Perang Timur Tengah

Valor In The Desert, 27 November 2006: Aksi Pilot AH-6 Little Bird dan F-16 Fighting Falcon di Irak

Ketika seseorang dari luar dunia militer membayangkan seorang prajurit pasukan operasi khusus (SOF), gambaran yang muncul di benak adalah kombinasi dari banyak hal – mungkin gabungan sedikit Sersan “X” dari buku komik dengan sedikit gambaran pahlawan super ala Hollywood dan dicampur dengan penampilan yang rapi dan fisik seorang atlet triatlon. Sementara prajurit SOF seperti “itu” mungkin saja ada, kenyataannya, para prajurit profesional pendiam yang sebenarnya banyak, jauh lebih menarik dan mengasyikkan untuk diamati, karena prajurit itu adalah seseorang yang mungkin Anda sering temui dan lewati ketika ada di jalan, dimana anda tidak pernah tahu bahwa dia termasuk di antara para elit militer. Berikut ini adalah kisah tentang beberapa dari prajurit semacam itu.

Gambaran sosok prajurit satuan khusus ala film Hollywood. Meski prajurit seperti itu mungkin saja ada, namun sosok pasukan khusus sebenarnya, tidak jauh berbeda dengan orang-orang kebanyakan, karena kualitas sejati manusia tidak diukur dari tampilan luar saja, namun lebih ditentukan oleh karakter yang ada dalam dirinya. (Sumber: https://www.thewrap.com/)

OBJECTIVE DOMINION PINE

Penyelamatan pesawat yang jatuh karena kegagalan mekanis atau tembakan musuh adalah peristiwa besar yang menguji kapasitas setiap unit penerbangan militer. Para “Penguntit Malam” (Night Stalkers) dari Resimen Penerbangan Operasi Khusus (Special Operations Aviation Regiment/SOAR) ke-160 asal Amerika secara rutin menerbangkan misi jauh ke wilayah musuh untuk menjalankan misi penyelamatan helikopter yang rusak dalam upaya yang berisiko tinggi semacam ini. Pada bulan November 2006, anggota dari Batalyon ke-1, SOAR 160 diketahui dipaksa untuk mengevakuasi helikopter yang jatuh di tengah baku tembak yang sengit dengan para pemberontak jauh di tengah gurun Irak. Sementara itu, keberanian dan profesionalisme personel Pasukan Operasi Khusus Angkatan Darat (Army Special Operations Forces/ARSOF), baik di darat maupun di udara, juga sangat berperan dalam keberhasilan penyelamatan helikopter dalam menghadapi serangan musuh yang gigih ini. Pada tanggal 27 November 2006, elemen dari unit SOAR ke-160 memberikan dukungan penerbangan kepada elemen ARSOF dalam misi untuk mencegat target bernilai tinggi di lokasi terpencil di sekitar Danau Thar-Thar, sebelah utara Baghdad, Irak. Misinya adalah untuk mencegat kendaraan target dan penumpangnya ketika mereka berada di sekitar gedung yang dikenal sebagai Objective DOMINION PINE*. Aset SOAR ke-160 yang ditugaskan dalam gugus tugas tersebut adalah dua helikopter bersenjata (gunship) AH-6 Little Bird (dengan kode panggil VALIANT* 41 dan 42), dua helikopter angkut MH-6 Little Bird (GALAHAD* 71/72) masing-masing dengan dua tentara ARSOF di bersamanya, dan dua helikopter MH-60K Black Hawk (PALADIN* 65/66), yang masing-masing membawa 9 prajurit ARSOF dari elemen pasukan serangan darat. 

Helikopter pengintai OH-6 Cayuse bersama dengan crew-nya sudah “menantang maut” sejak era Perang Vietnam. (Sumber: https://imgur.com/)
Meski masih sama-sama menggunakan body helikopter OH-6 Cayuse, namun AH-6 Little Bird yang digunakan oleh Unit SOAR Ke-160 dibekali dengan mesin yang lebih kuat, perangkat avionik yang lebih canggih dan dipersenjatai dengan lebih berat. (Sumber: https://twitter.com/)

Sedikit mengenai Little Bird, yang menjadi andalan Unit SOAR ke-160 dalam misi diatas, helikopter ini desainnya lebih tua dari umur Unit SOAR, yang baru berdiri secara resmi pada tanggal 16 Oktober 1981. AH-6 Little Bird dikembangkan selama masa Perang Vietnam sebagai helikopter observasi ringan, helikopter OH-6 Cayuse. Cayuse kemudian mendapatkan ketenarannya saat beroperasi di Vietnam sebagai bagian dari unit pemburu-pembunuh “tim merah muda”. Sebuah tim merah muda, biasanya terdiri dari satu unit helikopter OH-6 dan dua helikopter serang AH-1 Cobra. Sementara dua Cobra melayang di kejauhan, OH-6 yang bersenjata ringan biasanya akan melayang tepat di atas ketinggian puncak-puncak pohon seolah mencari posisi musuh; intinya, mereka bertindak sebagai umpan. Jika musuh menyerang dengan menembaki OH-6, helikopter-helikopter Cobra akan menyapu dan menghancurkan posisi musuh tersebut. Menerbangkan OH-6 di Vietnam jelas membutuhkan keterampilan, keberanian, dan sedikit kegilaan, tetapi para prajurit yang menerbangkannya adalah para profesional. Cepat dan gesit, AH-6 di masa sekarang, meskipun pada dasarnya masih menggunakan badan helikopter yang sama dari OH-6 Cayuse 40 tahun yang lalu, memiliki fitur mesin yang lebih kuat dan perangkat avionik yang telah ditingkatkan, termasuk dilengkapi Sistem Pemosisian Global (GPS)/sistem navigasi inersia dan perangkat inframerah (FLIR). AH-6 dapat dipersenjatai dengan dua tabung peluncur berisi tujuh roket kaliber 2,75 inci (70 mm) dan sepasang senjata senapan mesin “minigun” enam laras M134 kaliber 7,62 mm, yang bisa menembakkan 2.000 peluru per menit. 160th SOAR adalah satu-satunya unit di Angkatan Darat yang menerbangkan helikopter ini dan kru mereka sama terampil, berani, dan profesionalnya dengan para pendahulu era Perang Vietnam mereka.

Helikopter-helikopter MH-60K Black Hawk memberikan kemampuan terbang malam jarak jauh untuk Unit SOAR ke-160. Versi “Kilo” semacam ini ditugaskan untuk mengangkut pasukan ARSOF ke Objective DOMINION PINE. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Sementara itu kembali ke Irak, Gugus tugas meninggalkan Pangkalan Udara Balad pada pukul 11:38 waktu setempat pada tanggal 27 November untuk melakukan penerbangan sejauh 65 mil ke tujuannya. Komandan Angkatan Darat (GFC) Mayor (MAJ) Dillon Teriault* menentukan bahwa kesempatan terbaik untuk mencegat target adalah ketika kendaraan dan penumpangnya sedang menjauh dari Objective DOMINION PINE*. Untuk mencapai hal ini, Teriault memutuskan untuk mendaratkan gugus tugasnya di situs laager sekitar sembilan mil (14,5 km) dari area tujuan dan menurunkan helikopter untuk menghemat bahan bakar. Saat mereka berangkat dari landasan di pangkalannya di dekat Baghdad, langit nampak cerah-biru, dengan langit-langit dan jarak pandang tidak terbatas, sedangkan suhu cukup nyaman sekitar 80-an Fahrenheit (sekitar 26 derajat Celcius). Mereka lalu mencapai situs laager sekitar pukul 12.00, Mayor Teriault menemukan bahwa situs itu ternyata tidak cocok karena terlalu dekat dengan bangunan sipil. “Karena rencananya adalah mematikan mesin dan bersiap untuk menunggu dalam waktu lama, kami membutuhkan lokasi yang lebih aman,” kata Teriault. Kedua helikopter MH-60 telah mendarat dan sekitar pukul 12:05 malam. Helikopter-helikopter Black Hawk itu kemudian terbang dan bergabung dengan empat helikopter Little Bird menuju utara untuk mengamankan tempat yang lebih baik. Dalam lima menit berikutnya, situasinya akan berubah dengan drastis.

LITTLE BIRD DOWN

Pada pukul 12:10, saat penerbangan menuju lokasi baru, awak dari helikopter AH-6 VALIANT 42 merasakan getaran hebat di bagian ekor helikopter. Di bawah, seorang pemberontak telah meluncurkan RPG (Rocket-Propelled Grenade) helikopter dan membuat hantaman keberuntungan pada Little Bird yang lewat – dikatakan beruntung bagi pemberontak karena tembakan seperti itu sebenarnya sulit kenanya – dan sekaligus juga untuk Little Bird itu sendiri karena hulu ledaknya ternyata gagal meledak. Namun, AH-6 telah kehilangan rotor ekornya, membuat kontrol penerbangannya menjadi sulit dilakukan karena mengalami kegagalan fungsi rotor ekor yang fatal dan mengharuskan kru untuk menjaga kecepatan udara mereka tetap tinggi agar helikopter tetap bisa terbang dalam garis lurus dan segera mendarat. Terbang dengan sangat terampil, pilot VALIANT 42 berhasil membuat helikopter mereka jatuh di padang pasir dalam sebuah kecelakaan yang terkendali. Ketika helikopter kehilangan rotor ekornya, ia mulai berputar di bawah rotor. Disebut sebagai “autorotating”, hal ini terjadi ketika pengaruh stabilisasi dari rotor ekor hilang. Untungnya, lanskap di bawahnya sebagian besar, gurun terbuka yang datar, sehingga pilot dapat melakukan “running landing” pada kecepatan kira-kira 60 hingga 65 knot. Little Bird itu berputar berlawanan arah jarum jam beberapa kali sebelum menghantam dasar gurun. Kapten pilot (CPT) Allen Filson* mengenang, “Kami memperkirakan (telah membuat) empat putaran sebelum kami berhenti, menghadap ke arah dari mana kami baru saja terbang. Skid (kaki penyangga besi helikopter) kanan hancur, baling-baling utama telah meledakkan kanopi Plexiglas dan helikopter kami bertumpu pada pod sistem senjata sisi kanan.” Filson dan co-pilot Chief Warrant Officer 5 (CW5) Terry Pruitt* bergegas keluar dari helikopter yang rusak. Kedua pria itu tidak terluka. Helikopter-helikopter MH-60 dan MH-6 dengan cepat mendarat di dekat Little Bird yang jatuh. MAJ Teriault dengan cepat membentuk perimeter keamanan di sekitar lokasi kecelakaan dengan dua puluh dua personel ARSOF dari helikopter lainnya. Sementara itu helikopter AH-6 yang tersisa, yakni VALIANT 41, melakukan pengamatan udara di area tersebut sebelum mendarat di dekat lokasi kecelakaan. 

VALIANT 42 yang tertembak RPG membuat setidaknya empat putaran selama proses autorotasi sebelum jatuh ke gurun. (Sumber: Ilustrasi oleh D. Telles/https://arsof-history.org/)
AH-6 Little Bird VALIANT 42 yang jatuh di padang pasir. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Prosedur kehati-hatian sebenarnya menyarankan Little Bird untuk tidak berlama-lama di tempat itu. “Alasan kami untuk tidak mengudara berlama-lama adalah helikopter ini seperti apa yang kami sebut ‘Muj Magnet’. Jika Anda mulai mengitari suatu tempat, orang-orang ‘jahat’ mengira bahwa ada sesuatu yang terjadi dan mereka akan berkumpul dan menghampiri Anda,” kata CW5 David Cooper, pilot VALIANT 41. Mengenai Chief Warrant Officer 5 (CW5) David Cooper. Orang mungkin dengan mudah salah mengira dia sebagai petugas pemadam kebakaran veteran, pekerjaan yang memang pernah dijalankannya di Cincinnati, Ohio, bertahun-tahun yang lalu sebelum memasuki Angkatan Darat pada tahun 1985. Apa yang mungkin tidak adalah bahwa Cooper adalah salah satu pilot helikopter terbaik di Angkatan Darat. Karena pengalamannya, Cooper dijadwalkan untuk terbang sebagai pilot utama untuk misi tanggal 27 November ini, sesuatu yang mana dia sangat memenuhi syarat. Dia awalnya memenuhi syarat menerbangkan helikopter serang AH-64 dengan Skuadron ke-2, Kavaleri ke-6 di Fort Hood, Texas, unit Apache pertama yang beroperasi di Eropa pada tahun 1980-an. Dia kemudian bertugas di Teluk Persia selama Operasi Badai Gurun pada tahun 1991, dan memimpin pengawalan udara untuk Jenderal H. Norman Schwarzkopf selama negosiasi gencatan senjata di Safwan Airfield setelah penghentian permusuhan. Pada tahun akhir 1994, Cooper melamar dan dipilih untuk berlatih dengan helikopter AH-6 Little Bird, dan ditugaskan di SOAR ke 160, yang berpangkalan di Fort Campbell, Kentucky. Cooper telah menjalani berbagai pertempuran ekstensif saat menerbangkan Little Bird untuk unit Night Stalker, termasuk memberikan dukungan bagi satuan Resimen Ranger ke-75 selama operasi spektakuler merebut kompleks Bendungan Haditha pada April 2003.

Chief Warrant Officer 5 David F. Cooper, pilot VALIANT 41 dari Unit 160th Special Operations Aviation Regiment (Airborne). (Sumber Foto: Angkatan Darat AS/https://www.defensemedianetwork.com/)

Sementara itu kembali ke dalam misi, jelas terlihat bahwa helikopter yang rusak harus segera dievakuasi kembali ke Balad. Upaya ini pada akhirnya mengakhiri misi untuk mencapai Objective DOMINION PINE. MAJ Teriault kemudian mengarahkan agar GALAHAD 65 dan 66 kembali ke Balad dan membawa kembali unit Downed Aircraft Recovery Team (DART) untuk mengevakuasi helikopter yang jatuh. Pada saat yang sama, dia menahan delapan belas personel ARSOF untuk menjaga keamanan di lokasi, membebaskan CPT Filson dan CWO Pruit dan empat operator ARSOF lainnya untuk kembali bersama dengan helikopter Black Hawk. Pukul 12:32, dua helikopter MH-60 Black Hawk berangkat meninggalkan dua MH-6 dan satu AH-6 di lokasi jatuhnya VALIANT 42. Perkiraan waktu menunggu di darat diperkirakan sekitar tiga puluh menit. Helikopter-helikopter Night Stalkers tetap berada di lokasi kecelakaan untuk menunggu kedatangan tim recovery. Dalam unit SOAR ke-160, Downed Aircraft Recovery Team adalah elemen kunci ketika sebuah pesawat harus dipulihkan. Terdiri dari personel perawatan penerbangan yang sangat terlatih, DART berfungsi dengan cara yang sama seperti Quick Reaction Force (QRF) untuk operasi pertempuran darat, yakni menunggu dengan penuh kesiapan untuk membantu bila ada informasi pesawat yang jatuh. Mampu melakukan perbaikan ekstensif di tempat, DART dapat, jika diperlukan, mengangkat pesawat yang jatuh kembali ke pangkalan operasi. Tim ini sering menggunakan teknik-teknik yang inovatif dalam kondisi buruk untuk bisa menyelesaikan misi mereka. 

AGAINST ALL ODDS

“Kami tahu ini akan membutuhkan waktu 30 menit untuk bisa mendapatkan tim DART di sana dan (sementara menunggu) kami dapat mempersingkat waktu yang dihabiskan tim DART di darat dengan mempersiapkan pesawat untuk operasi sling loading (menggantungkan pesawat yang jatuh untuk diangkut dibawah pesawat yang melakukan recovery),” kata CWO Brad Furman* pilot GALAHAD 71. Sementara itu Furman dan CWO Don Clemmons* menaiki pod samping dari helikopter MH-6 GALAHAD 71 dan terbang untuk menyisir area tersebut guna mencari potongan-potongan helikopter yang jatuh. Setelah pencarian cepat, pilot kembali dan mulai mempersiapkan AH-6 untuk proses sling load. Dengan hanya menggunakan kunci pas serbaguna dan bagian-bagian pesawat untuk peralatan darurat, pilot berhasil mengamankan bagian-bagian yang terlepas sebelum proses ekstraksi. Saat mereka bekerja, gawatnya, situasi keamanan tiba-tiba memburuk. Bersama dengan tim ARSOF adalah Teknisi Pengendali Tempur (Combat Controller Technician/CCT), Master Sergeant Angkatan Udara AS (MSgt) Avery Alsup*. Di area operasi juga terdapat sebuah pesawat Air Force Intelligence Surveillance Reconnaissance (ISR) (call sign DRAGON* 93) dan dua pesawat tempur F-16 Fighting Falcon Angkatan Udara AS (call sign HELLCAT 55 dan 56) untuk memberikan dukungan udara jarak dekat. “DRAGON 93 didorong ke posisi lokasi kecelakaan VALIANT 42 dan saya melewati lokasi HELLCAT. Saya ingin memastikan mereka memiliki kesadaran situasional yang baik jika terjadi sesuatu,” kata MSgt Alsup. Saat peristiwa berkembang, ini terbukti menjadi keputusan yang bijaksana. 

Sepasang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon Angkatan Udara AS bersiap untuk beroperasi di Pangkalan Udara Balad, Irak. Pesawat-pesawat F-16 sangat berperan dalam mengganggu serangan musuh. (Sumber: U.S. Air Force photo/https://arsof-history.org/)

Pada pukul 12:50, personel ARSOF yang berjaga di bagian timur perimeter melaporkan adanya kendaraan yang bersenjata mendekat dari arah selatan. “Kami awalnya percaya mereka adalah Polisi Irak atau Tentara Irak berdasarkan gaya mereka mengemudi menuju ke posisi kami,” kata MAJ Teriault. Kesalahpahaman ini segera hilang ketika tembakan RPG dan tembakan senjata ringan mulai menghujani posisi pasukan ARSOF ketika truk itu melaju hingga dalam jarak 800 meter dari perimeter. Situasi di lapangan terus memburuk saat musuh menekankan serangan mereka. Di atas, DRAGON 93 melaporkan adanya enam “Bongo”, truk pick-up buatan KIA Motors dengan sebanyak dua puluh petempur musuh di atasnya yang menyerang pasukan ARSOF dari area dekat rumah pertanian. Tiga dari “Bongos” dipasangi senapan mesin berlaras ganda, senjata anti-pesawat berat ZPU-2 kaliber 14,5 mm. Masing-masing truk bersenjata diawaki oleh 4-5 orang. MSgt Alsup lalu memanggil HELLCAT 56 (HELLCAT 55 telah pergi untuk melakukan pengisian bahan bakar di udara), untuk menyerang pasukan musuh yang bergerak maju dan CW5 David Cooper serta co-pilotnya CWO Cory Carnival* bergegas ke helikopter AH-6 mereka, VALIANT 41, untuk bergabung dalam pertempuran. Menghadapi Kekuatan musuh, pasukan AS hanya dipersenjatai dengan senjata infanteri ringan yang masih dapat menyerang para pejuang musuh di dalam rumah, tetapi tidak dengan mereka yang berada di truk-truk bersenjata. Medan gurun yang datar memperburuk situasi, karena hanya menawarkan sedikit perlindungan bagi orang-orang Amerika yang terkepung. Begitu putus asanya situasi sehingga kopilot Cooper harus menembak keluar dari sisi kanan helikopter dengan senapannya. Segera jelas bahwa Cooper harus membantu mempertahankan kawan-kawannya darat dari ancaman truk-truk bersenjata yang jangkauannya lebih jauh dengan Little Bird-nya yang bersenjata lebih ringan.

Perkiraan lokasi area pertempuran. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Segera setelah AH-6 Cooper terlihat, para pejuang musuh di truk mengarahkan semua tembakan mereka ke helikopternya. Cooper tahu tugasnya adalah untuk memancing tembakan, tetapi ia sama-sama menyadari bahwa peluru kaliber 14,5 mm yang diberondongkan oleh senjata ZPU-2 akan dengan mudah menghancurkan helikopternya. Namun, Little Bird bukannya “tanpa cakar”, dan Cooper segera memutar dua senjata minigun enam laras, kaliber 7,62 mm yang menembakkan sekitar 2.000 peluru per menit dan pod roket 2,75 inci yang diisi dengan campuran peluru flechette, peluru berdaya ledak tinggi, dan asap. pada posisi musuh. “Saya melakukan beberapa kali terbang melintas di atas truk dan beberapa kali di atas rumah, menerima tembakan gencar dari pasukan darat,” kata Cooper. Dengan cepat di lokasi kecelakaan, keempat pilot MH-6 lainnya bergegas untuk mengeluarkan amunisi dan bahan bakar dari AH-6 yang jatuh. VALIANT 41 mulai menyerang musuh di sekitar rumah pertanian di sisi selatan area pendaratan. “Cukup jelas dari mana tembakan itu berasal,” kata Cooper. “Saya tidak bisa melangkah terlalu jauh di depan rekan-rekan kami di bawah, karena jika saya sampai tertembak jatuh, saya akan sendirian. Dan pada kondisi siang hari, satu helikopter yang bertempur melawan senjata artileri pertahanan udara bukanlah rencana yang baik.” Sementara itu, HELLCAT 56 mencoba menyerang rumah pertanian, tetapi tidak dapat mengidentifikasi bangunan berwarna pasir yang menyatu dengan gurun itu. VALIANT 41 mencoba menandai target dengan menembakkan dua roket asap ke gedung. Little Bird segera memancing tembakan yang kuat dari musuh. Cooper menjelaskan kesulitannya dalam menandai target. “Kami tidak pernah berlatih menembak dari jarak sejauh itu, karena Anda tidak bisa mengenai mereka (target) dengan roket atau mini-gun (senapan mesin). Saya akan jujur dengan Anda, upaya itu tidak berhasil.” Waktu itu, VALIANT 41 dengan cepat kehabisan amunisi dan bahan bakar. 

Tipikal kendaraan pick up yang dipasangi dengan senjata mesin anti pesawat ZPU-2. Kendaraan semacam ini umum digunakan dalam konflik-konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara. Melawan ancaman semacam ini, sebenarnya tidak dianjurkan bagi kru helikopter-helikopter ringan seperti AH-6 Little Bird. (Sumber: https://www.amazon.ca/)

Bermanuver agresif pada ketinggian yang sangat rendah, Cooper bisa melihat dan mendengar tembakan musuh. “Ketika peluru-peluru itu melintas, mereka terdengar sekejap, tetapi terdengar seperti – dan saya tidak mengada-ada –  sekantong popcorn berada di dalam microwave,” kata Cooper. “Saya awalnya takut, tetapi kemudian merasa tenang, memberanikan diri untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada, dan tidak ada keraguan dalam pikiran saya bahwa saya akan terbunuh hari itu. Inilah dia, ini adalah akhirnya. Baiklah? Saya mengerti.” Lebih dari dua lusin pria telah menempati sebuah rumah kecil sekitar 800 meter dari helikopter yang jatuh, dan mulai menembaki AH-6 Cooper dan tim di darat dengan berbagai senjata mulai dari AK-47 hingga peluncur granat berpeluncur roket (RPG). Begitu fokusnya Cooper pada ancaman dari truk bersenjata sehingga dia tidak memperhatikan ancaman baru pada awalnya. “Kopilot saya menunjuk orang-orang di rumah itu – ‘Hei, mereka menembaki kami!’ Saya pikir dia berbicara tentang truk (dan saya berkata) ‘Ya, saya tahu mereka menembaki kami, saya bisa melihat mereka.” Dia berkata, “Tidak. Lihat ke bawah. Mereka! Mereka menembaki kita.’” MSgt Alsup kemudian terus bekerja sama dengan HELLCAT 56 dan pada pukul 1:15, sebuah F-16 melepaskan bom seberat 500 pon di dekat rumah pertanian yang segera menekan tembakan musuh. Di lokasi jatuhnya VALIANT 42 dengan dibawah tembakan gencar, pilot MH-6 bekerja keras untuk mendapatkan amunisi dan bahan bakar untuk melengkapi kembali VALIANT 41. CWO Furman berkata, “Kami bisa melihat dia (VALIANT 41) menembakkan banyak dari persenjataannya. Menjadi jelas bahwa dia akan membutuhkan lebih banyak (lagi) dan membutuhkannya dengan cepat.” Pilot lalu mengeluarkan amunisi dan kantong bahan bakar seberat 300 pon dari AH-6 yang jatuh. Mereka menuangkan bahan bakar ke dalam kantong “Z”, (kantong bahan bakar kecil) untuk mengisi bahan bakar VALIANT 41. “Itu adalah aksi yang heroik,” kata CW5 Cooper, “Mereka tahu saya akan membutuhkan peluru. Mereka melakukan semua hal ini di bawah tembakan gencar dan Anda (tentunya) tidak bisa melakukannya sambil berjongkok. (Dengan melakukan itu) Anda harus berdiri. Tanpa disuruh, orang-orang ini mulai bekerja.” 

Pilot helikopter MH-6 mentransfer amunisi dan bahan bakar dari VALIANT 42 yang jatuh untuk mempersenjatai kembali dan mengisi bahan bakar VALIANT 41 selama serangan pemberontak Irak. Aksi ini memungkinkan VALIANT 41 terus terbang memberikan perlindungan udara bagi pasukan Amerika yang terjebak di darat. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Setelah kira-kira 15 menit menjalani pertempuran layaknya ‘kucing-dan-tikus’ yang melelahkan, Cooper kehabisan amunisi dan kembali ke posisi perimeter pasukan Amerika. “Saya kembali dan mendarat di tempat AH-6 yang jatuh. Kami membiarkan helikopter terus menyala mesinnya, sementara saya dan kopilot melompat keluar dan mulai mengambil roket dari AH-6 yang jatuh dan memasukkannya ke dalam pod roket helikopter kami,” kata Cooper. Empat personel Night Stalkers lainnya melompat untuk membantu mereka mengisi peluru di tengah hujan tembakan dari rumah dan truk bersenjata. Kemudian Little Bird Cooper mengudara lagi. Tidak ada perintah untuk mereka terbang lagi, tetapi Cooper dan kopilotnya tahu bahwa tugas mereka adalah melindungi orang-orang dan helikopter yang rusak di darat. Sekali lagi AH-6 mengitari medan perang, dan bermain ‘petak umpet’ melawan pasukan musuh. “Terbang di ketinggian dan kecepatan yang bervariasi di udara, berbelok ke kiri dan ke kanan, sekali lagi saya hanya bertingkah seperti orang gila di helikopter itu sehingga mereka tidak bisa menyerang kita,” kata Cooper. “Saya terbang dari ketinggian lima kaki hingga 75 kaki (1,5-23 meter), 10 knot hingga 120 knot (18-222 km/jam), melakukan apa pun yang saya bisa.” VALIANT 41 kemudian melakukan dua kali perjalanan bolak-balik ke lokasi kecelakaan untuk mengisi kembali bahan bakar dan mempersenjatai dirinya, bergabung kembali dalam pertempuran setelah setiap kali berhenti. Kini kondisi berbalik mendukung para prajurit ARSOF.

GILBERT FINAL RUN

Sekitar pukul 1:20, setelah lebih dari empat puluh menit pertempuran sengit berlangsung, dua belas “Bongo” memutuskan kontak dan pindah ke arah selatan. Saat pertarungan mulai mereda, jauh di atas pertempuran dengan F-16-nya HELLCAT 55, Mayor Angkatan Udara Troy Gilbert kembali ke lokasi setelah melakukan pengisian bahan bakar. Sementara Gilbert mengisi bahan bakar, wingmannya, Kapten Michael Dietrich, menjatuhkan bom seberat 500 pon (226 kg) berpemandu laser di gedung yang jadi persembunyian para pemberontak. Para pemberontak lalu melarikan diri dengan kendaraan mereka, dan Gilbert serta Dietrich melacak mereka, membuat beberapa lintasan rendah untuk memastikan mereka bisa mengikuti kendaraan yang tepat, akhirnya mereka menemui sasaran truk-truk senjata yang sekarang sedang dalam gerak mundur. Dietrich kemudian pergi untuk mengisi ulang bahan bakar, dan Gilbert terbang dengan kecepatan rendah mengejar truk pick-up terdepan, yang memiliki senjata anti pesawat di bak belakangnya. Gilbert memutuskan untuk turun jauh di bawah ketinggian yang diperbolehkan dan membawa Viper-nya ke dalam pertarungan dan mulai menembaki kendaraan musuh dengan kanon kaliber 20mm miliknya. Saat ia menderu di ketinggian 3.500 kaki (1.066 meter) ia melihat dua truk menderu pergi dari arah rumah. Gilbert berputar dan memberondong truk terdepan, lalu berbalik dan mengejar truk kedua. Sistem peringatan pada pesawat Fighting Falcon miliknya berbunyi, memperingatkannya untuk berhenti karena dia telah terbang terlalu cepat dan terlalu rendah. Dalam kondisi normal, serangan semacam ini akan dimulai dari ketinggian sekitar 5.600 kaki (1.706 meter), tetapi Gilbert sepertinya merasa dia tidak punya cukup waktu untuk menanjak dan menembak truk kedua tepat waktu, dan memulai serangan kedua pada ketinggian sekitar 2.800 kaki (853 meter). Tragisnya, dia terbang terlalu rendah untuk bisa terbang normal, dan F-16 menghantam tanah, membunuh Gilbert seketika. F-16 itu jatuh ke gurun sekitar enam mil dari zona pendaratan. Gilbert tidak berhasil mengeluarkan dirinya. Bagaimanapun pengejarannya yang agresif telah mencegah reorganisasi apa pun dilakukan oleh musuh yang melarikan diri dan benar-benar mengganggu upaya mereka untuk melanjutkan serangan. 

Ilustrasi sekuen pertahanan VALIANT 42. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Pesawat tanpa awak Predator memberikan pukulan mematikan terakhir dengan menghancurkan satu kendaraan pemberontak menggunakan rudal AGM-114 Hellfire. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Sementara itu pada saat yang sama, Cooper dan kopilotnya melihat adanya truk lain, dimana truk ini menuju ke utara. Sekarang dengan ditemani oleh AH-6 lain yang baru tiba, Cooper mengejar truk itu, mengarahkan minigun dan roket ke sasaran, dan melenyapkan truk itu bersama dengan penumpangnya. Menjelang pukul 01:30, MAJ Teriault memutuskan bahwa tidak ada lagi ancaman yang berarti, dan lima belas menit kemudian, PALADIN 65 tiba dengan sebelas personel ARSOF tambahan, dikawal oleh sebuah helikopter AH-6 yang diterbangkan oleh CPT Filson dan CWO Pruitt. Meski baru saja mengalami kecelakaan, keduanya telah mendapat izin dari ahli bedah penerbangan Resimen untuk kembali membantu operasi pemulihan dan memberikan pengawalan untuk PALADIN 65. Dengan unit reaksi cepat (QRF) sekarang di lokasi, Cooper yang kelelahan dan kopilotnya menerbangkan Little Bird-nya kembali ke pangkalan mereka. Yang luar biasa mereka tidak mengalami kerusakan setelah mengalami beberapa jam pertempuran sengit. Sementara itu, DRAGON 93 terus melacak musuh yang bergerak mundur dan sebagai aksi penghabisan, pada pukul 15:30, sebuah pesawat Predator UAV (Unmanned Aerial Vehicle) tak berawak menghancurkan satu kendaraan musuh dengan sebuah rudal AGM-114 Hellfire sementara pesawat F-16 menghancurkan yang lain. Pada pukul 16:00, DART sudah berada di lokasi dan pada pukul 7:15 malam dengan dikawal oleh Cooper dalam misi keenamnya hari itu, di bawah kegelapan, helikopter Little Bird yang rusak dimuat dan digantung di bawah MH-60, serta dibawa kembali ke Balad. Orang-orang Amerika tidak menderita satupun korban, kecuali pilot F-16 yang berani, Mayor Troy Gilbert di HELLCAT 55. 

10 TAHUN PENCARIAN

Atas aksi heroiknya, CW5 David Cooper, pilot VALIANT 41 menerima medali Distinguished Service Cross, medali penghargaan tertinggi kedua untuk keberanian di militer Amerika, pada tanggal 11 Juli 2008. Penghargaan yang diterima Cooper adalah yang pertama diberikan kepada personel Night Stalkers dalam sejarah resimen yang terhormat itu, dan merupakan yang pertama sejak era Perang Vietnam, yang tidak diterima secara anumerta. Pada upacara tersebut, Letnan Jenderal Robert W. Wagner, komandan Komando Operasi Khusus Angkatan Darat AS, mengatakan tentang tindakan Cooper hari itu, “Bayangkan apa yang akan terjadi seandainya dia tidak menghadapi segala rintangan dan secara heroik terbang menghadapi tantangan (musuh) yang bersenjata berat dan memancing musuh menembak dirinya sendiri untuk mengalihkan tembakan mereka yang mematikan pada rekan satu timnya dan kemudian, yang paling berani dan heroik, mempersenjatai diri kembali dan mengisi bahan bakar di lokasi untuk melanjutkan pertempuran. Keberanian yang luar biasa, sebuah pemikiran yang cemerlang, aksi penyelamatan tanpa pamrih di bawah kondisi pertempuran yang paling menuntut … pahlawan sejati dalam segala hal.” Cooper menerima penghargaan seperti yang diharapkan dari seorang profesional yang pendiam. Dia tidak melupakan personel Night Stalkers lain yang berada di medan perang bersamanya, saat dia berterima kasih kepada mereka karena telah bekerja sama pada hari itu. “Saya menerimanya atas nama semua personel Night Stalkers, dulu, sekarang, dan di masa depan.” Sementara itu, para personel lain dari Unit SOAR ke-160, yang terlibat dalam pertempuran hari itu menerima medali Silver Star. Aksi-aksi mereka ini dianggap penting dilihat dari ukuran dan agresivitas kekuatan musuh dan untuk tindakan berani para personel Night Stalkers dalam menjaga agar VALIANT 41 tetap mengudara dan bertempur dengan menggunakan amunisi dan bahan bakar dari VALIANT 42. Sebagai komandan pasukan darat, MAJ Dillon Teriault berkata, “Musuh akhirnya memilih berbalik dan lari, dengan apa pun yang tersisa dari mereka. Dia (VALIANT 41) menghancurkan empat atau lima kendaraan dan mungkin menewaskan 20 personel musuh. VALIANT 41 seorang diri menangkis serangan itu.” 

Mayor Troy Gilbert berfoto di tangga pesawat tempur F-16 di Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona. (Sumber Foto: Courtesy of Gilbert family/https://www.airforcetimes.com/)
Ginger Gilbert Ravella berbicara tentang mendiang suaminya, Mayor Troy Gilbert, selama upacara peringatan pada bulan Desember 2013 di Pemakaman Nasional Arlington, Virginia. Atas aksi kepahlawanannya pada tanggal 27 November 2006, Mayor Troy Gilbert dianugerahi medali Distinguished Flying Cross with “V” device secara anumerta. (Sumber: Staff Sgt. Carlin Leslie/Air Force/https://www.airforcetimes.com/)

Sementara itu, Mayor Troy Gilbert, dari USAF, kemudian secara anumerta dianugerahi medali Distinguished Flying Cross with “V” device. Atas aksi kepahlawanannya pada tanggal 27 November 2006, pihak Angkatan Udara mengatakan bahwa Gilbert memilih untuk menggunakan senjata kanon kaliber 20 mm, dan bukan bomnya, adalah untuk menghindari terbunuhnya warga sipil di dekatnya. Tubuh Gilbert kemudian dirampas oleh pemberontak, yang lalu membuat video propaganda dengan pesawat yang hancur dan tubuhnya. Angkatan Udara Amerika tidak berhasil menemukan tubuhnya setelah itu dan, pada Januari 2012, mereka mengatakan kepada keluarganya bahwa mereka telah menghentikan pencarian karena penarikan pasukan AS dari Irak. Keluarganya keberatan dan berhasil menekan mantan Air Force Secretary  Michael Donley untuk melanjutkan pencarian. Pada bulan November 2013, keluarga Gilbert menerima kabar bahwa sisa jenazah Gilbert telah ditemukan, dan jenazah itu tersebut dikebumikan di pemakaman Arlington pada bulan berikutnya. Kemudian, pada tanggal 28 Agustus 2016, seorang pemimpin suku Irak mengatakan kepada seorang penasihat militer AS bahwa anggota sukunya memiliki sisa-sisa dan perlengkapan penerbangan – termasuk setelan pakaian penerbangan, jaket penerbangan dan tali parasut – dari seorang pilot AS yang jatuh, dan menunjukkan bukti yang mendukungnya klaim tersebut, menurut pejabat Angkatan Udara Amerika. Satu setengah minggu kemudian, AFMES mengkonfirmasi identitas Gilbert melalui tes DNA. Pemimpin suku kemudian menyerahkan benda-benda peninggalan Gilbert kepada pasukan AS. Janda Gilbert, Ginger Gilbert Ravella, dan kelima anak mereka berada di tempat saat jenazah Gilbert diserahkan. Dia berterima kasih kepada semua anggota AU Amerika yang membantu mencari jenazah suaminya selama satu dekade terakhir. “Menghadiri acara pemindahan yang terhormat di Dover Senin malam adalah yang paling dekat kami alami dengan Troy dalam 10 tahun terakhir,” kata Ravella. “Seperti yang dijanjikan militer kita, tidak ada yang dibiarkan tertinggal di medan pertempuran. Troy (kini) sudah kembali ke rumah.”

*Aturan USSOCOM PAO tentang operasi yang terbaru, saat ini mewajibkan penggunaan nama samaran untuk semua personel SOF, yang berpangkat Mayor dan di bawahnya. Dalam artikel diatas kode nama panggil pesawat, dan nama tujuan sasaran juga merupakan nama samaran, kecuali untuk David Cooper dan Troy Gilbert.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

VALIANT 41 160th SOAR in Combat in Iraq by Kenneth Finlayson

https://arsof-history.org/articles/v5n3_soar_combat_iraq_page_1.html

CW5 David Cooper at War BY DR. PATRICK R. JENNINGS, PH.D. – JUNE 4, 2010

After 10-year search, remains of F-16 pilot killed in Iraq are home By Stephen Losey; Thu Oct 6 2016 5:39 AM

https://www.airforcetimes.com/news/your-air-force/2016/10/05/after-10-year-search-remains-of-f-16-pilot-killed-in-iraq-are-home/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *