Perang Timur Tengah

7 September 1980, Kemenangan Udara Pertama F-14 “Tomcat”

Secara umum diterima bahwa dua awak jet tempur F-14 Tomcat Angkatan Laut AS dianggap mencetak kemenangan udara pertama menggunakan pesawat tempur bermesin ganda yang kuat itu — ketika pada tanggal 19 Agustus 1981, sepasang Tomcat dari skuadron VF-41 menembak jatuh dua jet Sukhoi Su-22 Libya yang menembaki mereka di atas Teluk Sidra. Itulah konsepsinya. Seperti yang sering terjadi dalam sejarah peperangan udara, kebenarannya kerap sangat berbeda. Faktanya kru F-14 Iran-lah yang mencetak kemenangan udara pertama Tomcat, setahun sebelum pilot-pilot AL AS melakukannya.

Tomcat 2 – Fitter 0, lukisan oleh Jerry Crandall (menggambarkan insiden Teluk Sidra, tanggal 19 Agustus 1981 saat dua Su-22 Fitter Libya menyerang pesawat Amerika dan kemudian ditembak jatuh oleh dua F-14 Tomcat. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

AKUISISI F-14 TOMCAT IRAN

Iran menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Grumman F-14 Tomcat untuk pertama kalinya pada musim panas tahun 1972. Sedikit lebih dari setahun kemudian, Kongres AS benar-benar membatalkan seluruh proyek F-14. Teheran lalu meminjamkan uang kepada Grumman untuk memproduksi 80 F-14 yang diinginkannya. Kongres yang terkejut lalu memutuskan untuk melanjutkan pembiayaan proyek untuk Angkatan Laut AS. Ya, faktanya kita harus berterima kasih kepada Iran untuk lahirnya pesawat Top Gun ini. Tomcat adalah jet tempur yang sangat canggih, dirancang terutama untuk melawan armada pembom strategis Uni Soviet, yang dinilai sebagai metode yang paling layak untuk menyerang AS dengan senjata nuklir. Tomcat dilengkapi dengan banyak peralatan canggih dibandingkan pendahulunya F-4 Phantom. Kecanggihannya termasuk dalam hal kelincahan, kemampuan untuk melakukan intersepsi dari jarak jauh, dan misi superioritas udara serta kemampuan dogfighting (pertempuran udara jarak dekat). Tentu saja, penjualan pesawat sensitif semacam itu dan rudal udara-ke-udara jarak jauh AIM-54 Phoenix terkait, ke negara seperti Iran mendapat tentangan sengit dari banyak anggota Kongres. Oleh karena itu administrasi Presiden Richard Nixon mengembangkan cerita bahwa Iran sangat membutuhkan Tomcat untuk mencegat pesawat-pesawat Soviet — terutama jet tempur MiG-25 Foxbat yang berkemampuan terbang dengan kecepatan 2,8 Mach, yang “secara teratur” melanggar wilayah udara Iran. Sebenarnya, MiG-25 Soviet hanya menerbangkan beberapa misi semacam itu di atas Iran sepanjang tahun 1970-an. Pada saat yang sama, Angkatan Udara Kerajaan Iran dan Angkatan Udara AS menjalankan operasi bersama dengan Badan Keamanan Nasional AS justru mengirim setidaknya satu penerbangan ke wilayah udara Soviet setiap minggunya, biasanya diterbangkan oleh pesawat pengintai RF-4 Iran dengan awak campuran asal AS dan Iran. Operasi itu berlangsung dari tahun 1971 hingga 1978. Karena perebutan pengaruh AS-Soviet yang semakin tegang, Presiden Richard Nixon saat itu sangat ingin mendapatkan dukungan dari negara Timur Tengah, yang telah dicapai oleh lawan Sovietnya di Irak. Penjualan Tomcat ini menjadi salah satu upaya AS untuk semakin mendekatkan Iran dalam lingkup pengaruhnya. Dua Tomcat pertama dikirimkan ke Iran pada bulan Januari 1976, dan yang lainnya menyusul selama dua tahun berikutnya, bersama dengan sekitar 240 rudal Phoenix. Pada awal tahun 1979, sekitar 120 pilot Iran dan kurang dari 100 perwira radar, atau RIO (Radar-Intercept Officers), telah menyelesaikan pelatihan F-14 mereka. 

Grumman F-14A Tomcat Angkatan Laut AS dari Skuadron Tempur VF-114 Aardvarks terbang bersama pesawat patroli maritim Soviet Tupolev Tu-95RT Bear D. Tomcat adalah jet tempur yang sangat canggih, dirancang terutama untuk melawan armada pembom strategis Uni Soviet, yang dinilai sebagai metode yang paling layak untuk menyerang AS dengan senjata nuklir. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)
MiG-25 Foxbat. Presiden Richard Nixon mengembangkan cerita bahwa Iran sangat membutuhkan Tomcat untuk mencegat pesawat-pesawat Soviet — terutama jet tempur MiG-25 Foxbat yang berkemampuan terbang dengan kecepatan 2,8 Mach, yang “secara teratur” melanggar wilayah udara Iran. (Sumber: https://www.peakpx.com/)
F-14 Tomcat Iran. Iran tercatat memesan 80 Tomcat dari Amerika. Pada awal tahun 1979, sekitar 120 pilot Iran dan kurang dari 100 perwira radar, atau RIO (Radar-Intercept Officers), telah menyelesaikan pelatihan F-14 mereka. (Sumber: https://iran.gonevis.com/)

GROUNDED AKIBAT REVOLUSI ISLAM IRAN

Pada bulan Februari 1979, Revolusi Islam menyingkirkan Shah Mohammed Reza Pahlavi dari kekuasaan. Rezim baru di Teheran kemudian langsung membatalkan pesanan untuk tambahan senjata dari AS, termasuk gelombang kedua dari pesanan 75 F-14 bermesin terbaru, dan memutuskan semua hubungan militer ke AS. Ribuan penasihat AS dan keluarga mereka terpaksa meninggalkan negara itu – seringkali dengan todongan senjata. Angkatan udara  Kerajaan Iran —  secara resmi kemudian dinamai kembali sebagai Angkatan Udara Republik Islam Iran  —  pada dasarnya di-grounded selama berbulan-bulan. Situasi berkembang menjadi krisis internasional besar pada bulan November 1979, ketika sekelompok mahasiswa Iran menduduki kedutaan AS di Teheran, menuntut Amerika Serikat agar menyerahkan Shah untuk diadili. Maka dimulailah apa yang disebut krisis sandera Iran, yang berlangsung selama 444 hari dan benar-benar menghancurkan hubungan AS-Iran selama beberapa dekade mendatang. Jelas, pada tahun 1979 AS sangat menyesal pernah menyerahkan pesawat-pesawat mutakhir seperti Tomcat kepada rezim otoriter dan anti-Barat baru seperti di Iran. Sementara itu, kontroversi seputar F-14 Iran terus berkembang. Laporan mulai beredar bahwa seluruh armada Tomcat milik Angkatan Udara Republik Islam Iran tidak dapat dioperasikan. Penasihat AS dilaporkan menyabotase radar dan sistem kendali penembakan mereka atau setidaknya sebagian besar persenjataan mereka sebelum pergi. Selain itu, hampir semua pilot Iran dan perwira radar yang telah dilatih di AS ditangkap dan dipenjara atau dipaksa pensiun dini. Armada yang terdiri dari 77 F-14 – dua hilang dalam kecelakaan pelatihan pada tahun 1978, sementara satu pesawat tidak pernah dikirim ke Iran – dibiarkan merana di pangkalan di luar Shiraz dan Esfahan. 

Tentara Republik Islam Iran membawa poster Ayatollah Khomeini selama revolusi 1979. Rezim baru di Teheran kemudian langsung membatalkan pesanan untuk tambahan senjata dari AS, termasuk gelombang kedua dari pesanan 75 F-14 bermesin terbaru, dan memutuskan semua hubungan militer ke AS. (Sumber: https://www.timesofisrael.com/)
Demonstran Iran membakar bendera Amerika dan menyandera kedutannya. Jelas, pada tahun 1979 AS sangat menyesal pernah menyerahkan pesawat-pesawat mutakhir seperti Tomcat kepada rezim otoriter dan anti-Barat baru seperti di Iran. (Sumber: https://nsarchive.gwu.edu/)
Laporan mulai beredar bahwa seluruh armada Tomcat milik Angkatan Udara Republik Islam Iran tidak dapat dioperasikan. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

MEMPERSIAPKAN TOMCAT MENGHADAPI IRAK

Tak lama kemudian perang Iran-Irak pecah. Menyusul gejolak domestik yang menyebabkan Revolusi Islam, Irak menganggap tetangganya sangat rentan dan lemah. Kemudian memanfaatkan situasi ini, Presiden Saddam Hussein dari Irak melancarkan perang dengan Iran dan berharap perang itu akan berakhir dalam hitungan minggu, namun, pasukan Iran nyatanya bisa menangkis serangan Irak selama hampir delapan tahun. Ketika angkatan bersenjata Irak mulai menyerang pos perbatasan Iran pada bulan Agustus 1980, Teheran memerintahkan IRIAF kembali ke terbang ke langit. Sejalan dengan itu, personel yang tersisa dari empat skuadron yang dilengkapi dengan F-14 dan berbasis di Pangkalan Tempur Taktis ke-7 di Shiraz dan TFB.8 di Esfahan bergegas mengembalikan pesawat mereka ke kondisi operasional. “Kami telah mulai memeriksa pilot F-14 yang tidak terbang dalam kapasitas apa pun selama lebih dari 18 bulan untuk kembali beroperasi dengan Angkatan Udara,” kenang Mayor Jenderal Mohammed-Reza Ataayee, pensiunan pilot F-14 IRIAF. “Kami juga membawa kembali sejumlah kru teknis darat ke dalam layanan, sehingga kami dapat membawa kembali sejumlah F-14 yang di-grounded ke status siap tempur setelah lama diberhentikan.” Staf teknis mulai menyiapkan jet-jet Tomcat dan kami memeriksa sejumlah pilot dan mereka memulai tugas tempur mereka menerbangkan (patroli udara tempur) di sepanjang perbatasan dengan Irak. Bertentangan dengan legenda yang beredar di Barat, tidak ada kekurangan suku cadang. Saat memesan Tomcat-nya, Iran juga membeli suku cadang ekstra dalam jumlah besar, bersama dengan semua infrastruktur pendukung yang diperlukan. Dan sementara banyak kru Tomcat terpaksa pergi pada saat itu, tidak ada kekurangan pilot yang berkualitas. 

Pilot-pilot Skuadron pertama F-14 Tomcat Iran di Pangkalan Udara Shiraz. Bertentangan dengan legenda yang beredar di Barat, tidak ada kekurangan suku cadang. Saat memesan Tomcat-nya, Iran juga membeli suku cadang ekstra dalam jumlah besar, bersama dengan semua infrastruktur pendukung yang diperlukan. Dan sementara banyak kru Tomcat terpaksa pergi pada saat itu, tidak ada kekurangan pilot yang berkualitas. (Sumber: https://theaviationgeekclub.com/)
F-14 Tomcat yang baru dikirim di pangkalan udara Khatami Iran sebelum revolusi. Dalam beberapa hari setelah bentrokan pertama dengan Irak, sekitar selusin F-14 kembali beroperasi dengan melakukan patroli udara tempur (CAP) di sepanjang perbatasan. Setelah menempatkan sebagian besar awak yang tersedia melalui pelatihan penyegaran, pada awal bulan September 1980 IRIAF terbukti mampu meluncurkan hingga empat F-14 dalam patroli reguler di sepanjang perbatasan Irak. (Sumber: https://www.kavehfarrokh.com/)

Namun demikian, skuadron di TFB.7 tidak memiliki perwira radar yang memenuhi syarat – dan ada kekurangan teknisi yang memenuhi syarat untuk mempertahankan sistem avionik dan mesin kompleks dari F-14. Sebagian besar dari 77 Tomcat yang tersisa juga tidak beroperasi, atau setidaknya memiliki radar AWG-9 yang tidak berfungsi, sementara sebagian awaknya kurang pelatihan dan pengalaman. Sebagai hasil dari tidak berfungsinya radar dan kru yang masih ‘hijau’, unit-unit F-14 menjadi sangat bergantung pada bantuan kontrol darat ketika harus mencegat pesawat Irak. Ini segera berubah dengan meningkatnya eskalasi permusuhan, karena keandalan Tomcat dan AWG-9 terus meningkat dan kepercayaan diri mulai tumbuh dengan menerbangkan lebih banyak sorti, sehingga membantu kru mengingat kembali pelatihan mereka. Dalam beberapa hari setelah bentrokan pertama dengan Irak, sekitar selusin F-14 kembali beroperasi dengan melakukan patroli udara tempur (CAP) di sepanjang perbatasan. Setelah menempatkan sebagian besar awak yang tersedia melalui pelatihan penyegaran, pada awal bulan September 1980 IRIAF terbukti mampu meluncurkan hingga empat F-14 dalam patroli reguler di sepanjang perbatasan Irak. “Awalnya, konflik terbatas pada pertempuran lintas batas. Irak akan membom penjaga perbatasan kami dan sebaliknya, dan ketika jet F-4 kami pergi untuk serangan lintas batas, kami biasanya memberikan perlindungan atas untuk mereka dan itulah bagaimana kami pada akhirnya kami memberikan pelatihan penyegaran untuk sebagian besar pilot F-14 kami.” ingat Mayor Jenderal Mohammed-Reza Ataayee.

KEMENANGAN UDARA PERDANA TOMCAT

Iran terbukti sangat membutuhkan Tomcat. Angkatan udara Irak sangat aktif di sepanjang perbatasan. Pada sore hari tanggal 7 September 1980, lima helikopter tempur Mil Mi-25 (model ekspor helikopter Mi-24 Soviet) dari Skuadron Helikopter Angkutan Tempur ke-1, Wing Komposit ke-4, Korps Udara Angkatan Darat Irak (IrAAC) menembus wilayah udara Iran dan menyerang beberapa pos perbatasan di wilayah Zain Al Qaws. Kemunculan mereka dilaporkan ke IRIAF — dan dua F-14 dari TFB.7 di-arahkan untuk mencegat. Beberapa menit kemudian, Tomcat yang memimpin — diawaki oleh Mayor Kamal Jamshidi, dengan Letnan 2 Pasha-Pour sebagai perwira radar — secara visual memperoleh posisi salah satu dari helikopter Mi-25, mengonfirmasi bahwa helikopter itu berada di dalam wilayah udara Iran dan memutuskan menukik dengan kecepatan tinggi untuk menyerang helikopter lawan. Menurut sebagian besar manual taktis kontemporer, pencegat mahal seperti F-14 tidak seharusnya bertarung dengan helikopter bersenjata berat dalam pertempuran jarak dekat. Sebaliknya, Tomcat harus menembak helikopter itu dari jarak jauh. Tetapi revolusi telah mengganggu integrasi rudal udara-ke-udara jarak pendek AIM-9 Sidewinder dan rudal udara-ke-udara jarak menengah AIM-7 Sparrow pada pesawat-pesawat F-14 Iran. Selama enam bulan pertama setelah aktivasi ulang, Tomcat IRIAF kerap hanya dipersenjatai dengan AIM-54 Phoenix yang berjangkauan ultra jauh dan kanon internal M61 Vulcankaliber 20 milimeter. Dan karena hanya 284 dari 714 AIM-54 yang telah dipesan Teheran yang pernah dikirimkan, orang-orang Iran enggan menghabiskan satu pun dari mereka untuk hal-hal yang tidak perlu. Untungnya hari itu Tomcat Jamshidi membawa rudal Sidewinder

Mil Mi-25, Angkatan Udara Irak / Al Quwwa al-Jawwiya al-Irakiya. (Sumber: http://aces.safarikovi.org/)
F-14 Tomcat Iran membawa rudal AIM-7 Sparrow dan AIM-9 Sidewinder. revolusi telah mengganggu integrasi rudal udara-ke-udara jarak pendek AIM-9 Sidewinder dan rudal udara-ke-udara jarak menengah AIM-7 Sparrow pada pesawat-pesawat F-14 Iran. (Sumber: https://www.flightzona.com/)
Kanon Vulcan kaliber 20 mm di F-14B Tomcat. Dengan kanon ini Tomcat Iran menjadi yang pertama dalam mencetak kemenangan udara. (Sumber: https://www.digitalcombatsimulator.com/)

Melepaskan salah satu rudal Sidewinder-nya, Jamshidi mencoba melakukan penguncian target dengan melawan panasnya tanah. Rudal AIM-9P Sidewinder jelas merupakan peningkatan besar dibandingkan varian AIM-9B/E dari era Perang Vietnam, tetapi tetaplah tidak sebagus varian L yang berkemampuan all aspect (kemampuan untuk menyerang dari segala arah, termasuk secara berhadap-hadapan langsung, yang memiliki efek dramatis pada taktik pertempuran udara jarak dekat). Rudal pertama kehilangan penguncian dan terbang ke tanah di belakang helikopter Irak paling belakang. Berbalik dengan kecepatan tinggi untuk mencegah pilot Mi-25 memiliki kesempatan membalas tembakan, pilot Iran meluncurkan rudal Sidewinder lainnya. Sekali lagi, rudal gagal melacak target dan menghantam tanah. Secara teknis, pertempuran seharusnya sudah berakhir. Namun Jamshidi tidak mau menyerah dan memutuskan untuk menyerang dengan kanon-nya. Dia menempatkan pembidik kanon-nya di atas Mi-25 paling belakang dan melepaskan tembakan. Beberapa dari sekitar 400 peluru yang dia tembakkan menemukan sasarannya, merusak parah helikopter Irak. Pilotnya, Letnan Satu Lufty, berhasil melakukan pendaratan darurat di sisi perbatasan Irak sebelum meninggal karena luka-lukanya. Mi-25 Lufty, sepertinya tidak pernah kembali beroperasi, dan ini berarti menjadi kemenangan pertama dari F-14. Kemenangan udara-ke-udara yang dicetak F-14 Tomcat Iran terjadi hampir setahun sebelum AS dapat mengklaim pencapaian ini di atas pantai Libya pada tahun 1981. Senjata yang digunakan juga tidak terduga. Legenda di kalangan pilot Angkatan Laut AS menyatakan bahwa beberapa pilot F-14 yang lebih tua berjanji untuk mendirikan monumen bagi orang pertama yang berhasil menjatuhkan pesawat musuh dengan kanon Tomcat dalam pertempuran. Tidak jelas apakah ada monumen yang didirikan untuk pilot Iran itu. 

TOMCAT TETAP JADI ANDALAN IRAN

Selama bertahun-tahun, jet-jet Tomcat akan tetap menjadi andalan Angkatan Udara Iran. Terlepas dari penuaan airframe dari pesawat-pesawat ini, Iran telah mempertahankan armada Tomcatnya selama beberapa dekade. Beberapa laporan bahkan menunjukkan bahwa teknisi Iran mungkin telah mengembangkan sekitar 300 modifikasi terpisah pada pesawat tempur tersebut, yang mengungkapkan ketergantungan yang besar dari negara tersebut pada pesawat tempur tersebut. Karena kekurangan keahlian teknis dan berbagai sanksi, Iran telah berjuang untuk bisa mengembangkan pesawat tempurnya sendiri untuk menghadapi musuh-musuhnya. Terlepas dari kemampuan F-14 yang sebagian sudah ketinggalan zaman, pilot-pilot Iran mengetahui kemampuan pesawat tempur ini luar dalam, karena pesawat tempur itu telah menjadi pesawat tempur utama mereka selama beberapa dekade. Selain itu, Iran memiliki hak yang sah untuk membual telah mencetak kemenangan udara-ke-udara pertama dari jet tempur F-14 Tomcat.

F-14A serial 3-6030 (BuNo 160328) setelah mengikuti gladi resik Parade Hari Militer Iran pada 16 April 2016. Sampai kini Tomcat masih menjadi pasawat tempur andalan Iran. (Sumber: https://www.keymilitary.com/)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Tomcat’s First Kill by TOM COOPER

https://medium.com/war-is-boring/tomcats-first-kill-b8c09da34909

Real Top Gun Stuff: The Story Of The F-14 Tomcat’s First ‘Kill’ By Maya Carlin; Published: December 15, 2022

F-14’s first air-to-air kill was a gun kill. But it wasn’t scored by a US Navy Tomcat by Dario Leone

https://theaviationgeekclub.com/f-14s-first-air-to-air-kill-was-a-gun-kill-but-it-wasnt-scored-by-a-us-navy-tomcat/amp/

The Tomcat’s First Phoenix Kill By Tom Cooper, War Is Boring

https://warriormaven.com/history/the-tomcat-s-first-phoenix-kill

https://en.m.wikipedia.org/wiki/F-14_Tomcat_operational_history

https://en.m.wikipedia.org/wiki/AIM-9_Sidewinder

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *