Sejarah Militer

Old But Gold: Pengabdian Tank Sherman Dalam Angkatan Darat Israel (1948-1973)

Salah satu periode perang tank yang paling menarik, tetapi kurang terdokumentasi adalah perang tank yang terjadi pada masa Perang Kemerdekaan Israel tahun 1948, di mana – dengan melawan segala rintangan – sebuah negara yang baru didirikan bisa survive melawan banyak musuh yang dilengkapi dengan lebih baik. Untuk menghadapi lawan-lawannya, Israel diketahui menggunakan berbagai macam kendaraan tempur yang dipungut, dibeli dan dirampas dari pihak musuh, tetapi diantara semua itu, ada satu tank yang akan tetap menjadi salah satu andalan unit lapis baja Israel dalam jangka waktu lama, yakni tank M4 Sherman. Tank Medium M4 buatan Amerika mungkin merupakan salah satu tank terbaik dari masa Perang Dunia II bersama dengan tank T-34 asal Soviet. Daya tembak yang sangat cukup baik dari model-model berikutnya yang dilengkapi senjata kaliber 76mm, dikombinasikan dengan mobilitas yang baik dan perlindungan relatif solid yang ditawarkan bagi krunya, menjadikan tank ini populer dan sukses. Ratusan tank Sherman diketahui telah digunakan oleh Korps Lapis Baja Israel sejak didirikan pada tahun 1948 dan kebanyakan dari mereka telah mengalami modifikasi intensif untuk mengimbangi tank-tank musuhnya yang lebih modern. Beberapa dari mereka diketahui masih aktif dalam dinas ketentaraan Israel lebih dari tiga puluh tahun setelah mereka diproduksi di Amerika.

M-50 Mk.2 yang berbasis dari tank M4A3 selama latihan di kawasan Israel Selatan. Selama hampir 30 tahun sejak diproduksi, tank Sherman mengabdi dalam dinas militer Israel dan digunakan dalam berbagai konflik yang menentukan eksistensi negeri itu. (Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)

TANK SHERMAN PERTAMA ISRAEL

Sejak awal kelahirannya, Zahal, Angkatan Bersenjata Israel, telah dipaksa untuk menggunakan kecerdikan dan improvisasi untuk mempersenjatai diri melawan musuh-musuh Arabnya. Pada tahun-tahun pertama kemerdekaannya, bangsa kecil Israel, yang dikelilingi oleh musuh-musuh yang berjanji untuk menghancurkannya, hanya memiliki sedikit senjata modern dan senjata-senjata semacam itu sulit didapat. Persenjataan modern sangat dibutuhkan, dan orang Israel kemudian menjadi mahir melengkapi kekurangan mereka dalam inventaris persenjataan dengan memperoleh senjata apa pun yang mereka bisa dari berbagai sumber yang kebanyakan tidak biasa. Sekali ada di tangan, senjata-senjata ini seringkali harus dibangun ulang atau dimodifikasi agar tetap efektif digunakan. Banyak dari senjata ini sebenarnya sudah dianggap usang di medan perang Eropa, tetapi Israel membuatnya berhasil dipakai dengan cukup efektif. Bagaimanapun, mereka tidak punya pilihan, karena kekalahan berarti kehancuran negara mereka. Salah satu contoh terbaik dari kecerdikan Israel adalah penggunaan relatif lama mereka atas tank M4 Sherman buatan Amerika, yang menjadi pekerja keras pasukan Sekutu di berbagai medan pada Perang Dunia II. Seringkali dianggap lebih inferrior dari lawan Jermannya karena lapisan bajanya yang relatif tipis dan persenjataan yang kurang efektif (melawan tank-tank Jerman terbaik), Sherman tetaplah tangguh, dapat diandalkan, dan mampu dimodifikasi dan ditingkatkan kemampuannya. Hal yang terakhir inilah yang memungkinkan Israel untuk menggunakannya dengan sangat efektif. 

Tempat pembuangan sampah militer di Teluk Haifa adalah salah satu lokasi di mana suku cadang tank-tank pertama Israel diperoleh. (Sumber: https://mikesresearch.com/)

Pada kelahirannya, militer Israel memiliki kendaraan lapis baja dalam jumlah terbatas, kebanyakan berupa mobil pengintai dan sasis truk, yang dengan tergesa-gesa diubah menjadi mobil lapis baja dengan tambahan panel lapis baja dan satu atau dua senapan mesin. Kekuatan tank awal Israel saat itu seluruhnya terdiri dari tank tua Hotchkiss asal Prancis, yang dinilai sudah usang bahkan sejak awal Perang Dunia II. Putus asa untuk bisa mendapatkan tank yang lebih baik, Israel benar-benar pergi ke tumpukan sampah: tempat barang rongsokan di Palestina, Eropa, dan sampai sejauh Filipina, dimana di tempat-tempat itu terdapat ratusan tank yang tersisa dan ditinggalkan setelah Perang Dunia II berakhir baru-baru itu. Dalam sebuah tempat besi tua Inggris di wilayah Palestina terdapat satu atau dua  (terdapat berbagai sumber yang berbeda mengenai jumlah pastinya) rongsokan tank Sherman bisa diselamatkan. Sebuah tank M4A2 Sherman itu kemudian diberi nama “Tamar” yang diambil dari nama pacar salah satu teknisi. “Tamar” adalah nama perempuan yang berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “date” (buah), “date palm” atau hanya “pohon palem”. Ada tiga karakter dalam Alkitab yang diketahui menggunakan nama ini.

“Tamar”, tank Sherman pertama yang dioperasikan oleh Israel. (Sumber: https://aw.my.games/)

Sementara itu, kendaraan-kendaraan tempur lainnya juga didapat, yang berasal dari tempat barang rongsokan di Italia. Kendaraan-kendaraan ini kemudian diselundupkan kembali ke Israel, kadang-kadang disamarkan atau diberi label sebagai “traktor”, untuk menjadi bagian dari koleksi senjata yang beraneka ragam yang dapat digunakan untuk mempertahankan keberadaan Israel yang baru saja memerdekakan diri. Karena tank-tank ini berasal dari tempat barang rongsokan, mereka umumnya tidak dapat langsung digunakan dan membutuhkan pekerjaan ekstensif untuk membuatnya siap bertempur. Beberapa tank bahkan telah “didemiliterisasi” secara khusus untuk mencegah siapa pun menggunakannya kembali. Seringkali, ini dilakukan dengan mengebor lubang di tabung meriam atau mekanisme lain yang diperlukan untuk mengoperasikan senjata utamanya. Perbaikan lalu dilakukan, dan tank-tank Sherman itu bisa kembali beraksi bersama Tentara Israel. Pada saat itu, pertempuran di sekitar kota Jenin di tepi barat laut semakin intensif dan AFV (kendaraan tempur lapis baja) sangat dibutuhkan untuk mengusir serangan orang-orang Arab di kibbutzim terdekat (pemukiman komunal di Israel, biasanya merupakan kawasan pertanian). Segera tank Sherman Israel pertama akan siap digunakan, tetapi tank pertama ini masih tidak bersenjata. Untuk memungkinkan tank Sherman ini bisa digunakan dalam pertempuran pertamanya, sempat dipertimbangkan untuk memasang kanon Hispano Suiza kaliber 20mm di atas turretnya. Tetapi rencana pemasangan ini diperkirakan akan membuat tidak nyaman dan berbahaya bagi krunya, karena proses memuat ulang atau membersihkan senjata harus dilakukan di luar turret (berbahaya terutama saat berada di bawah tembakan musuh). Untungnya, beberapa meriam M3 kaliber 75 mm telah tiba dari tempat pembuangan senjata di Italia. Satu diantaranya dipilih dan dipasang ke turrret “Tamar”. Sementara itu, para penyelam Israel menyelam di Teluk Haifa untuk mengambil amunisi kaliber 75 mm yang telah dibuang oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris beberapa bulan sebelumnya di dasar lautan. Amunisi ini lalu dikeringkan dan kemudian terbukti bisa bekerja dengan sangat baik. Meski demikian, “Tamar” masih kekurangan dalam hal peralatan optik; dimana hanya peritelescopes yang tersedia untuk penembak meriamnya pada saat itu, yang jelas tidak memadai untuk menembakkan meriam 75mm nya secara akurat.

Salah satu tank Sherman pertama Israel, bisa jadi “Tamar” atau “Meir”. Kedua tank berperan aktif dalam perang kemerdekaan Israel tahun 1948. (Sumber: https://mikesresearch.com/)

Tank Sherman lain kemudian bergabung dengan “Tamar”, yang total membuat armada empat “tank berat”, termasuk dua tank Cromwell bekas Tentara ke-8 Inggris, yang diperoleh dari kamp mereka di lapangan terbang Haifa tepat sebelum Inggris meninggalkan negara itu. Sherman kedua itu adalah tank M4A1 dengan mesin Continental yang juga diperoleh dari tempat pembuangan persenjataan Inggris, direkondisi, dan dilengkapi dengan meriam M3 kaliber 75mm yang baru tiba. Tank itu dengan cepat disiapkan untuk beraksi dan diberi nama “Meir”. “Meir” adalah nama maskulin Yahudi dan sesekali menjadi nama belakang yang berarti “orang yang bersinar”. Sementara itu, sifat poliglot dari personel Tentara Israel berarti pasukan-pasukan mereka sering dikelompokkan ke dalam unit-unit berdasarkan bahasa ibu mereka. Dua tank Sherman dan dua tank Cromwell bekas Inggris lalu dikelompokkan bersama dalam sebuah “Kompi Inggris”, yang dinamai demikian karena semua anggotanya berbicara dalam bahasa Inggris. Kompi ini adalah bagian dari Batalyon Tank ke-82 dari Brigade Lapis Baja ke-8. Mereka langsung beraksi dalam perebutan BeerSheba dan Negev selatan. Mengikuti jalan Romawi kuno ke Auja el Hafir, Sherman berhasil menyerang garnisun Mesir dan menaklukkan mereka setelah pertempuran singkat.

Tank Sherman dalam Perang Kemerdekaan Israel tahun 1948. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Setelah Auja direbut, dua Sherman dan satu Cromwell melaju ke arah Sinai dan untuk pertama kalinya dalam perang Israel-Arab, menyerang persimpangan Abu Agheila yang hanya sedikit dipertahankan oleh orang Mesir yang melarikan diri ketika monster baja yang berisik itu mendekat. Bergerak ke arah El-Arish, dua Sherman di maju ke depan saat tank Cromwell rusak, mendekati bandar udara El-Arish. Di sana “Tamar” merusak roda rantainya dan terhenti. Para kru mencoba mengganti rantai yang rusak tetapi tanpa alat yang tepat tidak dapat melakukannya. Karena tekanan politik, penarikan tergesa-gesa dari Sinai diperintahkan dan “Tamar” yang amat disayangi lalu terpaksa dihancurkan oleh para awaknya. Bangkai tank itu tidak pernah diambil dari tempat peristirahatannya sejak perang tahun 1948. Pasukan Israel kemudian telah melewati tempat itu dalam dua kampanye yang berbeda di masa depan, pada tahun 1956 dan 1967, di mana banyak awak tank muda tidak menyadari bahwa bangkai tank Sherman berkarat di pinggir jalan dekat Bandar Udara El-Arish adalah pendahulu dari armada tank mereka saat itu. Banyak yang salah mengira bahwa tank itu hanyalah sekedar bangkai kendaraan tempur biasa yang terbengkelai di gurun. Tidak diketahui dengan pasti ada berapa banyak tank Sherman yang sebenarnya digunakan selama Perang Kemerdekaan Israel, meskipun beberapa sumber menyatakan bahwa sebanyak 14 tank Sherman Israel aktif selama perang. Namun, pada saat perang berakhir, diketahui bahwa Israel masih mengoperasikan 32 dari 33 Sherman yang dimilikinya selama perang (diantaranya yang survive adalah “Meir”), dengan hanya satu Sherman yang hilang dalam pertempuran (“Tamar ”).

IMPROVISASI TANK SHERMAN 

Setelah gencatan senjata antara Israel dan negara-negara Arab yang diinisiasi Perserikatan Bangsa-Bangsa terjadi pada pertengahan tahun 1948, Israel segera menggunakan waktu yang ada untuk meningkatkan ukuran pasukan lapis baja dan mekanisnya. Meskipun tidak dapat membeli kendaraan baru, Israel memiliki banyak material sisa Perang Dunia II untuk dipilih, dan ini akan menjadi tulang punggung kekuatan Zahal. Dengan cepat, kekuatan yang terdiri dari sekitar 300 kendaraan Halftrack dan 50 tank berhasil dirakit. Sebagian besar tank ini adalah tank Sherman, yang masih didapat dengan mengumpulkannya dari berbagai tempat pembuangan sampah di seluruh Eropa dan tempat lain. Koleksinya beragam, termasuk model M4A1 dan M4A2 bermesin diesel. Persenjataan mereka adalah bagian dari senjata yang dibawa Sherman ke dalam pertempuran-pertempuran di Eropa beberapa tahun sebelumnya, yakni: meriam kaliber 75mm dan 76mm dan howitzer kaliber 105mm; beberapa tank bahkan menggunakan meriam lapangan kaliber 77mm buatan Jerman era Perang Dunia I yang dibuat oleh Krupp. Meriam-meriam ini dipasang untuk menggantikan senjata yang rusak atau senjata yang sudah didemiliterisasi dan tidak dapat dimodifikasi tim persenjataan Zahal ke kondisi semula. Sementara sifat gado-gado menjadi ciri dari kekuatan tank Zahal, hal ini berarti berbagai macam versi tank M4 dikumpulkan, meski tank-tank ini memiliki proporsi dasar dari tank Sherman. Sebuah tank M4A1 memiliki berat 66.500 pound (33,25 ton). Panjangnya 19 kaki empat inci (5,9 meter) dan delapan kaki tujuh inci lebarnya (2,5 meter), serta tingginya sembilan kaki (2,74 meter). Tank ini diawaki oleh lima orang, yang termasuk seorang komandan, penembak, pemuat amunisi, pengemudi, dan asisten penembak pengemudi yang sekaligus menjadi penembak senapan mesin di lambung tank. Tank ini bisa melaju hingga mencapai kecepatan 24 mph (38,62 km/jam) di jalan raya dan 15-20 mph (24-32 km/jam) di daerah bermedan buruk. Jangkauan operasionalnya bervariasi dari 100 hingga 150 mil (161-241 km) tergantung pada jenis mesin yang digunakan. Tank Sherman biasanya membawa satu senapan mesin koaksial dan satu senapan mesin kaliber .30 beramunisi sabuk peluru yang dipasang di bagian lambung. Sementara senapan mesin M2 kaliber .50 biasanya dipasang di atas turret. Zahal pada awalnya kekurangan senjata ampuh ini dan sering kali terpaksa memasang senapan mesin tua buatan Jerman dan Ceko sebagai gantinya. Kemudian, ketika Prancis mulai memasok senapan mesin M2, senapan lama dipasang di tempat aslinya. Israel kemudian memberikan sebutan kolektif M1 untuk seluruh armada Sherman-nya. 

Tank Sherman Israel dalam sebuah parade tahun 1950an. (Sumber: https://aw.my.games/)

Selama perang 1948, Zahal telah menggunakan sedikit tanknya, terutama dalam peran pendukung infanteri, dan awalnya peran doktrinal tersebut terus dipertahankan. Namun, pada awal tahun 1950-an hal ini berubah. Batalyon Tank ke-82 telah digabung dengan unit Komando ke-9 dan Batalyon Mekanis ke-79 untuk membentuk Brigade Lapis Baja ke-7. Di bawah kepemimpinan Uri-Ben Ari, pola pikir dan taktik yang lebih ofensif dipraktikkan. Dalam latihan perangnya tahun 1952 dan 1953, pasukan infanteri Israel mendapati diri mereka dipermalukan dengan dipaksa mundur setelah menghadapi serangan tank-tank Sherman. Hal ini sangat mengesankan seorang pengamat dalam manuver tersebut, yakni Perdana Menteri David Ben-Gurion, sehingga dia memerintahkan lebih banyak tank Sherman untuk dibeli sekaligus. Pada saat yang sama selama awal 1950-an, negara-negara Arab mulai menerima tank-tank yang lebih modern kebanyakan dari Uni Soviet. Mesir telah menerima tank T-34 / 85, kendaraan meriam serbu SU-100 dan beberapa SU-152, yang menunjukkan bahwa tank Israel saat itu yang dipersenjatai dengan meriam 75mm tua, kemungkinan besar tidak akan mampu menghadapi kendaraan-kendaraan tempur Mesir itu. Secara kebetulan, Israel lalu menemukan Prancis sebagai penjual yang bersedia mengoper kelebihan tank Sherman mereka. Pada saat itu, Prancis sedang menghadapi perang gerilya di Aljazair, dan Mesir diketahui memberikan dukungan kepada para pemberontak. Sebagai balasannya, Prancis lalu menyetujui pemberian bantuan militer ke Israel. Prancis, dalam upaya untuk membendung dukungan Mesir ke Aljazair, setuju untuk memasok Israel dengan 250 tank modern yang termasuk surplus M4A1 Sherman (VVSS dan HVSS) miliknya yang dipersenjatai dengan meriam kaliber 76,2 mm. Selain melatih perwira Zahal di sekolah militer Prancis, dari total 250 tank, Prancis mengirim 120 tank ringan AMX-13 baru dan 88 tank Sherman (48 M1 dan 40 Super Sherman)  dari kesepakatan yang disetujui oleh kedua pihak. Dengan tambahan peralatan baru ini, Israel kemudian dapat membentuk dua brigade lapis baja lagi.

SHERMAN DI SUEZ

Pada tahun 1956, Israel mulai bekerja sama dengan Prancis dan Inggris, yang berencana merebut kembali Terusan Suez setelah Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser menasionalisasinya. Israel, di sisi lain, kesal atas serangan lintas batas yang dilakukan Fedayeen Palestina dari wilayah Mesir di Jalur Gaza. Dengan pertempuran baru yang direncanakan di masa mendatang, Israel lalu meminta Prancis untuk memasok tank Sherman yang kemampuannya lebih baik, yang dikenal sebagai M50. Tank ini dipasangi dengan meriam berkecepatan tinggi kaliber 75mm berlaras panjang yang digunakan pada tank ringan AMX-13. Mengenai asal-usul M50 ini menarik untuk ditelisik lebih lanjut kemunculannya. AMX-13 meski dinilai baik dalam hal persenjataan dan mobilitas, tetapi dinilai tidak cukup baik dalam hal perlindungannya, karena hanya berlapis baja tipis, seperti layaknya tank ringan. Pada tahun 1953, Finlandia sempat merancang untuk Israel versi Sherman yang dipersenjatai dengan meriam 75 mm produksi Finlandia, tetapi proyek tersebut tidak diterima oleh para insinyur Israel. Setelah melewati pemikiran yang cermat, IDF lalu membeli beberapa tank AMX-13-75 tetapi menyadari bahwa meriam 75 mm dari tank itu (dikembangkan dari meriam 7.5cm Kwk 42 (L/70) asal Jerman yang digunakan oleh tank Panther era Perang Dunia II) akan lebih efektif jika ditempatkan pada lambung tank berukuran sedang.

Tank ringan AMX-13 yang dipasok oleh Prancis memang memiliki daya tembak dan mobilitas yang baik, namun proteksinya dinilai kurang, sehingga Israel mencair cara lain untuk mengatasi kekurangan ini dengan memodifikasi tank Sherman-nya. (Sumber: http://edokunscalemodelingpage.blogspot.com/)
Prototipe Prancis kedua, dengan lambung M4A4, penyeimbang pada turret dan muzzle brake baru. Pelatnya menunjukkan bendera Prancis dan tidak ada senapan mesin di lambung tank. Prototipe ini kemudian berkembang menjadi M50. (Sumber: char-francais.net/https://tanks-encyclopedia.com/)

Tidak dapat menemukan kendaraan lapis baja yang memadai untuk menggantikan lambung AMX di pasar internasional, IDF lalu memutuskan untuk meningkatkan kinerja tank Sherman yang sudah ada dengan meriam yang kuat ini. Israel kemudian meminta bantuan Prancis dalam mengembangkan prototipe modifikasi tank Sherman itu. Untuk mengakomodasi meriam baru itu, sebuah ekstensi kemudian ditambahkan di bagian belakang turret dan selubung pangkal meriam (gun mantlet) baru dirancang. Pada tahun 1955 prototipe upgrade tank Sherman ini disetujui oleh pihak Israel. Turret modifikasi kemudian dikirim dengan kapal ke Israel, di mana ia dipasangkan pada lambung tank M4A4 Sherman. Tank itu lalu diuji di Gurun Negev dan menerima penilaian positif dari Komando Tinggi Israel. Jalur perakitan kemudian disiapkan untuk memodifikasi tank Sherman Israel standar (bermeriam kaliber 75 mm) menjadi tank M50 baru. 25 M50 pertama dibuat secara sembunyi-sembunyi di Prancis dan kemudian dikirim ke Israel pada pertengahan tahun 1956. Beberapa model tank Sherman yang didatangkan diketahui menggunakan motor bensin, sedang yang lainnya menggunakan mesin diesel Cummins. Tank yang kemampuannya ditingkatkan ini memiliki peningkatan daya tembak yang nyata untuk bisa mengimbangi tank T34 / 85 asal Soviet yang lebih baru, dan kemudian mulai diterima oleh negara-negara Arab, lawan Israel. Mereka kemudian ditugaskan ke satu kompi lapis baja tepat pada waktunya untuk melihat ikut beraksi dalam Krisis Suez tahun 1956. Kompi itu tergabung dalam Brigade Lapis Baja ke-27. Brigade ini juga memiliki dua kompi yang dilengkapi dengan tank M-1 ‘Super’ Sherman standar, satu kompi Half-track yang dilengkapi dengan kendaraan M3, sebuah Batalyon Infanteri bermotor dan sebuah batalion pengintai ringan dengan tank AMX-13-75. Ironisnya, banyak kendaraan lapis baja Mesir yang awalnya ditempatkan di semenanjung Sinai juga sama-sama Sherman, termasuk satu kompi tank M4 / FL10, yakni tank dengan lambung Sherman namun memakai turret tank ringan AMX-13. Tank Mesir ini setara dengan tank M50 Israel dalam hal daya tembak sementara masih mempertahankan sistem loader otomatis dari tank AMX-13. Mereka juga sama-sama dibuat oleh Prancis, meskipun oleh perusahaan yang berbeda.

M4A4 FL-10 Mesir yang hancur dan ditinggalkan setelah bentrokan dengan pasukan Israel saat Krisis Suez tahun 1956. Dalam perang ini, tank Sherman yang dibeli oleh Israel dan Mesir dari Prancis saling berhadapan di medan tempur. (Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)

Selama Operasi Kadesh, demikian Israel memberi nama Operasi militer yang menjadi bagian mereka dalam pertempuran di Suez tahun 1956, satu batalion masing-masing dari Brigade ke-7, 27, dan 37 dilengkapi dengan tank Sherman, termasuk beberapa tank Super Sherman. Serangan Israel dalam Operasi ini mampu mengejutkan Tentara Mesir. Orang-orang Mesir saat itu mengandalkan benteng-benteng yang didirikan di Gurun Sinai untuk mempertahankan jalan yang melintasi semenanjung itu. Tank Sherman dan tank-tank ringan AMX Israel bertempur dengan hasil yang sangat baik melawan pasukan Mesir, yang memiliki berbagai macam kendaraan tempur lapis baja, yang terdiri dari tank T-34 / 85, Self Propelled 17pdr Archer, tank Sherman Fireflies, tank Sherman M4A4 (yang dilengkapi dengan mesin diesel GM Twin 6-71 375 hp dari tank M4A2) dan M4A4 FL-10. Unit dari brigade ketujuh bertempur di daerah Abu Ageila dan mengirim satu detasemen untuk membantu pasukan terjun payung Zahal di Celah Mitla. Brigade ke-7 dan ke-37 juga bertempur di Um Katef, di mana tank-tank Sherman yang sama-sama digunakan oleh kedua pihak telah menyebabkan insiden salah tembak yang tragis. Pada tanggal 1 November, ketika unit Israel maju menghadapi posisi Mesir dari berbagai arah, mereka salah mengidentifikasi satu sama lain, dan menganggapnya sebagai musuh. Tank Brigade ke-7 tercatat melumpuhkan delapan tank dari Brigade ke-37 sebelum situasi dapat dikendalikan. Sementara itu, Pasukan Mesir diam-diam telah mundur sebelum kedatangan pasukan Israel.

Pertempuran di Abu Agheila tahun 1956. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Sebuah tank M1 Sherman memimpin barisan infanteri bermotor yang mengendarai Halftrack menuju ke arah Sinai. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Tank M1 Sherman Israel sebelum bertempur dengan tank T-35/85 dari Brigade Lapis Baja ke-1 Mesir di dekat persimpangan Bir Gifgafa. (Sumber: https://mikesresearch.com/)

Namun secara keseluruhan, Para Kru Israel telah bertempur dengan baik, dengan terampil menggunakan tank Sherman tua mereka. Mereka juga merampas sekitar selusin tank M4A4 FL-10 dan banyak tank M4A4 Sherman milik Mesir, untuk kemudian diubah dan digunakan sebagai M4A4 Sherman standar atau tipe M50, yang kemudian dipakai oleh AD Israel. Dalam Perang Suez 122 tank Sherman dilibatkan (56 unit M1/M3, 25-28 M50 dan 28 M1 Super Sherman). Secara total, sekitar 300 M50 dari berbagai sumber dikonversi untuk digunakan oleh Angkatan Darat Israel. Antara tahun 1956 dan 1967, terjadi banyak pertempuran di perbatasan antara Israel dan tetangga-tetangga Arabnya. Pada salah satunya, tanggal 6 Maret 1964, Mayor Jenderal Israel “Talik” Tal, berkendara dengan tank M50 Miliknya bersama dengan sebuah tank Centurion. Mereka melihat ada delapan traktor Suriah pada jarak sekitar 2.000 m, dan dalam 2 menit, Tal mengklaim lima dari delapan traktor berhasil dihancurkan oleh Sherman-nya. Tiga lainnya “disingkirkan” oleh tank Centurion rekannya. Beberapa hari kemudian, tank Sherman lainnya menghancurkan sebuah senjata recoilless Mesir pada jarak 1.500 m.

M-50 Mark 1 dari Sekolah pelatihan tank Israel. Kendaraan ini berasal dari tank M4A4 FL-10 Mesir yang dirampas dalam Perang Suez tahun 1956. (Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)

M51 ISHERMAN: PENINGKATAN KEMAMPUAN TANK SHERMAN YANG MENAKUTKAN

Setelah perang, Israel, yang sekarang makin menyadari kegunaan dan kekuatan formasi lapis baja, memutuskan untuk menambah jumlah brigade lapis baja dari tiga menjadi sembilan dan mengorganisir unit-unit ini menjadi satuan ugda, yakni satuan berukuran setara divisi, yang menggabungkan beberapa brigade untuk melaksanakan operasi tertentu. Ketika negara-negara yang menentang Israel mulai bergeser ke blok Soviet, Mesir dan Suriah khususnya mulai menerima tank-tank yang lebih canggih dan kuat, termasuk tank T54 dan Tank JS-3 (juga dikenal sebagai “Joseph Stalin” atau “Iosef Stalin” IS-3) yang memiliki lapisan baja tebal dan dilengkapi meriam kaliber 122mm yang ampuh. Hal ini menyebabkan negara-negara Barat setuju, pada gilirannya, untuk memasok Israel, secara sembunyi-sembunyi dalam beberapa kasus tetapi kemudian dilakukan secara terbuka. Tank-tank M48 Patton buatan Amerika (sebagian dibeli dari bekas milik Jerman Barat) dan tank Centurion asal Inggris mulai masuk ke dalam inventaris Zahal. Namun, sampai kebutuhan mereka cukup tersedia, Israel harus puas tetap menggunakan tank-tank Sherman dan AMX-13 yang sekarang kalah kuat persenjataannya dibanding tank-tank yang dipakai oleh negara-negara Arab. M50 dengan meriam CN 75-50 buatan Prancis memang masih dapat melawan tank T-54 Soviet dengan cukup efektif tetapi dianggap tidak akan mampu menaklukkan JS-3. Sesuatu upaya jelas dibutuhkan untuk menutup “celah” tersebut. Solusi dari masalah itu adalah M51, yang juga kerap disebut sebagai Isherman. Tank ini adalah evolusi terakhir dari tank tempur Sherman. Atelier de Bourges, perusahaan Prancis yang mengembangkan M50 Super Sherman, diketahui telah mengembangkan meriam CN 105 FI kaliber 105mm (memiliki laras hampir 6 meter panjangnya) dengan recoil yang lebih rendah yang dapat ditahan oleh lambung tank Sherman (dengan memendekkan larasnya 1,5 meter) dan turret yang telah dimodifikasi. Turret tipe T23 ini juga memiliki selubung pangkal meriam baru dan ekstensi pada bagian belakang turret. Modifikasi ekstensif ini telah membuat tank menjadi lebih berat, dan untuk mengimbangi bobot tambahan, maka mesin diesel Cummins 460hp baru, trek yang lebih lebar, dan sistem hidraulik baru juga dipasang. Tank ini kemudian kerap dikenal sebagai tank Isherman, meski nama itu tidak pernah diadopsi oleh Israel. Modifikasi ini serta merta memberikan “nyawa”baru pada armada tank Sherman tua milik Israel.

Tank M51 “Isherman” dalam sebuah manuver musim dingin di Gurun Negev. Dengan meriam kaliber 105 mm, M51 memiliki daya pukul yang mematikan dibanding varian-varian Sherman lainnya. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Tank M51 ini berada di gurun Negev selama latihan di awal tahun 1960-an. Tampak depan M51 ini dengan jelas menunjukkan panjang dari meriam 105mm D1504 L / 44 asal Prancis. (Sumber: https://mikesresearch.com/)

PERANG ENAM HARI

Tank-tank Sherman tercatat turut bertempur bersama tank-tank Zahal yang lebih baru pada Perang Enam Hari tahun 1967. Israel, yang yakin bahwa tetangganya sedang mengoordinasikan serangan habis-habisan, memutuskan untuk menyerang lebih dulu, dimana awalnya mereka berkonsentrasi melawan Mesir sebelum beralih ke Suriah, dan Yordania, yang juga kemudian ikut terlibat. Tank Sherman selama perang digunakan untuk menghadapi ketiga front itu. Pada saat perang pecah, tank Sherman mencakup 46% dari total tank yang dimiliki Israel, dengan armada sebanyak 515 tank (107 tipe M1, 231 tipe M-50, dan 177 tipe M-51) dari 1.114 (meski jumlah aktualnya bisa lebih sedikit, seperti dari 250 tank M-48, hanya 117 yang siap tempur dan dari 385 tank Centurion, cuma 293 yang operasional) tank yang ada dalam inventaris Israel. Sekitar seratus tank M-50 dikirim untuk mengambil bagian dalam serangan di Sinai. Serangan Israel di Sinai diluncurkan pada malam hari, di bawah naungan kegelapan. Skuadron No 124 Pasukan Terjun Payung menyerang dan menghancurkan meriam di bukit Um Katef saat tank dari Brigade Lapis Baja ke-14 Sherman maju dengan sembunyi-sembunyi dan tertutup oleh kegelapan dan rentetan artileri yang menghantam parit pertahanan Mesir. Pasukan Infanteri, yang didukung oleh kendaraan M3 Half-track, membersihkan parit sementara tank-tank Sherman, setelah menerobos, mendukung tank-tank Centurion, yang telah mengepung posisi Mesir, dengan mencegat pasukan cadangan yang maju untuk melakukan serangan balik. Selama pertempuran yang terjadi antara jam 4 dan 7 pagi, Mesir kehilangan lebih dari 60 tank dan 2.000 tentaranya, sedangkan Israel hanya kehilangan 19 tank (8 selama pertempuran, sedangkan 11 lainnya adalah Centurion yang rusak karena menabrak ladang ranjau) dengan total 7 awak dan 40 tentara Israel tewas selama serangan itu.

Beberapa tank Sherman bergerak menuju Gurun Sinai dalam Perang 6 hari. Pada perang tahun 1967, tank Sherman mencakup 46% dari total tank yang dimiliki Israel. (Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)

Ketika Field Marshall Mesir, Mohamed Amer mengetahui kekalahan pasukan Mesir di Abu Ageila, dia memerintahkan tentaranya untuk mundur ke Gidi dan celah Mitla hanya 30 km jauhnya dari Terusan Suez. Perintah untuk mundur itu diterima oleh hampir semua unit Mesir, yang mundur secara tidak teratur ke Suez, seringkali dengan meninggalkan senjata, meriam atau tank yang masih berfungsi penuh dalam posisi pertahanan mereka. Pada sore hari tanggal 6 Juni, dengan kedatangan bala bantuan seperti pesawat-pesawat tempur MiG dan tank dari Aljazair, perintah penarikan dibatalkan, yang justru malah menciptakan lebih banyak kebingungan di antara pasukan yang kecuali dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, terus melanjutkan gerak mundur ke Suez. Menyadari situasinya, Komando Tinggi Israel lalu memerintahkan agar akses ke Terusan Suez diblokir dengan menjebak sebagian besar Tentara Mesir di wilayah Sinai. Karena gerak pesat pada masa itu, banyak tank Israel hanya memiliki sedikit bahan bakar dan amunisi, karena alasan ini, tidak semua pasukan Israel dapat segera bergerak menuju kanal. Untuk memberikan gambaran tentang masalah ini, jalan menuju Ismailia hanya diblokir oleh 12 tank Centurion dari Divisi Lapis Baja ke-31 yang memiliki setidaknya 35 Centurion lain dengan tangki bahan bakar kosong. Contoh lainnya adalah Letnan Kolonel Zeev Eitan, komandan Batalyon Tank Ringan ke-19, yang dilengkapi dengan tank ringan AMX-13-75. Karena kendaraannya memiliki kekuatan tank penuh, dia diberi tugas untuk menghentikan serangan musuh dengan tank ringan pengintaiannya. Eitan pergi dengan 15 tank AMX-13 dan menempatkan dirinya di bukit pasir dekat Bir Girgafa, menunggu musuh. Mesir lalu melakukan serangan balik dengan 50 atau 60 tank T-54 dan T-55, memaksa tank-tank AMX-13 Israel mundur setelah menderita banyak kerugian, tanpa menghancurkan satu pun tank Mesir. Namun, Batalyon Tank Ringan ke-19 sukses dalam memperlambat pasukan Mesir cukup lama untuk membuat beberapa tank M-50 dan M-51 mengisi bahan bakar dan melakukan intervensi di daerah tersebut. Tank-tank Sherman ini, berhasil menghancurkan banyak dari tank-tank Mesir, dan memaksa yang lain mundur ke Ismailia untuk menghadapi 12 tank Centurion lainnya yang menunggu untuk menghancurkan mereka. Di Sinai, Angkatan Darat Mesir kehilangan 700 tank di mana 100 di antaranya berhasil secara utuh oleh Israel di samping sejumlah yang tidak diketahui, yang kemudian diperbaiki dan dimasukkan ke dalam dinas operasional di IDF pada bulan-bulan berikutnya. Israel sendiri kehilangan 122 tank, yang sepertiganya bisa ditemukan dan diperbaiki setelah perang.

Sekumpulan tank M51 dari Brigade Lapis Baja ke-14 selama proses pengisian amunisi mereka. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
M51 Sherman dari Brigade Lapis Baja ke-60 mendukung Brigade Paratroop ke-202 yang mengendarai Halftrack selama perjalanan menuju Rafah Junction. Namun, M51 dan tank-tank AMX-13 dari brigade tersebut terjebak di bukit pasir di selatan Rafah dan tidak ambil bagian dalam pertempuran. (Sumber: https://mikesresearch.com/)

Sementara itu, saat berhadapan dengan pasukan Yordania, unit Israel yang dilengkapi dengan tank Sherman mengalami pengalaman yang lebih sulit saat harus melawan tank-tank M47 dan M48 Patton Yordania. Brigade Mekanis ke-10 Harel di bawah Kolonel Uri Ben Ari menyerang perbukitan di utara Yerusalem pada sore hari tanggal 5 Juni 1967. Terdiri dari lima kompi tank (bukan 3 kompi standarnya), Brigade ke-10 memiliki 80 kendaraan tempur, 48 diantaranya merupakan M-50, 16 unit lainnya adalah mobil lapis baja Panhard AML dan 16 sisanya adalah tank Centurion Mk. 5, yang dipersenjatai dengan meriam 20-pdr tua. Serangan mereka kemudian digagalkan oleh medan yang berat dan ranjau yang tersebar di mana-mana di jalan-jalan sempit di wilayah itu. Para pasukan zeni yang menyertai mereka tidak memiliki detektor ranjau dan ranjau harus ditemukan dengan menyelidiki tanah selama berjam-jam dengan bayonet dan ramrod sub-machine gun. Pada hari itu, 7 tank Sherman dan sebuah M3 Halftrack dirusak oleh ranjau dan dibiarkan tidak berfungsi selama sisa serangan. Pada malam hari, semua dari 16 tank Centurion terjebak di bebatuan atau rusak roda rantai mereka dan tidak bisa dibantu atau ditolong karena tembakan artileri dari pihak Yordania. Malamnya, serangan infanteri mekanis Israel berhasil menghancurkan artileri Yordania dan, keesokan paginya, perbaikan pada tank-tank yang rusak bisa dimulai. Hanya enam M-50, beberapa M3 Half-track dan beberapa mobil lapis baja Panhard AML tiba keesokan paginya di tempat tujuan tetapi segera disambut oleh tembakan Yordania. Dua Kompi Lapis Baja Yordania telah tiba pada malam hari, dimana mereka dilengkapi dengan tank-tank M48 Patton, yang segera membuat sebuah tank Sherman Israel tidak bisa digunakan.

Tank M-47 dari Resimen Tank ke-4, Brigade Lapis Baja ke-40 Yordania. Nama “Al-Hussein” dicat dalam bahasa Arab di sisi turret. Di front melawan Yordania, pasukan tank Israel yang diperkuat tank-tank Sherman mendapat lawan tangguh dari tank-tank M-47 dan M-48 Patton milik Yordania. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Medan tempur di Front Yordania saat Perang 6 hari tahun 1967. (Sumber: https://mikesresearch.com/)

Sherman yang tersisa, dengan bantuan tank lain yang tiba tak lama setelah itu, lalu mengepung tank-tank M48 Patton Yordania, yang ditempatkan di posisi statis, dan menembaki mereka di sisi, di mana tangki bahan bakar tambahan ditempatkan. Tangki bahan bakar tambahan yang dibawa Patton Yordania diketahui tidak diturunkan sebagaimana mestinya, dan menjadi sasaran empuk untuk ditembaki. Setelah beberapa menit bertempur, enam tank M48 Patton milik Yordania terbakar. Tank yang tersisa mundur ke kota Jericho, meninggalkan sebelas M48 lainnya di sepanjang jalan karena kerusakan mekanis. Brigade Ugda Israel yang bertempur lebih jauh ke utara dilengkapi dengan 48 M-50 dan M-51 dan memiliki tugas untuk mengalahkan posisi Yordania di kota Jenin, yang dipertahankan oleh 44 tank M47 Patton dan Brigade Lapis Baja ke-40 sebagai cadangan dengan tank-tank M47 dan M48. Dalam satu pertempuran, pihak Yordania (sementara dari pihak Israel tidak ada konfirmasi) mengklaim 17 tank Sherman yang berhasil dihancurkan di sekitar Jenin dan Ya’Abad. Sementara itu, setelah kemajuan pesat sepanjang hari, di mana pasukan Ugda juga menghancurkan beberapa posisi artileri yang menembaki Yerusalem dan bandara militer Israel yang penting, malam kemudian tiba dan banyak tank Sherman terjebak di jalan-jalan pegunungan kecil. Enam atau tujuh tank M-50 dan M-51 mendaki Bukit Burquim. Pada malam tanggal 5 Juni, di antara kebun zaitun, mereka berhadapan langsung dengan seluruh Kompi Lapis Baja Yordania yang dipersenjatai dengan tank-tank M47 Patton yang berjarak kurang dari 50 meter. Di bawah kegelapan, tank-tank Israel menyerang pasukan Yordania, menghancurkan lebih dari selusin tank hanya dengan satu tank M-50 dilumpuhkan, namun tidak ada awak tank Israel yang menjadi korban. Pertempuran di daerah itu berdarah selama beberapa hari lagi. Orang-orang Yordania melawan dengan penuh semangat, menyerang balik pasukan Israel dengan semua tank mereka yang tersedia. Meskipun meriam 90 mm dari tank-tank M47 dan M48 Patton sangat efektif untuk melawan tank-tank Sherman Israel, kru yang mengoperasikannya tidak terlatih dengan baik, terutama dalam penembakan jarak jauh. Di sisi lain, Israel, selain memiliki pelatihan yang lebih unggul, dapat mengandalkan dukungan udara yang hampir tak terbatas yang ternyata, baik siang maupun malam, sangat efektif.

Sebuah tank M48A1 Patton Yordania dengan tiga drum minyak 200 liter yang digunakan sebagai tangki bahan bakar tambahan. Drum minyak ini kemudian menjadi sasaran tembak bagi tank-tank Israel. (Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)
Sebuah M51 diparkir di samping tank M48 Yordania yang berhasil dilumpuhkan. M51 memiliki satu garis di laras meriam dan angka “2” besar di turret, yang menunjukkannya sebagai bagian dari peleton ke-2 Kompi A. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Pada tanggal 7 Juni 1967, sebuah tank Sherman mendukung pasukan terjun payung Israel yang menerobos Gerbang Singa di kota tua Yerusalem di timur laut Temple Mount dan Tembok Barat. (Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)

Selama gerak majunya, sebuah kompi lapis baja Israel harus menghadapi banyak tank M47 dan M48 yang disembunyikan dalam posisi tetap. Israel lalu memutuskan untuk meminta dukungan udara, tetapi gelombang pertama pesawat-pesawat tempur Israel tidak menemukan target apa pun karena tank-tank Yordania disamarkan dengan baik. Seorang awak M-50, yang nekad, lalu memutuskan untuk meluncurkan tank-nya dengan kecepatan penuh menuju posisi musuh. Tank-tank Patton Yordania segera melepaskan tembakan tanpa mengenai tank Israel satu kali pun. Sherman Israel itu kemudian cukup dekat untuk bisa menembak sebuah tank Patton Yordania dan melumpuhkannya, sebelum berbalik dan kembali ke garis pertahanan Israel dan bergabung kembali dengan kompinya. Asap dari tank Patton yang terbakar, ditambah koordinat akurat yang dikirim oleh kru kendaraan pengamat M3 Halftrack Israel, yang telah melihat semua tank Yordania, memungkinkan pesawat-pesawat Israel untuk secara tepat mengebom semua tank-tank Patton dari udara dan menghancurkannya. Pada akhirnya, dalam dua hari terakhir perang, komandan Brigade Lapis Baja ke-40 Yordania, Rakan Anad, melancarkan serangan balik dengan menyerang jalur suplai Israel. Pada awalnya, serangan yang dilancarkan di dua jalan berbeda itu cukup berhasil, berhasil menghancurkan beberapa M3 Halftrack yang membawa amunisi dan bahan bakar untuk tank-tank Israel. Israel, yang sudah memperkirakan adanya serangan semacam itu, bagaimanapun, bisa menangkis serangan pertama oleh tank-tank Patton Yordania. Sebuah pasukan kecil yang terdiri dari tank-tank AMX-13, dua belas Centurion dan beberapa tank Sherman dari Brigade Lapis Baja Israel ke-37 kemudian naik ke jalan yang sangat sempit (yang dianggap tidak dapat digunakan oleh pihak Yordania) dan menyerang bagian belakang pasukan musuh secara tiba-tiba. Komandan Anad, bersama dengan pasukannya, terpaksa mundur tanpa dapat melakukan serangan lagi, meninggalkan 35 tank M48 Patton lainnya dan sejumlah tank M47 Patton yang tidak diketahui jumlahnya di medan perang. Sementara itu di kota Yerusalem, sangat sedikit tank M50 yang digunakan bertempur karena kekuatan ofensif mereka dibutuhkan di medan perang lainnya. Israel lebih suka menggunakan tank M1 Sherman lama yang dipersenjatai dengan meriam 76 mm AS dalam bentrokan melawan pasukan Yordania di kota itu. Setidaknya tiga tank M-50 mendukung serangan infanteri di Ammunition Hill dan serangan terakhir di Kota Tua Yerusalem dengan tidak ada M-1 yang hilang dalam pertempuran dan hanya satu M-50 yang hancur. 

Tank M50 bergerak menuju ke dataran tinggi Golan. Tampak di tengah adalah tank ringan AMX-13. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Sebuah tank Sherman mendaki jalan curam di Dataran Tinggi Golan selama serangan Israel ke posisi-posisi Suriah. (Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)

Sementara itu di Front Utara ratusan tank Sherman lainnya dikirim untuk mengambil bagian dalam serangan di Dataran Tinggi Golan, sementara sisanya tetap menjadi cadangan. Karena masalah politik, serangan darat ke Suriah tidak segera diizinkan oleh Menteri Pertahanan Moshe Dayan, meskipun pasukan Jenderal Albert Mandler telah dikirim ke perbatasan untuk siap bertempur. Dengan banyak tekanan dari penduduk desa yang tinggal di daerah itu (yang muak dengan pemboman berkala dari pihak Suriah), dan karena desakan dari perwira militer senior, setelah berdiskusi sepanjang malam, pada pukul 6 pagi tanggal 9 Juni 1967, Moshe Dayan mengizinkan penyerangan di Dataran Tinggi Golan. Dari pukul 6 hingga 11 pagi, Angkatan Udara Israel (IAF) membombardir posisi Suriah tanpa henti sementara para pasukan zeni mempersiapkan jalan-jalan di bawah. Kemajuan kendaraan lapis baja, yang sebagian besar terdiri dari tank-tank M50, M51 dan M3 Half-track, dimulai pada pukul 11.30 pagi. Ratusan kendaraan berbaris di jalan di belakang buldoser. Di ujung jalan, di persimpangan jalan, pasukan Kolonel Arye Biro, komandan pasukan, memerintahkan barisan ini berpencar. Terbagi menjadi dua barisan, mereka menyerang benteng Qala, sebuah bukit dengan pertahanan 360 °, dilengkapi dengan bunker dan senjata anti-tank era Perang Dunia II asal Soviet. Enam kilometer di utara, benteng Za’oura, bukit pertahanan lainnya, mendukung Qala ‘dengan tembakan artileri dengan menghalangi kendaraan Israel dan tidak mengizinkan perwira-perwira bawahan Biro untuk melihat medan perang. Situasi tersebut membuat bingung beberapa perwira yang maju menuju Za’oura dengan keyakinan bahwa mereka sedang menyerang Qala ‘. Pertempuran kemudian berlangsung lebih dari 3 jam dan informasi yang berdatangan sangat membingungkan, karena banyak perwira yang tewas atau terluka selama pertempuran dan dievakuasi.

Tank Sherman M50 ini sedang bersiap untuk beraksi sebelum mendaki ke puncak punggungan di dataran tinggi golan. Kondisi medan yang berat membuat banyak tank Israel lumpuh dalam perjalanan ke medan perang. (Sumber: https://mikesresearch.com/)

Letnan Horowitz, perwira yang mengomandani penyerangan di Qala ‘, terus memberikan komando saat terluka dan dengan sistem radio dari tank Sherman-nya yang dihancurkan oleh peluru Suriah. Selama gerak majunya, dia kehilangan banyak tank Sherman di bawah komandonya. Sekitar dua puluh dari mereka tetap terjebak di dasar bukit. Pendakian pasukan lapis baja Israel ke puncak terhalang oleh ‘gigi naga’ (penghalang beton anti-tank) dan tembakan artileri berat. Dalam sebuah wawancara setelah perang, Letnan Horowitz mengatakan bahwa salah satu tank M50 miliknya, yang dikomandani oleh perwira bernama Ilan, dihantam oleh meriam anti-tank Suriah dan terbakar selama pendakian. Ilan dan krunya melompat keluar dari tank, memadamkan api, dan setelah memerintahkan krunya untuk mencari perlindungan, Ilan naik ke atas Sherman yang terbakar, memutar turretnya, dan menembak senjata anti-tank yang telah melumpuhkan tanknya, lalu melompat keluar dari tank dan mencari tempat perlindungan. Dari sekitar dua puluh Sherman yang masih berfungsi, sebagian besar terkena senjata anti-tank, tetapi lambung kendaraan yang kokoh memungkinkan untuk dipulihkan dan diperbaiki setelah pertempuran. Pada pukul 4 sore, kubu Za’oura berhasil diduduki, sedangkan Qala ‘baru bisa diduduki 2 jam kemudian. Hanya tiga Sherman yang dapat sampai ke puncak bukit, termasuk Horowitz, yang dengan mudah melewati kawat berduri dan parit, memaksa tentara Suriah untuk melarikan diri setelah melemparkan granat tangan dari turret tank-tank mereka ke dalam parit. Satu jam setelah serangan Arye Biro, Brigade Infanteri Golani Israel mendaki jalan yang sama dan menyerang posisi Tel Azzaziat dan Tel Fakhr yang menghantam desa-desa Israel. Tel Azzaziat adalah gundukan terisolasi 140 m di atas perbatasan, di mana empat tank Panzer IV Suriah dalam posisi tetap, terus-menerus menghantam dataran wilayah Israel di bawahnya. Kompi Tank dari Brigade Lapis Baja ke-8, yang dilengkapi dengan tank-tank M50, dan Kompi Infanteri Mekanis dari Batalyon ke-51, yang dilengkapi dengan M3 Half-track, menyerang posisi tersebut dan dengan cepat berhasil membungkam meriam-meriam Panzer IV Suriah, tetapi tidak demikian halnya di Tel Fakhr. Terletak 5 km dari perbatasan, dua kompi yang menyerangnya dengan 9 tank M50 Sherman dan 19 M3 Half-track, salah belok saat berada di bawah tembakan artileri yang intens. Alih-alih mengitari posisi musuh, mereka berakhir dengan membawa semua kendaraan menuju ke tengah benteng, di bawah tembakan anti-tank yang hebat dan di tengah-tengah ladang ranjau yang segera menghancurkan atau melumpuhkan semua kendaraan. Hal ini lalu memaksa Israel untuk menyerang benteng hanya dengan pasukan infanteri.

Selain banyak artileri, Suriah juga mengerahkan tank Pz.Kpfw IV era PD II di Dataran Tinggi Golan. Pada suatu kesempatan, sebuah Pz.Kpfw IV tertembak dari jarak jauh, meski hanya turretnya yang terlihat dari kejauhan. Skill menembak tepat dari jarak jauh yang dilatihkan pada kru tank Israel kerap kali menentukan hasil pertempuran. (Sumber: https://mikesresearch.com/)

Pada akhir pertempuran untuk Dataran Tinggi Golan, Israel berhasil menduduki semua target yang mereka tuju tetapi kehilangan 160 tank dan 127 prajurit. Meskipun banyak tank yang ditemukan setelah perang dapat diperbaiki, dan kembali beroperasi beberapa bulan kemudian, kerugian ini jauh lebih tinggi daripada 122 tank yang hilang dalam Serangan di Sinai dan 112 tank dalam Serangan melawan Yordania. Ironisnya, Tentara Suriah yang dihadapi unit-unit lapis baja Israel dilengkapi dengan tank Panzer IV era Perang Dunia II yang sudah dimodifikasi dan dibeli juga dari Prancis — tank-tank yang sama dengan yang dihadapi tank Sherman sekutu dua dekade sebelumnya. Meskipun tank Sherman telah turut berperan dalam kemenangan Israel pada tahun 1967, setelah perang lebih banyak tank modern mulai dinas operasional Zahal, dan armada tank Sherman sudah semakin menua. Model M51 Isherman masih dipertahankan, tetapi banyak dari tipe M50 dipensiunkan, beberapa dijual dan yang lain, sasisnya diubah menjadi berbagai jenis kendaraan tempur. Beberapa tetap beroperasi, dan bahkan ikut terlibat dalam Perang Yom Kippur tahun 1973, meskipun sebagian besar telah digantikan oleh desain yang tank-tank yang lebih baru. Selama konflik terakhir ini, tank Sherman Israel terbukti tidak lagi cukup memadai untuk berperang melawan tank buatan Soviet yang lebih modern yang dimiliki negara-negara Arab, seperti IS-3M, T-54/55 dan T-62. Terbukti bahwa meriam CN 75-50 tidak lagi mampu mengatasi tank-tank terbaru. 

PERANG YOM KIPPUR

Tank M50 Mk.1 Super Sherman semuanya telah diupgrade ke standar Mk.2 atau dihapus dari unit cadangan dan dipensiunkan pada tanggal 1 Januari 1972. Kemudian pada tanggal 6 Oktober 1973, saat pecah Perang Yom Kippur, Israel dalam kondisi tidak siap menghadapi serangan negara-negara Arab. Mereka lalu mengerahkan semua unit cadangan yang tersedia, termasuk 341 tank M51 dan M50 Mk.2 yang masih beroperasi dari total 2.029 (2.032 menurut sumber lain) tank yang dimilili Israel. Dari ratusan tank yang dimiliki Angkatan Pertahanan Israel di front Golan beberapa di antaranya adalah tipe M-50, yang masih efektif dalam jarak pendek atau dari samping saat digunakan untuk melawan sebagian besar tank Suriah dan Yordania yang akan mereka hadapi di hari-hari berikutnya. Di Gurun Sinai, orang Mesir, setelah menyeberang ke tepi timur Terusan Suez, menyerang Garis Pertahanan Bar-Lev Israel. Sekitar 500 atau 1.000 meter di belakang garis pertahanan adalah posisi tank Israel, yang hanya berjumlah sekitar 290 di sepanjang front, di mana hanya beberapa lusin diantaranya adalah tank-tank M50 dan M51. Tank-tank Israel kemudian memberikan kontribusi yang berharga selama jam-jam pertama perang, tetapi Mesir yang mengkonsolidasikan posisi mereka dan mengerahkan rudal 9M14 Malyutka, yang dikenal dengan nama NATO AT-3 Sagger, menghancurkan banyak tank-tank Israel. Informasi tentang penggunaan tank-tank Sherman dalam Kampanye militer di Sinai masih sangat langka. Sekitar 220 tank M50 dan M51 diketahui digunakan dalam pertempuran melawan Mesir, dengan hasil yang tidak memuaskan. M50 dianggap hanya memiliki peran marjinal, karena mereka hanya dapat secara efektif menghadapi tank-tank T-34/85 tua yang masih digunakan di beberapa brigade lapis baja Mesir dan tank amfibi PT-76 yang mencoba melakukan serangan amfibi di Danau Amari. Tank M50 hanya bisa merusak tank T-54 dan T-55 di bagian samping, di mana lapisan bajanya lebih tipis dan lurus. Juga dalam kampanye ini, mereka terbukti tidak efektif melawan tank-tank T-62 dan IS-3M, dan terlalu rentan terhadap senjata anti-tank infanteri, seperti rudal AT-3 dan roket anti tank RPG-7.

M50 Sherman (kanan) dengan turretnya terbalik sedang menarik M51 yang rusak melewati melewati tank T-55 yang terbakar (mungkin milik Suriah). Dalam perang tahun 1973, peran tank-tank Sherman kurang menonjol, karena dalam perang itu, jelas tank-tank Sherman Israel kurang begitu mampu untuk menghadapi tank-tank modern negara-negara Arab. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Sebuah pasukan bala bantuan diarahkan ke Dataran Tinggi Golan. Dalam foto, kompi pengintai dilengkapi dengan Jeep M38 dan tank M-50. Foto diambil pada tanggal 6 atau 7 Oktober 1973. Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)
Sebuah M51 Sherman melintas cepat melewati sisa-sisa truk yang hancur dan tank T-55 atau T-62 (kemungkinan milik Mesir). (Sumber: https://mikesresearch.com/)

KONVERSI TANK SHERMAN: UPAYA MEMPERPANJANG USIA PLATFORM

Namun, pengoperasian tank Sherman bagaimanapun belum berakhir. Beberapa sasis tank ini digunakan untuk membuat kendaraan baru dan mengisi peran lain di arsenal senjata Israel. Yang pertama adalah howitzer self-propelled (Howitzer berpenggerak mandiri) Model 50. Zahal memiliki banyak howitzer tipe Mle50 kaliber 155mm buatan Prancis; meriam ini kemudian dikawinkan dengan sasis tank Sherman. Modifikasi dilakukan dengan memindahkan mesin ke bagian depan lambung dan meriam dipasang di kompartemen terbuka di bagian belakang. Baterai meriam mobil ini digunakan dalam perang tahun 1967 dan 1973 sebelum digunakan pada unit-unit cadangan. Howitzer Mle50 ini memiliki jangkauan sekitar 11 mil (17,7 km). Salah satu varian yang menarik dari kendaraan modifikasi tank Sherman adalah kendaraan ambulans beroda rantai untuk digunakan mengevakuasi tentara yang terluka di bawah tembakan musuh. Israel dikenal selalu melindungi korban prajurit di pihak mereka, dan melakukan segala upaya untuk mengevakuasi pasukannya yang terluka. Ambulans modifikasi ini bisa membawa empat tentara yang terluka dan seorang tenaga medis di kompartemen belakang yang terlindungi sepenuhnya. Saat mengevakuasi di bawah tembakan, kendaraan ini memiliki keuntungan karena dapat memarkir ujung depannya ke arah tembakan yang datang. Posisi ini kemudian akan menempatkan lapisan baja yang paling tebal dan seluruh kompartemen mesin untuk menahan tembakan musuh dan melindungi tentara yang dievakuasi, selama tembakan yang masuk tidak menggunakan berkaliber cukup besar untuk melumpuhkan mesin dengan tembakan penembus baja.

Howitzer berpenggerak mandiri model 50 dengan meriam kaliber 155 mm. (Sumber: https://www.wikiwand.com/)
Soltam L-33 “Ro’em” Israel yang memasang howitzer kaliber 155mm dalam struktur lapis baja tertutup lengkap untuk perlindungan kru senjatanya. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Makmat, konsep kendaraan bantu dengan memasang mortar Soltam kaiber 160mm pada sasis tank Sherman, di kompartemen terbuka dengan pelat depan yang bisa dlipat ke bawah. (Sumber: https://mikesresearch.com/)

Sementara itu, senjata self-propelled kedua juga dibuat. Konversi L33 dari sasis Sherman telah mengkombinasikan howitzer Soltam M68 kaliber 155mm dalam superstruktur lapis baja yang besar dan tertutup sepenuhnya, yang memberikan perlindungan pada kru dari semburan dan pecahan selongsong artileri di atas kepala. Meriam Soltam memiliki jangkauan 14,5 mil (23,33 km). Versi ini pertama kali memasuki dinas operasional dalam Perang Yom Kippur dan juga bertugas dalam perang tahun 1982 di Lebanon. Konversi cerdas lainnya adalah versi pembawa mortir Makmat 160mm. Kendaraan ini memiliki kompartemen terbuka di bagian depan (mesin dipertahankan di belakang) yang menampung mortir Soltam kaliber 160mm. Tembakan mortir yang bersudut tinggi membutuhkan atap kendaraan yang terbuka. Panel depan dan samping kompartemen kemudian dapat dilipat untuk memberikan akses yang lebih mudah dan lebih banyak ruang bagi para kru, meskipun dengan ini mereka harus mengorbankan beberapa unsur perlindungannya. Versi pengangkut mortir ini mulai beroperasi pada tahun 1968. Dua varian Sherman lebih lanjut termasuk varian peluncur roket ganda yang membawa empat roket kaliber 290mm dan kendaraan observasi dengan platform yang dapat diperpanjang yang dipasang di posisi bekas turret. Platform ini dapat dinaikkan hingga ketinggian 90 kaki dan digunakan di sepanjang Terusan Suez sebagai pos pengamatan bergerak. 

MASA PENSIUN

Antara tahun 1974 dan 1976, M50 yang tersisa sepenuhnya dihapus dari dinas aktif di Israel. M50 yang masih beroperasi kemudian dipakai untuk tujuan yang berbeda. Pada tahun 1975, total 75 tank ini dipasok ke berbagai milisi Kristen Lebanon selama Perang Saudara Lebanon yang dimulai pada tahun 1975. 35 unit diberikan kepada Tentara Lebanon Selatan (SLA), 19 diberikan kepada Pasukan Kataeb, 40 untuk Pasukan Lebanon, satu untuk Milisi Guardians of the Cedars dan 20 untuk Tiger Militia. Tank-tank M50 yang dipasok ke Milisi Kristen Lebanon bertempur sengit melawan kekuatan militer Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Banyak dari M50 yang dipasok ke Lebanon Milisi sudah tua dan dalam kondisi buruk dan ditambah kurangnya pengalaman awak Lebanon, membuat mereka segera kehabisan suku cadang dan sebagian besar digunakan dalam posisi tetap dengan “menanam” lambungnya ke dalam tanah. Sebelum tahun 1982, PLO merebut beberapa kendaraan yang sudah dibongkar. Namun orang-orang PLO berhasil menempatkan dua dari mereka kembali beroperasi dan menggunakan mereka untuk berperang di Beirut, sampai mereka sendiri juga kehabisan suku cadang.

Tank M50 Sherman di tangan milisi Lebanon. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Sebuah tank M-50 Mk. 2 milik PLO hancur di dekat Camille Chamoun Sports City Stadium, Lebanon, 1983. Beberapa tank Sherman yang diberikan kepada milisi Lebanon berakhir di tangan gerilywaan PLO-Palestina yang berhasil merampasnya dalam beberapa kesempatan. (Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)
M50 yang berasal dari lambung tank M4A4 yang diubah menjadi kendaraan Pengangkut Personil Lapis Baja atau tank komando di jalan di pinggiran kota Beirut. (Sumber: https://tanks-encyclopedia.com/)

Selama invasi Israel pada tahun 1982, salah satu dari dua tank M50 PLO dihancurkan oleh Israel di dekat Camille Chamoun Sports City Stadium sementara yang lainnya ditemukan beberapa waktu kemudian oleh pasukan Prancis (bekerja dalam misi NATO di Lebanon) yang tersembunyi di dalam reruntuhan stadion yang sama. Setidaknya tiga dari tujuh puluh lima M50 dipasok ke milisi Lebanon, dua berasal dari M4A3 Sherman dan satu dari M4A1, yang mungkin telah rusak, turretnya dilepas dan pelat baja ditambahkan di setiap sisi cincin turret bersama dengan tiga dudukan senapan mesin. Persenjataannya, menurut bukti-bukti foto, terdiri dari satu senapan mesin Browning M2HB dan dua senapan mesin Browning M1919 di sampingnya. Tidak diketahui dari milisi Kristen mana mereka ini berasal dan bahkan tidak diketahui bagaimana mereka digunakan. Hipotesis yang paling masuk akal mengklaim bahwa mereka akan digunakan sebagai tank komando atau Armored Personnel Carrier (APC). Ketika Tentara Lebanon Selatan dibubarkan pada tahun 2000, tank M50 yang masih beroperasi (SLA masih memiliki suku cadangnya) dikembalikan ke Israel untuk mencegah mereka jatuh ke pihak yang tidak diinginkan. Namun, tidak diketahui berapa banyak yang kembali ke Israel atau mengenai nasib dari sekitar 40 tank Sherman lainnya yang dikirim ke Lebanon. Kendaraan yang tersisa,  yang tidak dikirim ke Lebanon atau Chili tetap menjadi bagian inventori unit cadangan Israel sampai pertengahan tahun 1980-an dan kemudian sembilan dijual ke museum, tiga untuk kolektor pribadi, empat diubah menjadi monumen, sementara yang lainnya dibesituakan.

KESIMPULAN

Tank Sherman dalam berbagai konfigurasinya terbukti telah mampu mengisi celah kebutuhan kendaraan tempur Zahal selama beberapa dekade, sampai Israel secara bertahap dapat membeli tank yang lebih modern. Dengan bantuan Prancis, tank-tank Sherman ini bisa tetap digunakan dengan meningkatkan kemampuan pada senjata, mesin, dan sistem hidrolik yang digunakan. M50 dan M51 Sherman membuktikan diri mereka ketika bisa digunakan berperang melawan tank serupa dari masa Perang Dunia II dan yang lebih baru, serta berperan dalam beberapa peristiwa penting yang membantu keberlangsungan bangsa Israel. Sementara mereka kemudian berhasil, mengatasi tank-tank yang lebih modern seperti T-54 dalam beberapa situasi, pada akhir tahun 60-an dan 1973, tank Sherman jelas sudah usang. Ketika kegunaannya sebagai tank berakhir, sasisnya lalu tank ini menemukan “peran baru” sebagai platform pembawa artileri dan mortir serta berbagai kendaraan pendukung di medan perang. Jika kebutuhan adalah awal dari berbagai penemuan, maka tank Sherman Israel adalah bukti baik kebutuhan dan kecerdikan dari Angkatan Darat Israel.

Tank Sherman Israel telah membuktikan bahwa paralatan tempur yang telah ketinggalan jaman dapat dimanfaatkan secara efektif lewat program upgrade dan kegigihan dari penggunanya. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Sherman Tanks of the Israeli Army By Christopher Miskimon

ISRAELI ARMOUR: M-50 By Arturo Giusti Post date June 19, 2020

https://tanks-encyclopedia.com/coldwar/israel/m50-51_super-sherman.php

Israeli Super Shermans by mike1960research

https://www.google.com/amp/s/mikesresearch.com/2020/08/30/israeli-super-shermans/amp/

NEWS: ISRAEL’S EARLY SHERMANS

https://aw.my.games/en/news/general/israels-early-shermans

Sherman Tanks In Middle East

http://armored.byethost17.com/2019/06/07/sherman-tanks-in-middle-east/?i=1

Exit mobile version