Alutsista

Helikopter Serang Denel AH-2 Rooivalk Asal Afrika Selatan: Idealisme Kemandirian Yang Mahal Harganya

Denel Rooivalk (AH-2, sebelumnya diberi kode CSH-2/Combat Support Helicopter 2) adalah helikopter serang yang diproduksi oleh Denel Aviation asal Afrika Selatan. Rooivalk adalah bahasa Afrikaans untuk “Red Falcon”. Pengembangan helikopter jenis ini dimulai pada tahun 1984 oleh Atlas Aircraft Corporation, dimana pengembangannya terkait erat dengan helikopter angkut Atlas Oryx, kedua helikopter ini sama-sama berbasis pada desain helikopter Aérospatiale SA 330 Puma dan pengembangannya dimulai pada saat yang bersamaan. Pengembangan Rooivalk kemudian berlarut-larut karena keterbatasan anggaran selama tahun 1990-an, dan adanya keinginan untuk menghasilkan helikopter serang yang sangat canggih. Angkatan Udara Afrika Selatan (SAAF) lalu memesan 12 Rooivalk, yang dinamai Rooivalk Mk 1 dalam dinas operasional SAAF, unit pertama dari helikopter ini secara resmi diserah-terimakan pada bulan April 2011. Helikopter tersebut kemudian diterbangkan oleh Skuadron Udara ke-16 yang berbasis di Pangkalan Udara Bloemspruit dekat Bloemfontein.

Helikopter tempur Rooivalk adalah perwujudan tekad kemandirian Afrika Selatan dalam mencukupi kebutuhan perlengkapan militer berteknologi tinggi yang digunakannya. (Sumber: https://crewdaily.com/)

SEJARAH PENGEMBANGAN

Sedikit orang di luar Afrika yang tahu bahwa terdapat negara Afrika yang mampu membuat sebagian besar peralatan militer mereka sendiri seperti halnya Afrika Selatan, yang merupakan salah satu raksasa teknologi di benua tersebut. Industri Militer Afrika Selatan cukup maju dan bahkan bisa menyamai perkembangan teknologi negara-negara terkemuka. Terisolasi oleh sanksi akibat politik Apartheid-nya di masa lalu, dan dihadapkan dengan peningkatan perlawanan internal dan ancaman eksternal, pemerintah Afrika Selatan terpaksa harus memproduksi persenjataannya sendiri, yang seringkali berasal dari modifikasi senjata luar yang tidak diizinkan secara hukum oleh negara pembuat untuk dicopy teknologinya. Pembentukan perusahaan Armscor oleh pemerintahan Afrika Selatan pada akhir 1960-an bertujuan untuk mengatasi embargo senjata dengan memproduksi senjata secara lokal. Armscor, yang kemudian akan menjadi Denel, berhasil mencapai kesuksesan besar dengan keluarnya berbagai produk pertahanan termasuk meriam howitzer G5, beberapa perangkat artileri portabel yang digunakan secara efektif dalam Perang Perbatasan, senapan serbu R4 yang dipakai oleh SADF saat itu dan dimodifikasi dari senapan Galil Israel, dan senapan R5 yang kompak serta tetap menjadi pemandangan umum, populer di kalangan polisi, perusahaan keamanan swasta dan geng perampok uang tunai. Sementara itu Perang Perbatasan di kawasan selatan Afrika yang menjadi bagian dari Perang Dingin pada tahun 1970-80an, telah mempertemukan Afrika Selatan dan sekutunya bertempur melawan pasukan Kuba dan Angola yang dipersenjatai oleh Soviet. Dari sinilah kemudian helikopter serang Rooivalk lahir.

Pasukan Afrika Selatan sedang menginterogasi penduduk desa saat mencari pejuang pembebasan SWAPO. Politik Apartheid yang dijalankan Afrika Selatan, menyebabkan negeri dikucilkan dari dunia internasional dan mendapat embargo senjata dari banyak negara. Pembatasan ini kemudian mendorong Afrika Selatan untuk bisa mandiri mencukupi kebutuhan militernya. (Sumber: https://www.dw.com/)

Proyek helikopter serang Rooivalk dimulai pada awal tahun 1984 di bawah naungan pabrikan Atlas Aircraft Corporation, pendahulu dari Denel Aviation. Dihadapkan dengan sifat Perang Perbatasan Afrika Selatan yang semakin berkarakter perang konvensional, dengan melibatkan tank-tank dan kendaraan tempur (seperti Angola, negara-negara Afrika lainnya terus membangun kekuatan tanknya sendiri), SADF menyadari adanya kebutuhan akan helikopter serang yang terdedikasi (bukan sekedar helikopter serbaguna yang dipersenjatai/gunship) dengan bisa dipersenjatai dengan peluru kendali anti-tank. Afrika Selatan kemudian mulai mengembangkan desain helikopter yang sesuai. Helikopter serang semacam itu menurut mereka akan melipatgandakan kekuatan mereka seandainya terjadi konflik. Helikopter yang dimaksudkan akan digunakan untuk mengawal helikopter pengangkut pasukan, melakukan misi serangan pada posisi senjata anti-pesawat, dan secara efektif mampu menghadapi kehadiran tank-tank buatan Soviet (utamanya Tank T-55) yang semakin meningkat (seperti pengalaman di Angola); dalam dalam peran terakhir ini, helikopter itu akan dilengkapi dengan rudal anti-tank. Pada saat itu, Afrika Selatan tengah mengalami embargo senjata yang diberlakukan oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 418 karena kebijakan apartheidnya, yang pada akhirnya mencegah pemerintah Afrika Selatan untuk mengimpor helikopter tempur dari negara lain. Sementara itu, mengembangkan helikopter yang benar-benar baru dari awal jelas melibatkan perancangan dan pengembangan banyak subsistem dan komponen yang menyertainya, seperti mesin turboshaft dan sistem dinamis, seperti sistem rotor utama dan ekor serta sistem gearbox. Karena menyadari akan kesulitan besar yang ditimbulkan dalam merancang dan membuat helikopter yang benar-benar baru, dimana hal ini secara substansial akan meningkatkan biaya dan waktu pengembangan proyek, maka akhirnya diputuskan untuk mendasarkan helikopter serang tersebut berdasarkan desain yang sudah ada. 

Pasukan Afrika Selatan melintasi tank T-54 Angola dalam Operasi Askari tahun 1984. Kehadiran armada tank di negara-negara Afrika, mendesak militer Afrika Selatan untuk mengembangkan helikopter tempur yang efektif menghadapi kendaraan-kendaraan lapis baja, khususnya tank. (Sumber: https://www.reddit.com/)

Pada saat itu, SAAF (South African Air Force) telah mengoperasikan dua jenis helikopter utama, yakni Aérospatiale Alouette III dan Aérospatiale SA 330 Puma. Alouette III adalah helikopter kecil yang berasal dari era tahun 1960-an; karena usia desain dan kurangnya tenaga mesin, helikopter ini tidak dianggap sebagai kandidat bagus untuk dikembangkan lebih lanjut. Sementara itu, Puma secara substansial lebih besar dan dilengkapi dengan mesin yang lebih bertenaga; kedua faktor tersebut memampukannya untuk mengakomodasi peralatan tambahan dan memiliki potensi untuk dikembangkan lebih jauh. Faktor kunci lain pemilihan Puma sebagai basis desain helikopter tempur adalah adanya pengembangan paralel program perbaikan helikopter Puma di Afrika Selatan, yang dikenal sebagai Atlas Oryx. Oryx memiliki rasio power-to-weight yang lebih besar dan telah meningkatkan kinerjanya untuk digunakan dalam iklim yang bersuhu tinggi seperti di Afrika. Nantinya pengembangan Oryx akan jauh lebih cepat daripada pengembangan helikopter tempur yang akan menjadi Rooivalk karena program itu lebih mudah dengan tidak perlu membuat banyak perubahan desain. Selain helikopter Puma, sumber pengembangan potensial lainnya sempat diperdebatkan, seperti kemungkinan penggunaan elemen penggerak yang digunakan pada helikopter Aérospatiale SA 365 Dauphin; adopsi komponen ini dispekulasi kemungkinan besar akan bisa menghasilkan desain helikopter yang lebih kecil dan berpotensi lebih ekonomis. Poin penting yang kemudian menjadi perdebatan adalah apakah helikopter kecil atau besar akan menjadi pilihan yang terbaik. Yang terakhir akhirnya memenangkan penilaian subjektif, dan analisis operasional obyektif dengan jelas menunjukkan bahwa helikopter ringan akan dibatasi oleh kekurangan dalam hal jangkauan, muatan yang dapat dibawa, dan kemampuan bertahan yang diperlukan dalam lingkungan dengan ancaman tinggi. Persyaratan untuk helikopter serang yang akan dibuat meliputi: kemampuan bertahan hidup dalam lingkungan ancaman tinggi, kesamaan suku cadang dengan armada helikopter transport menengah yang ada (Oryx / Puma), respons cepat terhadap tugas misi, pengoperasian siang dan malam, beban kerja pilot yang rendah, perangkat navigasi yang sangat akurat, pemeliharaan “di lapangan” sederhana, jangka waktu operasional 30 tahun, kemampuan untuk dapat digelar dengan cepat di bawah komando militer existing dengan sistem kontrol dan komunikasi yang ada, dapat dioperasikan terbang 5-15 m di atas medan tempur selama 95% masa pakainya, kemampuan daya tahan yang lama, kemampuan untuk terbang ferry dengan jarak yang sangat jauh dan bisa dibangun di dalam infrastruktur industri Afrika Selatan yang ada. Helikopter serang ini akan menempatkan faktor kecepatan dan kemampuan manuver di atas perlindungan untuk memenuhi tujuan utama keberhasilan misi dengan peluang bertahan hidup yang maksimum bagi para awaknya.

Helikopter Aérospatiale SA 330 Puma, yang kemudian menjadi dasar pengembangan helikopter angkut Oryx dan helikopter tempur Rooivalk. (Sumber: http://www.sa-transport.co.za/)

Pada akhirnya, dalam mendesain helikopter tempur ini diputuskan untuk mengadopsi mesin dan sistem dinamis dari helikopter Oryx — yang memiliki kemiripan signifikan dengan helikopter Puma dan pendahulu dari helikopter Aérospatiale AS332 Super Puma — sebagai dasar untuk helikopter serang yang direncanakan; kesamaan dengan sistem Oryx diharapkan akan bisa menyederhanakan logistik dan mengurangi biaya pemeliharaan. Hal ini juga berarti bahwa helikopter serang tersebut akan memiliki badan yang sangat besar, yang bisa memberikannya jangkauan yang lebih jauh dan kemampuan untuk membawa banyak perangkat sensor dan persenjataan. Pada era itu selama dekade 1980-an, anggaran pertahanan Afrika Selatan relatif cukup besar, yang berbeda dengan dekade-dekade berikutnya, sehingga Denel berusaha membuat helikopter yang akan menjadi salah satu, atau bahkan berpotensi lebih unggul dari helikopter serang terbaik di dunia. Helikopter, yang kemudian dinamai Rooivalk ini, diharapkan bisa menjadi helikopter tempur yang gesit dan sangat canggih, serta cocok untuk menghadapi ancaman seperti di medan perang Angola dan bisa melawan kendaraan tempur seperti tank T-55 buatan Soviet. Atlas XH-1 Alpha adalah prototipe pertama yang muncul dalam program ini. Prototipe helikopter ini dikembangkan dari badan helikopter Alouette III, dengan mempertahankan mesin helikopter dan komponen kontrol dinamisnya. Modifikasi yang kemudian ditambahkan adalah termasuk penggantian konfigurasi kokpit asli dengan format tandem berundak depan belakang (seperti konsep umum helikopter tempur saat itu yang dipelopori oleh desain Huey Cobra asal Amerika), penambahan kanon kaliber 20 mm di hidung dan konversi rangka bawah menjadi konfigurasi tail-dragger. Pada tanggal 3 Februari 1985, XH-1 melakukan penerbangan perdananya. Hasil uji terbang XH-1 dipandang cukup baik,  sehingga meyakinkan pihak Atlas dan SAAF bahwa konsep itu layak dilanjutkan. XH-1 kemudian diikuti oleh dua prototipe XTP-1 Beta, yang dikonversi dari helikopter Aerospatiale SA 330 Puma (versi produksi Rooivalk memang akan menampilkan sistem transmisi dan rotor yang diadopsi dari SA 330), yang dirancang sejak awal sebagai sarana pengujian. Uji coba-uji coba ini kemudian akan membuka pintu untuk pengembangan helikopter Rooivalk lebih lanjut.

Atlas XH-1 Alpha, prototipe konsep pendahulu Rooivalk. Prototipe helikopter ini dikembangkan dari badan helikopter Alouette III. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Prototipe Rooivalk XH-2 (Experimental Helicopter 2) pertama kali terbang pada tanggal 11 Februari 1990, sebagai bagian dari tes ketahanan selama 20 jam. XH-2 kemudian diikuti dengan prototipe XDM (eXperimental Development Model/Model Pengembangan Eksperimental), yang didesain ulang dari prototipe XH-2; untuk platform pengembangan perangkat avionik dan senjata dan prototipe EDM (Engineering Developmental Model), untuk Model Evaluasi Produksinya. Pada bulan Mei 1992, prototipe Rooivalk telah mengumpulkan 180 jam terbang. Pada saat itu juga stabilisator horizontal dan vertikal diselesaikan dalam bentuk yang telah dioptimalkan. Konfigurasi ekor vertikal dirancang untuk penerbangan berkecepatan tinggi dan untuk mengoptimalkan stabilitas lateral dan kontrol yaw responsif saat dalam kecepatan rendah. Kontrak untuk Advanced Development Model (ADM) dibuat pada tahun 1988, yang selesai pada tahun 1992, dengan penerbangan tahap pertama dilakukan pada tanggal 22 Mei 1992. ADM digunakan untuk memverifikasi desain dan implementasi avionik, pengembangan senjata, dan platform integrasi. Instrumen tradisional digantikan oleh tiga display multi-fungsi (MFD), dan sistem avionik yang terbukti meminimalkan beban kerja awak udara secara signifikan. Rooivalk ADM akan menjadi helikopter serang pertama yang terbang dengan perangkat “glass cockpit” MFD. ADM menampilkan sistem databus digital MIL-STD-1553B dan dilengkapi dengan rudal ZT3 Ingwe ATGM, serta kanon 20 mm yang dipasang ke turret dagu TC-20.

Rooivalk ADM di Wallop International Airshow, 13 Mei 1994. (Sumber: https://www.helis.com/)

Pengujian tahap kedua dimulai pada tanggal 23 Juli dan berlangsung hingga tanggal 4 Desember 1992 dan melibatkan pengoperasian Sistem Manajemen Terpadu, Sistem Pemantauan Kesehatan, Sistem Kontrol Penerbangan Otomatis, dan Sistem Komunikasi dalam penerbangan. Tahap ketiga pengujian difokuskan pada sistem persenjataan dan termasuk Sistem Penglihatan Utama (MSS) yang dipasang di hidung, sementara pengujian kanon kaliber 20 mm pada bulan Agustus 1993, dan rudal anti-tank ZT3 pada bulan Maret 1994. Kedua sistem senjata tersebut berhasil diuji. ADM melakukan debut internasionalnya pada pertunjukan udara di Dubai pada tahun 1993, yang diikuti dengan pertunjukan udara di Malaysia pada tahun 1993. Pada tahun 1994, ADM dipamerkan pada pertunjukan Farnborough International Air di Inggris. Dengan mempertimbangkan potensi ekspor internasional, Rooivalk dikembangkan sesuai dengan persyaratan dan standar militer AS, yang hanya membutuhkan sedikit penyesuaian agar kompatibel dengan sistem senjata AS seperti Hellfire ATGM. Model Pengembangan Teknik (EDM) dikembangkan sebagai platform untuk menggabungkan hasil yang dipelajari dari prototipe XDM & ADM, untuk menggabungkan Persyaratan Pengguna SAAF yang diperbarui, serta untuk pengembangan doktrin dan misi. Desain dan pengembangannya dimulai pada Maret 1993. Prototipe ini selesai diluncurkan pada tanggal 17 November 1996 dan penerbangan ditamilkan pada tanggal 17 Februari 1997 oleh Denel. Tujuan dari EDM adalah untuk memenuhi syarat avionik, sistem senjata, badan pesawat, dan sistem udara sebelum produksi serial dapat dimulai. Selain itu, EDM digunakan untuk menyempurnakan dukungan logistik yang dibutuhkan. Dengan EDM, tempat amunisi dipindahkan ke setiap sisi kokpit dan knalpot peredam infra merah diarahkan ke atas ke bilah rotor utama untuk menghilangkan panas dengan lebih efisien. Selain itu, EDM mengalami banyak perubahan struktural, serta pengurangan bobot. EDM kemudian mewakili konsep akhir sebelum masuk ke jalur produksi Rooivalk. Versi angkatan laut dari helikopter ini juga sempat dipertimbangkan, meskipun program ini menghadapi jalan yang terjal.

Berbeda dengan Rooivalk, program helikopter angkut Oryx yang dikerjakan hampir pararel tidak berlarut-larut. (Sumber: https://www.saairforce.co.za/)

Sayangnya, pada tahun 1990an program tersebut mengalami kemunduran yang cukup besar. Problem utama program ini adalah sebagai konsekuensi dari ambisi untuk menghasilkan helikopter serang terkemuka di dunia, membuat program ini jadi berlarut-larut; sementara jika desain lebih disederhanakan mungkin program helikopter ini telah bisa diselesaikan selama dekade tahun tahun 1980-an, dan memungkinkannya untuk memasuki dinas operasional dalam waktu yang hampir bersamaan dengan Oryx. Sementara itu pada tahun 1988, Perang Perbatasan yang dijalani militer Afrika Selatan berakhir, yang segera diikuti dengan pemotongan anggaran pertahanan secara substansial. Akuisisi helikopter serang yang direncanakan dipesan sebanyak 36 helikopter kemudian dipotong menjadi hanya 12, dimana hal ini sangat mempengaruhi nilai ekonomi dari program ini. Dalam mengejar sistem yang canggih, biaya program dibandingkan dengan pembuatan helikopter serang yang lebih sederhana menjadi melonjak, meskipun peningkatannya tidak pernah melebihi anggaran yang dialokasikan antara tahun 1984 dan 1990. Sempat disebutkan bahwa beberapa pejabat SAAF berpandangan bahwa Rooivalk adalah ancaman langsung bagi program pengadaan pesawat sayap tetap, terutama dalam anggaran pertahanan yang berkurang, dan meminta penghentiannya program ini. Sementara itu, di sisi lain Angkatan Darat Afrika Selatan secara luas mendukung program Rooivalk, sebagian karena kehadiran helikopter serang asal Afrika Selatan ini akan mengurangi kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan sejumlah besar tank. Oleh karena itu, Angkatan Darat menyediakan dana program Rooivalk untuk sementara waktu, membantunya bertahan dari keterbatasan anggaran yang semakin ketat. Penundaan dan peningkatan biaya proyek merupakan halangan tidak hanya pada waktu pengenalannya ke dinas operasional tetapi juga kelayakan teknologinya. Pada tahun 1998, tahun di mana produksi pertama Rooivalk dikirim ke SAAF, dengan waktu pengembangan yang lama berarti bahwa helikopter sudah menderita beberapa masalah teknologi yang mulai dianggap usang; helikopter itu bagus secara aerodinamis tetapi avioniknya, meski maju untuk ukuran tahun 1980-an, tetapi relatif ketinggalan jaman pada saat diperkenalkan ke publik tahun 1990an, yang lalu merugikan potensi ekspornya. 

Rooivalk kemudian menjadi konsep helikopter yang canggih, namun secara ekonomis, helikopter ini terlalu mahal, dengan jumlah pesanan totalnya hanya 12 dan membutuhkan waktu pengembangan hampir 25 tahun. (Sumber: https://quwa.org/)

Masalah dukungan teknis untuk helikopter  ini juga menjadi faktor penentu lain dalam prospek penjualan ekspornya. Muncul juga keraguan akan masa depan jangka panjang dari Denel sendiri dan dengan demikian kemampuannya untuk memberikan dukungan pabrikan yang diperlukan untuk mengoperasikan helikopter ini. Selain itu, Rooivalk juga sangat bergantung pada teknologi Prancis (yang desain helikopter Puma nya jadi dasar pembuatan Rooivalk), yang saat ini dimiliki oleh Airbus Helicopters; sementara Rooivalk juga akan menjadi saingan dari helikopter serang Eurocopter Tiger asal Prancis-Jerman. Perusahaan tersebut diduga telah memperingatkan pembeli potensial bahwa dukungan dari mereka diperlukan untuk sistem pada Rooivalk, yang mungkin tidak akan datang jika mereka memilih membeli helikopter buatan Afrika Selatan ini. Faktor politik juga telah dikaitkan sebagai hambatan utama di pasar ekspor, seperti tekanan yang diduga dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk membujuk pelanggan asing untuk memilih helikopter saingan Rooivalk, yakni Boeing AH-64 Apache sebagai gantinya. Berbagai peluang ekspor potensial sempat muncul, seperti dari Malaysia, Inggris, dan Turki, namun tidak ada satupun penjualan ke luar yang datang pada tahun 2013. Meski demikian perkembangan program Rooivalk memiliki efek positif pada kemajuan Industri penerbangan Afrika Selatan dan industri teknologi tinggi, yang mengarah pada penciptaan perusahaan seperti Aerosud dan Advanced Technologies and Engineering (ATE). Dampak industri dari program Rooivalk diklaim telah memungkinkan entitas bisnis industri pertahanan Afrika Selatan untuk berpartisipasi dalam program kedirgantaraan lainnya, seperti program pesawat tempur Saab JAS 39 Gripen, pesawat latih BAE Systems Hawk, helikopter AgustaWestland AW109, dan pesawat angkut Airbus A400M Atlas.

Beberapa pihak yang membela proyek Rooivalk, berpendapat bahwa program Rooivalk diklaim telah memungkinkan entitas bisnis industri pertahanan Afrika Selatan untuk berpartisipasi dalam program kedirgantaraan lainnya, seperti program pesawat tempur Saab JAS 39 Gripen, pesawat latih BAE Systems Hawk, helikopter AgustaWestland AW109, dan pesawat angkut Airbus A400M Atlas. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Pada tahun 2016, Denel dilaporkan melanjutkan program upgrade Mk 1.1 untuk armada Rooivalk yang ada; perbaikan yang dilakukan termasuk penambahan sistem peringatan ancaman rudal yang mendekat dan peningkatan sistem avionik helikopter. Pada tanggal 15 September 2016, diumumkan bahwa Airbus Helicopters dan Denel telah menandatangani nota kesepahaman untuk bekerja sama dalam program modernisasi SAAF; rincian lebih lanjut tentang perubahan tersebut termasuk peningkatan keandalan dan survivabilitas, peningkatan kemampuan gotong senjata, dan penggantian sistem penargetan dan persenjataan yang sudah dianggap usang. Pada bulan September 2014, kepala eksekutif Denel Group, Riaz Saloojee menyatakan bahwa perusahaannya sedang mempelajari kelayakan pembukaan kembali jalur produksi Rooivalk, yang telah dihentikan pada tahun 2007 setelah produksi awal 12 helikopter bagi SAAF. Saloojee menyatakan bahwa helikopter produksi baru akan menggunakan teknologi terbaru Rooivalk. Pada bulan September 2016, pemerintah Afrika Selatan mengesahkan negosiasi dengan pemerintah mengenai topik untuk memulai kembali produksi Rooivalk. Menurut Victor Xaba, wakil kepala eksekutif Denel Aerostructures, perusahaan membutuhkan komitmen untuk setidaknya pesanan 70 helikopter agar pembukaan kembali lini produksi dapat berjalan. Produksi Rooivalk Mk 2 telah diperdebatkan secara berkala. Pada bulan Juli 2015, Saloojee berbicara tentang upaya perusahaan untuk mendapatkan dukungan untuk program Rooivalk Mk 2 yang akan melibatkan sebagian besar sistem baru dan peta jalan produksinya telah dibuat oleh perusahaan. Pada akhir tahun 2016, Denel menyatakan sedang melakukan serangkaian pembicaraan dengan berbagai negara mengenai penawaran Rooivalk Mk 2, antara lain di Mesir, Brazil, Nigeria, Polandia, dan India.

DESAIN UMUM

Karena pengalaman SAAF dalam menggunakan helikopter selama puluhan tahun di lingkungan Afrika yang keras, Rooivalk telah dirancang untuk bisa beroperasi dalam waktu lama tanpa dukungan teknologi yang kompleks. Semua yang diperlukan untuk menjaga Rooivalk tetap terbang adalah keberadaan helikopter angkut sedang yang dilengkapi dengan persediaan suku cadang dasar ditambah empat orang awak darat. Rooivalk dapat membawa berbagai senjata yang tergantung pada profil misinya. Helikopter ini umumnya dilengkapi dengan kanon kaliber 20 mm yang dipasang di bawah hidung dan juga dapat membawa rudal udara-ke-udara, rudal anti-kendaraan lapis baja, dan roket tak berpandu. Rooivalk memiliki sistem kendali tembakan untuk akuisisi dan pelacakan target serta sistem navigasi canggih yang menggunakan radar Doppler dan GPS. Juga tergabung didalamnya adalah rangkaian perangkat electronic countermeasures yang digabungkan dengan chaff dan dispenser suar. Fitur penting di helikopter ini termasuk desain kokpit tandem, rotor ekor kanan dengan port tailplane, undercarriage beroda tetap (tidak bisa dimasukkan dalam rumahan roda) serta perangkat pemotong kawat di bagian atas dan di bawah kokpit dan di undercarriage. Roda pendaratan utama dikembangkan dan diproduksi di Prancis dengan menurut spesifikasi dari Afrika Selatan, sedangkan roda pendaratan pada bagian ekor dirancang, dikembangkan dan diproduksi di Afrika Selatan oleh Denel. Rooivalk didukung oleh dua mesin turobshaft Turbomeca Makila 1K2, yang memberikan kekuatan 2.301 tenaga kuda. Dengan kedua mesin ini kecepatan jelajah Rooivalk adalah 173 mph (278 km / jam) dan memiliki kecepatan maksimum 192 mph (309 km / jam). Jangkauan terbang Rooivalk adalah 460 mil (740 kim) dan ketinggian terbang maksimumnya 20.000 kaki (6.100 meter), sementara tingkat kecepatan menanjaknya adalah 2.620 kaki / menit (13,3 m / detik). Rooivalk memiliki berat kosong 5.910 kg dan berat lepas landas maksimalnya 8750 kg, yang sama dengan membawa beban seberat 2.840 kg. Meski demikian bobot standar misinya adalah 7500 kg. Cakupan kinerjanya yang luas mencakup pengoperasian pada suhu antara -35 ° C hingga + 50 ° C, mampu lepas landas dan mendarat antara -3000 kaki hingga +19200 kaki. Rooivalk memiliki daya tahan minimum 216 menit dan 412 menit dengan menggunakan tangki penyimpan bahan bakar eksternal, memungkinkannya untuk terbang ferry hingga jarak sekitar 1.260 km. Body Rooivalk sanggup menahan gaya sebesar + 3.5 / -0.5 g. Badan Rooivalk memiliki panjang 16,39 m (dari hidung ke roda belakang), tinggi 5,19 m (dari tanah hingga penutup kepala rotor) dan lebar 6,95 m (dari kedua sisi sayap pendek). Diameter rotor utama empat bilah komposit adalah 15,58 m dan bisa mengembang menjadi 18,73 m saat berputar. Rotor ekornya memiliki lebar 3,05 m. Body Rooivalk terutama terdiri dari material aluminium alloy untuk menghemat bobot dan pintu akses berengsel terbuat dari bahan komposit yang memungkinkan akses mudah ke interior helikopter.

Dengan 2 mesin yang bertenaga, Rooivalk terhitung merajai berbagai parameter penerbangan helikopter tempur yang beredar di dunia. (Sumber: https://en.topwar.ru/)
Rooivalk unjuk kebolehan terbang dengan manuver terbalik. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Mesin Rooivalk sedikit berbeda dengan mesin yang dipakai pada helikopter angkut Denel Oryx, yang didukung oleh dua mesin Makila 1A1. Perbedaan besar antara kedua mesin ini adalah mesin 1K2 pada Rooivalk menawarkan peningkatan survivabilitas karena memiliki rating superkontingensi 30 detik. Ini berarti bahwa mesin Rooivalk dapat memberikan tenaga ekstra jika mesin lainnya rusak. Mesin ini menggerakkan rotor utama yang memiliki empat bilah besar dan sistem rotor ekor yang menggunakan lima bilah. Bilah rotor, bagian dari gearbox utama dan bagian dari gearbox ekor (termasuk dua bevel gears) adalah desain Prancis tetapi diproduksi di Afrika Selatan di bawah lisensi oleh Denel Aviation. Kepala rotor, bagaimanapun, tetap dibuat di Prancis, sementara poros penggerak untuk rotor ekor dirancang dan diproduksi di Afrika Selatan. Mesin kemudian dihubungkan melalui poros penggerak tipe Bendix ke coupling gearbox yang, pada gilirannya, terhubung ke gearbox utama yang secara langsung menggerakkan rotor utama dan, serta melalui poros penggerak rotor ekor, menggerakkan rotor ekor juga. Pihak Denel telah mengubah mekanisme pemasangan coupling gearbox untuk meningkatkan ketahanannya terhadap getaran yang tinggi. Pihak Denel juga telah menggunakan teknik pengecekan getaran berkala yang berbeda pada sistem transmisi. Pada kebanyakan helikopter, perlu untuk dilakukan pengecekan setelah setiap 25 jam terbang. Apa yang telah dilakukan Denel adalah merelokasi posisi pengukuran akselerometer ke tempat yang dapat memberikan representasi yang lebih andal dari getaran yang dihasilkan pada poros penggerak Bendix. Getaran pada helikopter adalah salah satu problem utama helikopter, dan getaran kemudian menjadi perhatian para perancang Rooivalk. Gearbox mesin sendiri dipasang pada dudukan yang disetel (Sebagai bagian dari sistem Isolasi getaran) untuk meminimalkan getaran pada badan helikopter.

Kompartmen Mesin Rooivalk dalam kondisi terbuka. Beberapa pengaturan pada bagian mesin dibuat pada desain Rooivalk untuk meningkatkan daya tahan dan mengurangi jejak radar dan panas yang ditimbulkannya. (Sumber: https://www.saairforce.co.za/)

Lubang masuk udara pada mesin dilengkapi dengan pemisah partikel yang sangat efisien (untuk mencegah masuknya debu dan kotoran) dengan efisiensi 97% terhadap partikel berukuran 10 mikron. Udara dari mesin diarahkan ke atas melalui penekan infra-merah ke arah rotor blade downwash untuk menyebarkan panas dan mengurangi jejak Infra-Merah (IR). Sementara itu, perubahan signifikan juga telah dilakukan pada sistem transfer bahan bakar. Selain fungsinya yang jelas untuk memompa bahan bakar dari tangki ke mesin, sistem transfer bahan bakar juga memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas helikopter dalam penerbangan. Jika semua bahan bakar habis pada satu tangki, sementara dua tangki lainnya tetap penuh, hal itu dapat mengganggu keseimbangan helikopter. Oleh karenanya masing-masing dari tiga tangki bahan bakar memiliki pompa tersendiri. Jadi jika salah satu dari pompa ini gagal, sistem transfer bahan bakar dapat mendistribusikan kembali bahan bakar ke dua tangki lainnya dan kemudian menyuplainya ke mesin. Sebelumnya, sistem transfer bahan bakar sepenuhnya otomatis, tetapi sekarang sistem transfer bahan bakar memiliki override yang memungkinkan pilot, dalam keadaan darurat, untuk memutuskan bagaimana distribusi bahan bakar dilakukan. Rooivalk memiliki tiga tangki bahan bakar internal yang terletak di tengah badan pesawat, di bawah bagian tengah sayap pendek, masing-masing dengan kapasitas angkut 480 kg (total 1440kg). Mesin Rooivalk diketahui menggunakan bahan bakar tipe Jet A-1. Pada bagian mesin, sistem pemanas, yang mengeluarkan udara panas dari salah satu tahapan kompresor di salah satu mesin, juga telah disesuaikan untuk mengoptimalkannya untuk kondisi musim dingin yang sering kali terjadi di Afrika Selatan. Dengan mesin yang kuat Rooivalk mampu melakukan manuver putaran dan dengan demikian untuk sesaat “terbang terbalik”. Jenis misi yang bisa dijalani Rooivalk adalah misi-misi: pengintaian, pengawalan heliborne, dukungan udara jarak dekat, penetrasi ke dalam wilayah musuh, dan anti-kendaraan lapis baja serta sebagai derek udara.

Sistem Proteksi

Sejalan dengan filosofi desain Rooivalk, perlindungan utama helikopter ini terletak pada kelincahan dan desainnya yang terhitung stealth (siluman). Yang pertama dicapai dengan adanya 52 persen kelebihan tenaga hover untuk reaksi cepat dan kemampuan untuk bergerak ke samping dengan kecepatan 93 km / jam, hal ini memungkinkan Rooivalk untuk menyerang target dan menghilang di balik perlindungan dengan cepat. Berkenaan dengan desain siluman, perhatian khusus diberikan selama pengembangannya untuk jejak pada radar, IR, dan kebisingannya. Jejak radar dikurangi dengan memanfaatkan serat karbon dan metalised fairings untuk melindungi tiang rotor dan perangkat kontrolnya. Permukaan kanopi juga memanfaatkan bahan reflektif RF. Sementara itu jejak IR pada mesin dikurangi secara pasif dengan mengarahkan knalpot ke atas ke arah blade rotor downwash untuk menyebarkan panas yang lebih cepat. Jejak visual pada badan pesawat hanya menampilkan ukuran target sebesar 1,28 m dari depan dan 4 m dari atas ke bawah kepala rotor. Pantulan radar juga diminimalkan dengan menggunakan permukaan lengkung datar dan tunggal jika memungkinkan. Sementara kebisingan akustik pada rotor utama dikurangi dengan menjaga kecepatan ujung rotor tetap rendah dan beberapa tindakan pasif untuk mengurangi kebisingan mesin pada intake dan exhaust. Kombinasi dari yang disebutkan di atas menyulitkan musuh untuk mendeteksi Rooivalk. Ketentuan juga dibuat dalam desainnya untuk memiliki redundansi ganda pada sistem utama, toleransi pada kerusakan, dan penggunaan berbagai saluran pada sistem avionik, penerbangan, dan kerusakan struktural. Struktur dan sistem dinamis Rooivalk telah dirancang untuk bisa mentolerir peluru eksplosif berkaliber 23 mm dan bisa bertahan dari hantaman langsung dari peluru AP kaliber 12,7 mm dan terus bisa bekerja setidaknya selama 30 menit. Hal ini memungkinkan Rooivalk bisa tetap mengudara dan terbang jika mengalami kerusakan. Tangki bahan bakar self-sealing juga dapat bertahan dari hantaman langsung dari peluru AP kaliber 12,7 mm tanpa meledak. Pada bagian dilapisi lapisan baja yang tahan terhadap hantaman AP kaliber 12,7 mm, dan joknya tahan benturan, yang meminimalkan kemungkinan cedera pada kru jika terjadi kecelakaan. Badan Rooivalk dirancang untuk bisa menahan laju jatuh 11 m / s, serta roda belakang dan roda pendaratan yang dirancang untuk bisa menyerap energi laju jatuh hingga 6 m / s.

Kursi untuk kru Rooivalk dilengkapi dengan lapisan baja untuk meningkatkan proteksi awak. (Sumber: https://plane-encyclopedia.com/)

Kokpit Rooivalk

Kokpit Rooivalk memiliki konfigurasi tandem yang berundak, untuk mengurangi silau dari matahari yang kerap berkaitan dengan desain tandem. Akses ke kedua sisi kokpit adalah melalui jendela anti peluru datar berengsel ke atas. Posisi awak udara dirancang secara ergonomis untuk mengurangi beban kerja dan kelelahan awak udara, yang meningkatkan ketahanan dan kewaspadaan di medan perang. Petugas sistem senjata (WSO) duduk di kokpit bagian depan, sedangkan pilot helikopter duduk di kokpit bagian atas dan di belakang WSO. Kokpit Rooivalk dilengkapi dengan jok yang tahan benturan dan dilindungi dengan lapisan baja, dilengkapi dengan kontrol kolektif And stick (HOCAS). Sebuah perangkat helmet-mounted sight display (HMSD) TopOwl buatan Thales Avionics memberi kru tampilan informasi head-up untuk penerbangan nap-of-the-earth (NOE) atau terbang rendah mengikuti kontur tanah. TopOwl menggabungkan sistem pengukuran terintegrasi untuk mengarahkan artikulasi senjata seperti kanon, atau pelacak panas dari rudal udara-ke-udara yang dibawanya. Perangkat ini juga memiliki penguat gambar Generasi IV yang terintegrasi dan kemampuan FLIR dan memberikan transisi dari penggunaan di siang hari ke malam hari, cukup dengan menekan sebuah tombol. Kedua helm memiliki dua modul tampilan monokuler dengan CRT terintegrasi yang dapat memproyeksikan informasi Heads-Up Display (HUD) serta gambar video ke dalam garis pandang anggota kru. Hal ini memungkinkan mereka untuk mempertahankan akses ke informasi HMDS mereka bahkan saat menggunakan NVG. Pilot juga dapat mengakses image secara real time dari PNVS saat menerbangkan helikopter dalam penerbangan NOE. Dasbor Rooivalk menampilkan tiga layar MFD, yang sangat penting, karena Rooivalk akan menghabiskan 90% waktunya di ketinggian antara 5 – 15 m dari permukaan tanah selama misi tempur. Rooivalk memiliki struktur body tahan benturan dan dirancang untuk memiliki “karakter siluman” dengan signature radar, visual, inframerah, dan akustik yang rendah. Sementara itu, upgrade kemudian dilakukan pada sistem kontrol kondisi lingkungan kokpit. Ini adalah peningkatan yang sangat signifikan untuk memungkinkan sirkulasi ulang pada udara di dalam kokpit. Kapasitas pendinginan telah ditingkatkan dengan memperbesar evaporator, untuk menghilangkan lebih banyak kelembapan dari udara yang masuk ke dalam kokpit. Persyaratan ini didorong oleh kebutuhan untuk dapat menggelar helikopter di negara-negara dengan kelembapan tinggi, seperti di Afrika tengah.

Instrumen Kokpit Rooivalk. (Sumber: http://www.saairforce.co.za/)
Pilot dalam kokpit Rooivalk. (Sumber: https://twitter.com/)
Bagan Instrumen pada Kokpit Rooivalk. (Sumber: https://plane-encyclopedia.com/)

Perangkat Perang Elektronik Rooivalk

Perangkat peperangan elektronik Rooivalk terintegrasi dalam helicopter electronic warfare self-protection suite (HEWSPS), yang menggabungkan sistem peringatan radar, peringatan penjejak laser, dan sistem penanggulangan. Sistem ini dapat diprogram di jalur penerbangan sebelum penerbangan dan dapat disesuaikan dalam penerbangan untuk mencocokkan data ancaman dengan area operasi tempat misi dijalankan. Sistem peringatan radar memiliki fitur deteksi radar low-effective radiated power (ERP) / pulse Doppler di luar jangkauan deteksi radar, jangkauan frekuensi ultra broadband, high pulse density handling dan internal instantaneous frequency measurement. Sementara itu perangkat peringatan laser menyediakan cakupan frekuensi laser broadband untuk mendeteksi dan menampilkan rangefinding, designating dan ancaman rudal berpemandu laser. Sistem perangkat countermeasures, dioperasikan dalam mode manual, semi-otomatis atau otomatis penuh, diisi dengan kartrid chaff dan suar. Sementara itu, dengan berbagai upgrade perangkat lunak untuk Sistem Kontrol Penerbangan Otomatis (AFCS/Automated Flight Control System) telah ditingkatkan. Selain menyediakan augmentasi stabilitasi dasar, AFCS juga dapat beroperasi dalam mode yang disebut mode yang lebih tinggi, yang memungkinkan helikopter untuk melayang secara otomatis, terus terbang pada ketinggian tertentu secara otomatis, dan, dalam mode navigasi, secara otomatis mengikuti rute yang telah ditentukan juga sebagai orientasi helikopter ke target seperti yang diarahkan oleh sistem penglihatan utamanya.

Perangkat Navigasi dan Komunikasi 

Komputer perangkat navigasi menggunakan sistem hibrida, yang menggunakan input Sistem Penentuan Posisi Global (GPS) dan Sistem Navigasi Inersia. Rooivalk dilengkapi dengan rangkaian perangkat navigasi canggih termasuk sensor kecepatan radar Doppler, sistem pemosisian global (GPS) delapan saluran buatan Thales Avionics, unit sensor arah, dan unit data udara. Paket komunikasi yang dipasang pada helikopter ini terdiri dari dua transceiver VHF / UHF dengan frekuensi FM, AM dan pemrosesan ucapan digital, satu radio HF dengan frekuensi hopping, secure voice dan data channel serta transponder IFF.

Perangkat Pengendalian Penembakan dan Observasi 

Deteksi, akuisisi, dan pelacakan target dilakukan dengan menggunakan nose-mounted stabilised sight, TDATS. Perangkat penglihatan TDATS dilengkapi dengan low-level television sensor, Forward-looking infrared (FLIR), autotracker, laser pengukur jarak, dan pembidik laser. Baik pilot dan WSO memiliki sistem penglihatan yang dipasang di helm (helmet-mounted sights), yang memungkinkan pilot, jika diperlukan, untuk juga bisa menembakkan kanon dan roket. “Pada sistem penglihatan utama kemudian telah dilakukan modifikasi perangkat keras dan lunak untuk meningkatkan keandalannya. Sebagai catatan, Rooivalk tidak dilengkapi dengan radar pengendali tembakan, ” tidak seperti helikopter tempur Apache AH-64D Amerika dan Tiger milik Prancis-Jerman, kata Dr Renier Van Rooyen, Chief Design Engineer dari Denel.

Tampilan HMDS pada visor helm kru Rooivalk. (Sumber: https://plane-encyclopedia.com/)

Persenjataan

Rooivalk bisa membawa berbagai persenjataan lengkap yang dipilih sesuai kebutuhan misi, mulai dari misi anti-lapis baja dan anti-helikopter hingga misi penyerangan darat dan terbang feri. Helikopter ini dapat menyerang beberapa target dalam jarak pendek dan jauh, dengan menggunakan kanon yang dipasang di hidung dan berbagai amunisi yang dipasang di bawah sayap pendeknya. Sayap pendek pada Rooivalk menyediakan 4 cantelan dibawah sayap dan 2 dudukan pada bagian ujung sayapnya. Kanon kaliber 20mm, F2 dual-feed, yang dioperasikan dengan gas menembakkan amunisi berkecepatan tinggi (berkecepatan 1.100 m / s) dengan kecepatan tembak 740 peluru per menit. Dua tempat amunisi yang ada dalam badan helikopter dapat menampung hingga 700 butir amunisi siap tembak. Tingkat pergerakan kecepatan kanon adalah 90 ° per detik. Kanon ini dipasang di bagian dagu helikopter. Rooivalk juga dipersenjatai dengan rudal anti-lapis baja jarak jauh Mokopa yang dikembangkan oleh Divisi Denel Kentron. Mokopa memiliki perangkat laser pencari semi-aktif dan dilengkapi dengan hulu ledak tandem. Jangkauan dari mokopa lebih dari 8,5 km. Rooivalk selain itu juga bisa menembakkan rudal anti tank Hellfire atau HOT-3. Selain rudal anti tank Rooivalk dapat juga membawa empat rudal udara-ke-udara seperti Denel Aerospace Systems V3C Darter atau MBDA (sebelumnya Matra BAe Dynamics) Mistral. Rudal V3C Darter memiliki perangkat pencari infra merah dan penglihatan yang dipasang di helm untuk penunjukan target. Mistral, yang telah dipilih oleh Angkatan Udara Afrika Selatan, memiliki perangkat pencari inframerah dan jangkauan hingga 6 km. Yang terakhir Rooivalk dirancang untuk bisa menembakkan roket udara sirip lipat (FFAR) kaliber 70mm, dari perusahaan Forges de Zeebrugge dari Belgia, dengan berbagai hulu ledak, dapat dipilih sesuai dengan jenis target yang akan dihadapi.

Berbagai persenjataan yang bisa dibawa oleh Rooivalk. (Sumber: https://www.airforce-technology.com/)

KAPABILITAS DAN DAYA “SENGAT” PERSENJATAAN ROOIVALK

Dari berbagai persenjataan yang dapat dibawanya, secara singkat kapabilitas daya “sengat” dari persenjataan yang dapat dibawa Rooivalk adalah sebagai berikut:

Rudal Anti Tank ZT-6 Mokopa

ZT-6 Mokopa adalah peluru kendali anti-tank udara-ke-darat asal Afrika Selatan. Pada tahun 2005, rudal ini sedang dalam tahap akhir pengembangan, dan sedang diintegrasikan ke dalam helikopter serang Rooivalk milik Angkatan Udara Afrika Selatan. Rudal tersebut diproduksi oleh Denel Dynamics, yang sebelumnya dikenal sebagai Kentron. Versi terbaru dari rudal ini menggunakan panduan laser semi-aktif (SAL), yang membutuhkan target untuk ditandai dengan laser yang berasal baik dari platform peluncuran atau dari tempat lain; meskipun terdapat juga paket panduan alternatif yang tersedia termasuk menggunakan perangkat pencari radar gelombang milimeter (MMW) dan perangkat pencari inframerah (IIR) dengan pencitraan dua warna. Semua varian Mokopa memiliki dua mode peluncuran, yakn Lock-On Before Launch (LOBL) dan Lock-On After Launch (LOAL). LOBL adalah mode peluncuran rudal yang lebih lama dan lebih konvensional, di mana target harus ditandai oleh platform peluncuran sebelum diluncurkan, sementara LOAL di sisi lain memungkinkan platform peluncuran untuk meluncurkan rudal meskipun targetnya tidak terlihat. Dalam model terakhir ini, kemudian akan memungkinkan platform peluncuran untuk bergerak ke tempat lain dan hanya menandai target segera sebelum rudal menghantam target, atau juga memungkinkan untuk dibantu pengamat di darat yang dilengkapi dengan perangkat laser penanda untuk memandu rudal. Sistem peluncuran ini sangat mengurangi waktu platform peluncuran terpapar ancaman tembakan musuh. Mokopa diketahui menggunakan hulu ledak eksplosif tinggi tandem, anti-tank (HEAT), yang dikabarkan mampu menembus lapisan Rolled homogeneous armour (RHA) lebih dari 1.350 mm (hampir 4½ kaki) dan juga efektif melawan Explosive Reactive Armor (ERA). Ini berarti Mokopa mampu melawan ancaman berbagai kendaraan lapis baja yang beredar saat ini. Hulu ledak anti-kapal juga tersedia bagi pelanggan yang ingin menggunakan Mokopa sebagai senjata pertahanan kapal, atau sebagai persenjataan helikopter khusus kapal. Rudal tersebut dianggap sangat akurat, dengan akurasi yang diyakini setara dengan rudal anti-tank buatan Denel lainnya, yakni rudal Ingwe, dimana memiliki akurasi maksimum sekitar 300 mm CEP. Rudal ini juga memiliki jangkauan yang terhitung jauh untuk rudal anti-tank; yakni bisa mencapai jarak 10 km (6,2 mil), yang mana lebih besar dari kisaran rudal pesaing terbaru, termasuk rudal Hellfire. Jarak tersebut bisa dicapai karena menggunakan motor roket komposit bahan bakar padat yang canggih (dikembangkan oleh Somchem), yang memiliki laju pembakaran yang relatif lambat dibandingkan dengan motor serupa, serta pada dasarnya tanpa asap. Rudal ini memiliki bobot 49,8 kg, dengan panjang 1,995 m (6,55 kaki), dan diameter 17,8 cm (7,0 inci).

Rooivalk menembakan rudal anti tank ZT-6 Mokopa. (Sumber: https://www.airforce-technology.com/)
Rudal Anti Tank Jarak Jauh Mokopa buatan Denel. (Sumber: http://www.denel.co.za/)

Rudal Anti Pesawat Mistral

Mistral adalah MANPADS (Rudal Pertahanan Udara Portabel) dengan penjejak inframerah yang diproduksi oleh perusahaan multinasional Eropa MBDA(sebelumnya oleh Matra BAe Dynamics). Berdasarkan SATCP (Sol-Air À Très Courte Portée) Prancis, rudal portabel yang kemudian menjadi Mistral ini mulai dikembangkan pada tahun 1974, dan pertama kali digunakan pada tahun 1988 untuk versi pertamanya (S1), tahun 1997 untuk versi kedua (M2), dan tahun 2019 untuk versi ketiganya (M3). Rudal Mistral pada dasar digunakan dengan unit peluncuran portabel di darat oleh prajurit. Namun kemudian juga terdapat unit peluncuran yang memungkinkan rudal untuk ditembakkan dari kendaraan lapis baja, kapal atau helikopter (seperti Aérospatiale Gazelle, Denel Rooivalk, atau Eurocopter Tiger). Untuk menangkal gangguan suar yang dikeluarkan dari bagian belakang pesawat yang ditargetkan, navigasi proporsional rudal ini menggunakan gyro sebagai referensi, alih-alih menggunakan metode pengejaran target yang dipandu IR (Infra Merah) seperti pada MANPADS sebelumnya. Untuk lebih meningkatkan kemampuan ECCM, seeker Mistral memiliki bidang pandang yang sangat sempit untuk menolak umpan dan interferensi, tetapi seeker dapat memiringkan dalam kisaran +/− 38 derajat. Di peluncur, rudal menjalankan gyro dalam 2 detik, dan total waktu reaksinya adalah 5 detik. Penjejak IR dari Mistral dikembangkan oleh SAT, dan rudal mengadopsi sumbu peledakan tipe laser proximity dan impact fuzes. Panjang rudal adalah 1,86 m, dengan diameternya 90 mm. Jarak tembak efektifnya hingga 6 km, yang menggunakan hulu ledak High Explosive dengan bola tungsten densitas tinggi. Berat hulu ledak yang digunakan adalah 2,95 kg. Mesin rudal menggunakan Motor Roket Padat, yang bisa menghasilkan kecepatan maksimum sekitar 800 m / detik atau Mach 2.6.

Rudal anti pesawat Mistral pada helikopter Tiger. Rudal ini juga dapat dipasang pada Rooivalk. (Sumber: https://www.mbda-systems.com/)

Roket FZ90

Sistem roket FZ memenuhi syarat dan digunakan secara operasional di lebih dari 300 platform termasuk platform buatan Airbus Helicopters, AgustaWestland, Hindustan Aeronautics, BAE Systems, Embraer, General Dynamics, Hawker Beechcraft dan pabrikan pesawat lainnya. Motor roket FZ90 MOD.2 / S menggunakan propelan komposit ganda padat untuk mencapai impuls total nominal 680 daN s. Waktu aksi nominalnya adalah 1,07 detik, yang menghasilkan jarak dan kecepatan burnout masing-masing sekitar 400 m dan 680 m / s saat digunakan dengan menggunakan hulu ledak seberat 4,3 kg (FZ71, FZ120, FZ181, FZ319). FZ90 menggunakan propelan ganda padat dan menghasilkan roket yang tidak meninggalkan jejak asap serta panas. Dibandingkan dengan motor roket FFAR lainnya, FZ90 MOD.2 / S memiliki tabung yang lebih panjang, nosel yang berbeda dan rakitan sirip (Wrap Around/WA) dan propelan padat ganda tanpa korosi yang ditingkatkan kemampuannya, yang  memberikan daya dorong yang lebih besar. Hal ini menghasilkan jangkauan tembakan yang lebih jauh (hingga 9100m). Sementara itu peningkatan kecepatan dan kecepatan berputar roket memberikan stabilitas lintasan yang lebih baik untuk akurasi yang lebih baik guna mengurangi dispersi alami. Roket ini dapat ditembakkan secara individual, berpasangan atau sekaligus empat dan pylon senjatanya dapat dinaikkan atau diturunkan untuk mendapatkan lintasan tembakan yang optimal. FZ90 dapat membawa berbagai hulu ledak, termasuk High Explosive General Purpose (HEGP), Inert Practice, Flash Signature, High Explosive Armor Piercing (HEAP), Multidart dan Flechette. Baru-baru ini, Rooivalk Mk1 juga menguji coba varian roket yang dipandu laser FZ yang meningkatkan akurasinya hingga kurang dari 1 m untuk target pada jarak 4-5 km. Mengingat tingginya biaya ATGM yang dipandu laser, roket yang dipandu laser FZ ini dapat menjadi solusi yang cocok untuk kekuatan pertahanan dengan anggaran kecil.

Roket udara FZ90. (Sumber: https://www.saairforce.co.za/)

Kanon F2/Denel Land Systems GI-2

Denel Land Systems GI-2 adalah kanon otomatis yang diproduksi oleh Denel Land Systems (DLS) dan digunakan oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara Afrika Selatan, Angkatan Laut Kerajaan Thailand, Angkatan Darat dan Angkatan Laut Indonesia. Denel GI-2 didasarkan pada desain kanon GIAT Modèle F2 asal Prancis, di mana Denel memiliki lisensi produksinya. GI-2 20 mm pada Rooivalk terpasang pada dudukan TC-20, dengan dua kotak amunisi yang masing-masing bisa menampung 150 peluru (pada Rooivalk total ada 700 peluru yang bisa dibawa). Setelah setiap menembak, kartrid kosong dikeluarkan dari bawah senjata. Pada kanon ini, peluru kaliber 20×139 mm (HS820) High Explosive Incendiary (HE-I) dan Armor Piercing Core Tracer (APCT) ditautkan pada sabuk peluru F1. Tingkat kecepatan tembak kanon ini adalah 750 peluru / menit, dengan kecepatan pelurunya mencapai 1050 m / detik. Sistem kanon ini diumpan oleh kotak peluru dari sisi Kiri / Kanan. Amunisi yang dibawa adalah bertipe HE-I, HEI-T, AP-HEI. Peluru tipe HE-I, memiliki kecepatan1050 m / s, dan efektif hingga jarak 2 km. Sedangkan peluru APCT bergerak dengan kecepatan 1300 m / s dan dianggap efektif hingga jarak 1 km serta dapat menembus lapisan armor setebal 15 mm RHA pada jarak 2 km. Mekanisme pengisian otomatis dari meriam 20 mm memungkinkan untuk segera berpindah antara dua sabuk amunisi yang berbeda (masing-masing 350 peluru) yang mensuplai dalam kanon hanya dengan membalikan sakelar. Kanon ini sengaja dipilih untuk kemudahan logistik. Namun, masalah sempat dihadapi dengan senjata tersebut, karena gelombang kejut dari tembakan bisa mengganggu kaca spion. Masalah ini lalu telah diperbaiki dalam versi Mk1. Sementara itu lingkup operasi kanon ini adalah -110 hingga +110 derajat pada azimuth dan elevasinya antara -55 hingga + 15 derajat. Waktu reaksi 1,8 detik dari proses seleksi sasaran hingga menembak pada lintasan 60 derajat pada ketinggian -45. Kanon ini memiliki dua mode operasi, yaitu mode reaksi cepat dan mode akurat. Yang pertama menggunakan pembidik yang dipasang di helm kru untuk menembakkan kanon ke sasaran, sedangkan yang kedua menggunakan perangkat pembidik yang dipasang di bagian hidung helikopter.

Dudukan TC-20 yang digerakkan secara hidraulik dengan kanon GI2 20 mm (kiri), sabuk umpan amunisi dengan peluru APCT (kanan). (Sumber: Denel/https://plane-encyclopedia.com/)

DINAS OPERASIONAL 

Seperti yang sudah dijelaskan diatas Proyek Rooivalk memulai fase desainnya pada tahun 1984 dan melakukan penerbangan pertamanya pada bulan April 1990. Proyek ini mampu menarik perhatian seluruh dunia karena desain dan kemampuannya yang unik dan telah ditampilkan di sejumlah pertunjukan udara internasional utama di Inggris, Dubai, Malaysia dan Cape Town. Pada bulan April 1997 sebuah perjanjian diumumkan di mana helikopter serang Rooivalk akan dipasarkan ke berbagai militer negara di dunia di bawah perjanjian kerjasama bersama antara Denel Aviation dan grup Eurocopter Perancis-Jerman. Eurocopter sendiri saat itu sudah menghasilkan helikopter serang serupa, Tiger, tetapi Rooivalk sekitar 50% lebih berat bobotnya. Rooivalk ditargetkan untuk pelanggan yang ingin membeli helikopter berat, sedangkan Eurocopter Tiger akan dijual kepada mereka yang membutuhkan helikopter yang lebih kecil. CSH-2 Rooivalk pertama untuk Angkatan Udara Afrika Selatan dikirim pada akhir tahun 1998, dengan laju produksi direncanakan empat unit per tahun hingga tahun 2001. Dalam hal kontrak, helikopter Rooivalk dikirim ke SAAF saat keluar dari lini produksi. Hingga akhir tahun 2003 / 04, 11 dari 12 helikopter yang dipesan telah dikirim. Namun, helikopter ini belum sepenuhnya dikembangkan, dan oleh karena itu dikirimkan dalam status di mana helikopter tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan operasional. Tujuan utama penerbangan yang dilakukan pada helikopter ini adalah untuk pengujian dan evaluasi operasional, persiapan kekuatan dalam taraf terbatas, dan pengembangan taktik.

Rooivalk ADM dipamerkan di Farnborough International Airshow, Inggris, tahun 1994. Terlihat adalah rudal V3B Kukri, peluncur roket HR-68 dan roket SNEB FFAR kaliber 68 mm, ZT-3 Swift ATGM, tangki bahan bakar eksternal berkapasitas 750 liter dan kanon GA-1 20 mm Rattler. (Sumber: https://plane-encyclopedia.com/)

Pesanan produksi untuk rudal Mokopa yang akan digunakan oleh helikopter serang Rooivalk dilakukan pada bulan Maret 2004. Penundaan pengembangan rudal ini berarti juga penundaan yang signifikan dalam integrasinya dengan helikopter Rooivalk. Pada bulan April 2005, hanya enam dari 12 pesawat yang tersedia untuk menjalani uji operasional dan evaluasi dengan helikopter lainnya membutuhkan peningkatan kemampuan perangkat lunak. Kepala Angkatan Udara Afrika Selatan, Letjen. Carlo Gagiano, berharap armada helikopternya akan siap sekitar bulan Juni 2007. Hal ini menunjukkan “faktor waktu yang sangat mengkhawatirkan yang dibutuhkan proyek tersebut untuk bisa mencapai tingkat kematangan teknologi”, dimana hal ini diperkirakan berhubungan dengan penundaan program dan eksodus personel dari perusahaan Denel serta masalah keuangannya. Beberapa perkembangan ini telah memaksa SAAF untuk mencari mitra pertahanan alternatif. Satu helikopter yang rusak diketahui diperbaiki pada tanggal 3 Agustus 2005 setelah mengalami “pendaratan tidak terkendali”. Pada tanggal 17 Mei 2007, CEO grup Denel, Shaun Liebenberg mengumumkan keputusan untuk menghentikan pengembangan dan pendanaan lebih lanjut untuk Rooivalk sebagai produk ekspor menyusul kegagalannya untuk memenangkan tender helikopter serang Turki melawan helikopter Agusta A129 Mangusta. Selama bulan November 2007, Menteri Pertahanan, Mosiuoa Lekota mengumumkan di Parlemen, bahwa SAAF akan menginvestasikan R962 juta (sekitar US $ 137 juta pada nilai tukar tahun 2007) di helikopter Rooivalk selama tiga tahun kedepan hingga 2010/2011, untuk membawanya ke tingkat status operasional penuh. Helikopter itu diharapkan akan bisa dikerahkan untuk tugas menjaga perdamaian segera setelah kemampuan operasi awal tercapai. Pada tanggal 1 April 2011, SAAF menerima lima dari sebelas (salah satu dari dua belas pesawat yang awalnya dikirim ke SAAF berkurang setelah mengalami kecelakaan) Rooivalk Blok 1F, yang telah diupgrade. Upgrade ini melibatkan peningkatan pada sistem penargetan dan avionik lain yang memungkinkan helikopter menggunakan peluru kendali untuk pertama kalinya. Rudal Anti Tank Mokopa juga menjadi bagian dari proses peningkatan, sementara komponen gearbox juga ditingkatkan dan masalah pendinginan pada kanon F2 kaliber 20 mm juga diatasi.

Pengembangan Rooivalk yang memakan waktu 2 dekade lebih menimbulkan keraguan dari berbagai pihak mengenai kelangsungan program pengadaan heli tempur Afrika Selatan ini. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Pada tanggal 01 April 2011, helikopter pendukung tempur Rooivalk yang telah ditingkatkan kemampuannya diserahkan kepada Angkatan Udara Afrika Selatan (SAAF) untuk tugas operasional. Helikopter, yang dirancang dan diproduksi di Afrika Selatan, diterima oleh Kepala SAAF, Letnan Jenderal Carlo Gagiano. Pada saat yang sama Chief Executive Officer Denel, Talib Sadik, mengatakan penyerahan tersebut merupakan puncak dari 25 tahun penelitian, pengembangan dan teknologi tinggi yang dilakukan oleh industri pertahanan Afrika Selatan. “Ini adalah produk yang dapat dibanggakan oleh seluruh Afrika Selatan, dimana telah dirancang serta diproduksi secara lokal dan, sekarang, siap untuk digunakan oleh Angkatan Udara kami,” kata Sadik. Penyerahan helikopter ini dilakukan di kampus Denel Aviation di Kempton Park, yang lalu diikuti dengan program pengujian dan evaluasi yang ketat oleh pihak SAAF. Evaluasi yang dilakukan termasuk pengujian rudal anti-tank Mokopa yang kemampuannya telah ditingkatkan dan dikembangkan oleh Denel Dynamics pada helikopter Rooivalk. Penembakan langsung dari rudal ini dari Rooivalk dilakukan pada bulan Januari tahun itu di Denel Overberg Test Range. Rudal tersebut berhasil mencetak tembakan tepat sasaran pada target, baik pada batas jarak jauh dan jarak pendek. Hal ini juga menunjukkan keberhasilan dari proses pengangkutan senjata dan pelepasannya dari helikopter, serta penguncian target rudal dan pengenalan karakteristik terbang rudal. Tangki bahan bakar eksternal baru yang digunakan sekarang dapat meningkatkan jangkauan Rooivalk sebesar 50%. Denel Saab Aerostructures bertanggungjawab dalam membantu mendesain tangki dan membuatnya. Helikopter serang Rooivalk kesembilan dan kesepuluh kemudian dikirim pada bulan September 2012 setelah ditingkatkan ke standar operasi awal Block 1F. Rooivalk kesebelas dan terakhir dikirim pada tanggal 13 Maret 2013. Rooivalk 679, yang merupakan salah satu dari 12 Rooivalk yang dikirim ke Angkatan Udara Afrika Selatan, rusak dalam pendaratan keras dan pada saat itu dianggap tidak ekonomis lagi untuk diperbaiki – ekornya putus dan kanon-nya dihancurkan, meskipun awaknya selamat tanpa cedera serius. Helikopter ini kemudian dilucuti dari bagian yang dapat digunakan dan kini berada di fasilitas Denel Aviation. Perusahaan kemudian ingin memperbaikinya kembali, tetapi masih harus ditransfer secara resmi oleh SAAF.

Rooivalk terbukti mumpuni untuk digunakan di iklim dan kawasan Afrika. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Armada Rooivalk yang dioperasikan oleh SANDF diketahui telah berkinerja sangat baik di lingkungan “hot and high” dan dalam keadaan operasional yang sulit. Kecepatan jelajahnya yang tinggi, kecepatan menanjaknya yang luar biasa, dan rasio kekuatan terhadap beratnya telah memberikan kepercayaan diri kepada operatornya dan menciptakan keraguan di antara pihak lawan. Kemampuan sistem kelas dunia dari Rooivalk dan rudal Mokopa juga telah memperkuat reputasi Denel yang kini berada di antara 100 perusahaan teknologi pertahanan teratas dunia. Keberhasilan pemakaian helikopter tempur Rooivalk selama operasi penjaga perdamaian di Afrika juga memancing perhatian internasional pada kemampuan teknologi industri pertahanan Afrika Selatan. Helikopter yang sangat mobile ini sukses digunakan di Republik Demokratik Kongo ketika pertama kali dikerahkan untuk mendukung Brigade Intervensi PBB pada bulan November 2013. Tiga helikopter serang Rooivalk saat itu mendukung Misi Stabilisasi Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Republik Demokratik Kongo dan pada tanggal 4 November 2013, dua Rooivalk bersama Brigade Pasukan Intervensi (FIB) PBB dikabarkan menembakkan roket FZ90 kaliber 70mm FFAR ke posisi-posisi pemberontak M23 (Gerakan 23 Maret) dekat Chanzu di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC). Dalam beberapa menit  setelah memasuki zona pertempuran, kedua helikopter menembakkan beberapa roket ke posisi-posisi bunker pasukan pemberontak dan sukses menghancurkan target. Rooivalk diketahui dikirim beraksi bersama beberapa helikopter serang Mi-35 buatan Rusia yang juga terlibat dengan misi PBB. Operasi berakhir sekitar pukul 18:20 setelah satu helikopter menembakkan 38 roket dan 17 roket ditembakkan oleh helikopter kedua. Sumber di daerah tersebut menunjukkan bahwa aksi tersebut berhasil, dengan helikopter-helikopter Rooivalk mendekati target dengan menembus awan yang membuat para pemberontak M23 terkejut dan tembakan yang roket yang mereka lepaskan cukup akurat untuk membubarkan mereka dan menghancurkan salah satu dari senjata anti-pesawat kaliber 14,5 mm yang sebelumnya telah digunakan untuk menembaki helikopter Rooivalk dan helikopter lainnya. Serangan itu digabungkan dengan serangan yang dilakukan FARDC kemudian, diklaim oleh pemerintah DRC bahwa komandan senior M23 yang tersisa sekarang telah melarikan diri melintasi perbatasan ke Rwanda. Namun berita ini tidak dapat diverifikasi secara independen.

Dua Helikopter Serang Rooivalk SAAF yang bertugas sebagai bagian dari Brigade Intervensi Pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengawal delegasi PBB di Republik Demokratik Kongo, 2014. (Sumber: MONUSCO / Clara Padovan / https://plane-encyclopedia.com/)
AH-2A – No. 676 AFB di Durban Feb 2017. Penugasan Rooivalk dengan pasukan PBB di Kongo menuai pujian dan perhatian dari banyak pihak. (Sumber: Ed Jackson – artbyedo.com/https://plane-encyclopedia.com/)

Pada tanggal 1 Desember 2015, beberapa helikopter Rooivalk yang berbasis di Goma (DRC timur) ditugaskan untuk mendukung serangan FIB terhadap gerilyawan Pasukan Islamist Allied Democratic Forces (IADF). Serangan Rooivalk didahului oleh helikopter serang Mi-25 asal Hind Ukraina, tetapi karena cuaca buruk, serangan Hind ini kurang efektif menghadapi posisi pasukan IADF. Sementara itu helikopter-helikopter Rooivalk, di sisi lain, tidak terganggu dan bisa menghasilkan tembakan roket kaliber 70 mm dan kanon kaliber 20 mm yang akurat. Rooivalk mendapat pujian tinggi oleh berbagai analis pertahanan internasional atas kinerja tempurnya di DRC, karena dapat beroperasi dalam kondisi cuaca apa pun yang tidak dapat dilakukan Mi-25 Hind Ukraina. Biasanya, misi penerbangan Rooivalk di DRC berlangsung selama dua jam yang mencakup misi intelijen, pengawasan, akuisisi target, dan pengintaian (ISTAR) selain konvoi dan pengawalan pesawat. Saat menjalankan misi, ia dipersenjatai dengan 550 peluru kaliber 20 mm dan 20 roket kaliber 70 mm. Saat menyerang target, Rooivalk biasa menanjak dengan cepat dan menukik ke sasarannya dengan menembakkan salvo roket dan, jika perlu, menembakkan kanon 20 mm miliknya. Metode ini bekerja paling baik untuk menembus kerimbunan pepohonan hutan kanopi berangkap tiga di DRC. Saat dikerahkan ke DRC antara tahun 2013 dan 2015, tiga Rooivalk total menembakkan 199 roket kaliber 70 mm dan 610 peluru kanon kaliber 20 mm dalam berbagai misinya. Tahun berikutnya terjadi peningkatan tajam dalam aktivitas pemberontak, dengan helikopter Rooivalk menembakkan 1.200 roket kaliber 70 mm dan 11.000 peluru kanon kaliber 20 mm. Mayoritas pertempuran ini dilakukan melawan Allied Democratic Forces (ADF) selama dua minggu terakhir bulan Desember 2016. Pihak PBB cukup terkesan dengan kinerja helikopter Afrika Selatan tersebut. Sementara itu, dengan karakteristiknya helikopter ini juga bisa menawarkan perisai pelindung untuk pasukan di darat, memberi mereka tingkat dukungan, perlindungan pertahanan, dan kemampuan pengintaian yang belum pernah didapat sebelumnya. Namun, jika diperlukan, Rooivalk bisa digunakan dengan sangat efektif untuk melawan pasukan musuh dalam kondisi cuaca apa pun dan di medan yang paling tidak ramah. Helikopter-helikopter Rooivalk kini dioperasikan oleh Skuadron ke-16 AU Afrika Selatan.

Helikopter Serang Rooivalk Afrika Selatan di atas pangkalan FIB di Sake, Kongo, tahun 2014. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tahun 2015, Departemen Pertahanan sedang mempertimbangkan apakah akan memulai kembali proyek Rooivalk, untuk mengembangkan versi upgrade dari helikopter serang untuk Angkatan Udara Afrika Selatan dan mungkin untuk tujuan ekspor. Rooivalk generasi berikutnya direncanakan akan menampilkan sistem penglihatan yang lebih baik, daya tembak yang ditingkatkan, kemampuan bawa muatan yang lebih besar, dan kemampuan bertahan yang lebih baik, serta berbagai peningkatan lainnya. Body pesawat dan mesin masih dianggap memuaskan dan tidak akan diubah dalam upgrade di masa mendatang. Denel mengungkapkan rencana untuk Rooivalk generasi berikutnya selama acara demonstrasi di Denel Overberg Test Range (DOTR) di Western Cape pada bulan Februari 2016. Proyek ini diperkirakan akan melibatkan sekitar 1.000 insinyur, banyak di antaranya mereka sudah bekerja dalam proyek Rooivalk sebelumnya. Denel memperkirakan bahwa hanya butuh empat tahun untuk menempatkan Rooivalk Mk 2 ke dalam dinas operasional, termasuk waktu pengembangan prototipe, pembentukan proses produksi, dan produksi serta perakitan untuk peluncurannya. Versi Rooivalk saat ini, yakni varian Mk1F mulai operasional di SANDF pada tahun 2011 dan Denel tetap bertanggung jawab atas kelaikan terbang dan efektivitas operasional helikopter ini. Diskusi kini sedang dalam tahap lanjutan dengan Departemen Pertahanan dan SAAF mengenai peningkatan kemampuan pada helikopter yang digunakan saat ini untuk membantu meningkatkan efektivitas operasional dari helikopter itu sendiri. Denel tetap yakin bahwa program Rooivalk generasi berikutnya (atau baseline Mk2) juga dapat tersedia untuk pasar ekspor.

Sebuah Rooivalk di Pangkalan Ysterplaat, Cape Town, Afrika Selatan. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sementara itu muncul juga suara-suara yang keberatan dengan rencana ini, terutama dari mereka yang percaya bahwa proyek Rooivalk adalah bencana yang tidak diantisipasi, terutama dari sisi nilai ekonomisnya. Di pihak lain beberapa analisis menyatakan sebaliknya, seperti yang menjadi jelas dari studi terbaru tentang proyek yang diberikan oleh Departemen Perusahaan Umum guna menarik pelajaran bagi proyek-proyek besar yang akan dilakukan di masa depan. Salah satu temuan dari studi itu menyatakan bahwa Rooivalk telah menghasilkan aliran pendapatan positif untuk Afrika Selatan. Pengembangan dan pembuatan 12 helikopter Rooivalk berharga sekitar R6,2 miliar dengan nilai tukar tahun 2014. Sementara itu, ekspor sistem yang dikembangkan untuk Rooivalk, seperti rudal, sistem penglihatan yang distabilisasi, perlindungan diri, pemantauan kesehatan dan penggunaan, dan seterusnya telah melampaui nominal R15,4 miliar pada tahun 2014. Nilai ini masih bertambah dengan partisipasi industri pertahanan Afrika Selatan senilai R7,1 miliar dalam proyek pesawat Gripen, Hawk, helikopter A-109 dan pesawat angkut A400M, yang tidak akan mungkin terjadi tanpa keterampilan dan teknologi yang dihasilkan dari proyek Rooivalk. Ekspor teknologi terkait juga masih terus berlanjut, seperti halnya pengembangan sistem tersebut.

Meski memiliki kemampuan teknis yang mumpuni, namun Rooivalk hingga kini belum memiliki pembeli diluar militer Afrika Selatan. (Sumber: https://topwar.ru/)

Rooivalk sendiri seperti yang telah disinggung sebelumnya memiliki kinerja “hot and high” yang luar biasa, yang diilustrasikan oleh ketinggian  “out-of-ground effect” (ketinggian di mana ia dapat melayang tanpa bantalan udara yang disebabkan oleh rotor downwash) hover-nya mencapai 5,545m. Dalam kategori ini Rooivalk adalah yang terbaik berikutnya dengan AH-64 Apache AS (3.866 m), kemudian oleh Mi-28 dan Ka-52 asal Rusia (3.600 m); Tiger Perancis-Jerman (3.200m) dan WZ-10 asal China (2.000m). Selain itu Rooivalk juga memiliki kecepatan jelajah tertinggi, kecepatan menanjak yang termasuk terbaik, dan performa jangkauan / senjata terbaik, dan berbagi dengan Tiger dalam hal rasio kekuatan terhadap berat terbaik. Semua ini adalah faktor penting dalam operasi dan pertempuran. Sambil mempertahankan badan helikopter, mesin dan komponen dinamis asalnya, Rooivalk Mk2 direncanakan untuk menggabungkan sistem elektronik on-board terbaik saat ini (dan mungkin di masa depan) dan juga akan menggunakan amunisi modern seperti rudal anti-tank berpemandu laser Mokopa dan rudal udara-ke-udara A-Darter. Seperti pendahulunya, prospek Rooivalk Mk2 akan bergantung pada pembelian dari luar negeri. Tepatnya, satu-satunya peluang sukses program ini adalah jika calon pembeli berkontribusi pada pengembangan platform tersebut. Defence Minister, Nosiviwe Masipa-Nqakula dan Defence Secretary Dr Saam Gulube mengumumkan pada tanggal 13 September 2016 di Pameran Kedirgantaraan dan Pertahanan Afrika di Pretoria bahwa rencana sedang dilakukan untuk meluncurkan generasi berikutnya dari Rooivalk. Pembukaan kembali jalur produksi Rooivalk, menurut ahli manufaktur dan pertahanan penerbangan, membutuhkan pesanan baru minimal 75 helikopter. Denel dikatakan kemudian berusaha mendekati perwakilan militer dan pertahanan dari Mesir dan Nigeria. Gulube mengatakan mereka sedang mencari pemasaran Rooivalk generasi berikutnya di wilayah Afrika dan India dan Brasil.

SPESIFIKASI ROOIVALK

Karakteristik Umum

  • Crew: 2 (pilot & petugas sistem senjata)
  • Panjang: 18.73 m (61 ft 5 in) total badan saja 16.39 m (54 ft)
  • Tinggi: 5.19 m (17 ft 0 in)
  • Bobot kosong: 5,730 kg (12,632 lb)
  • Bobot kotor: 7,500 kg (16,535 lb)
  • Max bobot takeoff: 8,750 kg (19,290 lb)
  • Kapasitas bahan bakar: 1,854 l (490 US gal; 408 imp gal)
  • Mesin: 2 × mesin Turbomeca Makila 1K2 turboshaft, masing-masing berkekuatan 1,420 kW (1,900 hp)
  • Diameter rotor utama : × 15.58 m (51 ft 1 in)
  • Luas rotor utama : 190.6 m2 (2,052 sq ft) 
  • Blade section: NACA 0015

Performa

  • Kecepatan jelajah: 278 km/h (173 mph, 150 kn) at sea level (max cruise)
  • Kecepatan puncak tidak lebih dari: 309 km/h (192 mph, 167 kn)
  • Jangkauan: 740 km (460 mi, 400 nmi) at sea level (max cruise)
  • Jangkauan terbang ferry: 720 km (450 mi, 390 nmi) pada ketinggian 1,525 m (5,003 ft) (dengan bahan bakar maksimum)
  • Ketinggian jelajah: 6,100 m (20,000 ft)
  • Kecepatan menanjak: 13.3 m/s (2,620 ft/min)

Persenjataan 

  • 1 × kanon F2 kaliber 20 mm, dengan 700 peluru
  • 8 atau 16 × Rudal Anti Tank Jarak Jauh Mokopa ZT-6,
  • 4 × Rudal Udara Ke Udara MBDA Mistral,
  • 38 atau 76 × roket kaliber 70 mm folding fin aerial rocket (FFAR) atau Wrap-Around (WA) (FZ90 kaliber 70mm WA)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Denel_Rooivalk

Denel Rooivalk by Dewald Venter; 23 Maret 2021

https://plane-encyclopedia.com/tag/rooivalk/

Rooivalk Attack Helicopter, army-technology.com

After 25 years, fully operational Rooivalk attack helicopter has been delivered. Could it herald a rebirth? BY: KEITH CAMPBELL; 20th May 2011

https://m.engineeringnews.co.za/article/the-rebirth-of-the-rooivalk-2011-05-20/rep_id:4433

Rooivalk CSH-2 Combat Support Helicopter

https://www.globalsecurity.org/military/world/rsa/rooivalk.htm

Rooivalk Mk2 Combat Support Helicopter

https://www.globalsecurity.org/military/world/rsa/rooivalk-mk2.htm

A brief (brutal) history of the Rooivalk by Simon Shear; Sunday 1 September 2013 – 8:12am

https://www.enca.com/technology/brief-brutal-history-rooivalk

First ever combat for Rooivalk Written by Dean Wingrin; 5th Nov 2013

https://www.defenceweb.co.za/aerospace/aerospace-aerospace/first-ever-combat-for-rooivalk/?catid=35%3AAerospace&Itemid=107

Atlas/Denel AH-2 Rooivalk Helicopter: Made in South Africa? by Peter Suciu; December 31, 2020

https://www.google.com/amp/s/nationalinterest.org/blog/buzz/atlasdenel-ah-2-rooivalk-helicopter-made-south-africa-175528%3Famp

Denel Rooivalk: South Africa’s indigenous attack helicopter by Ekene Lionel; January 5, 2018

Denel AH-2 Rooivalk (Kestrel) Dedicated Two-Seat Attack Helicopter 

https://www.militaryfactory.com/aircraft/detail.asp?aircraft_id=487

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mokopa

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mistral_(missile)

WA (Wrap around) rocket motor FZ90 MOD.2/S

https://fz.be/FZ90

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Forges_de_Zeebrugge

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Denel_Land_Systems_GI-2

https://en.m.wikipedia.org/wiki/20_mm_mod%C3%A8le_F2_gun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *