Sejarah Militer

Rescue Of Vega 31: Penyelamatan Pilot Pesawat Siluman F-117 Yang Ditembak Jatuh di Serbia Tahun 1999

Ketika pesawat tempur siluman F-117 “Black Jet”, yang super rahasia, milik Angkatan Udara Amerika ditembak jatuh oleh rudal permukaan-ke-udara Serbia pada tanggal 27 Maret 1999, sebuah panggilan radio berbunyi: “Mayday, Mayday, Mayday. Saya Vega 31, sedang akan jatuh. ” Panggilan itu datang dari pilot pesawat tempur siluman itu, Letnan Kolonel, Darrell Patrick “Dale” Zelko (lahir 1 Januari 1960) yang kini tergantung di bawah parasut, sambil memindai lanskap pertanian Serbia yang kosong, dan berbicara lewat perangkat radio genggam line-of-sight survival radio, tipe PRC-112A. Hingga saat itu tidak ada yang pernah menembak jatuh pesawat tempur siluman sebelumnya, dan tidak ada pilot F-117 yang pernah mengalami keadaan seperti itu. Misi yang berujung naas ini adalah misi ketiga Zelko diatas Serbia. Zelko, pilot dari 49th Fighter Wing yang berpangkalan di Holloman AFB, N.M., terjun payung ke wilayah musuh dengan radio usang yang mungkin atau mungkin juga tidak dapat menjangkau posisi pasukan kawan. “Operation Allied Force”, demikian nama resmi operasi yang melibatkan Vega 31 adalah Operasi militer yang digelar NATO tahun 1999 untuk merespon krisis di Kosovo – seperti perang-perang sebelumnya – telah menggabungkan taktik perang lama dan baru, yang konvensional dan yang tidak konvensional. Itu adalah perang di mana Pasukan Operasi Khusus Angkatan Udara akan memainkan peran penting, yakni menyelamatkan dan membawa keluar pilot kawan yang ditembak jatuh.

Letnan Kolonel Darrell Patrick “Dale” Zelko pilot pesawat siluman F-117A Nighthawk yang ditembak jatuh di Serbia pada tanggal 27 Maret 1999. (Sumber: https://www.flying-tigers.co.uk/)

F-117 DITEMBAK JATUH DAN RESPON PENYELAMATAN

Sebelum dimulainya konflik, tiga skuadron operasi khusus telah dikerahkan ke sebuah lapangan terbang dekat Brindisi, Italia. Mereka bergabung di sana bersama dengan personel pararescue jumper (PJs) dari Grup Taktis Khusus ke-720. Semua satuan ini masuk dalam Unit Pasukan Operasi Khusus Gabungan ke-2. Helikopter-helikopter mereka dapat dipanggil untuk melakukan penyelamatan tempur di bawah kendali taktis Pusat Operasi Udara Gabungan di Vicenza, di Italia utara. Brindisi sendiri berada hampir 250 mil dari Beograd. Untuk mengurangi waktu reaksi, beberapa helikopter telah diperintahkan terbang ke Tuzla, Kroasia, dan bersiaga di sana. Sementara itu, ketika Zelko, pilot pesawat tempur siluman berteknologi tinggi itu turun ke bumi dengan parasutnya, Kapten Jim Cardoso menggeser status timnya dari posisi siaga menjadi posisi bersiap untuk memimpin pasukan penyelamat yang terdiri dari tiga jenis helikopter. Dua helikopter yang lebih besar adalah sebuah model Pave Low, MH-53M dan sebuah tipe serupa dari jenis MH-53J. Pave Low adalah helikopter yang menggunakan airframe era Perang Vietnam namun dikemas dengan penuh dilengkapi peralatan baru untuk bisa beroperasi di ketinggian rendah dan digunakan di malam hari, bahkan saat dalam kondisi cuaca buruk, tetapi tetap saja mereka tergolong helikopter yang sudah sangat tua. Sementara itu helikopter tipe ketiga, yakni MH-60G, lebih kecil dan lebih baru, tetapi beberapa anggota kru menganggapnya tidak memadai. Angkatan Udara sebenarnya telah mempertimbangkan untuk membeli versi yang memiliki radar, yang dapat mengikuti kontur medan tetapi malah pada akhirnya membeli model tanpa embel-embel kemampuan itu. 

Area Operasi dan Pangkalan Udara NATO saat pelaksanaan Operasi “Allied Force” tahun 1999. Operasi ini dilakukan untuk merespon Krisis yang terjadi di Kosovo. (Sumber: https://www.airforcemag.com/)
MH-53M Pave Low, tulang punggung armada helikopter SAR Amerika yang dikerahkan dalam operasi militer NATO di Serbia tahun 1999. Meski sudah mengalami upgrade secara luas, bersama saudaranya tipe MH-53J, helikopter ini sudah tergolong tua, karena airframenya mulai digunakan sejak masa perang Vietnam 30 tahun sebelumnya. (Sumber: https://www.aviationarthangar.com/)
Dalam menjalankan peran SAR-nya, helikopter-helikopter Pave Low didampingi oleh helikopter MH-60G Pave Hawk, yang lebih baru, namun lebih kecil. (Sumber: https://www.super-hobby.co.uk/)

“Saya sangat memahami risiko dan kerentanan saya,” kata Zelko kemudian. “Saya telah terbang dalam Operasi Badai Gurun pada tahun 1991 – dengan melakukan 20 misi serangan, jumlah rata-rata untuk pilot-pilot yang berada di sana selama perang – jadi saya (sudah) memiliki pengalaman bertempur. “Saya lepas landas dari Pangkalan Udara Aviano, Italia. Saya menerbangkan F-117 ke target dan menjatuhkan dua bom berpemandu laser seberat masing-masing 2.000-lb pada target yang sangat spesifik di daerah Beograd. Saya lalu keluar dari target sekitar 20 mil laut di barat laut Beograd ketika (penembakan) itu terjadi. ” Baik Zelko maupun Angkatan Udara tidak ingin mengatakan lebih banyak tentang bagaimana Serbia bisa menjatuhkan F-117 kecuali bahwa pelakunya adalah sebuah “sistem rudal musuh”, yang kemudian diidentifikasi sebagai sistem SAM S-125 Neva/Pechora (Kode NATO SA-3 Goa), dibawah komando Lt. Colonel (kemudian Colonel) Zoltan Dani. Dua pesawat diakui telah ditembak jatuh selama kampanye militer Kosovo: Yang lainnya adalah sebuah F-16 Fighting Falcon, dengan kode panggilan Hammer 34, yang pilotnya juga berhasil diselamatkan. Mengenai peristiwa penembakan itu, dari informasi yang diperoleh mengatakan bahwa Vega 31 berada di kawasan barat laut dari area target ketika tiba-tiba dihancurkan senjata yang  diindikasikan sebagai sistem pertahanan udara Serbia telah telah beberapa lama menargetkan pesawat itu. F-117, yang fungsinya lebih sebagai pesawat serang pembawa bom tidak dapat bermanuver seperti kebanyakan pesawat tempur, dan Zelko tidak dapat berbuat banyak saat senjata musuh mengenainya. Melihat tembakan musuh saat mendekati pesawatnya, dia memejamkan mata saat melihat kilatan ledakan, yang untuk sementara waktu membutakannya, dan kemudian melemparkan pecahan baja bergerigi yang mematikan ke dalam pesawatnya. Pesawat mulai oleng dan menggelinding dengan keras. Saat F-117 ditembak jatuh, di udara terdapat saksi, yakni Kapten Mark Baroni, yang merupakan komandan pesawat Frank 36, sebuah pesawat tanker KC-135 yang baru saja mengisi bahan bakar beberapa pesawat lainnya. Baroni sedang melihat ke arah kota Beograd ketika “tiba-tiba, saya melihat serangkaian ledakan di udara dan kemudian muncul ledakan yang sangat besar.” 

Pesawat serang siluman F-117A Nighthawk sudah dikenal malang melintang menjalankan berbagai misi menembus pertahanan udara lawan sejak invasi Amerika ke Panama tahun 1989. Hingga 10 tahun kemudian, tidak ada satupun pesawat ini yang berhasil ditembak jatuh pertahanan udara lawan. (Sumber: https://pixels.com/)
Sistem pertahanan udara S-125 Neva, dari Brigade Pertahanan Udara ke-250 Serbia, dipamerkan pada publik tahun 2012. Sistem pertahanan ini dianggap sebagai penembak F-117A Vega 31 yang jatuh pada tanggal 27 Maret 1999. (Sumber: https://www.flying-tigers.co.uk/)
Letnan Kolonel Zoltán Dani, komandan Batalyon ke-3 Brigade Rudal Pertahanan Udara ke-250 Angkatan Darat Yugoslavia. Unit Dani dicatat sebagai pihak yang bertanggungjawab menembak jatuh Vega 31. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Didalam kokpit F-117, “Saya melompat keluar,” kata Zelko lewat radio. “Hal pertama yang saya lakukan adalah mengecek kondisi parasut dan perlengkapan saya”. Setelah yakin perlengkapannya sempurna, dia mengulurkan tangan dan menarik pegangan ejeksi lontar. Kanopi terpisah dari pesawat dan kursi pesawat melontar keluae, mendorongnya ke udara malam yang dingin. “Saat itu kondisinya 90 persen, hampir malam bulan purnama. Kami mendapatkan banyak penerangan karenanya. Saya melihatnya dari kanopi dan berpikir itu hebat, sempurna – parasut lalu bisa mengembang sepenuhnya. Dan kemudian muncul pikiran kedua saya, ‘Ini pasti bercanda,’ karena parasut yang berwarna oranye dan putih yang saya gunakan akan bersinar seperti lentera Cina di luar sana di tengah malam. Siapa pun yang berada di bawah akan pasti bisa melihat saya dan melacak saya secara visual saat saya melayang ke bawah, dengan dikelilingi oleh semua cahaya itu. Saya berpikir, ‘Saya sendirian di sini. Saya pilot pesawat berkursi tunggal. Tidak ada yang bisa diajak berbicara, tidak ada waktu untuk mengoceh. Jika saya tidak memberitahukan sekarang, mungkin akan perlu waktu berjam-jam sebelum mereka (pihak kawan) tahu saya ada di sini. ‘” pemberitahuan kondisi darurat Vega 31 kemudian didengar oleh awak Frank 36, begitu pula pesawat E-3 AWACS NATO yang ada di orbit tidak jauh. Letnan Penerbangan Frank Graham, seorang perwira Inggris di pesawat AWACS, membalas panggilan, “Vega 31, … Magic 86 on Guard.” Zelko saat itu tidak bisa menanggapi. Graham dan anggota kru AWACS lainnya mulai bereaksi dengan panik. Menggali banyak data, mereka harus dengan cepat menentukan siapa Vega 31 itu dan misi apa yang ditugaskan padanya. Pada saat yang sama, mereka mulai mendapat telepon dari beberapa pihak lain, karena berbagai kabar tentang masalah Vega 31 dengan cepat menyebar. Zelko kemudian berbicara setenang mungkin di radio: “Saya telah keluar dari pesawat,” katanya. Memang terdapat prosedur untuk meminta bantuan kepada pihak kawan dan memberi tahu bahwa kejadian tersebut adalah hal yang nyata. Zelko lalu mengucapkan kata-kata permintaan bantuan itu dengan hati-hati. 

TIM PENYELAMAT

Sementara itu di pihak tim penyelamat, menurut rencana helikopter-helikopter Pave Low pimpinan Cardoso akan terbang untuk memberikan perlindungan pada helikopter MH-60G Pave Hawk, yang akan masuk dan menjemput (jika memungkinkan), Vega 31. Komando Operasi Khusus Angkatan Udara, atau AFSOC (Air Force Special Operations Command), secara resmi adalah “pemilik” helikopter itu. Komunitas Pave Low sendiri telah beroperasi di beberapa bagian dunia itu selama bertahun-tahun. Detasemen Pave Low adalah campuran pesawat dan orang-orang dari Skuadron Operasi Khusus ke-20 dan ke-21. Satu-satunya helikopter MH-60G yang mereka gunakan adalah milik Skuadron Operasi Khusus ke-55. Ketiga unit tersebut berbasis di Pangkalan Udara Hurlburt Field, Florida, di mana AFSOC berkantor pusat. Aset udara lainnya juga ikut mengudara dalam misi penyelamatan itu. Yang paling penting adalah pesawat serang A-10 Warthog, atau Sandy, yang akan mengendalikan operasi penyelamatan. Selain itu juga terdapat sebuah pesawat tanker, pesawat pengawas lintas udara, dan beberapa pesawat lain di daerah itu. 

Pesawat-pesawat A-10 Thunderbolt II berperan penting dalam operasi SAR, seperti pada saat penyelamatan Vega 31, dalam hal mengendalikan operasi penyelamatan dan menyediakan perlindungan udara selama operasi dilakukan. (Sumber: https://fineartamerica.com/)

Pengaturan komando operasi penyelamatan malam itu terhitung rumit. Letnan Kolonel Steve Laushine, komandan SOS ke-55, terbang bersama Pave Low Cardoso sebagai komandan pasukan helikopter penyelamat. Cardoso adalah komandan penerbangan unit helikopter, yang membuatnya bertanggung jawab atas penerbangan ketiga helikopter yang digunakan, yang terdiri dari sebuah MH-53M, yang dikemudikan oleh Kapten James L. Cardoso sendiri dan Kapten John C. Glass, sebuah MH-53J yang diterbangkan oleh Kapten Shawn Cameron dan Kapten Mark Daley, dan sebuah MH-60G dengan dipiloti oleh Kapten Chad P Frank dan Kapten Matt Glover. Sementara itu Kapten John Cherrey, pilot A-10, dengan callsign ‘Sandy 01’, adalah OSC, atau komandan di tempat, yang berarti dia akan mensurvei lokasi yang akan digunakan dalam penyelamatan dan menentukan tindakan apa yang harus diambil, selain memberikan dukungan udara jarak dekat jika diperlukan. Jadi secara resmi ada 3 komandan dalam operasi itu. Cardoso mengingat: “Saat malam semakin larut, cuaca semakin buruk. Pada saat kami melanjutkan perjalanan dari perbatasan (Bosnia menuju ke Serbia), mendung turun hingga ketinggian 3.000 kaki (914,4 meter), padat, dan di bawahnya hujan turun secara berkala. Hal ini bukanlah masalah besar bagi kami di helikopter untuk terbang di bawah ketinggian 3.000 kaki, tetapi sulit bagi pesawat-pesawat lain, seperti A-10. ” 

UPAYA PENYELAMATAN

Ketika helikopter MH-53M, MH-53J, dan MH-60G lepas landas untuk mencoba menjemput pilot Vega 31, semua orang di tim penyelamat tahu bahwa Amerika Serikat telah kehilangan sebuah pesawat tempur siluman F-117 dalam pertempuran untuk pertama kalinya. Dikembangkan dalam “black program” yang super rahasia pada tahun 1980-an, dan baru diungkapkan kepada publik hanya pada tahun 1989 setelah hampir 50 unit pesawat sudah diterbangkan, “Black Jet” adalah “peluru perak” dari sistem persenjataan perang AS. Teringat salah satu peserta dalam upaya penyelamatan: “(Potensi) Mengizinkan orang-orang Serbia mendapatkan perwira senior, seorang pilot F-117, untuk dipertontonkan di depan dunia seperti piala akan mengubah seluruh perasaan, sikap, dan pemikiran bagi semua orang.” F-117 ditembak jatuh pada pukul 8:38 malam. Dan pada pukul 1:00 pagi, televisi Serbia kemudian menayangkan rekaman warga sipil yang menari di sekitar puing-puing pesawat tempur siluman yang terbakar dan berantakan, dengan nomor seri (82-806) dan tanda lainnya yang terlihat jelas. Di Aviano, Mayor Phil Haun, perwira senjata dan taktik A-10, berada di pusat operasi ketika menerima laporan bahwa Zelko jatuh. Haun bermaksud untuk meluncurkan dua A-10 lagi setengah jam setelah Cherrey terbang. Kedua A-10 ini akan disebut sebagai Sandy 41 dan Sandy 42 dan akan tersedia untuk mengawal helikopter untuk masuk dan keluar lokasi penyelamatan. Kemudian, 30 menit setelah mereka, Haun sendiri akan lepas landas dengan sepasang A-10 lainnya, yakni Sandy 51, dan Sandy 52. Diluncurkannya pesawat-pesawat A-10 ini akan memungkinkan untuk dilakukannya kontak terus menerus dengan Zelko.

Warga Serbia menari diatas reruntuhan sayap pesawat siluman F-117A Nighthawk Vega 31. (Sumber: https://www.dailymail.co.uk/)

Kembali ke Vega 31, setelah melayang beberapa saat dengan parasut, Zelko kemudian jatuh ke bumi tepat diatas ladang pertanian yang sudah dibajak dengan cermat. “Tanah itu sangat datar dan tidak ada pelindung,” katanya. “Saya ingin pergi meninggalkan lokasi pendaratan saya secepat mungkin. Saya mencoba meminimalkan gerakan dan suara dan tidak menggunakan senter saya. “Saya sadar saya bukan lagi pilot jet,” katanya. Zelko lalu menyembunyikan parasutnya, harness, dan pelampung penyelamatnya. Setelah meneliti sekitar, fokusnya sekarang adalah mencegah pasukan Serbia di dekatnya menangkapnya. “Sekarang, saya telah menjadi seperti personel Operasi Khusus, orang yang menjalankan taktik khusus dalam sebuah misi rahasia. Saya berjalan ke lokasi persembunyian awal saya, sebuah selokan irigasi yang dangkal sejauh 250 yard (sekitar 200an meter) dari posisinya jatuh, di sanalah saya tinggal sepanjang waktu”. Di sana, Zelko mengambil sebagian dari tanah berdebu Serbia dan mengoleskannya ke seluruh wajah, leher, dan tangannya. “Begitu berada di tempat itu, Zelko mengontak kembali dengan radionya. Sekarang pukul 21.58, atau satu jam, 20 menit sejak ia jatuh. “Unit pendukung skuadron saya baru saja membeli GPS genggam khusus Garman-40 seharga $ 100 K-Mart (sistem penentuan posisi global, untuk navigasi). Sebelum perang dimulai, saya meminta informasi dari perwira intelijen saya, melihat ke peta besar AOR (area tanggung jawab, artinya medan tempur), yang akan mengarahkan diri saya pada tempat di mana perbatasan negara berada, dan di mana lokasi SAR berada. (Lokasi SAR, untuk pencarian dan penyelamatan, adalah titik di peta yang dipilih secara acak dan diinformasikan kepada semua orang yang akan melakukan misi tempur, untuk digunakan sebagai titik referensi tanpa perlu menyebutkan nama lokasi secara geografis). 

Kanopi dan kursi lontar serta sayap pesawat F-117 dengan nomor seri 82-0806 di Museum Penerbangan Beograd pada akhir tahun 2018. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

“Saya telah punya gambaran secara geografis di mana letak titik SAR. Saya membuat tebakan dan ketika saya memeriksa GPS saya – butuh beberapa saat bagi peralatan itu untuk bisa terhubung ke satelit – dan titik SAR muncul di GPS. Peralatan itu memberi tahu saya bahwa saya berada di posisi 39 derajat dan 101 mil dari titik SAR. Jadi ketika saya membuka kontak, saya menginformasikan hal itu. Hal ini terbukti membuat perbedaan besar karena para penyelamat saat itu memiliki banyak tebakan tentang di mana saya berada. ” Sebagai orang yang baru saja selamat setelah pesawatnya ditembak jatuh dan pelarian, Zelko tahu bahwa penting untuk memiliki kesadaran situasional, dimana dia berada. Sayangnya, dia hanya bisa melihat dan mendengar sedikit dari posisi paritnya. Dalam kondisi ini terlintas di benaknya bahwa dia seharusnya “berbelanja” seharian penuh di L.L. Bean, termasuk membeli semacam perangkat penglihatan malam, walau hanya bertipe monocular, karena setelah bulan terbenam, tidak ada penerangan sama sekali. Setelah tiga jam, dia pertama kali melakukan kontak dengan Sandys. “Kami menjalin kontak radio dengan baik dan jelas. Sayangnya kami tidak memiliki kemampuan melindungi percakapan kami yang aman. Mereka lalu mengotentikasi saya beberapa kali. Itu berarti kami harus menggunakan teknik yang memungkinkan saya mengonfirmasi bahwa saya bukan penyamar. Kami tahu bahwa orang-orang Serbia memiliki perangkat penyadap radio taktis yang sangat baik dan hampir pasti mendengarkan.”

Pasukan Serbia di Kosovo, 21 Maret 1999. Dengan kemampuan menyadap dari pasukan serbia, pilot NATO yang jatuh di area tempur sedapat mungkin mengurangi kontak via radio dan diperlukan prosedur otentikasi berlapis untuk memastikan pilot tidak ada dibawah pengaruh/penawana pasukan Serbia. (Sumber: https://www.quora.com/)

“Pilot Sandys (Cherrey yang terbang dengan pesawat A-10) ingin tahu apakah saya telah ditangkap, apakah ini penyergapan. Helikopter-helikopter penyelamat telah mendekati saya sekarang, dan mereka siap untuk menjemput saya, tetapi mereka menahan posisi karena mereka takut saya telah ditangkap. “Sekitar 3 1/2 jam (sekitar pukul 11:30), saya kedatangan tamu, seekor anjing. Ternyata ada cukup banyak aktivitas pencarian yang sangat dekat dengan saya. Saya memiliki pistol kaliber 9 mm dengan dua klip ekstra tetapi tidak berniat menggunakannya dalam peran tempur apa pun. Saat itu hujan yang cukup lebat. Saya kemudian membuat tenda dengan salah satu peta tahan air yang saya miliki dan meringkuk di bawahnya. Ini terbukti sangat efektif. ” Untungnya, Zelko saat itu telah mengenakan beberapa lapis pakaian, dan dia memiliki insulasi ekstra untuk menjaga suhu tubuhnya. Terselip di dalam kausnya, tepat di atas jantung, ada bendera Amerika yang terlipat. Itu milik pilot muda yang telah menyiapkan folder targetnya untuk misi itu. Sementara itu, karena Sandys tidak bisa turun di bawah cuaca buruk (tidak seperti helikopter Cardoso), mereka harus mengandalkan informasi dari penerbang yang jatuh untuk memastikan keadaan di sekitar lokasi, termasuk apakah sudah aman waktunya bagi mereka untuk datang. Waktu berlalu, dan sepertinya ada hal yang salah. Awak helikopter kemudian meminta maaf kepada pilot yang jatuh, karena ingin memastikan berulang kali, mempertanyakan apakah itu benar-benar dia atau itu jebakan Serbia. “Mungkin saya ditodong senjata di kepala saya,” kata Zelko. “Mungkin saya berada di bawah tekanan. Jadi mereka bertanya, ‘Vega 31, tidak apa-apa (kami) masuk ke sana?’ Saya berpikir, ‘Jangan tanya saya itu. Saya tidak ingin itu menjadi keputusan saya. ‘Saya tidak tahu aset musuh apa yang ada di luar sana. Saya tidak tahu apakah kami memiliki helikopter dengan awak bersenjata khusus yang terlatih. Yang saya tahu bahwa pasukan musuh berada dalam jarak 100 yard dari saya, tetapi tidak tahu berapa banyak. ” Lebih banyak waktu kemudian berlalu. Di dunia Operasi Khusus, sudah menjadi kebijaksanaan umum bahwa penyelamatan dianggap tidak akan berhasil jika orang yang selamat (pilot) berada di darat selama lebih dari dua jam. Titik aman itu sekarang sudah jauh di belakang. Orang-orang Serbia juga semakin mendekati posisi Zelko. Faktanya, kemudian diperkirakan bahwa pasukan Serbia yang terdiri dari 80 tentara dan polisi sedang menyisir ladang terdekat dan telah menemukan kursi lontar Vega 31 dan beberapa jejak sepatu bot.

NOW OR NEVER

Pada suatu saat, pilot A-10, Cherrey berseru, “Vega 31, jika Anda tidak menjawab, kami tidak akan melakukan penyelamatan ini sekarang dan akan kembali lagi nanti.” Penerbang yang jatuh tahu sadar bahwa arti kata “nanti” berarti bahwa ia akan menjadi tahanan Serbia dan diarak melalui kota Beograd. “Saya diam sebentar dan kemudian berkata, ‘Ya. Ayo kita lakukan. ‘Saya merasa bahwa jika saya mengetahui bahwa saya akan ditangkap, saya masih akan memiliki cukup waktu untuk melakukan panggilan radio, mulai melakukan otentikasi dan berkata,’ Hentikan. Jangan masuk ke sini. ” Pasukan penyelamat sekarang siap untuk menjemput Zelko. Ketegangan dirasakan semua orang. Kemudian, Cherrey harus beranjak pergi karena A-10 nya kehabisan bahan bakar. Dia segera menyerahkan tugas komando di tempat kejadian kepada Haun dan wingman-nya, Kapten Joe Brosious, tapi Haun punya masalah dengan A-10 miliknya. Radio, UHF-nya, dapat menerima tetapi tidak dapat digunakan bersuara. Haun kemudian harus mengontak Brosious di radio kedua dan memberitahunya apa yang harus disiarkan di radio pertama. Ini adalah langkah kritis karena helikopter penyelamat, Zelko, dan Haun semuanya harus dapat berkomunikasi secara instan selama fase penjemputan dalam operasi, dan mereka harus melakukannya di frekuensi UHF. Selama fase ini Brosious menjadi “penyambung” suara Haun. 

Untuk membungkam radar pelacak pasukan serbia, pesawat F-16 dikerahkan untuk menembakkan rudal anti radar AGM-88 HARM. (Sumber: https://www.aviationarthangar.com/)

Sementara itu, Cardoso, dengan MH-53-nya, terbang memimpin didepan dengan MH-53 kedua dan MH-60 dalam formasi trail di setiap sisi. Semua orang di dalam helikopter menggunakan kacamata penglihatan malam saat mereka melanjutkan penerbangan di ketinggian puncak pohon untuk menghindari tangkapan radar Serbia, senjata anti-pesawat, dan lampu sorot, tetapi muncul bahaya lain. Saat Cardoso memimpin penerbangan, salah satu anggota krunya melihat ada kabel listrik dan berteriak, “Kabel! Kabel! Kabel! Menanjak! Menanjak!” Secara naluriah, Cardoso menarik kembali kendali helikopternya dan formasi itu terlepas dari bahaya. Mereka kemudian turun kembali ke tingkat ketinggian puncak pohon dan melanjutkan  penerbangan menuju posisi Zelko. Saat helikopter menyeberang ke wilayah udara Serbia, situs rudal permukaan-ke-udara lawan segera diaktifkan dan mulai mencari keberadaan pesawat sekutu. Diatas mereka, sebuah pesawat tempur F-16CJ kemudian meluncurkan Rudal Anti-Radar Berkecepatan Tinggi. Haun melihat rudal itu jatuh ke dalam awan. Tak lama kemudian situs radar lawan dengan segera berhenti beroperasi. Sementara itu, Cardoso berkata, “Kami telah menghabiskan waktu sepanjang malam mencoba untuk sampai ke titik ini – penjemputan. Sekarang, kami tidak dapat menemukannya. Saat itu sangat gelap. Kami mengharapkan munculnya cahaya strobo inframerah. Kami berbicara dengan Vega 31. Kami tahu dia sudah dekat. Kami melakukan beberapa lintasan untuk menemukannya, tiga helikopter kami menyebar dalam formasi longgar sehingga kami dapat melakukan manuver seperlunya, namun tetap tidak dapat melihatnya. Kami lalu melihat beberapa truk di dekatnya. Tapi kami tidak bisa melihat strobo nya. Kami mulai tidak yakin bahwa operasi ini akan berhasil. “

Kapten Jim Cardoso, komandan penerbangan helikopter tim penyelamat Vega 31. (Sumber: https://valor.militarytimes.com/)

 Zelko, setelah menyampaikan pesan lewat radio bahwa strobo-nya tidak berfungsi (pesan yang tampaknya tidak sampai), mempertimbangkan untuk membimbing tim penyelamat dengan peluru pistol suarnya. “Saya punya peluru suar, dan Tuhan ‘memberkati orang-orang yang mempersiapkan perlengkapan darurat kami’, perangkat itu semua ternyata terbungkus dalam lakban, artinya tidak mungkin bagi saya untuk bisa mempersiapkannya gunq digunakan dengan cepat. Saya berpikir, ‘Ini akan memakan waktu beberapa menit untuk mempersiapkan peralatan sialan ini. Selain itu, saya tidak ingin menembak pistol suar ini ribuan kaki ke udara karena itu akan memberitahukan posisi saya kepada semua orang sejauh bermil-mil. ” Co-pilot Cardoso, Kapten John Glass, sekarang berbicara lewat radio. Dalam kontak langsung pertama antara kru Pave Low dengan penerbang yang jatuh, Glass menyarankan untuk menggunakan peluru suar biasa. Zelko mengenang: “Saya menyalakan suar itu hanya selama dua detik dan kemudian memadamkannya. Mereka kemudian memberi tahu saya bahwa suar ini segera menarik perhatian mereka. Mereka telah menggunakan perangkat penglihatan malam selama berjam-jam dan sinyal seperti itu segera terlihat jelas. Mereka berada sekitar satu mil dari saya pada saat itu dan memutuskan bahwa helikopter MH-60G akan dengan cepat mengambil saya dan pergi. Mereka sangat cemas dengan aktivitas kendaraan Serbia di sekitar saya. “

Pada malam hari dengan penglihatan minim, para kru helikopter penyelamat mengandalkan perangkat penglihatan malam untuk mengamati kondisi sekitar. (Sumber: https://www.af.mil/)

Di helikopter Pave Low, Cardoso bermaksud untuk terbang berputar dan memberikan dukungan tembakan jika diperlukan. MH-60G “berada di belakang kami,” kata Cardoso, “dan melakukan pendekatan yang sangat agresif dengan mengira-ngira posisi yang tepat yang pada dasarnya, bekerja dengan hanya mengandalkan kacamata penglihatan malam. Pilot MH-60G mendaratkan helikopter dan mengambil Vega 31 yang berada tepat hampir di ujung rotor. ” Saat itu pukul 3:38 pagi, atau sekitar tujuh jam setelah Zelko menyelamatkan diri, ketika Kapten Chad Franks menurunkan helikopter MH-60G-nya ke tanah. “Itu adalah 30 detik terlama yang pernah saya habiskan di tanah,” kata Franks. “Saat dia menyalakan suar, kami berada tepat di atasnya, jadi kami melakukan autorotasi di atasnya. Kemudian, kami terhuyung-huyung karena kami telah membuat kesepakatan dengan pararescue jumpers, atau PJs, bahwa kami akan selalu menjemput orang yang selamat pada posisi jam satu. Saat ini, kami yakin dia adalah pilot F-117 yang kami cari, tetapi yang ada di benak saya adalah bahwa itu mungkin dia, tetapi dia mungkin berada dalam tawanan orang-orang Serbia. ” kondisi saat itu sangat gelap sehingga ketika MH-60G-nya mulai turun, ia menempatkan satu ujung rotor di posisi Zelko, yang sayangnya dia tidak bisa melihatnya. Zelko akhirnya melihat bagian atas helikopter, yang mulai bersinar karena diterangi oleh debu di udara, yang menciptakan listrik statis dari bagian tepi depan rotornya. Di kokpit MH-60G, Franks mencoba untuk melihat korban yang selamat. 

Personel pararescue jumper (PJ) bersiap untuk melakukan operasi penyelamatan di malam hari. Personel PJ selain harus bisa mendeteksi korban yang akan diselamatkan, juga harus mampu menyediakan perlindungan hingga korban dapat diangkut kedalam helikopter yang melakukan evakuasi. (Sumber: https://www.af.mil/)

“Dia berdiri dan saya melihatnya sendirian,” kata Franks. “Dia mengontak di radio dan meminta izin untuk bisa naik helikopter. PJs saya dan pengawas tempur keluar dan menariknya dan membawanya ke helikopter, sementara crew penembak minigun di helikopter menyiagakan senjatanya sambil mengawasi kemungkinan adanya musuh. ” Pararescuemen, atau PJs, yakni SSgt. Eric Giacchino dan SrA. John M. Jordan memastikan bahwa Zelko tidak terluka dan sesuai dengan profil, ukuran, dan gambaran dari pria yang mereka cari, memastikan bahwa ia bukanlah orang Serbia yang berpura-pura menjadi penerbang AS. Mereka kemudian menempatkannya di belakang MH-60G dan menyusul naik ke helikopter. Frank lalu lepas landas. Helikopternya mengangkut Zelko yang selamat ke Tusla. Di sana, dia dipindahkan ke sebuah pesawat MC-130 Combat Talon dan melanjutkan terbang ke markasnya di Pangkalan Udara Aviano, Italia. “Penyelamatan saya dilakukan hanya dengan bantuan walkie-talkie, peluru suar dan perangkat GPS seharga $ 100, menjadi bukti betapa krusialnya faktor manusia dalam operasi penyelamatan semacam ini,” kata Zelko kemudian. Di dalam pesawat C-130 yang terbang ke Aviano, mencoba bersantai, di tengah ketegangan tinggi setelah diselamatkan, Zelko membawa kantong plastik di sampingnya dengan perlengkapannya di dalamnya. Dia mulai mendengar suara detak. Saat itulah strobo infra merah sialan, yang tidak berfungsi saat dia membutuhkannya untuk menyelamatkan hidupnya, mulai beroperasi. Melihat ini, Zelko berkata, ‘Kamu pasti bercanda.’ ”

PENUTUP

Kapten James Cardoso (paling kanan) dengan awak MH-53-nya pada saat penyelamatan pilot F-117. (Sumber: https://www.flying-tigers.co.uk/)

Pada tanggal 2 Mei 1999, Brigade Rudal Pertahanan Udara ke-250 Serbia kembali menembak jatuh pesawat NATO, kali ini korbannya sebuah pesawat tempur F-16 USAF yang dipiloti oleh oleh calon Kepala Staf Angkatan Udara Amerika Serikat, David Goldfein. Pada tahun 2020, seorang pilot F-117A mengklaim bahwa F-117A milik wingman-nya telah rusak oleh rudal permukaan-ke-udara Yugoslavia setelah insiden Vega 31 tanggal 27 Maret 1999, tetapi berhasil kembali ke pangkalan. Insiden ini kemudian tetap dirahasiakan dan hanya beberapa detailnya yang telah terungkap. Sementara itu, mengenai penembakan F-117 yang dipiloti Zelko, foto-foto yang beredar menunjukkan bahwa pesawat itu menghantam tanah dengan kecepatan rendah dalam posisi terbalik, dan badan pesawat relatif utuh. Beberapa bagian dari puing-puing F-117 ini kemudian dipamerkan di Serbia Museum of Aviation di Beograd, potongan reruntuhan lainnya dilaporkan dikirim ke Rusia dan China, untuk digunakan dalam mengembangkan teknologi anti-siluman. Bagian karet kecil dari pesawat itu sempat ditampilkan sebagai “suvenir” bagi wartawan Barat oleh panglima perang Serbia Arkan selama pemboman NATO. AU Amerika lalu menghentikan penggunaan F-117 secara resmi pada tahun 2008. Kolonel Zoltán Dani, yang baterai pertahanan udaranya sukses menembak jatuh pesawat siluman itu, sekarang diketahui menjalankan bisnis toko roti, sedangkan Dale Zelko sendiri, sekarang sudah pensiunan dari Angkatan Udara A.S, dan sempat bertemu dengan Dani pada tahun 2011. Sejak saat itu mereka menjalin persahabatan.

Pada tahun 2008, pesawat siluman F-117 Nighthawk dipensiunkan setelah berdinas selama 25 tahun dalam Angkatan Udara Amerika Serikat. (Sumber: https://www.quora.com/)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

The Rescue of Vega 31: How special ops forces saved an F-117 pilot in Serbia BY ROBERT F. DORR – APRIL 28, 2015

The Night They Saved Vega 31 By Darrell Whitcomb; Dec. 1, 2006

7th Fighter Squadron “Screamin Demons”, “Vega 31” “Operation Allied Force” , and Calibre Wings Updates; 03/05/2019 By Richard Darling

https://en.m.wikipedia.org/wiki/1999_F-117A_shootdown

Exit mobile version