Others

Pertempuran Kunar Pertama, Februari-Maret 1980, sebuah Kesalahan Taktik Soviet di Afghanistan

Invasi Soviet di Afghanistan pada akhir tahun 1979 diselesaikan dalam hitungan hari, dengan hanya melibatkan satu setengah divisi serbu udara dan empat divisi senapan bermotor yang masing-masing berjumlah antara 15.000 dan 20.000 orang. Secara keseluruhan, kekuatan awal Soviet di awal invasi adalah sekitar 1.800 tank, 80.000 tentara, dan 2.000 kendaraan tempur (AFV). Pasukan tambahan kemudian membuat total pasukan yang dikerahkan menjadi sekitar 100.000 pada tanggal 5 Januari 1980. Ukuran pasukan penyerbu yang relatif kecil menunjukkan bahwa Kremlin hanya mengejar tujuan yang terbatas—untuk merebut kota-kota utama dan jalan yang menghubungkannya. Moskow tidak menyadari bahwa ini adalah puncak dari pendudukan Soviet di Afghanistan. Hampir sembilan tahun kemudian berbagai kesulitan akan mengikuti. Pada akhir bulan Februari 1980, Angkatan Darat ke-40 telah berada di Afghanistan selama dua bulan dan menguasai semua kota besar, sembilan lapangan udara utama, lebih dari 20 provinsi utama. Sebagian besar prajurit menganggap masa tinggal mereka di Afghanistan hanya bersifat sementara dan berharap bisa segera pulang. Di pihak tentara Soviet dan Afghanistan, moral mereka selama perang tetaplah rendah. Awalnya, masalah terutama berasal dari fakta bahwa banyak tentara Soviet asli berasal dari satuan “cadangan” mentah yang unitnya sering menerima peralatan kelas tiga. Namun, pada musim panas 1980, para pemimpin militer Soviet menyadari kesalahan mereka, dan mulai mengganti pasukan cadangan dengan personel wajib militer. Terlebih lagi, komando tinggi merasa berkewajiban untuk memulangkan tentara Muslim dari wilayah Asia Soviet karena takut mereka akan bersimpati dengan pemberontak seagama mereka — seperti yang sebenarnya dilakukan banyak dari mereka. Perawatan medis di lapangan tergolong primitif dan praktik kebersihan berdampak buruk pada moral. Dengan sedikit air yang tersedia, rata-rata tentara Soviet dikatakan mandi sebulan sekali. Hepatitis kemudian menular dan lepas kendali. Di sisi lain situasi kebersihan lebih buruk di antara pasukan penduduk asli Afghanistan. Cobaan berat di Afghanistan kemudian akan menyebabkan penyalahgunaan alkohol dan narkoba, belum lagi tindakan brutal oleh tentara Soviet yang dilakukan terhadap sesama pasukan maupun warga sipil Afghanistan. Penindasan prajurit pendatang baru oleh “tentara lama”—mereka yang telah berada di pedesaan selama setahun atau lebih—juga menyebabkan meluasnya desersi diantara tentara Soviet. Beberapa desertir ini sebenarnya telah pergi bergabung ke mujahidin.

Peta intervensi Soviet di Afghanistan, Desember 1979. Ukuran pasukan penyerbu yang relatif kecil menunjukkan bahwa Kremlin hanya mengejar tujuan yang terbatas—untuk merebut kota-kota utama dan jalan yang menghubungkannya. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Pasukan terjun payung Soviet di atas kendaraan tempur BMD-1 di Kabul. Dikuasainya ibukota Kabul bukan berakti akhir perlawanan rakyat Afghanistan terhadap pasukan pendudukan Soviet. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada minggu pertama di bulan Januari 1980, serangan terhadap tentara Soviet di Ibukota Kabul menjadi hal biasa, dengan tentara yang berkeliaran sering dibunuh di kota pada siang hari bolong oleh warga sipil. Pada musim panas tahun itu, banyak anggota partai yang berkuasa akan dibunuh dalam serangan individu. Sementara itu antara 21 – 23 Februari 1980 lebih dari 400 ribu pengunjuk rasa membawa slogan “Ganyang Moskow!”, “Pulanglah!” muncul di jalanan Kabul. Kemudian pimpinan pemerintah Afghanistan meminta bantuan dari komando Soviet, yang lalu harus memberlakukan jam malam dan mengirim ribuan prajurit dan lebih dari 230 kendaraan lapis baja ke dalam kota. Pada akhirnya, pasukan pemerintah menggunakan senjata dan demonstrasi berhasil dihentikan. Tetapi bagaimanapun mereka dengan jelas menunjukkan bahwa simpati banyak orang Afghanistan ada di pihak oposisi. Pemerintahan Babrak Karmal yang ketakutan kemudian memperkuat tekanan terhadap Moskow, dan pada akhir bulan Februari Angkatan Darat ke-40 diperintahkan untuk memulai upaya aktif untuk mengalahkan unit-unit pemberontak bersenjata bersama dengan tentara DRA (Pasukan Pemerintah Afghanistan). Lalu diputuskan untuk melakukan serangan bersama yang kuat ke kelompok pemberontak terbesar dan paling aktif di provinsi Kunar. Operasi skala besar pertama pasukan Soviet-Afghanistan ini menjadi semacam Rubicon dalam perang sembilan tahun, dan hasilnya memaksa mereka untuk melihat situasi dengan lebih bijaksana.

KESALAHAN TAKTIK

Terbagi berdasarkan garis etnis, bahasa, dan kesukuan, Afghanistan selalu menjadi negara yang terdesentralisasi—dengan sepenuh hati. Karena itu, menguasai Kabul dan kota-kota besar tidak berarti menguasai negara itu. Justru sebaliknya. Pemerintah Soviet tampaknya dengan sengaja mengabaikan kenyataan ini. Duta Besar AS untuk Afghanistan dari tahun 1966 hingga 1973, Robert G. Neumann, menyaksikan penumpukan besar-besaran penasihat Soviet di Kabul. “Mereka memiliki ratusan—sebagian besar seharusnya tahu lebih baik daripada mencoba mengendalikan negara secara terpusat. Tapi itulah yang mereka lakukan.” Faktanya, itu adalah prinsip militer yang menjadi pedoman. Dalam enam bulan pertama, Soviet memakai taktik yang menurut pengamat lebih cocok untuk perang darat di medan Eropa. Soviet melancarkan operasi mekanis yang dikendalikan secara terpusat, berintensitas tinggi, yang sama sekali tidak cocok dengan medan yang keras, iklim, dan kurangnya infrastruktur di Afghanistan—belum lagi musuh yang sulit diidentifikasi.

Terbagi berdasarkan garis etnis, bahasa, dan kesukuan, Afghanistan selalu menjadi negara yang terdesentralisasi—dengan sepenuh hati. (Sumber: https://pashtunkings.blogspot.com/)
Pasukan Soviet menghadapi penyergapan di Afghanistan. Soviet melancarkan operasi mekanis yang dikendalikan secara terpusat, berintensitas tinggi, yang sama sekali tidak cocok dengan medan yang keras, iklim, dan kurangnya infrastruktur di Afghanistan—belum lagi musuh yang sulit diidentifikasi. (Sumber: https://www.historynet.com/)
Rudal anti pesawat SA-4 Ganef. Kegunaan persenjataan semacam ini tidak terlalu penting dalam perang melawan gerilyawan yang melakukan pertempuran tanpa satu pesawat pun. (Sumber: https://www.amazon.ca/)

Mirip yang dilakukan pasukan Amerika di masa-masa awal perang Vietnam, yang mengerahkan baterai SAM HAWK di Danang, pasukan Soviet bahkan membawa serta brigade rudal antipesawat jarak menengah SA-4 Ganef, yang kegunaannya tidak terlalu penting dalam perang melawan gerilyawan yang melakukan pertempuran tanpa satu pesawat pun. Sepanjang perang, catat Mark Urban, seorang pengamat Inggris, daya tembak pasukan infanteri Soviet “ditingkatkan secara besar-besaran” di Afghanistan, terutama sehubungan dengan prajurit infanteri individu. Pasukan Soviet sekarang membawa peluncur granat otomatis AGS-17 dan penyembur api RPO—senjata yang menyediakan semacam senjata napalm portabel untuk prajurit infanteri. Yang juga digunakan adalah senapan serbu otomatis AK-74 yang baru. Pelurunya pecah karena benturan, yang menyebabkan luka yang mengerikan. Para Mujahidin kemudian menyebut proyektil AK-74 sebagai “peluru racun.” Meski demikian pasukan Soviet tetaplah sukar menundukkan gerilyawan Mujahidin, apalagi mengamankan seluruh wilayah Afghanistan. Mujahidin kemudian bisa membentuk wilayah kantong-kantong gerilyanya, salah satu wilayah kantong ini ada di provinsi Kunar.

Peluncur granat AGS-17. (Sumber: https://www.historicalfirearms.info/)
Penyembur api RPO. (Sumber: https://gatdaily.com/)
Prajurit Soviet di Afghanistan dengan senapan serbu AK-74. (Sumber: https://id.rbth.com/)

KUNAR YANG MEMATIKAN

Provinsi Kunar dan lembah sungai dengan nama yang sama, seperti Lembah Panjshir yang terkenal, dan menjadi semacam kawasan “delta Mekong” dalam perang Afghanistan. Di sana, perlawanan bersenjata tumbuh seperti longsoran salju sepanjang perang, terus-menerus menuntut dikirimnya kekuatan dan peralatan baru. Pada bulan Februari 1980, provinsi perbatasan Kunar dengan Pakistan hampir seluruhnya berada di bawah kendali pemberontak. Markas Besar DRA (Republik Afghanistan pro Moskow) percaya bahwa para Mujahidin berniat untuk merebut provinsi sepenuhnya dalam waktu dekat, untuk menciptakan batu loncatan bagi serangan besar-besaran terhadap ibukota Kabul. Di provinsi Kunar, ada sekitar 3 ribu tentara, yang lebih dari setengahnya berada di 15 km timur laut Asadabad, pusat administrasi provinsi Kunar. Pemberontak dipimpin oleh Asil-Khan dan mantan komandan resimen infanteri gunung ke-30 “Rauf”, yang telah memihak pemberontak. Sekitar 500 pria di bawah komando mantan kepala staf resimen infanteri gunung ke-30, Bucky, yang membentuk garnisun di kota Asmara (di 40 km timur laut Asadabad) dan sekitar 600 petempur lainnya bersembunyi di ngarai Pechdar (barat laut Asadabad). Kelompok tempur Partai Islam Afghanistan yang paling kuat dan siap adalah pimpinan Asil Khan yang bermarkas di ngarai Shigal. Mujahidin ini dilatih di pusat pelatihan lokal di bawah bimbingan perwira bekas tentara kerajaan. Dengan dukungan unit “Rauf”, mereka adalah kekuatan utama yang menguasai sebagian besar wilayah provinsi dan tujuan langsungnya adalah merebut Asadabad. Dari Pakistan para pemberontak mendapatkan senjata, amunisi, peralatan, untuk digunakan oleh kelompok-kelompok sabotase. 

Peta provinsi Kunar. (Sumber: https://www.voaindonesia.com/)
Pejuang Mujahidin di Provinsi Kunar. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Area pertempuran yang akan datang telah disiapkan untuk pertahanan dalam waktu sekitar 7 bulan. Wanita dan anak-anak kemudian dievakuasi. Di sepanjang jalan Asadabad – Asmar, di kedua sisi, dilengkapi dengan 17 benteng, dan di sepanjang jalan tersebut, batu-batu untuk pemblokiran dibangun, parit-parit digali, dan posisi untuk penembak dan penembak senapan mesin disiapkan di sekitar rintangan. Wilayah yang dikuasai pemberontak terletak hanya 10–12 km timur laut Asadabad. Para Mujahidin “ditempatkan” di desa-desa, di mana mereka bisa mendapatkan roti dan garam. Di perbentengan dan ketinggian yang dominan, mereka memiliki pos pengamatannya sendiri yang melaporkan semua pergerakan di jalanan. Pasukan pemerintah — bagian dari Divisi Infanteri Gunung ke-9 — hanya menguasai Asadabad. Pasukan Soviet-Afghanistan sendiri lebih kecil jumlahnya dibandingkan para pemberontak, tetapi memiliki keunggulan mutlak dalam hal kekuatan udara, kendaraan lapis baja, dan daya tembak. Ini memungkinkan mereka untuk memberikan pukulan kuat ke kelompok utama pemberontak.

RENCANA OPERASI MELAWAN GERILYAWAN

Operasi di Kunar dipimpin oleh Wakil Kepala Grup Operasional Kementerian Pertahanan di Afghanistan, Wakil Kepala Direktorat Utama Pelatihan Tempur Pasukan Darat Kolonel Jenderal Victor Merimsky, yang telah mendapatkan pengalaman di Afganistan pada bulan Agustus – September 1979. Ia tak diragukan lagi termasuk dalam kelompok yang disebut “elang Soviet”, bersama dengan Marsekal Sergey Sokolov, Deputi NGSH, Jenderal Angkatan Darat Sergey Akhromeyev, Komandan Distrik Militer TurkVO, dan Kolonel Jenderal Yuri Maximov. Bertanggung jawab atas pelatihan tempur pasukan, Merimsky melakukan banyak hal untuk memindahkan Angkatan Darat ke-40 dari situasi damai ke situasi tempur. Namun, menurut memoar Alexander Lebed, yang saat itu menjadi komandan batalion Pengawal ke-345, para prajurit dan perwira OKSVA menjuluki Merimsky sebagai “kematian kelabu”. Operasi Kunar-lah yang membuka jurang pemisah dalam pelatihan pasukan yang sebenarnya dan yang diperlukan…Menurut rencana operasi, operasi itu direncanakan untuk melakukan serangan simultan terhadap detasemen Mujahidin di ngarai Shegal dengan dua batalyon dari depan dan pasukan serbu udara taktis dari belakang. Resimen Infanteri Gunung ke-69 kemudian bertugas untuk menjepit pasukan pemberontak di ngarai Pechdar dan mencegah mereka terhubung dengan kelompok utama, sebelum, maju di sepanjang Sungai Kunar, mengalahkan garnisun di Asmar, pangkalan transshipment Dangam dan Varikar serta sembilan rute kafilah.

Anggota patroli Mujahidin Afghanistan bergerak melalui daerah pegunungan berbatu di provinsi Kunar, dekat perbatasan Afghanistan dengan Pakistan. (Sumber: https://www.thehindu.com/)

Tugas utama dalam menghadapi serangan tembakan musuh dilakukan melalui unit-unit udara. Direncanakan untuk terus mendukung batalion dari udara dengan bantuan helikopter, secara bergantian di udara di atas medan perang. Di setiap batalyon, helikopter-helikopter angkut dialokasikan. Batalyon senapan bermotor ke-2 dari resimen senapan bermotor yang dipimpin oleh komandan resimen Letnan Kolonel Tulkun Kasymov seharusnya bergerak di bagian depan konvoi. Ia akan diikuti oleh batalion pasukan terjun payung ke-180 dari resimen ke-3, yang dipimpin oleh wakil komandan resimen, Mayor Nikolai Mikhailovsky, yang melindungi konvoi dengan batalion infanteri dari divisi infanteri ke-350 dari divisi infanteri ke-66. Sementara itu Resimen Infanteri ke-11, yang ditempatkan di Asadabad, maju secara sendirian ke garis awal. Perhatian khusus diberikan pada persiapan pasukan serbu udara taktis dari batalion pasukan terjun payung ke-3 dari resimen ke-317. Di bawah komando Mayor Vasily Kustrio. Pendaratan dijadwalkan mendarat di dua lokasi di ketinggian 1590 meter di sekitar posisi musuh dalam jarak 15 km dari garis “depan” yang dituju. Operasi ini dipimpin oleh kepala staf Divisi Lintas Udara Pengawal ke-103, Kolonel Nikolai Petryakov. Operasi mulai direncanakan pada tanggal 29 Februari.

Helikopter serang Mi-24 Hind. Helikopter memegang peran penting dalam ofensif pasukan Soviet di Provinsi Kunar. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Pasukan Soviet yang dikerahkan dalam misi penyerbuan di Provinsi Kunar sebagian diangkut dengan menggunakan helikopter. (Sumber: https://ru.pinterest.com/)

Namun, komando Soviet meremehkan kekuatan musuh. Dalam hal ini, pernyataan tentang petempur Mujahidin dari penasihat militer utama, Kolonel Jenderal Saltan Magometov, sangat khas: “… dan apa yang bisa dilakukan orang-orang bercelana lebar ini melawan kekuatan seperti itu?” Jawaban atas pertanyaan ini segera ditemukan di Kunar …Pertama, pengintaian medan hanya dimungkinkan dari udara, yang tidak memberikan gambaran akurat tentang posisi musuh, dan yang terpenting, tidak ada informasi tentang rintangan yang dibuat para pemberontak. Kedua, personel pasukan Soviet, terutama pasukan terjun Divisi Lintas Udara Pengawal ke-103, mempersiapkan pertempuran di medan operasi dataran rendah barat, yang berbeda dengan kondisi di Kunar. Waktu untuk mempersiapkan operasi hanya diberikan selama dua hari. Batalyon yang terlibat dalam operasi tersebut, sebelum menerima misi tempur, menjalankan penugasan terutama dalam fungsi pengamanan di pusat ibu kota. Pelatihan praktis di pegunungan tentang pelatihan taktis, manajemen unit dalam pertempuran, pertempuran, pelatihan menembak dalam kondisi pegunungan tidak dilakukan oleh mereka. Menjelang pendaratan, personel batalion dibawa dengan mobil ke daerah Gunung Khoja-Burg, sebelah utara lapangan terbang, untuk berlatih tempur. Para prajurit batalion kemudian hanya dapat mendaki ke tengah gunung, untuk melatih formasi pertempuran, karena senja hari telah tiba mereka harus turun. Kurangnya persiapan seperti itu nantinya harus dibayar dengan puluhan nyawa melayang,

JALANNYA OPERASI

Pada pagi hari tanggal 29 Februari 1980, kompi 2/180 memulai gerakan dari pinggiran timur Asadabad, dan dengan memulai pertempuran untuk merebut desa Shinkorak. Selanjutnya, pasukan infanteri bermotor terjebak di daerah pegunungan yang tidak dikenal, dalam jebakan ranjau dan penyergapan musuh. Tak lama kemudian, seluruh personel batalion, kecuali pasukan pelindung, terlibat dalam pembangunan penyeberangan di atas parit besar dengan lebar 5 – 7 meter dan kedalaman 2 – 3 meter dengan puing-puing batu. Parit ini melintasi satu-satunya jalan. Pada titik ini, 40 pesawat terbang dan 12 helikopter melancarkan serangan udara terhadap target hasil pengintaian dan lokasi yang diperkirakan diduduki para pemberontak, termasuk posisi di ketinggian 1590 meter. Para Dushman (sebutan untuk para pemberontak) dalam kelompok-kelompok kecil lalu berpencar ke tempat terlindung, dan berhasil mendaki lebih tinggi ke pegunungan dan mulai mempersiapkan diri untuk bertempur. 28 helikopter kemudian mendaratkan 300 penerjun payung unit Pengawal 3 / 317, yang diperkuat oleh sebuah kompi pencari ranjau dan pengintaian, praktis di tengah-tengah area yang dipenuhi ranjau dan pasukan infanteri pemberontak … Ada kabut di lokasi pendaratan, dan mereka tidak dapat segera mendarat di area yang terbatas, sehingga pendaratan dilakukan dari posisi helikopter melayang. 

Pasukan Infanteri Mekanis Soviet di Afghanistan. (Sumber: https://ru.pinterest.com/)

Dengan jalannya sendiri unit-unit penyerang melakukan pendaratan dan dengan cepat mulai turun ke arah Shigal. Namun, alih-alih mempertahankan ketinggian yang mendominasi area pertempuran, unit-unit ini dengan tanpa meninggalkan penjagaan di belakang di sepanjang daerah aliran sungai terus turun ke kaki pegunungan. Pasukan penerjun payung di bagian sayap dan di belakang meninggalkan sekelompok Mujahidin yang terdiri dari 15 – 20 orang. Ketika pendaratan berlangsung, para Dushman mundur, menuju tempat perindungan bagi 3 – 5 kelompok orang, yang kemudian memunculkan diri dan melepaskan tembakan dari belakang. Beberapa Mujahidin berhasil menembus bahkan ke dalam formasi militer Soviet karena celah yang terbentuk, dan dua kelompok kecil mereka menemukan diri mereka berada di bagian belakang kompi penerjun payung ke-9. Hal ini menyebabkan kebingungan di antara para perwira. Memanfaatkan kebingungan tersebut, para pemberontak berhasil menghadang dan menyerang peleton ke-2.

Pasukan Soviet mendarat di posisi yang dekat dengan pertahanan petemour Mujahidin. (Sumber: https://www.pinterest.ca/)
Para petempur Mujahidin telah membentuk posisi penyergapan yang tidak diketahui tentara Soviet. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Sementara itu, pertempuran dimulai di area pegunungan, dimana kontak dengan musuh terjadi pada jarak lemparan granat. Pertama-tama, petempur Mujahidin melumpuhkan perwira dan petugas komunikasi Soviet. Komunikasi dengan komandan kompi terputus, dan peleton Soviet ditinggalkan sendirian bersama para Mujahidin. Pasukan penerjun payung yang tanpa dukungan apa pun lalu berada di dalam kepungan tembakan gencar. Di sinilah, asisten sersan komandan peleton, sersan senior Nikolai Chepik, menunjukkan kepahlawanannya. Terluka di kedua kakinya, dengan menahan rasa sakit, ia melawan balik, dengan tidak membiarkan para Mujahidin yang menghampirinya menangkapnya hidup-hidup. Dengan berani, Nikolai Chepik mengikatkan ranjau yang diarahkan ke pepohonan dan meledakkan para pemberontak yang mendekatinya dan dirinya sendiri. Di sisi lain, wakil komandan kompi pengintai ke-317 sersan senior Alexander Mironenko, bersama tiga pengintai, terputus dari posisi mereka. Karena kurangnya komunikasi radio, ia terpaksa menandai lokasinya dengan roket, akibatnya rekan-rekannya tewas, ia sendiri terluka parah. Kemudian, Mironenko meledakkan diri dengan granat bersama para dushman yang telah mengincarnya. Nikolai Chepik dan Alexander Mironenko, salah seorang dari mereka berusia 20 tahun, sedangkan yang lainnya berusia 21 tahun, tewas. Atas kepahlawanan mereka, keduanya dianugerahi gelar Pahlawan Uni Soviet secara anumerta.

Nikolai Chepik, prajurit pahlawan Soviet dalam pertempuran Kunar, Februari 1980. (Sumber: https://vk.com/)

Untuk kesalahan yang tak termaafkan – meremehkan kemampuan tempur musuh dan medan saat merencanakan operasi – 37 orang-orang muda dan sehat harus membayarnya dengan nyawa, dan 26 penerjun payung terluka. Mereka sendirian menghadapi musuh yang secara numerik lebih unggul. Dan meski mengalami kerugian besar, pasukan terjun payung terus melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka, terlibat dalam pertempuran tangan kosong ketika peluru habis, dan dengan keras kepala bergerak turun, membawa serta korban yang terluka dan mayat-mayat rekannya yang terbunuh. Kolonel Jenderal Merimsky, meyakini bahwa pasukannya telah menguasai 12 perkubuan dan 5 parit yang dalam dan lebar, dan mengirimkan batalyon ke-3, yang terdiri dari 350 penerjun payung dan satu kompi senapan bermotor untuk membantu pasukan pendaratan. Dan kemudian dengan perkembangan ini para dushman memutuskan untuk mundur. Mereka meninggalkan posisi mereka dan mundur ke ngarai Shigal. Baru pada malam hari tanggal 29 Februari, pasukan pendarat dapat terhubung dengan pasukan utama.

AKHIR OPERASI

Keesokan harinya, pasukan gabungan tersebut melanjutkan penyerangan ke kota Asmar. Para prajurit terpaksa membongkar perkubuan dan puing-puing batu secara manual. Ketika kompi pengintai infanteri bermotor tiba-tiba merebut jembatan di seberang Sungai Kunar, pasukan pengawal mulai menuju ngarai Shigal. Tapi para dushman dengan terampil bertempur di pegunungan, dan kegigihan mereka mengejutkan pasukan penyerang. Untuk menghindari kerugian besar, komando Soviet yang mengandalkan unit penerbangan telah bertindak dengan benar. Pada tanggal 1 dan 2 Maret helikopter-helikopter Soviet menghancurkan 5 perkubuan, 9 titik penembakan, 3 kendaraan tempur BTR, 18 kendaraan lainnya dan menewaskan lebih dari 100 mujahidin. Tetapi pasukan infanteri bermotor dari resimen ke-180 baru dapat memasuki kota Asmar pada tanggal 1 Maret di malam hari setelah melancarkan tembakan gencar, dan baru pada penghujung hari berikutnya mereka dapat merebut titik transshipment di Dangam. Pada tanggal 3 Maret 1980, pasukan Soviet merebut 2 helikopter Mi-4, 2 APC, lebih dari 20 posisi, 57 mobil, 80 kotak amunisi dan ranjau, 5 mortir, dokumen pasukan “Rauf” dan beberapa tank, 2 pangkalan transshipment, 17 titik perkuatan, 12 senjata dan mortir, 5 posisi pertahanan udara. Namun kemenangan itu datang dengan harga yang mahal: 52 personel Soviet tewas, 43 luka-luka, dan satu hilang. Selain itu, 9 helikopter rusak. Dan meskipun banyak tentara, sersan, dan perwira tidak hanya menunjukkan keberanian, ketahanan, inisiatif, tetapi juga kepahlawanan yang tulus, operasi tersebut menunjukkan persiapan yang lemah dari unit Soviet untuk melakukan operasi militer di pegunungan. Pasukan Soviet beroperasi di dasar lembah, bukannya merebut ketinggian yang dominan, sambil menderita kerugian, dan dengan persiapan psikologis, jauh dari memadai. Akhirnya menjadi jelas bahwa struktur organisasi Angkatan Darat ke-40 dan beberapa jenis senjata tidak sesuai dengan kondisi perang gerilya. Tetapi baru pada musim semi tahun 1984 persiapan operasi dari wilayah yang dikuasai Uni Soviet mulai memakan waktu tiga bulan, bukan dua bulan, dan sejak Mei 1985, menjadi lima bulan.

Pasukan Soviet berhasil mencapai tujuannya, namun membayar dengan harga yang mahal. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Seorang pejuang Mujahidin di Kunar menggunakan perangkat penerima komunikasi. Pasukan Soviet tidak pernah bisa benar-benar menaklukkan Provinsi Kunar dan pertempuran akan berlangsung beberapa kali di provinsi ini selama intervensi Soviet di Afghanistan. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Komando Soviet, menyadari pentingnya kendali atas wilayah di Afghanistan timur, kemudian melakukan pekerjaan teknik untuk melindungi perbatasan di bagian provinsi Kunar. Jalur pegunungan, tempat Mujahidin membuka kontak dengan Pakistan diblokir, sementara jalur karavan melalui jalur Binshaykandao, Lobkam, Kacha, Nava, Spinatsuk, Shaunkray dirusak. Batalyon ke-3 yang dibentuk pada bulan Maret 1980 dari brigade senapan bermotor ke-66 dikerahkan di kota Asmar. Saat itu tampaknya para dushman berhasil dihancurkan dan dicerai-berailan, jalur pegunungan diblokir, kedamaian dan ketenangan datang di provinsi Kunar. Namun, ketenangan itu menipu. Operasi serupa di provinsi ini harus terus dilakukan berulang-ulang oleh pasukan Angkatan Darat ke-40. Dan setiap kali, alih-alih menghancurkan detasemen-detasemen Mujahidin Afghanistan, beberapa detasemen baru malah bermunculan. Yang lalu akan menghadang di depan adalah perang yang sulit, yang akan berlangsung sembilan tahun lagi… Kerasnya pertempuran Kunar lebih dari sekali digambarkan oleh banyak prajurit Soviet, “Jika Anda ingin peluru bersarang di pantat, datanglah ke Asadabad”, demikian salah satu kutipannya. Pertempuran di provinsi Kunar akan berlangsung beberapa kali, seperti pertempuran tanggal 11 Mei 1980 di desa Hara, 16 Mei 1983 di ngarai Ganjal, 21 April 1985 di ngarai Maravara, 25 Mei 1985 di dekat desa Cognac. Pertempuran-pertempuran ini selamanya akan tercatat dalam sejarah perang Afghanistan sebagai yang paling berdarah, dan menimbulkan kerugian besar. Operasi-operasi di Kunar yang menyedihkan ini tentunya dibuka oleh operasi yang dilaksanakan pada bulan Februari 1980, seperti yang sudah dijelaskan diatas.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

First Kunar. Battle of the Three Battalions by Evgeny Muzrukov; February 2 2012

https://en.topwar.ru/10728-pervyy-kunar-bitva-treh-batalonov.html

The Afghan War By Richard Mackenzie; Sept. 1, 1988

The Afghan War

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Soviet%E2%80%93Afghan_War

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *