Sejarah Militer

“Soviet Rocket Man”: Pengalaman Prajurit Soviet Dalam Melawan Kekuatan Udara Amerika di Vietnam

Selama Perang Vietnam, Uni Soviet telah memasok Vietnam Utara dengan berbagai pasokan medis, persenjataan, tank, pesawat, helikopter, artileri, rudal anti-pesawat dan peralatan militer lainnya. Lebih dari selusin tentara Soviet diketahui kehilangan nyawa mereka dalam konflik ini. Menyusul dibubarkannya Uni Soviet pada tahun 1991, para pejabat Rusia mengakui bahwa Uni Soviet telah menempatkan hingga 3.000 tentara di Vietnam selama perang. Dari bulan Juli 1965 hingga akhir tahun 1974, pertempuran di Vietnam diamati oleh sekitar 6.500 perwira dan jenderal, serta lebih dari 4.500 tentara dan sersan dari Angkatan Bersenjata Soviet. Selain itu, sekolah dan akademi militer Soviet melatih para prajurit Vietnam—total ada lebih dari 10.000 personel. Salah satu personel penting Soviet yang dikirimkan ke Vietnam adalah personel Rudal Pertahanan Udara (SAM) yang membantu menghadapi dan menangkal gelombang demi gelombang serangan kekuatan udara Amerika yang masif di Vietnam. Berikut adalah kisah-kisah pengalaman dari mereka.

Truk pembawa rudal SAM buatan Soviet di Hanoi. Selama Perang Vietnam, Soviet banyak sekali mengirimkan perlengkapan tempur senilai milaran dollar ke pihak militer Vietnam Utara. (Sumber: https://www.rbth.com/)

LATAR BELAKANG

Setelah krisis rudal Kuba pada tahun 1962, Nikita Khrushchev, yang saat itu menjadi Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Soviet, ingin meningkatkan hubungannya dengan Washington dan menentang keterlibatan Soviet dalam bentrokan militer baru dengan Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara. Dan hanya setelah dia turun dari kekuasaan pada tahun 1964, perubahan serius terjadi dalam hubungan Soviet-Vietnam, yang berkontribusi pada penyediaan bantuan militer mendesak dari Soviet ke Republik Demokratik Vietnam (DRV), yang saat itu terlibat konflik dengan Vietnam Selatan, yang didukung oleh Amerika. Faktanya, aksi militer Amerika di Vietnam kemudian akan dilawan oleh Uni Soviet berbagai jenis persenjataan baru buatannya. Pada bulan April tahun 1965, hanya sebulan setelah Amerika Serikat memulai pemboman udara berkelanjutan di Vietnam Utara, yang dikenal sebagai ‘Operasi Rolling Thunder’, pengiriman semua senjata-senjata yang diperlukan untuk Tentara Rakyat Vietnam (VPA) dimulai, terutama untuk pasukan pertahanan udaranya. Mulanya di awal operasi Rolling Thunder, Dubes Amerika di Moskow berpendapat bahwa intervensi langsung Soviet di Vietnam, sepertinya tidak akan terjadi, selama keberadaan Vietnam Utara sebagai negara sosialis tidak diganggu gugat. Meski hal ini terbukti benar, pemboman Amerika, pada akhirnya mendorong Soviet dan China, sebagai sesama negara komunis untuk mengirimkan bantuan besar-besaran ke Vietnam. DRV kemudian dipasok berbagai jenis peralatan militer seperti rudal anti-pesawat (SAM) S-75M “Dvina” (dikenal juga sebagai SA-2 Guideline), pesawat tempur MiG-17 Fresco dan MiG-21 Fishbed (diikuti juga nantinya dengan seri MiG-19 Farmer), pembom IL-28 Beagle, pesawat pengangkut IL-14 Crate dan Li-2 Cab, berbagai jenis artileri antipesawat, stasiun radar, peralatan komunikasi, dll. Sepanjang perang, Moskow dikabarkan memberi Hanoi 95 sistem rudal pertahanan udara, lebih dari 500 pesawat terbang, 120 helikopter, lebih dari 5.000 senjata anti-pesawat, APC dan 2.000 tank. Selama perang, Soviet mengirimkan senjata ke Vietnam Utara senilai $450 juta setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 10.000 spesialis militer Soviet dikirim ke Vietnam: mulai dari kru unit rudal, pilot dan pemberi sinyal hingga kru tank dan dokter. Peran khusus juga dimainkan oleh personel anti-pesawat Soviet. Mereka tidak hanya melatih personel Tentara Rakyat Vietnam (VPA), tetapi juga mengambil bagian dalam pertempuran itu sendiri. Berkat mereka, Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS, yang kehilangan lebih dari 4.000 pesawat, gagal menekan pertahanan udara Vietnam Utara dan mengalahkan negara itu.

Nikita Khrushchev (kiri) dan presiden Kennedy. Setelah krisis rudal di Kuba tahun 1962, Khrushchev berupaya mengurangi tensi yang dapat membuat Soviet berhadapan langsung dengan Amerika Soviet. Namun sikap Soviet ini berubah setelah Khrushchev lengser dari kekuasaan. (Sumber: https://www.newsweek.com/)
Armada pesawat tempur MiG-21 Fishbed AU Vietnam Utara, salah satu dari sekian banyak peralatan militer asal Soviet yang dipasok ke pihak Hanoi. (Sumber: http://fly.historicwings.com/)

Khusus unit rudal pertahanan udara, secara total, selama Perang Vietnam, 82 rudal S-75M Dvina dan 8055 V-750 (varian lain rudal SAM SA-2) dikirimkan kepada Vietnam Utara. Bersamaan dengan pengiriman pasokan peralatan, sekolah militer Soviet mulai mempercepat pelatihan para pilot-pilot Vietnam. Sementara itu, perwira unit roket masa depan VPA belajar di Akademi Komunikasi Militer, yang dinamai S.M. Budenny (salah satu Marshall dari Angkatan Bersenjata Uni Soviet era Perang Dunia II) di Leningrad. Bantuan Soviet kepada DRV selain untuk mengujicobakan penggunaan peralatan tempur Soviet dalam waktu sesingkat mungkin, adalah untuk mempersiapkan personel lokal sehingga tidak hanya dapat mengoperasikannya, tetapi juga memperbaikinya sendiri ketika sistem yang digunakan gagal beroperasi. Jadi, untuk dalam periode tahun 1965 hingga 1974. 6.359 jenderal dan perwira dan lebih dari 4.500 prajurit dan tamtama dikirim ke DRV sebagai bagian dari unit spesialis militer Soviet. Disamarkan dalam perjalanan bisnis, mereka pergi dengan pakaian sipil dan tanpa dokumen yang disimpan di kedutaan. Mereka yang dikirimkan adalah yang mengetahui teknik yang diperlukan dan memiliki pengalaman meluncurkan rudal, bahkan ada juga mantan prajurit garis depan di antara mereka. 

Para personel unit pertahanan udara Vietnam Utara dibelakang peluncur rudal SAM S-75/SA Guideline. Selama perang, Soviet mengirimkan ribuan rudal ini ke Vietnam Utara. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Pada saat itu, jalan-jalan utama di seluruh Vietnam sudah rusak, di mana-mana ada kawah akibat pengeboman. Para spesialis Soviet harus berbagi nasib dengan rekan-rekan Vietnamnya atas semua beban dan problem yang terjadi dalam pertempuran. Mereka bekerja bersama, dengan segenap tenaga, dan terkadang hingga dalam taraf mengganggu kesehatan mereka sendiri. Pada awal penyesuaian kondisi sekitar, panas yang menyengat sangat terasa bagi semua orang. Tetapi dengan berkurangnya panas karena kelembaban yang menggantung di udara, semua orang menjadi basah karena keringat. Dalam waktu yang singkat, berbagai penyakit tropis seperti malaria atau demam mulai menjangkiti di antara para pendatang baru. Banyak yang menderita demam dan sakit kepala parah selama 3-4 hari. Karena sakit, semua pekerjaan dan pelatihan sedikit tertunda, tetapi para dokter dapat dengan cepat membuat semua orang bisa kembali sehat. Sementara itu, problem pembelajaran yang dihadapi oleh orang-orang Vietnam adalah karena kurangnya literatur pengetahuan tentang teknologi Soviet. Dalam memahami istilah yang kompleks, hambatan bahasa ikut menambah masalah. Kelas diadakan di bawah bangunan yang ditutupi dengan daun palem, dibangun langsung di atas tanah. Alih-alih meja dan kursi, para siswa duduk di atas tikar, menulis dengan pensil dan pena di buku catatan mereka semua yang diajarkan oleh instruktur spesialis asal Soviet. Mereka harus mampu untuk memahami dan mengendalikan semua peralatan di bagian kontrol sistem rudal pertahanan udara, mengingat fungsi semua tombol dan panel kontrol, mengenali tanda-tanda target dengan benar di layar locator. Sepanjang waktu, mereka terus-menerus menganalisis skema teknis dan menguasai formula-formula yang kompleks, meskipun sebagian besar siswa tidak melebihi level pendidikan tingkat empat atau tujuh (setara SD hingga SMP).

Para personel senjata anti pesawat Vietnam Utara bersama dengan para penasehat asal Soviet-nya. (Sumber: https://www.rbth.com/)

Situs rudal S-75 pertama dibangun di tenggara Hanoi pada bulan April 1965. Standar tempur pengenalan sistem SAM S-75М, menunjukkan bahwa dalam jumlah personel setiap Resimen dapat dibagi menjadi 80 awak asal Vietnam dan 7 personel dari tim spesialis Soviet. Selama sekitar satu bulan, spesialis Soviet sendiri duduk di panel kontrol rudal anti-pesawat itu, sementara orang-orang Vietnam ada di dekat mereka, dan melihat, mencatat serta mengingat semua yang dilakukan para instruktur Soviet, sebelum mereka akan mendapatkan pengalaman tempur mereka sendiri. Prinsip “lakukan seperti yang saya lakukan” ternyata merupakan cara belajar yang paling efektif. Kemudian orang-orang Vietnam mulai diijinkan untuk mengendalikan konsol dari sistem rudal, dan tugas para instruktur Soviet adalah, dengan berdiri di belakang rekan-rekan dari Vietnamnya, mereka memastikan semua tindakan yang dilakukan oleh mereka sudah benar. Setelah setiap pertempuran, semua personel akan berkumpul untuk melakukan “briefing ulang” untuk mempelajari dan menyimpulkan pengalama yang mereka dapatkan. Selama 3-4 bulan pelatihan, kelompok instruktur akan berpindah ke Resimen berikutnya, dan semua aktivitas diatas akan diulang dari awal. Dan terkadang para instruktur Soviet harus mengajar langsung di medan tempur, selama serangan udara terus-menerus yang dilancarkan oleh pihak Amerika. Sebagai instruktur tempur di medan perang, orang-orang Soviet, yang jauh dari tanah air mereka, berjuang sendiri dan mengajari rekan-rekan Vietnam mereka tentang berbagai teknik militer yang mereka kuasai. Tetapi orang-orang Vietnam terbukti mampu menunjukkan ketekunan dalam proses pembelajaran mereka dan sangat ingin untuk bisa mengalahkan musuh mereka sendirian.

Para penasehat Soviet bersama dengan personel Resimen Rudal Anti Pesawat ke-238, tahun 1967. Orang-orang Soviet mengakui keuletan orang-orang Vietnam dalam mempelajari penggunaan peralatan militer yang dipasok Soviet kepada mereka. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Rim Kazakov, seorang perwira sistem pemandu pada Resimen Rudal Permukaan-ke-Udara ke-274 dari VPA: “Kami memberikan penghargaan kepada rekan-rekan Vietnam kami, mereka berhasil menguasai persenjataan yang dipercayakan kepada mereka dan selalu berada di sisi kami. Selain mengambil bagian dalam pertempuran nyata dengan kru rudal, kami – setelah mempelajari beberapa bahasa Vietnam dasar – secara teratur melakukan pelatihan menggunakan peralatan simulasi. Kami mengatasi hambatan psikologis dari peluncuran pertama bersama-sama: Saya menekan tombol ‘Mulai’ dan petugas sistem panduan Vietnam hanya menekannya setelah peluncuran, kadang-kadang bahkan mungkin tidak menyadarinya.” Grigory Belov, pada September 1965 – Oktober 1967, komandan Kelompok spesialis militer Soviet di Vietnam, mengingat pengalamannya: “Sambil membantu orang-orang Vietnam dalam pertempuran, kami hanya memberi tahu mereka: Lakukan seperti (yang) kami (lakukan), yaitu mempelajari dan menguasai peralatan dan senjata militer seperti kami mengenalinya, lakukan tugasmu dengan tepat dan presisi seperti kami, menembaklah juga seperti kami. Namun, ketika menyangkut hubungan personal, segalanya menjadi sedikit lebih rumit. Orang-orang Vietnam, baik itu personel militer atau sipil, mengawasi dan mempelajari kami, mencoba memahami serta menggali apa motif dan tujuan kami berada di sana – lagipula, saat itu hanya lebih dari 10 tahun sejak Prancis diusir keluar dari Vietnam (note: adalah wajar perasaan curiga dan waspada terhadap orang asing terhitung tinggi diantara orang-orang Vietnam). Hanya setelah mereka menyadari bahwa kami datang untuk membantu mereka bukan karena didorong motivasi layaknya tentara bayaran, tetapi lebih karena panggilan hati, dengan tidak menyayangkan diri kami sendiri, dan bahwa semua yang kami inginkan kepada orang-orang Vietnam hanyalah untuk mengalahkan para agresor, mereka mulai memperlakukan kami dengan rasa hormat yang dalam, dan Saya akan mengatakan, dengan penuh rasa kasih.”

KEHIDUPAN SPARTAN

Berada dalam sebuah desa Vietnam yang khas di gubuk-gubuk petani yang ada di bawah naungan pohon pisang dan pohon palem. Beberapa pilar dengan balok dan dinding ringan dari anyaman bambu, salah satunya terbuka pada saat siang hari. Atapnya ditutup dengan daun lontar atau jerami padi. Di gubuk seperti itu, yang disebut oleh para instruktur sebagai “bungalow”, dihuni oleh 4-5 orang. Furnitur di dalamnya terdiri dari tempat tidur lipat dan meja samping tempat tidur, sebagai penerangan, mereka menggunakan lentera China. Untuk tempat berlindung selama pengeboman mereka menuju ke tempat penyimpanan nomor 2 (tempat menyimpan sayap dan stabilisator roket). Jika dimungkinkan lima orang akan berdesak-desakan di dalamnya untuk bisa selamat dari pemboman. Dari kontainer nomor 1 (tempat penyimpanan roket tahap kedua) yang terkubur di tanah, tempat pemandian lapangan ala Vietnam dibangun. Air keruh dari persawahan pertama-tama ditampung, kemudian dihangatkan di dalam ketel, dan kemudian di bak mandi improvisasi ini para para personel mandi. Untuk menghilangkan biang keringat bedak bayi, dicampur setengah dengan streptotsid, dan bahkan kadang dicampur juga dengan “salep harimau untuk semua penyakit” asal China. Karena panas yang tak tertahankan dan kelembapan yang sangat tinggi, semua instruktur Soviet hanya mengenakan celana pendek, dan topi tropis di atas kepala, serta sebotol teh di tangan. Helm kemudian ditinggalkan di bus di mana mereka biasa dibawa ke posisi tempur mereka. Mengenai panasnya Vietnam, Boris Voronov, kepala staf Kelompok spesialis militer Soviet dari bulan Mei 1967 hingga April 1969 mencatat: “Suhu di tempat kami berteduh mencapai 40 derajat C di atas nol, dan sangat lembab. Kabin di stasiun pemandu rudal tidak memiliki AC, jadi kipas di dalam hanya sekedar mendorong udara panas ke sekeliling dan tidak melakukan apa pun untuk mendinginkan peralatan atau personel militer yang bekerja di sana. Seragam kami terdiri dari helm baja dan celana dalam saja. Keringat mengalir begitu saja dari tubuh mereka ke lantai. Ada genangan keringat yang tidak pernah kering di bawah kursi operator di kabin. Ada juga kasus panas yang sangat parah, dan ketika orang tidak lagi mampu melawan, mereka harus dibawa ke rumah sakit.” Pada malam hari, suara katak tidak mengijinkan mereka untuk tertidur. Mereka semua tidur di bawah kelambu kasa buatan sendiri, yang melindungi mereka dari banyak nyamuk. Berbagai binatang tropis, seperti lipan beracun, ular, dll juga kerap mengganggu mereka. Terdapat beberapa kasus ketika pasien yang sakit parah harus dibawa pulang ke Uni Soviet untuk menjalani perawatan. 

Para personel resimen rudal anti-pesawat VPA ke-7, tahun 1967 bersama dengan para penasehat asal Soviet-nya. Udara Vietnam yang terhitung panas bagi orang-orang Soviet, memaksa mereka untuk terbiasa hanya mengenakan celana pendek saja. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Spesialis Militer Soviet dari Resimen Pertahanan Udara ke-236 di Vietnam. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Sementara itu, tergantung pada musimnya, makanan mereka terdiri dari sayuran (tomat, mentimun, bawang, paprika) dan buah-buahan (pisang, jeruk keprok, jeruk bali, jeruk biasa, nanas, lemon). Terkadang mereka makan juga buah sukun atau mangga. Makanan pokok mereka adalah beras (kadang tercampur dengan kerikilnya). Terkadang kentang dan kubis. Makanan kaleng, daging ayam, terkadang daging babi, dan berbagai hidangan ikan menjadi lauknya. Roti hitam dan ikan haring hanya bisa diimpikan. Para petani kadang-kadang datang, dan dengan kata-kata “Mai Bai Mi Get!” (“Penghancur pesawat Amerika!”, sebutan para kru pertahanan udara). Mereka lalu memberikan makanan terbaik mereka. Seringkali, posisi tempur unit SAM tidak memiliki cukup waktu untuk bisa dipersiapkan diri dengan baik, dan untuk mencapainya harus memutar di ladang kecil di antara persawahan. Situs tersebut bisa ada di pinggiran desa, di lereng berbatu pegunungan, dan kadang-kadang tepat di dekat bangunan yang bekas kena bom. Posisi tersebut sebagian besar ditutupi oleh vegetasi tropis yang rimbun. Jika memungkinkan, tanggul tanah dibangun di sekitar tempat peluncuran rudal. Bunker perlindungan sementara digali di dekat kabin tempat tinggal. Penduduk desa-desa terdekat biasanya membantu pembuatan situs pertahanan itu. Para petani menggali parit tepat di samping lapangan untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka bersembunyi dari ancaman bom cluster. Bahkan semua wanita yang bekerja bersama mereka menyandang senjata. Orang-orang Soviet di Vietnam rata-rata datang dari masyarakat yang hanya sedikit menikmati kemakmuran, meski demikian mereka cukup terkejut dengan kemiskinan yang diderita rakyat Vietnam Utara, dan banyaknya pekerjaan berat yang dijalankan oleh para wanitanya. Di sisi lain, orang-orang Soviet, seperti juga orang-orang Amerika terpesona juga dengan kecantikan wanita-wanita Vietnam, akan tetapi aturan ketat mengenai hubungan mereka dengan para wanita lokal dipaksakan dengan keras. Sebagai contoh, beberapa gadis desa terdekat dikirim untuk berbincang-bincang dengan unit Petr Zalipsky dan mungkin masih diperbolehkan memberikan beberapa ciuman, namun jika prajurit-prajurit Soviet meletakkan tangan mereka di tempat yang tidak seharusnya, atau mendorong seorang gadis ke pojokan, ia akan memukulmu – ringan saja, tetapi itu sudah cukup menjadi tanda. Mereka sangat kuat, seorang teman Zalipsky jatuh cinta pada seorang gadis cantik Indo-Prancis, yang bekerja di kantin, dan mereka meminta ijin untuk bisa menikah. Yang terjadi kemudian, si gadis “menghilang” dan sang prajurit dikembalikan ke Russia. Membina hubungan dengan orang asing saat itu bisa berujung hukuman bagi orang Vietnam.

Di Vietnam para penasehat Soviet cukup banyak melihat kaum wanita Vietnam menjalankan pekerjaan kasar, namun dalam hal hubungan dengan warga lokal, khususnya wanita, terdapat aturan keras yang membatasi orang-orang Soviet membina hubungan serius dengan wanita-wanita Vietnam. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
North American A-5 Vigilante adalah pembom supersonik berbasis kapal induk Amerika yang dirancang dan dibangun oleh North American untuk Angkatan Laut Amerika Serikat. Meski demikian, pada akhirnya Vigilante lebih banyak menjalankan tugas-tugas pengintaian. Aksi-aksi pengintaian Vigilante, salah satunya untuk mendeteksi situs-situs pertahanan udara Vietnam Utara. (Sumber: https://twitter.com/)

Sementara itu mereka juga harus bekerja pada malam hari, agar posisi tersebut tidak diketahui oleh intel musuh. Sering terjadi bahwa resimen pertahanan udara itu tidak dikerahkan sepenuhnya, tetapi hanya tiga atau empat instalasi rudal dari enam yang seharusnya dipasang. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi waktu standar pemasangan dan mempersingkat pemindahan situs pertahanan udara itu, karena unit-unit pertahanan harus terus berpindah posisi. Setelah berpindah, mereka harus melakukan perbaikan, menyiapkan peralatan, dan memeriksa sistem yang digunakan. Adalah berbahaya untuk tetap dalam posisi “terbuka”, karena musuh selalu meluncurkan serangan rudal dan bom ke semua posisi yang ditemukan. Alexey Belov, kepala Grup spesialis militer Soviet yang tergabung dalam Resimen Rudal Permukaan-ke-Udara ke-278 VPA mengingat pengalaman serupa: “Suatu hari yang cerah, sebuah pesawat pengintai berbasis kapal induk RA-5C Vigilante terbang di atas ruang istirahat kami pada ketinggian sekitar 100 meter. Kelompok itu bekerja bersama dengan batalion ke-92, sementara saya menulis laporan. Saya pergi ke luar untuk meregangkan kaki saya dan pada saat itu saya bertemu dengan tatapan mata pilot yang menerbangkan pesawat pengintai itu. Malam itu kami segera mengubah lokasi kami, dan keesokan harinya, lima bom berdaya ledak tinggi dan lima bom cluster dijatuhkan di rumah-rumah yang baru saja kami tinggalkan.” Saat gelap adalah waktu untuk bergerak. Mereka memindahkan kendaraan serta perlengkapan, dan di bawah naungan malam bergegas untuk mengubah tempat penempatan mereka. Pada akhirnya 10 resimen rudal pertahanan udara Vietnam Utara mengadopsi slogan “terus bergerak atau mati”, karena pengalaman buruk menunjukkan bahwa tetap ada di satu lokasi diatas 24 jam hanya akan mengundang kehancuran dari pihak Amerika. Mereka kemudian mampu memindahkan perlengkapan sejauh 5 mil hanya dalam satu jam saja.

“ROKET” BAMBU

Sementara itu di posisi yang ditinggalkan segera orang-orang Vietnam dengan terampil membuat “posisi roket” palsu sebagai pengganti. Pada trailer konvensional, mereka menempatkan model kabin dan roket, kerangkanya terbuat dari bambu yang dibelah, ditutupi dengan tikar jerami dan dicat dengan kapur. “Operator” di tempat perlindungan dapat menggerakkan semua alat peraga ini dengan bantuan tali. “Roket” dari bambu diputar, meniru “Sinkronisasi” sekuen penembakan rudal. Di dekatnya terdapat “baterai senjata anti-pesawat” palsu, yang larasnya diganti dengan tiang bambu tebal yang dicat dengan cat berwarna hitam. Properti palsu itu lengkap. Disamarkan dengan sekedarnya, namun dari ketinggian mereka sangat mirip dengan yang peralatan aslinya dan mampu berfungsi sebagai umpan yang sangat baik bagi musuh. Biasanya keesokan harinya, serangan dilakukan pada “posisi palsu” itu, tetapi musuh tetap saja kembali kehilangan pesawat, karena posisi palsu itu selalu dilindungi dengan baterai senjata anti-pesawat asli. Pada malam hari, gemuruh kuat dari delapan mesin pembom strategis B-52 memenuhi udara, muncul dari semua sisi, bahkan dari atas tanah. Tiba-tiba, badai api dan ledakan muncul dari tanah. Deru ledakan menghantam ke tanah. Bumi serasa bergetar, seperti daun aspen yang tertiup angin. Panah tembakan rudal kemudian menembus langit di malam hari. Titik merah kilatan roket rudal dengan cepat menghilang. Rudal S-75M Dvina mampu menembak jatuh target pada ketinggian hingga 25 kilometer. Hampir empat puluh menit setelah perintah “Go-off campaign!” Resimen rudal pertahanan udara pada umumnya berhasil mematikan peralatan mereka dan menghilang masuk ke dalam hutan. 

Unit senjata artileri anti pesawat Vietnam Utara, dengan kamuflase dedaunan. Untuk mengecoh armada pembom Amerika, orang-orang Vietnam membuat situs-situs pertahanan udara tiruan dari bambu. Situs-situs palsu ini cukup efektif untuk membawa pesawat-pesawat Amerika menyerang lokasi-lokasi yang salah. (Sumber: https://www.reddit.com/)

Tipikal dari sebuah baterai SAM S-75 terdiri dari 4-6 peluncur rudal yang dikerahkan dengan jarak interval masih-masing 50 yard (45,72 meter), yang dipasang di sekitar sebuah perangkat radar dan van komunikasi. Setiap rudal sepanjang 35 kaki (10,668 meter), yang mirip tiang telepon terbang dengan sayap pendek meninggalkan jejak asap berwarna putih yang ditinggalkan oleh bahan bakar minyak tanah dan nitric acid. Booster pada roket padat terbakar selama 5 detik setelah peluncuran, dan roket berbahan bakar cair akan menggantikannya selama 20 detik lagi. Setiap penembakan biasanya diluncurkan 2-4 rudal sekaligus, dan hulu ledak seberat 350 pound (158,757 kg) pada masing-masing rudalnya jelas mematikan bagi pesawat yang berada dalam jarak 100 yard (91,44 meter). Pada tahun 1965, sebuah pesawat jatuh setiap 17 rudal yang ditembakkan, namun saat pesawat penangkal elektronik mulai diperkenalkan, rasionya melorot menjadi 35 rudal untuk setiap pesawat yang dijatuhkan. Pada tahun 1972, angkanya menanjak menjadi rata-rata 60 rudal untuk bisa menjatuhkan satu pesawat. Pasukan rudal anti-pesawat bersama pertahanan udara DRV lainnya (umumnya bersenjata meriam dan senapan mesin anti pesawat/AAA), yang disiapkan dengan bantuan instruktur asal Soviet, dikabarkan berhasil menembak jatuh sekitar 1.737 pesawat Angkatan Udara AS, di antaranya adalah 17 unit pembom B-52. Kekuatan udara Amerika umumnya mengebom instalasi di kota-kota utama Vietnam Utara dan “Jalur Ho Chi Minh”, yang digunakan untuk memasok pasukan di selatan negara itu. Dari tahun 1964 hingga 1965, Angkatan Udara AS menyerang dengan impunitas dari ketinggian terbang yang tidak dapat dijangkau oleh tembakan baterai anti-pesawat Vietnam Utara.

Sosok Rudal S-75, yang serupa dengan tiang telepon bersayap. Meski kurang akurat, namun rudal ini mampu memaksa pesawat-pesawat Amerika untuk terbang rendah, dimana mereka mudah dijangkau oleh artileri anti pesawat Vietnam Utara. (Sumber: https://www.rbth.com/)

Tetapi setelah kesuksesan penembakan rudal SAM oleh operator asal Soviet untuk pertama kalinya, pilot-pilot Amerika terpaksa terbang turun di ketinggian rata-rata 3-5 km ke ketinggian yang lebih rendah, sekitar beberapa ratus meter, di mana mereka masuk ke dalam jangkauan senjata artileri anti-pesawat konvensional. Dapat dikatakan bahwa baterai artileri anti-pesawat kaliber kecil sangat handal dalam melindungi situs rudal anti pesawat, dan awak-awaknya, bahkan setelah mereka menembakkan seluruh rudalnya, mereka tetap dilindungi oleh senjata-senjata anti pesawat itu. Bahkan mayoritas pesawat Amerika dijatuhkan oleh senjata jenis ini, ketimbang oleh sistem rudal SAM. Namun pilot-pilot Amerika tetap takut dengan ancaman rudal-rudal SAM Soviet, sehingga beberapa diantara mereka enggan untuk terbang di atas Vietnam Utara, meskipun ada bonus ganda untuk setiap serangan yang dilakukannya. Sementara itu, selama penggunaan tempurnya, berbagai kekurangan peralatan militer buatan Soviet juga terungkap. Sambungan pada perlengkapan yang terlepas, dan lebih sering transformator lain dari unit catu daya amplifier PU, terbakar karena panas yang berlebih dan kelembaban yang tinggi. Kekurangan yang teridentifikasi kemudian dicatat dan dikirim ke Serikat pengembang dan revisi lebih lanjut. Konfrontasi yang konstan terus-menerus dengan musuh dan respons cepat dalam mengatasi taktik musuh dikembangkan oleh masing-masing pihak. Dengan itulah perubahan signifikan terjadi dalam industri militer. Jadi perang udara di Vietnam ini turut membantu merevolusi sistem pertahanan udara modern, sistem kontrol dan menciptakan perubahan besar dalam metode pertempuran yang kemudian dijalankan setelahnya.

SHRIKE 

Sementara itu kehadiran rudal AGM-45 Shrike asal Amerika menghadirkan bahaya khusus bagi unit radar pertahanan udara Vietnam Utara. Sistem pemandu pasifnya dikonfigurasi untuk bisa mendeteksi frekuensi sistem operasi radar pertahanan udara. Dengan panjang rudal 3,05 m, lebar sayap 914 mm, beratnya 177 kg, kecepatannya bisa  mencapai 1,5 Mach (1789 km / jam). Perkiraan jangkauan operasional AGM-45A adalah 16 km, sedangkan AGM-45B bisa mencapai 40 km, sementara jangkauan peluncuran ke target adalah 12-18 km. Saat hulu ledak rudal meledak pecahan rudal ini akan membentuk sekitar 2.200 fragmen, dengan radius kehancurannya mencapai 15 meter. Setelah diluncurkan di area yang dituju, rudal akan mengaktifkan homing head untuk mencari radar yang lawan yang aktif. Selama penerbangan pilot membutuhkan bidikan yang akurat ke arah radar, karena sistem pencari pada rudal Shrike memiliki sudut pemindaian yang kecil. Meski teknologi anti radar masih belum sempurna, namun Shrike bagaimanapun merupakan senjata canggih pada masanya, yang membawa banyak masalah bagi para teknisi rudal Soviet, memaksa mereka untuk “berpikir keras” dalam mencari cara untuk bisa menanggulangi ancamannya. Menambah rumit cara mengatasi “Shrike” adalah fakta permukaan reflektif rudal itu yang kecil. Ketika layar operator radar dipenuhi dengan gangguan, maka sangat sulit untuk mendeteksi sinyal yang dipantulkan dari Shrike di dalamnya. Tapi mereka kemudian telah menemukan cara untuk menipu rudal ini. Setelah menemukan Shrike, mereka memutar antena radar “P” ke samping atau ke atas, tanpa mematikan pancaran radiasinya. Rudal, kemudian dipandu oleh pancaran sinyal radiasi maksimum, kemudian juga akan berbelok ke arah itu. Setelah itu, pancaran radiasi radar dimatikan dimatikan, dan Shrike yang kehilangan tujuannya umumnya akan terus terbang hingga jatuh beberapa kilometer di belakang posisi intalasi radar. Tentu saja, dengan cara ini beberapa rudal mereka sendiri (yang telah dilontarkan) turut dikorbankan, karena akan kehilangan kendali selama penerbangannya menuju target, tetapi setidaknya peralatan vital lain pada baterai pertahanan udara mereka dapat diselamatkan. Cara lain yang digunakan adalah dengan menembakkan rudal S-75 berdasarkan lintasan balistiknya ke titik dimana pesawat penyerang musuh berada dan mematikan radar hingga saat-saat terakhir. Saat rudal mendekati target, operator lalu menyalakan radar dan mengarahkan rudal menghantam sasaran. Karena rudal S-75 lebih cepat dibanding rudal Shrike, maka operator rudal buatan Soviet memiliki keuntungan lebih dalam mengenai targetnya.

Rudal anti radar AGM-45 Shrike. Kehadiran Shrike meski bukan merupakan senjata yang sempurna, namun memaksa operator Soviet dan Vietnam untuk mengubah taktik pertahanan udara mereka. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)
Armada Penyerang: F-105F dengan rudal AGM-45 Shrike dan F-105D dengan muatan bom. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Mayor Shelomitov Gennady Yakovlevich, seorang saksi dalam pertempuran di Vietnam sebagai bagian dari Resimen Roket ke-260, mengenang: “Setelah peluncuran roket tepat sasaran, operator kontrol manual V.К. Melnichuk melihat di layar muncul sebuah “percikan” dari target dan ada sesuatu yang bergerak terpisah darinya. Dia segera melaporkan kepada komandan: “Saya melihat ‘Shrike’! Datang ke arah kita! Saat memutuskan mematikan radiasi dari antena dengan perintah berbahasa Vietnam melalui penerjemah, rudal Shrike sudah terbang ke Situs radar itu. Kemudian perwira pemandu, Letnan Vadim Shcherbakov sendiri membuat keputusan dan mematikan radiasi dari antena radar. Setelah 5 detik terjadi ledakan. Di kompartmen radar “P”, di mana antena pemancar radar berada, sebuah pintu dirobohkan oleh ledakan, dan seorang operator Vietnam terbunuh oleh sebuah fragmen rudal. Pohon-pohon di dekat kabin ditebas seperti digergaji, dan dari tenda, di mana sebelumnya personel penembakan baterai berada, telah berantakan. Personel kami beruntung – semua selamat. Jika rudal Shrike meledak, dan jatuh ke rudal yang terletak di peluncur. Hulu ledak rudal seberat 200 kg akan meledak bersama dengan oksidator dan bahan bakar yang dibawanya. Ledakan itu bisa meledakkan rudal pada peluncur lainnya. Bahan bakar roket yang sangat beracun akan menyala dan terbakar. ” Anatoly Zayika, kepala Grup spesialis militer Soviet yang tergabung dalam Resimen Rudal Permukaan-ke-Udara ke-238 VPA: “terdapat beberapa pertempuran yang dramatis dan sulit. Suatu kali, batalion mendapat serangan dari pesawat Amerika. Sistem rudal rusak parah. Tampaknya batalion itu tidak bisa berfungsi untuk waktu yang lama. Sementara itu, kelompok kedua pesawat musuh datang untuk melancarkan serangan kedua, untuk terakhir kalinya guna menghancurkan kami sepenuhnya. Tetapi orang-orang kami terus bekerja untuk memulihkan sistem rudal agar dapat kembali berfungsi dan menghadapi serangan udara kedua dengan tembakan. Mereka berhasil dengan menghancurkan dua pesawat serang berbasis kapal induk. Hore! Kemenangan yang paling sulit adalah yang pertama, tetapi itu seratus kali lebih berharga daripada yang sebuah kemenangan yang mudah.” Setelah mengalami beberap pengalaman buruk, kemudian para operator radar belajar untuk menyalakan radar tidak lebih 5-7 detik sebelum meluncurkan rudal ke udara.

Kombinasi serangan pesawat A-4 Skyhawk dan pesawat tempur F-8 Crusader yang memberikan perlindungan udara. Dalam Perang Vietnam, Amerika kerap menggelar lusinan pesawat sekaligus dalam sekali serangan. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Sementara itu, taktik paling efektif untuk dijalankan oleh unit divisi rudal pertahanan udara adalah taktik penyergapan. Pada siang hari mereka bersembunyi di hutan, dan pada malam hari mereka pergi ke posisi yang sudah disiapkan. Hanya tiga dari enam instalasi rudal yang dikerahkan, yang memungkinkan mereka untuk meluncurkan roket, dengan cepat berkemas dan masuk kembali ke dalam hutan. Meski demikian, mereka tidak selalu mampu untuk menjalankan taktik ini tanpa menderita kerugian. Pilot-pilot Amerika memiliki caranya sendiri untuk melaksanakan misi tempur mereka menyerang resimen rudal pertahanan udara lawan yang terdeteksi. Biasanya posisi sistem pertahanan udara yang mereka temukan akan diserang oleh pasangan pesawat F-4 “Phantom II”, F-8, atau A-4. Beberapa kapal induk AS berlayar di sepanjang pantai Vietnam, untuk serangan besar-besaran, jumlah mereka lalu meningkat menjadi 5 unit. Sepuluh skuadron A-4F, pesawat serang berbasis kapal induk A-6А dan enam skuadron tempur F-8А yang berbasis di kapal induk ambil bagian dalam serangan udara tersebut. Pesawat-pesawat yang berbasis di Thailand dan Vietnam Selatan juga turut bergabung dengan mereka. Selama penyerangan, pesawat-pesawat pengintai RF-101, RF-4 dan RB-66 menggunakan jammer secara aktif. Saat menghadapi banyak masalah, mereka akan mengirimkan pesawat pengintaian yang bisa terbang di ketinggian tinggi, yakni SR-71. Terbang di ketinggian 20 km dengan kecepatan 3200 km / jam, ia dengan cepat dapat terbang di atas wilayah udara Vietnam dan merupakan target paling sulit ditembak bagi para personel rudal pertahanan udara.

BOM CLUSTER

Dalam Perang Vietnam, Amerika menggunakan senjata penghancur dan amunisi yang mengerikan, seperti napalm, penyemprotan herbisida, bom cluster. Mengenai bom cluster, casing bom cluster adalah semacam wadah dua bagian, yang diikat bersama. Wadah itu berisi 300an bola granat. Setiap bola granat memiliki berat 420 g dan berisi hingga 390 buah fragmen. Bahan RDX biasanya digunakan sebagai bahan peledak. Kontainer bom itu sendiri dilengkapi dengan sekering waktu tunda dari beberapa menit hingga beberapa jam, dan terkadang bahkan berhari-hari. Dengan ledakan bom cluster, pecahannya dapat tersebar hingga radius 25 meter. Pecahannya akan menghantam segala sesuatu yang berada di sekitarnya mulai dari tumbuhan hingga manusia. “Suatu kali saat penyerangan, sebuah kontainer berisi bom cluster dijatuhkan di rumah tempat kami tinggal. Bom itu meledak di ketinggian 500 meter dari atas tanah. 300 “bola fragmen” tersebar dari bom itu, dan mereka mulai jatuh di atap rumah dan di tanah di sekitarnya. Mereka diledakkan dari ketika mereka dijatuhkan, dan ratusan bola fragmen dengan diameter 3-4 mm terbang ke segala arah. Semua orang yang ada di rumah tiarap di lantai. Ledakan cluster berlanjut selama beberapa menit. Pecahan bom menembus bingkai jendela dan terbang menghantam ke dinding dan langit-langit. Bola bom yang meledak di atap rumah, tidak bisa mengenai siapa pun, karena rumah itu berlantai dua. Mereka yang berada di jalan berhasil bersembunyi di balik tiang dan tembok rendah. Tangki air minum di depan berubah menjadi seperti saringan, dan air jernih mengucur dari lubang-lubang yang tercipta ke segala arah. ”kenang Mayor G. Shelomitov. Sementara itu, bom magnetik dengan teknik penundaan peledakan juga merupakan bahaya besar. Orang-orang Amerika menjatuhkannya dari ketinggian rendah di dekat jalanan. Bom seperti ini bisa menunggu korbannya untuk waktu yang lama, dengan sedikit tenggelam ke dalam tanah, tergeletak di sisi jalan. Jika benda logam masuk ke medan magnet bom semacam itu: mobil, sepeda, personel bersenjata, atau petani dengan cangkulnya – ledakan bisa terjadi. 

Kontainer bom cluster yang memiliki efek jangka panjang. (Sumber: https://www.cbc.ca/)
RB-66 Destroyer, pesawat bomber B-66 yang dimodifikasi untuk misi-misi pengintaian. Amerika kemudian juga memodifikasi B-66 untuk misi-misi peperangan elektronika di Vietnam. (Sumber: https://www.super-hobby.com/)

Pasukan musuh secara teratur juga menggunakan peralatan perang elektronik (EW). Sebagian besar serangan mereka dilakukan dengan menggunakan perangkat pengacau radar yang kuat di sepanjang jalur pengamatan target. Dan pada tahun 1967, mereka mulai menambahkan perangkat gangguan tambahan yang menyerang sistem kendali rudal. Hal ini pada akhirnya secara signifikan mengurangi efektivitas sistem rudal pertahanan udara, dengan menyebabkan hilangnya rudal yang diluncurkan. Untuk mencegah hilangnya kendali pada rudal, maka diputuskan untuk segera mengkonfigurasi ulang frekuensi kerja di semua rudal yang masih tersedia. Para teknisi bekerja sepanjang waktu untuk mencapai tingkat perlindungan yang diperlukan dalam menghadapi gangguan elektronik yang dilancarkan musuh. Mengenai efek perangkat jammer Amerika, menarik untuk disimak pengalaman dari operator radar asal Soviet, Petr Zalipsky: “yang dapat kami lihat di layar monitor adalah garis horizontal, sementara garis vertikal hanya kedipan sinar. Pesawat yang memimpin sudah melemparkan chaff dan mengganggu perangkat kami. Kami mencoba menebak-nebak pesawat mana yang melepas jammer. Saat itu ada 15 pesawat – F-4D dan F-105. Insting saya mengatakan untuk menembak pesawat yang ada di tengah formasi. Saya memberi Mayor Ilinykh koordinatnya. Ia menjawab: ‘Ok kita lakukan ini? Mungkin kita bisa mengenai sesuatu yang ada di tengah formasi.” Mereka menembak, dan seperti biasa mengklaim mengenai sebuah sasaran, meski klaim semacam ini tidak lebih akurat dibanding klaim petinggi militer Amerika di Vietnam saat itu. Untuk membuat gangguan elektronik di semua jaringan pertahanan lawan selama serangan besar-besaran, orang-orang Amerika secara khusus memodifikasi pembom B-66. Melewati perbatasan Laos dan Kamboja, pesawat-pesawat ini, mencegah sistem radar Vietnam Utara mendeteksi target, yang turut berkontribusi pada impunitas pesawat-pesawat penyerang Amerika. Pada malam hari, batalyon rudal harus diam-diam bergerak maju ke perbatasan dengan Laos untuk membuat “penyergapan” di mana tidak ada yang membayangkan mereka ada disana. Para personel unit rudal pertahanan udara melakukan pergerakan di malam hari sepanjang ratusan kilometer, bergerak di sepanjang jalan rusak melalui pegunungan di hutan. Hanya setelah peralatan disamarkan dengan baik, mereka bisa beristirahat dan menunggu. Tembakan tiga rudal di dekat perbatasan merupakan kejutan tidak menyenangkan bagi pesawat jammer B-66, yang terbang sebagai kedok dari selusin pesawat pengebom tempur F-105 dan pesawat serang A-4D.

John Mccain saat ditangkap setelah pesawatnya tertembak sistem pertahanan udara Vietnam Utara. (Sumber: https://www.iconichistoricalphotos.com/)
F-105 terkena tembakan rudal S-75 Dvina. (Sumber: https://www.rbth.com/)

Target mahal dan dijaga dengan hati-hati akhirnya hancur. Selama respons terhadap serangan penyergapan itu, para pelindung armada pembom tidak berhasil mendeteksi lokasi yang tepat dimana rudal diluncurkan, dan setelah mengebom posisi yang salah, mereka menghilang. Saat senja, personel unit rudal pertahanan udara itu membelokkan kendaraan mereka dan kembali ke pangkalannya. Pada saat yang sama, di daerah Hanoi, musuh melancarkan serangan udara besar-besaran ke berbagai sasaran strategis. Armada pesawat Amerika, yang menganggap diri mereka benar-benar aman, tanpa takut akan menghadapi serangan balasan dari pasukan pertahanan udara Vietnam, melakukan penerbangan mereka dengan bebas. Tapi mereka salah perhitungan, dan dengan hilangnya beberapa pesawat jammer mereka, mereka menjadi mangsa empuk bagi pasukan pertahanan udara VPA, yang segera menembak jatuh sekitar selusin pesawat. Sementara itu serangan di Hanoi dilakukan menggunakan perangkat jammer paling kuat oleh kelompok besar berjumlah 12, 16, 28, 32 dan bahkan 60 pesawat. Tetapi bagaimanapun musuh juga menderita kerugian yang signifikan dalam teknologi dan personel. Hanya dalam seminggu, 4 personel berpangkat Kolonel, 9 Letnan Kolonel ditembak jatuh di dekat Hanoi. Salah satu yang ditembak jatuh adalah seorang letnan muda bernama John McCain, yang kemudian akan menjadi senator dan calon presiden Amerika. Ayah dan kakek McCain adalah laksamana yang terkenal pada Angkatan Laut AS. Pesawatnya, yang lepas landas dari kapal induk “Enterprise”, diperkirakan ditembak jatuh unit rudal yang ada di bawah komando Yu.P. Trushechkin, yang saat itu ada di dekat posisi mana dia jatuh. McCain berhasil melontarkan diri dari pesawat, namun sayap pesawat dan parasutnya mendarat di danau, kaki dan tangannya juga patah. Dia cukup beruntung bahwa kelompok prajurit penangkapnya tiba tepat waktu, karena para petani biasanya dapat menyerang pilot Amerika dengan cangkul mereka.

PENAKLUK NAGA

Untuk kemenangan ini, Trushechkin dianugerahi medali Order of the Red Star. Untuk mengenang peristiwa ini, dia menyimpan sebuah buku penerbangan dengan catatan tentang pemeriksaan parasut, di mana pada bagian penutupnya ditulis dengan spidol nama “John Sidney McCain.” “Untungnya dia tidak jadi presiden. Dia membenci orang Rusia. Dia tahu bahwa pesawatnya ditembak oleh rudal kami, “- kata mantan perwira rudal pertahanan udara itu. Pada bulan Desember 1967, muncul krisis pada pihak yang bertahan, bahwa Amerika mulai sukses untuk sepenuhnnya mengganggu jaringan radio penghubung antara pengontrol dan peluncur rudak SAM. Namun perimbangan berbalik kembali, saat seorang tawanan perang Amerika membuka informasi mengenai bom berpemandu TV Walleye, bersama dengan target-target yang diincarnya. Dua bulan kemudian, St Valentine Day tahun 1968, sebuah pesawat pembom tempur F-105 secara nyaris utuh jatuh ke tangan pihak komunis, yang memberi mereka kesempatan untuk membongkar rahasia pod Jammer yang dibawanya. Pada bulan Desember 1972, Amerika melancarkan serangan udara besar-besaran di Hanoi dalam Operasi Linebacker II, divisi rudal Vietnam Utara berhasil menembak jatuh beberapa pembom B-52. Tak lama setelah itu Amerika memutuskan untuk menandatangani perjanjian damai di Paris untuk menghentikan pemboman di Vietnam dan menarik pasukan mereka dengan syarat-syarat yang menguntungkan pihak Vietnam Utara. Melindungi orang-orang Vietnam Utara yang “cinta damai” dari kedatangan naga haus darah dengan api yang menyambar-nyambar nampaknya memenuhi pemikiran orang-orang Vietnam dan propaganda yang ditangkap oleh orang-orang Rusia. Melihat beberapa Phantom  mendapat lukisan naga, yang memuntahkan sedang memuntahkan api dan membawa kematian beberapa tempat di Vietnam, dapat dipahami bahwa para petani Vietnam yang setengah buta huruf mungkin menganggap prajurit Soviet sebagai para penakluk naga dan memanggilnya “Ilinykh” (tentara Soviet).

Jendela pilot pada bomber Boeing B-52 yang rusak oleh pecahan dari rudal SAM SA-2. (Sumber: https://www.rbth.com/)
Kelompok pemburu SAM Angkatan Udara AS dari 388th Tactical Fighter Wing mengisi bahan bakar dalam perjalanan ke Vietnam Utara untuk menyerang selama “Operasi Linebacker” pada bulan Oktober 1972. (Sumber: https://www.rbth.com/)
Personel militer Soviet bersama dengan anak-anak Vietnam. Bagi orang-orang Vietnam Utara, orang-orang Soviet merupakan mitra dan pelindung mereka dari serangan udara Amerika. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Sementara itu, ketidaksukaan orang-orang Amerika ini, diakui oleh beberapa personel asal Soviet. Valery Panov, seorang perwira senior fasilitas komunikasi di Haiphong, mengatakan: “para petani akan membunuh para penerbang Amerika dengan cangkul dan menguburnya di kawah bom terdekat. Personel Soviet lainnya Valery Miroshnichenko berkata: “kami semua mungkin akan melakukan hal yang sama pada orang-orang Amerika, untuk menunjukkan siapa boss-nya”. Bagi Viktor Malevanyi, yang sempat mengalami masa-masa Perang Dunia II, sebagai anak-anak di Ukraina yang diduduki Jerman mengatakan: “Perasaan benci orang-orang Vietnam terhadap orang-orang Amerika bahkan melebihi perasaan kami terhadap orang-orang Jerman. Di antara tentara Soviet yang tewas di Vietnam, bersama dengan pilot, adalah para personel unit rudal, teknisi, dan juru kamera. Mereka gugur, terlepas dari kenyataan bahwa orang-orang Vietnam berusaha melindungi mereka dengan cara apa pun, sering kali dengan menutupi tubuh mereka dari pecahan peluru. Orang-orang Vietnam menyukai para personel Soviet yang terbuka dan pemberani ini, yang dapat setelah bekerja keras sepanjang hari, mengadakan konser dan menyanyikan lagu-lagu penuh perasaan tentang negara mereka yang jauh dari Vietnam. Para personel Soviet di Vietnam bukan bertempur untuk mempertahankan negeri mereka yang jauh. Mereka sadar akan risiko yang mereka hadapi. Mereka tetaplah manusia yang memiliki ketakutan terhadap ancaman dari rudal “Shrike” atau pesawat tempur “Phantom”. Namun mereka menjalankan tugas yang diberikan oleh negara mereka dengan sebaik-baiknya dan jasa-jasa mereka tidak akan pernah dilupakan oleh rekan-rekan Vietnam mereka.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Our winners of flying “dragons” in Vietnam by Kantemirov Victor; November 19 2018

https://en.topwar.ru/149959-nashi-pobediteli-letajuschih-drakonov-vo-vetname.html

How the Soviets fought against the Americans in Vietnam; JUL 07, 2020 By RUSSIA BEYOND

https://www.google.com/amp/s/www.rbth.com/history/332396-how-soviets-fought-against-americans/amp

Vietnam: An Epic Tragedy, 1945-1975; a book by Max Hastings; p 314, p 316 – 318

Air warfare in the missile age, Book by Lon O. Nordeen, 1985; p 23

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Vietnam_War

Exit mobile version