriot muda yang membutuhkan waktu untuk naik ke jenjang tertinggi. Yang terjadi kemudian, Hue dan Dinh kini sudah tiada, sementara Jenderal Lam masih bertahan. Sementara itu pada tanggal 3 Mei, Presiden Thieu memerintahkan Jenderal Truong untuk mengambil alih komando di Korps ke-1. Seperti yang kerap diakukannya sebelumnya, Jenderal Truong mampu menginspirasi para prajuritnya untuk berkorban bagi bangsanya. Ketika Divisi ke-3 ARVN ditarik, pada pertengahan bulan Mei, Truong mengirim Divisi ke-1 dengan diperkuat oleh Marinir Vietnam dan unit Lintas Udara untuk melakukan serangan balik terbatas. Meski situasi masih tidak menentu, Jenderal Truong membuat rencana berani untuk merebut kota Quang Tri. Pada tanggal 28 Juni, Korps ke-1 meluncurkan Operasi Lam Son 72 dan di tanggal 7 Juli, dengan dibawah perlindungan serangan udara, pasukan ARVN sekali lagi mendekati kota Quang Tri, yang mana pasukan NVA bertekad mempertahankannya hingga orang terakhir. Kini pertempuran bertransformasi menjadi adu tekad antara 6 Divisi NVA dan 3 Divisi ARVN. Pertempuran berjalan sengit di lingkungan perkotaan yang intensitasnya melebihi pertempuran di kota Hue saat serangan Tet. Pada akhirnya di tanggal 16 September, pasukan Marinir Vietnam Selatan berhasil merebut kembali benteng kota Quang Tri yang jatuh dengan mudah beberapa bulan sebelumnya. Selama 10 hari terakhir penyerangan ke benteng, 2.767 tentara musuh dibunuh, sementara Marinir Vietnam kehilangan rata-rata 150 orang per hari.

MENILIK KE MASA DEPAN

Setelah mengalami kemunduran diawal, pasukan ARVN bertahan dengan kuat, tidak hanya di area Korps ke-1, tetapi juga dalam pertempuran di Kontum dan An Loc. Pertarungan begitu berat, dengan ARVN kehilangan 8.000 prajuritnya tewas dan 3.500 hilang, sementara NVA menderita hingga 40.000 prajuritnya tewas dari total 200.000 prajurit yang mereka kerahkan. Dalam banyak pertempuran di seluruh Vietnam Selatan selama Serangan Paskah, yang menjadi salah satu yang terbesar dan paling penting di masa keseluruhan perang, ARVN menunjukkan performa terbaiknya. Bahkan dengan tanpa dukungan dari pasukan darat Amerika, ARVN bertarung lama dan bagus, dengan dibantu oleh dukungan udara yang melimpah dan para penasehat Amerika. Dari pengalaman ini banyak yang percaya bahwa masa depan ARVN cerah. Hal ini diamini oleh Jenderal Abrams. Namun dengan melihat performa yang sama, muncul pula keraguan di masa mendatang. Jenderal Truong merefleksikan: “Otoritas Vietnam Selatan bereaksi seperti yang sudah-sudah. Setiap perkembangan dan perkuatan terus menerus dilakukan sedikit demi sedikit, satu brigade disini, satu batalion disana. Upaya-upaya awal tidak jelas dan tidak cukup untuk mendapatkan inisiatif….ini menunjukkan sistem komando dan kontrol kita serta sistem pengerahan kekuatan kita tidak mencukupi untuk melawan taktik konvensional yang melibatkan banyak sistem senjata yang digunakan oleh NVA.” ARVN juga masih mengalami masalah moral dan kepemimpinan, meski potensinya dan keinginan untuk berkorban serta bertempur dengan keras ada. Pada tahun 1973, Amerika meninggalkan perang sepenuhnya lewat perjanjian damai. Uang dan daya tembak Amerika kemudian hilang, sementara sumber dukungan luar kepada NVA masih tetap ada. Saat Amerika pergi, nasib ARVN segera menjadi jelas.

Tank Tipe 59 Vietnam Utara dirampas oleh Resimen Tank ke-20 Vietnam Selatan di selatan Đông Hà. Dengan tanpa dukungan dari pasukan darat Amerika, ARVN bertarung lama dan bagus dalam serangan Paskah, dengan dibantu oleh dukungan udara yang melimpah dan para penasehat Amerika. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Bersambung…

Baca bagian akhir kisah disini:

Disadur dari:

Vietnam’s Forgotten Army, Heroism And Betrayal In The ARVN by Andrew Wiest, 2008; p 229-272

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *