Sejarah Militer

Tet 1968: Pertempuran Sengit Marinir Amerika Merebut Benteng Istana Kota Hue

Kota Hue adalah ibu kota Vietnam yang bersatu dari tahun 1802 hingga 1945. Dengan jalan-jalannya yang megah dengan deretan pepohonan, kuil Buddha, universitas nasional, dan istana kekaisaran berornamen di dalam kota bertembok besar yang dikenal sebagai Benteng (Citadel), Hue adalah tempat lahirnya budaya dan warisan negara Vietnam. Hue juga merupakan ‘pusat intelektual’ Vietnam, dimana universitas Hue adalah yang terbaik di Vietnam. Sekolah tinggi Quoc Hoc yang terkenal, diketahui melahirkan lulusan seperti mantan Presiden Vietnam Selatan Ngo Dinh Diem, begitu juga Ho Chi Minh, Vo Nguyen Giap, dan Pham Van Dong. Warga Hue, banyak dari mereka penganut Buddha atau Katolik yang taat, dan tidak memiliki simpati yang besar terhadap rezim yang korup dan terpecah belah di Saigon, maupun pemerintah otoriter di Hanoi. Tetapi kekuatan Komunis mendapat dukungan yang lebih besar di komunitas pedesaan sekitarnya. Hingga tahun 1967, Hue tetap menjadi kota terbuka, tanpa terganggu atau dirusak oleh berbagai perang, yang sejak Perang Dunia II berkecamuk di semenanjung Indochina. Tetapi ketika para pemimpin Komunis di Vietnam Utara merasa harus mengubah strategi mereka dan melancarkan serangan besar-besaran di Vietnam Selatan pada awal tahun 1968, Pertempuran Kota Hue tiba-tiba menempatkan kota itu ke dalam beberapa pertempuran terberat dari seluruh Perang Vietnam. Sebelumnya, Jenderal William Westmoreland, memberi mensuplai Gedung Putih dengan laporan optimis tentang kemajuan pasukan mengalahkan pemberontakan Komunis di Vietnam Selatan, berdasarkan “jumlah body count” yang dia yakini menunjukkan rasio jumlah korban besar di pihak komunis yang menguntungkan Selatan. Tersengat oleh pembalikan situasi di medan perang selatan dan takut akan invasi Amerika ke tanah air mereka, anggota Politbiro Vietnam Utara memilih untuk meninggalkan taktik perang yang berlarut-larut dan melakukan serangan umum tiga fase yang diharapkan akan membalikkan jalannya perang melawan Vietnam Selatan dan sekutu utamanya, Amerika. Ketika Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Jenderal Vo Nguyen Giap, penakluk Prancis pada tahun 1954 setelah perang selama delapan tahun yang brutal, menyuarakan penentangannya terhadap serangan tersebut, komando lalu diberikan kepada Jenderal Nguyen Chi Thanh, pemimpin pasukan gerilya Komunis Viet Cong di Vietnam Selatan. Ketika Thanh meninggal secara tak terduga, Giap ditunjuk untuk mengambil alih komando dan dengan cepat mengumpulkan enam divisi infanteri Angkatan Darat Vietnam Utara di provinsi paling utara Vietnam Selatan, Quang Tri.

Jalanan Kota Hue tahun 1961. Hingga tahun 1967, Hue tetap menjadi kota terbuka, tanpa terganggu atau dirusak oleh berbagai perang, yang sejak Perang Dunia II berkecamuk di semenanjung Indochina. (Sumber: https://www.flickr.com/)
Kedamaian di Hue berakhir pada awal tahun 1968, saat pasukan komunis menyerang dan menduduki kota itu. Nampak pada gambar banyak warga sipil diusir dari rumah mereka selama pertempuran jalanan di kota kuno Hue pada Februari 1968. (Sumber: https://www.nytimes.com/)

SERANGAN TET

Pada musim gugur 1967, Giap meluncurkan serangkaian pertempuran besar di dekat Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memiliki dua tujuan: menarik pasukan Amerika ke utara, menjauh dari kota-kota pesisir dan dataran rendah yang padat penduduknya, dan menentukan apakah Amerika akan merespons dengan melakukan invasi ke Vietnam utara. Penumpukan besar-besaran pasukan dan peralatan perang kekuatan Komunis di selatan dimulai. Jenderal William Westmoreland, komandan pasukan darat sekutu di Vietnam Selatan, menanggapi hal ini dengan mengirimkan lebih banyak pasukan dan senjata ke provinsi-provinsi utara, tetapi dia tidak melancarkan invasi ke Laos atau Vietnam Utara. Ini kemudian memberi Giap kepercayaan diri yang dia butuhkan untuk memerintahkan agar serangan musim dingin-musim semi dilanjutkan. Giap lalu akan menganggap Westmoreland sebagai komandan yang jauh lebih ulet daripada Letnan Jenderal Prancis Henri Navarre, yang telah membiarkan 15.000 pasukan terbaik Prancis dikepung dan dihancurkan di Dien Bien Phu. Westmoreland, pada bagiannya, menyambut baik pengerahan pasukan Giap yang cukup besar di daerah terpencil yang jarang penduduknya di mana daya tembak besar tentara Amerika dapat dikerahkan secara maksimal. Upaya utama fase pendahuluan Giap dimulai pada tanggal 21 Januari 1968, di Khe Sanh di barat laut Vietnam Selatan, di mana dua divisi NVA mengepung pangkalan tempur Marinir AS di sana. Percaya bahwa pihak Komunis mungkin mencoba untuk menciptakan Dien Bien Phu yang lain, Presiden Lyndon B. Johnson menyatakan bahwa Khe Sanh harus dipertahankan dengan segala cara. 

Marinir berlindung dari tembakan mortir yang datang di Khe-Sanh yang terkepung. (Sumber: https://ow-watch.ch/)
Presiden Lyndon B. Johnson mempelajari skala model wilayah Khe Sanh, tanggal 15 Februari 1968. Percaya bahwa pihak Komunis mungkin mencoba untuk menciptakan Dien Bien Phu yang lain, Presiden Lyndon B. Johnson menyatakan bahwa Khe Sanh harus dipertahankan dengan segala cara. (Sumber: https://ow-watch.ch/)
Dengan semua mata tertuju pada Khe Sanh, pihak Komunis kemudian melancarkan serangan utama pada dini hari tanggal 31 Januari. Sekitar 84.000 tentara NVA dan Vietkong, dengan berani melanggar gencatan senjata Tet (tahun baru Imlek), melancarkan serangan serentak ke 36 dari 44 ibu kota provinsi, lima dari enam kota otonom, termasuk kota Saigon dan Hue, 64 dari 242 ibu kota kabupaten, dan 50 dusun. (Sumber: https://www.politico.com/)

Dengan semua mata tertuju pada Khe Sanh, pihak Komunis kemudian melancarkan serangan utama pada dini hari tanggal 31 Januari. Sekitar 84.000 tentara NVA dan Vietkong, dengan berani melanggar gencatan senjata Tet (tahun baru Imlek), melancarkan serangan serentak ke 36 dari 44 ibu kota provinsi, lima dari enam kota otonom, termasuk kota Saigon dan Hue, 64 dari 242 ibu kota kabupaten, dan 50 dusun. Dengan banyaknya tentara Vietnam Selatan yang pergi berlibur, pasukan Komunis menikmati kesuksesan awal yang besae—bahkan halaman kedutaan AS di Saigon bisa ditembus. Namun, dalam beberapa hari, semua serangan di kota-kota dan dusun-dusun yang lebih kecil berhasil dihentikan. Pertempuran sengit kemudian berlanjut untuk sementara waktu di Provinsi Kontum, Can Tho, Ben Tre, dan Saigon, tetapi setelah seminggu ofensif, yang sejauh ini merupakan yang terbesar dalam perang, pada dasarnya serangan itu dihentikan di mana-mana kecuali Hue. Di sana, pertempuran paling lama dan paling berdarah dari serangan Tet terjadi.

TARGET: HUE

Kota terbesar ketiga di Vietnam Selatan dengan populasi 140.000 pada masa perang, Hue terletak di Jalan Raya Nasional Nomor 1 tepat di sebelah barat pantai, sekitar 50 mil (80 km) selatan DMZ, di salah satu rute pasokan darat utama untuk pasukan sekutu. Sepertiga warga kota tinggal di utara Sungai Parfum (Sungai Huong) di dekat Benteng. Tepat di luar tembok Benteng di sebelah timur adalah distrik padat penduduk Gia Hoa. Benteng itu adalah pertahanan yang mengesankan, meliputi tiga mil persegi dengan posisi seperti labirin yang siap dipertahankan dilindungi oleh dinding luar setinggi 30 kaki (9 meter) dan tebal hingga 90 kaki (27 meter). Banyak bagian dari dindingnya seperti sarang lebah dengan bunker dan terowongan yang dibangun oleh penjajah Jepang selama Perang Dunia II. Dalam benteng ini terdapat rumah-rumah, blok apartemen, vila, restoran, dan taman. Di ujung selatan Benteng terbentang kantong lain, kompleks Istana Kekaisaran (bergaya meniru arsitektur Istana di Beijing), sebuah bujur sangkar dengan tembok setinggi 20 kaki (6 meter) yang berukuran 800 yard (731 meter) tiap sisinya. Divisi ke-1 ARVN (Tentara Republik Vietnam), dikomandoi oleh Brigadir. Jenderal Ngo Quang Truong, bermarkas di kompleks Mang Ca yang dibentengi di sudut timur laut Benteng. Sayangnya untuk Truong, yang dianggap oleh banyak penasihat Amerika sebagai salah satu komandan senior paling cakap di angkatan bersenjata Vietnam Selatan, lebih dari setengah divisinya sedang cuti liburan dan keluar kota ketika serangan Tet meletus. Sebagian besar unit Truong yang tersisa tersebar di sepanjang Jalan Raya Nomor 1 dari Hue utara menuju DMZ. Unit terdekat Vietnam Selatan adalah Resimen ARVN ke-3, dengan tiga batalyon, berada lima mil (8 km) barat laut Hue. Satu-satunya unit tempur di dalam kota adalah kompi (6 pleton dengan total sekitar 200 personel) pimpinan Letnan Satu Tran Ngoc Hue dari Divisi Hac Bao, yang dikenal sebagai Black Panthers, unit elit yang semuanya sukarelawan yang berfungsi sebagai pasukan pengintai dan reaksi cepat divisi tersebut.

Peta kota Hue. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Brigadir. Jenderal Ngo Quang Truong, komandan Divisi ke-1 ARVN (Tentara Republik Vietnam). (Sumber: https://www.historynet.com/)
Letnan Satu Tran Ngoc Hue dari Divisi Hac Bao, yang dikenal sebagai Black Panthers, unit elit yang semuanya sukarelawan yang berfungsi sebagai pasukan pengintai dan reaksi cepat divisi tersebut. (Sumber: https://bienxua.wordpress.com/)

3 kilometer (1,9 mi) barat daya Benteng, di tepi utara Sungai Perfume, adalah pusat pelatihan divisi Van Thanh dan dua detasemen meriam howitzer kaliber 105mm. 2 kilometer (1,2 mi) selatan Sungai Perfume dan tepat di barat Jalan Raya 1 adalah kamp militer Tam Thai, markas Resimen Skuadron Lapis Baja ke-7 ARVN yang dilengkapi dengan tank M41 Walker Bulldog. Keamanan di dalam kota menjadi tanggung jawab Polisi Nasional. Di sebelah selatan sungai dan dihubungkan dengan Benteng oleh Jembatan Nguyen Hoang dengan enam bentangan, yang dilewati oleh Jalan Raya Nomor 1, terbentang Kota Baru. Bagian modern kota Hue ini berukuran sekitar setengah dari ukuran Benteng dan ditempati sekitar dua pertiga dari populasi kota. Tempat itu berisi rumah sakit, penjara provinsi, Universitas Hue, gedung administrasi pemerintah, dan kompleks MACV (Komando Bantuan Militer AS Vietnam), yang menampung 200 personel penasihat militer Amerika dan Australia untuk Divisi ARVN ke-1. Para penasihat ini adalah satu-satunya kehadiran militer sekutu di daerah itu ketika Pertempuran Kota Hue dimulai. Kompleks benteng mereka yang dipertahankan ringan terletak di tepi timur kota tepat di sebelah selatan Jembatan Nguyen Hoang.

Tank M41 Walker Bulldog Vietnam Selatan. Menjelang pertempuran Hue, 2 kilometer (1,2 mi) selatan Sungai Perfume dan tepat di barat Jalan Raya 1 adalah kamp militer Tam Thai, markas Resimen Skuadron Lapis Baja ke-7 ARVN yang dilengkapi dengan tank M41 Walker Bulldog. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Markas MACV di Hué (tengah) tampak tenggara. (Sumber: https://faculty.cc.gatech.edu/)
Melawan pasukan sekutu di Hue, setidaknya ada 8.000 tentara Komunis yang terlatih dan diperlengkapi dengan baik. Mayoritas adalah anggota reguler NVA yang dipersenjatai dengan beragam senjata, termasuk senapan serbu AK-47 baru, senapan mesin RPD, peluncur granat berpeluncur roket B-40, roket, mortir, dan senjata recoilless. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Pangkalan tempur AS terdekat berada di Phu Bai, delapan mil selatan di Highway No 1. Phu Bai adalah pos komando dan fasilitas pendukung utama Korps Marinir, rumah bagi Task Force X-Ray, sebuah markas terdepan Divisi Marinir ke-1. Dipimpin oleh Brigjen. Jenderal Foster LaHue, asisten komandan Divisi Marinir ke-1, satuan tugas ini terdiri dari dua resimen Marinir dan tiga batalyon—Resimen ke-5, dengan dua batalyon; dan Resimen ke-1, dengan satu batalion. LaHue dan sebagian besar pasukan baru saja tiba di Phu Bai dari Da Nang dan masih berupaya mengenali daerah operasi mereka ketika Pertempuran Kota Hue dimulai. Ada juga unit Angkatan Darat AS di daerah itu. Dua brigade elit dari Divisi Kavaleri Udara (Airmobile) ke-1, termasuk Resimen Kavaleri 7 dan 12, tersebar di area yang luas dari Phu Bai di selatan hingga Zona Pendaratan (LZ) Jane tepat di bawah Quang Tri di utara. Brigade ke-1 dari Divisi Lintas Udara ke-101 yang terkenal, baru-baru ini bergabung dengan Divisi Kavaleri ke-1, baru-baru ini tiba di Camp Evans, utara di Highway No 1 antara Hue dan Quang Tri. Menghadapi pasukan sekutu di wilayah itu setidaknya ada 8.000 tentara Komunis yang terlatih dan diperlengkapi dengan baik. Mayoritas adalah anggota reguler NVA yang dipersenjatai dengan beragam senjata, termasuk senapan serbu AK-47 baru, senapan mesin RPD, peluncur granat berpeluncur roket B-40, roket, mortir, dan senjata recoilless. NVA didukung oleh enam batalyon utama Vietcong, termasuk Batalyon Sapper Kota Hue (sebuah batalyon utama VC yang berjumlah antara 300 dan 600 personel veteran, tentara yang terampil). Pihak Komunis telah menyiapkan rencana ekstensif untuk menyerang Hue, yang akan dipimpin oleh Jenderal Tran Van Quang, komandan Front B4 (Tri Thien-Hue). Rencana tersebut merencanakan serangan ukuran divisi di kota, sementara unit lain memotong akses untuk memblokir bala bantuan sekutu. Dengan informasi rinci tentang instalasi sipil dan militer di Hue, Pasukan Komunis membagi kota menjadi empat wilayah taktis dan menyiapkan daftar 196 target spesifik. Pasukan penyerang komunis diketahui telah menerima pelatihan intensif dalam taktik perang kota sebelum serangan dimulai. Kader Vietkong juga menyiapkan daftar rinci “tiran kejam dan elemen reaksioner” untuk dikumpulkan pada jam-jam awal serangan. Daftar itu termasuk pejabat pemerintah dan militer Vietnam Selatan, pegawai negeri, warga sipil Amerika, pendidik, pendeta, orang asing, dan apa yang disebut “musuh rakyat” lainnya yang akan dipindahkan ke hutan di luar kota begitu mereka ditangkap. Pihak Komunis sangat menyadari bahwa cuaca buruk yang secara tradisional menyertai musim muson timur laut akan menghambat operasi pasokan udara sekutu dan dukungan udara jarak dekat, yang jika tidak, akan memberi sekutu di Hue keuntungan yang signifikan.

AWAL PENGEPUNGAN HUE

Gelombang serangan yang prematur—mungkin diluncurkan karena kalender Vietnam Utara berbeda dengan yang digunakan di Vietnam Selatan—dimulai tak lama setelah tengah malam pada 30-31 Januari. Kelima ibu kota provinsi di Korps II dan kota Da Nang di Korps I diserang. Serangan Vietcong dimulai dengan serangan mortir dan roket, diikuti oleh serangan darat massal oleh unit-unit berukuran batalion yang didukung di beberapa daerah oleh pasukan reguler NVA. Serangan-serangan itu tidak terkoordinasi dengan baik, dan pada siang hari hampir semua penyerang Komunis telah diusir dari target mereka. Meskipun pasukan Amerika ditempatkan pada siaga maksimum dan perintah serupa dikeluarkan untuk semua unit ARVN, pasukan sekutu masih merespons serangan tanpa ada rasa urgensi yang nyata. Perintah untuk membatalkan cuti datang terlambat atau diabaikan. Pada pukul 3 pagi tanggal 31 Januari, pasukan NVA dan Vietcong melancarkan serangan umum di seluruh Vietnam Selatan. Sementara itu, setelah mengetahui serangan prematur dari pihak musuh, Truong masih percaya bahwa musuh tidak akan menyerang Hue secara langsung. Karena itu, ia menempatkan pasukannya yang tersisa di sekitar kota untuk bertahan di luar wilayah perkotaan. Ketika serangan pasukan Komunis dimulai, satu-satunya pasukan reguler ARVN di dalam kota adalah kompi Black Panther, yang menjagai landasan pacu Tay Loc di sudut barat laut Benteng. Sejumlah besar gerilyawan Vietcong telah menyusup ke kota, berbaur dengan kerumunan orang yang datang ke Hue untuk merayakan Tet. 

Pasukan komunis menyerbu dalam Serangan Tet. Gelombang serangan yang prematur—mungkin diluncurkan karena kalender Vietnam Utara berbeda dengan yang digunakan di Vietnam Selatan—dimulai tak lama setelah tengah malam pada 30-31 Januari. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Landasan pacu Tay Loc. Ketika serangan pasukan Komunis dimulai, satu-satunya pasukan reguler ARVN di dalam kota adalah kompi Black Panther, yang menjagai landasan pacu Tay Loc di sudut barat laut Benteng. (Sumber: https://faculty.cc.gatech.edu/)

Pada dini hari tanggal 31 Januari, para gerilyawan mengambil posisi di dalam kota dan menunggu untuk bergabung dengan pasukan penyerang NVA dan Vietkong. Pada pukul 3:40 pagi, pasukan Komunis meluncurkan serangan roket dan mortir dari pegunungan di sebelah barat kota dan mengikutinya dengan serangan darat tiga cabang. Sebuah tim sapper NVA beranggotakan empat orang, dengan mengenakan seragam ARVN, membunuh para penjaga dan membuka gerbang barat Benteng, memungkinkan elemen utama dari Resimen NVA ke-6 untuk memasuki kota tua dan meluncurkan serangan utama. Saat petempur Komunis menyerbu Hue, Batalyon ke-800 dan 802 dari Resimen ke-6 dengan cepat menguasai sebagian besar Benteng. Truong dan stafnya menahan para penyerang di kompleks Divisi ARVN ke-1, sementara Kompi Black Panther mempertahankan posisinya di ujung timur lapangan terbang. Setelah Batalyon ke-802 hampir menembus kompleks Divisi ke-1, Truong memerintahkan kompi Black Panthers untuk mundur dari lapangan terbang guna memperkuat pertahanannya di kompleks markas divisi. Kecuali kompleks Divisi ARVN ke-1, menjelang fajar tanggal 31 Januari Resimen ke-6 NVA menguasai seluruh Benteng, termasuk Istana Kekaisaran.

Gerakan kejutan Pasukan Vietnam Utara selama awal Serangan Tet di kota Hue. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Di seberang Sungai Parfum di Hue selatan, situasi yang hampir sama juga terjadi. Penasihat Sekutu di kompleks MACV terbangun pada dini hari karena suara ledakan roket dan mortir. Meraih senjata apa pun yang ada, para penasihat berhasil menangkis serangan darat pasukan Komunis di kompleks itu, yang tidak memiliki kohesi dengan serangan yang diluncurkan terhadap Benteng. Setelah serangan awal mereka terhenti, Batalyon NVA ke-4 dari Resimen NVA ke-804, didukung oleh kompi gerilya lokal dan elemen dari Batalyon Sapper Kota Hue, mempertahankan pengepungan terhadap kompleks dengan tembakan mortir, roket, dan tembakan senjata otomatis. Sementara pertempuran berkecamuk di sekitar kompleks MACV, dua batalyon VC mengambil alih markas besar Provinsi Thua Thien, kantor polisi, dan gedung-gedung pemerintah lainnya di selatan sungai. Pada saat yang sama, Batalyon NVA ke-810 mengambil posisi pemblokiran di tepi selatan kota untuk mencegah bala bantuan dari arah itu. Menjelang fajar, Resimen ke-4 NVA menguasai semua wilayah Hue di selatan sungai kecuali kompleks MACV dan jalur kapal LCU (landing craft utility) di tepi timur laut kompleks. Saat fajar pada tanggal 31 Januari, hampir semua orang di kota dapat melihat bendera Front Pembebasan Nasional (Vietcong) berbintang emas, biru dan merah berukuran 6 kali 9 kaki (1,8 m x 2,7 m) berkibar di atas Benteng. Sementara pasukan Komunis berkeliaran di jalan-jalan untuk mengkonsolidasikan wilayah yang mereka rebut, para pejabat politik berbaris bersama mereka, membacakan nama-nama dari daftar hitam yang mereka miliki dan menginstruksikan orang-orang Vietnam Selatan dan orang asing untuk melapor ke sekolah lokal untuk direlokasi. Pada saat yang sama pasukan Komunis memulai serangan mereka dalam Pertempuran Kota Hue, Marinir Amerika di Phu Bai dibuat sibuk. Roket dan mortir musuh menghantam landasan, dan unit infanteri musuh menghantam unit Marinir dan Vietnam Selatan di wilayah tersebut. LaHue menerima laporan serangan musuh di sepanjang Highway No 1 antara Hai Van Pass dan Hue. Secara keseluruhan, pasukan Komunis menyerang 18 sasaran. Pada titik ini, LaHue memiliki sedikit informasi yang dapat diandalkan tentang situasi di dalam kota. Yang dia tahu hanyalah bahwa Divisi ke-1 ARVN dan kompleks MACV telah diserang. Karena serangan mortir Komunis dari jalur LCU di Hue selatan, pihak sekutu menghentikan semua lalu lintas sungai ke kota.

Jembatan diatas Perfume River yang menghubungkan 2 bagian kota Hue. (Sumber: https://www.flickr.com/)
Letnan Jenderal Robert Cushman, komandan Marine Amphibious Force (III MAF). Cushman sangat menyadari bahwa bala bantuan diperlukan di kedua sisi sungai di Hue. (Sumber: https://www.gutenberg.org/)

Dengan hanya mempertahankan secara lemah di kompleks markasnya sendiri, Truong memerintahkan Resimen ke-3, diperkuat oleh dua batalyon lintas udara dan pasukan kavaleri lapis baja, untuk berjuang masuk ke dalam Benteng dari posisi mereka di barat laut kota. Setelah menghadapi tembakan senjata ringan dan senjata otomatis yang intens, unit ini berhasil mencapai markas Truong, dengan tiba di sore hari. Untuk melakukan ini korban yang mereka derita terhitung tinggi, termasuk 40 tewas dan 91 lainnya terluka. Sementara itu, permintaan untuk bala bantuan telah keluar dari kompleks MACV yang dikepung, tetapi permohonan itu hilang dalam kebingungan yang disebabkan oleh serangan simultan. Letnan Jenderal Hoang Xuan Lam, komandan pasukan Vietnam Selatan di wilayah Korps I, dan Letnan Jenderal Robert Cushman, komandan Marine Amphibious Force (III MAF), tidak mengetahui kekuatan musuh yang sebenarnya di dalam kota Hue tetapi sangat menyadari bahwa bala bantuan diperlukan di kedua sisi sungai. Sementara Lam dan Cushman bersiap untuk memperkuat unit mereka di Hue, pasukan Komunis bergerak untuk mencegah bala bantuan itu mencapai pasukan sekutu yang terkepung. Batalyon NVA ke-806 memblokir Jalan Raya Nomor 1 di barat laut Hue, sedangkan Batalyon ke-804 dan K4B mengambil posisi di Hue selatan dan Batalyon ke-810 menempatkan diri di sepanjang Jalan Raya Nomor 1 di selatan kota baru. Karena tidak menerima data intelijen yang dapat diandalkan, LaHue percaya hanya kekuatan Komunis yang relatif kecil yang telah menembus Hue sebagai bagian dari serangan pengalih perhatian. Karena disesatkan oleh informasi ini, dia hanya mengirim satu kompi Marinir untuk menangani situasi tersebut. Kompi A, Batalyon ke-1, Marinir 1 (A/1/1) diperintahkan untuk bergerak ke Jalan Raya 1 dari Phu Bai pada pukul 08.30 dengan 6 truk dan 2 truk Angkatan Darat yang dilengkapi dengan senjata anti pesawat empat laras M55 kaliber .50 untuk membebaskan para penasihat yang terkepung di daerah kantong MACV.

Senjata anti pesawat empat laras M55 kaliber .50. (Sumber: https://www.lonesentry.com/)

MARINIR MASUK HUE

Pagi itu dingin dan langit tampak kelabu ketika konvoi itu perlahan-lahan bergerak di sepanjang Jalan Raya Nomor 1 (dijuluki “Street Without Joy“) Kapten Gordon D. Batcheller, komandan Kompi A, Batalyon ke-1, Resimen Marinir ke-1 (1/1), khawatir. Perintahnya adalah untuk membebaskan kompleks Komando Bantuan Militer Vietnam (MACV) di Hue dan bergabung dengan unit Angkatan Darat Republik Vietnam (ARVN) di utara kota. Tapi dia memiliki sedikit informasi untuk pergi kesana. Bergerak ke jalan raya pesisir utama yang membentang dari Da Nang sampai ke Dong Ha di utara, di mana Markas Besar Divisi Marinir ke-3 berada, keadaan menjadi sangat sunyi. Batcheller tahu ada sesuatu yang terjadi. Sehari sebelumnya, tanggal 30 Januari 1968, unit-unit Vietnam Utara dan Viet Cong telah memanfaatkan gencatan senjata Tet untuk menyerang kota-kota di seluruh Vietnam. Pertempuran berkecamuk di mana-mana. Kompi Batcheller maju, secara kebetulan bertemu dengan empat tank M-48 dari Batalyon Tank ke-3, Divisi Marinir ke-3, yang juga menuju ke utara. Saat mereka mendekati Hue, pasukan poliglot ini mengalami tembakan dari sniper yang melukai beberapa Marinir, tetapi konvoi itu buru-buru bergerak maju dan menyeberangi Jembatan An Cuu yang membentang di Terusan Phu Cam di pinggiran Hue. Lubang besar di semen membuktikan upaya musuh untuk menghancurkan jembatan, tetapi, untungnya bagi Kompi Alpha, mereka gagal. Sebuah jembatan yang runtuh akan menunda pergerakan pasukan Marinir selama berjam-jam, bahkan bisa berhari-hari. Di depan konvoi adalah Kota Hue yang megah, ibu kota kekaisaran lama Vietnam. Konvoi itu berhenti sementara Batcheller menilai situasi. Tidak ada seorang pun yang terlihat di jalanan. Aneh, pikirnya, karena Hue adalah kota terpadat ketiga di negara itu. Keheningan yang menakutkan terjadi. Batcheller kemudian memberi perintah untuk bergerak, dan para Marinir naik ke atas tank. Saat mesin-mesin berdentang meraung ke depan melalui jalan-jalan sempit, leathernecks (julukan Marinir Amerika) menyapu bangunan di sekitarnya dengan tembakan senjata otomatis.

Trio Jeep MUTT memimpin konvoi di sepanjang Rute 1 di Vietnam pada Juli 1967. Kompi A, Batalyon ke-1, Resimen Marinir ke-1 (1/1) dikirim melalui rute ini menuju ke kota Hue pada pagi hari tanggal 30 Juni 1968. (Sumber: https://www.militarytrader.com/)

Tiba-tiba sebuah roket B-40 merobek tank terdepat, menghancurkan gendang telinga Batcheller dan melukai operator radionya, yang kakinya putus di bagian lutut. Kedua belah pihak segera saling bertukar tembakan senjata ringan yang luar biasa. Pasukan Angkatan Darat Vietnam Utara mulai menjatuhkan mortir di antara Marinir, ketika meriam kaliber 90mm tank dan senapan mesin kaliber .50 menembak dengan gencar untuk mendukung Kompi Alpha. Semua radio dijejali dengan suara orang-orang Vietnam. Terjepit, para prajurit infanteri menyeret mereka yang terluka ke tempat yang aman di belakang tank, di parit, di mana saja untuk menghindari serangan mematikan. Meskipun terluka berat dan tidak bisa bergerak Batcheller, masih sempat memerintahkan prajurit paling seniornya J.L Canley yang bertubuh besar untuk meneruskan serangan kearah gedung MACV. Saat matahari pagi membakar mendung, dan memberi langit warna biru pucat, hari pertama dalam perjuangan untuk merebut kembali Kota Hue telah dimulai. Tidak menyadarinya, Marinir 1/1 telah berjalan tepat ke jebakan maut. Batalyon ke-800 dan 802 dari Resimen ke-6 NVA telah meluncurkan serangan dua arah dari barat pada dini hari tanggal 30 Januari. Menyerang melalui gerbang yang dipertahankan dengan ringan, rencana mereka adalah untuk menghancurkan Divisi ke-1 ARVN di dekat Benteng Kota Hue. Namun, kedua unit NVA berhasil dipukul mundur oleh Batalyon Black Panther elit ARVN dan perjalanan mereka dihentikan secara tiba-tiba. Brigadir Jenderal Ngo Quang Truong, komandan Divisi ARVN ke-1, seorang pria bertubuh pendek dan kurus, telah mengindahkan laporan pergerakan massa pasukan NVA/VC dan mengkonsolidasikan pasukannya di kompleks markas. Meskipun separuh anak buahnya sedang cuti karena hari libur Tet, dia berhasil mengerahkan unitnya dan menahan musuh.

Roket B-40 di tangan pasukan NVA. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
M48A3 dari Batalyon Tank Marinir ke-3, terlihat di dekat Dong Ha pada 2 Maret 1967. Tank tipe ini vital digunakan dalam pertempuran di kota Hue tahun 1968. (Sumber: https://mikesresearch.com/)
Sebuah M50 Ontos memimpin konvoi evakuasi kendaraan yang disita, tanggal 31 Januari. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sementara pertarungan ini berkecamuk, dua unit tambahan, batalyon ke-804 dan K4B dari Resimen ke-4 NVA, menyerbu dari selatan dan timur untuk menyerang kompleks MACV di Hue. Dua ratus orang Amerika menahan musuh sepanjang malam. Sementara itu, unit NVA lainnya, Batalyon ke-806, mengatur posisi pemblokiran di jalan-jalan yang mengarah ke luar kota ke utara dan unit musuh lainnya, Batalyon KC4, melakukan hal yang sama di selatan, di sepanjang Jalan Raya Nomor 1. Secara keseluruhan, sembilan batalyon musuh ‘tertanam kuat’ di kota. Sekitar tengah hari, berita masalah Kompi Alpha di Hue telah mencapai Task Force X-Ray (Markas Garis Depan Divisi Marinir ke-1) di Phu Bai. Letnan Kolonel Marcus J. Gravel, komandan 1/1, dengan cepat berangkat dengan perwira operasinya Mayor Walter J. Murphy dan Kompi G, Batalyon 2, Marinir ke-5 (2/5), dilekatkan pada komando Gravel. Bala bantuan ini diperkuat oleh dua senjata M42 Duster kaliber 40mm self-propelled. Bergerak cepat di Highway No 1, Batalyon 2/5 mencapai Marinir yang terkepung dan, dengan tembakan perlindungan, mampu mendesak pasukan NVA kembali. Yang terluka dievakuasi, dan Batcheller, yang dilukai oleh pecahan peluru, dievakuasi ke Batalyon Medis Marinir ke-1 di Phu Bai. Mendesak ke depan, Marinir berhasil mencapai kantong MACV pada pukul 15:15 dan buru-buru menetapkan perimeter pertahanan. Selama perjalanan Sepuluh Marinir tewas dan 30 terluka. Sebagian dari mereka menjadi korban saat mencoba menyeberangi jembatan menuju ke benteng. Atas hal ini Gravel dan pasukan Marinir-nya mendapat pelajaran pahit namun berharga, yakni tidak akan pernah lagi para Marinir dikirim untuk menyerang pertahanan musuh, dengan tanpa ditemani oleh tank. Kantong MACV kini diperkuat oleh sekitar 300 Marinir, 4 tank M48 Marinir, 2 truk Angkatan Darat dengan senjata anti pesawat quadM55, dan dua tank M41 ARVN. Pasukan Amerika juga mengamankan jalur kapal Angkatan Laut dan dasar Jembatan Nguyen Hoang, sebuah langkah penting, karena berada tepat di seberang Benteng. Sebuah taman kecil di dekat jalur kapal digunakan sebagai zona pendaratan (LZ). Beberapa tank Marinir dan ARVN membentuk setengah lingkaran di sekitar LZ untuk melindunginya dari tembakan musuh di seberang Sungai Perfume. Marinir telah mendapatkan pijakan kecil. Di sisi lain, pasukan komunis telah membuat 3 kesalahan besar di hari pertama pertempuran. Pertama mereka gagal merebut markas besar jenderal Truong, dan kedua mereka tidak melanjutkan serangan ke kompleks MACV ketika jelas bahwa mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk melakukannya. Ketiga mereka gagal menghancurkan jembatan An Cuu di selatan kota, yang terhubung dengan Highway No 1, sehingga Marinir Amerika bisa mengirimkan bala bantuan untuk melepaskan kepungan di kompleks MACV.

M42 Duster. Pasukan bala bantuan marinir yang dikirim ke Hue diperkuat oleh dua senjata M42 Duster kaliber 40mm self-propelled. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Pembawa tandu Marinir AS yang terluka bergegas ke helikopter CH-46 Sea Knight untuk dievakuasi dari zona pendaratan di Universitas Hue, dekat Sungai Huong, 1 Februari 1968. (Sumber: https://www.businessinsider.com/)
Sebuah kru mortir Marinir AS di Hue, 1 Februari 1968. (Sumber: https://www.businessinsider.com/)

Pada hari kedua pertempuran Tet, tanggal 1 Februari, markas besar Marinir di Phu Bai berada dalam kebingungan. Orang-orang itu memiliki sedikit informasi tentang apa yang terjadi di Hue. Brigadir Jenderal Foster C. LaHue, asisten komandan Divisi Marinir ke-1, mengira Marinirnya mengendalikan sisi selatan dan musuh akan segera dihabisi karena tidak memiliki kemampuan untuk mengerahkan pasokan. Juga, pihak Saigon telah mengeluarkan siaran pers yang mengatakan “musuh sedang dibersihkan.” Marine Amphibious Force (III MAF) di Da Nang sependapat, dengan menyatakan, “(Marinir) mendesak VC keluar dari Hue pagi ini.” Bahkan Letnan Jenderal Hoang Xuan Lam, komandan keseluruhan Korps ke-I, mengira musuh telah dikalahkan dengan pengecualian sebuah “peleton” musuh yang bertahan di Benteng. Mereka semua sangat salah. Terlepas dari optimisme ini, dua kompi tambahan, Fox dan Hotel dari Batalyon ke-2, Marinir ke-5, disiagakan untuk segera bertugas di Hue. Saat helikopter-helikopter CH-46 Sea Knight mendekati kota yang diperebutkan, beberapa Marinir terluka di kursi mereka ketika peluru musuh menembusi “burung” yang berkulit tipis itu. Mendarat di lapangan sepak bola universitas, para prajurit infanteri yang sarat beban bergegas dari pintu belakang dan berlari mencari perlindungan di dekat markas besar MACV. Malam itu akan dihabiskan untuk mengatur serangan hari berikutnya. Pada tanggal 1 Februari, Batalyon Lintas Udara ARVN ke-2 dan Kavaleri ARVN ke-7 merebut kembali lapangan terbang Tay Loc, tetapi hanya setelah menderita banyak korban dan kehilangan 12 kendaraan pengangkut personel berlapis baja. Kemudian pada hari itu, helikopter Marinir mengangkut bagian dari Batalyon ke-4, Resimen ARVN ke-2, ke dalam Benteng dari Dong Ha. Begitu sampai di tanah, pasukan ARVN berusaha untuk bergerak maju tetapi menemukan jalan yang sulit. Pada tanggal 4 Februari, pergerakan mereka ke utara sungai pada dasarnya terhenti di antara rumah-rumah, gang-gang, dan jalan-jalan sempit yang berdekatan dengan tembok Benteng, meninggalkan pasukan Komunis masih menguasai Istana Kekaisaran dan sebagian besar daerah sekitarnya.

PERTEMPURAN KOTA

Letnan Kolonel Ernest C. “Big Ernie” Cheatham Jr., (Cheatham berusia 38 tahun dan 14 tahun sebelumnya meninggalkan dari karir Football profesional) komandan 2/5, dan Kolonel Stanley Smith Hughes, komandan resimen Marinir ke-1, tiba di Hue. Perintah yang diterima Hughes sederhana dan lugas — bersihkan sisi selatan Hue. Resimen Marinir ke-5 Cheatham melakukan sebagian besar tugas: bergerak ke barat dari kompleks MACV, mengikuti Sungai Perfume sampai ke Katedral Phu Cam. Rute utama mereka adalah di sepanjang Jalan Le Loi yang sejajar dengan sungai. Tanpa sepengetahuan para Marinir, ini adalah lokasi markas besar NVA dan lokasi sebagian besar pasukan mereka. Gravel diberi tugas untuk menjaga Jalan Raya Nomor 1 tetap terbuka untuk lalu lintas, karena Batalyon Alpha 1/1 paling banyak memakan korban dan kekurangan personel. Serangan dimulai pada tanggal 4 Februari, tetapi ini bukan jenis pertempuran yang biasa dilakukan Batalyon 2/5. Sejak tiba di Vietnam, yang mereka alami adalah permainan ‘kucing dan tikus’ yang membuat frustrasi para leatherneck. Jebakan, taktik hit and run, dan penyergapan malam adalah yang utama. Beberapa Marinir akan pergi berbulan-bulan tanpa pernah melihat tentara musuh. Kali ini akan berbeda—pertempuran akan berlangsung dari rumah ke rumah, dan NVA dan VC tidak berniat mundur. Membungkuk di atas peta yang diambil dari pom bensin Shell terdekat, Cheatham jelas tidak suka. Menghadapi Marinirnya adalah 11 blok wilayah yang dikuasai musuh, semuanya dengan medan tembak yang sangat baik untuk mortir, senjata recoilless, dan senjata otomatis musuh. Itu harus direbut satu rumah pada satu waktu, jalan demi jalan dan blok demi blok. Kapten Michael Downs, dari Kompi Fox, dijadwalkan untuk menyerang kompleks Treasury, dan Kompi Hotel pimpinan Kapten Ron Christmas akan bergerak ke gedung kesehatan masyarakat. Sementara itu Kompi Golf akan menjadi cadangan. Penggunaan senjata pendukung dibatasi—tidak ada pengeboman atau penembakan yang dilakukan oleh pesawat-pesawat jet, tidak ada pemboman dari pihak angkatan laut dan tidak ada tembakan artileri berat. Saigon ingin menyelamatkan kota bersejarah itu dari kehancuran total. “Anda harus menggali tikus dari lubangnya,” Cheatham memberi tahu komandan kompinya. Bergerak ke Jalan Le Loi, Marinir F 2/5 menggunakan granat asap untuk melindungi gerakan mereka, saat peleton bergegas masuk ke gedung. Sebuah “mule” mekanik, yakni sebuah kendaraan flatbed kecil, membawa kedepan senjata recoilless kaliber 106mm, dan senjata membungkam beberapa sarang senapan mesin NVA. Personel Bazooka, dipersenjatai dengan peluncur roket kaliber 3,5 inchi (88 mm), memberikan tembakan dukungan tambahan. Namun, agresivitas para prajurit infanteri Marinir itulah yang benar-benar mengusir musuh dari sarang mereka.

Ernie Cheatham sedang diwawancarai oleh John Laurence dari CBS selama pertempuran Hue. (Sumber: https://www.wbur.org/)
Sebuah “mule” yang membawa kedepan senjata recoilless kaliber 106mm. (Sumber: https://www.pinterest.co.uk/)

“NVA di Hue adalah bajingan yang tangguh dan termotivasi,” kata seorang koresponden pertempuran, “tetapi, faktanya adalah, kami lebih baik.” Jalanan menjadi hidup dengan suara pertempuran yang tak henti-hentinya. Intensitas pertempuran berkembang saat regu-regu Marinir menyerbu gedung-gedung. Serangan itu dilakukan adalah presisi. Saat empat orang melindungi pintu keluar, dua orang bergegas melemparkan granat tangan dan beberapa lainnya mengikuti dengan senapan M-16 mereka menembak dengan mode otomatis penuh. “Pengaturan waktu,” kata Cheatham, “harus sebagus permainan sepak bola.” Sementara Batalyon 2/5 bergerak ke barat di sepanjang Jalan Le Loi, pasukan 1/1 Gravel, peleton 2-1/2 dari Kompi Alpha, diperintahkan untuk merebut Sekolah Joan of Arc, hanya 100 yard (91 meter) dari kompleks MACV. Sekitar 100 tentara NVA ditempatkan di sana, menembaki dengan gencar markas Hughes. Tank dan senjata  recoilless lalu menggempur bangunan itu. Atapnya benar-benar hancur, kaca dan semen beterbangan ke mana-mana. Bergegas masuk, tim penembak menyerbu, dan pertempuran terjadi dalam jarak dekat. Jeritan para korban yang luka, gencarnya suara “pop-pop” dari senapan M-16 bercampur dengan berondongan senapan AK-47, granat yang meledak, Light Antitank Weapons (LAWs) dan roket B-40 memenuhi udara. Satu demi satu musuh diusir dari kasau, ruang kelas, dan halaman sekolah. Mayat ada di mana-mana. Leathernecks menderita 22 korban. Lubang besar menganga di dinding tempat salib sekolah digantung. Salib itu masih utuh. 

Light Antitank Weapons (LAWs) yang digunakan pasukan Amerika dan sekutunya. (Sumber: http://www.deactivated-guns.co.uk/)
Penembak jitu AS di kota Hue, 3 Februari 1968. (Sumber: https://www.businessinsider.com/)
Tersangka Vietcong ditahan saat pasukan AS melanjutkan pertempuran dari rumah ke rumah di Hue, 4 Februari 1968. (Sumber: https://www.businessinsider.com/)

Sore itu, peleton yang tersisa dari Kompi Alpha, bersama dengan Kompi Bravo, tiba di Hue. Di malam hari, saat tembakan peluru pelacak merah dan hijau memenuhi malam, Batalyon Sapper VC ke-12 meledakkan Jembatan An Cuu, memotong jalur darat dari Hue ke Phu Bai, tetapi tidak sebelum lima kompi Marinir yang diperkuat telah menyeberanginya. Seandainya NVA menghancurkan jembatan beberapa hari sebelumnya, itu mungkin menjadi bencana bagi pasukan sekutu. Pada tanggal 6 Februari, Batalyon 2/5 telah menguasai kompleks Treasury, perpustakaan universitas, dan rumah sakit. Kompi Hotel kemudian diberi tugas untuk menyerang kantor ibu kota Provinsi Thua Thien, sebuah gedung berlantai dua dengan pasukan musuh bercokol di lantai paling atas. Selain kepentingan taktisnya sebagai Pos Komando NVA, tempat itu adalah sumber ‘iritasi’ utama bagi pasukan Marinir. Bendera merah dan berbintang emas Vietnam Utara berkibar dari tiang bendera. Dan Marinir menginginkan untuk menurunkannya. Gas air mata ditembakkan ke gedung saat serangan dimulai, tetapi angin dingin meniupkan gas menjauh dari tujuannya. Mengenakan masker gas, Peleton Pertama Letnan Leo Myers berlari melalui gerbang besi, di seberang jalan ke halaman terbuka yang menghadap ke gedung DPR. Kapten Christmas, menggunakan radio di bagian belakang kendaraannya, mengarahkan tank ke depan. Beberapa peluru kaliber 90mm meledak di dinding pasangan bata saat para leathernecks menerobos pintu depan. Dua yang pertama ditebas oleh tembakan senjata ringan. Sebuah granat fragmentasi dilemparkan, senapan mesin M-60 memuntahkan selongsong peluru kuningan kosong ke segala arah dan pasukan NVA mundur kembali. Kemudian, saat tim penembak memburu mereka yang tersesat, Sersan Frank Thomas menurunkan bendera NVA dan menggantinya dengan bendera Stars and Stripes Amerika. 

Jembatan utama yang melintasi Sungai Perfume, yang menghubungkan dua bagian kota Hue, diledakkan oleh Viet Cong, pada tanggal 7 Februari 1968. (Sumber: https://apimagesblog.com/)
Warga sipil Vietnam yang melarikan diri dari pertempuran melewati Jembatan Trường Tiền, yang dihancurkan pada tanggal 7 Februari. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Seorang Marinir A.S. membawa seorang warga sipil tua Vietnam dari Rumah Sakit Huế keluar dari bahaya. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tanggal 7 Februari, sappers VC meledakkan jembatan lain di atas Sungai Perfume. Untungnya, jalur untuk kapal-kapal Angkatan Laut masih bisa beroperasi penuh. Saat pasukan pengganti dan perbekalan yang masuk dan keluar dari Hue, tembakan musuh yang sporadis dari sisi seberang sungai diarahkan ke kapal-kqpal, tetapi gangguan ini tidak banyak berpengaruh. Juga, helikopter dari skuadron helikopter Marinir mengangkut bala bantuan dan mengeluarkan mereka yang terluka. Saat pasukan infanteri bergerak maju ke kedua arah di sepanjang tepi selatan, pertempuran mulai mengendur. Tetapi “operasi pembersihan” yang cukup besar harus dilaksanakan sebelum daerah tersebut dapat dianggap aman. Setelah pertempuran, masalah besar lainnya muncul. Ribuan pengungsi tunawisma yang melarikan diri dari pertempuran harus dirawat. Satu gereja Katolik menampung 5.000 orang; 17.000 lainnya berkemah di sekitar universitas. Makanan dan obat-obatan terbatas dan harus dibawa masuk. Para dokter angkatan laut dan medis, warga sipil AS dari Kantor Kesehatan Masyarakat, seorang dokter Australia dan tenaga medis Vietnam bekerja dengan sangat baik. Pada minggu kedua, “bunga teratai (kota Hue)” yang dulu indah itu berantakan. Bangunan-bangunan yang dipenuhi pecahan, sisa-sisa rumah, puing-puing berserakan di sepanjang jalan yang dipenuhi pepohonan yang dulunya dipenuhi pembeli, dan tembok-tembok yang dipenuhi lubang peluru terlihat di seluruh kota. Lalu ada mereka yang tewas dan terluka. Dokter Angkatan Laut dan medis pergi tanpa istirahat untuk merawat para Marinir. Beberapa memohon untuk kembali ke satuan mereka untuk tetap bersama dengan teman-teman mereka. Orang lain dengan luka ringan bahkan tidak pernah repot-repot melaporkannya. Mereka terus bertempur.

MENGAMANKAN SISI SELATAN KOTA HUE

Pada malam tanggal 6-7 Februari, pasukan NVA melakukan serangan balik dan memaksa pasukan ARVN mundur ke lapangan terbang. Pada saat yang sama, NVA mengirimkan bala bantuan tambahan ke dalam kota. Truong menanggapi dengan mengerahkan kembali unitnya, memerintahkan Resimen ARVN ke-3 untuk berpindah ke Benteng dan mengambil posisi di sekitar markas divisi. Pada malam hari tanggal 7 Februari, pasukan Truong di dalam Benteng termasuk empat batalyon udara, Black Panthers, dua skuadron kavaleri lapis baja, Resimen ARVN ke-3, Batalyon ke-4 dari Resimen ARVN ke-2, dan satu kompi dari Resimen ARVN ke-1. Terlepas dari penumpukan kekuatan yang besar, unit-unit Truong masih gagal membuat kemajuan melawan Vietnam Utara, yang telah menggali pertahanan jauh ke dalam dinding dan gedung-gedung yang padat. Tampaknya tidak ada yang bisa membendung aliran bala bantuan Komunis yang bergerak ke kota. Juga pada tanggal 7 Februari, Vietnam Utara mencoba membawa dukungan udara mereka sendiri ke dalam pertempuran, dengan mengirim empat pesawat angkut Il-14 Angkatan Udara Vietnam dari sebuah lapangan terbang dekat Hanoi. Dua dari pesawat yang membawa bahan peledak, amunisi antitank, dan kabel telepon lapangan berhasil menemukan celah di lapisan awan sekitar 10 kilometer (6,2 mil) utara Huế. Mereka menjatuhkan kargo mereka di sebuah laguna besar untuk diambil oleh pasukan lokal. Salah satu pesawat kembali dengan selamat; tetapi yang lain, terbang menembus kabut tebal, menabrak gunung, kehilangan semua penumpangnya. Sementara itu, dua IL−14 lainnya, yang telah dimodifikasi untuk menjatuhkan bom, mendapat perintah untuk mengebom Mang Ca. Namun, tidak ada awak pesawat yang dapat menemukan kota dalam kabut, dan kedua pesawat kembali ke Vietnam Utara tanpa menjatuhkan bom mereka. Mereka mencoba lagi lima hari kemudian, tetapi sekali lagi, cuaca buruk menghalangi mereka untuk menemukan Mang Ca. Kedua pesawat itu mengirimkan radio bahwa mereka sedang menyelesaikan misi, lalu menuju ke laut untuk membuang bom mereka. Tidak lama kemudian, transmisi mereka mati dan tidak pernah terdengar lagi.

Sebuah pesawat pengintai O-1 Marinir A.S. terbang melewati Benteng Kota Hue. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sementara itu, meskipun sisi selatan Hue secara resmi dinyatakan aman pada tanggal 10 Februari, kantong-kantong sniper terus mengganggu patroli Marinir yang mencoba membasmi mereka. Pasukan musuh juga berbaur dengan penduduk sipil dan, sebagai akibatnya, orang-orang yang tidak bersalah terbunuh atau terluka. Di satu jalan, seorang ayah menggendong anaknya yang berlumuran darah saat dia menatap kosong ke tanah setelah terjebak dalam baku tembak. “Seorang wanita berlutut meninggal,” tulis seorang reporter. “Seorang anak terbaring… tertimpa atap yang ambruk. Banyak dari tubuh yang berubah menjadi hitam… tikus menggerogoti daging yang terbuka.” Penduduk Hue sangat menderita. Dengan rusaknya Jembatan An Cuu, hanya satu jalan layang yang tersisa di atas Kanal Phu Cam yang memungkinkan masuk ke sisi selatan Kota Hue. Disebut Ga-Hue, jalan itu terletak di tepi barat laut yang paling jauh, di mana jalur air bermuara ke Sungai Perfume. Jalan ini penting untuk tetap terbuka, dan satu peleton dari Kompi Hotel2/5 membersihkan area satu blok di sekitar jalan lintas yang vital itu. Menetapkan perimeternya, Marinir memukul mundur banyak serangan balik sepanjang malam, dan saat fajar, jembatan itu masih tetap di tangan mereka. Mereka kemudian digantikan dengan Batalyon 1/1. Meskipun menghadapi tantangan berat, jembatan ini memungkinkan jalur darat antara Hue dan Phu Bai tetap terbuka sementara para pasukan zeni tempur memperbaiki jalan raya An Cuu. 

Pasukan sekutu mengenakan masker gas saat mereka mempersiapkan pertahanan. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Sementara itu Jenderal Truong dan Divisi ARVN ke-1-nya, yang terpotong dan terkepung di sisi utara kota, membuat posisi pertahanan mereka sendiri yang berani. Satu Kompi Black Panther, dipimpin oleh Kapten Tran Ngoc Hue, memukul mundur unit-unit Komunis di lapangan terbang dalam Benteng. Seorang perwira ARVN yang terluka, Letnan Nguyen Hi, dengan sekelompok perwira administrasi, mengusir musuh ketika mereka mencoba masuk ke area medis. Truong mempertahankan kontak radio dengan orang-orangnya, dan setiap unit berjuang untuk kembali ke dalam kompleks. Dari sana, pasukan terjun payung, marinir, dan Ranger Vietnam Selatan bentrok dengan musuh yang gigih untuk menguasai Benteng. Seluruh kompi menjadi berserakan dan harus mencari jalan kembali menggunakan pengait untuk memanjat dinding di dalam labirin tembok pembatas benteng. Akhirnya, pada tanggal 9 Februari, unitnya melemah hingga kelelahan, Truong dengan enggan meminta bantuan tentara AS. Batalyon ke-1, Resimen Marinir 5 (1/5), lalu diperintahkan berangkat ke Hue. Hal ini merubah strategi awal sekutu, dimana tugas membersihkan kawasan benteng dari pasukan komunis diberikan kepada pasukan ARVN, dengan pasukan Marinir ditugasi mengamankan kawasan selatan kota.

Marinir bertempur dari rumah ke rumah untuk merebut kembali bagian selatan kota Hue. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Ilustrasi pertempuran di jalanan kota Hue. (Sumber: http://golfco.2ndbn5thmarines.com/)

Dari Pangkalan Tempur Phu Loc, dua peleton dari Kompi B, di bawah pimpinan Kapten Fern Jennings, diterbangkan ke pertahanan markas pasukan ARVN. Peleton ke-3, yang mendapat serangan hebat, namun mereka terpaksa mundur setelah pilotnya terluka, dan tertatih-tatih kembali ke base camp. Di sisi selatan, Mayor Robert H. Thompson, komandan Batalyon 1/5, berunding dengan Kolonel Hughes. Diputuskan bahwa Thompson akan membawa Kompi A dan C, menggunakan kapal pendarat Angkatan Laut, bergabung dengan Kompi B dan menyerang ke selatan, mendesak pasukan NVA menuju Sungai Perfume. Di sana, musuh akan dijepit antara pasukan 1/1 dan 2/5 di sisi yang berlawanan. Pagi tanggal 12 Februari seperti kebanyakan pagi di Hue selama pertempuran Tet—dingin dan berangin, dengan hujan berkabut. Marinir menaiki kapal pendarat untuk melakukan perjalanan singkat ke ujung utara Benteng, di mana mereka dengan cepat turun di tempat pendaratan feri. Thompson dan anak buahnya berjalan ke pos komando ARVN, di mana Thompson bertemu dengan Truong. Jenderal Vietnam yang bersemangat itu memberitahunya bahwa pasukan Komunis memiliki dua batalyon di Benteng dan satu lagi di barat yang memasok mereka. Musuh menguasai tembok timur laut dan tenggara di dekat Istana Kekaisaran. Thompson bertanggung jawab untuk mengamankan tembok timur laut—panjang 2.500 yard (2.286 meter), tinggi 20 kaki (6 meter), dan lebar 50 hingga 200 kaki (15-60 meter). Dengan bergabungnya Batalyon Lintas Udara ARVN ke-1, tiga kompi Marinir (Peleton ke-3 Kompi B tiba bersama Thompson) akan melakukan serangan frontal ke bawah tembok. Sementara itu, Resimen ARVN ke-3 akan terus menyerang ke arah tenggara, bergerak ke arah mereka, di sisi kanan mereka. Setelah Istana Kekaisaran direbut, mereka bisa mulai menyapu ke selatan. Malam itu, para Marinir menerima kabar baik. Jenderal Lam, setelah bertemu dengan Presiden Vietnam Selatan Nguyen Van Thieu, memberi wewenang kepada pasukan sekutu untuk menggunakan senjata apa pun yang tersedia bagi mereka di kawasan Benteng. Satu-satunya pengecualian adalah Istana Kekaisaran. Itu masih terlarang.

MEREBUT BENTENG KOTA HUE

Selasa, tanggal 13 Februari, Kapten J. J. Bowe dan Kompi Alpha 1/5 berjalan menuruni tembok timur laut. Mereka telah maju hanya beberapa meter ketika seluruh area meletus dengan rentetan tembakan AK-47, roket B-40, dan mortir yang menghancurkan telinga yang mengalir dari sebuah menara besar ke pasukan Marinir di bawah. Unit ARVN yang seharusnya mengambil alih sisi tenggara telah ditarik kembali, tetapi tidak ada yang memberi tahu Thompson. Hanya dalam 10 menit, Kompi Alpha menderita 30 korban. Tembakan persiapan dari howitzer kaliber 155 mm dan peluru 5 inci (127 mm) dari kapal-kapal perusak Angkatan Laut di lepas pantai ditempatkan langsung di depan garis  pasukan Marinir. Di penghujung hari, pasukan Marinir 1/5 mempertahankan tembok 75 yard (68 meter) dari tempat unit pasukan ARVN mundur. Thompson memanggil Kompi D, yang masih ada di sisi selatan, untuk bergabung dengannya. Kapten Myron C. Harrington, komandan Kompi Delta, mencapai Bao Vinh Quay tempat Thompson mendarat pada hari sebelumnya, menjelang senja pada tanggal 13 Februari. Sepanjang hari berikutnya, anak buahnya beristirahat dan mengatur ulang di tempat perlindungan pasukan ARVN sementara Kompi Bravo dan Charlie 1/5 sekali lagi ‘melemparkan’ diri mereka ke perbentengan NVA. Proyektil kaliber 6 inci (152 mm) dari kapal-kapal penjelajah menghantam menara yang tampak tidak tergoyahkan yang menghambat kemajuan leathernecks. 2 mil (3,2 km) di lepas pantai laut China Selatan, kapal perusak USS Manley menembakkan 50 peluru kaliber 5 inchi (127 mm), dan kapal perusak USS Providence menembakkan 150 peluru kaliber 6 inchi (152 mm) di sekitar gerbang Dong Ba. Sebagian besar peluru memiliki sumbu ledak tunda untuk memastikan menembus target lebih besar sebelum meledak. Pesawat-pesawat tempur dari Wing Udara Marinir ke-1 menembakkan roket dan menjatuhkan napalm dan gas air mata yang tidak mematikan ke dalam dinding, namun masih belum ada kemajuan yang bisa dibuat. Hari berikutnya, tanggal 15 Februari, pasukan Marinir Harrington merayap dengan hati-hati di barikade timur laut, setelah kapal-kapal di Laut Cina Selatan dan artileri dari Marinir ke-11 mengirim peluru untuk menembaki menara. Potongan bata dan semen runtuh ke tanah, dan rumah-rumah di dekatnya rata dengan tanah. Dua jet tempur F-4 Phantom menderu di atas dan melepaskan tabung bom napalm dan bom seberat 500 pon (226 kg) di puncak menara yang tampaknya tak terkalahkan.

Marinir AS di jalanan perumahan di belakang tank M-48 Patton yang menembaki tembok luar Benteng di Hue, 13 Februari 1968. (Sumber: https://www.businessinsider.com/)
Kapal perusak USS Providence menembakkan 150 peluru kaliber 6 inchi (152 mm) di sekitar gerbang Dong Ba, Hue. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
13 Feb 1968, Pertempuran Kota Hue, Vietnam Selatan — Marinir Amerika Memanjat Tembok Luar Benteng Kota Hue. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Seolah tak tersentuh oleh ledakan yang baru saja mereka terima, dalam beberapa menit prajurit-prajurit NVA melepaskan tembakan melebar ke arah Marinir. Hujan deras yang menyesakkan kemudian membuat perjalanan menjadi berbahaya, dan jeritan orang-orang yang terluka dan teriakan “Corpsman!” memenuhi udara. Tank meluncur ke depan untuk memberikan dukungan, mengirimkan tembakan peluru kaliber 90mm melengking ke benteng tentara Komunis yang diperkuat. Orang-orang dengan peluncur roket 3,5 inci (88 mm) dan senjata antitank ringan sekali pakai bergerak maju mundur untuk membantu prajurit infanteri yang terperangkap. Letnan Dua Jack S. Imlah dan Peleton ke-1-nya menerobos puing-puing dan menempatkan diri mereka di bagian belakang menara. Dari sini, Marinir melemparkan granat ke dalam lubang laba-laba di mana prajurit-prajurit individu NVA akan muncul seperti jack-in-the-box, melepaskan beberapa tembakan singkat dan menghilang dengan cepat. Setelah hampir tiga jam pertempuran terus menerus, menara itu bisa dikuasai para Marinir. Dari puncaknya, yang menjadi titik pengamatan yang sangat baik, Istana Kekaisaran dapat terlihat melalui kabut. Pada tanggal 14 Februari, sebagian besar Kota Hue di selatan sungai sudah berada di tangan Amerika, tetapi operasi pembersihan akan memakan waktu 12 hari lagi karena tembakan penembak jitu, roket, dan mortir yang terus berlanjut. Pertarungan untuk merebut Hue selatan telah membuat Marinir menderita 38 tewas dan 320 terluka; sementara mayat lebih dari 1.000 tentara NVA dan VC berserakan di sekitar kota di selatan sungai. Sebuah pesan musuh berhasil disadap pada tanggal 16 Februari dan disampaikan kepada Mayor Thompson: “…komandan asli pasukan di dalam kota Hue…terbunuh…banyak perwira tewas atau terluka…(komandan baru) merekomendasikan (unitnya) untuk mundur. Perwira senior memerintahkan komandan baru…di Hue…untuk tetap pada posisinya dan bertarung.” Hasilnya tak terelakkan. NVA dan VC, yang telah kehilangan 219 orang dipastikan tewas serta jumlah yang belum ditentukan terluka sejauh ini, tahu bahwa mereka akan mati. 

Marinir AS bergerak di antara rumah-rumah yang hancur di Hue, 17 Februari 1968. (Sumber: https://www.businessinsider.com/)
Seorang Marinir A.S. membawa seorang anak Vietnam yang terluka terbungkus selimut dari pusat perawatan ke ambulans untuk dievakuasi dari Benteng di Hue, 17 Februari 1968. Anak itu menuju ke garis pasukan Marinir setelah dia terluka oleh tembakan artileri Amerika yang diarahkan ke posisi pasukan komunis . (Sumber: https://apimagesblog.com/)
Pada tanggal 22 Februari 1968 ini, Lance Cpl. James Avella kiri, memasang bendera Amerika ke tiang telepon di dekat dinding selatan Benteng Hue, Vietnam. Sersan Greg Pratt dari Ojai, California, mengikuti. Marinir Kompi Alpha dari Batalyon ke-1, Resimen Marinir ke-5 merebut tembok selatan mereka setelah menjalani pertempuran sengit dan memakan banyak korban. (Sumber: https://apimagesblog.com/)

Selama empat hari berikutnya, Batalyon Marinir 1/5 menggedor tembok timur laut. Setiap hari sama persis dengan hari sebelumnya: artileri dan tembakan senjata berat, diikuti oleh serangan infanteri dengan tank, bazoka, dan mortir. Mati rasa karena kelelahan, banyak prajurit hampir tidak bisa berjalan. Arus korban luka yang terus-menerus membuat tim medis sibuk. Untuk mempercepat perawatan, kasus-kasus yang lebih serius dikesampingkan dan mereka yang memiliki harapan untuk selamat segera ditangani. Setelah pertempuran selama satu minggu, Marinir telah menderita lebih dari 300 korban. Kompi-kompi sekarang berada di setengah kekuatannya. Moralnya rendah. “Kita harus mendapatkan bantuan,” kata seorang Marinir yang sedih. “Mereka akan memusnahkan Batalyon 1/5.” Tapi tidak ada pasukan tambahan yang tersedia yang bisa dikirimkan. Terlepas dari segalanya, ketika diperintahkan untuk menyerang, para Marinir tetap menyerang. Akhirnya, pada tanggal 21 Februari, pasukan Thompson yang kecapekan menguasai dinding timur laut. Namun, unit ARVN benar-benar berhenti dan hanya menunggu. Yang membuat mereka ngeri, Batalyon Marinir 1/5 disuruh berbelok ke kanan dan mengambil tembok tenggara juga. Diperkuat oleh Kompi L, Batalyon ke-3, Resimen Marinir ke-5, para prajurit Amerika berangkat menuju ke Istana Kekaisaran. Saat Marinir menekan ke depan, senjata recoilless kaliber 106mm dan tank menembakkan peluru-pelurunya ke kuil. Ketika matahari terbit dan cuaca cerah, Kapten John Niotis, komandan Kompi Lima, mengerahkan serangan udara. Mendekati sedekat mungkin tanpa merusak bangunan yang berusaha dijaga, pesawat-pesawat bersayap tetap melepaskan bom napalm ke dinding istana. Campuran bensin kental menciptakan bola api yang melompat tinggi di udara sangat dekat dengan garis perimeter Marinir. Pasukan Marinir lalu mendesak maju dengan waspada, membersihkan setiap gedung dari rumah ke rumah. Para penyerang melemparkan granat melalui jendela yang pecah sementara tim penembak menendang pintu dan bergegas masuk, menembak apa pun yang bergerak. 

Marinir menyerang Menara Dong Ba di Kota Hue, 15 Februari 1968. (Sumber: https://www.flickr.com/photos/)
Tetap merunduk untuk menghindari tembakan musuh, Marinir AS mendorong salah satu rekannya yang terluka keluar dari jangkauan tembakan selama pertempuran di bagian kota lama Hue, Februari 1968. (Sumber: https://www.businessinsider.com/)

Saat mereka perlahan beringsut ke depan, para penembak melihat sebuah struktur besar dengan atap genteng dan ukiran dekoratif. Para Marinir memberanikan diri masuk dan menemukan sebuah ruangan yang dihias dengan hiasan, yang dindingnya benar-benar tertutup daun emas. Di dalam, dua singgasana bertengger di atas podium yang ditinggikan. Ruangan itu juga dihiasi dengan karikatur singa dan naga yang dihiasi dengan pernis merah dan emas. Di sudut tergeletak mayat dua tentara NVA yang tewas. Seorang sersan berjalan mendekat dan menyenggol mayat-mayat yang tak bergerak dengan laras senapannya. Leathernecks telah mencapai ruang takhta terhormat para kaisar Vietnam. Dipimpin oleh Kapten James Coolican, seorang penasihat Marinir, dan Tran Ngoc Hue, dari kompi Hoc Bao (Black Panther) menyerbu lebih dari 200 yard (182 meter) medan terbuka untuk melakukan serangan terakhir di Istana Kekaisaran. Banyak orang di sana tahu ini adalah “murni aksi propaganda.” Bagi pemerintah Vietnam Selatan, merupakan suatu kebanggaan bagi unit ARVN untuk merebut tempat bersejarah ini. Tetapi setiap Marinir di sana tahu bahwa Batalyon 1/5 lah yang merebut Benteng itu. Para prajurit menyaksikan bendera NVA diruntuhkan dan diganti dengan bendera kuning dan merah Vietnam Selatan. Bendera itu diikat dan diangkat— ironisnya—di atas Palace of Perfect Peace (Istana Kedamaian yang Sempurna). Semua orang bersorak. Para Marinir Amerika di sisi lain dengan pahit harus menerima kenyataan bahwa unit ARVN yang menerima ‘kehormatan’ mengibarkan bendera di reruntuhan benteng kota Hue, yang ‘dibayar’ dengan darah dan nyawa para Marinir. Pihak ARVN khawatir, citra mereka akan semakin memudar sebagai sekutu yang tidak kompeten. Sama seperti apa yang dirasakan oleh para Marinir Amerika untuk mempertahankan reputasi unitnya, jenderal Truong percaya bahwa penghargaan untuk kemenangan akhir harus diberikan pada Divisi ke-1 ARVN, sebagai unit asli didalam kota itu, yang telah bertempur sangat keras. Bagaimanapun, kota Hue telah direbut kembali. Pembebasan kota itu telah memakan waktu 26 hari.

Bendera Republik Vietnam berkibar di atas menara bangunan berbenteng utama di benteng kota tua Hue saat sebuah jip melintasi jembatan di atas parit di Hue selama Serangan Tet, Februari 1968. (Sumber: https://www.flickr.com/)

KEMENANGAN TAKTIS, KEGAGALAN STRATEGIS

Tetapi penderitaan kota Hue yang sebenarnya tidak akan sepenuhnya disadari sampai pasukan Komunis melarikan diri. Sebagian besar kota yang dulu indah itu kini menjadi reruntuhan; 40 persen kota hancur dan 116.000 warga sipil kehilangan tempat tinggal. Selama pendudukan oleh pasukan NVA/VC, ribuan warga sipil dibantai oleh regu pembunuh. Distrik yang paling parah dilanda pembantaian orang tak berdosa adalah Gai Hoi, zona pemukiman berbentuk segitiga besar di timur laut Benteng. Karena memiliki kepentingan militer kecil, tempat itu dibiarkan tak tersentuh dan tidak dibebaskan sampai akhir pertempuran. Pejabat pemerintah, guru, imam, biarawati, dokter, orang asing, dan siapa pun yang membantu Amerika dipilih untuk dieksekusi. Dibujuk keluar dari rumah mereka dengan pengeras suara dan siaran radio dan, dalam beberapa kasus, diculik secara paksa, mereka dibawa pergi dan tidak akan pernah terlihat lagi. Dengan tangan diikat ke belakang, mereka dipindahkan ke daerah terpencil dan ditembak, dipukul atau dikubur hidup-hidup. Hingga akhir bulan September 1969, kuburan massal ditemukan. Salah satunya, deretan tengkorak dan tulang 428 orang Phu Cam terbentang sejauh lapangan sepak bola, tersapu bersih oleh aliran sungai yang mengalir. Secara keseluruhan, 2.800 warga kota Hue dibunuh secara sistematis dan metodis. Itu adalah pembunuhan massal politik yang paling biadab. Setelah merasa lega, para Marinir kembali ke perang di persawahan yang sudah terlalu mereka kenal sebelumnya. Selama Operasi di Kota Hue, Marinir kehilangan 147 prajurit tewas dan 857 terluka (angka ini tidak memperhitungkan korban di antara mereka yang bertugas dengan unit pendukung, atau yang meninggal karena luka kemudian di rumah sakit). Hampir separuh personil Marinir yang terlibat dalam pertempuran Hue gugur atau terluka. Unit Angkatan Darat AS kehilangan 74 tewas dan 507 terluka. Unit Vietnam Selatan kehilangan 384 tewas dan 1.800 terluka. Jumlah pasti orang-orang Komunis yang tewas mungkin tidak akan pernah diketahui, tetapi catatan yang ada menunjukkan bahwa jumlah NVA/VC tewas menjadi 5.113, beserta jumlah yang tidak diketahui terluka dan 89 yang ditangkap. Pada tahun 1969 pita pertempuran Hue ditempelkan pada bendera Korps Marinir, dan setiap prajurit yang berpartisipasi dalam pertempuran itu dianugerahi Penghargaan Presidential Unit Citation, yang sebagian berbunyi: “Para Prajurit dari Resimen Marinir ke-1 dan Marinir ke-5 (Diperkuat) telah mengalahkan kekuatan yang unggul secara numerik … dengan kerja tim mereka yang efektif, semangat juang yang agresif dan tindakan kepahlawanan individu … mencapai rekor keberanian dan keterampilan yang sesuai dengan tradisi tertinggi Korps Marinir dan Angkatan Laut Amerika Serikat.” Tapi para prajurit Marinir yang kotor, berjanggut, dan kelelahanlah yang pantas menerima penghargaan itu. Dengan senapan di tangan dan “ikat pinggang ketat” di perutnya, mereka mengatasi rasa takutnya dan mengusir musuh dari Hue.

Dalam foto tanggal 27 Februari 1968 ini, dua tahanan Komunis menunggu dibawa ke pusat interogasi setelah Rangers Vietnam Selatan mengatasi posisi musuh di Benteng Hue, Vietnam. (Sumber: https://apimagesblog.com/)
Warga Vietnam Selatan kembali ke rumah mereka yang hancur setelah berakhirnya pertempuran di Hue, 25 Februari 1968. Sebagian besar kota yang dulu indah itu kini menjadi reruntuhan; 40 persen kota hancur dan 116.000 warga sipil kehilangan tempat tinggal. Selama pendudukan oleh pasukan NVA/VC, ribuan warga sipil dibantai oleh regu pembunuh. (Sumber: https://www.businessinsider.com/)

Sementara itu serangan Tet dan serangan yang menyertainya terhadap pangkalan Marinir di Khe Sanh merupakan kegagalan yang mengejutkan bagi Komunis. Dari 84.000 tentara yang dikerahkan dalam Serangan Tet, hampir 58.000 telah tewas. Pihak Komunis telah memperkirakan ARVN akan cepat runtuh, tetapi kenyataannya musuhnya ini malah berjuang keras dan bertempur dengan baik; serta tidak ada pemberontakan umum yang terjadi. Tetapi meskipun sekutu telah memenangkan kemenangan taktis yang besar, serangan Tet mengubah gelombang perang menjadi berpihak kepada Komunis. Serangan itu menciptakan krisis politik di dalam pemerintahan Johnson, yang semakin tidak mampu meyakinkan publik Amerika bahwa pihak Komunis telah menderita kekalahan yang menghancurkan. Semua penilaian optimis yang dibuat sebelum serangan oleh Pentagon dan pemerintah mendapat kecaman dan cemoohan yang keras. Pada tanggal 31 Maret, Johnson mengejutkan rakyat Amerika dengan mengumumkan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden. Selain itu, dia sangat membatasi pengeboman di Vietnam Utara dan akan melakukan negosiasi damai dengan musuh, serta dengan ini hampir mengakui bahwa perang tidak dapat dimenangkan. Bahkan Vietnam Utara sendiri mengakui bahwa mereka telah menderita kekalahan yang mengerikan—lebih banyak tentara Komunis yang tewas pada tahun 1968 daripada tentara Amerika selama 10 tahun terlibat dalam perang. Strategi Komunis dengan membawa kader-kader VC lokal ke kawasan perkotaan menghasilkan bencana yang tak tanggung-tanggung. Alih-alih memicu pemberontakan di seluruh negeri, ofensif itu berakhir dengan pertumpahan darah, yang hampir menghancurkan infrastruktur Vietcong di selatan dan melenyapkan VC sebagai kekuatan tempur yang efektif. Kunci kegagalan pemberontakan umum mudah dilihat: Hanoi telah meremehkan mobilitas dan daya tembak pasukan sekutu yang jauh lebih unggul; Rencana pertempuran Hanoi terlalu rumit dan sulit untuk dikoordinasikan; dan bukannya memusatkan kekuatan mereka pada beberapa target tertentu, mereka menyerang di mana-mana, mengakibatkan pasukan mereka bisa dikalahkan sedikit demi sedikit.

Meski Serangan Tet merupakan kemenangan taktis bagi pasukan Amerika dan sekutunya, tapi secara keseluruhan pihak komunislah yang memenangkannya secara strategis. (Sumber: https://www.businessinsider.com/)

Setelah bencana, Jenderal NVA Tran Van Tra menyatakan dengan blak-blakan: “Kami tidak mengevaluasi dengan tepat keseimbangan kekuatan antara kami dan musuh, tidak sepenuhnya menyadari bahwa kemampuan kami terbatas, dan menetapkan persyaratan yang melampaui kekuatan kami yang sebenarnya.” Hanoi, bagaimanapun, segera menyadari bahwa pengorbanannya yang besar tidak sia-sia. Komandan komunis Tran Do memberikan beberapa gambaran tentang bagaimana kekalahan diubah menjadi kemenangan: “Sejujurnya, kami tidak mencapai tujuan utama kami, yaitu untuk memicu pemberontakan di seluruh Vietnam Selatan. Namun, kami berhasil menimbulkan banyak korban pada orang-orang Amerika dan boneka mereka, dan ini adalah keuntungan besar bagi kami. Untuk membuat dampak di Amerika Serikat, itu bukan niat kami—tetapi ternyata itu adalah hasil yang menguntungkan.” Meskipun kemenangan taktis luar biasa dicapai oleh sekutu di Hue dan di medan perang lainnya di seluruh Vietnam Selatan, pada akhirnya serangan Tet membuktikan kekalahan strategis bagi Amerika Serikat. Ironisnya, kemenangan besar yang dicapai oleh sekutu dalam serangan Tet menandai awal dari berakhirnya kehadiran Amerika di Indochina.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

STORMING THE CITADEL By AL HEMINGWAY; 7/26/2018

The Battle of Hue City: In the Thick of the Tet Offensive By John Walker

The Battle of Hue City: In the Thick of the Tet Offensive

The Battle of Hue: Urban Warfare in Vietnam by Sebastien Roblin

https://nationalinterest.org/blog/reboot/battle-hue-urban-warfare-vietnam-187607

How An NFL Lineman Changed The Course Of The Battle Of Hue by Martin Kessler, September 15, 2017

https://www.wbur.org/onlyagame/2017/09/15/vietnam-battle-hue-ernie-cheatham-bowden

SCUBAPRO Sunday – The Battle of Hue

2d Battalion, 5th Marines at Hue

http://www.2ndbn5thmar.com/history/25hue1968.pdf

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Hu%E1%BA%BF

Vietnam’s Forgotten Army: Heroism and Betrayal in the ARVN by Andrew Wiest, 2018; p 118

The Siege at Hue by George W. Smith, July 2000; p 10, p 28-29, p 37, p 61, p 65, p 76, p 78-79, p 176, p 197

Exit mobile version