Others

Attack Of The Dead Men, 6 Agustus 1915: Serangan Pasukan “Zombie” Russia Dalam Perang Dunia I

Tentara infanteri Rusia yang mirip zombie menghadapi tentara Jerman dalam pertarungan yang mengerikan sampai akhir dalam peristiwa yang dikenal sebagai Serangan Orang-Orang Mati/“Attack Of The Dead Men”. Kedengarannya kisah tersebut seperti thema surealis dari sampul album heavy metal, yang memang faktanya Grup Band Metal Sabaton membuat lagu tentang kejadian itu, tetapi kisah itu adalah memang kisah nyata, dan itu terjadi pada tahun 1915 selama Perang Dunia I!

Band Heavy Metal Sabaton menghadirkan salah satu lagunya “Attack Of The Dead Men’ dari Album “The Great War”. Sabaton adalah grup Heavy Metal asal Swedia yang kerap menciptakan lagu yang diinspirasi oleh kisah-kisah nyata heroisme di masa perang. (Sumber: https://genius.com/)

LATAR BELAKANG PERTEMPURAN DI FRONT TIMUR

Tanggal 6 Agustus tahun 2015 menandai peringatan 100 tahun dari peristiwa “Serangan Orang-Orang Mati (Attack Of The Dead Man)” yang terkenal, yakni sebuah serangan balik yang dilakukan oleh pasukan Kompi ke-13 dari Resimen ke-226 Zemlyansky, yang selamat dari serangan gas Jerman selama serangan di benteng Osowiec, Polandia tanggal 6 Agustus 1915. Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah bagaimana peristiwa itu bisa terjadi? Saat itu adalah tahun kedua perang, dimana situasi di Front Timur tidak menguntungkan bagi Rusia. Pada tanggal 1 Mei 1915, setelah serangan gas di wilayah Gorlitsa, Tentara Jerman berhasil menerobos posisi pertahanan Rusia, dan serangan besar-besaran oleh pasukan Jerman dan Austria segera dimulai. Akibatnya, wilayah kekuasaan Russia di Polandia, Lituania, Galicia, sebagian Latvia, dan Belarusia kemudian ditinggalkan. Hanya dari jumlah tawanan saja, tentara kekaisaran Rusia kehilangan 1,5 juta orang, dan total kerugian pada tahun 1915 (tidak termasuk korban dari tahun 1914) berjumlah sekitar 3 juta orang terbunuh, terluka, dan ditawan. Namun, apakah gerak mundur besar pasukan Russia tahun 1915 merupakan sebuah pelarian yang memalukan? Jawabannya adalah Tidak!

Pasukan Russia dalam Perang Dunia I memang kerap menelan korban besar dan menderita kekurangan perlengkapan tempur yang akut, namun kurangnya keberanian bukanlah kelemahan mereka. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Sejarawan militer terkemuka A. Kersnovsky menulis tentang penerobosan pasukan Jerman di Gorlitsa pada periode yang sama: “Saat fajar pada tanggal 4 April, tentara Austria-Hongaria ke-4 dan tentara Jerman ke-XI menyerang korps ke-9 dan ke-10 di Danube dan di Gorlitsa. Seribu senjata artileri — termasuk yang berkaliber 17 inci (42 cm) bernama Big Bertha— menghujani parit dangkal kami di depan dengan lautan api, setelah itu pasukan infanteri Mackensen (Jerman) dan Archduke Joseph Ferdinand (Austro-Hongaria) bergegas menyerang. Melawan masing-masing korps kami adalah untuk satuan setingkat tentara, melawan masing-masing brigade kami adalah unit seukuran korps, sedangkan yang melawan masing-masing resimen kami adalah pasukan setingkat divisi. Didorong oleh nyaris tidak adanya tanggapan dari senjata artileri kami, musuh menganggap semua kekuatan pasukan kami telah dilenyapkan. Tetapi dari parit yang hancur, sekelompok orang yang setengah bertaburan dengan tanah naik keatas parit – yakni sisa-sisa pasukan dari resimen ke-35, 42, 31 dan divisi ke-61 yang sudah berantakan, tetapi belum hancur. Tampaknya para fusilier Zorndorf bangkit dari kubur mereka. Dengan penuh keberanian, mereka melancarkan pukulan dan mencegah malapetaka menimpa semua angkatan bersenjata Rusia. ”

Jenderal August von Mackensen, komandan pasukan Jerman di Front Timur, yang memerangi Pasukan Russia di wilayah sekitar Polandia. (Sumber: https://www.reddit.com/)
Tawanan asal Russia dari Satuan Angkatan Darat ke-2, setelah kekalahan mereka di Pertempuran Tannenberg. Sedari awal pecahnya perang, kondisi sosial dan politik di Russia sudah tegang, selama bertahun-tahun rakyat sudah muak hidup dibawah cengkeraman kekuasaan Tsar dan kroni-kroninya. Kurang kompetennya pemerintah, menyebabkan prajurit-prajurit Russia maju ke medan perang dengan peralatan yang tidak memadai, akibatnya jutaan dari mereka menjadi korban pada tahun 1914-1915 saja. (Sumber: https://www.independent.co.uk/)

Tentara Rusia mundur pada tahun 1915, lebih karena mengalami kekurangan peluru dan senjata. Sebagian besar, kaum industrialis Rusia adalah patriot liberal yang berteriak “Berikan (Selat) Dardanelles!” dan pada tahun 1914 mereka dituntut untuk menyediakan bagi tentara Russia kekuatan untuk merebut kemenangan. Namun mereka terbukti tidak mampu mengatasi kekurangan senjata dan peluru. Di tempat dimana mereke melakukan penerobosan, tentara Jerman telah menembakkan hingga satu juta peluru artileri. Sementara itu, artileri Rusia hanya dapat membalas seratus tembakan Jerman hanya dengan sepuluh tembakan balasan. Rencana untuk memenuhi kebutuhan tentara Rusia dengan artileri gagal dilakukan: alih-alih 1500 meriam yang diberikan, mereka hanya menerima … 88. Meski demikian seorang tentara Rusia yang secara teknis rata-rata bersenjata buruk, dan buta huruf dibandingkan dengan seorang tentara Jerman, tetap berupaya melakukan apa yang dia bisa untuk menyelamatkan negara. Mereka menebus kesalahan pihak berwenang, kemalasan dan kepentingan pribadi orang-orang yang ada di belakangnya dengan keberanian dan darahnya sendiri. Tanpa peluru meriam dan peluru senapan, tentara Rusia yang mundur, mampu memberikan pukulan berat pada pasukan Jerman dan Austria, yang kerugian kumulatifnya pada 1915 saja berjumlah sekitar 1.200.000 orang. 

PERTAHANAN ALOT DI BENTENG OSOWEIC

Benteng Soviet di Osowiec yang strategis, memblokir jalur ke arah kota Bialystok. Bialystok sendiri adalah jalan  penting menuju ke kota Vilna (Vilnius), Grodno, Minsk dan Brest, yaitu gerbang Eropa ke arah wilayah Rusia. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Dalam sejarah gerak mundur pasukan Russia tahun 1915, salah satu catatan yang membanggakan adalah pertahanan di benteng Osowiec. Benteng tersebut hanya 23 kilometer dari perbatasan dengan wilayah Prusia Timur. Benteng Osoweic, yang berada di wilayah Polandia timur laut ini, dibangun oleh Kekaisaran Rusia pada abad sebelumnya. Benteng ini adalah duri dalam daging bagi rencana penaklukan yang dikerjakan oleh Tentara Jerman. Menurut salah satu anggota prajurit yang mempertahankan Osowiec, S. Khmelkov, tugas utama benteng itu adalah “untuk memblokir jalur terdekat dan paling nyaman dari pihak musuh dalam menuju ke Bialystok … dengan memaksa musuh kehilangan banyak waktu atau melakukan pengepungan yang lama, atau untuk mencari jalan di tempat lain.” Bialystok sendiri adalah jalan  penting menuju ke kota Vilna (Vilnius), Grodno, Minsk dan Brest, yaitu gerbang Eropa ke arah wilayah Rusia. Sementara itu, untuk bisa masuk ke dalam benteng Osowiec, tentara musuh harus melewati 2 set parit pertahanan sebelum mereka menghadap ke dinding dan benteng, di mana, dari situ mereka dapat dibidik oleh para penembak jitu. Parit pertama terdiri dari jaringan parit dangkal dengan kawat berduri di bagian depannya. Jika parit pertama jatuh maka mereka harus mundur ke parit kedua yang memiliki parit yang jauh lebih dalam serta lebih banyak kawat berduri dan area untuk penempatan senapan mesin. Jika toh para penyerang berhasil melewati kedua baris rintangan ini dan berhasil masuk benteng, maka mereka harus siap bertarung dalam pertempuran jarak dekat yang mematikan. Hebatnya, sistem pertahanan berlapis ini membuat pihak Rusia tidak harus menempatkan banyak tentara untuk menjaga benteng. Jerman jelas membutuhkan Rusia keluar dari gelanggang perang, dan oleh karenanya menghancurkan Benteng Osowiec menjadi puing-puing jelas menjadi prioritas mereka. Serangan pertama Jerman telah dilakukan pada bulan September 1914, dan dari Februari 1915 mereka mulai melakukan serangan sistematis, yang gagal menembus pertahanan pasukan Russia selama 190 hari, meskipun kekuatan teknis Jerman jauh lebih unggul. Mereka mengerahkan “Big Bertha” yang terkenal – meriam pengepungan berkaliber 420 milimeter, dengan peluru meriam seberat 800 kilogram yang mampu menembus lantai baja dan beton setinggi dua meter. Dampak dari ledakan semacam itu mampu menimbulkan lubang dengan kedalaman 5 meter dan diameter 15 meter. Di benteng Osowiec, pihak Jerman membawa empat meriam “Big Bertha” dan 64 meriam pengepungan kuat lainnya – total terbagi dalam 17 baterai meriam. 

Peta sketsa Benteng Osowiec yang dibuat setelah perang menunjukkan pertahanan yang bercabang dari pusat benteng. (Sumber: https://ww1blog.osborneink.com/)
Upacara sebelum masa perang di Benteng Osowiec. Perhatikan bahwa bangunan dan barak di latar belakang tidak diperkuat untuk menghadapi tembakan artileri. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Meriam raksasa kaliber 42 cm Big Bertha yang turut dilibatkan oleh tentara Jerman dalam melumat benteng Osowiec. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Setelah melewati 2 baris pertahanan, para penyerang akan menjumpai tembok benteng Osowiec, dimana mereka rentan ditembaki oleh penembak jitu. (Sumber: https://www.forgottenhistory.me/)

Pada tanggal 3 Februari serangan frontal lain diluncurkan, dimana Jerman kembali memiliki pasukan yang unggul secara numerik. Pertempuran sengit terjadi selama lima hari sebelum garis pertahanan pertama pasukan Russia rusak dan mereka terpaksa mundur. Barisan pertahanan kedua kemudian juga diserang, tetapi pasukan Jerman akhirnya mundur setelah hanya setelah dua hari bertempur. Pada tanggal 13 Februari, pasukan Jerman menembakkan artileri berat dan benteng pasukan Russia mengalami pemboman yang benar-benar mengerikan, selama seminggu penuh 360 peluru akan menghantam benteng setiap empat menit. “Pada tanggal 25 Februari musuh menembaki benteng, yang berlanjut pada tanggal 27 dan 28 Februari, dan terus menghancurkan benteng kami hingga tanggal 3 Maret,” kenang S. Khmelkov. Menurut perhitungannya, dalam minggu yang mengerikan itu, sebanyak 200 – 250 ribu peluru artileri berat ditembakkan ke dalam benteng. Dan selama pengepungan total 400 ribu peluru artileri ditembakkan. “Pemandangan di dalam benteng itu menakutkan, seluruh benteng diselimuti dengan asap, di mana di satu atau di lain tempat lidah api besar menyala akibat ledakan peluru artileri. Gundukan tanah, air, dan seluruh pohon terbang ke atas; bumi berguncang, dan sepertinya tidak ada yang bisa menahan badai api seperti itu. Kesan itu sedemikian rupa sehingga tidak seorang pun akan bisa melupakan pemandangan badai api dan besi ini. ” Pasukan Russia yang bertahan menderita banyak korban dan banyak bangunan bagian dalam benteng runtuh, tetapi pasukan Jerman masih tidak bisa menerobos, dan benteng itu masih tetap berdiri. Para prajurit Russia awalnya diminta untuk bertahan setidaknya 48 jam, namun mereka ternyata akan bertahan selama 190 hari, sementara di pihak Jerman, dikabarkan mereka kehilangan dua meriam Bertha dalam upaya penyerangan mereka. Bagi pihak Russia adalah sangat penting untuk bisa mempertahankan Osowiec selama Serangan Besar Pasukan Austro-Hongaria-Jerman, untuk mencegah legiun-legiun Jenderal Mackensen melemparkan pasukan Rusia dari daerah “kantong” Polandia.

Sergey Khmelkov, salah satu prajurit saksi mata pengepungan Benteng Osowiec. (Sumber: https://www.rbth.com/)

SERANGAN GAS

Dengan sekitar 900 orang Rusia, banyak dari mereka adalah milisi (sekitar 400 orang), harus melawan ribuan orang tentara Jerman, dan dalam situasi ini kemungkinan pasukan Russia untuk bisa bertahan nampaknya akan sia-sia. Namun, struktur Benteng Osoweic yang perkasa telah membantu mereka dengan baik seperti sebelum-sebelumnya. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini dapat terjadi lagi. Namun kali ini ada faktor lain yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya. Melihat bahwa senjata artileri tidak berhasil melaksanakan tugasnya, pihak Jerman mulai mempersiapkan serangan gas. Perlu diketahui bahwa penggunaan zat beracun telah dilarang oleh Konvensi Den Haag, yang oleh Jerman, meski mereka ikut menandatanganinya, bagaimanapun, tidak dipatuhi. Kisah hidup dari “bapak” senjata kimia Jerman, yakni Fritz Haber sendiri cukup unik. Dia yang seorang patriot, bangga dengan kontribusinya selama perang dalam menciptakan senjata kimia. Adalah penting juga diketahui bahwa istrinya bunuh diri setelah serangan gas Jerman dalam pertempuran Ypres tahun 1915.

Fritz Haber, “Bapak” Senjata Kimia Jerman dalam Perang Dunia I. Perannya dalam perang terhitung kontroversial, karena Jerman sebenarnya ikut menandatangani perjanjian pelarangan penggunaan senjata kimia dalam Perang. Istri Haber diketahui bunuh diri setelah serangan gas Jerman dalam pertempuran Ypres tahun 1915. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Meski demikian, serangan gas pertama di front Rusia pada musim dingin 1915 tahun tidak berhasil: suhunya terlalu rendah. Selanjutnya, gas (terutama klorin) menjadi senjata andalan Jerman, termasuk di dekat Osowiec pada bulan Agustus 1915. Sementara itu sekitar 14 batalyon infanteri, batalyon sapper – dan juga penggali parit, sekitar 30 senjata pengepungan berat, dan banyak lagi turut dikerahkan dalam penyerangan. Tentara Jerman telah mempersiapkan serangan gas dengan hati-hati, dan dengan sabar menunggu arah angin yang tepat. Dalam serangan dikerahkan 30 baterai gas, dan beberapa ribu silinder. Dan pada tanggal 6 Agustus di pagi hari pukul 4 kabut berwarna hijau tua dari campuran gas klorin dan bromin mengalir ke posisi pasukan Rusia, dalam waktu 5 – 10 menit. Gelombang gas setinggi 12 – 15 meter dan lebar 8 km yang mematikan, kemudian menembus hingga kedalaman 20 km. Sementara itu, tentara Russia yang mempertahankan benteng tidak dilengkapi dengan masker gas yang layak. “Benteng itu sama sekali tidak dipersiapkan untuk menahan serangan gas. Tidak ada rencana, tidak ada sumber daya untuk melindungi garnisun secara kolektif dan individual, serta masker gas yang dikirim kepada mereka tidak banyak berguna,” ungkap salah seorang prajurit. Sebagian besar barak, parit dan pos pertahanan tidak memiliki ventilasi buatan dan bahkan tidak dilengkapi dengan generator oksigen apa pun.

Baterai peluncur gas Jerman. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

“Semua yang hidup di udara terbuka di puncak-puncak benteng keracunan sampai mati,” kenang peserta seorang prajurit Russia. Semua tanaman hijau di benteng dan di area terdekat di sepanjang jalur pergerakan gas hancur, daun-daun di pohon menguning, melengkung dan rontok, rumput menjadi hitam dan tergeletak di tanah, kelopak bunga beterbangan. Semua benda yang terbuat tembaga di puncak benteng — bagian dari senjata dan peluru, wastafel, tangki, dll. — ditutupi dengan lapisan hijau tebal klorin oksida; makanan yang disimpan tanpa penutup kedap udara — daging, minyak, lemak babi, sayuran — menjadi beracun dan tidak layak untuk dikonsumsi. Sementara itu artileri Jerman kembali membuka tembakan besar, diikuti oleh tirai api dan awan gas yang menyerang posisi terdepan pasukan Rusia. Di belakang mereka 14 batalyon landwehr – dan ini tidak kurang dari 7 ribu prajurit infanteri bergerak menuju pertahanan Russia. Tujuan mereka adalah untuk mengambil posisi pertahanan di Sosno yang penting secara strategis. Divisi Landwehr ke-11 tentara Jerman dipilih untuk melakukan serangan umum. Resimen ke-18 dikerahkan ke arah benteng dengan bergerak di sepanjang jalan raya dan kereta api, sementara Resimen Landwehr ke-76 akan menyerang dari arah selatan. Mereka dijanjikan bahwa mereka tidak akan bertemu dengan siapa pun kecuali orang-orang yang mati.

Foto udara serangan gas Jerman. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Alasan lain mengapa strategi ini nampaknya akan berhasil dengan baik adalah karena fakta bahwa pasukan Rusia kurang memiliki peralatan pelindung yang efektif terhadap perang kimia. Tentu mereka memiliki masker gas, tetapi yang mereka miliki belum sempurna. Saat gas beracun mulai bekerja di sekitar benteng, para prajurit dikabarkan telah menggunakan kaus dalam sebagai pelindung di wajah mereka. Pakaian ini direndam dalam air atau air seni. Sementara itu, apa yang terjadi jika gas klorin terhirup? Gas ini akan menggabung dengan kelembaban tubuh dan menciptakan asam klorida! Gas klorin sangat jahat karena menargetkan jaringan lunak seperti mata, kerongkongan, dan paru-paru. Mata dapat rusak dan bahkan menjadi buta permanen, rongga hidung berdarah, dan bahkan kulit yang lembab dapat menunjukkan tanda-tanda luka bakar dan kerusakan kimiawi. Kerusakan paling parah terjadi pada paru-paru, karena paru-paru terbakar dari dalam ke luar, jaringan larut saat korban menghirup. Dengan paparan yang terlalu lama dalam jumlah tinggi, korban akan meninggal karena ketidakmampuan untuk bernapas. Begitu seseorang menghirup cukup gas ini, itu dapat menyebabkan kematian yang sangat menyakitkan hanya dalam beberapa menit. Sementara itu, setelah bercampur dengan kulit lembab, gas itu membentuk asam yang bisa menggerogoti daging. Tidak ada obat untuk efek gas itu dan satu-satunya hal yang dapat dilakukan adalah membuang klorin dari sistem yang terkena dan kemudian mencoba untuk menghilangkan asam apa pun pada jaringan yang rusak. Dengan senjata yang menghancurkan ini, sepertinya pertahanan Russia sudah selesai. Memang banyak yang tewas tetapi mereka belum dikalahkan, dan tentara Jerman akan segera mendapatkan kejutan.

Adegan rekonstruksi, pasukan Russia yang berusaha bertahan dari serangan gas dengan perlengkapan yang minim. Gas Klorin yang digunakan Jerman, diketahui sangat merusak pada jaringan lunak manusia seperti mata, kerongkongan, dan paru-paru, serta kulit. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

ATTACK OF THE DEAD MEN

Aleksey Lepeshkin, seorang prajurit yang turut mempertahankan Osowiec, mengenang: “Kami tidak memiliki masker gas, sehingga gas tersebut menyebabkan luka parah dan luka bakar akibat bahan kimia. Selama bernapas, kami terengah-engah dan busa berdarah keluar dari paru-paru. Kulit di tangan dan wajah melepuh. Kain yang kami gunakan untuk membungkus wajah tidak membantu. Namun, artileri Rusia mulai beraksi, mengirimkan proyektil di belakang proyektil dari awan klorin hijau ke arah orang-orang Jerman. Kemudian kepala departemen pertahanan ke-2 Osowiec, Svechnikov, gemetar karena batuk yang mengerikan, berseru dengan suara serak: “Teman-temanku, jangan mati, seperti kecoak Prusia (Jerman), karena cedera. Tunjukkan pada mereka (bahwa keberanian kita layak) untuk diingat selamanya! ” Dan mereka yang selamat dari serangan gas yang mengerikan itu berdiri dari posisinya, termasuk personel dari kompi ke-13, yang telah kehilangan setengah dari pasukannya. Tiga kompi dari Resimen infanteri ke-226 telah dimusnahkan dan hanya sekitar 100 prajurit dari kompi keempat yang selamat. Kompi itu dipimpin oleh Letnan Dua Vladimir Karpovich Kotlinsky. Pasukan Jerman, yang mengenakan topeng gas, diam-diam mulai melancarkan serangan ke benteng, yakin bahwa garnisun itu akan dimusnahkan sepenuhnya. Di sisi lain, kompi Kotlinsky bersiap menghadapi tentara Jerman. Setelah musuh menghancurkan garis pertama pertahanan Rusia dan menembus benteng (dinding pertahanan), mereka mulai maju ke dalam benteng di mana orang-orang yang selamat dari kompi ke-13, yang dipimpin oleh Kotlinsky, meluncurkan serangan legendarisnya, yang dikenal hari ini sebagai “serangan orang-orang mati”. “Orang-orang mati yang masih hidup” itu berjalan menuju pertahanan pasukan Jerman, dengan wajah terbungkus kain compang-camping. Meneriakkan “Horrah!” yang lemah. Enam puluh orang menembakkan senapan dengan muka mereka dibalut pakaian berdarah. Para prajurit gemetar karena batuk-batuk, banyak yang batuk darah dan dari batuknya keluar potongan paru-paru. Tapi mereka terus maju menyerang.

Letnan Vladimir Kotlinsky, komandan kompi ke-13 dari Resimen Infanteri ke-226 Russia yang memimpin serangan “Attack Of The Dead Men”. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Salah satu saksi mata mengatakan kepada surat kabar Russkoye Slovo: “Saya tidak bisa menggambarkan kebencian tentara kami saat menyerang para peracun dari Jerman itu. Tembakan gencar senapan yang kuat dan tembakan senapan mesin, pecahan peluru artileri yang merobek tidak bisa menghentikan serangan gencar tentara kami yang penuh kemarahan. Kelelahan, diracuni, mereka berlari menyerbu dengan tujuan tunggal untuk menghancurkan tentara Jerman. Tidak ada yang mundur, tidak ada yang lari. Tidak ada pahlawan yang terpisah-pisah di sini, satu kompi pergi sebagai satu kesatuan, dijiwai oleh hanya satu tujuan, satu pikiran: untuk mati, sebelumnya mereka akan membalas dendam pada peracun mereka yang kejam. ” Buku harian medan perang dari resimen ke-226 Zemlyansky menyatakan: “Mendekati posisi musuh, letnan Kotlinsky, yang memimpin kompinya, bergegas menyerang. Dengan serangan bayonet, dia menyerang tentara Jerman dari posisi yang mereka duduki, memaksa mereka yang terkejut melarikan diri dalam kekacauan … dan terjerat dalam pagar kawat berduri mereka sendiri. Tanpa henti, Kompi ke-13 terus mengejar musuh yang melarikan diri, mendesak musuh keluar dari parit nomer 1 dan 2 dari dengan serangan bayonet. Mengambil keuntungan dari serangan kejutan itu, kompi ke-8 dan ke-14 merebut kembali benteng utama, menghilangkan musuh celah diantara mereka dan menyatukan kembali artileri garnisun yang segera bekerja kembali. Mereka juga merebut kembali senjata anti-serangan udara dan senapan mesin kami yang telah dirampas oleh musuh. Pada akhir serangan yang gagah berani ini, Letnan Kotlinsky terluka parah dan mengalihkan komando Kompi ke-13 kepada Letnan Dua Kompi Sapper Osowiec, Strezheminsky, yang menyelesaikan dan mengakhiri penyerangan yang dimulai dengan sangat baik oleh Letnan Dua Kotlinsky. ” 

Adegan rekonstruksi Attack Of The Dead Men. Para prajurit maju menyerang dengan muka diselimuti kain yang bersimbah darah. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Ilustrasi “Attack Of The Dead Men” dengan menahan rasa sakit dan praktis dalam kondisi sekarat, sekitar 100 tentara Russia menyerang dan memukul balik tentara Jerman yang menyerbu benteng Osowiec. (Sumber: https://ekaterinaschronicles.blog/)

Kotlinsky meninggal pada malam hari itu di hari yang sama. Penghargaan tertinggi Ordo St. George diberikan padanya secara anumerta pada tanggal 26 September 1916. Posisi pertahanan Sosna berhasil direbut kembali, namun dengan harga yang mahal, yakni 660 orang meninggal. Tapi benteng itu bertahan cukup lama. Sementara itu, pada akhir bulan Agustus, pertahanan di Osowiec telah kehilangan artinya. Bagian depan front telah bergulir jauh ke arah timur. Benteng itu kemudian dievakuasi dengan sebaik-baiknya, dimana musuh tidak dibiarkan bisa mendapat banyak senjata – tidak ada satu pun peluru, pelindung, atau bahkan kaleng yang bisa mereka temukan. Meriam-meriam di malam hari telah ditarik melewati jalan raya Grodno bersama dengan 50 tentara. Pada malam tanggal 24 Agustus, prajurit sapper Rusia meledakkan sisa-sisa benteng dan segera pergi. Dan hanya setelah tanggal 25 Agustus orang-orang Jerman baru berani memasuki reruntuhannya.

Foto Benteng Osowiec dari pihak Jerman, setelah benteng itu ditinggalkan oleh Tentara Russia. (Sumber: https://www.rbth.com/)

KEPAHLAWANAN YANG TERLUPAKAN

Sayangnya, tentara dan para perwira Rusia dari Perang Dunia Pertama sering disalahkan karena kurangnya kepahlawanan dan pengorbanan mereka, dibanding mereka yang bertempur dalam Perang Dunia Kedua. Apalagi kondisi Russia berubah total pada tahun 1917 – dengan runtuhnya kekuasaan dan tentara, dengan penguasa baru negeri itu menuding sikap “pengkhianatan, kepengecutan dan penipuan yang dilakukan oleh penguasa lama”. Ini adalah pandangan yang menyesatkan. Bagaimanapun, Pertahanan di Benteng Osowiec sebanding dengan pertahanan heroik di Benteng Brest dan Sevastopol selama Perang Dunia II, karena pada periode awal Perang Dunia Pertama, tentara Rusia pergi berperang dengan kesadaran yang jelas, dimana mereka berperang, “Untuk Iman, Tsar, dan Tanah Air mereka.” Mereka maju ke medan perang dengan iman kepada Tuhan dan salib yang di dadanya, diikat dengan selempang dengan tulisan “Hidup karena kemurahanNya Yang Mahatinggi”, dengan menempatkan jiwa “untuk rekan-rekan (mereka).” Dan meskipun kesadaran ini telah dikaburkan sebagai akibat dari revolusi di bulan Februari 1917, kesadaran ini, meskipun dalam bentuk yang sedikit dimodifikasi, muncul kembali ditengah banyak penderitaan di tahun-tahun yang mengerikan di masa Perang Dunia ke-II.

Sisa-sisa dari Benteng Osowiec kini. Sayangnya, setelah pihak komunis berkuasa tahun 1917, kisah kepahlawanan tentara Russia dari masa Perang Dunia I, terkubur oleh kisah-kisah heroisme prajurit Soviet dalam masa Perang Dunia II. (Sumber: https://www.warhistoryonline.com/)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Attack of the dead. To the 100 anniversary of the feat of defenders of the fortress Osovets by Deacon Vladimir Vasilik; August 7 2015

https://en.topwar.ru/80188-ataka-mertvecov-k-100-letiyu-podviga-zaschitnikov-kreposti-osovec.html

Attack of the dead: How fatally wounded Russian soldiers fought off a German offensive by BORIS EGOROV, AUG 06, 2018

https://www.google.com/amp/s/www.rbth.com/history/328908-russian-attack-of-dead/amp

Attack of the Dead Men! This WW1 Battle was like Something out of a Horror Movie by Jack Beckett

https://www.google.com/amp/s/www.warhistoryonline.com/war-articles/dead.html/amp

Attack of the Dead Men by Matthew Jarrett

https://www.forgottenhistory.me/world-war-one/attack-of-the-dead-men

‘The Attack Of The Dead Men’ Is One Of The Most Horrifying Battles You’ve Never Heard Of by Laura Allan; Updated December 17, 2019

https://www.ranker.com/list/attack-of-the-dead-men-facts/laura-allan

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Attack_of_the_Dead_Men

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Fritz_Haber

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *