Alutsista

Kapal Selam Kelas Dolphin: “Saddam berulah, Rejeki buat Israel”

Kelas Dolphin (Bahasa Ibrani: הצוללות מסדרת דולפין) adalah kapal selam diesel-listrik yang dikembangkan di Israel dan dibangun oleh Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW) di Kiel, Jerman, untuk Angkatan Laut Israel. Kapal pertama kelas ini didasarkan pada kapal selam ekspor kelas 209 Jerman, yang dimodifikasi dan diperbesar. Sub-kelas Dolphin I sedikit lebih besar dari kapal selam Type 212 Angkatan Laut Jerman dalam hal panjang dan bobot perpindahan. Tiga kapal baru kelas Dolphinyang dilengkapi penggerak Air-independent propulsion (AIP) serupa dengan kapal Type 212 dalam hal ketahanan bawah air, namun lebih panjang 12 meter (39 kaki), dan hampir 500 ton lebih berat dalam bobot perpindahan di bawah air serta memiliki awak yang lebih besar daripada Type 212 atau Tipe 214. Kapal selam kelas Dolphin-II adalah yang terbesar yang pernah dibangun di Jerman sejak Perang Dunia II dan merupakan kendaraan tunggal termahal di Angkatan Pertahanan Israel. Kelas Dolphin menggantikan kelas Gal yang sudah tua, yang bertugas di angkatan laut Israel sejak akhir tahun 1970-an. Setiap kapal selam kelas Dolphin mampu membawa total gabungan hingga 16 torpedo dan rudal jelajah yang diluncurkan kapal selam (SLCM) Popeye Turbo. Rudal jelajah tersebut memiliki jangkauan setidaknya 1.500 km (930 mil) dan diyakini secara luas dilengkapi dengan hulu ledak nuklir sebesar 200 kiloton yang mengandung hingga 6 kilogram (13 lb) plutonium. Jika hal ini benar, maka Israel akan mempunyai kemampuan serangan nuklir kedua di lepas pantai. Gelombang pertama dari kapal kelas ini – tiga kapal selam kelas Dolphin-I – akan digantikan oleh kapal selam kelas Dakar yang lebih baru mulai tahun 2031 dan seterusnya.

Kapal selam kelas Dolphin Israel, INS Tanin. Kapal kelas Dolphin adalah kapal selam andalan Israel kini. (Sumber: https://www.seaforces.org/marint/Israeli-Navy/Dolphin-class-Submarine.htm)

SEJARAH PENGADAAN

Israel pertama kali mengakuisisi dua kapal selam kelas S Inggris pada akhir tahun 1950an. Israel menggunakan kapal selam ini dalam perangnya dengan negara-negara tetangganya dari tahun 1967 hingga 1980an, namun kapal tersebut berisik dan hampir tidak layak digunakan di Laut Mediterania. Setelah kelas S, Angkatan Laut Israel bergantung pada tiga kapal selam kelas Gal, yang dirancang oleh Jerman untuk Israel, dan dibangun di Galangan Kapal Vickers di Inggris antara tahun 1973 dan 1977. Kapal kelas Gal adalah kapal selam pesisir Type 206A yang dimodifikasi. Pada saat itu AL Israel berupaya memperoleh pengalaman operasional dan teknis yang penting, yang dapat mengarah pada langkah lebih lanjut untuk memiliki desain kapal selam modern sendiri. Artinya dengan desain sendiri, Angkatan Laut Israel dapat menyesuaikan dan “merancang” kemampuan kapal selam sesuai dengan kebutuhan operasional, yang berasal dari lingkungan dan ancaman yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan risiko membangun kapal selam kelas satu, AL Israel telah memutuskan untuk mengembangkan kapal selam generasi keempatnya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan operasionalnya, yakni sistem tempur bawah air terbaik bagi Israel. Pada awal tahun 1982, delegasi Angkatan Laut dan Departemen Pertahanan Israel melakukan evaluasi ke pembuat kapal selam untuk pertama kalinya, yang dievaluasi termasuk galangan kapal AS. Pada awal tahun 1984 AL Israel memulai “Desain Konsep” kapal selam baru yang melibatkan perusahaan Belanda Wilton – Fejnord dan perusahaan IKL Jerman untuk saling berkompetisi. kemudian pada tahun 1986 desain awal telah dimulai, dengan desain IKL dipilih. Pada tahap awal tersebut, Angkatan Laut sedang menjalankan program kapal korvet “Sa’ar 5” secara paralel dan aktivitas utama pada desain kapal selam dilaksanakan di Jerman (IKL, Lübek) untuk platform kapalnya dan di AS (Rockwell, California) untuk sistem tempurnya. Program modernisasi Angkatan Laut yang ambisius ini sangat membutuhkan solusi kreatif, yang akan dimungkinkan dengan pendanaan AS sembari tetap memilih galangan kapal yang mampu dan berpengalaman dalam pembuatan kapal selam konvensional. Pertama kali dianggarkan pada bulan Juli 1989 dan dipesan pada bulan Januari 1990, pada 30 November pesanan kapal selam baru Israel pengganti dari kelas Gal ini kemudian dibatalkan. Hal ini disebabkan oleh realokasi anggaran yang bertujuan untuk melawan ancaman Irak terhadap Israel setelah invasi Irak dan aneksasi negara tetangganya, Kuwait, menjelang Perang Teluk tahun 1991.

INS Tanin (S-71) di Inggris sebelum pengiriman. Kubah Sonar di casing depan dan tiang snort lipat ‘dibaut’ tepat di belakang menara komando terlihat jelas. (Sumber: http://www.hisutton.com/History%20of%20Israeli%20Subs.html)

Selama Perang Teluk Pertama, terungkap bahwa perusahaan-perusahaan Jerman telah membantu Irak dalam memodernisasi program rudal balistik dan senjata kimianya, sebagian berkat lemahnya penegakan hukum oleh bea cukai Jerman, yang merupakan pelanggaran terhadap protokol Missile Technology Control Regime (Kontrol Teknologi Rudal) yang telah disetujui oleh Jerman Barat pada tahun 1987. Rudal-rudal yang ditingkatkan kemampuannya ini membawa kota-kota Israel ke dalam jangkauan sasaran Irak untuk pertama kalinya, dan program penelitian senjata Irak mencakup pabrik-pabrik dan pasokan yang diperlukan untuk pembuatan senjata gas mustard dan saraf. Meskipun bukan negara yang berperang dalam Perang Teluk, kota-kota Israel tetap dibombardir oleh rudal-rudal Irak yang telah ditingkatkan kemampuannya ini. Untuk memberi kompensasi kepada Israel atas kerusakan dan kerugian ekonomi akibat perang dan menjaga agar galangan kapal Jerman tetap sibuk dengan proyek penting setelah penurunan belanja pertahanan pasca Perang Dingin, Kanselir Jerman saat itu Helmut Kohl pada tanggal 30 Januari 1991 menyetujui rencana paket bantuan untuk industri Jerman termasuk pembangunan dua kapal selam kelas Dolphin. Nama Dolphin dan Leviathan berasal dari kapal selam kelas T Inggris era Perang Dunia II yang dipensiunan Israel; sedangkan kapal ketiga Tekuma (diterjemahkan sebagai: Kebangkitan) diberi nama untuk memperingati Dakar, kapal Israel ketiga dari kelas T yang hilang pada tahun 1968 bersama seluruh awak Israel di Laut Mediterania saat pengiriman. Pendanaan untuk dua kapal pertama (Dolphin dan Leviathan) disubsidi penuh oleh pemerintah Jerman, sementara kapal ketiga (Tekumah) mendapat subsidi sebesar 50%. Sementara itu, nama kapal baru Tanin dan Rahav diambil dari kapal selam kelas Gal yang sudah pensiun, yang diberi nama sesuai dengan nama kapal selam kelas S Israel yang lebih tua. Proyek kapal selam kelas Dolphin kemudian terus berjalan dan kontraknya ditulis ulang dan ditandatangani pada bulan April 1991. Persetujuan pembangunan kapal selam ketiga kemudian diberikan pada tahun 1994. Dalam pembangunan ketiga kapal selam, bagian lambung kapal dipotong di galangan kapal HDW di Kiel, dan kemudian dipindahkan ke galangan kapal Thyssen Nordseewerke di Emden di Jerman untuk menjalani perakitan akhir.

INS Dolphin (S-79) (kanan) dan INS Leviathan ditambatkan di sampingnya di Haifa pada tahun 1971. Casing belakang kapal S-Class yang sudah pensiun dapat dilihat di latar belakang. (Sumber: http://www.hisutton.com/History%20of%20Israeli%20Subs.html)
Kapal selam Kelas Gal Israel. (Sumber: http://www.hisutton.com/History%20of%20Israeli%20Subs.html)

Pada tahun 2006 Israel menandatangani kontrak dengan ThyssenKrupp untuk membeli dua kapal selam tambahan dari anak perusahaannya HDW. Kedua kapal baru ini merupakan versi yang ditingkatkan dengan bobot 28% lebih berat daripada kelas Dolphin lama, yang dilengkapi sistem propulsi udara-independen, mirip dengan yang digunakan pada kapal selam Type 212 Jerman. Pada tanggal 6 Juli 2006, Pemerintah Jerman memutuskan untuk membiayai uang muka sekitar €170 juta, untuk memulai konstruksi kapal selam-kapal selam ini, yang direncanakan selesai pada tahun 2012. Biaya kedua kapal selam tersebut, secara keseluruhan, sekitar €1,3 miliar, yang mana hingga sepertiganya disubsidi oleh Jerman. Kedua kapal ini, yakni INS Tanin ditugaskan pada bulan September 2014 dan INS Rahav ditugaskan pada tahun 2016. Baik Tanin maupun Rahav sudah dianggap sebagai salah satu kapal selam tercanggih di dunia. Ini adalah peralatan termahal yang pernah dibeli Kementerian Pertahanan untuk IDF (Angkatan Pertahanan Israel). Pada tahun 2010, baik Israel dan Jerman membantah melakukan pembicaraan mengenai potensi pembelian kapal selam keenam. Namun pada tahun 2011, Israel memesan kapal selam kelas Dolphin keenam, dimana mereka dilaporkan harus membayar biaya non-subsidi sebesar US$1 miliar. Namun, pada bulan Juli 2011, dalam pertemuan antara Menteri Pertahanan Jerman Thomas de Maizière dan Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Ehud Barak, kesepakatan dicapai untuk mendapatkan mensubsidi sebesar €135 juta dari total biaya kapal selam keenam senilai US$500–700 juta. Pada tahun 2016, terungkap bahwa sonar baru yang dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems telah mulai dipasang di semua kapal selam kelas Dolphin dalam dua tahun terakhir. Kemampuan baru yang diberikan kepada kapal selam kelas Dolphin oleh sonar buatan Israel juga mencakup kemampuan deteksi kapal dengan tingkat kebisingan yang rendah. Algoritma yang digunakan dalam sistem sonar memungkinkannya mengabaikan banyak kebisingan yang dapat mengganggu jangkauan aktivitas sistem, sekaligus mendeteksi kebisingan yang sangat jauh.

Rudal permukaan-ke-udara Amerika (MIM-104 Patriot) diluncurkan untuk mencegat rudal balistik Irak yang masuk (al-Husayn) di atas kota Tel Aviv di Israel, 12 Februari 1991. Serangan Irak ini, secara tidak langsung menghidupkan kembali program kapal selam baru Israel yang dihentikan saat Irak menganeksasi Kuwait 2 Agustus 1990. (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/1991_Iraqi_missile_attacks_against_Israel)
Rudal al-Husain ditampilkan di peluncur erektornya dalam Pameran senjata Bagdad, April – Mei 1989. Selama Perang Teluk Pertama, terungkap bahwa perusahaan-perusahaan Jerman telah membantu Irak dalam memodernisasi program rudal balistik dan senjata kimianya, sebagian berkat lemahnya penegakan hukum oleh bea cukai Jerman, yang merupakan pelanggaran terhadap protokol Missile Technology Control Regime (Kontrol Teknologi Rudal) yang telah disetujui oleh Jerman Barat pada tahun 1987. (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Al-Husayn_(missile))

Pada akhir tahun 2016 muncul laporan tentang negosiasi pembelian tiga kapal selam tambahan buatan ThyssenKrupp. Mantan Menteri Pertahanan Moshe Ya’alon, yang menentang akuisisi selama masa jabatannya, meminta Jaksa Agung Avichai Mandelblit untuk menyelidiki negosiasi yang melibatkan pengacara pribadi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, David Shimron, yang merangkap jabatan bekerja di kantor Miki Ganor yang mewakili ThyssenKrupp di Israel. Pada tanggal 23 November 2016 A.G. Mandelblit telah memutuskan untuk meminta jaksa penuntut negara untuk melanjutkan penyelidikan atas kasus tersebut atas tuduhan korupsi yang muncul sehubungan dengan kesepakatan pembelian kapal selam tersebut. Beberapa rekan dekat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diduga menerima suap sebagai bagian dari pembelian kapal selam dari ThyssenKrupp. Pada bulan Januari 2021, seorang jaksa penuntut Jerman menutup kasus ini dengan alasan “tidak ada cukup kecurigaan adanya tindak pidana terhadap orang-orang domestik tertentu.” Pada bulan Juli 2021 dengan pemerintahan yang baru dibentuk berkuasa, Menteri Pertahanan baru memulai proses resmi untuk memulai penyelidikan negara atas kasus pengadaan kapal selam. Namun, penyelidikan pengadaan kapal selam pemerintah tertunda karena negosiasi ThyssenKrupp untuk pembelian kapal selam baru dengan kemampuan tambahan sedang berlangsung dan kemungkinan menelan biaya €2,4 miliar. Pada bulan Oktober 2017, Israel dan Jerman mengonfirmasi bahwa mereka menyelesaikan nota kesepahaman yang mencakup pembelian tiga kapal selam kelas Dolphin lagi oleh Angkatan Laut Israel yang akan dikirimkan mulai tahun 2027. Lewat kesepakatan ini, Jerman dan Israel sepakat bahwa Jerman akan mensubsidi sebagian besar biaya pembuatan INS Dragon, dimana Israel akan membayar sekitar 2,4 miliar euro dan Jerman akan menanggung sisa biaya total sebesar 3,4 miliar euro. Selanjutnya, kedua negara sepakat bahwa Jerman akan menginvestasikan 850 juta euro ke perusahaan pertahanan Israel. Pada tahun 2018, Angkatan Laut Israel mengumumkan bahwa tiga kapal selam masa depan AL Israel ini akan diklasifikasikan ulang sebagai kapal selam kelas Dakar. Kesepakatan tersebut secara resmi ditandatangani pada Januari 2022 dengan perkiraan pengiriman kapal pertama akan dilakukan dalam waktu sembilan tahun. Kapal-kapal ini akan menggantikan tiga kapal pertama di kelasnya (kelas Dolphin lama) yang saat itu sudah akan berusia sekitar 30 tahun. Dari kesepakatan yang disetujui, Jerman akan memberikan subsidi industri kepada perusahaan-perusahaan Jerman yang membangun dan melengkapi kapal-kapal selam ini, dengan menutupi sepertiga biaya pembelian.

INS Tanin, kapal selam Dolphin-II, sedang dibangun di galangan kapal HDW di Kiel, pada Juli 2012. Biaya program kapal selam kelas Dolphin Israel sebagian disubsidi oleh Pemerintah Jerman. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dolphin-class_submarine)

KONSEP DESAIN

Israel memiliki pantai yang panjang di sepanjang tepi timur Mediterania yang dianggap sebagai aset strategis, dan satu-satunya pintu gerbang bebas yang terbuka ke dunia barat. Tidak ada negara yang mau secara sukarela menyerahkan aset laut terbuka dengan dua sisinya, permukaan dan bawah air. Tentu saja hal ini harus menjadi agenda Israel juga, dan jangan lupa bahwa Perang tahun 1956 dan 1967 dimulai sebagai akibat dari blokade di Laut Merah. Sementara itu, pada pertengahan tahun 80-an kapal selam yang ada dalam dinas operasional Israel sudah mulai menua, sedangkan ancaman yang dihadapi sudah terlihat di depan mata, seperti keberadaan Helikopter Anti Kapal Selam (ASW) dan kemampuan ASW jarak jauh. Situasi ini mendorong diperlukannya peningkatan kekuatan kapal selam Israel, yang pada akhirnya menghasilkan kebutuhan jenis kapal selam baru. Tugas utama kapal selam Israel bisa dideskripsikan sebagai berikut: 

  • Mengamankan jalur komunikasi laut ke Israel. 
  • Pengumpulan data intelijen.
  • Pertahanan dalam negeri terutama terhadap ancaman kapal selam. 
  • Tugas reguler kapal selam lainnya.
Diagram blokade Mesir terhadap jalur Israel melalui Terusan Suez dan Selat Tiran antara Perjanjian Gencatan Senjata tahun 1949 dan Perang Arab-Israel tahun 1967 (sempat terhenti oleh Krisis Suez tahun 1956), ketika Israel menduduki Semenanjung Sinai. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Dengan mempertimbangkan wilayah dan ancaman yang dihadapi, maka perlu dilakukan perluasan kemampuan kapal selam Israel agar tetap dapat menyelam dalam jangka waktu lama sembari tetap bisa menjaga kesiapan tempur maksimal. (Sumber: http://www.hisutton.com/History%20of%20Israeli%20Subs.html)

Dengan mempertimbangkan wilayah dan ancaman yang dihadapi, maka perlu dilakukan perluasan kemampuan kapal selam Israel agar tetap dapat menyelam dalam jangka waktu lama sembari tetap bisa menjaga kesiapan tempur maksimal. Disamping itu lama transit juga perlu dipertimbangkan, karena memperpanjang kemampuan kapal selam untuk bisa bertahan di perairan musuh akan menghemat waktu transit yang tidak produktif serta meningkatkan fleksibilitas operasional dalam skenario pertempuran. Oleh karena itu AL Israel berupaya meningkatkan kemampuan penugasan kapal selamnya dengan melengkapinya dengan lebih banyak torpedo dan rudal berjangkauan lebih luas, untuk mengurangi kebutuhan transit. Ketersediaan senjata, antara lain, berkaitan dengan jumlah tabung, variasi persenjataan, dan kemampuan pengisian ulang yang cepat dan andal. Dengan tujuan desain adalah untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup di lingkungan yang banyak dipenuhi platform ASW dan Helikopter modern, hal ini mendorong pengurangan kebutuhan waktu transit dan tingkat kebisingan kapal yang lebih rendah. Di sisi lain penggunaan senjata jarak jauh modern juga membutuhkan kemampuan deteksi jarak jauh untuk memaksimalkan keunggulan dari persenjataan yang digunakan. Artinya, dibutuhkan sonar frekuensi rendah jarak jauh dan upaya besar untuk menjaga tingkat kebisingan tetap rendah di semua mode pengoperasian. Peningkatan efisiensi kru kemudian dapat diperoleh dengan menetapkan tingkat otomatisasi yang lebih tinggi serta peningkatan yang signifikan dalam hal akomodasi para awaknya. Selain itu, desain modular sistem utama dibutuhkan untuk memungkinkan pembaharuan di masa depan sesuai dengan kebutuhan operasional baru, yang diperkirakan akan muncul seiring dengan pengoperasian kapal selam. Karena semua pertimbangan yang disebutkan di atas, maka desain yang dibuat mengarah pada bobot kapal yang jauh lebih besar, namun di sisi lain ada beberapa karakteristik medan operasi yang memaksa perancang untuk memberikan banyak perhatian dan prioritas pada kemampuan manuver yang tinggi di perairan dangkal yang terbatas yang berarti diperlukan bobot kapal selam yang terbatas pula. Kendala ini juga selaras dengan persyaratan kemampuan bertahan hidup yang tinggi serta kemampuan agar kapal tetap sukar terdeteksi. Oleh karena itu, persyaratan operasional dan tujuan desain kapal selam Israel ini dapat dirangkum sebagai berikut: 

  • Memperluas kemampuan kapal selam untuk tetap berada di bawah air dengan kesiapan dan kemampuan tempur maksimum. 
  • Memperpanjang daya tahan kapal di lautan. 
  • Memperluas jangkauan operasional sekaligus memperpendek periode transit. 
  • Memperluas kemampuan senjata yang dibawa.
  • Sistem Tempur dan platform terintegrasi untuk efisiensi yang lebih besar dengan kemampuan pembaharuan di masa depan. 
  • Sistem Otomatisasi Platform yang Andal, untuk meningkatkan efisiensi kru dan keselamatan operasi. 

Dapat disimpulkan bahwa dengan mempertimbangkan semua persyaratan diatas merupakan tantangan besar bagi para perancang untuk bisa mendesain kapal selam yang dibuat agar dapat mencapai tujuan desainnya secara maksimum dengan ruang dan volume yang minimum.

DESAIN

Kapal selam kelas Dolphin yang lebih tua memiliki panjang 57,3 meter dengan lebar penampang 6,8 meter. Konfigurasi lambung kelas Dolphin secara tradisional dikategorikan sebagai Kapal Selam dengan “Lambung Tunggal”. Desain garis pada kapal ini dioptimalkan untuk bisa mendapatkan resistansi rendah dan menghindari kebisingan. Menutup semua bukaan yang tidak digunakan secara permanen juga dilakukan untuk menghilangkan kebisingan, sehingga menghasilkan efek “Lambung Tertutup”. Lambung bertekanan pada kelas Dolphin terbuat dari baja HY-80 yang terkenal dan terbukti tangguh untuk digunakan pada kapal selam karena kekuatan dan elastisitasnya yang tinggi. Fitur desain yang menonjol adalah penampang lambung prismatik dan transisi yang mulus dari lambung ke menara kapal, sehingga meningkatkan karakteristik siluman dari kapal. Badan kapal dan fitur internalnya dibuat dari bahan nonmagnetik, sehingga secara signifikan mengurangi kemungkinan terdeteksi oleh magnetometer atau memicu ranjau laut magnetis. Dengan desain garis yang optimal dan rasio panjang terhadap diameter yang relatif rendah, Kapal selam kelas Dolphin memiliki kemampuan manuver yang sangat tinggi. Kapal ini dikemudikan oleh konfigurasi rudder berbentuk “X” berperforma tinggi dan sirip yang terletak di bagian selubung depan. Dengan alasan praktis berkaitan dengan tambatan di samping pelabuhan, ukuran rudder dibatasi oleh diameter lambung kapal, oleh karena itu dua stabilisator harus ditambahkan untuk mendapatkan stabilitas dinamis positif di semua kecepatan. Manuver dan pengendalian kapal dilakukan dari steering station (STSN), dengan konfigurasi kemudi “One Man Control“, yang dirancang oleh “Ferranti“, yang kemudian diambil alih oleh GEC Marconi. Kapal selam kelas Dolphin memiliki kapasitas untuk membawa hingga 16 rudal permukaan-ke-permukaan atau torpedo. Setiap kapal selam kelas Dolphin dilengkapi dengan 6 tabung torpedo kaliber 533 mm (21,0 inchi), dan 4 tabung torpedo kaliber 650 mm (26 inchi). Tabung berukuran 650 mm yang sangat besar dapat digunakan untuk menyebar ranjau, menembakkan rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam yang lebih besar, atau wahana pengiriman perenang, dan dengan liner, tabung tersebut dapat digunakan untuk menembakkan torpedo standar dan rudal yang diluncurkan dari kapal selam. Meskipun spesifikasi pasti dari susunan tabung torpedo kelas Dolphin masih dirahasiakan, para ahli percaya bahwa sistem senjata berpemandu serat optik Triton dapat memungkinkan platform tersebut mencapai target dalam jarak lebih dari sembilan mil (14,5 km). Kapal-kapal tersebut pertama kali dipersenjatai dengan torpedo Atlas Elektronik DM2A3 menggunakan sistem pelacak aktif berpemandu kabel untuk mengirimkan hulu ledak seberat 260 kg (570 lb) dengan kecepatan maksimum 40 knot (74 km/jam; 46 mph) ke target dalam jarak lebih dari 13 km (8,1 mil) jauhnya, dan dalam mode homing pasifdengan kecepatan 22 knot (41 km/jam; 25 mph) jangkauan hingga 28 km (17 mil) dimungkinkan. Israel juga telah membeli torpedo DM2A4 yang lebih canggih, penerus DM2A3 milik mereka, yang digerakkan secara elektrik, dan dilengkapi dengan sistem komunikasi serat optik, serta memiliki pemrosesan sinyal dan logika misi yang tahan terhadap tindakan balasan lawan.

Desain kapal selam kelas Dolphin Israel. (Sumber: https://defenceforumindia.com/threads/israel-inaugurates-5th-dolphin-class-sub.50622/)
Ruang torpedo kapal selam kelas Dolphin Israel. (Sumber: https://www.naval-technology.com/projects/dolphin/)
Torpedo kelas berat DM2A4 yang mempersenjatai kapal selam kelas Dolphin Israel. (Sumber: https://www.seaforces.org/wpnsys/SUBMARINE/DM2-Torpedo.htm)

Kompartemen basah dan kering dipasang pada kapal selam kelas Dolphin untuk bisa mengerahkan tim operasi khusus bawah air. Rudal permukaan-ke-permukaan yang mungkin dibawa oleh kapal selam kelas Dolphin termasuk rudal Harpoon yang diluncurkan dari kapal selam yang bisa mengirimkan hulu ledak seberat 227 kilogram dengan jangkauan 130 kilometer dengan kecepatan subsonik tinggi. Jane’s Defense Weekly melaporkan bahwa kapal selam kelas Dolphin diyakini memiliki senjata nuklir, sehingga menawarkan kemampuan serangan kedua berbasis laut kepada Israel. Informasi ini selaras dengan spekulasi yang konsisten bahwa kapal selam Israel telah dimodifikasi untuk membawa rudal yang dipersenjatai dengan senjata nuklir agar negara tersebut dapat mempertahankan opsi serangan kedua. Pemerintah Jerman sendiri menolak berkomentar mengenai modifikasi kapal selam kelas Dolphin yang dikirim ke Israel telah disesuaikan untuk bisa menembakkan rudal jelajah yang dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir. Namun, pejabat Jerman seperti mantan Kepala Staf Perencanaan Kebijakan Kementerian Pertahanan Jerman Hans Rühle, menyatakan bahwa mereka berasumsi Israel bermaksud melengkapi kapal selamnya dengan senjata nuklir. Sementara itu, untuk mematuhi aturan Missile Technology Control Regime (Kontrol Teknologi Rudal), pemerintahan Clinton di AS menolak permintaan Israel pada tahun 2000 untuk bisa membeli SLCM jarak jauh Tomahawk. Angkatan Laut AS diketahui telah mengerahkan rudal Tomahawk berhulu-ledak nuklir dan konvensional untuk armada kapal selamnya, dimana rudal ini dapat diluncurkan dari tabung torpedo standar berkaliber 533 mm. Federasi Ilmuwan Amerika dan GlobalSecurity.org melaporkan bahwa empat tabung torpedo yang lebih besar pada kelas Dolphin mampu meluncurkan rudal jelajah Popeye Turbo berhulu ledak nuklir buatan Israel (varian dari rudal jarak jauh Popeye), dan Angkatan Laut AS pernah mencatat uji coba rudal jelajah yang diluncurkan kapal selam Israel rudal di Samudera Hindia yang berjangkauan hingga 1.500 km (930 mil).

Mockup rudal Popeye Turbo Israel. Kapal selam kelas Dolphin Israel dipercaya bisa dipersenjatai dengan rudal Popeye Turbo yang berhulu ledak nuklir. (Sumber: https://missilethreat.csis.org/missile/popeye/)

Kelas Dolphin menggunakan sistem kendali senjata ISUS 90-1 TCS yang dipasok oleh STN Atlas Elektronik, untuk manajemen sensor otomatis, pengendalian tembakan, navigasi, dan operasi. Penerima peringatan radar yang dipasang adalah sistem pengukuran dukungan elektronik Timnex4CH(V)2 yang dikembangkan oleh Elbit di Haifa. Timnex menerima, mengidentifikasi, menampilkan dan mencatat parameter sinyal radar, serta mampu menentukan lokasi radar dengan akurasi antara sudut 5 dan 10 derajat (tergantung frekuensi). Sistem ini beroperasi pada pita frekuensi 2GHz hingga 18GHz dan prosesor beroperasi pada kecepatan hingga satu juta pulsa per detik. Radar pencarian permukaan yang dipakai adalah unit Elta yang beroperasi pada gelombang I Band. Paket sonar yang terpasang pada kapal mencakup sonar pencarian dan serangan pasif dan aktif canggih, Atlas Elektronik CSU 90 yang dipasang di lambung kapal. Sonar jangkauan pasif PRS-3 juga dipasok oleh Atlas Elektronik, sementara susunan di bagian sisi adalah sonar pencarian pasif FAS-3. Intercept Antenna (IA), yang dipasang pada casing, akan mendeteksi dan menganalisis segala jenis transmisi akustik dan akan memberikan peringatan yang cukup terhadap ancaman yang mungkin membahayakan kapal selam. Kapal ini selam memiliki dua periskop Kollmorgen. Salah satu periskop dikembangkan khusus untuk AL Israel yang dilengkapi dengan kemampuan Infra Merah (IR), antena pengarah ESM, optik & video, serta antena komunikasi. Di atas kapal kelas Dolphin, sistem Elint buatan “Elbit” Israel dipasang, yang diharapkan bisa memberikan gambaran lengkap tentang semua pemancar yang mengancam dalam beberapa detik setelah antena menembus air. Sinyal dapat diterima melalui periskop atau antena, yang digabungkan dengan tiang komunikasi sekunder. Kelas Dolphin disebutkan dapat memasang ruang bagi pasukan khusus eksternal di belakang menara mereka.

Ruang kontrol kapal selam kelas Dolphin Israel. (Sumber: http://www.submarines.dotan.net/dolphins/project.htm)
Kapal selam kelas Dolphin Israel dapat berlayar hingga 8.000 mil laut (15.000 km; 9.200 mil) dengan melaju di permukaan pada kecepatan 8 knot (15 km/jam; 9,2 mph) dan lebih dari 400 mil laut (740 km; 460 mil) dengan kecepatan 8 knot (15 km/ jam; 9,2 mph) saat menyelam. (Sumber: https://www.seaforces.org/marint/Israeli-Navy/Dolphin-class-Submarine.htm)

Kapal selam kelas Dolphin dilengkapi dengan tiga mesin diesel V-16 396 SE 84 yang dibuat oleh MTU (Motoren und Turbinen UnionFriedrichshafen (sekarang Tognum) Munchen GmbH, yang berbasis di Munich. Mesin ini mampu menghasilkan tenaga berkelanjutan sebesar 3,12 MW (4,180 hp). Kapal selam ini dilengkapi dengan tiga alternator Siemens berkekuatan 750 kW, dan motor bertenaga berkelanjutan Siemens berkekuatan 2,85 MW yang menggerakkan satu poros. Sistem propulsi ini memberikan kecepatan berlayar 20 knot (37 km/jam; 23 mph) di bawah air dan kecepatan snorkeling 11 knot (20 km/jam; 13 mph). Sementara itu, lambung kapal mampu dibawa menyelam hingga kedalaman 350 m (1.150 kaki). Jangkauan maksimum kapal tanpa pengisian bahan bakar adalah 8.000 mil laut (15.000 km; 9.200 mil) dengan melaju di permukaan pada kecepatan 8 knot (15 km/jam; 9,2 mph) dan lebih dari 400 mil laut (740 km; 460 mil) dengan kecepatan 8 knot (15 km/ jam; 9,2 mph) saat menyelam. Kelas Dolphin dirancang untuk tetap bisa berlayar hingga 30 hari dengan tanpa suplai ulang. Kapal kelas Dolphin II yang dimodernisasi mempunyai sistem AIP yang memungkinkan kapal-kapal tersebut melakukan perjalanan dengan sangat senyap dan tetap berada di bawah air hingga satu minggu tanpa perlu muncul ke permukaan. Laporan menyatakan bahwa kapal-kapal ini memiliki kecepatan maksimum 25 knot (46 km/jam) dan jangkauan 4.500 km.

SPEKULASI SEKITAR INS DRAKON

Meskipun belum dikonfirmasi oleh pemerintah Jerman atau Israel, ada spekulasi bahwa INS Drakon dari kelas Dolphin akan lebih panjang dari kapal sekelasnya sebelumnya dan mungkin memiliki kemampuan senjata baru, termasuk sistem peluncuran senjata vertikal (VLS). Kapal kelas Dolphin-II sendiri sudah memiliki lambung yang lebih panjang dibandingkan kelas Dolphin-I lama agar bisa dipasangi dengan sistem AIP (Air Independent Propulsion). Sisipan pada lambung baru membuat kapal selam ini semakin panjang. Berdasarkan informasi yang tersedia, kapal kelas Dakar yang baru akan memiliki panjang yang hampir sama dengan INS Drakon dan memiliki menara yang sama panjangnya. Jadi INS Drakon bisa dianggap sebagai kapal transisi antara kelas Dolphin dan Kelas Dakar di masa depan. Ilustrasi yang dirilis oleh ThyssenKrupp Marine Systems (TKMS), sebagai kontraktor utama, menunjukkan menaranya diperbesar dan bentuk lambungnya secara jelas berubah. TKMS selanjutnya juga menggambarkan kapal selam kelas Dakar yang akan datang sebagai “desain yang benar-benar baru, yang dirancang khusus untuk memenuhi persyaratan operasional Angkatan Laut Israel.” Kapal tersebut dilaporkan telah dikeluarkan dari air tetapi diluncurkan kembali pada bulan Agustus 2023. Dengan peluncuran kembali tersebut, foto-foto mengkonfirmasi menara yang jauh lebih besar yang dapat menampung silo peluncuran rudal vertikal, jika memang benar-benar dipasang pada kapal tersebut. Namun pada saat itu belum jelas apakah rudal tersebut akan ditempatkan di bagian menara. Beberapa kapal selam sebelumnya diketahui telah dilengkapi dengan silo rudal di bagian menara. Kapal selam rudal balistik pertama yang dibuat khusus oleh Uni Soviet, kelas Hotel dan Golf, telah melakukan hal ini. Baru-baru ini Korea Utara  juga telah memanfaatkan trik yang sama untuk memasukkan rudal yang lebih besar ke kapal selam yang lebih kecil. Namun kapal selam rancangan Jerman adalah salah satu desain modern pertama yang menampilkan fitur ini. Ini akan menjadi kapal selam modern kedua yang dilengkapi AIP di dunia yang dirancang dengan kemampuan VLS – yang pertama adalah kapal selam kelas KSS-III Korea Selatan, yang baru saja memasuki dinas operasional. Kedua kelas tersebut dapat dilihat sebagai bagian dari tren yang lebih luas untuk memasang VLS pada kapal selam bertenaga konvensional. Perkiraan kasar menunjukkan bahwa lambung dan menara yang lebih panjang menambah ruang kelas Dolphin dengan lebar sekitar 2 meter kali panjang 4 meter dan kedalaman hingga 11 meter. Ini bisa menampung dua silo rudal besar, atau lebih mungkin, 4-8 silo yang lebih kecil. Ada juga asumsi yang masuk akal bahwa mereka bisa dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir. Sementara itu, meskipun terdapat kemungkinan dipasangi dengan VLS yang canggih dan potensi memiliki kemampuan peluncuran senjata nuklir sangat besar, kapal kelas Dolphin telah dibangun untuk melakukan patroli yang lebih terlokalisasi, tidak seperti kapal bertenaga nuklir lainnya. Sumber tenaga diesel-listrik di kelasnya akan membatasi berapa lama kapal selam ini dapat bertahan di bawah air. Di sisi lain menurut analisis yang dilakukan oleh Matus Smutny, menara tersebut “dapat juga berisi kompartemen pelepasan khusus untuk wahana bawah air tak berawak (UUV), drone udara, munisi loitering dan/atau peralatan operasi khusus dan pengumpulan data intelijen lainnya, bahkan mungkin juga peralatan penyelamat. Menara yang direvisi juga dapat dikaitkan dengan beberapa macam pembuktian konsep teknologi yang akan digunakan di kapal selam kelas Dakar mendatang”.

Perkiraan desain INS Drakon Israel. (Sumber: https://www.navalnews.com/naval-news/2023/08/israel-launches-new-submarine-first-in-world-with-modern-missiles-in-sail/)
INS Drakon dengan menara yang lebih besar. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dolphin-class_submarine)

Jenis sebenarnya dari rudal baru yang dipasang pada INS Drakon hanya bisa ditebak. Implikasinya, rudal tersebut diperkirakan adalah rudal balistik, yang kemungkinan pada tahap akhir penerbangannya dipandu. Apa pun itu, Israel merahasiakannya. Menempatkan tabung rudal di lambung kapal di bawah menara memungkinkan rudal lebih panjang dibandingkan jika harus ditampung di bawah dek. Bentuk menara baru menambah kemungkinan panjang kapal beberapa meter, meskipun berat dan stabilitasnya masih perlu dipertimbangkan. Menariknya, meski ada rudal baru di menaranya, kapal selam tersebut masih memiliki empat tabung torpedo tambahan di bagian haluan. Tampaknya tidak ada perubahan dari kapal kelas Dophin-I & II sebelumnya. Tabung ekstra ini lebih besar dari tabung torpedo biasa berukuran 533 mm (21 inci). Mereka diketahui didedikasikan untuk bisa menembakkan rudal jelajah yang dikembangkan Israel. Rudal-rudal ini mungkin memiliki hulu ledak nuklir dan diyakini merupakan bagian dari strategi penangkal (deterrence) berbasis nuklir Israel. Memiliki tabung torpedo untuk rudal jelajah berhulu ledak nuklir dan tabung peluncuran vertikal mungkin mengejutkan para analis. Hal ini menunjukkan bahwa rudal baru tersebut bukanlah pengganti langsung dari rudal jelajah. Salah satu penjelasannya adalah bahwa rudal baru tersebut tidak akan siap sampai kapal selam mulai beroperasi. Memang benar, Drakon mungkin digunakan untuk menguji rudal baru. Jadi mempertahankan tabung torpedo memungkinkan mempertahankan deterrence nuklir berkelanjutan selama masa transisi. Mungkin satu set rudal akan dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional dan yang lainnya akan dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir. Hal ini akan memungkinkan misi serangan darat sambil mempertahankan deterrence nuklir. Jawaban yang lebih konvensional adalah bahwa tabung peluncuran vertikal ditambahkan di akhir desain, bahkan mungkin setelah konstruksi dimulai. Mungkin akan lebih murah dan mudah untuk mempertahankan tabung torpedo tambahan. Hal ini mungkin terjadi meskipun ada godaan untuk melakukan penghematan dan penyederhanaan jika hal-hal tersebut dihilangkan. Mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun, untuk mengetahui kemampuan sebenarnya kapal selam tersebut. Memang benar, Angkatan Laut Israel telah merahasiakan beberapa aspek dari kapal selam mereka yang ada, jadi kita mungkin tidak akan pernah mengetahui semuanya. Namun seiring dengan munculnya gambar-gambar baru, beberapa bagian dari teka-teki tersebut mungkin akan terungkap.

VARIAN & KAPAL-KAPAL KELAS DOLPHIN

Dolphin-I

Dolphin – דולפין – diterjemahkan sebagai “Dolphin” atau “lumba-lumba” (dinamai berdasarkan nama kapal selam lama INS Dolphin yang dibeli pada tahun 60an) 

Leviathan – לוויתן – diterjemahkan sebagai “Leviathan” atau “Paus” (dinamai berdasarkan nama kapal selam tua, INS Leviathan, yang dibeli pada tahun 1965) 

Tekumah – תקומה – diterjemahkan sebagai “Kebangkitan”

Profil siluet kapal selam kelas Dolphin-I (non-AIP). (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dolphin-class_submarine)

Dolphin-II

Tanin – תנין – diterjemahkan sebagai “Tannin” atau “Buaya” (dinamai menurut nama kapal selam tua INS Tanin dari tahun 1958) 

Rahav – רהב – diterjemahkan sebagai “Rahab” atau “monster laut” dinamai berdasarkan nama kapal selam tua INS Rahav dari tahun 1958

Drakon – דרקון – diterjemahkan sebagai “Dragon” atau “Naga”. Nama Ibraninya mengandung huruf דקר‎, yang merupakan nama Ibrani dari INS Dakar, kapal selam yang tenggelam secara misterius pada tahun 1968.

Profil siluet kapal selam Dolphin-II (dilengkapi AIP). (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dolphin-class_submarine)
INS Rahav, kapal selam kelas Dolphin yang dibuat oleh pembuat kapal Jerman ThyssenKrupp, berangkat dari pelabuhan Jerman Kiel menuju Haifa, 17 Desember 2015. (Sumber: https://www.timesofisrael.com/israels-newest-sub-leaves-germany-bound-for-haifa/)

DINAS OPERASIONAL

Meskipun Angkatan Laut Mesir adalah yang terbesar di kawasan Timur Tengah, Israel memiliki kekuatan angkatan laut yang tidak bisa dianggap remeh dengan 9.500 personel aktif dan 10.000 personel cadangan lainnya. AL Israel memiliki tujuh korvet kelas Sa’ar 5 dan Sa’ar 6, delapan kapal rudal kelas Sa’ar 4.5, dan 45 kapal patroli. Selain itu, Israel memiliki armada lima kapal selam diesel-elektrik kelas Dolphin buatan Jerman, yang diyakini mampu membawa rudal jelajah yang memiliki jangkauan setidaknya 1.500 km (930 mil) dan dilengkapi hulu ledak nuklir berkekuatan 200 kiloton. Jika hal ini benar, Israel akan menjadi salah satu dari segelintir negara yang memiliki kemampuan serangan nuklir kedua di lepas pantai. Mengikuti pembelajaran dari Perang Yom Kippur dan Perang Teluk Persia, para pejabat Israel menyadari perlunya membangun triad senjata nuklir yang kuat, yaitu senjata nuklir berbasis udara, laut, dan darat. Pada tahun 1999, Angkatan Laut Israel menyambut kapal selam kelas Dolphin pertamanya dari Jerman dan sejak itu menerima empat kapal selam Dolphin lagi (dengan satu lagi, INS Drakon masih dalam pengujian) untuk melengkapi armada kapal selamnya saat ini. Kapal kelas Dolphin pertama Israel, DolphinTekuma dan Leviathan, mulai beroperasi pada tahun 1999 dan 2000. Misi kapal selam kelas Dolphin adalah untuk melakukan operasi pencegatan dan pengawasan serta misi operasi khusus. Kapal selam tersebut masing-masing berharga $320 juta, dan dua kali lebih besar dari kapal selam kelas Gal yang sudah tua dan diandalkan oleh angkatan laut Israel hingga saat itu. Kapal selam kelas Dolphin tidak hanya merupakan kapal selam tercanggih yang pernah digunakan Angkatan Laut Israel, tetapi juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kemampuan deterrence Israel di kawasan Timur Tengah yang bergejolak.

Kapal selam kelas Dolphin Israel, INS Tanin. Kapal selam kelas Dolphin tidak hanya merupakan kapal selam tercanggih yang pernah digunakan Angkatan Laut Israel, tetapi juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kemampuan deterrence Israel di kawasan Timur Tengah yang bergejolak. (Sumber: https://www.seaforces.org/marint/Israeli-Navy/Dolphin-class-Submarine.htm)
INS Leviathan tahun 2000. (Sumber: https://www.naval-technology.com/projects/dolphin/)

Pada saat-saat ekstrim yang penuh ketidakpastian taktis dan strategis, seperti masa-masa setelah serangan teroris 9/11, tembok pertahanan pertama Israel adalah senjata strategis jangka panjangnya – dan yang paling rahasia adalah armada kapal selam yang dipimpin oleh kelas Dolphin. Kemampuan serangan kedua kapal selam kelas Dolphin – pada dasarnya, kemampuannya untuk menembakkan rudal balistik terhadap sasaran jarak jauh jika terjadi serangan terhadap wilayah Israel – memastikan bahwa musuh-musuh Israel menyadari bahwa menyerang negara Yahudi dengan senjata pemusnah massal pasti akan ditanggapi dengan cara yang sama. Pada bulan Juni 2002, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS dan Pentagonmengkonfirmasi bahwa Angkatan Laut AS mengamati uji coba rudal Israel di Samudera Hindia pada tahun 2000, dan bahwa kapal kelas Dolphin telah dilengkapi dengan rudal jelajah berkemampuan nuklir dengan desain baru. Namun, Angkatan Pertahanan Israel secara konsisten membantah melakukan uji coba rudal semacam itu. Sementara itu, para ahli tidak yakin apakah Israel mengadaptasi rudal jelajah Harpoon untuk membawa hulu ledak nuklir yang dikembangkan dalam negeri atau apakah Israel memodifikasi rudal anti-kapal Gabriel 4LR. Beberapa sumber yang lain menyebutkan bahwa Israel menggunakan rudal jelajah Popeye Turbo untukkapal selam kelas Dolphin miliknyaMenurut laporan berita, kapal selam kelas Dolphin Israel biasanya berbasis di Mediterania, meskipun satu kapal kelas Dolphin dikirim ke Laut Merah untuk menjalani latihan, dan berlabuh sebentar di pangkalan angkatan laut Eilat pada bulan Juni 2009, yang ditafsirkan oleh media Israel sebagai peringatan kepada Iran. Dengan sistem rotasi, beberapa sumber menyatakan bahwa dua kapal kelas Dolphin akan tetap berada di laut: satu di Laut Merah dan Teluk Persia, yang lainnya di laut Mediterania, sementara kapal ketiga akan tetap dalam kondisi siaga.

Kepala staf IDF saat itu, Benny Gantz, meninjau kapal selam kelas Dolphin-I, pada tahun 2014. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dolphin-class_submarine)
Kapal selam kelas Dolphin Israel: Senyap-Tidak Terdeteksi-Kuat!. (Sumber: https://www.thyssenkrupp-marinesystems.com/en/products-services/submarines/dolphin-class)

Pada tahun 2009, surat kabar Israel Haaretz, mengutip seorang pejabat pertahanan Israel, melaporkan bahwa pangkalan angkatan laut Eilat yang sangat kecil tidak cocok secara strategis untuk menempatkan kapal-kapal kelas Dolphin, khususnya mengingat pintu masuknya yang sempit ke Teluk Aqaba di Selat Tiran dimana jalur masuknya dipertahankan oleh musuh potensial Israel, yakni Arab Saudi di timur dan Sinai Mesir yang di-demiliterisasi di barat. Eilat adalah jalur pantai sepanjang 10 km (6,2 mil) antara Mesir dan Yordania. Menurut The London Sunday Times, Angkatan Laut Israel memutuskan pada bulan Mei 2010 untuk menyimpan setidaknya satu kapal selam yang dilengkapi dengan SLCM berhulu ledak nuklir di sana secara permanen sebagai penggetar lawannya dalam menanggapi rumor rudal balistik telah dipindahkan dari Suriah ke Lebanon. Sementara itu, jika kapal-kapal tersebut berpangkalan di pangkalan angkatan laut Haifa yang lebih besar, akses ke kawasan Teluk Persia memerlukan pelayaran terbuka di permukaan melalui Terusan Suez yang dikuasai Mesir seperti yang diizinkan dalam perjanjian perdamaian Mesir-Israel atau perjalanan panjang mengelilingi benua Afrika. Menurut Konvensi Konstantinopel yang ditandatangani oleh negara-negara besar yang berkuasa saat itu termasuk Inggris, Perancis, dan Kesultanan Utsmaniyah pada tanggal 2 Maret 1888; “Terusan Maritim Suez harus selalu bebas dan terbuka, baik di masa perang maupun di masa damai, bagi setiap kapal dagang atau kapal perang, tanpa membedakan bendera kapalnya.” Larangan menyeberang di Terusan Suez dan blokade Selat Tiran terjadi pada tahun 1956 dan 1967 yang menyebabkan Israel dua kali merebut Sinai untuk mematahkan blokade. Perjanjian perdamaian Mesir-Israel kemudian mengizinkan lewatnya kapal-kapal Israel secara bebas melalui Terusan Suez, dan mengakui Selat Tiran dan Teluk Aqaba sebagai jalur perairan internasional. Bahkan jika pangkalan di Laut Merah atau Samudera Hindia tidak tersedia, negara-negara lain telah menggunakan kapal tender kapal selam, yakni kapal yang memasok, mempersenjatai kembali, dan mengisi bahan bakar kapal selam di laut, ketika pangkalan terdekat tidak tersedia.

INS Rahav, kapal selam kelas Dolphin-II, terlihat di sini selama uji coba laut di Wilhelmshaven, Jerman pada bulan Juli 2014. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dolphin-class_submarine)
Kapal selam kelas Dolphin di salah satu pangkalan di Israel. (Sumber: https://www.nti.org/analysis/articles/israel-submarine-capabilities/)

Menurut dua laporan media Sudan yang saling bertentangan, pada bulan November atau Desember 2011, dua serangan udara Israel terhadap penyelundupan senjata menuju Gaza di Sudan disertai dengan aktivitas kapal selam Israel di lepas pantai Sudan. Pemerintah Sudan mengklaim tidak ada serangan yang terjadi. Pada bulan Februari 2012, Ynet, versi online dari surat kabar Israel Yediot Achronot, melaporkan bahwa untuk alasan keamanan, pelamar untuk berdinas di kapal selam Israel, yang memiliki kewarganegaraan ganda atau memiliki kewarganegaraan selain Israel, yang umum terjadi di Israel dengan persentase olim (imigran) yang relatif tinggi, harus secara resmi melepaskan semua kewarganegaraan lainnya agar dapat diterima dalam program pelatihan. Israel National News dan Jerusalem Post keduanya memuat artikel pada hari Minggu, tanggal 14 Juli 2013, yang mengutip London Sunday Times hari itu yang mengatakan bahwa serangan rudal Israel tanggal 5 Juli terhadap pelabuhan Latakia di Suriah, yang sebelumnya dilaporkan oleh CNN sebagai serangan Angkatan Udara Israel, dilakukan dengan koordinasi dengan Amerika Serikat, dan rudal jarak jauh yang diluncurkan dari kapal selam kelas Dolphin. Serangan tersebut menargetkan rudal anti-kapal jarak jauh berperforma tinggi buatan Rusia, Yakhont dan radar terkait yang baru digelar. Pada bulan Desember 2020, sebuah kapal selam IDF transit di Terusan Suez dan Laut Merah, dalam perjalanan ke Teluk Persia sebagai persiapan untuk menghadapi pembalasan Iran atas pembunuhan ilmuwan nuklir senior Iran, Mohsen Fakhrizadeh pada bulan November. Kini, dengan perang Israel-Hamas masih berkecamuk dan kelompok proksi Iran terus menimbulkan masalah di Laut Merah dan Teluk Persia, sistem senjata canggih Israel seperti kapal selam kelas Dolphin mungkin akan memainkan peran yang lebih besar.

SPESIFIKASI UMUM

Type : Kapal selam diesel-elektrik

Bobot :

  • Kelas Dolphin-I : 1,640 ton di permukaan, 1,900 ton saat menyelam
  • Kelas Dolphin-II : 2,050 ton di permukaan, 2,400 saat menyelam

Panjang :

  • 57.3 m (188 kaki) untuk Kelas Dolphin-I
  • 68.6 m (225 kaki) untuk Kelas Dolphin-II

Lebar : 6.8 m (22 kaki)

Draught : 6.2 m (20 kaki)

Mesin :

Diesel-listrik, 3 mesin diesel, 1 poros, berkekuatan 4.243 shp (3.164 kW); Kelas Dolphin-II: Sistem Sel Bahan Bakar HDW yang tidak bergantung pada udara

Kecepatan :

  • Kelas Dolphin-I: 20 knot (37 km/jam; 23 mil per jam)
  • Kelas Dolphin-II: diatas 25 knot (46 km/jam; 29 mil per jam)

Tes kedalaman menyelam

Pada setidaknya 350 meter (1,150 kaki)

Awak : 35 + 10 tambahan

Perangkat Sensor dan Sistem pemrosesan : STN Atlas ISUS 90-55 combat system

Persenjataan

  • 6 tabung torpedo berkaliber 533 mm (21.0 inchi) 
  • 4 tabung torpedo berkaliber 650 mm (26 inchi)

Catatan : Tiga kapal selam non-AIP kelas Dolphin-I pertama akan digantikan oleh kapal selam kelas Dakar yang baru, mulai tahun 2027.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dolphin-class_submarine

Israel Submarine Capabilities; Part of Submarine Proliferation Resource Collection

https://www.nti.org/analysis/articles/israel-submarine-capabilities

Dolphin Project by Captain (Res.) I. Fogelson & Captain(Res.) M. Keisary, Editor: Commander (Res.)R. D. Koehler.

http://www.submarines.dotan.net/dolphins/project.htm

Israel Launches New Submarine, First In World With Modern Missiles In Sail by H I Sutton; 14 Aug 2023

https://www.navalnews.com/naval-news/2023/08/israel-launches-new-submarine-first-in-world-with-modern-missiles-in-sail

Dolphin

https://www.globalsecurity.org/wmd/world/israel/dolphin.htm

Dolphin-Class Submarine

https://www.jewishvirtuallibrary.org/dolphin-class-submarine

SSK Dolphin Class Submarine

https://www.naval-technology.com/projects/dolphin/?cf-view

Dolphin-Class: Israel Has a Fleet of Nuclear Missile Submarines? by Peter Suciu

https://nationalinterest.org/blog/buzz/dolphin-class-israel-has-fleet-nuclear-missile-submarines-207907

Dolphin-Class: Israel’s Submarines Might Have a Big Nuclear Secret by Maya Carlin

https://nationalinterest.org/blog/buzz/dolphin-class-israels-submarines-might-have-big-nuclear-secret-209554https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dakar-class_submarine

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *