Sejarah Militer

Lidah Api Sang Naga: Mengenal Senjata Anti Tank M47 Dragon

Perang Dunia II (1939-1945) telah memperkenalkan nilai dari berbagai jenis senjata penakluk kendaraan lapis baja di medan perang mulai dari senapan anti-tank, meriam anti-tank, dan sistem senjata yang ditembakkan dari bahu, dimana konsep yang terakhir ini kemudian terus bermunculan hingga masa Perang Dingin (1947 -1991). Melihat pada masa Perang Dingin kekuatan militer negara-negara Barat berhadapan dengan kekuatan militer Soviet dan para pendukungnya, diasumsikan bahwa perang skala penuh pada akhirnya akan terjadi di Eropa dan serangan darat besar-besaran akan dipelopori oleh kekuatan besar kendaraan lapis baja Soviet – mirip dengan konsep pertempuran saat Perang Dunia II. Sebagai tanggapan, senjata roket anti-tank lama yang ditembakkan dari bahu sekarang berkembang menjadi rudal anti-tank yang menawarkan kualitas penetrasi yang lebih baik dan kontrol tambahan melalui sistem peluncuran portabel yang mencakup perangkat optik dan pemandu. Hulu ledak yang ditingkatkan kemudian juga memberikan kualitas untuk menaklukkan lapisan baja tebal yang diperlukan, sementara sistem pemandu kabel memberikan kontrol bagi rudal dalam penerbangannya. Kabel pemandu memungkinkan operator untuk mengirim sinyal korektif ke rudal yang diluncurkan guna menyesuaikan jalur penerbangan saat dipandu menuju target yang dituju. Senjata semacam itu pada akhirnya berkembang dalam nilai taktisnya, dengan terbukti berguna juga untuk menjalankan tugas sebagai “penghancur bunker” selain sebagai “pembunuhan tank”. Salah satu senjata semacam ini terwujud dalam Sistem Senjata Anti Tank M47 Dragon asal Amerika.

Gelombang serangan armada lapis baja Soviet senantiasa menjadi momok militer NATO dalam mengantisipasi skenario Perang Dunia ke-III di kawasan Eropa. (Sumber: https://partisan1943.tumblr.com/)
M47 Dragon, senjata anti tank portabel asal Amerika yang muncul pada dekade tahun 1970an. Dragon dirancang sebagai senjata anti tank pasukan infanteri dalam melawan gelombang serangan lapis baja lawan. (Sumber: http://www.military-today.com/)

LATAR BELAKANG DESAIN

Dragon ini bukan datang dari “Negeri Naga”, namun ketangguhannya tidak kalah dengan spesies dalam mitologi China, dalam hal melalap tank. Sementara itu, kisah kehadiran senjata anti tank Dragon, bagaimanapun harus kembali ke Jerman pada masa Perang Dunia II. Di Jerman-lah, dunia mengenal salah satu jenis senjata yang mampu “melahap” tank dan dikendalikan secara otomatis. Generasi pertama senjata anti tank ini, mulanya dikenal sebagai X-7, yang kemudian dijuluki sebagai Rotkappchen (Kerudung Merah Kecil), yang dirancang pada tahun 1944-1945. Sayang PD II keburu berakhir, sementara proyek untuk menghasilkan senjata anti tank yang bisa dikendalikan itu masih belum selesai. Namun gagasan tidak kenal ruang dan waktu, kawan atau lawan. Seusai perang gagasan itu dikembangkan kembali di Prancis, Inggris, dan Amerika. Di pertengahan dekade 1950-an rudal anti tank pertama lahir, memang masih “primitif”, apalagi jika dibandingkan generasi sekarang. Rudal ini masih dikendalikan lewat joystick! Sinyal dari perangkat pengendali itu, kemudian ditransfer lewat kabel, dan rudal melesat menuju sasarannya. Masalahnya, untuk mengoperasikan rudal jenis ini dengan baik sangat tergantung pada seorang “pengendali” handal, yang mampu membimbing rudal menuju sasaran. Masalahnya, ini tidak dilakukan di ruang tertutup dan terlindungi, melainkan di ruang terbuka tempat peluru musuh berdesingan dan berbahaya. Karena itulah, gagasan baru untuk menghasilkan rudal anti tank “generasi kedua” lahir, yakni: untuk menciptakan rudal yang tidak terlalu bergantung pada kemahiran pengendalinya.

Panzerabwehrrakete X-7 (“tank defense rocket”) anti-tank guided missile, yang dikenal sebagai Rotkäppchen (“ Kerudung Merah Kecil ”), merupakan pelopor desain senjata anti tank berpemandu asal Jerman saat Perang Dunia II. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/)
Rudal anti tank AT-3 Sagger Mesir dalam perang Yom Kippur 1973. Sistem rudal semacam ini memerlukan kontrol ketat dari si penembak yang mengarahkan rudal ke sasaran dengan menggunakan Joystick. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Armada tank M-60 Israel terkena serangan dari rudal-rudal anti tank Sagger dalam perang Yom Kippur. Namun kemudian Israel mengembangkan “kutu loncat” untuk mengecoh rudal anti tank Mesir dalam Perang Yom Kippur. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/)

Jawabannya muncul dari teknologi sinar infra merah. Si pengendali, kali ini cukup mengarahkan teropongnya menuju sasaran, sinar infra merah yang dipancarkan lewat teropong itu akan mengirim sinyal pada pengendali di bagian belakang rudal, yang memberitahu arah yang harus ditempuhnya menuju sasaran. Dengan cara ini, permasalahan sedikit berkurang, namun ini bukan solusi yang sempurna, sebab masih ada persoalan lain yang mengganggu. Persoalannya adalah, ketepatan rudal anti tank itu dalam menghancurkan sasarannya tetap tergantung pada si pengendali. Selama sinyal infra merah tetap terarah pada sasaran, selama itu pula rudal anti tank akan bergerak menuju sasaran. Namun prajurit pengendali harus tetap meneropong sasaran sampai rudal tiba di tujuan, dan ini memakan waktu sekitar 15 sampai 20 detik, — waktu yang cukup bagi pihak musuh untuk mengetahui posisinya, dan menembaknya. Pengalaman Israel dalam Perang Yom Kippur tahun 1973, menunjukkan kelemahan besar cara kerja semacam ini. Hanya dengan mengacaukan konsentrasi si penembak agar dia tidak dapat mengendalikan rudalnya, arah rudal anti tank itu dapat melenceng dari sasarannya! Apalagi bila sasaran yang dituju terus bergerak. Lewat taktik “kutu loncat” seperti inilah, tank-tank Israel berhasil mengecoh rudal anti tank Mesir dalam Perang Yom Kippur.

SISTEM RUDAL ANTI TANK DRAGON

Ilustrasi penggelaran sistem senjata anti tank Dragon pada tahun 1966. (Sumber: https://picclick.com/)

Senjata anti tank Dragon yang akan kita bicarakan ini, sayangnya mewarisi “cacat berat” seperti diatas. Efektifitasnya akan berkurang drastis jika menghadapi sasaran yang dapat bergerak cepat “melompat” dari satu posisi ke posisi lainnya. Karenanya generasi baru Dragon berusaha mengatasinya dengan menempatkan 60 roket pendorong di bagian samping rudal. Pada tahun 1960, Angkatan Darat Amerika Serikat meluncurkan program MAW (Senjata Anti Tank Sedang) atas proposal dari Douglas. Senjata anti-tank ringan untuk pasukan infanteri adalah titik lemah militer AS selama sebagian besar masa Perang Dingin. Sementara sistem senjata BGM-71 TOW adalah ATGM yang dipasang pada kendaraan terbukti sangat baik digunakan pada masanya (bahkan hingga kini!), namun sistem ini tidak mudah untuk dibawa bergerak oleh prajurit infanteri. Tripod, unit peluncuran, dan perangkat pembidik TOW berbobot lebih dari 200 pon (90,7 kg). Dengan bobotnya ini, maka tugas anti-tank yang lebih ringan jatuh ke peluncur roket Senjata Anti-Tank Ringan M72. Sayangnya M72 dianggap tidak cukup ampuh untuk melawan kendaraan lapis baja berat. Dalam situasi untuk menjawab kebutuhan senjata anti tank yang ringan namun cukup kuat untuk menghancurkan kendaraan lapis baja berat, diciptakannyalah sistem rudal anti tank Dragon. Pada tahun 1966, Douglas dianugerahi kontrak untuk mengembangkan XM-47 Dragon. Pada tahun 1967, XM-47 berganti nama menjadi FGM-77 dan FTM-77 (FTM-77 menjadi versi untuk pelatihan). Uji coba rudal pertama dilakukan pada bulan Desember 1967 diikuti dengan penembakan pertama dalam kondisi nyata (pengecekan penembakan, panduan dan peluncuran) pada tanggal 5 Juli 1968. Tahun 1972 produksi perdana Dragon diluncurkan. Digunakan oleh Angkatan Darat AS, Korps Marinir AS, serta banyak militer asing, M47 Dragon pertama kali diterjunkan pada bulan Januari 1975 untuk tentara Angkatan Darat AS yang ditempatkan di daratan Eropa. Pada bulan April 1981, pengerahan versi dasar dari sistem M47 Dragon di Angkatan Darat AS telah selesai. Berdasarkan reorganisasi pada tahun 1990-an, penggelaran Dragon berubah, dengan pasukan infanteri mekanis menerima dua peluncur per regu. Unit Infanteri, Lintas Udara, dan Serbu Udara menerima sepasang tim ATGM beranggotakan masing-masing dua orang di regu senjata peleton, sementara unit Infanteri Ringan (enam tim) dan Ranger (tiga tim) menggunakan Dragon mereka di tingkat kompi. Dalam dinas USMC, Dragon terkonsentrasi di tingkat Batalyon dalam peleton rudal khusus dengan 32 personel tim senjata anti tank Dragon. Peleton itu dibagi menjadi empat bagian, masing-masing terdiri dari empat regu dengan masing-masing tim terdiri dari dua orang.

BGM-71 TOW (“Tube-launched, Optically tracked, Wire-guided”) rudal anti-tank asal Amerika, yang pertama kali diproduksi pada tahun 1970, TOW adalah salah satu peluru kendali anti-tank yang paling banyak digunakan dan terkenal handal. Namun sistem TOW tidak mudah untuk dibawa bergerak oleh prajurit infanteri. (Sumber: https://www.worldinwar.eu/)
Specialist George R. Sanchez, dari Divisi Lintas Udara ke-101, menembakkan peluncur roket anti tank M-72 ke posisi musuh dalam Perang Vietnam. M72 memang ringan, namun sayangnya dianggap tidak cukup ampuh untuk melawan kendaraan lapis baja berat. (Photo by Authenticated News/Getty Images/https://www.historynet.com/)
M47 Dragon hadir untuk memberikan pasukan infanteri senjata anti tank yang berdaya hancur besar, namun cukup ringan untuk dioperasikan oleh satu orang saja. (Sumber: http://www.military-today.com/)

Rudal Dragon dapat digolongkan ke dalam rudal portabel yang dapat dioperasikan oleh satu orang. Pada saat kemunculan di pertengahan tahun 1970-an, M47 Dragon telah menandai terobosan bersejarah dalam teknologi rudal. Belum pernah sebelumnya dalam peperangan modern, seorang prajurit infanteri memiliki daya tembak yang cukup untuk menyerang tank musuh dan kendaraan lapis baja secara pribadi pada jarak menengah. Umumnya saat itu senjata anti tank kalau tidak tanpa pemandu, memiliki jangkauan pendek, atau tidak cukup ringan untuk dioperasikan oleh satu orang saja. Sistem rudal M47 Dragon terdiri dari tabung peluncur, perangkat pelacak target, dan rudal, bobotnya “hanya” belasan kg, cukup mudah untuk digotong oleh satu orang saja. Peluncurnya adalah berupa tabung fiberglass tanpa alur berkaliber 140 mm, yang dapat dibuang setelah digunakan, lengkap dengan perangkat pelacak target dan bipod pendukung, baterai, selempang, dan peredam kejut bagian depan dan belakang. Perangkat optik dipasang di sisi peluncur dan dipasang selama proses persiapan unit peluncur. Perangkat ini dapat digunakan kembali dan karenanya dapat dilepas dari peluncurnya. Fitur baru dari senjata Anti-Tank Guided Missile (ATGM) ini, tidak seperti sistem lain, tidak memerlukan perakitan sebelum digunakan. Prajurit itu hanya perlu melepas peredam kejutnya, memasang unit pemandu, duduk di tanah, dan menembakkannya. Dragon juga merupakan sistem paling ringan di antara peluru kendali anti-tank saat itu. Di tangan prajurit Marinir atau Rangers, M47 memungkinkan mereka untuk mempertahankan wilayah melawan semua yang menghampiri dan bahkan bisa diluncurkan dalam penyergapan. Tetapi desain Dragon sungguh unik, terutama untuk sistem pengendali dan pendorongnya. Rancangan dasar dari rudalnya terdiri dari 3 bagian. Bagian depan yang berbentuk kerucut, berisi bahan peledak yang mampu menghancurkan lapisan baja setebal 400 mm atau bangunan beton setebal satu meter. Di bagian tengahnya, yang merupakan inovasi khas Dragon terdapat 60 roket kecil. Kemudian pada bagian akhir terletak perangkat elektronik, tiga sirip, serta pemancar infra merah. Menggunakan Dragon terhitung sangat mudah. Posisi menembak yang khas untuk pengguna adalah posisi berlutut, berjongkok atau duduk (seperti yang ditentukan oleh situasi medan perang). Saat pihak musuh terlihat, tinggal arahkan teropong pada mereka. Daya jangkau maksimum Dragon adalah 1.000 meter, dan teropong yang digunakan penembak akan memberitahukan perkiraan jarak dengan target yang dituju. Disaat target memasuki daya jangkau Dragon, tekan tombol peluncur yang akan mengaktifkan rangkaian perangkat elektronik, dimana tenaga ini akan membuat giroskop berputar cepat, lalu menyemburkan asap di bagian belakang rudal sementara rudal meluncur menuju ke sasaran. Dengan kekuatan hulu ledaknya, Dragon memungkinkan seorang prajurit untuk mengalahkan kendaraan lapis baja, bunker yang diperkuat, penempatan senjata yang terbuat dari beton, atau target keras lainnya.

SISTEM PENDORONG DAN PENGENDALI

Inovasi unik Dragon, seperti yang sudah disinggung diatas, terletak pada sistem pendorong rudal, yang menggunakan 60 roket kecil di bagian samping rudal. Masing-masing roket tersebut dikendalikan secara terpadu oleh sebuah giroskop. Setelah rudal ditembakkan, satu roket meletus, — misalkan roket bagian atas. Lalu pada saat rudal terdorong kebawah akibat letusan, kembali giroskop meledakkan roket bagian bawah. Begitu seterusnya sampai rudal “kekurangan tenaga”. Dorongan dari roket-roket kecil inilah yang membuat rudal tetap meluncur menuju sasaran. Rudal Dragon dikendalikan lewat sinar infra merah yang ditembakkan oleh prajurit pengendali. Yang harus ia lakukan hanyalah tetap menempatkan obyek bidikannya pada teropong. Detektor infra merah di teropong tersebut kemudian akan secara otomatis mengukur tingkat “kemelencengan” rudal dari sasaran, lewat perbandingan dengan sinar infra merah yang dipancarkan dari bagian belakang rudal. Kemudian data disalurkan lewat kabel penghubung pada komputer chip kecil di dalam rudal yang memprosesnya. Pada gilirannya, informasi tersebut akan “memberitahu” giroskop, roket mana yang perlu ditembakkan. Misal rudal melenceng terlalu ke kiri, maka giroskop pun akan “memerintahkan” untuk meledakkan roket di sebelah kiri, agar rudal terdorong ke arah kanan. Pada saat yang tepat, roket tersebut meledak, ini akan memberi dorongan pada rudal ke arah yang dituju. Dan proses ini terus berulang dalam waktu yang sangat singkat selama si “pengendali” tetap mengarahkan teropongnya ke arah sasaran.

Detail peluncur M47 Dragon. (Sumber: https://www.inetres.com/)
Detail rudal Dragon yang unik dengan rangkaian roket kecil di badannya. (Sumber: https://www.armedconflicts.com/)
Detail roket pendorong kecil pada rudal Dragon. (Sumber: https://www.armedconflicts.com/)

Sistem seperti ini memang mampu mendorong dan mengendalikan rudal ke arah sasaran. Namun semuanya kembali pada kemampuan si pengendali, yang akan sangat menentukan apakah tembakannya berhasil atau tidak. Jika dioperasikan oleh pengendali yang ahli, Dragon memiliki kemampuan luar biasa untuk mencegat dan “melalap” tank musuh. Namun jika sang pengendali kurang ahli, Dragon bisa jadi masalah besar. Masalahnya si pengendali harus tetap berada pada tempatnya, meneropong posisi lawan, dan tidak bergerak-gerak agar data yang disalurkan pada rudal itu akurat. Seandainya dia bergerak kemana-mana, data yang disalurkan pun bervariasi, akibatnya informasi yang diproses oleh chip pun bervariasi, dan akhirnya, giroskop “kebingungan” memilih roket mana yang perlu diledakkan, atau, bahkan (bisa) meledakkan semua roket pengendali! Bukan cerita yang aneh jika banyak rudal Dragon kehabisan “bahan bakar” sebelum mencapai sasaran, karena semua roket sudah ditembakkan. Kalau itu toh terjadi, — biasanya terjadi pada saat latihan, — maka rudal Dragon akan jatuh ke tanah karena kehabisan tenaga. Sistem pemandu Dragon yang amat bergantung pada kemampuan melacak suar inframerah di bagian belakang rudal, (mirip dengan TOW), ini juga berarti bahwa Dragon dapat dikalahkan oleh sistem perlindungan aktif Shtora yang digunakan Soviet dan Rusia. Di sisi lain, Dragon memang dapat digunakan di malam hari, tetapi hal itu membutuhkan perangkat penglihatan malam tambahan yang membutuhkan lebih banyak peralatan. Tabung freon perlu digunakan untuk mendinginkan sensor pembidik malam, tapi ini hanya efektif selama dua jam. Menurut spesifikasinya Dragon dirancang untuk bisa bekerja pada suhu antara -25°F (-35°C) dan +145°F (62°C), dan dapat disimpan antara -65°F (-53°C) dan +155°F (68°C) tanpa kerusakan.

DRAGON MEMERLUKAN PENGGANTIAN

Meski memiliki banyak kelemahan, namun dengan permintaan yang cukup besar dari pihak Angkatan Darat dan Korps Marinir AS, M47 tetap menjadi andalan hingga akhir Perang Dingin. Dragon juga digunakan oleh para sekutu Amerika seperti Denmark, Iran (pra-Revolusi), Israel, Yordania, Maroko, Belanda, Korea Selatan, Arab Saudi, Spanyol, dan Taiwan.  Irak ditengarai sempat merampas beberapa sistem M47 Dragon dari Iran. Sementara itu sistem rudal “Saeghe” Iran tidak lebih dari salinan lokal Iran dari seri M47 Dragon, yang sempat dibeli dari Amerika, sebelum diberlakukannya embargo senjata akibat Revolusi Islam 1978-79 yang menggulingkan pemerintahan pro-AS. Diyakini 250.000 rudal ini sempat dibuat selama 20 tahun. Angkatan Darat Amerika sendiri diperkirakan sempat memiliki 7.000 sistem dalam inventarisnya dengan sekitar 33.000 rudal Dragon, sedangkan Korps Marinir Amerika memiliki 17.000 rudal Dragon. Jika Perang Dingin pecah menjadi perang terbuka di Eropa Tengah, M47 bersama dengan sistem TOW akan membantu menangkis gelombang serangan tank Soviet seperti tank T-55, T-62, T-64, T-72, dan T-80. Tapi faktanya penanganan dan pengoperasian M47 di antara tentara Amerika meninggalkan banyak ketidakpuasan. Keunggulan M47 dibandingkan rekan-rekannya asal Eropa Barat adalah desainnya yang portabel dan hulu ledak HEAT-nya yang besar. Kelemahannya, seperti yang telah dipaparkan diatas bagaimanapun, menyebabkannya menjadi senjata anti tank yang mediocre jika dibandingkan dengan rekan-rekannya asal barat dan timur. Yang paling mencolok adalah berasal dari penelitian Angkatan Darat AS sendiri tentang akurasi penembakan M47, dimana mereka mendapati bahwa operatornya hanya memiliki kemungkinan perkenaan 20% karena keterbatasan sistem. Yang cukup aneh, genangan air asin dapat mempengaruhi sirkuit rudal dan mengurangi jangkauannya. Ironisnya M47 banyak digunakan oleh Marinir, yang tentunya akan kerap menggunakannya di medan berair asin. 

Keharusan bagi penembak M47 Dragon untuk tetap di tempat berkonsentrasi mengarahkan rudal ke sasaran menjadi salah satu kelemahan yang paling mengganggu, disamping berbagai ketidakhandalan lainnya dari sistem senjata anti tank ini. (Sumber: https://www.behance.net/)
Grafis tipikal penembakan senjata anti tank Dragon. (Sumber: https://www.globalsecurity.org/)
Tentara AS (dari Divisi Lintas Udara ke-82) yang dipersenjatai dengan M47 Dragon (kanan) selama Invasi ke Grenada tahun 1983. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Semakin lama ia dioperasikan, semakin jelas kekurangannya. Tabung peluncuran M47 dan sistem pelacak siang harinya yang dapat dipasang/dilepas atau unit pemandu (terdapat lensa terpisah untuk digunakan di malam hari) tidak praktis dan sulit untuk dibidik. Operator harus melacak target secara visual, menyesuaikan lintasan rudal dengan tangan, dan mengarahkan rudal dalam jarak kurang dari satu kilometer. Selama akhir 1980-an jangkauannya sedikit bertambah menjadi 1,5 kilometer. Desain M47, yang menggabungkan silinder besar yang ditutup oleh peredam kejut berbentuk kerucut yang dapat dilepas dengan bipod yang dapat dilipat di bawah, juga telah mencegahnya untuk dipasang di dalam parit atau bangunan karena ledakan kebelakangnya yang sangat besar. Tetapi kesalahan terbesar M47 adalah ketidakandalannya. Para prajurit sering mengeluhkan suara ledakan rudal yang keras saat menyesuaikan arahnya selama penerbangan—menghilang elemen kejutan—dan kecenderungan kabel pemandunya putus, sehingga mengganggu peluncurannya. Ada beberapa contoh ketika rudal akan meletus keluar dari tabungnya dan tiba-tiba jatuh ke tanah. Sebagai perbandingan, rudal Konkurs (AT-5 Sprandel) Soviet yang modern dapat diarahkan dan ditembakkan dari persembunyian dan menawarkan jangkauan dan akurasi yang lebih besar. Konkurs, seperti Milan yang menjadi favorit NATO, kompatibel untuk dipasang pada berbagai kendaraan yang berbeda dan terus ditingkatkan. Sebaliknya M47 Dragon tidak. Tidak heran jika banyak pihak kurang puas dengan sistem Dragon ini. Kekurangan terbesar Dragon, adalah daya jangkau dan kecepatannya yang rendah, yang merupakan hasil dari sistem pendorong dan pengendalinya yang unik itu. Dibanding dengan Milan, daya jangkau maksimum Dragon hanya separuhnya. Sedang kecepatan Dragon, hanya 160 meter per detik. Ini cukup memberi waktu luang bagi pihak musuh, misalnya, yang bergerak dengan kecepatan 10 meter per detik, mencari perlindungan dari kejaran Dragon. Apalagi jika musuh menerapkan taktik “kutu loncat”. Bisa dibayangkan betapa bingung dan repotnya “si pengendali” Dragon “mengejar-ngejar” posisi musuh lewat teropongnya! Karena itu perdebatan seru meledak, mengenai apakah senjata anti tank Dragon ini cukup efektif untuk memperkuat AD AS atau tidak. Memang sudah banyak usulan “program perbaikan” untuk menciptakan Dragon generasi baru. Namun, tampaknya program pembaharuan ini tidak akan mengubah banyak hal dari desain awal. Dan itu artinya, Dragon tetap harus menyandang kelemahan akibat keunikan desainnya. Namun untuk menggantikan sama sekali desain unik tapi ketinggalan jaman itu sendiri bukanlah pilihan yang menarik. Program perbaikan yang radikal seperti itu akan memakan biaya yang sangat besar. Pilihan yang tampaknya lebih menguntungkan adalah hentikan saja produksi Dragon, dan digantikan oleh Milan yang lebih canggih. Apalagi langkah penggantian ke Milan ini sudah dilakukan oleh negara-negara anggota NATO lainnya. 

Rudal AT-5 Sprandel asal Soviet dapat diarahkan dan ditembakkan dari persembunyian dan menawarkan jangkauan dan akurasi yang lebih besar, dibanding Dragon. (Sumber: https://docplayer.net/)
Rudal anti tank MILAN, standar NATO, yang menjadi favorit banyak negara. Penggantian Dragon ke MILAN dianggap sebagai opsi yang masuk akal ketimbang memodifikasi Dragon besar-besaran. (Sumber: https://militaryleak.com/)
Meskipun tidak disukai penggunanya, namun M47 Dragon terus digunakan hingga dekade 1990an, sebelum digantikan oleh rudal anti tank Javelin. (Sumber: https://man.fas.org/)

Dragon sendiri tercatat sempat didesain ulang dua kali, dan berkembang menjadi Superdragon pada tahun 1990. Dragon generasi pertama, adalah sistem senjata anti tank berjangkauan 1000 meter yang membutuhkan waktu terbang ke target sekitar 11,2 detik. Sebuah produk program perbaikan (PIP) diprakarsai oleh Korps Marinir pada tahun 1985 dan dikelola oleh NSWC Dahlgren. PIP, yang diberi nama sebagai Dragon II, dirancang untuk meningkatkan efektivitas penetrasi hulu ledak hingga 85%. Rudal Dragon II sebenarnya adalah hasil program retrofit hulu ledak ke sistem rudal generasi pertama yang sudah ada di dalam inventaris Korps Marinir. Versi saat ini mampu menembus lapisan armor setebal 610 mm pada jarak efektif maksimum 1.500 meter. Menurut catatan, cuma sedikit Dragon yang benar-benar sempat ditembakkan dalam pertempuran, rudal ini hanya dianggap sebagai “senjata pilihan terakhir”, karena kesulitan saat digunakan membidik, sementara penembaknya rawan terkena tembakan musuh, dan karena ketidakmampuan rudal itu untuk menembus lapisan armor add-on terbaru dan sistem pelindung reaktif. Seorang veteran Operasi Desert Storm tahun 1991 berkomentar bahwa, ketika dikerahkan di perbatasan Irak, unitnya kurang peduli tentang kemungkinan besar menghadapi tank Irak daripada harus benar-benar menggunakan Dragon untuk melawan mereka. Seperti yang dapat dibayangkan, kemampuan senjata ini tidak membuat pemakainya terlalu percaya diri. Dragon secara perlahan-lahan dipensiunkan antara tahun 1996 dan 2001, dimana rudal yang masih tersisa dijadwalkan untuk dihancurkan. M47 Dragon mungkin bisa dianggap sebagai salah satu peluru kendali anti-tank (ATGM) terburuk sepanjang masa. Namun dalam waktu kurang dari dua puluh lima tahun kemudian, Amerika Serikat menghasilkan salah satu rudal anti-tank terbaik di dunia, yakni Javelin. Pengalaman tempur militer AS berikutnya di Afghanistan dan Irak membuat rudal Javelin yang menggantikannya terus menikmati pujian yang tidak pernah diperoleh oleh Dragon. Meski demikian, M47 Dragon tercatat berpartisipasi dalam berbagai operasi militer seperti di Grenada, Panama, Desert Storm, Balkan, dan turut memacu pengembangan rudal anti-tank yang ditembakkan dari bahu sebagai sistem senjata yang mumpuni. Mengamati keberhasilan ATGM generasi masa kini seperti Javelin, Spike, dan NLAW membuktikan bahwa M47 Dragon bagaimanapun turut berdampak pada pengembangan senjata anti tank bagi perang modern.

Rudal anti tank Javelin yang handal menjadi pengganti yang layak bagi M47 Dragon. Javelin sampai kini dikenal sebagai salah satu rudal anti tank terbaik di dunia. (Sumber: https://fineartamerica.com/)

DETAIL SENJATA ANTI TANK DRAGON

Peluncur 

Amunisi rudal Dragon adalah komponen yang dapat dibuang, yang terdiri dari rudal dan peluncur itu sendiri. Rudal dipasang di peluncurnya sejak dari pabrik dan dikirim siap untuk ditembakkan. Peluncur ini berfungsi sekaligus sebagai tempat penyimpanan dan pembawa rudal sebelum diluncurkan. Bagian ini terdiri dari tabung peluncuran yang terbuat dari fiberglass berlubang halus tanpa alur dengan rudal yang disimpan di dalamnya. Tabung peluncuran memiliki baterai untuk sistem pelacak yang memberikan daya ke perangkat pelacak dan menembakkan rudal. Braket pelacak menyediakan sambungan elektronik yang diperlukan untuk pengoperasian rudal, pemicu, dan pelacak. Bipod terpasang ke ujung depan tabung peluncuran dan mendukung peluncur selama operasi. Peluncur Dragon terbagi atas: 

Perangkat peluncur dan rudal M47 Dragon. (Sumber: http://www.military-today.com/)

Amunisi 

Tiga jenis amunisi tersedia untuk digunakan Dragon, yakni: peluru taktis M222 dan MK1, MOD 0 (hulu ledak HEAT/High Explosive Anti Tank), dan peluru latihan M223 (hulu ledak inert). Semua amunisi menggunakan body dasar rudal, sistem kontrol aerodinamis, kabel penghubung perintah, dan desain elektronik rudal yang sama. Propulsi dari rudal M222 terdiri dari dua tahap/tingkatan. Di dalam tabung, ia menggunakan motor roket kecil (juga disebut sebagai “generator gas“). Roket ini terbakar sebelum roket meninggalkan tabung, yang meledak ke arah peredam kejut belakang dan mendorong rudal keluar tanpa membuat operator (atau kabel pemandunya) terkena ledakan roket. Dalam penerbangan, rudal dipertahankan oleh susunan roket pendorong kecil di sepanjang bodinya yang juga berfungsi ganda sebagai pemandu. Roket-roket kecil ini mulai menembak sekitar 40 yard (36,5 meter) dari peluncur dan menghasilkan suara “letusan” yang unik. Saat pelacak memonitor di mana rudal itu berada dan membandingkannya dengan tempat yang seharusnya, ia akan mengirimkan perintah di sepanjang kabel yang diubah menjadi sinyal untuk menembakkan roket yang menyemburkan daya dorong. Stabilisasi roket disediakan oleh tiga sirip miring, yang membuka saat keluar dari tabung. Harga untuk satu rudal Dragon adalah $4.500 pada tahun 1978. Dimensi dari ketiga amunisi ini adalah sebagai berikut:

M222/M223, Bobot: 14,6 kilogram (25,29 pon), Panjang Rudal: 744 milimeter (29,39 inci). Panjang Peluncur: 1154 milimeter (44,1 inci). Bobot hulu ledak HEAT nya adalah sekitar 1,7 kg.

MK 1, MOD 0, Bobot: 16,2 kilogram (27,2 pon), Panjang Rudal: 846 milimeter (33,32 inci) Panjang Peluncur: 1154 milimeter (44,1 inci).

Rudal Dragon. (Sumber: https://2.bp.blogspot.com/)

SU-36/P Daysight (Pembidik Siang Hari) 

Perangkat Daysight adalah perangkat elektro-optik yang menentukan posisi rudal relatif terhadap garis pandang penembak (LOS/Line Of Sight). Perlu dicatat bahwa perangkat penglihatan terkadang disebut sebagai “perangkat pelacak”. Daysight bisa dilepas dan dipasang dengan cepat dari tabung peluncur. Dudukan aluminium daysight berisi lensa, perangkat penerima inframerah, dan pembanding sinyal kontrol. Mekanisme penembakan, yang terletak di sisi kanan dudukan daysight, terdiri dari perangkat pengaman pemicu dan batang tuas pemicu. Lensa daysight adalah teleskop dengan 6 kali perbesaran. Ini akan mampu memperbesar gambar di bidang pandang 6° (FOV) untuk membantu penembak menemukan, mengidentifikasi, dan melacak target. Sebuah pelindung mata karet dipasang untuk melindungi mata penembak dan memungkinkan dia untuk menyesuaikan diri dengan cepat di perangkat pembidik. Sementara itu, perangkat penerima inframerah terdiri dari lensa objektif, filter bertingkat, detektor inframerah, dan cermin nutator. Alat ini mendeteksi setiap penyimpangan atau ekskursi rudal dari LOS penembak. Sepasang garis stadia digunakan untuk membantu penembak menentukan jangkauan sasaran. Garis stadia diatur untuk target kendaraan standar berukuran 6 meter kali 3 meter pada jarak tembak maksimum 1.000 meter. Daysight memiliki bobot 3,1 kilogram (6,75 pon), sementara panjangnya 196 milimeter (7,72 inci).

SU-36/P Daysight. (Sumber: https://www.inetres.com/)
Pembidik Optik Daysight. (Sumber: https://www.globalsecurity.org/)
Tampilan pembidik Daysight. (Sumber: https://www.globalsecurity.org/)

AN/TAS-5 Nightsight (Pembidik Malam) 

Pada saat senja, atau kapan saja tingkat pencahayaan menurun di bawah apa yang dibutuhkan untuk digunakan saat siang hari, penembak Dragon beralih pada perangkat nightsight. Perangkat ini melekat pada tabung peluncur seperti perangkat daysight. Mekanisme penembakan, sistem kontrol, dan sistem panduan pada prinsipnya juga sama dengan yang ada di daysight. Perangkat AN/TAS-5 Nightsight pasif dengan 4 kali perbesaran memiliki bidang pandang 3,4° kali 6,8°. Perangkat penglihatan malam lebih besar dan lebih berat daripada perangkat penglihatan siang hari. Perangkat penglihatan malam mengubah emisi panas (energi inframerah) dari area target menjadi sinyal listrik, kemudian menjadi cahaya yang nampak. Hal ini memungkinkan Nightsight untuk menampilkan gambaran target secara real-time. Objek yang lebih hangat dari suhu lingkungan (di sekitarnya) muncul dalam nuansa merah; objek yang lebih dingin tampak hitam. Seperti perangkat penglihatan siang hari, perangkat penglihatan malam memantau pergerakan rudal dan mengirimkan perintah untuk menjaganya agar tetap berada di garis pandang penembak. Perangkat ini mampu beroperasi secara mandiri, menggunakan baterai 4,8-VDC yang dipasang secara eksternal dan kartrid pendingin, dan dapat dioperasikan menggunakan tenaga dari kendaraan dan peralatan terkait yang dipasang di APC (Kendaraan Pengangkut Personel). Pengoperasian penembakan dengan perangkat pembidik malam memiliki beberapa perbedaan dengan pembidik di siang hari.

AN/TAS-5 Nightsight. (Sumber: https://www.inetres.com/)
Tampilan kontrol Nightsight. (Sumber: https://www.globalsecurity.org/)
Tampilan target pada Nightsight. (Sumber: https://www.globalsecurity.org/)

Pembidik malam memiliki beberapa kontrol yang tidak diperlukan pada pembidik siang hari, sebagai berikut: Saklar ACTUATOR digunakan menghidupkan dan mematikan sistem. Ini adalah sakelar empat posisi yang memungkinkan penembak untuk mengevaluasi kondisi pengoperasian perangkat pembidik malam, dan biasanya dalam posisi OFF-LOCK. Saklar kemudian diarahkan ke posisi AIR-BATT-CHECK yang digunakan untuk mengecek kondisi coolant cartridge (katrid pendingin) dan battery (baterai). Jika kartrid pendingin dan kondisi baterai baik, sakelar diputar ke posisi ON untuk pengoperasian normal. Cincin penyesuaian reticle kemudian digunakan memfokuskan reticle. Tuas fokus jarak lalu menyesuaikan fokus untuk jarak yang berbeda-beda. Kontrol kecerahan dan kontras digunakan untuk mencerahkan atau menggelapkan gambar, dan kontrol kontras berfungsi mengubah kontras gambar. Penyesuaian kecerahan dan kontras prinsipnya sama seperti kontrol serupa pada pesawat televisi. AN/TAS-5, seperti yang sudah disinggung diatas menggunakan baterai isi ulang dan menggunakan tabung gas kecil atau botol untuk mendinginkan sistem elektronik detektor. Pasukan infanteri mekanis biasanya membawa lima paket kartrid pendingin dan satu wadah pembawa baterai yang penuh dengan komponen. Sementara sebuah regu nonmekanis membawa lima paket kartrid pendingin dan tiga wadah pembawa baterai. Baterai dan botol pendingin ini memiliki masa pakai 2 jam. Nightsight memiliki bobot 9,82 kilogram (21,65 pon), dan panjang 368 milimeter (14,5 inci). Harga dari perangkat pembidik ini adalah $30,500 di tahun 1978.

Dudukan M175 

Dudukan M175 menyediakan platform peluncuran yang stabil untuk menembakkan rudal dari APC seri M113 dan tripod senapan mesin M3 atau M122. Dudukan perangkat pelacak menyediakan sambungan listrik antara peluncur dan perangkat pelacak. Mekanisme penembakan jarak jauh terletak di sisi kanan belakang cradle untuk memudahkan akses bagi penembak. Perangkat peredam azimuth dan elevasi akan mengurangi getaran dan memberikan kemampuan pembidikan target yang kuat namun stabil.

Dudukan M175. (Sumber: https://www.inetres.com/)
Tempat penyimpanan perangkat aksesoris M47 Dragon dalam kendaraan tempur. (Sumber: https://www.globalsecurity.org/)
M47 Dragon dalam dudukan. (Sumber: https://www.armedconflicts.com/)

POSISI PENEMBAKAN 

Dragon dapat ditembakkan dari salah satu dari tiga posisi menembak, sebagai berikut: duduk, berdiri dengan menggunakan penyangga, atau berlutut. Saat dudukan M175 dipasang pada tripod senapan mesin M3 atau M122, penembak dapat menggunakan posisi duduk yang dimodifikasi atau berdiri dengan menggunakan penyangga.

Posisi menembak Dragon dengan duduk. (Sumber: https://www.inetres.com/)
Menembak Dragon dengan posisi berlutut. (Sumber: https://www.inetres.com/)

CARA MENEMBAKKAN DRAGON

Pancaran api keluar saat rudal Dragon ditembakkan. (Sumber: http://www.military-today.com/)
Saat rudal Dragon terbang, ekornya memancarkan sinyal inframerah bagi pembidik yang mengarahkan rudal menuju sasaran. (Sumber: https://www.inetres.com/)

BACK BLAST 

Area ledakan kebelakang Dragon memanjang 164 kaki (50 m) ke belakang dan 30 meter ke sisi-sisi peluncur. Area ini dibagi menjadi dua zona: zona bahaya dan zona hati-hati. Zona bahaya meluas 98 kaki (30 m) ke bagian belakang peluncur dalam kerucut bersudut 90°. Dalam area ini, ledakan, nyala api, dan puing-puing yang beterbangan dapat menyebabkan kematian atau luka serius, sehingga personel harus menghindari zona ini. Zona hati-hati meluas 66 kaki (20 m) ke belakang dan 98 kaki (30 m) dari sisi-sisi zona bahaya. Personil harus mencoba menghindari area ini juga. Untuk melindungi mata mereka dari puing-puing yang beterbangan, mereka juga harus membelakangi bagian belakang Dragon yang diluncurkan. Untuk melindungi telinga mereka dari ledakan dan tekanan berlebih, mereka perlu memakai penutup telinga. 

Zona berbahaya dari ledakan peluncuran rudal Dragon. (Sumber: https://www.inetres.com/)

SYARAT PENGGELARAN 

Rudal Dragon memiliki jarak senjata minimum 213 kaki (65 m), yang sangat membatasi penggunaannya di daerah perkotaan. Hanya sedikit daerah di pusat kota, yang mengizinkan penembakan jauh di luar jarak pengaktifan minimum rudal. Sementara itu penembakan jarak jauh di permukaan tanah di jalan atau jalur kereta api dan melintasi taman atau alun-alun dimungkinkan untuk dilakukan.

Konfigurasi dari M47 Dragon membatasi penggunaanya di daerah perkotaan. (Sumber: https://chainlinkandconcrete.blogspot.com/)

VARIAN

Dragon 

Merupakan varian dasar, dengan rudal M222, yang beratnya 14,6 kilogram dan panjang 744mm dalam tabung peluncuran sepanjang 1154mm. Hulu ledak versi dasar ini cukup mampu untuk  menembus pelat baja setebal 330mm.

M47 Dragon AD Swiss. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Dragon II 

Versi ini merupakan varian upgrade hulu ledak dari Dragon versi dasar. Awalnya disebut sebagai “Dragon PIP” dan secara resmi dikenal sebagai MK1 MOD0. Dragon II menerima hulu ledak baru yang menawarkan peningkatan penetrasi sebesar 85%, hingga bisa menjadi menembus lapisan baja sekitar 610mm. Bobot dari sistemnya kemudian meningkat menjadi 16,2 kilogram dan panjangnya menjadi 846mm. Dragon II mulai beroperasi pada tahun 1988. 

Dragon III 

Dragon II yang telah ditingkatkan kemampuannya lebih lanjut, disebut sebagai Dragon III. Rudal versi ini memiliki hulu ledak ganda yang lebih kuat, kadang dikenal juga sebagai Dragon II dengan muatan peledak tambahan. Kemampuan penetrasinya secara tepat masih belum diketahui, meskipun diklaim “beberapa ratus milimeter” lebih baik daripada roket HEAA pena 600-mm milik SMAW. Selain itu, motornya telah ditingkatkan, yang memungkinkan rudal untuk mencapai jangkauan 1.000 meter dalam waktu 6,5 detik, jauh lebih cepat daripada waktu penerbangan 11 detik pada rudal aslinya. Motor yang ditingkatkan juga meningkatkan jangkauan, yang bisa mendorong Dragon III hingga sejauh 1.500 meter. Perbaikan terakhir kedua adalah gabungan sistem pembidik siang/malam dengan panduan laser. Hanya Korps Marinir Amerika Serikat yang membeli varian ini, mulai tahun 1991, sementara Angkatan Darat memilih untuk menunggu Javelin masuk dinas operasional. 

Saeghe 

Iran diketahui telah meng-copy Dragon, menjadi sistem rudal Saeghe. Mereka memamerkannya pada tahun 2002 di pameran Defendory di Athena, ketika sedang menjalani produksi massal. Hizbullah kabarnya telah memperoleh Saeghe untuk digunakan sebagai senjata anti-tank dan anti-armor. Versi yang diketahui termasuk Saeghe 1, yang merupakan copy dari Dragon II dan Saeghe 2, yang dicopy dari Dragon III. Saeghe 3 tidak bisa dikonfirmasi ada dan Saeghe 4 diyakini menggunakan hulu ledak termobarik. Saeghe (juga dibaca sebagai Saegheh, Saeqeh dan beberapa variasi lainnya) adalah nama yang sangat umum untuk digunakan pada sistem senjata Iran. Nama ini juga mengacu pada drone pengintai, drone target, jet tempur, rudal udara-ke-udara dan hulu ledak RPG-7.

Rudal anti tank Saeghe buatan Iran yang merupakan copy dari Dragon. (Sumber: https://twitter.com/)
Saeghe 1 (cutaway, depan) dan Saeghe 2 (belakang). (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Disadur dan ditambahkan kembali dari:

SI NAGA ANTI-TANK oleh Trisno/TSM/In Combat; TSM No 77-78 Tahun VII/November-Desember 1993

Panzerabwehrrakete X-7 Rotkäppchen

https://www.google.com/amp/s/weaponsandwarfare.com/2020/06/09/panzerabwehrrakete-x-7-rotkappchen/amp/

FM 23-24: Dragon Medium Antitank/Assault Weapon System M47

https://www.globalsecurity.org/military/library/policy/army/fm/23-24/Ch1.htm

M-47 DRAGON Anti-Tank Guided Missile

https://man.fas.org/dod-101/sys/land/m47-dragon.htm

M47 Dragon Anti-tank guided missile by MIGUEL MIRANDA

http://www.military-today.com/missiles/m47_dragon.htm

The M47 “Dragon” Anti-Tank Guided Missile Launcher

https://chainlinkandconcrete.blogspot.com/2017/10/the-m47-dragon-anti-tank-rocket-launcher.html?m=1

How The US Military Became A Tank-Killing Machine BY CHARLIE GAO, THE NATIONAL INTEREST | PUBLISHED DEC 16, 2018 1:20 AM

Raytheon M47 Dragon Portable Wire-Guided Anti-Tank Missile System (1975) 

https://www.militaryfactory.com/smallarms/detail.php?smallarms_id=134

M47 Dragon Medium Anti-tank Weapon System I Gary’s U.S. Infantry Weapons Reference Guide

https://www.inetres.com/gp/military/infantry/antiarmor/M47.html

https://en.m.wikipedia.org/wiki/M47_Dragon

Exit mobile version