Sejarah Militer

Pertempuran di Küstrin, Pintu Gerbang Menuju Pertarungan Akhir di Berlin, 1945

“Kami merasa bahwa kami sudah mati,” tulis mantan Kapten Albrecht Wüstenhagen dalam surat di bulan Mei 1988 kepada penulis (Pat McTaggart) menceritakan masanya di garnisun benteng Küstrin. Pada tahun 1945, Wüstenhagen memimpin sebuah kompi senjata infanteri, bagian dari garnisun, yang diperkirakan berjumlah antara 9.000 dan 16.000 prajurit dan anak laki-laki, di kota kecil di tepi timur Sungai Oder, sekitar 70 kilometer timur Berlin. Pada tanggal 25 Januari, atas perintah Adolf Hitler, Küstrin telah dijadikan Kota Benteng, yang berarti kota itu harus dipertahankan hingga orang dan peluru terakhir. Hukuman bagi mereka yang mundur adalah kematian. Di sinilah awal dari Pertempuran Berlin akan berlangsung.

Prajurit Soviet di Küstrin, Januari 1945. Pada tanggal 25 Januari, atas perintah Adolf Hitler, Küstrin telah dijadikan Kota Benteng, yang berarti kota itu harus dipertahankan hingga orang dan peluru terakhir. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

SEJARAH KUSTRIN

Küstrin dihuni oleh suku Slavia pada abad ke-10. Ksatria Templar merebut pemukiman itu di abad ke-13, mendirikan pasar di sana dan tempat itu dinyatakan sebagai kota, yang menciptakan komunitas yang akan segera berkembang. Pada pertengahan tahun 1500-an sebuah kastil dan benteng dibangun, dan benteng lainnya secara bertahap ditambahkan. Benteng utama terletak di Altstadt (Kota Tua) di semenanjung di pertemuan antara Sungai Oder dan Warthe. Pada tahun 1758 kota itu dikepung oleh Rusia. Bangunan kayu di sekitarnya hancur, tetapi benteng itu tetap kokoh. Setengah abad kemudian ketika orang-orang Prancis datang, kota itu lebih beruntung, dan dijaga oleh pasukan Napoleon dari tahun 1806-1814. Pada tahun 1857 pembangunan jalur kereta api selesai, menjadikan Küstrin sebagai pusat kereta api yang penting, dan Neustadt (Kota Baru) berkembang di sisi timur Altstadt. Dengan penyatuan Jerman, di Küstrin didirikan barak artileri baru, yang selesai pada tahun 1903 di sebuah pulau di seberang stasiun kereta api Altstadt. Itu kemudian diikuti oleh pembangunan barak pasukan zeni pada tahun 1913. Setelah kekalahan dalam Perang Dunia I, banyak benteng kota diperintahkan untuk dihancurkan berdasarkan ketentuan dari Perjanjian Versailles. Sektor yang lebih besar di Küstrin terdiri dari Neustadt berada di tepi kanan sungai Warthe, di mana mayoritas penduduk tinggal dan sebagian besar instalasi militer seperti barak, lapangan dan area latihan, rumah sakit, gudang amunisi, toko roti dan depot pasokan berada, begitu juga benteng Neues Werke di timur laut stasiun kereta api utama. Sektor ini juga berisi instalasi gas, air, pengolahan limbah, rumah sakit sipil, pemakaman dan kompleks industri besar kota berada.

Küstrin dalam lukisan tahun 1840. (Sumber: https://www.kunstfreund.eu/)
Peta Benteng kota Küstrin. (Sumber: https://its-poland.com/)
Foto kawasan Neustadt. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

FRONT TIMUR JADI TITIK LEMAH JERMAN

Menyusul kebangkitan Hitler, Küstrin menemukan kemakmuran baru setelah Great Depression yang menghancurkan. Pada tahun 1939 populasinya mencapai sekitar 21.500. Angka itu berkurang ketika perang membawa semakin banyak pemudanya bergabung ke Wehrmacht. Namun, bahkan pada akhir 1944 perang tampak berada jauh di sisi timur Sungai Vistula, dan orang-orang menjalani kehidupan yang relatif normal. Meski merupakan kota persimpangan jalan dan jalur kereta, namun Küstrin relatif masih bebas dari pemboman pasukan sekutu diawal tahun 1945. Itu akan berubah pada bulan Januari 1945. Hitler bagaimanapun telah berulang kali diperingatkan tentang serangan Soviet yang akan datang. Perwira intelijennya untuk area Front Timur melaporkan penumpukan besar-besaran orang dan material, yang disepelekan oleh Führer. Dia yakin bahwa Rusia telah kehabisan darah, dan dia lebih fokus pada ancaman Sekutu di Front Barat. Ketika dihadapkan oleh Jenderal Heinz Guderian, kepala staf Angkatan Daratnya, Hitler menjadi marah ketika dia diberi perkiraan intelijen di satu sektor Front Vistula pada tanggal 9 Januari. “Dia menyatakan mereka benar-benar bodoh,” tulis Guderian dalam memoarnya. Hitler juga memerintahkan orang yang menyusun laporan itu dikurung di rumah sakit jiwa. Guderian tidak mundur. “Front Timur seperti rumah kartu,” jawabnya. “Jika bagian depan ditembus pada satu titik, semua sisanya akan runtuh, karena 12 setengah divisi terlalu kecil untuk garis depan yang panjang.” Membalas Guderian “Front Timur harus membantu dirinya sendiri dan puas dengan apa yang dimilikinya,” adalah kata terakhir yang diucapkan Hitler. Tiga hari kemudian, Soviet menyerang. “Rumah kartu” Guderian runtuh pada tanggal 12 Januari, ketika Rusia melancarkan Operasi Vistula-Oder. Pada pukul 04:35 artileri Soviet, dengan menggelar 230 meriam per kilometer, melancarkan serangan dahsyat terhadap Korps Panzer ke-XLVIII pimpinan Jenderal Maximilian Reichsfreiherr von Edelsheim, yang mencoba menahan pasukan Soviet di dalam pijakan di Baranov-Polandia. Unit itu dinamai Panzer Korps, yang sebenarnya cuma terdiri dari hanya tiga divisi infanteri yang lemah, divisi ke-68, ke-168, dan ke-304.

Kota Küstrin sebelum pertempuran. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Personel Panzergrenadiers dari SS-Panzer-Division Hitlerjugend siap untuk dianugerahi medali Iron Cross, Juli 1944. Pada tahun 1945, Jerman jelas mulai kekurangan prajurit, akibatnya mereka banyak merekrut barisan Pemuda Hitler untuk mengisi kekosongan. (Sumber: https://de.wikipedia.org/)
Heinz Guderian. Guderian menyebut “Front Timur seperti rumah kartu. Jika bagian depan ditembus pada satu titik, semua sisanya akan runtuh.” (Sumber: https://id.wikipedia.org/)

GARIS PERTAHANAN JERMAN BERANTAKAN

Mengikuti barisan tank Tentara Merah dan infanteri dari Tentara Pengawal ke-3 dan Pasukan Tank ke-4 dari Front Ukraina ke-1 Marsekal Ivan S. Konev maju ke depan. Pertahanan Von Edelsheim hancur. Dalam sebuah surat tahun 1981 kepada penulis, dia menulis: “Sama sekali tidak ada yang bisa dilakukan. Rentetan serangan Soviet sangat mencengangkan dan pasukan infanteri kami menghilang begitu saja. Pada siang hari tiga divisi saya sudah tidak ada lagi dan mereka yang selamat melarikan diri untuk menyelamatkan hidup mereka. Kami hanya sekedar disapu atau dihancurkan. ” Faktanya itu hanyalah permulaan. Seluruh garis depan Jerman terkoyak karena lebih banyak pasukan front Soviet bergabung dengan ofensif dalam beberapa hari berikutnya. Warsawa jatuh ke tangan Front Belorusia ke-1 pimpinan Marsekal Georgi Zhukov pada tanggal 17, sementara Konev melanjutkan perjalanan di sebelah kirinya. Serangan Rusia meledak di sebagian besar sektor Front Timur ketika pasukan Soviet menyerang segala tempat mulai dari wilayah Prusia Timur hingga perbatasan Slovakia. Pasukan Jerman berjuang bertahan di Königsburg dan Budapest, sementara pasukan Soviet menerobos masuk ke kawasan industri Silesia. Di Küstrin, orang-orang tetap melakukan kegiatan sehari-hari mereka. Perang telah mengambil sebagian besar pria berusia militer, dan mereka yang berada di jalanan sebagian besar adalah anak-anak, wanita, dan orang tua. Di radio, propaganda Nazi menggembar-gemborkan “Tembok Timur” yang tak terkalahkan, dan jika ada yang meragukan klaim itu, mereka lebih memilih menyimpannya di dalam hati. Kemudian para pengungsi mulai berdatangan. Awalnya hanya “rintik-rintik”, namun lama kelamaan berubah menjadi seperti banjir. Yang pertama dari barat, melarikan diri dari serangan udara Sekutu yang menghancurkan di kota-kota besar Jerman. Bagi sebagian besar dari mereka, Küstrin hanyalah tempat persinggahan dalam perjalanan mereka ke tujuan lain. Hal-hal mulai berubah ketika arus berbalik dan pengungsi mulai datang dari timur. Gelombang pertama terdiri dari pejabat Nazi dan keluarga mereka. Mereka diikuti oleh warga sipil menggunakan transportasi apa pun yang mereka bisa dapatkan, dan mereka membawa cerita yang mengerikan tentang kemajuan pasukan Rusia dan mundurnya Wehrmacht. Orang-orang mulai gelisah dan perasaan itu tumbuh ketika batalyon Volkssturm setempat, yang sebagian besar terdiri dari remaja laki-laki dan orang-orang yang tidak layak atau terlalu tua untuk masuk dinas militer, dimobilisasi pada tanggal 24 Januari. Sekarang tidak ada keraguan bahwa ada sesuatu yang berjalan sangat salah di front timur.

Marsekal Georgy Zhukov, salah satu komandan serangan akhir Soviet ke wilayah Jerman dalam Perang Dunia II. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Pengungsi Jerman dari Prusia Timur, Februari 1945. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

BENTENG KUSTRIN YANG MENGGELIKAN

Betapa salahnya menjadi jelas pada tanggal 25 Januari, ketika Perintah Führer menyatakan Küstrin sebagai benteng dengan Mayor Jenderal Adolf Raegener sebagai komandannya. Judul megah “Benteng Küstrin” hampir menggelikan. Ada banyak pasukan zeni dan unit artileri di kota, serta beberapa unit infanteri yang terdiri dari personel yang baru dilatih atau prajurit yang sedang dalam proses pemulihan dari luka-luka mereka. Posisi bertahan dapat diabaikan, karena sebagian besar telah diabaikan atau dihancurkan pada tahun-tahun sebelumnya, dan tanah beku membuat penggalian pekerjaan tanah menjadi sulit. Selain itu, pasukan Soviet dilaporkan hanya berjarak sekitar 70 kilometer saja. Selama hari-hari terakhir di bulan Januari, di garnisun Benteng Küstrin mulai tumbuh berbagai unit kecil, di mana salah satunya adalah Wüstenhagen, mulai berdatangan ke dalam kota. Senjata antitank di benteng, yang jumlahnya sedikit, diperkuat dengan kedatangan beberapa turret tank Panther(Pantherturm). Dengan menggunakan meriam kaliber 75mm, turret-turet tersebut tertanam di titik-titik kuat di sepanjang kemungkinan jalur serangan musuh.

Ilustrasi Pantherturm. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/)
Albrecht Wüstenhagen, saksi mata pengepungan Küstrin. (Sumber: https://www.tracesofwar.com/)

Saat lebih banyak unit masuk, kekuatan pertahanan menjadi sedikit lebih terorganisir di bawah arahan Raegener. Itu juga sangat beragam. “Ada beberapa personel Luftwaffe dari unit anti pesawat, beberapa di antaranya tidak lagi memiliki senjata anti pesawat,” kenang Wüstenhagen. Janji Berlin untuk mengirimkan senjata anti pesawat FlaK kaliber 88 mm juga tidak terpenuhi. “Kami juga memiliki batalyon Einsatz (aksi) yang sebagian besar terdiri dari orang Turkoman, orang Muslim, serta satu yang sebagian besar terdiri dari pasukan dari Kaukasus. Ada juga Pemuda Hitler, Volkssturm, beberapa orang Hongaria, dan bahkan beberapa anggota Waffen SS. Beberapa prajurit adalah individu yang telah dipisahkan dari unit mereka dan telah dihentikan oleh Kettenhunde (secara harfiah berarti anjing yang dirantai—bahasa gaul untuk tentara untuk Polisi Lapangan Jerman yang merujuk pada gorget logam yang mereka kenakan di dada mereka) dan dipaksa untuk bertugas bersama unit garnisun. Tampaknya gabungan berbagai unit ini tidak akan mampu berbuat banyak melawan tentara Rusia, tetapi Jenderal Raegener, dan kemudian Jenderal SS Heinz Reinefarth, bekerja keras untuk mengubah kami menjadi kekuatan tempur yang sesungguhnya.” Sementara militer Jerman berusaha memperkuat pertahanannya yang lemah, pasukan Soviet terus bergerak ke arah barat. Setelah merebut Warsawa, front Zhukov telah bergerak maju 120-130 kilometer lagi dalam periode 20-22 Januari. Pada tanggal 25, Pasukan Pengawal ke-8 pimpinan Kolonel Jenderal Vasili I. Chuikov, mengikuti di belakang Pasukan Tank Pengawal Pertama Kolonel Jenderal Mikhail E. Katukov, yang telah mengepung 60.000 orang dari Benteng Posen (sekarang Poznan). Meninggalkan sebagian dari kedua pasukan untuk mengepung kota, Zhukov memerintahkan kedua unit untuk terus bergerak ke barat.

UJUNG TOMBAK: CHUIKOV DAN KATUKOV MENDEKATI ODER

Front Belorusia ke-1 pimpinan Zhukov adalah satuan yang kuat. Selain satuan setingkat Army pimpinan Katukov dan Chuikov, ia juga memiliki Pasukan Tank Pengawal ke-2 (pimpinan Kolonel Jenderal Semen I. Bogdanov), Pasukan Pengejut ke-3 (pimpinan Lt. Jenderal Tikhon K. Simoniak), Pasukan Pengejut ke-5 (pimpinan Lt. Jenderal Nikolai E. Bezarin ), Angkatan Darat ke-33 (pimpinan Kol. Jenderal Viacheslav D. Tsvetrev), Angkatan Darat ke-47 (pimpinan Letnan Jenderal Frants I. Perkhorovich), Angkatan Darat ke-61 (pimpinan Kol. Jenderal Pavel A. Belov), Angkatan Darat ke-69 (pimpinan Letnan Jenderal Vladimir I .Kolpakchi), dan Tentara Polandia ke-1 pimpinan Letnan Jenderal Zygmunt Berling. Chuikov dan Katukov adalah ujung tombak dari satuan besar ini. Zhukov ingin mereka mencapai sungai Oder dengan cepat dan membangun jembatan di tepi barat. Pasukan yang mengikuti di belakang akan menghilangkan titik kuat pertahanan Jerman, seperti Posen, dan kemudian menyebar bersama pasukan Katukov dan Chuikov untuk mengkonsolidasikan posisi di tepi timur untuk mempersiapkan perjalanan terakhir menuju Berlin. Zhukov sudah merencanakan tindakan selanjutnya. Dalam memoarnya ia menulis: “Sekitar tengah hari pada tanggal 25 Januari saya mendapat telepon dari Stalin. Saya memberi tahu dia tentang situasinya, dan dia bertanya tentang langkah kami selanjutnya. Saya mengatakan bahwa karena musuh mengalami demoralisasi dan tidak mampu melakukan perlawanan serius, kami akan terus melaju ke arah Oder dan berusaha merebut pijakan di Küstrin.” Namun, Stalin khawatir tentang sayap kanan dari Zhukov. Front Belorusia ke-2 pimpinan Marsekal Konstantin K. Rokossovski bertempur sengit di Prusia Timur, dan dengan Zhukov yang maju dengan cepat akan ada jarak sekitar 150 kilometer antara kedua front sampai Rokossovski dapat membersihkan wilayah Prusia Timur dan bergerak ke Oder. Stalin tidak ingin celah itu dibiarkan terbuka. Zhukov lalu menggeser pasukannya sesuai dengan arahan Stalin. Dia memerintahkan Pasukan Tank Pengawal ke-1 dan ke-2, sebagian besar Tentara Pengawal ke-8, dan Tentara ke-33 dan ke-61 untuk terus bergerak menuju Oder dan memiliki Pasukan Pengejut ke-3, ke-47, ke-69, dan ke-1, didukung oleh Korps Kavaleri Pengawal ke-2 pimpinan Letnan Jenderal. Vladimir V. Krukov, bergerak ke utara dan barat laut untuk mengamankan sayap kanannya. 

Pasukan infanteri Soviet bergerak maju dengan menunggang tank T-34. Pada awal 1945, pasukan Soviet tinggal beberapa ratus kilometer dari kota Berlin. (Sumber: https://www.quora.com/)
Pasukan Soviet dengan tank M4A2 Sherman pinjam sewa dari Amerika. Beberapa tank tipe ini diketahui digunakan pasukan Soviet untuk menyerang Küstrin pada tanggal 31 Januari 1945. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Panzerfaust, senjata anti tank portabel yang banyak dipakai pasukan Jerman untuk menahan serangan armada kendaraan lapis baja milik Pasukan Sekutu di masa-masa akhir perang. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Di Küstrin, pekerjaan dilanjutkan untuk memperkuat pertahanan. “Kami perwira bekerja di samping anak buah kami,” tulis Wüstenhagen. “Bahan-bahan yang ada terbatas, tetapi karena semakin banyak pengungsi dari timur terus datang melalui kota, kami bekerja lebih keras karena kami tahu bahwa Ivan sudah dekat.” Ivan” memang sudah dekat, tetapi Ibu Pertiwi sekarang turut serta “membantu” dengan cara lain. Badai salju melanda Eropa tengah pada tanggal 27-28 Januari. Gundukan salju menumpuk di jalan raya, memperlambat pasukan mekanis dan bermotor Zhukov hingga bergerak sangat lambat. “Badai salju memberi kami beberapa hari lagi,” tulis Wüstenhagen. Zhukov juga memiliki masalah lain, terlepas dari optimismenya. Kemajuannya yang cepat menjadi mimpi buruk secara logistik karena jalur pasokan semakin jauh. Barisan pasokan harus menempuh jarak hingga 200 mil (321 km) dari depot untuk melengkapi unit-unit garis depan dengan bensin, amunisi, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk terus berjalan. Ada juga fakta bahwa pasukan Jerman yang menghadapi sayap utaranya melakukan perlawanan lebih dari yang diharapkan. Selama hari-hari terakhir di bulan Januari, cuaca berubah menjadi lebih hangat, dan salju yang turun selama badai salju mulai mencair, mengubah tanah yang dulu beku menjadi lumpur berlendir. Pasukan Zhukov sekali lagi melambat hingga kecepatan siput, tetapi pada tanggal 31 elemen terdepan dari pasukan Zhukov berhasil mencapai Oder di utara Küstrin. Aliran pengungsi ke Küstrin tiba-tiba berhenti pada tanggal 31. Itu adalah peringatan yang tidak menyenangkan bagi garnisun di dalam kota. Pada sore hari, satu barisan tank Soviet datang melalui desa Drewitz, tepat di utara Küstrin. Mereka menggulung sekelompok unit panzergrenadier Jerman yang ditugaskan untuk bertahan dan kemudian menyebar, mencari target lain. Sekelompok sekitar selusin tank, banyak di antaranya adalah tank Sherman pinjam sewa dari Amerika, melewati pinggiran Küstrin dan masuk ke Neustadt. Mereka terus berjalan menuju Warthe tetapi dihentikan oleh gelombang warga sipil yang panik yang kendaraannya telah membuat kemacetan lalu lintas di persimpangan utama. Menemukan jalan mereka terhalang, tank-tank Soviet berbalik dan mencari jalur pendekatan lain ke sungai. Garnisun di dalam kota telah benar-benar terkejut oleh penetrasi awal pasukan Soviet, tetapi pada saat tentara Soviet mencapai jantung Neustadt, alarm akhirnya dibunyikan, dan tim pembunuh tank mulai memburu kendaraan lapis baja Rusia. Anehnya, hanya beberapa prajurit infanteri (yang menunggang diatas tank) yang menemani tank-tank itu, dan pasukan Jerman segera mulai menyerang pasukan lapis baja Soviet dengan senjata anti tank panzerfaust atau bom tempel. Di udara, meskipun ada awan tebal, skuadron pesawat Stuka penghancur tank pimpinan Kolonel Hans-Ulrich Rudel yang terkenal, terbang keluar dari Neuendorf-im-Sande, tepat di utara Fürstenwalde, menyerang posisi Soviet di Kienitz dengan bom, meriam, dan tembakan senapan mesin. sedemikian rupa sehingga pasukan Soviet bergegas untuk membawa senjata anti-pesawat ke garis depan dan membawanya ke tepi barat. Pada akhirnya, hanya empat tank Soviet yang berhasil kembali ke jalur mereka dengan selamat.

TANTANGAN TAKTIS DAN LOGISTIK DALAM GERAK MAJU SOVIET

Zhukov telah mencapai Sungai Oder, tetapi marshal Soviet itu sekarang harus menghadapi beberapa rintangan. Tugas pertamanya adalah mendirikan pijakan di tepi barat sungai. Satu didirikan di Kienitz, sekitar 20 kilometer utara Küstrin, dan satu lagi didirikan di selatan kota di Göritz. Perbekalan juga menjadi lebih dari sekedar masalah. Pasukannya telah maju hingga 400 kilometer dalam waktu kurang dari dua minggu, dan terdapat keausan pada kendaraan sangat besar. Suku cadang, serta perbekalan dan amunisi, diperlukan sebelum operasi skala besar lainnya dapat dimulai. Sayap kanannya juga menjadi perhatian. Masih ada kehadiran musuh yang kuat di sana, dan pasukan pemblokiran utara Zhukov keluar dan memukul mundur serangan Jerman di daerah itu. Masalah lain adalah memperkuat pasukannya. Selama perjalanan ke Oder, Front Belorusia ke-1 kehilangan 17.032 orang tewas dan 60.310 lainnya sakit atau terluka—sekitar tujuh persen dari total pasukannya. Zhukov tahu bahwa untuk serangan terakhir di Berlin pasukannya harus mengerahkan kekuatan penuh. Stalin dan STAVKA (Komando Tinggi Soviet) sampai pada kesimpulan yang sama. Sementara meski Front Belorusia ke-1 dan ke-2 merupakan formasi besar yang mengesankan, pasukan Soviet juga menderita kerugian serius dalam Serangan Vistula-Oder. Pada awal bulan Februari 1945, kekuatan divisi senapan di Front Belorusia ke-1 rata-rata adalah sekitar 4.000 prajurit dan divisi Front Belorusia ke-2 antara sekitar 3.000 – 4.000 prajurit. Kekuatan tentara Soviet semakin melemah dengan kebutuhan untuk mengepung kelompok tentara Jerman yang dikepung (Festungen – Jerman: “benteng”) di Elbing, Poznan, Deutsch-Krone, dan Schneidemühl. Kekuatan lapis baja mereka juga dilemahkan oleh operasi ofensif baru-baru ini; Front Belorusia ke-2 hanya mampu menerjunkan 297 tank usang pada awal bulan Februari 1945. Selama periode 12 Januari – 3 Februari 1945, Front Belorusia ke-1 menderita 77.342 korban (7,5% dari kekuatan yang ditugaskan) sedangkan selama Serangan Prusia Timur 13 Januari – 10 Februari 1945, Front Belorusia ke-2 memakan 159.490 korban (18% dari kekuatan yang ditetapkan). Pada periode yang sama, Front Belorusia ke-1 dan Ukraina kehilangan 1.267 kendaraan tempur lapis baja sedangkan Front Belorusia ke-2 dan ke-3 kehilangan 3.525. Kerugian senjata dan mortir untuk kedua kelompok front masing-masing adalah 374 dan 1.644. Pada tanggal 2 Februari, Moskow menyatakan Serangan Vistula-Oder secara resmi berakhir. 

Kota Küstrin sebagai lokasi persimpangan penting dan jalan menuju kota Berlin. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/)
Sebuah divisi lapis baja soviet di bawah komando letnan jenderal poluboyarov maju di sepanjang tepi barat sungai oder, bulan januari 1945. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Zhukov kini sekarang bebas untuk mengkonsolidasikan apa yang didapatkannya, tetapi masih ada dua duri di pihaknya, yakni: pijakan Jerman di tepi timur Oder di Kunersdorf dekat Frankfurt dan posisi di Benteng Küstrin. Sementara itu munculnya ujung tombak Soviet di pusat kota Küstrin menyebabkan intensitas yang lebih besar dalam membentengi kota. Wüstenhagen ingat bahwa ia bekerja 16-18 jam sehari menopang pertahanan antitank dan membangun titik perkuatan senapan mesin untuk melindungi meriam-meriamnya. Elemen dari Divisi Panzergrenadier (PGD) ke-25 pimpinan Mayor Jenderal Arnold Burmeister memantapkan diri di tepi barat Oder di seberang kota. Divisi ke-25 telah dihajar parah dalam serangan musim panas Soviet dan telah dibangun kembali pada bulan Oktober. Unsur-unsur yang selamat dari serangan musim dingin di bulan Januari membentuk irisan antara pijakan Soviet di Kienitz dan Göritz. Mereka bergabung dengan “Doberitz” ke-303 pimpinan Mayor Jenderal Rudolf Hübner dan Divisi Infanteri “Berlin” ke-309 pimpinan Brig. Jenderal Heinrich Voigtsberger, yang keduanya baru dibentuk dan diperkuat, dan PGD “Kurmark” yang masih dibentuk. Juga dibentuk di sekitar Detasemen Panzer pimpinan Kapten Horst Zabel Kummersdorf adalah Divisi Panzer “Muncheburg” yang akan segera dipimpin oleh Brig. Jenderal Werner Mummert. Ketika beberapa warga sipil memulai eksodus mereka dari Küstrin ke barat menuju Berlin, pasukan lain masuk ke dalam kota. Sejauh ini, Angkatan Udara tentara Merah belum melakukan misi menyerang garnisun itu, yang merupakan keberuntungan bagi prajurit yang bertahan karena pada awalnya mereka hanya memiliki sedikit perlindungan senjata antipesawat.

TENTARA JERMAN MUDA MAJU MEMBANTU PERTAHANAN KUSTRIN

Di Küstrin senjata antipesawat akhirnya tiba sedikit demi sedikit, bersama beberapa awak senjata, termasuk unit pembantu dari Pemuda Hitler, yang diangkut dengan bus tingkat dari Berlin. Beberapa kru dengan senjata kaliber 20mm dan 37mm di gerbong dialokasikan ke tepi Warthe Altstadt dan yang lainnya dikirim untuk mendukung garis pertahanan utama yang sedang dibentuk. “Selama awal Februari, kami akhirnya mendapatkan beberapa senjata anti pesawat ringan untuk dipakai di dalam kota,” tulis Wüstenhagen. “Mereka diawaki oleh sekelompok campuran personel Luftwaffe dan Pemuda Hitler, anak laki-laki berusia 12 atau 13 tahun. Itu adalah pemandangan yang disambut baik untuk melihat kehadiran senjata-senjata itu, tetapi cukup mengganggu melihat para pemuda yang mengawaki beberapa dari mereka. Kami tidak punya lagi laki-laki untuk dikirim bertempur, dan kami sekarang menggunakan anak-anak. Tentunya perang tidak bisa berlangsung lebih lama lagi.” Meskipun serangan kejutan dari tank Soviet ke dalam kota telah gagal, Rusia terus menyalurkan pasukan ke daerah Küstrin dan sudah meluncurkan serangan penyelidikan. Pada pagi hari tanggal 1 Februari, sebuah unit Soviet telah berhasil merebut sebuah pabrik di tepi barat laut kota, membunuh atau mengalahkan pasukan gabungan asal Hungaria-Volkssturm yang mendudukinya. Sebuah serangan balik Jerman di pagi hari akhirnya membersihkan gedung itu setelah pertempuran sengit. Pada hari yang sama Raegener digantikan oleh Mayor Jenderal SS Heinz Reinefarth dengan mengesampingkan keberatan dari pihak Angkatan Darat. Reinefarth, yang telah menjadi anggota SS sejak tahun 1932, telah dianugerahi medali Knight’s Cross pada tahun 1940 atas tindakannya selama invasi ke Prancis saat menjabat sebagai sersan cadangan di Angkatan Darat (adalah dimungkinkan bagi anggota SS untuk juga bertugas sebagai personel Angkatan Darat biasa). Ia dipromosikan menjadi brigadir jenderal SS pada tahun 1942 dan diangkat menjadi inspektur jenderal SS di wilayah Protektorat Bohemia-Moravia. Pada bulan September 1943, Reinefarth dipindahkan ke Berlin di mana ia bertugas di Hauptamt Ordnungspolizei (kementerian polisi ketertiban). Pada bulan Januari 1944 menemukan dirinya bertugas sebagai perwira SS dan pemimpin polisi di Reichsgau Warttheland, bekas provinsi Polandia yang telah dianeksasi oleh Jerman setelah kekalahan Polandia. Dalam kapasitas itu ia mengambil bagian dalam penindasan berdarah Pemberontakan Warsawa pada bulan Agustus, di mana ia dianugerahi medali Oak Leaves to his Knight’s Cross. Jabatan terakhirnya adalah Komandan Korps SS ke-XVIII.

Mayor Jenderal SS Heinz Reinefarth (tengah), komandan benteng Küstrin. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Ilustrasi tentara Jerman melatih Volkssturm. (Sumber: https://www.postbeeld.com/)

Penunjukan Reinefarth bersifat politis, karena dia hampir tidak memiliki pengalaman komando kecuali selama satu setengah bulan terakhir. Reichsführer SS Heinrich Himmler, yang menjabat sebagai komandan Grup Angkatan Darat Vistula yang tidak kompeten, menginginkan salah satu dari anak buahnya untuk mempertahankan kota, dan Reinefarth adalah pilihannya alih-alih seorang perwira Angkatan Darat yang paham pertempuran. Dalam memoarnya, Guderian mengatakan bahwa Reinefarth “adalah polisi yang baik, tetapi bukan jenderal.” Himmler, bagaimanapun, melihat dalam Reinefarth sebagai seorang pria fanatik, yang dia percaya akan membuat garnisun benteng Küstrin keluar dari kekacauan awal dengan keuletan dan kecerdasannya. Sementara itu meskipun pasukan Soviet yang terlibat langsung dalam pertempuran sektor Küstrin masih relatif lemah, Zhukov memerintahkan Chuikov untuk terus menekan garnisun itu sebanyak mungkin. Setelah kegagalan mempertahankan pabrik di utara, Chuikov memerintahkan serangan ke sektor selatan kota, yang dipukul mundur dengan kehilangan tiga tank. Didorong oleh keberhasilan itu, Reinefarth memerintahkan serangannya sendiri untuk merebut kembali wilayah Warnick di sebelah timur Küstrin. Serangan itu gagal total dalam menghadapi tembakan berat Soviet, yang menelan beberapa korban di pihak garnisun.

MUSIM DINGIN MEMBANTU JERMAN MEMPERKUAT PERTAHANANNYA

Sebuah serangan Rusia pada tanggal 3 Februari merebut sebuah titik kuat tentara Jerman sekitar satu kilometer barat daya kota, sementara yang lain menguasai sekitar 100 meter wilayah di sektor lain. Terlepas dari keberhasilan ini, tindakan Soviet terbatas pada sebagian besar serangan pengintaian karena masih terlalu sedikit pasukan di daerah itu untuk bisa dikerahkan melakukan serangan habis-habisan. Pencairan yang terjadi setelah badai salju Januari masih menimbulkan kekacauan dengan pergerakan pasukan. Meski begitu, Stalin memerintahkan Zhukov untuk menyedot lebih banyak pasukan dari frontnya untuk menghadapi tentara Jerman yang merepotkan yang masih menawarkan perlawanan keras di sebelah utara. Pasukannya memang memiliki keberhasilan yang terbatas ketika mereka berhasil menutup rute pasokan di tepi barat Oder, mengisolasi daerah Küstrin. Keberhasilan itu berumur pendek karena kedatangan tepat waktu dari Divisi Panzer ke-21 yang kekuatannya sudah terkuras pimpinan Kolonel Helmut Zollenkopf berhasil membuka koridor tipis yang sekali lagi memberi Küstrin jalur “kehidupan” ke arah barat. Pada akhir minggu pertama di bulan Februari, kedua belah pihak telah terbiasa dengan rutinitas yang terbentuk, dengan pasukan Soviet menembakkan artileri ke kota sekitar tengah hari dan terus-menerus meningkatkan serangan gangguan dan garnisun bekerja untuk menopang pertahanannya di antara rentetan tembakan artileri. Setelah melakukan inspeksi di sektor Küstrin, Kolonel Jenderal Chuikov menjelaskan kesulitan yang dihadapi oleh pasukan Rusia. “Benteng (Küstrin) itu sendiri terletak di sebuah ‘pulau’ yang dibentuk oleh Sungai Oder dan Warthe. Banjir musim semi telah menenggelamkan semua jalur pendekatan ke pulau itu. Satu-satunya penghubung antara Benteng dan tanah sekitarnya adalah tanggul dan jalan yang membentang menuju Berlin, Frankfurt, Posen, dan Stettin. Tak perlu dikatakan, musuh telah berhati-hati untuk memblokir jalan-jalan ini dengan aman, menutupi tanggul dan tanggul dengan galian, pillbox, parit, kaponier, kawat berduri, ladang ranjau, dan pertahanan lainnya. Sub-unit kecil kami berhasil mendekati benteng musuh sehingga granat tangan dan serangan panzerfaust berlangsung sepanjang waktu. Tetapi kami tidak dapat mengerahkan pasukan besar di sini karena satu tank memenuhi seluruh lebar tanggul.” Terlepas dari serangan kecil-kecilan Soviet, garnisun sekarang telah menciptakan pertahanan yang agak kohesif. Selain sekitar 6.800 warga sipil yang masih berada di kota, ada sekitar 9.100 anggota Wehrmacht dan Waffen SS dan 900 Volkssturm yang mempertahankan benteng. Kadang-kadang kekuatannya diperkirakan sekitar 16.000 karena kedatangan dan keberangkatan berbagai unit. Diperkirakan 102 senjata artileri, 30 senjata anti pesawat, 50 mortir, 25 senjata self-propelled, dan 10 peluncur roket Katyusha (Organ Stalin) yang dirampas juga berada di benteng pada berbagai waktu.

Peluncur roket Katyusha (Organ Stalin). (Sumber: https://defencyclopedia.com/)
Tank medium Panther Jerman berhenti di sepanjang jalan dekat Sungai Oder di Küstrin. Foto ini diambil pada bulan Februari 1945 saat tank ini bergerak ke desa Ortwig. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Reinefarth membagi kota menjadi dua wilayah pertahanan. Sektor Altstadt, yang juga mencakup Kietz, pulau, dan daerah sekitarnya, berada di bawah komando veteran Front Timur Mayor Otto Wagner, yang telah menerima medali German Cross in Gold pada bulan Maret 1942 saat memimpin batalion Divisi Infanteri ke-32 di daerah Demyansk. Untuk memimpin sektor pertahanan Neustadt, Reinefarth memilih Kolonel Walther, seorang komandan polisi lapangan dengan pengalaman tempur yang bahkan lebih sedikit daripada Reinefarth sendiri. Itu adalah pilihan yang buruk, terutama karena Neustadt lebih rentan daripada posisi Altstadt. Untuk menghalangi pandangan pasukan Soviet dari Sonnenburger Chaussee ke tanggul tinggi antara Altstadt dan Neustadt, tirai yang terbuat dari terpal dan karung yang dijahit bersama dari tempat tidur perlindungan serangan udara digantung dari pohon ke pohon di sisi selatan jalan. Pohon-pohon berduri merah di Friedrichstrasse ditebang untuk dijadikan landasan bagi pesawat pengamat kecil Fieseler Storch, tetapi tidak pernah ada yang datang. Barikade anti-tank didirikan di pintu keluar selatan Kietz, dan parit anti-tank digali pada pertengahan bulan Februari dari Warnicker Strasse ke Terusan Jungfern tepat di seberang halaman area pelatihan air pasukan zeni. Garis depan utama membentang dari Oder melalui Alt Drewitz (setengahnya telah hilang dalam pertempuran sebelumnya), melalui hutan Stadtwald, melintasi lapangan latihan Barak Stülpnagel dan berakhir di Warnick. Tangki-tangku besar perusahaan Spiritusmonopol terletak di luar batas ini, dan 3.000.000 liter minuman beralkohol dan 4.000.000 liter bahan bakar penerbangan yang tak ternilai yang dikandungnya harus dikorbankan. Sementara itu karena cuaca menghalangi serangan darat yang kuat, pasukan Soviet meningkatkan tembakan artileri mereka dan juga meluncurkan sebagian besar serangan pengintaian berkekuatan setingkat peleton dan kompi. Dalam satu kasus, batalion yang didukung tank memperoleh beberapa wilayah penting di sebelah selatan benteng. Sebuah serangan balik yang kuat yang melibatkan pertempuran jarak dekat akhirnya memaksa pasukan Rusia untuk mundur setelah kedua belah pihak menderita banyak korban.

LEBIH BANYAK ARTILERI LEBIH BANYAK SERANGAN: SOVIET MENINGKATKAN TEKANAN DI KUSTRIN

Zhukov memerintahkan lebih banyak serangan artileri ke sektor Küstrin. Di antara tembakan mortir berat, roket, dan senjata artileri Tentara Merah, pergerakan di dalam benteng menjadi semakin sulit. Puing-puing dari bangunan yang hancur menyumbat jalan, dan pemadam kebakaran kota kesulitan memadamkan api yang tampaknya ada di mana-mana. “Kita bisa melawan Rusia dengan tembakan counterbattery,” tulis Wüstenhagen. “Tapi karena perbekalan kami tidak banyak, kami terbatas pada jumlah peluru artileri yang bisa kami gunakan. Sepertinya untuk setiap 20 peluru Rusia yang ditembakkan, kami hanya bisa menembakkan satu atau dua. Namun, kami memiliki beberapa pengamat (artileri) yang baik, dan kami tidak akan menyia-nyiakan amunisi kami kecuali kami benar-benar tahu di mana lokasi target.” Penembakan Rusia juga ditujukan pada posisi defensif di Kietz. Pada pertengahan bulan Februari mereka meningkatkan serangan di sekitar kota itu, berharap sekali lagi untuk memotong koridor pasokan ke dalam benteng, tetapi pasukan yang mempertahankan daerah itu berhasil mencegah terobosan besar. Dalam satu serangan tersebut, dua tank T-34 yang mendukung serangan infanteri Soviet menjadi korban di medan tempur saat mereka terperosok ke dalam lumpur. Dari posisi defensif mereka, pasukan Jerman menembaki pasukan infanteri yang terhenti, yang enggan maju tanpa dukungan tank, dan memaksa mereka mundur.

Artileri Soviet siap menyerang posisi pasukan Jerman. Bagi pasukan Jerman sepertinya untuk setiap 20 peluru Rusia yang ditembakkan, pasukan Jerman hanya bisa menembakkan satu atau dua tembakan balasan. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Pengungsi Jerman bergerak ke barat pada tahun 1945. Pada tanggal 19 Februari, warga sipil di Neustadt Küstrin diberitahu bahwa mereka akan dievakuasi. Selama beberapa hari berikutnya, sekitar 2.000-3.000 orang berjalan melintasi sungai Oder dan menuju ke barat melalui koridor pasokan sempit di bawah kegelapan. (Sumber: https://www.wikiwand.com/)

Pada tanggal 19 Februari, warga sipil di Neustadt diberitahu bahwa mereka akan dievakuasi. Selama beberapa hari berikutnya, sekitar 2.000-3.000 orang berjalan melintasi sungai Oder dan menuju ke barat melalui koridor pasokan sempit di bawah kegelapan. Anehnya, artileri Soviet relatif tenang, dan evakuasi dapat dilakukan dengan sedikit korban. Bahkan saat pengungsi terakhir meninggalkan Neustadt, penduduk Altstadt yang tersisa menerima perintah berbaris keluar kota. Meski diperintahkan untuk pergi, beberapa ratus warga menolak untuk menyerahkan rumah dan harta benda mereka dan memilih untuk tetap tinggal di kedua sektor tersebut. Sementara evakuasi sedang berlangsung, garnisun tetap sibuk memukul mundur serangan Rusia terhadap pertahanan Küstrin. Benteng, sekarang di bawah komando taktis Panzerkorps ke-XI SS pimpinan Letnan Jenderal Matthias Kleinheisterkamp, yang telah menerima perintah dari markas Panzerkorps yang menekankan pentingnya mempertahankan kota. Selain mencegah pasukan Rusia mengambil alih jembatan yang membentang di Warthe dan Oder, mereka harus mengganggu titik penyeberangan Soviet lainnya yang ada dalam jangkauan senjata artileri benteng. “Kami tiba-tiba menerima lebih banyak peluru dari konvoi pasokan yang datang pada malam hari,” kenang Wüstenhagen. Selama hari-hari terakhir bulan Februari, tembakan artileri Soviet meningkat secara dramatis. Target pilihan untuk senjata-senjata Tentara Merah adalah posisi di sekitar pabrik selulosa, yang terletak sekitar 300 meter di sebelah timur Terusan Friedrich-Wilhelm, dan posisi di Kietz. Reinefarth dan para komandannya menjadi yakin bahwa serangan ini adalah awal dari serangan besar-besaran, tetapi tidak ada yang terwujud.

Dua prajurit Jerman dalam perjalanan ke jembatan jalan di atas Warthe menuju ke Neustadt. Layar dan perangkap anti-tank dari senjata yang sudah ketinggalan zaman tampak pada latar. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Sementara pasukan Soviet melanjutkan tembakan artileri mereka, bocah-bocah Pemuda Hitler Küstrin, yang membantu prajurit garnisun, diperintahkan untuk mengungsi. Beberapa dari mereka memprotes perintah itu tetapi dengan enggan mematuhinya. “Kami hanya bisa berharap yang terbaik untuk anak-anak muda itu,” tulis Wüstenhagen. “Mereka membantu kami sebaik mungkin dan membebaskan orang-orang untuk bertempur di garis depan, tetapi kami senang melihat mereka keluar dari bahaya.” Hujan mengguyur sektor Küstrin selama hari-hari pertama bulan Maret, membuat hidup kedua belah pihak sengsara. Itu juga menutupi gerakan Soviet di sektor utara benteng. Korps Senapan ke-32 pimpinan Mayor Jenderal Dmitrii S. Zherebin dari Pasukan Pengejut ke-5 Berzarin mendekati dengan Divisi Senapan Pengawal ke-60 (pimpinan May. Jenderal Kirill K. Dzhakhua) dan Divisi Senapan ke-295 dan ke-416 (pimpinan May. Jenderal Aleksandr P. Dorofeev dan Mayor Jenderal Dmitrii M. Syzranov). Zherebin berencana menyerang Neustadt, bergerak menuju jembatan Warthe. Kietz juga akan menjadi objek serangan unit lain. Empat resimen, didukung oleh tank berat dan sedang, akan membentuk serangan utama, meskipun tank akan mengalami kesulitan di medan berlumpur. Serangan itu didahului oleh pemboman artileri besar-besaran pada tanggal 6 Maret. Neustadt segera diselimuti asap dari gedung-gedung yang terbakar di seluruh area, yang akan membantu menutupi pergerakan Rusia. “Ledakan peluru musuh memekakkan telinga,” kenang Wüstenhagen. “Kami belum pernah mengalami hal seperti ini. Kami ditempatkan di Altstadt dan sepertinya semua Neustadt terbakar.”

Senjata anti pesawat kaliber 2 cm Flakvierling 38 mempertahankan Küstrin, Februari-Maret 1945. (Sumber: https://www.pinterest.de/)

Memperkirakan serangan yang akan segera terjadi, garnisun di Neustadt mempersiapkan diri untuk mengusir musuh. Namun, pasukan Soviet menyerang Kietz dalam upaya mengejutkan untuk merebut pinggiran kota. Setelah keberhasilan awal, serangqn Rusia dihentikan oleh serangan balik putus asa yang merebut kembali sebagian wilayah yang hilang pada hari sebelumnya, tetapi meninggalkan sebagian besar bagian tenggara kota di tangan musuh. Hari berikutnya Zherebin membuka serangannya ke Neustadt dengan pasukan dari divisi Dorofeev dan Syzranov. Pasukan garnisun menyerah perlahan, dan pada akhir hari, kemajuan pasukan Rusia terjauh hanya sekitar satu kilometer. Serangan terhadap Neustadt berlanjut keesokan harinya ketika Zherebin mengerahkan lebih banyak pasukan ke dalam pertempuran. Didukung oleh tank-tank dan Angkatan Udara Merah, para penyerang membuat kemajuan yang mantap, berjalan di sepanjang Terusan Friedrich-Wilhelm dan merebut pabrik selulosa pada malam hari. Beberapa posisi penting lainnya diambil, dan pasukan zeni Jerman diperintahkan untuk meledakkan jembatan Warthe agar tidak jatuh ke tangan Soviet. Aksi tersebut secara efektif malah mengisolasi sekitar 6.000 tentara Jerman yang masih bertahan di Neustadt. Sebagian besar kesalahan ditempatkan pada ketidakmampuan Kolonel Walther, yang benar-benar kehilangan kendali komando atas pasukannya. Pertempuran jarak dekat di Neustadt berlangsung dari tanggal 9 hingga 12 Maret. Pasukan Jerman yang terperangkap menduduki titik-titik kuat seperti barak infanteri dan harus dihancurkan oleh artileri dan pasukan zeni Soviet. Karena kedekatan kekuatan penyerang dan yang bertahan dan ketakutan akan menembaki orang-orang mereka sendiri, artileri Jerman sangat terbatas efektivitasnya. Pada saat yang sama, sebagian besar artileri Tentara Merah mengalihkan pengebomannya ke Altstadt dan Kietz. Pertempuran terakhir di Neustadt berpusat di sekitar barak infanteri dan titik kuat lainnya, Neues Werke, yang keduanya berada di sisi timur laut sektor tersebut. Pada tanggal 12 Maret keduanya direbut, dan Letnan Jenderal Berzarin menyatakan daerah itu aman. Rusia melaporkan mengambil 2.774 tahanan dan mengklaim 3.000 orang tentara Jerman lainnya tewas.

RENCANA PERTEMPURAN BERLIN DIFINALISASI DI MOSKOW

Di Moskow, rencana untuk Pertempuran Berlin telah diselesaikan. Zhukov telah bertemu dengan Stalin pada bulan November 1944, ketika sebuah rencana awal didiskusikan. Saat itu Stalin tampaknya setuju bahwa Front Belorusia ke-1 akan dipilih untuk merebut ibu kota Jerman. Namun, seperti kebiasaannya, dia kemudian mengadu Zhukov melawan Konev dan Front Ukraina pertamanya untuk mendapat kehormatan merebut kota. Zhukov bertekad bahwa dia akan tiba di Berlin terlebih dahulu. Untuk melakukan itu, dia harus menyusuri jalan raya yang menuju dari Küstrin ke Berlin. Sebuah jembatan yang kuat harus didirikan di tepi barat Oder di sepanjang jalan raya dari mana ia bisa mempercepat aliran pasukan dan mesin ke jantung Reich. Untuk melakukan itu, dia perlu menaklukkan sisa-sisa Benteng Küstrin dengan cepat. Sehari setelah Neustadt jatuh, Zhukov mengeluarkan perintah untuk merebut Altstadt tanpa penundaan. Korps Senapan ke-32 Zherebin akan menyerang Altstadtsementara Chuikov menyerang Kietz dengan Korps Senapan Pengawal ke-4 pimpinan Letnan Jenderal Vasili A. Glazunov (Divisi Senapan Pengawal ke-35, ke-47, dan ke-57). Kedua serangan gagal membuat kemajuan. Selama sembilan hari berikutnya, Kietz dan Altstadt terus-menerus dibombardir. Serangan oleh Pasukan Pengawal ke-5 dan Pengawal ke-8, yang mencari titik lemah dalam pertahanan musuh, juga terjadi terhadap pasukan Jerman yang mempertahankan koridor pasokan yang sempit. Pada tanggal 22 Maret, pasukan infanteri dan lapis baja pendukung Soviet menyerang di bawah perlindungan tembakan artileri besar-besaran, dengan Zerebin menyerang dari utara dengan sebagian besar korpsnya, yang telah dikirim ke jembatan utara Küstrin, dan Glazunov menyerang dari selatan. Tujuan mereka adalah memotong koridor menjadi dua, bertemu di luar desa Gorgast. Mereka akan menggunakan taktik pengepungan ganda Soviet, yang telah begitu sukses di Stalingrad dan dalam pertempuran-pertempuran berikutnya. Lingkaran kepungan bagian dalam akan dibentuk di tengah antara Kietz dan Gorgast untuk menjebak pasukan musuh di dalam kantong dengan lingkaran luar yang dibentuk di sebelah timur Gorgast untuk menangkis serangan musuh dari luar.

Stalin dan Zhukov berdebat mengenai taktik militer. Zhukov telah bertemu dengan Stalin pada bulan November 1944, ketika sebuah rencana awal untuk merebut Berlin didiskusikan. (Sumber: https://www.bridgemanimages.com/)

Menjaga pertahanan di area serangan adalah elemen dari Divisi “Doberitz” dan “Muncheburg”. Di bawah perlindungan artileri Tentara Merah, Divisi Senapan Pengawal ke-60 Dzhakhua menyerang pertahanan Jerman di sekitar Genschmar, sebuah kota di barat laut Kietz. Di sebelah kiri Dzhakhua, Divisi Senapan ke-295 Dorofeev menerobos garis musuh dan menuju Golzow, sebuah desa di sebelah barat Gogast. Sepanjang Oder, Resimen ke-1373 dari Divisi Senapan ke-416 Syzranov bekerja di belakang elemen Resimen ke-2 “Muncheburg.” Di sisi selatan koridor, Divisi Senapan Pengawal ke-47 pimpinan Mayor Jenderal Vasili M. Shugaev juga menembus garis Jerman dan menuju untuk menemui divisi Dorofeev untuk membuat lingkaran luar. Sayap kirinya dilindungi oleh Divisi Senapan Pengawal ke-57 pimpinan Kolonel Petr I. Zalizivik. Di sebelah kanannya, Divisi Senapan Pengawal ke-35 maju ke depan untuk bergabung dengan Divisi ke-1373, yang kemudian akan membentuk lingkaran dalam pengepungan. Setelah pertempuran sengit di mana tentara Jerman mengklaim 116 tank Soviet hancur, penjepit luar dari pengepungan berhasil ditutup sore itu. Pertempuran berlanjut pada tanggal 23 saat pasukan Rusia mengkonsolidasikan posisi mereka yang baru dimenangkan. Serangan balik Jerman dipukul balik kembali dengan kerugian yang cukup besar di kedua belah pihak selama beberapa hari berikutnya. Di sisa garnisun Küstrin, korban meningkat saat artileri tentara Merah terus menghantam Altstadt dan Pulau Oder, yang terletak di antara Sungai Oder dan Terusan Vorlut, dan beberapa posisi artileri Jerman dihancurkan. “Altstadt sedang dihancurkan,” kenang Wüstenhagen. “Ada beberapa bangunan yang masih berdiri dan kompi senjata saya telah menelan beberapa korban.” Meski kondisi tidak menguntungkan bagi tentara Jerman yang bertahan, namun laporan Wehrmacht pada tanggal 23 Maret melaporkan perkembangan fatal di Küstrin dengan ‘dongeng’ bahwa serangan Soviet di sisi-sisi jembatan telah dihentikan oleh ‘tembakan pertahanan efektif dari pertahanan Oder setelah memperoleh keberhasilan awal yang minimal’. Tak lama setelah tengah malam pada tanggal 23 Maret Divisi Panzergrenadier ke-25 menyerang di sepanjang jalan Golzow–Gorgast untuk mencapai Alte Oder. Saat fajar mereka telah menembus Gorgast, di mana pertempuran sengit pecah, tetapi kemudian pasukan Soviet yang luar biasa besar memaksa mereka melakukan penarikan ke titik awal.

SERANGAN BALIK PUTUS ASA DAN GAGAL DARI JERMAN

Pada tanggal 27 Maret, Jerman melancarkan serangan balik putus asa untuk membuka kembali koridor. Berbeda dengan upaya sebelumnya, ini adalah serangan terkoordinasi. Jenderal Theodor Busse, komandan Angkatan Darat ke-9, telah diperintahkan oleh Berlin untuk mengumpulkan kekuatan yang dapat menerobos ke garnisun Küstrin. Di bawah komando Jenderal Karl Decker, pasukan itu terdiri dari PGD ke-25 Burmeister dan Divisi Panzergrenadier ke-20 milik Kolonel Georg Schulze, Divisi Panzer “Munchenburg” Mummert,. “Führer-Grenadier-Division” pimpinan Brig Jend. Hellmuth Mader, Schwere Panzer Abteilung (schw. Pz. Abt.—detasemen tank berat (Tiger) pimpinan Letnan Kolonel Kurt Hartrampf), dan sebuah kelompok tempur di bawah komando komando Letnan Kolonel Gustav-Adolf Blanchbois, yang terdiri dari sekitar 390 prajurit infanteri dalam 3 kompi dan 49 senjata antitank self-propelled “Hetzer“, yang diberi nama “1001 Nights.” Pukul 04.00 pasukan Jerman bergerak maju. Mereka segera mengalami masalah. Selama tiga hari sebelumnya pasukan zeni Rusia sibuk memasang ladang ranjau yang luas di depan posisi mereka. Di utara unit Panzer “Muncheburg”, dengan “1001 Nights” di sisi kanannya, menuju ke Genschmar, yang dipertahankan oleh Divisi Senapan Pengawal ke-60. Di bawah tembakan Soviet yang intens, ujung tombak Jerman berhasil mencapai pinggiran kota sebelum diusir kembali dengan kerugian besar. Pada akhir serangan Unit “1001 Nights” berkurang menjadi tinggal hanya 40 orang per kompi infanteri, kehilangan 51 tewas, 336 terluka dan 32 hilang, dan 25 Hetzer-nya dihancurkan. Pasukan penyerang tengah (“Divisi Führer-Grenadier dan batalyon panzer dan panzergrenadier dari PGD ke-20) menerobos garis pertahanan Divisi Senapan ke-295 Soviet dan menuju ke pasukan Jerman yang terperangkap di tepi barat Oder. Mereka akhirnya juga dipaksa untuk berbalik setelah menerima tembakan artileri berat dan serangan balik yang kuat. Di selatan, bagian dari unit Panzergrenadier Rgt./20 PGD ke-90, tank-tank Tiger Hartrampf, dan PGD ke-25 menghantam Divisi Senapan Pengawal ke-47. Tujuan mereka adalah Gorgast, tetapi ladang ranjau dan posisi pertahanan Soviet yang kuat di garis pertahanan utama menghentikan mereka. Pengalaman schw. Pz. 502 didokumentasikan dalam buku Wolfgang Schneider berjudul Tigers in Combat II

Tentara Merah Soviet dalam pertempuran Küstrin, Jerman. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Pasukan Jerman, mengerahkan tank-tank Tiger andalannya, namun gagal memecah kepungan pasuka Soviet. (Sumber: https://www.arizonaskiesmeteorites.com/)

“Sesaat setelah melewati garis keberangkatan, 1./schw. Pz. Abt. 502 dihentikan di ladang ranjau. Tiga Tiger dilumpuhkan. Hal yang sama terjadi di sektor serangan 3./schw. Pz. Abt. 502, yang bergerak maju di sisi kanan jalan utama (dari) Manchnow ke Kietz. Satu panzer, Tiger nomor 321, tidak bisa bergerak setelah menabrak ranjau. Kemudian menghancurkan dua tank Soviet sebelum dihancurkan oleh Panzerfaust yang dirampas musuh.” Pasukan zeni yang menemani membersihkan jalan melalui ladang ranjau sebelum matahari terbit, memungkinkan Kompi ke-1 dan ke-2 untuk melanjutkan serangan. Tank Tiger menghancurkan empat tank Soviet sebelum mereka diperintahkan untuk berhenti karena mereka kehilangan kontak dengan pasukan infanteri pelindung yang menyertainya. Ada juga kekhawatiran lain. Pelaksana tugas komandan Kompi ke-2, Letnan Dua SS Schroif, tidak memenuhi tugas itu. Catatan terdokumentasi Schneider melanjutkan: “Komandan baru 2./schw. Pz. Abt. 502 tidak cocok menghadapi tekanan pertempuran dan membuat komandan tank gelisah dengan terus-menerus mengeluarkan perintah yang tidak masuk akal. Tanknya terjebak di kawah bom besar selama gerakan penarikan. Satu demi satu, lima Tiger ditembaki dan dilumpuhkan. Setelah kegelapan turun batalion bergerak kembali ke Seelow. Panser yang masih operasional dari batalion yang berkumpul di Neu Tucheband adalah 13 unit.” Sementara itu di dalam benteng para prajurit Jerman yang bertahan menunggu jam demi jam menanti adanya tanda-tanda keselamatan. Kekecewaan semakin meningkat, seperti halnya tembakan dari artileri Soviet, yang kadang-kadang mencapai 1.000 peluru per jam. Serangan udara lalu semakin terkonsentrasi pada struktur yang masih bertahan, yakni benteng tua. Bastion Christian Ludwig yang berisi asrama pemuda dihancurkan oleh tiga bom berat, tempat yang digunakan sebagai bioskop garis depan dihancurkan sebagian, meninggalkan terkubur di bawah puing-puing banyak tentara yang mencari perlindungan di sana. Balai kota yang sudah rusak parah terkena serangan lagi, gudang bawah tanah runtuh dan mengubur personel Volkssturm yang terbaring di sana di ruang bawah tanah dengan beberapa yang terluka ringan. Hanya beberapa orang yang diselamatkan secara kebetulan beberapa jam kemudian.

DENGAN NASIB KUSTRIN DIPASTIKAN, SOVIET MENGALIHKAN PANDANGAN KE BERLIN

Kegagalan serangan balik Jerman ini memiliki konsekuensi yang luas. Hitler sangat marah, dan pada sore hari tanggal 28 Maret dia melampiaskan kemarahannya pada Busse yang malang, menyalahkan dia secara pribadi atas kegagalannya. Sementara Hitler mencaci-maki Busse, Jenderal Guderian melompat membelanya. “Izinkan saya untuk mengganggu Anda,” katanya kepada Hitler. Hampir tidak bisa mengendalikan amarahnya sendiri, dia melanjutkan, “Saya menjelaskan kepada Anda kemarin secara menyeluruh, baik secara lisan maupun tertulis, bahwa Jenderal Busse tidak dapat disalahkan atas kegagalan serangan Küstrin. Tentara Kesembilan menggunakan amunisi yang telah dialokasikan pada mereka. Para prajurit melakukan tugasnya. Angka korban yang luar biasa tinggi membuktikan hal itu. Karena itu saya meminta Anda untuk tidak membuat tuduhan apa pun terhadap Gerneral Busse.” Setelah ledakan itu, Hitler memerintahkan ruangan itu dikosongkan. Hanya Field Marshal Wilhelm Keitel dan Guderian yang tinggal. Hitler kemudian memerintahkan Guderian untuk mengambil cuti pemulihan enam minggu. Guderian tidak akan pernah melihat Hitler lagi. Nasib Küstrin sekarang tampaknya telah ditentukan. Ketika pasukan di sekitar Kietz, di pulau itu, dan di Altstadt mendengar tembakan itu menghilang di barat, sekelompok tentara memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri dan bersiap untuk keluar. “Ketika saya mendengar tentang anak buah saya yang ingin keluar, saya awalnya menolak untuk membiarkan mereka pergi,” kenang Wüstenhagen. “Kami tidak menerima perintah seperti itu dari atasan kami, dan perintah kami saat ini harus dipertahankan dengan segala cara. Di tahun-tahun berikutnya, saya menyadari betapa konyolnya hal itu. Hari berikutnya (29 Maret) saya sadar. Kami tidak memiliki kesempatan untuk menguasai daerah itu, dan upaya untuk keluar lebih disukai daripada masuk kamp penjara Soviet.” Reinefarth rupanya sampai pada kesimpulan yang sama. Pada tanggal 29 Maret, dia meminta izin kepada Berlin untuk menembus kepungan. Permintaannya ditolak, tetapi Reinefarth tidak memiliki ilusi tentang bagaimana nasibnya jika dia jatuh ke tangan Soviet. Dia juga memutuskan untuk mengambil risiko dan meninggalkan Küstrin.

Tank Soviet yang hancur di jalanan kota Küstrin. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Pada jam terakhir tanggal 29 Maret, breakout dimulai. Setelah menembus garis kepungan Soviet pertama, pasukan garnisun menemukan diri mereka dalam pertempuran malam hari saat mereka bergerak menuju garis Angkatan Darat ke-9. Setelah melintasi Oder, mereka bergabung dengan para prajurit di Kietz. Situasinya kacau, dan tentara Jerman mendapat tembakan tidak hanya dari pasukan Soviet, tetapi juga dari pasukan dan artileri mereka sendiri, yang tidak tahu bahwa sedang terjadi aksi menembus kepungan. Dibantu oleh unsur kejutan, kegelapan, dan hujan yang sesekali turun, para penyintas Küstrin mulai berhamburan ke garis pertahanan Angkatan Darat ke-9 saat fajar menyingsing. Kemudian pada hari itu, markas besar Angkatan Darat ke-9 melaporkan bahwa 32 perwira dan 956 NCO dan pangkat yang lebih rendah telah berhasil menembus kepungan. Kelompok-kelompok kecil lainnya terus mencapai garis pertahanan Jerman selama beberapa hari berikutnya. Menurut laporan Wehrmacht, upaya tersebut telah menelan korban 627 orang tewas dan 2.359 terluka. 6.994 lainnya terdaftar sebagai orang hilang. Di Altstadt masih ada kantong-kantong perlawanan, yang dipertahankan oleh orang-orang Jerman yang tidak bisa atau tidak mau mengevakuasi posisi mereka. Mereka dihancurkan secara sistematis oleh pasukan Soviet. Pada tanggal 31 Maret, seluruh benteng berada di tangan Rusia. Zhukov sekarang memiliki batu loncatan menuju ke Berlin. Orang-orang yang selamat dari pelarian itu sekarang berada dalam keadaan penuh ketidakpastian. Mereka diasingkan dan diinterogasi, tidak tahu apakah mereka akan ditembak atau digantung karena tidak mematuhi Perintah Führer atau dilepaskan begitu saja. Namun, militer Jerman telah runtuh, dan mereka akhirnya dikirim ke unit ad hoc lain yang sedang dibentuk untuk Pertempuran Berlin yang akan datang. Wüstenhagen mengingat hari-hari terakhir itu. “Dari sekitar 16.000 tentara pada awal pengepungan Rusia, hanya 1.200 orang yang dapat tiba (di) Front Oder Jerman setelah kota itu sangat hancur (sic) dan amunisi terakhir ditembakkan.” “Saya sendiri, saya melakukan tidak lebih dari tugas saya. Saya menerima medali Knight’s Cross setelah pertempuran (Pada tanggal 14 April—salah satu dari beberapa yang terakhir diberikan). Kawan saya, Mayor (Emil) Hethy mendapat penghargaan yang sama. Saya tidak tahu apakah dia gugur nantinya. ” Hethy memimpin kelompok tempur di garnisun dan selama pelarian. Dia, pada kenyataannya, selamat dari perang dan meninggal pada tahun 1983.

Sisa-sisa unit tentara Jerman dikerahkan untuk mempertahankan Küstrin. Dalam foto ini pasukan Jerman siap sedia di garis pertahanan untuk menunggu serangan pasukan Soviet ke dalam kota. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Sebuah foto di seberang sungai Warthe menunjukkan bagian dari Neustadt terbakar, sementara pasukan Jerman berupaya menembus kepungan pasukan Soviet melawan perintah Hitler untuk bertahan sampai akhir. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

“Setelah aktivitas baru di ‘Spreewald‘ tidak jauh dari Berlin, saya terluka sekali lagi dan tentara Rusia menangkap saya,” lanjut Wüstenhagen. “Saya dibawa ke rumah sakit Rusia di Zossen pada tanggal 30 April. Setelah cukup sembuh, saya bisa melarikan diri dengan mengenakan pakaian sipil yang dibawa oleh penduduk Jerman (bersama) dengan roti dan barang-barang lain setelah Jerman menyerah pada tanggal 8 Mei.” “Saya menyeberangi sungai besar, Elbe, pada malam hari bersama tiga teman lainnya dengan berenang di dekat kota Dessau dan saya tiba di keluarga saya di Goslar dengan selamat setelah beberapa hari. Setelah perang saya mulai belajar di sekolah kehutanan dan saya menjadi petugas kehutanan di hutan negara.” Wüstenhagen meninggal pada tanggal 8 April 2008. Reinefarth sementara itu membela tindakannya dalam laporannya tentang jatuhnya benteng dan pelarian tentaranya. Dalam satu kutipan dia menyalahkan perwira garnisun atas kegagalannya saat dia menceritakan dalam pertemuan tanggal 29 Maret. “Para perwira mengatakan kepada saya dengan suara bulat bahwa mereka tidak lagi memiliki kendali atas orang-orang mereka dan pengalaman dari beberapa hari terakhir telah menunjukkan bahwa dorongan dan ancaman dengan senjata tidak berhasil…. Saya mengatakan kepada masing-masing perwira dan pemimpin SS bahwa karena kurangnya amunisi dan penolakan tentara untuk melakukan tugas mereka mempertahankan beberapa meter persegi tidak mungkin lagi. Dengan demikian, Perintah Führer untuk mempertahankan benteng hingga peluru terakhir telah terpenuhi.” Selama minggu-minggu terakhir perang dan tahun-tahun berikutnya, Reinefarth tampaknya menjalani kehidupan yang mempesona. Meskipun dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer, ia tetap memimpin pasukannya tanpa gangguan sampai perang berakhir. Reinefarth digunakan oleh pihak Sekutu selama Pengadilan Nuremberg, di mana ia bersaksi melawan beberapa anggota SS lainnya. Dia ditangkap karena kejahatan perang setelah persidangan tetapi dibebaskan oleh pengadilan Hamburg karena memutuskan bahwa ada kekurangan bukti bahwa dia telah melakukan kekejaman. Pengadilan Jerman lainnya menguatkan keputusan itu meskipun banyak permintaan dari pihak Polandia untuk ekstradisinya. Pada tahun 1951 ia terpilih sebagai walikota Westerland, sebuah kota di Pulau Sylt. Dia melanjutkan karirnya dalam politik dan menjabat sebagai anggota parlemen Schleswig-Holstein dari 1962-1967. Setelah itu ia meniti karir sebagai pengacara. Dia meninggal pada bulan Mei 1979 di rumahnya di Sylt. Wilayah Jerman di sebelah timur Oder, termasuk wilayah Küstrin, kemudian diberikan kepada Polandia setelah perang. Neustadt Küstrin dibangun kembali dan sekarang dikenal sebagai Kostrzyn. Sebagian besar Altstadt hancur dan tidak pernah dibangun kembali. Satu-satunya suara di daerah itu adalah siulan angin yang menakutkan saat bertiup melalui reruntuhan kerangka rumah dan bangunan yang hancur. Hari ini, tempat itu memiliki julukan “Pompeii di Oder.”

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Battle of Berlin Prelude: Küstrin, and Death on the Oder By Pat McTaggart

Battle of Berlin Prelude: Küstrin, and Death on the Oder

Küstrin 1945 Part I Posted on June 20, 2018

Küstrin 1945 Part II Posted on June 20, 2018 

Küstrin 1945 Part III Posted on June 20, 2018

No Retreat The Siege of Küstrin, 1945 by Dr.  Michael L. McSwiney

https://www.flamesofwar.com/Default.aspx?tabid=112&art_id=4464

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Operation_Solstice

Exit mobile version