Sejarah Militer

Task Force Baum: Upaya Kontroversial Patton Menyelamatkan Menantunya Dari Tawanan Jerman

Di tengah berkurangnya cahaya di wilayah Afrika Utara pada 14 Februari 1943, Letnan Kolonel John Waters menyaksikan gelombang debu naik dari arah timur. Sudah terlambat, saat dia dan orang-orang Amerika lainnya dari Komando Tempur C, Divisi Lapis Baja ke-1 menyadari bahwa mereka sedang diserang oleh lusinan panzer Jerman dan ribuan personel unit panzergrenadier dari Divisi Panzer ke-10 yang berpengalaman. Roket sinyal dari kedua sisi melengkung naik ke langit fajar, dan ratusan peluru artileri Jerman dan peluru tank jatuh ke posisi Amerika di Djebel Lessouda, bukit terpencil antara Grand dan Eastern Dorsals di daerah Tunisia tengah. Artileri AS mencoba merespons, tetapi tank Jerman sudah berada di bawah dan melewati area target yang telah dicatat sebelumnya. Waters lalu menyuruh perwira artileri untuk memindahkan posisi meriamnya kembali dan melepaskan tembakan. Saat kru mereka yang ketakutan memindahkan meriam, mereka ditangkap dan ditaklukkan oleh panzer-panzer Jerman. Tank Waters sendiri tidak dapat menghentikan serangan musuh yang terus berlanjut, karena satu demi satu “ditelan” oleh tembakan Jerman. Sebelum pagi yang panjang itu usai dan matahari mencapai puncaknya, pasukan Jerman telah menangkap Letkol Waters, lulusan West Point tahun 1931, putra seorang bankir Baltimore dan menantu dari Mayjen George S. Patton, Jr, setelah menikahi putri Patton, Beatrice. Tampaknya, perang yang dijalani Waters telah berakhir. Namun, penangkapannya, kemudian secara tidak langsung akan menyebabkan kematian atau pemenjaraan ratusan orang Amerika lainnya. Namun, ini masih akan datang bertahun-tahun kemudian, di benua dan medan perang yang jauh dari gurun pasir yang panas di Tunisia.

Pasukan Jerman di Afrika Utara. Melawan pasukan Rommel yang jauh lebih berpengalaman, pasukan Amerika yang masih hijau mengalami banyak korban di bulan-bulan awal kampanye sekutu di Afrika Utara, seperti dalam pertempuran di Sidi Bou Zid dan Kasserine Pass, Februari 1943. (Sumber: http://forum.worldoftanks.asia/)

ABRAHAM BAUM: PUTRA PEMOTONG BLUS

Sementara Waters dan anak buahnya berjuang untuk kelangsungan hidup mereka di Djebel Lessouda, Letnan Satu Abraham Baum berharap untuk bisa menyelesaikan pelatihan infanteri dan bergabung dalam perang melawan Jerman-nya Hitler. Lahir pada tanggal 29 Maret 1921, Abraham J. Baum, sempat putus sekolah di Bronx untuk membantu menghidupi keluarganya. Sebagai putra seorang pemotong blus Yahudi dari New York’s Garment District, latar belakang Baum tidak seperti latar belakang Waters ‘. berusia empat belas tahun lebih muda dari Waters, Baum masuk militer sebagai seorang prajurit pada bulan Desember 1941 setelah Jepang menyerang Pearl Harbor dan bisa naik sampai ke jenjang perwira junior. Dia belum pernah ditempatkan di luar negeri, apalagi berhadapan dengan Wehrmacht (Angkatan Bersenjata Jerman). Pada bulan Desember 1943, Baum dikirim ke Inggris bersama Batalyon Infantri Lapis Baja ke-10 dari Divisi Lapis Baja ke-4. Pada bulan Juli 1944, Baum dan Divisi Lapis Baja ke-4 memulai bertempur selama sembilan bulan terus menerus yang akan membawa nama mereka menjadi divisi yang disegani dalam satuan Angkatan Darat Ketiga AS, yang sekarang dipimpin oleh Letnan Jenderal George Patton. Divisi Lapis Baja ke-4 mendapat banyak manfaat dari pelajaran yang didapat di Tunisia dan dialami oleh Waters dan rekan-rekannya, banyak di antaranya gugur di sana. Secara kebetulan, jalan karir kedua prajurit ini akan berhubungan dan nasib mereka, untuk sementara, belum akan bersinggungan, setidaknya sampai perang itu sendiri hampir berakhir, di dekat kota Jerman yang tidak dikenal dan kebanyakan terlupakan bernama Hammelburg. Waters dan Baum adalah pahlawan Amerika yang tidak dikenal, dimana kepahlawanan mereka terletak pada kekalahan terhormat yang mereka alami melawan rintangan yang panjang dan sulit.

Abraham Baum, perwira muda dari Divisi Lapis Baja ke-4 Amerika, keturunan Yahudi asal New York. (Sumber: http://ww2review.blogspot.com/)

WATERS TIBA DI AFRIKA UTARA

Letnan Kolonel Waters tiba di Tunisia pada akhir tahun 1942 untuk memimpin Batalyon ke-1, dari Divisi Lapis Baja ke-1. Hingga saat itu baik divisi dan batalion Waters tidak memiliki pengalaman tempur. Mereka sedang dalam proses, dilengkapi dan dipersiapkan berdasarkan teori yang dikembangkan dalam permainan perang yang pernah dilakukan Angkatan Darat Amerika di Texas dan Arkansas. Dengan optimisme khas Amerika, para perwira dan orang-orang dari Divisi Lapis Baja ke-1 mengharapkan pertempuran dan bisa mengalahkan orang Jerman “yang malang” dalam operasi tank yang singkat. Pada kenyataannya, divisi tersebut, seperti kebanyakan personel Angkatan Darat Amerika lainnya, belum teruji, tidak terorganisir dan dipimpin dengan baik serta masih harus banyak belajar. Batalyon Waters seluruhnya dilengkapi dengan tank-tank ringan Stuart, yang kecil, memiliki lapisan baja tipis, dan bersenjata ringan, dimana keuntungan satu-satunya adalah pada kecepatannya. Stuart sudah terhitung usang sebenarnya pada akhir tahun 1942, kalah dibandingkan dengan semua tank tempur menengah dan berat yang dimiliki Jerman. Batalyon lain di divisi tersebut, diketahui telah dilengkapi dengan tank medium General Lee yang sama-sama cepat usang, lebih besar dan lebih berat daripada Stuart, tetapi mesinnya canggung dan tidak efektif. Hanya Sherman yang lebih baru — yang masih banyak melengkapi batalion di divisi yang lebih besar — yang cocok untuk menghadapi tank menengah Jerman. Sementara itu tidak ada tank Amerika manapun yang bisa menandingi tank Tiger Jerman baru. Keragaman dan ketidaksiapan, dari peralatan tentara Amerika juga tercermin dalam kepemimpinan dan organisasi divisi-divisi mereka. Komandan divisi Waters, yakni Mayor Jenderal Orlando Ward, sialnya hanya memiliki sedikit kendali atas unitnya sendiri. Markas yang lebih tinggi telah membagi Divisi Lapis Baja ke-1 menjadi unit-unit ad hoc terpisah dan menyebarkannya di garis depan. Akhirnya, divisi Ward akan berakhir dalam pertempuran kecil-kecilan dan Ward sendiri akhirnya dibebastugaskan. 

John Knight Waters, perwira komandan Batalyon ke-1, dari Divisi Lapis Baja ke-1 di Tunisia tahun 1943. Waters merupakan menantu Jenderal Patton. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Tank Stuart, yang mirip digunakan oleh unit pimpinan Letkol John Waters di Afrika Utara. Selain kegesitannya, Stuart hanya dibekali dengan lapisan baja yang relatif tipis dan persenjataannya kurang dibandingkan dengan tank-tank medium dan berat milik Jerman di Afrika Utara. Oleh karenanya tank-tank ini lebih cocok digunakan untuk misi-misi pengintaian. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Terlepas dari keadaan ini, bentrokan awal antara Batalyon ke-1 dengan pasukan Axis terhitung sukses. Pada tanggal 25 November 1942, batalion, yang tergabung dalam Blade Force, maju ke lembah Sungai Tine di Tunisia utara dekat kota Tebourba. Mereka dengan mudah menyerbu garnisun infanteri Italia yang mempertahankan jalur masuk ke lapangan terbang utama Jerman dekat Djedeida. Waters mengirimkan Kompi C di bawah pimpinan Mayor Rudolph Barlow untuk melakukan pengintaian dengan tank-tank Stuart yang gesit. Bergerak jauh di belakang garis pertahanan pasukan Jerman, Kompi C menghancurkan lusinan pesawat Jerman yang diparkir di lapangan terbang, menembak mereka di landasan dengan senapan mesin dan meriam ringan kaliber 37mm milik Stuart. Tentara Amerika menghancurkan lebih dari 20 pesawat Jerman bersama dengan banyak peralatan dan bahan bakar. Keesokan harinya, tank-tank Jerman dari Divisi Panzer ke-10 menyerang balik. Panzer Mark III dan IV milik Jerman yang lebih unggul menyerang posisi Waters di Tine. Tank-tank Jerman yang punya lapisan baja dan dipersenjatai lebih baik dengan mudah menembus pertahanan kompi-kompi Amerika. Tank-tank Amerika tidak memiliki keunggulan dibandingkan tank-tank Jerman selain kemampuan manuver dari tank Stuart. Mengambil keuntungan dari kemampuan manuvernya ini, satu kompi Amerika bermanuver di belakang tank-tank Jerman, menghancurkan beberapa tank Mark IV dengan tembakan menembus ke pelindung belakang tank Jerman yang rentan karena memiliki lapisan baja lebih tipis. Meskipun batalion Waters kalah telak, pihak Jerman mundur, dengan meninggalkan banyak tank. Keberhasilan awal ini mungkin telah menimbulkan rasa percaya diri yang salah. Saat musim dingin Tunisia yang dingin dan basah tiba, tentara Jerman melakukan serangan balik dengan sungguh-sungguh di sepanjang garis depan dan mendesak keluar Divisi Lapis Baja ke-1 dari Pegunungan Eastern Dorsal yang strategis di Tunisia.

WATERS DITANGKAP

Tidak mau menyerahkan salah satu wilayah yang direbut dengan susah payah, markas besar Korps ke-II Amerika memerintahkan tank-tank Waters yang masih bisa beroperasi untuk bergabung dengan pasukan infanteri Amerika di sebuah bukit bernama Djebel Lessouda dekat kota Sidi bou Zid. Sementara itu, kelompok tempur Amerika lainnya menduduki bukit yang disebut Djebel Ksaira di selatan. Perbukitan itu terletak di antara Pegunungan Eastern Dorsal dan Pegunungan Grand Dorsal. Penempatan ini menciptakan posisi pertahanan Amerika yang menonjol ke arah garis depan pasukan Jerman di Faid Pass. Posisi musuh yang menonjol, bagi pikiran rata-rata petinggi militer Jerman, adalah laksana rusa kutub yang terisolasi diantara sekelompok singa — sebuah mangsa yang dapat dihantam dari dua sisi dan dihancurkan tanpa ampun. Orang Amerika yang tidak berpengalaman mengabaikan risiko ini, mereka yakin bahwa Jerman akan tetap tidak aktif secara militer sampai musim semi. Dalam hal ini mereka dengan bodohnya salah menilai lawan mereka yang berpengalaman dan agresif, seperti Jenderal Erwin Rommel dan Hans-Jurgen von Arnim, dua ‘singa’ yang tidak berniat membiarkan mangsanya melarikan diri. Waters dan anak buahnya bertanggung jawab untuk mempertahankan bagian selatan bukit dan menghadapi musuh lama mereka, yakni Divisi Panzer ke-10, yang sekarang bergabung dengan Divisi Panzer ke-21 dari Korps Afrika yang terkenal. Divisi-divisi Jerman ini dipimpin dan diperlengkapi dengan lebih baik, dengan lebih banyak pengalaman daripada sebagian besar tentara Amerika yang masih hijau. Batalyon ke-1 Waters sendiri telah berkurang kekuatan operasionalnya hingga tinggal menyisakan kekuatan seukuran 1 kompi tank-tank Stuart. Dia mengomandani tank-tank itu dengan ditambah satu batalion pasukan infanteri dan artileri. 

Peta pertempuran di Sidi Bou Sid, Februari 1943. (Sumber: https://alchetron.com/)
Foto udara lokasi pertempuran di Sidi Bou Sid. Dalam pertempuran ini, John Waters berhasil ditangkap pasukan Jerman. (Sumber: https://alchetron.com/)

Entah karena perintah dari atas, kelesuan, atau terlalu percaya diri, tentara Amerika tidak secara agresif berpatroli di sekitar Faid Pass, sehingga memungkinkan pihak Jerman untuk mengumpulkan pasukan mereka tanpa terdeteksi. Serangan tentara Jerman yang tiba-tiba kemudian mengejutkan pihak Amerika dengan kecepatan dan kekerasannya. Waters dan kelompok komandonya, yang terdiri dari sebuah kendaraan Halftrack, sebuah jip, dan beberapa tentara, mendapati dirinya terputus dari kekuatan utama di awal pertempuran dan tidak dapat berkomunikasi dengan komando utama di bagian utara bukit. Waters lalu menarik kembali kelompok komando tersebut dan mengirim seorang prajurit muda untuk melaporkan situasi mereka kepada komandan satuan tugas. Beberapa menit kemudian, bocah itu kembali, dengan luka parah di perut. Saat Waters menghibur prajurit yang sekarat itu, para prajurit panzergrenadier Jerman yang dipandu oleh orang-orang Arab maju melewati lereng bukit yang hancur menuju ke posisinya. Waters dan sekelompok kecil prajurit bersembunyi sampai malam. Saat kegelapan turun, satu regu infanteri Jerman menemukan posisinya dan memaksa tentara Amerika untuk menyerah. Jelas senang karena telah bisa menangkap seorang letnan kolonel Amerika, ketika tentara Jerman membawa Waters pergi ke tempat yang akan menjadi dua tahun dimana dia ditahan, dilecehkan, dan dalam kondisi hampir kelaparan, mereka melewati sekelompok tentara Jerman yang menari mendengarkan rekaman jazz di sekitar sebuah kendaraan Halftrack Amerika.

KEBANGKITAN DIVISI LAPIS BAJA KE-4

Pada Maret 1945, Waters telah ditahan dalam beberapa Oflag (kamp tawanan perang) Jerman. Sementara pasukan Soviet mendesak Wehrmacht kembali ke arah Berlin, Waters dan perwira Amerika lainnya dipaksa berbaris ratusan mil dari Oflag 64 di Szubin, Polandia, ke wilayah Jerman tengah. Jerman berencana untuk menggunakan para tawanan perang yang lemah dan kekurangan gizi sebagai alat tawar-menawar saat mereka menghadapi kekalahan mereka yang akan datang. Ketika Jerman membongkar Oflag 64 dan kamp lainnya yang serupa, beberapa orang Amerika yang pemberani menemukan caranya untuk melarikan diri dan mencapai garis depan pasukan Rusia. Pihak Rusia kemudian memindahkan orang-orang ini ke Moskow di mana seorang petugas di Kedutaan Besar Amerika menanyai para pelarian tersebut. Beberapa dari mantan tawanan perang ini telah diinternir bersama dengan Kolonel Waters. Mereka melaporkan bahwa Waters dan kelompok tawanan perangnya akan dibawa pergi ke sebuah Oflag (Oflag XIIIB) dekat kota Hammelburg di area perbukitan Franken antara Wurzburg dan Schweinfurt. Kamp itu pernah menjadi kamp tawanan perang selama Perang Dunia Pertama. Setelah tahun 1935, tempat itu menjadi kamp pelatihan dan area pelatihan militer untuk Angkatan Darat Jerman. Dalam Perang Dunia Kedua, Angkatan Darat Jerman menggunakan bagian kamp Hammelburg untuk dua kamp tawanan perang. Oflag XIIIB diperkirakan menampung 3.000 tawanan Serbia dari Angkatan Bersenjata Kerajaan Yugoslavia dan sekitar 800 orang Amerika yang telah datang pada bulan Januari, sebagian besar diantara mereka ditangkap Selama Pertempuran Bulge.

Oflag XIIIB di Hammelburg. (Sumber: https://taskforcebaum.de/)
Kawat berduri dan pos penjagaan di Oflag XIIIB. Kondisi di kamp tawanan ini memprihatinkan, dengan banyak tawanan kedinginan dan kekurangan makanan. (Sumber: https://taskforcebaum.de/)

Moral tawanan Amerika diketahui buruk, sampai datangnya kontingen 430 tawanan Amerika lainnya dari Polandia. Perwira senior para tawanan itu adalah Kolonel Paul Goode, dengan wakilnya adalah Letnan Kolonel John Knight Waters! Goode sempat menulis daftar orang-orang di kamp untuk Palang Merah Internasional, yang pada akhirnya membantu pihak Intelijen AS untuk melacak keberadaan para perwira yang menjadi tawanan itu. Setelah melakukan perjalanan sejauh 340 mil – sebagian besar dengan berjalan kaki – dalam tujuh minggu, orang-orang itu akhirnya tiba dengan kereta api di Kamp Hammelburg pada 9 Maret 1945. Kondisi di kamp sangat memprihatinkan bagi para tawanan. Sangat sedikit pemanas dan makanan disediakan oleh tentara Jerman. Bangunan itu tertutup kertas tar dan dipanaskan oleh dari tungku logam, namun tidak ada cukup kayu bakar untuk menghangatkan bangunan, dan para tawanan semua harus berkumpul bersama untuk mencari kehangatan, karena arang yang disediakan tidak bisa menjaga suhu ruangan diatas 20F (-7C). Selain itu penyakit disentri menyebar didalam kamp. Informasi ini pada gilirannya menemukan jalannya ke salah satu prajurit di Eropa yang sangat berkepentingan dengan nasib Waters, yakni Jenderal George Patton. Pada saat Patton mengetahui kemungkinan kedatangan Waters di Hammelburg, Kapten Abe Baum telah berjuang melintasi wilayah Prancis dan menuju ke Jerman sebagai perwira dari Batalyon Infanteri Lapis Baja ke-10, Divisi Lapis Baja ke-4. Patton sendiri melemparkan pujian tinggi tentang unit ini, “Tidak pernah ada organisasi pertempuran yang begitu hebat seperti Divisi Lapis Baja ke-4.” Divisi tersebut telah memimpin pergerakan Pasukan Darat Ketiga Patton melalui wilayah Prancis, bertempur merebut kota berbenteng Nancy, dan, dalam aksinya yang terkenal, melaju ke sayap Tentara Panzer Kelima di Bastogne, guna membebaskan kota dan personel Divisi Lintas Udara ke-101 dalam sebuah pertempuran epik. 

Creighton Abrams salah satu komandan Divisi Lapis Baja ke-4 yang menonjol. (Sumber: https://www.flamesofwar.com/)
Unit pimpinan Creighton Abrams adalah salah satu yang pertama memecah kepungan di Bastogne, Natal tahun 1944. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Komando Tempur B dari satuan ini, yang dipimpin oleh Kolonel Creighton Abrams, pernah menjadi ujung tombak di Bastogne. Mengenai Abrams, Patton sendiri pernah berkata tentang, “Saya seharusnya menjadi komandan tank terbaik di Angkatan Darat, tetapi saya memiliki satu saingan – yakni, Abe Abrams.” Pasukan infanteri batalion Lapis Baja ke-10 adalah elemen infanteri mekanis dari satuan yang dipimpin oleh Abrams. Dalam delapan bulan melewati berbagai pertempuran berdarah, Baum, putra pemotong blus ini telah menjadi prajurit tempur profesional yang tangguh, seorang pria yang hampir pasti memiliki pengetahuan lebih baik daripada Waters yang berpendidikan West Point pada hari saat dia ditangkap. Begitulah nilai penting dari pengalaman tempur di medan perang yang terus berevolusi. Dua kali dianugerahi medali Silver Star untuk keberanian, serta Purple Heart, pada bulan Maret 1945, Baum adalah perwira operasi dari batalion infanteri Lapis Baja ke-10. Angkatan Darat A.S. sendiri telah belajar banyak dalam dua tahun sejak kekalahan telaknya di Kasserine Pass di mana Waters ditangkap, meskipun dengan biaya yang besar. Organisasi Divisi Lapis Baja ke-1 yang membingungkan di Tunisia sudah dianggap ketinggalan zaman. Sekarang Divisi Lapis Baja ke-4 lebih kecil, lebih fleksibel, dan lebih kuat persenjataannya daripada Divisi Lapis Baja ke-1 yang tidak terorganisir di Afrika Utara. Tank-tank Stuart yang sudah usang sudah diganti, kecuali mereka yang tetap berada di elemen pengintaian divisi. Sebaliknya, hanya ada tiga batalyon tank Sherman, masing-masing dipasangkan dengan batalion infanteri yang sepenuhnya mekanis dan batalion artileri gerak sendiri. Pada tahun 1944, komando tempur lapis baja Amerika adalah tim senjata gabungan yang ideal. Meskipun Jerman sebagai pencetus dari taktik tempur senjata gabungan selalu memiliki tank yang lebih unggul, mereka tidak pernah memiliki jumlah yang cukup untuk kendaraan Halftrack atau artileri gerak sendiri sebagai senjata pendukung. Pada tahun 1944, divisi lapis baja Amerika memiliki kekuatan dan fleksibilitas yang belum pernah dimiliki sebelumnya, terlepas dari fakta bahwa Sherman secara umum masih inferior daripada tank dan meriam serbu Jerman terbaik.

PATTON MEMERINTAHKAN PENYELAMATAN WATERS

Pada bulan Maret 1945, komando tempur pimpinan Abrams berada jauh di wilayah Jerman, setelah berjuang melintasi sungai Rhine ke pinggiran timur kota Frankfurt yang hancur. Pada tanggal 24 Maret, Mayor Jenderal Manton Eddy, komandan Korps ke-XII, menerima perintah dari Angkatan Darat Ketiga untuk melancarkan serangan ke Oflag di Hammelburg dengan tujuan menyelamatkan tawanan perang Amerika yang ditahan di sana. Eddy dengan enggan menyerahkan perintah itu ke Komandan Divisi Lapis Baja ke-4 Brigjen. Jenderal William Hoge. Hoge, meskipun baru di divisi tersebut, adalah seorang komandan yang tangguh dan berani. Dia tidak menyukai perintah itu dan berkata tepat seperti itu. Divisi Lapis Baja ke-4 baru saja berjuang melintasi Sungai Main dan membutuhkan waktu untuk istirahat dan perbaikan. Hammelburg berjarak 60 mil ke tenggara dari sumbu gerak maju Angkatan Darat Ketiga dan Divisi 4 yang sedang menuju ke timur laut. Ini berarti bahwa pasukan penyerang yang dikirim ke Hammelburg akan dibiarkan berdiri sendiri, jauh di belakang garis pertahanan tentara Jerman, tanpa dibantu divisi utamanya lebih lanjut. Karena tidak ada jalan keluarnya, Patton sendiri kemudian memanggil Hoge dan memberikan “setengah perintah”, setengah membujuk komandan divisi yang enggan untuk meluncurkan misinya, dengan meyakinkan Hoge bahwa misi itu sudah disetujui oleh Grup Angkatan Darat ke-12 (meskipun faktanya tidak) dan bahwa Patton akan mengganti kerugiannya. Hoge kemudian menugaskan komando tempur Abrams untuk melaksanakan misi tersebut. Guna memastikan segala sesuatunya tidak keluar jalur, Patton lalu mengunjungi Abrams secara pribadi. Abrams tidak menyukai gagasan penyerbuan itu sama seperti Hoge, tetapi menyadari protes lebih lanjut tidak ada gunanya, dengan sukarela ia kemudian mengajukan diri untuk memimpin misi itu sendiri dan membawa semua Komando Tempur B bersamanya. Abrams mengatakan misi tersebut membutuhkan sebuah komando tempur, yang berkekuatan 3.500 hingga 5.000 orang. “Anda tidak akan pergi, dan begitu pula perintah tempur Anda,” Patton bersikeras. Patton menginginkan pasukan yang kecil, kurang dari satu batalion. Apakah kecilnya kekuatan yang dikerahkan bertujuan untuk mengurangi risiko bagi Patton sendiri jika keadaan menjadi kacau? Apakah misi itu untuk memuaskan kerinduan akan mengulangi kesuksesan “penyerbuan” seperti yang dilakukan oleh pasukan Ranger di Cabanatuan di Filipina yang sukses menyelamatkan ratusan tentara Amerika, dan meningkatkan prestise saingan Patton, Jenderal Douglas MacArthur? Keduanya mungkin saja menjadi alasan dibalik misi ini, meskipun alasan jelas Patton untuk memaksakan misi dijalankan dengan kekuatan kecil ini masih belum diketahui hingga kini.

Pasukan Angkatan Darat Ketiga Amerika pimpinan Patton melintasi Sungai Rhine pada tanggal 23 Maret 1945. Sehari setelahnya, Patton memerintahkan operasi pembebasan tawanan di Hammelburg. (Sumber: https://ww2thebigone.com/)
Letnan Jenderal George S. Patton. Patton bersikeras agar satuan tugas yang dikirimkan untuk menyelamatkan tawanan perang di Hammelburg tetap kecil. (Sumber: https://www.warhistoryonline.com/)

BAUM DIPILIH UNTUK MEMIMPIN TIM PENYELAMAT KECIL

Ditolak untuk memimpin misi tersebut, Abrams kemudian menawarkan Patton, Letnan Kolonel Hal Cohen, komandan Batalyon Infanteri Lapis Baja ke-10 meskipun Cohen menderita penyakit wasir yang melumpuhkan. Setelah pemeriksaan secara pribadi posterior Cohen oleh Patton sendiri, Cohen dinyatakan tidak layak memimpin operasi penyelamatan tersebut. “Kehormatan” ini lalu diserahkan kepada Baum, perwira operasi Cohen. Patton senang. Patton menarik Baum ke samping dan menjanjikan kapten muda itu Medali Medal Of Honor jika dia berhasil. Toh Baum tidak membutuhkan bujukan. Dalam catatannya tentang Serangan ke Hammelberg, sejarawan Charles Whiting menggambarkan Baum sebagai “anak laki-laki Yahudi yang baik” yang telah menjadi perwira lapis baja yang tangguh dan pintar. Baum menyukai dan menghormati Patton, percaya diri pada dirinya sendiri dan anak buahnya, dan tahu bagaimana menuruti perintah. Diskusi berakhir dan “dadu telah dilemparkan”. Baum akan pergi ke Hammelberg untuk menyelamatkan John Waters, meski dia tidak menyadari fakta itu. Satgas Baum kemudian berangkat malam itu. Baum memiliki kurang dari 300 prajurit (294 perwira dan prajurit), termasuk satu kompi tank Sherman (16 tank), satu kompi prajurit infanteri yang mengendarai Halftrack, dan beberapa jip tambahan dan beberapa Halftrack (total secara gabungan ada 27 Halftrack yang digunakan) untuk membawa bahan bakar, menjalankan evakuasi medis, dan membawa para tahanan. Ada juga satu peleton yang terdiri dari tiga tank Sherman M4A3 yang membawa meriam serbu yang berkaliber 105mm berkecepatan rendah, dan satu peleton pengintai yang dilengkapi dengan tank-tank Stuarts, yang masih-masing dilengkapi meriam kaliber 37mm. Selain itu, tidak ada satuan cadangan dan dukungan udara khusus, kecuali satu pesawat baling-baling untuk menyampaikan pesan radio. Jarak 60 mil ke Oflag XIIIB, juga akan membawa Task Force Baum keluar dari jangkauan artileri pasukan kawan setelah 10 mil. Mengenai kelayakan misi, Abrams mengatakan bahwa misi tersebut “tidak memiliki peluang berhasil” dan kembalinya Baum akan menjadi sebuah keajaiban. Akhirnya, Baum juga kedatangan seorang tamu, Mayor Alexander Stiller, mantan Texas Ranger yang tangguh dan ajudan serta kawan lama Patton dari masa Perang Dunia I. Meskipun Stiller pangkatnya lebih tinggi dari Baum, namun dia tidak memiliki kuasa pada satuan tugas itu. Tujuan Stiller dalam penyerangan itu, yang tidak disebutkan oleh Patton tetapi jelas bagi semua orang, adalah untuk mengidentifikasi dan mengevakuasi John Waters secara pribadi, ketika dan jika orang-orang Amerika berhasil mencapai Hammelburg.

Tank Sherman dengan meriam serbu howitzer 105 mm sebanyak 3 unit turut melengkapi kekuatan Satuan Tugas Baum. (Sumber: http://the.shadock.free.fr/)
27 unit Halftrack dikerahkan dalam misi penyerangan Satgas Baum ke Hammelburg. Halftrack berfungsi untuk mengangkut pasukan dan membawa bahan bakar cadangan. (Sumber: https://www.goodfon.com/)

KEBERHASILAN AWAL SATUAN TUGAS BAUM

Serangan Amerika dimulai pada pukul 21.00, tanggal 26 Maret 1945. Dua kompi satuan tugas unit tank dan infanteri, yang tidak tergabung dengan Satuan Tugas Baum, menyerang kota kecil Schweinheim dekat Aschaffenburg untuk membuka rute bagi pasukan penyelamat. Jika ada yang berpikir bahwa tentara Jerman akan menyingkir dan membiarkan Baum dan anak buahnya lewat, mereka akan segera terbukti salah. Orang Amerika harus bertempur sengit hanya untuk membuka jalan di Schweinheim. Beberapa tank hancur. Awak mereka dan prajurit infanteri lapis baja yang bertempur bersamanya adalah korban pertama, meskipun bukan yang terakhir, dari misi tersebut. Baum tahu kecepatan sangat penting bagi misinya, tetapi harus menunggu dengan anak buahnya hampir lima jam saat pertempuran berkecamuk. Akhirnya, pada pukul 02.00 tanggal 27 Maret, dengan pertempuran masih berlangsung, Baum menggerakkan 50 kendaraannya melalui kota yang berasap, bergerak cepat di jalan menuju Hammelburg. Barisan kendaraan Amerika berpacu melalui beberapa desa pertama yang hanya bertemu sedikit atau tidak ada perlawanan sama sekali, sembari menembaki apa pun yang mencurigakan saat mereka lewat. Baum mencapai tujuan pertamanya pada pukul 02.30, masuk ke Highway 26 dekat kota Laufach. Untuk menghalangi tentara Jerman melaporkan kemajuannya, Baum memerintahkan tank Sherman-nya untuk merobohkan tiang telepon untuk mengganggu komunikasi Jerman. Tidak puas karena tiang telepon yang dirobohkannya benar-benar sudah tidak dapat beroperasi, Baum memerintahkan pasukan infanterinya untuk turun dan memotong kabel untuk memastikan pekerjaan selesai. Cara ini gagal, informasi adanya Unit Amerika menerobos pertahanan Jerman segera tersebar cepat ke jajaran hirarki militer Jerman. Berkendara dalam kondisi gelap, konvoi sepanjang satu mil ini dibatasi kecepatannya hingga 15mph. Berbelok ke arah timur, mereka bergemuruh menuju kota Lohr hingga ke desa perbukitan Franken. Di sana mereka menemui perlawanan serius pertama mereka setelah Schweinheim. Sebuah tank Sherman meledak setelah terkena senjata antitank genggam Panzerfaust. Tank-tank Stuart dari peleton pengintai dengan gagah berani memimpin. Dalam waktu singkat mereka bertemu dengan konvoi truk Jerman yang mereka hancurkan dengan meriam 37mm dan senapan mesin kaliber .50 sambil bergerak.

Pendobrakan pasukan sekutu di garis pertahanan pasukan Jerman pada minggu-minggu terakhir peperangan di Eropa. Pada momen ini, Patton memerintahkan penyerangan ke Hammelburg, saat pasukan utamanya tidak mengarah ke tempat itu. (Sumber: https://www.wearethemighty.com/)
Tentara Jerman mempersiapkan senjata antitank perorangan, Panzerfaust. Dalam perjalanannya ke Hammelburg, pasukan Baum kerap menghadapi tentara Jerman yang menembakkan senjata antitank sederhana namun tangguh ini. (Sumber: https://www.strijdbewijs.nl/)

TENTARA JERMAN BERTEMPUR DI GEMUNDEN

Barisan itu menuju ke arah kota Gemünden di tepi Sungai Saale. Orang-orang Amerika kemudian menyerang beberapa kereta Jerman yang tidak beruntung yang mereka temui di sepanjang jalan, menghancurkan bagian-bagian penting dari sistem kereta Jerman yang sudah berantakan. Namun, dalam keberhasilan gugus tugas itu sendiri, mulai muncul benih-benih kehancurannya. Di sepanjang garis depan, perwira-perwira Jerman bereaksi keras terhadap penerobosan pasukan Amerika. Mereka mati-matian mencoba untuk menentukan apakah kelompok penyerang telah sengaja dilepaskan di garis belakang pasukan Jerman atau kekuatan kecil Baum adalah pelopor dari sebuah serangan yang lebih besar. Para perwira Staf Jerman menduga bahwa Patton telah memanfaatkan titik lemah yang ada di garis depan Jerman. Markas Besar pasukan Jerman di front Barat memerintahkan Jenderal Obstfelder yang baru saja dipromosikan sebagai komandan Angkatan Darat Ketujuh, untuk “memusatkan semua pasukan yang tersedia untuk memusnahkan gugus tugas musuh itu.” Jenderal Obstfelder mengambil alih komando pada awal hari itu setelah pendahulunya, Jenderal Felber, gagal mempertahankan jembatan di Remagen. Sementara itu, di Gemünden, unsur-unsur dari sebuah divisi infanteri Jerman yang berkekuatan penuh sudah mempertahankan jembatan yang harus dilintasi oleh satuan Baum untuk bisa sampai ke Hammelburg. Satuan tugas Baum kemudian masuk ke dalam kota, mengemudi secepat mungkin melalui jalan-jalan sempit, menuju jembatan penting, bertempur dan memakan korban personel dan kendaraan yang mereka gunakan. Ketika barisan depan dari satuan itu mencapai jembatan dan mulai menyeberang, bom penghancur yang telah diledakan di bawah mereka, menewaskan dan melukai beberapa orang. Baum lalu meminta bantuan dukungan udara lewat radio, yang lalu ditanggapi oleh beberapa pesawat P-47 Thunderbolt dengan menyerang posisi-posisi Jerman. Sementara itu tangan dan lutut Baum terluka dalam pertempuran berdarah dan kacau balau melintasi kota.

Kedua tank Sherman ini dihentikan oleh tembakan roket Panzerfaust (gambar ini diambil pada tanggal 4 April, ketika Divisi Lapis Baja ke-14
bergerak mengikuti, kurang lebih, rute yang sama dengan Satgas Baum). (Sumber: https://www.strijdbewijs.nl/)
Penghancur tank Jagdpanzer 38 (t) Hetzer. Jagdpanzer pimpinan Hauptman (Kapten) Richard Koehl, memberikan perlawanan yang gigih melawan Satgas Baum yang bergerak menuju ke Hammelburg. (Sumber: https://www.goodfon.com/)

Dalam kesakitan dan dengan kekuatan kecilnya yang memakan lebih banyak korban setiap menitnya, Baum buru-buru mencari petanya untuk mencari lokasi penyeberangan sungai alternatif. Seorang tentara Jerman yang ditangkap lalu memberi tahu Baum tentang adanya jembatan utuh di kota Burgsinn, enam mil di utara. Baum menemukan kota itu di peta dan tidak ragu-ragu lagi menggerakkan pasukannya kesana. Dengan membawa orang Jerman itu bersama mereka, Baum memimpin pasukannya dan berbelok ke utara menuju Burgsinn dan jembatan menuju ke Hammelburg. Barisan itu melintasi Saale di Burgsinn, dengan dibebani oleh beberapa korban jiwa dan lebih dari 200 tahanan Jerman yang ditangkap sepanjang perjalanan. Tanpa henti, tentara Amerika terus maju ke arah Graefdorf, sekitar tiga perempat jalan menuju tujuan mereka, Satgas itu lalu membebaskan sekitar 700 tawanan perang Rusia, sambil meninggalkan tahanan Jerman mereka yang sial di tangan orang-orang Rusia yang “tidak bersahabat”. Ditata ulang dan hampir mencapai tujuan mereka, anak buah Baum berkendara di beberapa mil terakhir dari jalan berbukit menuju Hammelburg. Sementara itu, orang-orang Jerman tidak berdiam diri saja, selama aksi unit khusus Amerika beroperasi di belakang garis pertahanan mereka. Menjelang matahari terbit pada tanggal 27 Maret, saat Satuan Tugas Baum mendekati Gemünden, komandan pasukan Jerman telah bergerak untuk menutup penerobosan pasukan Amerika. Masih tidak yakin apakah gugus tugas itu adalah bagian dari upaya besar militer Amerika atau sekedar kelompok penyerang bebas, mereka memindahkan pasukan tank terbaik mereka yang tersedia ke arah Hammelberg. Unit ini adalah sebuah kompi kendaraan serbu lapis baja Jagdpanzer, yang baru saja tiba dari Front Timur. Jagdpanzer 38 (t) Hetzer adalah penghancur tank utama yang dimiliki Jerman, dengan kombinasi mematikan dari badan tank asal Cekoslovakia dan meriam kaliber 75 mm. Jagdpanzer dianggap sangat berharga sehingga komandan-komandan Jerman menempatkan mereka di Front Timur hanya dengan kekuatan setara kompi sebagai unit bergerak darurat. Satu kompi disebutkan dapat menghentikan sebuah brigade Soviet di medan yang bagus. Sekarang, kendaraan-kendaraan yang tangguh ini, yang masih berada di atas kereta di sisi rel kereta api di Schweinfurt, mulai berangkat untuk perjalanan singkat ke utara ke Hammelburg.

SATUAN TUGAS BAUM DISERGAP

Satgas Baum mencapai Hammelburg sekitar pukul 14.00 pada tanggal 27 Maret, hampir 12 jam setelah penerobosan awal mereka di Schweinheim. Mereka harus berbelok ke kanan dari jalan raya untuk mencapai Oflag yang jaraknya sekitar dua mil ke selatan. Di sinilah komandan Jagdpanzer Jerman, Hauptman (Kapten) Richard Koehl, seorang petempur dari Front Timur yang berpengalaman, menempatkan penghancur tanknya. Koehl telah yakin bahwa orang-orang Amerika itu akan menuju Oflag dan dengan hati-hati menempatkan Jagdpanzer-nya di tempat yang menguntungkan di dekat stasiun kereta Hammelburg tempat mereka diturunkan beberapa jam sebelumnya. Awak tank Amerika yang berpengalaman dalam pertempuran yang memimpin barisan segera melihat kemungkin penyergapan dari pihak Jerman sesaat sebelum meriam kaliber 75mm membuka tembakan. Baum lalu memerintahkan tank-tank Amerika untuk menembaki posisi-posisi Jerman dengan semua yang mereka miliki dan terus bergerak. Meski tidak ada gunanya bermain-main dengan kendaraan tempur Jerman yang lebih kuat, tetap saja, agresivitas Baum membuahkan hasil. Tembakan-tembakan gencar dari pihak Amerika merusak beberapa penghancur tank Jerman. Namun tembakan Jerman juga mengenai banyak kendaraan Amerika. Tercatat 4 Halftrack dan 3 Jip menjadi korban. Kendaraan Halftrack yang lapisan bajanya tipis dan jip yang membawa bahan bakar ekstra,amunisi, dan persediaan medis yang penting dari satuan tugas Baum, terbukti sangat rentan, dan banyak yang terbakar. Meskipun mereka mencoba melewati penyergapan, tank, Halftrack, dan jip Amerika tertembak saat mereka mendaki bukit panjang menuju Oflag. Karena orang-orang Amerika sangat membutuhkan perlindungan. Baum kemudian memerintahkan peleton tank Sherman bermeriam 105mm untuk mengambil posisi di bukit dan menyerang Jagdpanzer dengan peluru high explosive antitank (HEAT) dan fosfor asap putih. Komandan peleton, Sersan Staf berusia 24 tahun, Charles Graham, menempatkan tanknya seperti yang diperintahkan. Segera meriam serbu Amerika bertukar pukulan dengan Jerman dan mencetak tembakan tepat sasaran meskipun pertempuran sebenarnya tidak seimbang. Jagdpanzer lain tertembak dan mundur. Kemudian Graham melihat konvoi enam truk menuju ke posisi Jerman (sebenarnya membawa persediaan bahan bakar dan amunisi ekstra). Anak buah Graham menembaki truk-truk Jerman yang malang itu dan menghancurkan semuanya bersama dengan bahan bakar dan amunisi yang mereka bawa. Meskipun perbekalan tambahan dari kedua belah pihak telah hancur, tetapi tentara Amerika tidak memiliki apa-apa lagi, selain apa yang mereka bawa, sementara kerugian di pihak Jerman dapat, dan akan diganti.

Rute yang ditempuh oleh Task Force Baum dalam menuju ke Hammelburg. (Sumber: https://www.strijdbewijs.nl/)

BAUM RAGU-RAGU DAN MEMBAYAR MAHAL KARENANYA

Aksi Graham memungkinkan Baum dan apa yang tersisa dari gugus tugasnya untuk mencapai Oflag antara pukul 16.00 dan 17.00. Pada prosesnya 30% personel dan kendaraan Task Force Baum telah menjadi korban dalam perjalanan menuju sasaran. Saat orang-orang Amerika mencapai atas bukit di luar Oflag, mereka bertempur melawan tentara Jerman yang bertahan dalam pertarungan tak terduga yang membuat takut para tawanan perang dan garnisun Jerman. Selama hampir dua jam orang-orang Amerika menembaki tentara Jerman di kamp tetapi tidak segera menyerbu gerbang kamp. Oberst (Kolonel) Goeckel, komandan Jerman, dengan hanya beberapa kompi milisi yang dimilikinya dan menyadari kelemahannya sendiri, menemukan bahwa keragu-raguan orang-orang Amerika itu tidak masuk akal. Sementara itu dari sisi Baum dan anak buahnya, mereka telah bertempur tanpa henti selama setengah hari melawan pasukan Jerman yang perlawanannya terus meningkat. Mereka juga jauh di belakang garis pertahahan musuh, tidak memiliki data intelijen memadai mengenai kekuatan atau disposisi pasukan Jerman, dan tidak memiliki rencana untuk benar-benar membebaskan tawanan perang daripada hanya sekedar sampai di sana. Setelah kira-kira dua jam tembak-menembak, Goeckel tampaknya merasa telah menunjukkan cukup banyak menunjukkan perlawanan dan memutuskan untuk menyerahkan kamp.

Divisi Lapis Baja ke-4 di Cekoslovakia. Saat pasukan dari satuan Angkatan Darat Ke-3 Patton bergerak ke jurusan Cekoslovakia, unit kecil pimpinan Baum terjebak di Hammelburg. (Sumber: https://www.strijdbewijs.nl/)

Kolonel Waters, yang telah bersembunyi dengan tahanan lainnya selama pertempuran, kemudian meraih bendera Amerika yang tersembunyi, dan dengan beberapa perwira Amerika lainnya berjalan keluar untuk menemui pasukan penyelamat, berharap untuk bisa mengatur gencatan senjata dan penyerahan tentara Jerman. Saat Waters mendekati gerbang kamp, seorang tentara Jerman, yang tidak menyadari perintah Goeckel, bangkit dari paritnya dan menembak perut Waters. Rekan Waters segera membawa Kolonel yang terluka parah ke rumah sakit penjara. Dia benar-benar sial, dan memang nyaris tidak selamat, pada puncak dari penyerbuan untuk membebaskannya. Pertempuran yang dijalani Jagdpanzer di Hammelburg pada akhirnya mengakhiri keraguan di pihak Jerman bahwa tentara Amerika yang mereka hadapi adalah hanya sekedar kelompok penyerang kecil dan bukan merupakan unit terdepan dari kekuatan yang jauh lebih besar. Koehl yang tetap ada di tempatnya tidak melihat ada kekuatan lain yang mengikuti gugus tugas kecil itu. Sementara Baum terpaku di luar kamp nyaris tidak berbuat apa-apa, komando Jerman mengirimkan bala bantuan ke Hammelburg. Segera pasukan infanteri dan zeni Jerman bergerak menempatkan diri di perbukitan dan di sepanjang jalan raya yang kiranya akan digunakan orang-orang Amerika untuk menyelamatkan diri. Satgas Baum kini dibiarkan sendirian terisolasi. Tentara Jerman, meskipun hanya tinggal beberapa minggu sebelum mengalami kekalahan total, tidak akan melewatkan kesempatan untuk memusnahkan pasukan Amerika yang telah berani menghancurkan dan mempermalukan mereka dalam pergerakan berani menembus garis belakang mereka sejauh 60 mil dari Main.

KAMP BERHASIL DIBEBASKAN TETAPI BAUM TERJEBAK

Beberapa waktu sebelum pukul 20.00, tank-tank Amerika akhirnya mendobrak gerbang penjara dan disambut dengan sorakan para tawanan perang Amerika dan Serbia yang kurus-kurus. Jumlah mereka lebih banyak dari yang diperkirakan Baum, yakni ada 5.000 orang, dimana 1.291 diantaranya adalah orang-orang Amerika. Harold Inge, seorang tawanan perang Amerika, menggambarkan bagaimana para tahanan yang gembira “berkumpul di sekitar tank dalam kelompok-kelompok kecil saat kegelapan turun.” Para awak tank Amerika membagikan ransum dan rokok kepada tawanan perang yang bersyukur. Saat itu Waters tidak bisa ditemukan. Mengorganisir, mempersenjatai, dan memuat para tahanan dalam ketertiban terbukti tidak mungkin dilakukan. Setelah beberapa lama, dengan banyak orang berseliweran, saling memberi selamat, dan terus bertukar barang dengan tentara Amerika, Baum menyadari bahwa dia harus segera pergi atau terjebak. Saat itu hanya ada sedikit ruang pada kendaraan untuk sejumlah kecil tawanan perang (sekitar 250 yang dapat dibawa). Lebih sedikit lagi yang berada dalam kondisi fisik yang cukup laik untuk bisa mencapai garis pertahanan Amerika sendiri. Inge dan lima atau enam tahanan lainnya naik ke atas tank Sherman. Kelompok kecil tawanan perang lainnya melakukan hal yang sama, atau menumpuk didalam Halftrack yang penuh sesak. Di antara mereka adalah Kolonel Paul Goode, POW senior Amerika. Sebagian besar tahanan yang lemah telah bisa menduga bahwa pasukan Amerika terlalu kecil untuk bisa bertahan melawan tentara dan memilih untuk tetap tinggal di kamp untuk menunggu upaya dari pasukan utama Amerika, yang sekarang mereka tahu tidak akan lama lagi datang. 

Suasana di sekitar bukit 427, tempat Satgas Baum terakhir kali melakukan pertempuran habis-habisan sebelum dihancurkan sama sekali. (Sumber: https://taskforcebaum.de/)
Sebuah tank M4A3 (76) dari Task Force Baum yang berhasil dirampas secara utuh oleh pasukan Jerman, tetapi berhasil direbut kembali beberapa waktu kemudian oleh pasukan Amerika di Aschaffenburg. (Sumber: https://www.strijdbewijs.nl/)

Inge mengingat, “Saat kami bergerak, angin dingin bertiup di wajah saya, dan saya memiliki perasaan kebebasan yang menggembirakan dan luar biasa.” Itu tidak akan bertahan lama. Beberapa jam berikutnya akan menghadirkan situasi yang disebut sebagai “Baum’s Last Stand.” Satgas Baum bergerak ke arah barat daya, dan setelah beberapa kilometer mereka menemui penghalang jalan pasukan Jerman. Kemudian mereka berpindah ke utara, hanya untuk menemukan penghalang jalan Jerman lainnya. Satu-satunya jalan yang tersisa sekarang adalah jalan menuju ke barat. Kapten Baum tidak menyadari bahwa daerah yang mereka lewati adalah tempat latihan Jerman, lengkap dengan lapangan tembaknya. Kendaraan dan orang-orang dari gugus tugas yang selamat, bersama dengan sejumlah tahanan, segera menghadapi penyergapan tentara Jerman di sepanjang jalan pedesaan yang sempit. Pasukan Jerman di daerah itu, yang jauh melebihi jumlah Amerika, dengan cepat mengepung gugus tugas tersebut. Bagi tentara Jerman, ini adalah kesempatan untuk melakukan pembalasan yang kejam terhadap satuan kecil, rentan, dan lemah, sementara mereka jauh lebih kuat. Pasukan infanteri dan zeni Jerman, dengan dipersenjatai Panzerfaust dan ditempatkan di belakang perlindungan yang baik di medan perbukitan, menghancurkan banyak kendaraan Amerika yang tersisa. Di sana-sini pasukan infanteri Amerika turun dan bertempur melawan tentara Jerman, terkadang dibantu oleh para tahanan yang bersenjata. Tank-tank Sherman dan Stuart menembakkan amunisi-amunisi terakhir mereka dalam pertempuran putus asa melewati perbukitan yang suram. Di dekat Hessdorf, mereka mencapai Reichsstrasse dan berbelok ke utara, berharap untuk bisa mencapai posisi Divisi Lapis Baja AS ke-4. Di desa berikutnya – Hoellrich, Satgas Baum bertemu dengan penyergapan tentara Jerman. Tank yang memimpin dihantam oleh Panzerfaust Jerman. Kemudian tentara Jerman merampas tank yang rusak itu ke sebuah taman dan menggunakannya untuk melawan tank Amerika berikutnya. Tiga tank Sherman Amerika lainnya berhasil dihancurkan. Sisa dari Satgas Baum lalu berkumpul kembali, setelah mundur ke tempat terbuka dekat Bukit 427 pada dini hari. Kapten Baum tidak tahu bahwa di atas bukit ini ada pos pengamat Jerman, yang melaporkan pergerakan Baum sepanjang hari. Setelah tiba di Hill 427, pasukan Baum tinggal tersisa lebih dari 100 orang, 3 tank ringan Stuart, 4 tank Sherman, 3 meriam serbu M4 Sherman dan 15 Halftrack. Pada saat ini, bahan bakar kendaraan dalam kondisi kritis karena Halftrack yang membawa bahan bakar telah dihancurkan sebelumnya dalam penyergapan Koehl. Saat mengatur ulang, gugus tugas itu menyedot bahan bakar dari delapan Halftrack dan kemudian menghancurkannya dengan granat termit. Dengan bahan bakar yang dianggap cukup untuk bisa kembali ke garis pertahanan Amerika, Kapten Baum menunggu hingga siang hari untuk melakukan perjalanan dengan jarak pandang yang baik.

TERTANGKAP DAN TERLUKA, BAUM DAN WATERS BERTEMU DI RUMAH SAKIT

Kapten Baum lalu berbicara dengan Kolonel Goode, bahwa perjalanan kembali ke garis pertahanan Amerika akan menjadi perjalanan penuh pertempuran, dan mungkin akan ada terlalu banyak tawanan perang yang akan terbunuh. Kolonel Goode setelah melihat situasinya, memberi tahu anak buahnya bahwa mereka tidak akan dapat mencapai garis pertahanan Amerika sendirian. Dia menasihati mereka bahwa sebagian besar dari mereka yang terluka harus segera dibawa kembali ke kamp. Kolonel Goode sendiri lalu memutuskan untuk tidak memperlambat Satgas Baum dan memulai perjalanan kembali ke kamp di bawah bendera gencatan senjata. Baum kemudian memerintahkan sisa-sisa satuan tugasnya bergerak segera setelah subuh tanggal 28 Maret 1945. Saat pergerakan dimulai, mereka langsung mendapat tembakan dari segala arah. Pada malam hari, tentara Jerman telah memindahkan lebih banyak pasukan ke daerah Hammelburg saat satuan tugas sedang beristirahat. Di pagi hari, Hauptmann Walter Eggemann melanjutkan perintah untuk melakukan serangan balik. Sekitar pukul 09.00, mereka melepaskan tembakan dengan penghancur tank dan mortir pada tanda-tanda pertama pergerakan pasukan Amerika. Mengetahui bahwa tidak ada cara untuk melarikan diri, Kapten Baum memerintahkan setiap orang untuk berjuang bagi dirinya sendiri, dengan membagi sisa prajuritnya menjadi kelompok masing-masing 3-4 orang. Pertarungan berlangsung sekitar 20 menit sebelum para penyintas, yang tidak bisa melarikan diri ke dalam hutan, dibariskan sebagai tawanan perang baru. Kapten Baum melarikan diri tetapi segera ditangkap oleh tentara Jerman. Dia tertembak di kakinya setelah mencoba melanjutkan pertempuran. Satgas Baum tidak ada lagi, dan telah dimusnahkan sepenuhnya seperti pasukan Kolonel Waters dua tahun sebelumnya.

Divisi Lapis Baja ke-14 membebaskan OFLAG XIII-B untuk kedua kalinya. (Sumber: https://www.strijdbewijs.nl/)

Kali berikutnya saat Baum melihat kembali Hammelburg Oflag adalah sebagai seorang tawanan. Setelah menderita banyak luka dalam pertempuran, dia ditempatkan di rumah sakit kamp tidak jauh dari, John Knight Waters! Waters yang terluka parah, beruntung setelah nyawanya diselamatkan oleh dokter asal Serbia di kamp, Kolonel Radovan Danic, yang meski kekurangan persediaan obat-obatan, mampu menghentikan pendarahannya dengan menggunakan kertas dan pisau dapur. Sementara itu, Patton menghabiskan waktu pada tanggal 27 Maret itu dengan menulis di catatan hariannya: “Aku cukup tegang dan khawatir sepanjang pagi, memikirkan nasib ‘satuan tugas’ yang kukirimkan untuk membebaskan tawanan, dimana aku tidak mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai keberadaan mereka. Aku tidak percaya ada pasukan Jerman yang cukup kuat untuk mengganggu mereka, tapi untuk beberapa alasan aku khawatir”. Patton akhirnya mendapat informasi bahwa misi Baum menemui kegagalan setelah dikepung oleh elemen-elemen tempur dari 3 Divisi dan dihancurkan dalam pertempuran habis-habisan. Pada malam tanggal 27, kebetulan putra dari Jenderal Eisenhower (atasan Patton), John menemui rekan ayahnya itu. Patton bercerita bahwa menantunya tertembak dan ia menangis. Dalam beberapa hari kamp dibebaskan oleh unit-unit dari Divisi Lapis Baja ke-14 (Divisi Lapis Baja ke-4, sesuai rencana, menyerang ke utara dari poros yang jauh dari Hammelburg). Waters dan Baum, keduanya tawanan, keduanya terluka, dan keduanya merupakan pahlawan karena pertempuran yang gagal, bertemu di tempat tidur Waters beberapa hari setelah penyerangan. Waters diberi tahu bahwa misi, yang telah menelan begitu banyak nyawa, adalah untuk menyelamatkannya; dia nyaris tidak akan mempercayainya dan Baum sendiri juga tidak habis pikir. Apakah keduanya membahas petualangan mereka dan ironi dari misi mereka yang berani tetapi sial itu tidak dicatat. Apa yang kemudian diketahui adalah bahwa keesokan harinya dokter pribadi Patton tiba di kamp dengan pesawat kecil dan membawa Waters pergi, meninggalkan Baum dan ratusan bekas tawanan perang Amerika lainnya di kamp untuk menunggu dievakuasi oleh pasukan AS yang gerakannya lambat tapi stabil.

BAUM MENJAGA RAHASIA PATTON 

Patton menyangkal kepada Waters bahwa dia tahu menantu laki-lakinya itu berada di Hammelburg ketika mereka akhirnya bertemu kembali di Evac ke-34. Sebuah rumah Sakit di Gotha. Waters bertanya: “ Apakah kamu tahu aku ada disana” Patton menjawab: “Aku tidak tahu tapi aku berpikir kamu (mungkin) ada disana”. Dia menganugerahi Waters dua medali Silver Star, yang telah direkomendasikan oleh komandan lainnya. Patton kemudian pindah ke kamar Baum. Kapten muda ini telah dievakuasi dan dikirim ke Gotha beberapa hari setelah Waters. Jenderal itu menyematkan medali Distinguished Service Cross di piyama sang kapten. Patton kemudian mengumumkan bahwa Baum telah dipromosikan menjadi mayor dan mengucapkan selamat kepadanya karena melakukan “satu pekerjaan hebat”. Baum mencatat bahwa Patton tampak sangat berhati-hati dan formal sampai Baum memecah ketegangan. “Anda tahu, pak, sulit bagi saya untuk percaya bahwa Anda akan mengirim kami dalam misi itu hanya untuk menyelamatkan satu orang.” “Benar, Abe, aku tidak akan melakukannya,” kata Patton. Sekarang sang jenderal tampak santai, menyadari bahwa Baum menerima, setidaknya di depan umum, alasan Patton untuk penyerbuan itu. Selama satu jam berikutnya Baum dan Patton dengan akrab membicarakan tentang taktik pertempuran tank. Tidak ada diantara keduanya yang mengatakan apa-apa lagi tentang penyerbuan itu. Patton kemudian membela keputusannya dengan mengirim Baum. Satgas pimpinan Baum disebutnya sukses menimbulkan kekacauan di garis belakang pasukan Jerman, dan mengalihkan sejumlah pasukan musuh ke arah Hammelburg, yang dengan demikian mempermudah pergerakan Pasukan Darat Ketiga pimpinan Patton bergerak maju dalam minggu-minggu terakhir perang. Dalam memoir perangnya sendiri, Jenderal Patton kemudian menyatakan: “Saya dapat mengatakan ini, bahwa selama kampanye militer di Eropa saya tidak mengetahui adanya kesalahan yang saya buat kecuali kegagalan saat mengirim komando tempur untuk merebut Hammelburg.” Pendapat pribadi Patton ini, tentunya bertentangan dengan pendapat orang lain, salah satunya adalah Jenderal Bradley, atasannya. Buat Bradley kesalahan Patton di Hammelburg adalah contoh lain karakter buruk sang Jenderal, yang kerap membuat keputusan kontroversial, namun enggan mengakuinya sebagai kesalahan yang terhitung fatal, dan Patton dirasa tidak pernah belajar dari kesalahannya.

Patton dan Omar Bradley. Meski Patton membela keputusannya mengirimkan Task Force Baum, namun Bradley menganggap aksi Patton itu sebagai salah satu blunder besar Patton selain insiden menampar prajurit tahun 1943. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Sementara itu meski Patton menyangkal, mereka yang terlibat dalam penyerangan itu (Hoge, Baum, Stiller, dan Creighton Abrams) yakin bahwa Patton mengirim satuan tugas ke Hammelburg untuk menyelamatkan menantunya. Toh bagaimanapun keempatnya tetap diam, “melindungi” Patton. Baru pada tahun 1967, saat Abrams sudah menjadi Jenderal bintang 4, Abrams menulis bahwa Stiller telah mengakui, bahwa ia ikut misi itu, “hanya karena menantu Patton, Kolonel Waters ada dalam kamp tawanan”. Baum dalam wawancara tahun 2013, jelang ia meninggal dunia, menilai operasi yang dipimpinnya, dengan menyatakan “Itu adalah operasi yang setengah berhasil. Kami gagal dalam menyelamatkan tawanan, sekitar 30 orang kami tewas dan semua kendaraan hilang. Tapi kami sukses membuat beberapa kerusakan dan menciptakan begitu banyak kebingungan di antara Jerman sehingga Divisi Lapis Baja ke-4 memiliki pekerjaan yang lebih mudah.” Patton sendiri beruntung bahwa pers tidak menyadari insiden penyerangan itu setelah 10 hari, disamping perhatian mereka lebih tertuju pada kematian Presiden Roosevelt. Insiden Hammelburg bagaimanapun akan dicatat sebagai noda lain dari karir Patton, selain insiden menampar prajurit yang fenomenal dan hampir mengakhiri kariernya di tahun 1943. Dalam kurang dari setahun, Patton kemudian meninggal dalam kecelakaan dan serangan ke Hammelburg lalu diklasifikasikan “Sangat Rahasia”. Kerugian dari satuan tugas itu secara resmi mencatat sembilan tewas, 32 luka-luka, dan 16 hilang dalam tugas, dengan sisanya diduga telah kembali ke garis pertahanan Amerika atau ditangkap dengan Baum. Menurut Charles Whiting, hanya sekitar 15 orang anak buah Baum yang berhasil kembali dengan sendirinya, dan Jerman hanya mengklaim menangkap sekitar 100 tahanan tambahan dari gugus tugas itu, dengan menyisakan sekitar 130 orang yang belum ditemukan.

John Waters, selepas Perang Dunia II, karir Waters terus menanjak hingga mencapai pangkat Jenderal Bintang 4. (Sumber: https://www.warhistoryonline.com/)
Mantan pimpinan Task Force Baum (Captain) Abraham Baum saat berkunjung ke Hammelburg pada Oktober 2005. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Setelah perang, anggota gugus tugas yang masih hidup berpencar saat Tentara Amerika yang menang didemobilisasi. Sangat mendukung perang kemerdekaan Israel, Baum kemudian membantu merekrut veteran Amerika untuk membantu Israel. Komandan Israel, Moshe Dayan sempat bertemu dengannya dan, dalam otobiografinya, memuji Baum karena memberinya beberapa tips taktis yang berharga mengenai perang tank. Baum sempat ditawari posisi tinggi di kemiliteran Israel tetapi menolak, putranya berkata: Bisnis blus keluarga lebih membutuhkannya. Baum, seperti yang dikatakan Patton pada pertemuan terakhir mereka “adalah salah satu yang terbaik.” Tapi dia, seperti banyak tentara Amerika yang ulung sepanjang sejarah, adalah prajurit sementara. Baum meninggal tanggal 3 Maret 2013 di rumahnya di Rancho Bernardo, California. Dia berusia 91 tahun dan menderita penyakit jantung. Selain istrinya, Eileen, dan putranya David, Baum meninggalkan putrinya Susan Locker dan Barbara Zoltan serta putra lainnya, Eric Baum. Waters, di sisi lain, melanjutkan karirnya, dan pensiun sebagai jenderal bintang empat pada tahun 1966. Di antara tugas-tugasnya yang lain adalah bertugas sebagai komandan West Point pada tahun 1951-1952. Apakah dia mengajari kadetnya pelajaran dari pertempuran Kasserine dan misi di Hammelburg tidak diketahui. Baum dan Waters, diketahui berkawan seumur hidupnya, hingga Waters meninggal dunia 9 Januari 1989. Uniknya, Baum dan komandan Jerman di Hammelburg kerap bertukar kartu liburan. Sepasang tentara Jerman sempat mengundang Baum dan keluarganya ke Bavaria pada tahun 2005, di mana, dengan kendaraan antik dan seragam lama prajurit AS, mereka menelusuri kembali rute Satgas Baum.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Top Secret Missions: Liberating General George S. Patton’s Son-In-Law by Jonathan F. Keiler

Patton: A Genius for War Book by Carlo D’Este, 1995; p 714-717

The Hammelburg Raid

https://taskforcebaum.de/index1.html

The Hammelburg Raid – Task Force Baum by Joe Schafer, 28 August 2014

https://blog.d46.us/hammelburg-raid/

The Real Fury: Patton’s Disastrous Hammelburg Raid to Free His Son-in-Law by Colin Fraser; Mar 26, 2016

https://www.warhistoryonline.com/featured/pattons-disastrous-hammelburg-raid-to-free-his-son-in-law.html

Behind the Lines, Between the Lines: Conversation with Abraham J. Baum by Gene Santoro

Abe Baum dies at 91; decorated WWII officer BY STEVE CHAWKINS and LOS ANGELES TIMES; MAR 24, 2013 AT 12:45 AM

https://www.google.com/amp/s/www.dailypress.com/la-me-abe-baum-20130324-story.html%3FoutputType%3Damp

Witnessing Patton’s Failure: A Prisoner’s View of the Task Force Baum Raid By Eric Nideros

https://en.m.wikipedia.org/wiki/John_K._Waters

Exit mobile version