Sejarah Militer

Senapan Mesin Ringan RPD: Malang Melintang dari Era Perang Vietnam, Timor-Timur, Hingga Film Warkop DKI

RPD (Bahasa Rusia: ручной пулемёт Дегтярёва Ruchnoy Pulemyot Degtyaryova, Inggris: senapan mesin genggam Degtyaryov) adalah senapan mesin ringan kaliber 7,62x39mm yang dikembangkan di Uni Soviet oleh Vasily Degtyaryov untuk menembakkan peluru medium 7,62 × 39mm M43. Senapan mesin ini dibuat untuk menggantikan senapan mesin DP yang dilengkapi dengan peluru kaliber 7.62 × 54mmR. RPD merupakan senjata yang cukup maju pada masanya, namun segera setelah diadopsi secara luas dengan cepat digantikan oleh senjata api lainnya yang lebih superior. Senapan ini kemudian menjadi pendahulu dari kebanyakan senjata otomatis regu. Keberadaan RPD dalam dinas militer Soviet sendiri telah digantikan oleh senapan RPK, pada tahun 1960an, meski hal ini tidak menghalanginya untuk tetap ada tersimpan di gudang-gudang senjata dan digunakan secara luas di berbagai penjuru dunia hingga kini.

Sejak kelahirannya pada masa-masa jelang berakhirnya Perang Dunia II, senapan mesin ringan RPD telah malang melintang di berbagai belahan dunia, dan terlibat dalam berbagai konflik bersenjata yang tidak terhitung jumlahnya. (Sumber: https://soldat.pro/)

SEJARAH PENGEMBANGAN

Vasily Degtyaryov sang perancang RPD, adalah salah satu perancang senjata Soviet yang berhasil melewati berbagai rintangan dan bertahan hidup di akhir era Kekaisaran Rusia Czar dan masih bisa turut bekerja bagi rezim Komunis yang baru. Selama karirnya yang panjang, dia telah menciptakan beberapa jenis senapan mesin, senapan mesin ringan, dan bahkan senjata anti-tank. Degtyaryov, yang kemudian naik pangkat sebagai Mayor Jenderal Dalam Unit Teknik dan Artileri, adalah seorang doktor ilmu teknik dan kemudian dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Buruh Sosialis. Dia sebenarnya adalah penerima kedua dari gelar kehormatan itu setelah Joseph Stalin sendiri! Senapan mesin ringan RPD yang inovatif, meski masih jauh dari sempurna adalah karya terakhir yang signifikan dari Degtyaryov bagi militer Tentara Merah. Silsilah dari senapan mesin ringan RPD ciptaan Degtyaryov, sebenarnya bisa ditarik kembali ke masa tahun 1921, ketika Degtyaryov mulai mengerjakan desain senapan mesin ringan yang dioperasikan dengan gas dan mudah diproduksi, yang lalu diadopsi oleh Tentara Merah pada tahun 1928, yakni senapan mesin ringan DP-1928. Senapan mesin DP dirancang untuk menembakkan peluru kaliber 7.62x54R yang sama dengan yang digunakan pada senapan infanteri Mosin-Nagant tahun 1891. Selubung kartridnya memiliki rim besar yang tidak biasa sehingga tidak cocok untuk disimpan dalam magazine berbentuk kotak. Akibatnya, DP kemudian menggunakan magazine berbentuk drum datar berisi 47 peluru yang diumpankan kedalam senapan dari atas. Kehadiran StG44 Jerman sebagai senapan serbu (kategori senjata baru) pertama di dunia lalu memperkenalkan penggunaan peluru kaliber “menengah” yang lebih kecil dari kartrid senapan standar tetapi lebih besar dari peluru pistol yang digunakan pada submachine gun (mitraliur). Di Jerman, mereka adalah peluru Kurz (pendek) kaliber 7,92x33mm sebagai peluru kaliber menengah, dan segera setelah itu perancang senjata ringan Soviet menciptakan peluru M43 kaliber 7,62x39mm bagi Tentara Merah, yang nantinya akan digunakan pada senapan serbu AK-47 dan senapan karaben SKS. Pengujian peluru baru kaliber 7,62×39 mm menunjukkan keefektifannya yang cukup handal saat digunakan untuk menembak sasaran pada jarak hingga 800 m. Analisis di medan pertempuran, pada gilirannya, menunjukkan bahwa jarak tembak seperti itu cukup memadai untuk senjata baru yang akan digunakan dalam konflik-konflik di masa depan.

Vasily Degtyaryov, perancang senapan mesin ringan RPD. Degtyaryov kemudian dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Buruh Sosialis dan penerima kedua dari gelar kehormatan itu setelah Joseph Stalin sendiri! (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Pada tahun 1943 Degtyaryov dan tim desainnya mulai mengerjakan senjata untuk menggunakan peluru dengan selongsong peluru kaliber 7,62x39mm itu, yang  pada akhirnya memungkinkan senjata dibuat lebih kompak dengan beban amunisi yang lebih ringan, yang mampu memenuhi kebutuhan senjata otomatis tingkat regu. Pembuatan senapan baru ini diperlambat oleh keadaan darurat perang, di mana senapan DP lama masih sangat dibutuhkan dan sebagai tindakan sementara Degtyaryov memperkenalkan DPM, dengan pegas utama yang diposisikan ulang dan adanya pegangan pistol dari kayu, dekat rumahan pelatuknya, fitur yang tidak ada pada tipe DP-1928 asli. Baru memasuki jalur produksi pada tahun 1945, DPM terlambat untuk bisa digunakan pada masa perang dunia II, tetapi kemudian menjadi standar bagi Uni Soviet dan sekutunya — termasuk Tentara Pembebasan Rakyat China dan Tentara Vietnam Utara  — hingga tahun 1960-an. Setelah itu senapan mesin ringan RPD kemudian dengan cepat menggantikan senapan mesin DPM di berbagai negara yang dekat dengan Soviet.

DP-28, senapan mesin ringan karya Degtyaryov, sebelum merancang RPD. Beberapa sistem dari senapan mesin RPD diambil dari desain DP-28. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Taktik kombinasi serangan infanteri dan tank pasukan Soviet saat Perang Dunia II menunjukkan bahwa pihak tentara merah membutuhkan senjata otomatis yang ringan dan ringkas namun memiliki kepadatan volume tembak yang tinggi. Dari kebutuhan inilah, senapan mesin ringan RPD lahir. (Sumber: https://www.pinterest.ch/)

RPD sendiri lahir dari proyek senapan mesin ringan Baru Soviet yang dimulai pada tahun 1943. Pengalaman dari medan perang dengan jelas menunjukkan akan perlunya interaksi yang erat antara pasukan infanteri, tank dan unit artileri, di satu sisi, dan peningkatan peran mortir dalam memberikan dukungan tembakan pada pasukan infanteri, di sisi lain. Sementara itu pasukan infanteri diketahui membutuhkan kepadatan tembakan maksimum dari senjata ringan mereka pada jarak 400-600 m, dan senjata otomatis tingkat regu hingga jarak 800 m. Pada saat yang sama, pertempuran di berbagai kondisi medan, seperti di parit, bangunan, hutan, dan pegunungan, membutuhkan senjata yang ringan, berukuran kompak, dan mobile, serta cukup mampu menyemburkan tembakan dari berbagai posisi, termasuk di atas kendaraan tempur dan kendaraan transport. Pihak militer kemudian pada intinya menginginkan senjata yang relatif ringan dengan daya tembak setinggi mungkin. Selain itu, senjata model baru harus bisa mengatasi kekurangan yang melekat pada desain senapan mesin DP / DPM yang sudah ada. Menanggapi kebutuhan senjata yang diinginkan oleh Angkatan Darat Tentara Merah tersebut, tiga desainer senjata Soviet terkemuka menyerahkan desain mereka sendiri, yakni: Vasily Degtyaryov, Sergei Simonov, dan Alexei Sudayev. Dengan memanfaatkan pengalamannya dalam membuat senapan mesin ringan, Degtyarev mengusulkan beberapa varian dari senjata baru tersebut. Dengan sistem penembakan otomatis berdasarkan tenaga gas yang serupa dengan sistem senjata sebelumnya, Degtyarev berfokus pada desain sistem asupan amunisi senjata baru yang akan dibuat. Awalnya, Degtyarev menyarankan untuk menggunakan magazine bundar seperti yang digunakan pada senapan mesin DP, dan juga mempertimbangkan kemungkinan untuk membuat kotak magazine yang dapat dilepas. Namun, analisis dari berbagai proposal menunjukkan bahwa yang terbaik adalah menggunakan power tape. Setelah menjalani beberapa proses pengujian dan peningkatan, salah satu prototipe, yakni karya Degtyarev dipilih dan diberi nama sebagai RD-44. Dan pada bulan Agustus 1944, senapan mesin ringan Degtyarev dan senapan otomatis Sudayev dinyatakan lulus uji. Pabrik Kovrov No. 2 kemudian diperintahkan untuk membuat 1000 senapan mesin ringan. Persiapan contoh produksi dari sistem senjata ringan yang baru muncul pada masa-masa akhir Perang Dunia II ini dikerjakan berdasarkan surat perintah No. 0114 tanggal 16 Juni 1945, yang ditandatangani oleh Wakil Komisaris Jenderal Pertahanan Angkatan Darat N. A. Bulganin, yang berbunyi sebagai berikut: 

Peluru medium kaliber 7.62x39mm amunisi utama yang digunakan oleh senapan serbu varian AK-47, karaben SKS, dan senapan mesin ringan RPD. (Sumber: https://www.surplusammo.com/)

Uji coba senapan mesin ringan Degtyarev dan senapan otomatis Sudayev pada musim panas 1945 juga dilakukan di Distrik Militer Leningrad dan Kelompok Pasukan Pendudukan Soviet di Jerman. Senapan mesin ringan Degtyarev lalu mendapat sebutan sebagai “senapan mesin manual 7,62 mm Degtyarev tahun 1944 (RPD)” dan menjadi model yang diadopsi secara resmi pertama kali menurut sample tahun 1943. Senapan mesin produksi pertama memiliki kotak peluru terpisah dengan penghubung khusus power tape, tetapi kemudian akhirnya kotak peluru dibuat terpasang langsung pada senapan mesin. Pengaturan ini memungkinkan untuk meningkatkan laju penembakan sambil tetap mempertahankan kemampuan manuver dan kesiapan tempur dari penggunanya. Dengan kotak peluru selalu terpasang dengan senapan mesin, penembak senapan mesin dapat dengan cepat mengubah posisi dan melepaskan tembakan tanpa perlu bantuan dari kru senjata kedua. Selama proses perbaikan desain, peluru model tahun 1943 itu sendiri mengalami beberapa perubahan, dengan peluru mulai menggunakan inti baja dan bentuknya yang dimodifikasi, sedangkan selongsongnya diperpendek, dan peluru khusus versi itu juga dibuat. 

Pasukan China menggunakan senapan mesin ringan Type 56, copy dari senapan mesin RPD. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Pengujian lanjutan dari RPD terus dilakukan bersama dengan senapan mesin dari desainer lain. Jadi, pada tahun 1947, senapan mesin karya EK Alexandrovich, MM Goryunov, VI Solov’ev, VK Yegorov juga turut diuji. Namun, RPD tetap menjadi yang terbaik, dan setelah menjalani perbaikan yang sesuai, RPD diproduksi di pabrik Kovrov No. 2. Pada tahun 1948, pabrik tersebut telah memproduksi satu batch 250 senapan mesin RPD yang telah diperbaiki. RPD secara resmi diadopsi pada tahun 1948, walau pengiriman senjata dalam skala besar tidak akan dimulai sampai tahun 1953. Selama Perang Vietnam, senapan mesin RPD dan salinan China-nya (Tipe 56) digunakan untuk Viet Cong (VC) dan Tentara Rakyat Vietnam (Vietnam Utara) sebagai senapan mesin ringan standar mereka. Namun, setelah diperkenalkannya senjata pendukung yang merujuk pada pola operasi senapan serbu Kalashnikov, seperti senapan mesin RPK dan PK pada tahun 1960-an, RPD mulai ditarik dari sebagian besar unit garis depan dari negara-negara, yang saat ini dikenal sebagai negara-negara bekas anggota Pakta Warsawa. Namun demikian, RPD tetap aktif dipakai di banyak negara Afrika dan Asia. Selain dibuat di negara-negara bekas Uni Soviet, senjata itu juga diproduksi di Cina (sebagai Type 56 dan Type 56-1 LMG), Mesir, Korea Utara (Type 62) dan, sejak 1956, dibuat juga oleh Polandia.

DESAIN & SISTEM OPERASI

Sistem otomatis pada senapan mesin RPD dibuat berdasarkan tenaga gas dengan batang piston yang panjang. Skema umum sistem otomatisasi ini sebagian dimodifikasi dari sistem yang sudah ada pada senapan mesin DP. Khususnya, untuk meningkatkan karakteristik tertentu, pengaturan gas memungkinkan untuk mengubah jumlah gas sisa penembakan yang bisa masuk ke dalam piston. Desain regulator gas disediakan dalam 3 posisi dari posisi nomor dari “1” hingga nomor “3”. Dalam kondisi normal, regulator harus disetel ke posisi “2”, di mana sistem operasi otomatisasi normal penembakan dilakukan pada kecepatan 650 peluru per menit. Posisi №3 memiliki penampang yang lebih besar dan dimaksudkan untuk membantu menembak ketika senjata terkontaminasi oleh kotoran. Posisi №1, pada gilirannya, memiliki diameter paling kecil dan memungkinkan untuk mengurangi laju penembakan. Meskipun menggunakan beberapa sistem yang sudah ada sebelumnya, senapan mesin RPD sangat berbeda dari senapan mesin DP dan DPM. Receiver dari senjata baru itu dibuat baru sedari awal, yang terdiri dari receiver bagian bawah dan penutup atasnya yang berengsel. Selain itu, bagian belakang receiver terdapat bagian yang disebut sebagai trigger frame, di mana terdapat detail mekanisme penembakan, pegangan penembakan dan popor senapan. Di dalam receiver senapan terletak rumahan bolt. Pada bagian depan boks receiver terdapat dudukan untuk pemasangan laras dan tabung piston gas. Sistem penguncian laras dengan bantuan lugs divergen-nya mirip dengan senapan mesin DP, tetapi memiliki beberapa perbedaan. Pegas pada sistem penembakan terletak di bagian belakang receiver dan di dalam bagian logam popor. Ketika bolt carrier bergerak maju karena aksi pegas, bolt akan mendorong peluru masuk ke dalam kamar peluru. Gerakan selanjutnya maka pin akan memukul ujung pantat peluru pada saat picu ditekan. Tekanan gas dari bubuk yang keluar dari laras melalui lubang ventilasi menggeser piston dan slide frame. Karena aksi itu, pin pemukul akan bergeser ke belakang berhenti di tempatnya. Bolt yang bergerak mendorong selongsong peluru yang telah ditembakkan, dan membuangnya keluar lewat port terbuka. Keluarnya selongsong akan membawa bolt ke bawah. Saat bergerak maju, bolt carrier, yang menggunakan sistem dua tuas, menggerakkan pengumpan akan membuka ruang sehingga bisa membawa amunisi baru masuk ke kamar peluru. Mekanisme picu pada senapan mesin RPD memiliki desain yang sederhana dan hanya memungkinkan penembakan dalam  mode tembakan semburan. Saat pelatuk ditekan, tuas pelatuk bergeser, setelah itu bolt carrier dibuka dan kemudian penembakan terjadi. RPD tidak memiliki fitur penembakan semi-otomatis (dimana setiap pelatuk ditekan hanya sebuah peluru ditembakkan, berbeda dengan tembakan otomatis dimana senjata akan terus menembakkan peluru selama amunisi tersedia dan pelatuk terus menerus ditekan), meskipun demikian penembak RPD dilatih untuk menembak dalam tembakan singkat untuk memperpanjang umur laras yang tidak dapat diganti dengan cepat. Pengalaman dari pengoperasian senapan mesin ringan yang sudah ada menunjukkan bahwa penembakan singkat memungkinkan penembak senapan mesin menembakkan semua amunisi yang dapat dibawanya tanpa membuat laras terlalu cepat panas. Dengan demikian, fitur penggantian laras dianggap tidak memberikan keuntungan yang nyata, bahkan mempersulit dan membebani senjatanya. Kebutuhan membawa laras cadangan juga dianggap tidak nyaman dan menambah beban yang harus dibawa prajurit operator senapan mesin.

Bagian-bagian dari senapan mesin ringan RPD saat diurai. (Sumber: https://soldat.pro/)
Mekanisme pengisian peluru senapan mesin ringan RPD saat dibuka. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

RPD memasukkan amunisi dari sisi kiri dengan menggunakan sabuk logam, tautan terbuka, non-disintegrasi yang biasanya menampung 100 butir amunisi 7,62×39. Tidak seperti banyak senjata otomatis yang disuplai dengan dengan amunisi dari sabuk peluru lainnya, di mana peluru harus ditarik keluar dan kemudian didorong ke depan ke dalam ruang peluru, RPD menggunakan desain yang lebih sederhana “push through” di mana peluru didorong keluar bagian depan sabuk dan masuk ke dalam ruang peluru. Setidaknya tiga varian sabuk peluru RPD yang diproduksi. Rusia dan Hongaria sama-sama memproduksi sabuk dengan rangkaian 50 peluru, sedangkan China memproduksi sabuk dengan rangkaian 25 peluru. Sabuk RPD Rusia menahan peluru di tempatnya menggunakan alur ekstraktor. Sedangkan Hongaria merancang sabuk yang lebih sederhana yang menahan kartrid di tempatnya menggunakan tab berbentuk “L” di bagian belakang sabuk. Sementara itu pihak China meniru desain Hungaria untuk sabuk pelurunya, meskipun panjangnya masing-masing sabuk hanya menampung 25 peluru, bukan 50. Segmen  dari sabuk RPD ini kemudian dihubungkan menggunakan amunisi yang menyatukan mata rantai terakhir dari sabuk pertama dan mata rantai pertama dari sabuk berikutnya. Ketika peluru terakhir di sabuk peluru ditembakkan, segmen sabuk ini tersebut terputus dan jatuh, mengurangi kemungkinan sabuk yang sudah kosong tersangkut atau terjerat. Terlepas dari jenis sabuk yang digunakan, RPD biasanya disuplai dengan menggunakan 100 butir amunisi yang saling terkait. Sabuk peluru RPD buatan Rusia, Hongaria, dan China semuanya dapat dipertukarkan, dan dapat dihubungkan bersama tanpa mempengaruhi sistem suplai peluru dari senapan RPD yang digunakan. Gabungan dari beberapa segmen sabuk disimpan dalam drum logam yang dipasang ke dudukan pada receiver, dengan total kapasitas 100 peluru. Sementara itu, RPD juga dapat disuplai peluru dari sabuk yang tidak terdapat di dalam drum jika, misalnya, diperlukan lebih dari 100 butir amunisi pada satu waktu. Sistem suplai peluru kemudian dioperasikan oleh roller yang terhubung ke reciprocating bolt carrier assembly. Kelemahan penting dalam desain amunisi yang tersimpan dalam drum adalah jenis ini tidak dapat diandalkan dalam kondisi kotor; karena dalam kondisi seperti itu sistem pengisian seperti itu bisa tersumbat oleh kotoran dan elemen alam lainnya. 

Drum peluru senapan mesin ringan RPD dan tas pembawanya. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

RPD dilengkapi dengan satu set pembidik besi tipe terbuka. Perangkat ini terdiri dari pembidik bagian depan dan pembidik belakang berlekuk yang dipasang pada garis yang saling singgung. Pembidik depan dan belakang pada RPD dapat disesuaikan dengan windage (perkiraan kekuatan angin yang dapat mempengaruhi alur balistik dari peluru yang ditembakkan) dan ketinggian. Pembidik bagian depan disesuaikan ke atas atau ke bawah untuk ketinggian dengan menggunakan alat yang disertakan dalam kit pembersih yang dibagikan pada masing-masing senapan. Untuk mengatur pembidik depan guna menyesuaikan windage, digunakan peralatan yang lebih kecil yang juga termasuk dalam kit pembersih standar dan dapat digunakan untuk melonggarkan retaining bolt pada penjepit pembidik depan. Pembidik bagian depan kemudian dapat disetel ke kiri atau kanan untuk mendapatkan pengaturan windage yang diinginkan, setelah itu retaining bolt dipasang kembali untuk mengunci setelan bidikan pada tempatnya. Sementara itu, pembidik belakang disesuaikan ketinggiannya dengan menggunakan penggeser. Pembidik belakang memiliki satuan dengan kelipatan 100 meter untuk jarak 100 hingga 1.000 meter. Settingan windage untuk pembidik belakang diatur dengan menggunakan kenop yang ada di sisi kiri pembidik belakang. Karena pembidik depan RPD harus dibongkar sebagian untuk menyesuaikan windage, dalam praktiknya pembidik depan akan di-nol-kan untuk windage dan kemudian dikunci pada tempatnya. Untuk mempermudah settingan windage di lapangan, pada akhirnya akan dilakukan dengan menggunakan kenop pada pembidik belakang, tanpa mengubah settingan pada pembidik depan. Sejumlah RPD diketahui dilengkapi dengan rel pada bagian samping (dipasang di sisi kiri receiver) untuk dipasangi perangkat penglihatan penglihatan malam NSP-2.

Pembidik belakang RPD. Pembidik belakang RPD memiliki settingan jarak dari 100 hingga 900 meter dengan kelipatan 100 meter. (Sumber: https://www.militarytimes.com/)
Menembakkan senapan mesin RPD dengan bipod terpasang. (Sumber: https://augfc.tumblr.com/)

Untuk penggunaan yang lebih nyaman, senapan mesin Degtyarev dilengkapi dengan popor kayu, pegangan pistol, dan pegangan depan. Popor dipasang pada dasar logam di bagian belakang rangka pelatuk. Juga pada bagian tersebut disediakan mounting grip pistol untuk kontrol penembakan. Pegangan pada bagian depan terdiri dari dua bagian kayu terpisah dan gasket logam. Pegangan ini terpasang di bagian depan receiver. Bentuk pegangan depan yang unik dengan dua takik di atas dan di bawah dikaitkan dengan metode penembakan yang direkomendasikan. Saat menembak dari bahu, penembak senapan mesin harus menopang senjata ke ujung bawah pegangan depan. Penembakan “dari pinggul” dilakukan dengan menggunakan selempang atau tali senapan. Dalam hal ini, tali senapan mendistribusikan kembali beban di bahu, yang memungkinkan satu tangan memegang kenop pengatur tembakan, dan yang kedua – untuk mengimbangi dampak tembakannya, memegang senapan mesin di bagian ujung depan. Untuk meningkatkan akurasi penembakan, senapan mesin RPD dilengkapi dengan bipod. Pengencang bagian bipod terletak tepat di belakang pembidik depan. Desain bipod memungkinkan mereka untuk bisa dilipat dan dipasang pada posisi itu. Saat dilipat, bipod terpasang di bagian bawah laras. Saat melepas kait, bipod akan terbuka ke samping dan dipertahankan dalam posisi ini dengan menggunakan pegas. Aksesori standar pada RPD termasuk dan selempang tali gantungan senjata, drum amunisi dan sabuk peluru tambahan (baik dalam bentuk sabuk atau kantong bahu), botol minyak, batang pembersih (dibawa dalam slot di sisi kiri receiver). Peralatan tambahan ini dapat disimpan dalam kompartemen di dalam popor atau kotak terpisah. Kit pembersih senjata tersimpan dalam kotak logam persegi panjang yang biasanya berisi alat dan suku cadang, sebagai berikut: pin punch (digunakan untuk membongkar bolt), sikat pembersih, multi-tool (termasuk obeng, kunci pas kecil dan besar yang digunakan untuk mengatur pembidik depan dan sistem gas, masing-masing, dan notch untuk memasang dan melepas cleaning jag pada cleaning rod), broken case extractor, alat penyesuai pembidik depan, alat pengatur tabung gas, alat untuk membesarkan lubang port gas, ekstraktor cadangan, pegas ekstraktor cadangan, firing pin cadangan. RPD panjangnya 40,8 inci (103,632 cm) dengan laras burukuran 52 cm dibandingkan dengan panjang keseluruhan 43¾ inci (111,125 cm) pada senapan M60 GPMG buatan Amerika. RPD juga lebih ringan, dimana berat kosongnya 16,31 pon (7,4 kg) dibandingkan dengan berat 23,15 pon (10,5 kg) yang membuat senapan mesin M60 mendapatkan julukan “babi”. RPD memiliki jangkauan efektif hingga 800 meter dengan kecepatan peluru saat meninggalkan laras sekitar 700 meter per detik. Meskipun RPD cukup ringan untuk digunakan sebagai layaknya senapan otomatis besar, namun penempatan magazine senapan ini membuat pengoperasiannya sulit karena amunisi dapat bergesekan dengan lengan penembak jika dipegang seperti senapan. Diluar beberapa kelemahannya, RPD meninggalkan “warisan desain” sebagai senapan mesin pertama yang menggunakan peluru kaliber medium dan berfungsi sebagai pendahulu dari senjata otomatis regu (SAW) modern.

VARIAN DAN MODIFIKASI 

Selama masa dinasnya, RPD telah dimodernisasi beberapa kali. Awalnya, blok gas dimodifikasi seperti halnya pembidik belakang, di mana kenop penyesuaian windage untuk pembidik belakang dipindahkan ke sisi kiri notch. Kemudian, RPD dimodifikasi dengan mekanisme non-reciprocating cocking mechanism dengan ‘charging handle’ yang bisa dilipat (menggantikan  ‘fixed charging handle’ yang terhubung ke bolt carrier yang tidak bergerak selama penembakan). Port pengisian peluru kemudian menerima pelindung debu, yang bila terbuka, berfungsi sebagai jalur pengumpanan untuk sabuk amunisi. Versi senapan mesin ringan ini diproduksi terutama di China dan Polandia. Varian yang dimodifikasi lebih lanjut (kadang-kadang disebut sebagai RPDM) mencakup perbaikan pada silinder gas yang bisa diperpanjang dan mekanisme recoil buffer dalam popornya. Varian RPD produksi akhir juga memiliki attachment drum tetap yang dilepas (sebagai gantinya, wadah amunisi “digantung” pada penutup port feed) dan dilengkapi batang pembersih lipat, yang disimpan di popor senjata (ada dalam varian Type 56-1 buatan China) ). Menurut catatan Uni Soviet menghasilkan lima varian RPD yang kemampuannya terus ditingkatkan. Yang pertama memiliki piston gas yang dipasang di atas spigot gas, tidak ada penutup debu, gagang pengokang yang kaku, dan kenop windage di sebelah kanan pembidik belakang. Versi produksi kedua memiliki fitting piston gas yang dipasang ke dalam sebuah silinder, dan kenop windage dipindahkan ke sebelah kiri pembidik belakang. Versi ketiga, mereka yang menambahkan pelindung debu ke dalam mekanisme pengumpanan peluru dan gagang pengokang lipat model non-reciprocating. Versi ketiga ini menjadi dasar desain senapan mesin ringan Type 56 buatan China. Sementara itu versi keempat, kadang-kadang disebut RPDM, memiliki silinder gas yang lebih panjang, roller ekstra di sisi piston dan penyangga di bagian popornya. Versi kelima, yang terakhir memiliki feed cover belt carrier yang bisa dilipat dan membawa batang pembersih multipiece yang disimpan dalam ruang di bagian popor. Varian terakhir ini di-copy oleh Cina sebagai Type 56-1.

Versi self-loading dari senapan mesin RPD v2.0 asal perusahaan Amerika, DS Arms. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Produsen senjata api Amerika, DS Arms, membuat varian semi-auto dari RPD untuk pasaran sipil dan varian full-auto untuk ekspor, baik dalam desain asli maupun dalam versi modern yang disebut RPD Carbine. RPD Carbine memiliki laras sepanjang 17,5 inci (44,45 cm) yang bergalur, pembidik depan modern, handguard dengan rel, pegangan pistol seperti pada senapan mesin ringan M249 dan recoil spring tube dan popor ala senapan serbu M4. Sementara itu, karena varian RPD semi-otomatis diproduksi menggunakan kit suku cadang dari senapan mesin RPD berkemampuan tembak otomatis penuh, maka untuk mematuhi peraturan ATF, suku cadang yang digunakan harus dimodifikasi sedemikian rupa sehingga senapan semi-otomatis yang dihasilkan tidak dapat dengan mudah diubah menjadi senapan mesin standar militer. Banyak hal perlu dilakukan untuk memodifikasi suku cadang RPD otomatis penuh untuk bisa digunakan dalam receiver dari RPD semi-otomatis.

CATATAN OPERASIONAL 

Perang Vietnam telah mempertontonkan berbagai macam persenjataan yang digunakan oleh kedua belah pihak, yang mewakili ragam persenjataan blok barat dan blok timur di era Perang Dingin. Untuk tentara Amerika umumnya dan Vietnam Selatan (pada tahun-tahun terakhir perang), senjata api utama yang digunakan para prajuritnya adalah senapan serbu M16, sementara untuk kebutuhan daya tembak ekstra disediakan oleh senapan mesin regu M60. Untuk Vietnam Utara dan Pasukan Utama Viet Cong, senjata utamanya adalah karabin SKS-45 rancangan Sergei G. Simonov atau senapan serbu AK-47 karya Mikhail T. Kalashnikov yang terkenal, sementara sebagai senjata dukungan cadangan biasanya disediakan oleh Degtyaryov RPD. Vietnam diketahui telah menerima ribuan varian produksi terakhir RPD buatan Soviet dari tahun 1960 hingga 1973. Mulai tahun 1964, China memproduksi versi lisensi dari model produksi Soviet, yang diberi nama senapan mesin ringan Type 56, dan mulai mengirimkannya ke Hanoi pada tahun 1966. Tentara Vietnam Utara menganggap RPD yang ringan dan kuat ini mudah digunakan dan dirawat. Dalam konflik dimana unsur penyamaran, muslihat dan kecepatan beraksi sangat krusial, RPD yang bisa memberikan daya tembak otomatis, adalah senjata yang ideal dalam melakukan penyergapan, yang menjadi taktik utama yang dijalankan oleh pasukan komunis dalam melakukan kontak senjata dengan unit-unit militer Amerika dan sekutunya. Laporan pertama penampakan RPD oleh pasukan Amerika dan Vietnam Selatan bertepatan dengan pertempuran pertama yang mereka jalani saat berhadapan dengan pasukan reguler Angkatan Darat Vietnam Utara pada bulan April 1964. Ketika lebih banyak lagi senapan ini yang dikirimkan dengan melewati Jalur Ho Chi Minh Trail dan jalur laut, RPD dengan cepat menggantikan senapan mesin DPM sebagai senapan mesin utama pasukan Viet Cong. Meskipun terutama digunakan dalam posisi yang relatif tetap sebagai senjata pendukung, bobotnya yang relatif ringan memungkinkannya untuk digunakan seperti senapan otomatis besar jika diperlukan, termasuk juga dalam menjalankan peran anti-pesawat. Selain itu ada juga beberapa keuntungan lain dari RPD yang menggunakan peluru yang sama dengan AK-47, dimana hal ini turut membantu menyederhanakan logistik bagi pasukan komunis dibandingkan dengan Amerika dan Vietnam Selatan yang menembakkan peluru kaliber 5.56mm dari M16 mereka, sementara M60 mereka mereka menggunakan peluru kaliber 7.62mm. 

Senapan mesin ringan RPD menemui jalannya di Vietnam bersama pasukan komunis Vietnam dengan menjadi senjata bantu yang efektif dalam misi-misi penyergapan atas pasukan Amerika dan sekutunya. (Sumber: https://www.historynet.com/)
Trio senjata serbu perorangan pasukan komunis dalam perang Vietnam. Senapan karabin SKS, Senapan Mesin Ringan RPD dan varian senapan serbu AK-47. Ketiga senapan ini sama-sama menggunakan peluru kaliber 7.62x39mm, yang memudahkan pemenuhan logistik di lapangan. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Meski demikian, RPD memiliki kelemahan utama yang terletak pada ketidakmampuannya untuk mengganti laras, seperti yang bisa dilakukan dengan M60. Akibatnya, meski bisa menembakkan 700 peluru per menit, laras RPD akan mudah panas dan terbakar jika menembakkan lebih dari 150 peluru selama lebih dari dua atau tiga menit. Keterbatasan ini toh tidak terlalu berpengaruh bagi VC, yang memang sedapat mungkin berupaya untuk menghemat penggunaan amunisi dari senjata yang mereka gunakan. Penembakan umumnya dilakukan dalam tembakan singkat – 5 hingga 15 peluru. Dengan laras yang tidak bisa dilepas, penembakan tanpa proses pendinginan maksimum diizinkan hingga 300 tembakan. Senapan mesin RPD dinilai memiliki akurasi tembakan yang cukup baik, dimana pada jarak 500 m, deviasi rata-rata tembakannya adalah 250-260 mm, sedangkan pada jarak 1000 m melebar menjadi 550-630 mm, yang kira-kira 1,5 kali lebih baik daripada senapan mesin DP yang digantikannya. Sementara itu, direkomendasikan untuk menembak target udara dari jarak tidak lebih dari 500 m. Pada jarak hingga 1000 meter, senapan mesin memiliki efisiensi tembakan yang cukup tinggi. Dalam pertempuran normal saat menembakkan semburan peluru dari jarak 100 m, akan terlihat seperti ini: setidaknya 75% peluru akan mengenai sasaran dalam lingkaran dengan diameter 20 cm. Dalam praktiknya, ini berarti bahwa, rata-rata, diperlukan maksimal dua tembakan untuk mencapai target area dada pada jarak 100 m. Untuk mencapai target serupa pada jarak pandang maksimum, dibutuhkan sekitar 27 tembakan. Dengan demikian, senapan mesin RPD dapat secara efektif mengenai berbagai target pada jarak hingga 800 m atau lebih, seperti yang diharapkan pada persyaratan teknis awal. Disamping itu, keuntungan dari bobot yang lebih ringan dari peluru medium yang digunakan oleh RPD, terlihat dari fakta bahwa bobot magazine drum RPD dengan 100 peluru (yang 40% lebih kecil dari peluru senapan mesin DP) lebih ringan dari magazine DP yang berisi 47 peluru. Dengan membawa 100 peluru, bobot amunisi RPD adalah 9,8 kg. Sebagai perbandingan, senapan mesin ringan DP / DPM dengan satu magasin bundar berisi 47 peluru memiliki berat 11,3 kg. Belum lagi ukuran senapan mesinnya sendiri yang lebih kecil. Dengan berbagai fiturnya, RPD disukai kawan dan disegani oleh pasukan lawan. “RPD adalah senjata paling menakutkan yang saya temui di luar sana,” kata William S. Bacon, yang memimpin Kompi A, dari Batalyon ke-2, Brigade Infanteri Ringan ke-196, Divisi Infanteri ke-23 (Americal) pada tahun 1970. “RPD jauh lebih cepat dan memiliki suara yang sangat berbeda dari AK-47, seperti suara dentuman yang tertahan …. RPD adalah senjata yang dioperasikan oleh kru, yang sangat baik untuk digunakan dalam penyergapan, tetapi M-60 jauh lebih mobile, lebih mudah digunakan, dan dapat mempertahankan tembakan yang berkepanjangan — jadi, aku lebih suka si babi. ” 

Vietnam Selatan, Maret 1963. Senapan mesin ringan buatan Rusia (RPD) yang dirampas dari pasukan komunis dipegang oleh Prajurit James Ward. Keberadaan senapan mesin ringan RPD di Vietnam disukai oleh pasukan kawan dan disegani oleh pasukan lawan. (Sumber: https://www.awm.gov.au/)

Sementara itu di Vietnam tidak ada unit militer AS lainnya yang pernah menurunkan beragam persenjataan seperti yang dilakukan Military Assistance Command Vietnam, Studies and Observations Group (MACV-SOG). Di balik namanya yang tidak berbahaya itu, MACV-SOG menjalankan operasi sangat rahasia di seluruh Asia Tenggara selama Perang Vietnam, terutama dalam misi-misi pengintaian yang dilakukan oleh Pasukan Khusus Angkatan Darat AS (Baret Hijau) di sepanjang jaringan jalan musuh, yakni Ho Chi Minh Trail di Laos, tempat perlindungannya di Kamboja, dan terkadang di wilayah Vietnam Utara sendiri. Tim pengintai SOG ini, biasanya terdiri dari empat hingga enam penduduk asli yang dipimpin oleh dua atau tiga personel Baret Hijau Amerika, yang berkeliaran jauh di belakang garis pertahanan musuh, mencari — dan terkadang menyerang — tempat parkir truk Vietnam Utara, tempat penimbunan amunisi, gudang penyimpanan, konvoi truk, pusat komando, dan kamp tempat unit musuh beristirahat di antara jeda pertempuran di Vietnam Selatan. Karena Hanoi bersikeras bahwa mereka tidak memiliki personel pasukan di Laos atau Kamboja yang dinyatakan”netral”, Amerika Serikat juga ikut-ikutan membantah bahwa operasi SOG sedang berlangsung di wilayah itu. Untuk mendukung penyangkalan ini, tim pengintai diharuskan untuk menjadi “steril”, yang berarti bahwa mereka tidak membawa ID atau tanda pengenal, dengan mengenakan seragam tanpa tanda atau dan membawa senjata-senjata yang tidak dapat dikaitkan dengan Amerika. Karenanya, unit SOG menyediakan banyak senjata api buatan asing yang dapat digunakan oleh pemimpin tim untuk mempersenjatai anak buahnya sesuai dengan keinginannya dalam menyelesaikan setiap misi. Awalnya, senjata utama SOG adalah senjata mitraliur ringan Karl Gustav Model 1945 buatan Swedia dengan amunisi Luger 9 mm, yang dijuluki “Swedish K.” Kemudian mereka juga mulai membawa senjata utama pihak musuh seperti senapan serbu AKM versi China, setelah itu banyak personel tim membawa senapan mesin ringan RPD, yang sama-sama buatan Blok Komunis. Dimodifikasi oleh teknisi persenjataan pasukan khusus, laras dan popor RPD dipotong, yang mengurangi panjangnya menjadi 31 inchi (78,74 cm), lebih pendek dari mitraliur ringan Thompson. Modifikasi ini juga mengurangi berat RPD menjadi sekitar 12 lbs (5,44 kg), dan menyeimbangkannya dengan sangat baik sehingga disebut bahwa “anda bisa menulis nama seseorang” dengan senapan mesin itu. Orang-orang SOG juga diketahui memodifikasi sabuk amunisi 100 peluru nya untuk bisa menampung 125 peluru, dan memasukkan sepotong linoleum ke dalam drum untuk menghilangkan bunyi derak apa pun. Menembakan peluru AK kaliber 7,62×39 mm yang berkekuatan penuh, RPD adalah senjata ringan SOG yang paling mematikan.

RPD tidak hanya digunakan oleh pasukan komunis di Vietnam, namun juga oleh pasukan Amerika. Nampak pada gambar personel MACV-SOG Amerika menyandang senapan mesin ringan RPD. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Bersama pasukan khusus Amerika, senapan mesin ringan RPD dimodifikasi ekstensif, yang paling mencolok adalah dengan memotong larasnya, sehingga menjadi lebih ringkas dan bobotnya berkurang. (Sumber: https://twitter.com/)
Meskipun telah ada senapan RPK, namun senapan mesin ringan RPD masih beredar bersama Angkatan Darat Vietnam hingga tahun 1980an. (Sumber: https://soldat.pro/)

Pada tahun 1964, Kalashnikov memperkenalkan RPK, yang pada dasarnya merupakan AK-47 dengan laras yang lebih berat, ditambah bipod dan kemampuan untuk menggunakan drum magazine berisi 75 peluru. Meskipun sudah dianggap usang saat kehadiran RPK, namun RPD tetap menjadi senapan mesin ringan yang bagus dan terus digunakan oleh NVA dan VC sampai masa akhir perang pada bulan April 1975. RPD tetap dalam ada dalam dinas operasional garis depan dengan Angkatan Darat Vietnam hingga tahun 1980-an, meskipun perlahan-lahan digantikan oleh senapan mesin buatan Soviet lainnya, Ruchnoy Pulemyot Kalashnikova, atau RPK, setelah tahun 1972. Selain itu, mengingat jumlah besar senapan ini yang diproduksi dan diekspor pada saat itu, RPD hingga kini masih dapat ditemukan di gudang-gudang senjata China, Mesir, Korea Utara, Pakistan, Republik Sosialis Vietnam, dan banyak negara Dunia Ketiga lainnya, termasuk Indonesia, meskipun Soviet sendiri secara resmi hanya menggunakan senapan ini sampai tahun 1961. Produksi dari RPD berlangsung dari tahun 1944 hingga 1960, meskipun penggunaannya jauh lebih lama dari itu. Di banyak negara, senapan mesin RPD telah lama dinonaktifkan, termasuk Rusia, telah lama mengganti RPD dengan senjata yang lebih modern, tetapi tetap menyimpannya di gudang-gudang penyimpanan. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa senapan mesin RPD masih merupakan senjata modern yang memenuhi persyaratan di beberapa negara di dunia. Sebagai contoh dalam ketegangan politik baru-baru ini di Myanmar pada bulan Maret 2021, berdasarkan analisis terhadap lebih dari 50 video terverifikasi yang direkam di Myanmar, mengonfirmasi jika pasukan keamanan Myamar telah menggunakan kekuatan yang mematikan dalam menekan para pengunjuk rasa. Menurut analisis video Crisis Evidence Lab dari Amnesty International, senjata-senjata yang digunakan oleh pihak militer tersebut termasuk senapan mesin ringan RPD buatan China. Sementara itu, operatornya senapan ini termasuk Afghanistan, Cina, Mesir, Finlandia, Jerman Timur, Hongaria, Indonesia, Irak, Laos, Libya, Korea Utara, Pakistan, Rumania, Sudan, Suriah, Thailand, Vietnam dan Yaman. RPD tercatat digunakan dalam Perang Vietnam, Perang Saudara Kamboja, Perang Iran-Irak, Perang Teluk 1991, Invasi  Amerika ke Afghanistan tahun 2001, Perang Irak tahun 2003, Perang Saudara Libya, Perang Saudara Suriah, dan juga berbagai konflik kecil di daerah lainnya.

Seorang marinir Mesir membidikan senapan mesin ringan RPD selama latihan gabungan Operation Bright Star ’85. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Polisi Myanmar dengan varian senapan mesin ringan RPD. Baru-baru ini beberapa analis mensinyalir bahwa pihak otoritas Myanmar menggunakan senjata-senjata mematikan untuk menghadapi demonstran, salah satu senjata yang digunakan adalah senapan RPD. (Sumber: https://www.reddit.com/)
RPD dipanggul seorang prajurit KKO (sekarang – Korps Marinir). Keberadaan RPD di Indonesia sudah mulai ada sejak menjelang Operasi Trikora tahun 1962. (Sumber: https://www.indomiliter.com/)

Di Indonesia senapan yang diberi label RPD (Ruchnoy Pulemet Degtyarova) ini mulai digunakan jelang Operasi Trikora. Selain diketahui mulai terlihat jelang Operasi Trikora di awal tahun 60-an, RPD juga banyak digunakan satuan TNI/Polri dalam berbagai operasi keamanan setelahnya. Senjata dengan bipod ini diketahui aktif digunakan pada saat Operasi Seroja di Timor Timur hingga Operasi Keamanan melawan GPK GAM di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (termasuk operasi militer yang dilaksanakan pada tahun 2003). Di konflik Aceh, RPD tidak hanya digunakan oleh aparat TNI/Polri, namun juga beberapa pucuk senjata tipe ini turut digunakan oleh kelompok bersenjata GAM, yang kerap muncul dalam beberapa dokumentasi foto publikasi atau dalam penggerebekan. Di lingkungan TNI, yang sudah jelas memakai RPD adalah pasukan infanteri Korps Marinir TNI AL dan Paskhas TNI AU. Dalam unit Paskhas TNI AU, setiap regu standarnya dibekali dengan 2 pucuk senapan mesin ringan RPD. RPD tua milik TNI AU bahkan sempat ditampilkan pada pameran saat peringatan ulang tahunnya di tahun 2016 lalu tepatnya di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. Petugas TNI AU saat itu menceritakan bahwa RPD mereka secara rutin dibersihkan sebelum maupun sesudah pemakaian. Bila memang sudah lama tidak dipergunakan, senjata itu akan diberi minyak agar tampak basah. Sementara ketika akan kembali digunakan, sang RPD akan kembali dilumuri minyak serta di lap kering. Bersamaan dengan TNI, personel Korps Brimob Polri juga lumayan sering terlihat menenteng senapan mesin ringan RPD di wilayah-wilayah konflik. Sebagai penutup, aura kegarangan dari senapan mesin ringan RPD ini, ternyata sempat ditampilkan dalam film komedi Warkop DKI, berjudul Manusia 6.000.000 Dollar yang dirilis tahun 1981. Dalam adegan pembuka, saat Indro sebagai detektif ‘dipalak’ perampok bersenjata pistol revolver. Si perampok sontak ‘keder’ waktu melihat Indro duduk di jok belakang taksi sambil menginjak senapan RPD lengkap dengan untaian peluru kaliber 7.62x39mm dan bipod terpasang. Quote ‘maut’ yang diucapkan Indro kemudian pada perampok sial itu adalah: “Taruh tu pistol disini, atau mau peluru segede-gede pisang ambon ini gw tanam di perut lu yang gendut!”

RPD ditangan pasukan GAM (senjata dengan laras berbendera). (Sumber: https://www.indomiliter.com/)
Personel Paskhas TNI AU dengan senapan mesin ringan RPD. (Sumber: https://www.indomiliter.com/)
Adegan pembuka film komedi Warkop DKI, berjudul Manusia 6.000.000 Dollar (dirilis tahun 1981), yang menampilkan senapan mesin ringan RPD. (Sumber: https://www.facebook.com/)

SPESIFIKASI SENAPAN MESIN RINGAN RPD

Bobot: 7.4 kg (16.31 lb) saat kosong, 9.8 kg saat terisi penuh

Panjang Keseluruhan: 1,037 mm (40.8 in)

Panjang laras: 520 mm (20.5 in)

Peluru: kaliber 7.62×39 mm

Sistem operasi: Gas operated long stroke piston, flapper locking and fires from the open bolt

Kecepatan tembak: 650 peluru/menit

Kecepatan peluru: 735 m/detik 

Jarak tembak efektif: 100–1,000 m sight adjustments

Sistem pengisian peluru: 100 peluru Non-disintegrating dalam sabuk peluru terpisah yang tersimpan dalam kontainer drum

Pembidik: Open-type sights with rear sliding notch and semi-hooded front post, 596.6 mm (23.5 in) sight radius

 

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/RPD_machine_gun

TBT: The inside story of the Soviet Red Army’s RPD machine gun by Jon Guttman

https://www.militarytimes.com/off-duty/gearscout/irons/2019/12/19/tbt-the-inside-story-of-the-soviet-red-armys-rpd-machine-gun/

RPD machine gun by Ryabov Kirill; 8 June 2015

https://en.topwar.ru/76476-ruchnoy-pulemet-rpd.html

The last machine gun Degtyarev by Semen Fedoseev; January 4 2011

https://en.topwar.ru/2918-poslednij-pulemet-degtyareva.html

Behind Enemy Lines: Guns of Vietnam’s SOG Warriors by Maj. John L. Plaster, U.S. Army (Ret.) – Tuesday, April 7, 2020

https://www.americanrifleman.org/articles/2020/4/7/behind-enemy-lines-guns-of-vietnams-sog-warriors

Meet the Soviet RPD—One Really Revolutionary Machine Gun by Peter Suciu; June 29, 2020

https://www.google.com/amp/s/nationalinterest.org/blog/buzz/meet-soviet-rpd%25E2%2580%2594one-really-revolutionary-machine-gun-163667%3Famp

RPD (Ruchnoy Pulemyot Degtyaryova) Light Machine Gun (LMG) (1945) 

https://www.militaryfactory.com/smallarms/detail.php?smallarms_id=807

The NVA’s Soviet Light Machine Gun by Carl O. Schuster

RPD: Eksistensi Senapan Mesin Regu Legendaris TNI/Polri oleh Gilang Perdana,  25/01/2017

RPD, Senjata Berusia 73 Tahun Milik TNI AU yang Dipakai Khusus untuk Melawan Separatisme by Faradina

https://www.google.com/amp/s/www.boombastis.com/senjata-rpd-angkatan-udara/99081/amp

Militer Myanmar Menggunakan Strategi Mematikan, Termasuk Menembakkan Peluru Tajam ke Pengunjuk Rasa, ABC Indonesia, Wires Posted Friday, 12 March 2021 at 7:46am

https://www.abc.net.au/indonesian/2021-03-12/militer-myanmar-menggunakan-senjata-untuk-bubarkan-unjuk-rasa/13239306

TNI Temukan Senjata Berat Milik GAM Oleh: Tempo.co; Minggu, 4 Januari 2004 18:32 WIB

https://nasional.tempo.co/read/37932/tni-temukan-senjata-berat-milik-gam

NAM: The Vietnam Experience 1965-75 by Tim Page & John Pimlott, 1995; p 32

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Manusia_6.000.000_Dollar

Exit mobile version