Perang Vietnam

Kisah Pararel Dua Prajurit Vietnam Selatan Part V: Kepahlawanan dalam Serangan Tet

Setelah kehilangan ribuan korban dalam perang atrisi, pasukan Amerika nampaknya mencapai kesuksesan pada awal tahun 1968, dengan menimbulkan kerugian besar diantara pasukan komunis. Meski demikian VC dan NVA, dengan semangat revolusinya, percaya bahwa kemenangan akhir bisa dicapai secara militer dengan “menyebarkan propaganda” dan melakukan ofensif yang menargetkan wilayah perkotaan di seluruh Vietnam Selatan, sehingga memicu perlawanan rakyat, jatuhnya pemerintah Vietnam Selatan, dan terusirnya Amerika sebagai negara pendukungnya. Selain itu pihak komunis juga berupaya menyasar peningkatan gerakan anti perang di dalam negeri Amerika sendiri. Serangan Tet sendiri kemudian malah menjadi bencana militer bagi VC dan NVA, dan mereka terbukti gagal dalam meraih dukungan dari masyarakat Vietnam Selatan. ARVN ternyata bertempur dengan berani – lebih berani dari yang bisa dibayangkan orang-orang Amerika. Ini adalah saat-saat terbaik dari ARVN, waktu dimana Dinh dan Hue dipuji sebagai pahlawan. Sayangnya semangat dan kebangkitan orang-orang Vietnam Selatan ini tidak selaras dengan apa yang dirasakan orang-orang Amerika. Reporter CBS Walter Cronkite kemudian menyatakan bahwa perang tidak bisa dimenangkan, sementara Presiden Johnson, yang capek memimpin Amerika dalam perang di Vietnam selama bertahun-tahun menolak dicalonkan kembali.

22 November 1967, Dak To, Vietnam Selatan. Seorang anggota Brigade Lintas Udara ke-173 berjongkok di samping jenazah seorang kawannya yang tewas dan peralatan yang ditinggalkan oleh orang-orang yang terluka di puncak pertempuran di Bukit 875. Pasukan terjun payung Angkatan Darat AS dari Brigade Lintas Udara ke-173 memulai serangan terakhir di lereng Bukit 875 yang berdarah. Setelah kehilangan ribuan korban dalam perang atrisi, pasukan Amerika nampaknya mencapai kesuksesan pada awal tahun 1968, dengan menimbulkan kerugian besar diantara pasukan komunis. (Sumber: https://cherrieswriter.com/)

PERENCANAAN

Meski Serangan Tet menargetkan pusat-pusat populasi di seluruh Vietnam Selatan, Saigon dan Hue menjadi perhatian utama dari pihak komunis. Saigon adalah jantung utama upaya perang Amerika/ARVN, sedangkan Hue, yang merupakan tempat Kaisar Vietnam masa lampau memerintah, serta merupakan jiwa dari Vietnam Selatan. Sebagai kota ketiga terbesar di Vietnam Selatan, Hue dihuni 140.000 orang pada tahun 1968. Hue dibagi dua oleh sungai parfum (perfume river), dengan bagian kota baru yang padat di bagian selatan dan benteng istana lama, tempat Kaisar tinggal, di bagian utara. Pada tahun 1802, Kaisar Gia Long mulai membuat benteng Istana dan kota bertembok untuk menimbulkan rasa hormat dari kalangan rakyat Vietnam. Benteng ini dipertahankan dengan parit dan tembok setinggi 6 meter, dimana di beberapa tempat setebal 75 meter. Benteng itu melindungi seluruh kota, yang dipenuhi dengan jalanan, taman, rumah, pertokoan, dan bangunan pemerintah. Di bagian selatan kota bertembok, yang ujungnya mengarah ke empat jurusan, berdiri Istana Kekaisaran, dengan tembok setinggi 2-5 meter dan panjangnya 700 meter dari ujung ke ujung. Secara keseluruhan benteng itu menempati area lebih dari 6 km persegi. VC dan NVA menyadari bahwa Serangan Tet dimaksudkan untuk memicu perlawanan rakyat lokal terhadap pemerintah Saigon dan Amerika, sehingga menduduki benteng kota Hue sangatlah penting. Mengibarkan bendera Vietcong di tempat Kaisar Vietnam berkuasa, juga akan menjadi simbol bahwa Vietcong mewarisi nasionalisme bangsa Vietnam, sekaligus menunjukkan ketidakberdayaan ARVN dan pasukan Amerika. Sekali mereka bisa membuat jaringan pertahanan di kompleks benteng itu, NVA dan VC akan sukar untuk diusir serta bisa memaksakan pertempuran kota yang berdarah, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi semangat anti perang di jalanan Amerika Serikat.

Gerbang istana Kekaisaran Vietnam di kota Hue. Saigon adalah jantung utama upaya perang Amerika/ARVN, sedangkan Hue, merupakan jiwa dari Vietnam Selatan. (Sumber: https://vietnamtimes.org.vn/)
Disposisi di Benteng Istana Kota Hue sebelum serangan Tet. (Sumber: Vietnam’s Forgotten Army, Heroism And Betrayal In The ARVN)
Letnan Jenderal Ngo Quang Truong, Komandan Divisi ke-1 ARVN (kanan). Jenderal Truong sadar akan adanya penumpukan musuh di sekitar areanya dan gencatan senjata saat hari raya Tet tidak dapat dipertahankan lebih lama. Jenderal Truong kemudian membuat keputusan penting dengan membatalkan cuti bagi para prajurit Divisi ke-1 ARVN. (Sumber: https://nhatbaovanhoa.com/)

Kota Hue sendiri nyaris tidak memiliki pertahanan yang memadai menjelang Serangan Tet. Sebagai kota bersejarah, Hue selalu menjadi kota “terbuka” yang hanya dipertahankan ringan, dengan mayoritas pasukan ARVN dan Amerika tersebar di wilayah pedesaan sekitarnya, dimana mereka sedang terlibat dalam perang atrisi. Di dalam benteng, Jenderal Truong dan Divisi ke-1 ARVN hanya bisa mengumpulkan kekuatan sebuah kompi markas, sebuah kompi pengintai kecil, dan kompi Hac Baopimpinan Tran Ngoc Hue. Sementara itu satu-satunya kehadiran Amerika di dalam kota itu adalah di kompleks MACV, yang ditempati sekitar 150 advisor dan staff MACV. Selama bulan November 1967, Pham Van Dinh dirotasi dari distrik Quang Dien, setelah dinilai sukses menjalankan tugas pasifikasi, dan dipindahkan ke pangkalan artileri Xuac Xu sekitar 10 km utara kota Hue untuk ambil bagian dalam misi patroli rutin dan penyergapan guna mendukung program pasifikasi. Di sisi lain Tran Ngoc Hue dan pasukan Hac Bao baru saja memulihkan diri setelah pertempuran di dekat Phu Loc, dengan tetap sibuk berlatih di landasan udara dalam benteng istana Hue. Saat hari raya Tet semakin dekat, pasukan komunis berharap bahwa pasukan ARVN/Amerika dalam kondisi lengah. Akan tetapi aktivitas mereka rupanya memancing kecurigaan banyak orang-orang Vietnam Selatan dan Amerika bahwa pihak komunis akan melanggar gencatan senjata. Sayangnya mereka tidak bisa memperkirakan besarnya serangan yang akan dilancarkan. Situasi di dalam dan sekitar kota Hue tegang, karena meningkatnya aktivitas pertempuran. Jenderal Truong sadar akan adanya penumpukan musuh di sekitar areanya dan gencatan senjata saat hari raya Tet tidak dapat dipertahankan lebih lama. Jenderal Truong kemudian membuat keputusan penting dengan membatalkan cuti bagi para prajurit Divisi ke-1 ARVN. Meskipun beberapa prajurit dan perwira sudah cuti untuk merayakan liburan, sisanya tetap dalam keadaan siaga. Jenderal Truong sendiri memilih untuk tetap di markasnya ketimbang pulang ke rumahnya di selatan sungai parfum, sebuah keputusan yang akan menyelamatkan jiwanya. Di sisi lain Jim Coolican mengabaikan keputusan Truong, dengan mengijinkan para personel Hac Bao merayakan Tet. Jim Coolican dan kolonel George Adkisson, penasehat senior Jenderal Truong kemudian kembali ke kompleks MACV. Memperkirakan akan adanya aksi VC dan NVA di areanya, Jenderal Truong memerintahkan 36 personel kompi pengintai ke arah barat pintu masuk kota sebagai unit peringatan dini. Hal ini kemudian meninggalkan hanya kompi Hac Bao, dengan 6 pletonnya, mempertahankan seluruh area perkotaan di Hue. Bersamaan dengan ini Tran Ngoc Hue mengirimkan 3 pleton ke selatan sungai Parfum untuk mempertahankan posisi strategis disini (termasuk penjara provinsi), dan 2 pleton untuk menjagai 9 pintu masuk benteng dan mengontrol akses masuk kota yang kritis. Ini kemudian menyebabkan pasukan Hac Bao terpencar-pencar, menyisakan cuma 50 orang untuk menahan serangan NVA ke benteng.

SERANGAN DI KOTA HUE

Kompi pengintai yang dikirimkan Jenderal Truong segera membuka kontak dengan penyusup NVA, namun tetap saja mereka tidak memperkirakan besarnya skala serangan. Pada dini hari tanggal 31 Januari,  NVA mengerahkan 2 batalion penuh dan unit-unit sapper untuk menyerang benteng istana, dengan batalion ke-802 ditugaskan untuk merebut markas Divisi ke-1 ARVN, sementara batalion ke-800 menduduki area berpenduduk di dalam kota yang bertembok. Sisa dari resimen ke-6 NVA kemudian berupaya memotong jalur bala bantuan ARVN ke kota Hue. Di selatan sungai parfum resimen ke-4 NVA melakukan manuver serupa di kota baru, dengan menugaskan batalion ke-804 untuk merebut sebagian besar kota baru dan menyerang kompleks MACV. Sementara itu salvo pertama tembakan artileri dan roket membangunkan Tran Ngoc Hue di rumahnya di barat laut dari benteng istana. Hue kemudian menyembunyikan orang tuanya, istri, dan anak perempuannya di bunker keluarga dan bersiap bergabung dengan unitnya, yang berpangkalan dekat lapangan udara kecil di dalam benteng. Tanpa menggunakan Jip, Hue mengayuh sepeda ayahnya menuju perimeter Hac Bao. Hue dengan cepat menyadari adanya ratusan tentara NVA bergerak menuju markas Divisi ke-1 ARVN. Menyadari bahwa seluruh kota diserang, Hue ingat akan keluarganya, ia sendiri adalah ayah dari anaknya yang masih kecil, serta ia adalah anak tertua dari orang tuanya. Meski sempat berpikir untuk kembali merawat keluarganya, Hue memutuskan bahwa tugasnya adalah bergabung dengan rekan-rekan ARVN nya, karena jika tanah airnya jatuh ke tangan musuh yang dibencinya, maka tidak akan ada lagi masa depan yang selama ini diperjuangkannya. Disamarkan dalam kegelapan, Hue dengan nekad bergerak bersama tentara NVA. Setelah melewati perjalanan yang menegangkan, Hue akhirnya bisa bergabung dengan Hac Bao tepat pada waktu ketika batalion ke-800 NVA menyerang.

Letnan Hue tinggal di rumahnya di luar markas Kompi Hac Bao. Meski sempat berpikir untuk kembali merawat keluarganya, Hue memutuskan bahwa tugasnya adalah bergabung dengan rekan-rekan ARVN nya, karena jika tanah airnya jatuh ke tangan musuh yang dibencinya, maka tidak akan ada lagi masa depan yang selama ini diperjuangkannya. (Sumber: https://thantrinhomhue.com/)
Serangan Pasukan Komunis di Benteng Istana Kota Hue. Pasukan Vietnam Selatan (ARVN) menguasai Benteng dan lapangan udara di utara Sungai Perfume, sementara pasukan Sekutu mempertahankan kompleks MACV dan Universitas Hue di selatan sungai. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Saat pasukan NVA berulang kali maju kedepan, pleton Hac Bao yang diperkuat, bertahan dalam bunker pertahanannya menembakkan senjata anti tank ringan LAW ke pasukan musuh dengan efek yang mematikan. Hue dan anak buahnya membunuh sekitar 50 prajurit musuh dan mengalihkan kekuatan batalion ke-800 NVA dari lapangan udara. Dalam pertempuran yang membingungkan, Hac Bao menyelamatkan dua prajurit Amerika yang terjebak baku tembak dan menangkap 3 tahanan NVA. Tragisnya ketika pertempuran berlangsung di sekelilingnya, Hue mengetahui bahwa pleton yang ia perintahkan untuk mempertahankan penjara provinsi dihancurkan di selatan sungai Parfum. Komunikasi terakhir yang didengar Hue adalah perintah dari komandan pleton pada anak buahnya untuk memasang bayonet, sembari meminta Hue untuk merawat istri dan 7 anaknya.” Sementara itu VC dan NVA yang menduduki kota, membuat Hue dan anak buahnya menyadari bahwa rumah dan keluarga mereka telah jatuh ke tangan musuh. Lebih buruk lagi karena reputasi mereka yang tidak kenal takut di medan pertempuran, maka ada harga bagi masing-masing kepala anggota keluarga mereka. Meski demikian Hue dan anak buahnya tetap bertempur dan uniknya tidak ada catatan desersi diantara mereka. Di sisi lain meski Hac Bao telah mematahkan serangan batalion ke-800, pertahanan ringan di pos komando Jenderal Truong mengalami tekanan berat dari serangan pasukan sapper terlatih NVA dan elemen dari batalion ke-802. Kekuatan darurat yang terdiri dari 200 pegawai, dokter dan pasien bertarung dengan keras, kadang-kadang dalam jarak dekat untuk mendesak balik serangan NVA yang hanya berjarak 18 meter dari kantor Truong. Dengan pasukan musuh yang semakin banyak berdatangan, jenderal Truong memerintahkan elemen-elemen Divisi ke-1 ARVN yang terpencar-pencar untuk mempertahankan benteng dan kota Hue. Sayangnya VC dan NVA telah memblokir jalur pendekatan utama ke benteng.

Tentara ARVN membawa tahanan Vietnam Utara di kota Hue. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Tepat sebelum pukul 07:00, Tran Ngoc Hue menerima pesan radio dari Letnan kolonel Ngo Van Chung di markas besar Divisi ARVN ke-1, yang mengarahkan Hac Bao untuk menarik diri dari posisi pertahanannya di landasan udara dan memperkuat garnisun. Menyadari bahwa Hac Bao cukup dekat posisinya dengan garnisun yang terkepung, Hue segera beraksi. Hue lalu mengobarkan semangat anak buahnya, dengan menyatakan bahwa mereka bertempur untuk rekan-rekan, keluarga, negara dan kota Hue. Anak buahnya kemudian menjawab: “komitmen dan Merdeka atau Mati!” Hue lalu menjelaskan bahwa mereka kini harus membantu Markas Besar Divisi ke-1 yang ada dalam kepungan, sambil menunjukkan bahwa mereka adalah yang terbaik dalam Divisi ke-1 ARVN. Hue kemudian menutup dengan berteriak “Hac Bao“sekencang yang dia bisa, dan anak buahnya membalas  “Hurrah, hurrah, hurrah!” Dengan memanfaatkan pengetahuan mereka akan kota Hue dan dengan bantuan warga sipil, pasukan Hac Bao menyelinap tanpa diketahui melewati labirin dalam kota, saat NVA menguasai jalan-jalan besar. Di sini NVA menunjukkan kelemahannya dalam merebut kota Hue. Membayangkan bahwa mereka akan mendapat kemenangan mudah dan dukungan dari rakyat sipil, NVA tidak siap menghadapi perlawanan sengit dari ARVN. Uniknya, NVA cuma menyerang target-target yang sudah ditentukan dan bertahan ketimbang tetap mempertahankan inisiatif. Dengan kondisi ini, Hac Baokemudian bisa mendekati Markas Besar Divisi ARVN ke-1 tanpa insiden berarti. Saat pasukan sapperNVA sekali lagi menembus tembok markas, Hac Bao mendekat tanpa diketahui.

Hue, Vietnam. 1968. Anggota Kompi Pengintai Tentara Republik Vietnam (ARVN) mempersiapkan patroli di depan apartemen pribadi Kaisar, saat itu digunakan sebagai tempat tinggal anggota ARVN dan penasihat Tim Pelatihan Angkatan Darat Australia Vietnam (AATTV ). Di pembukaan serangan Tet di kota Hue, komando sekutu berupaya mengumpulkan pasukan dari mana saja untuk menghentikan ofensif pasukan komunis. (Sumber: https://www.awm.gov.au/)
Spesialis George R. Sanchez, dari Divisi Lintas Udara ke-101, menembakkan peluncur roket M-72 ke posisi musuh selama Perang Vietnam, Vietnam. Tidak memiliki senjata berat kompi Hac Bao pimpinan Hue mengandalkan senjata LAW untuk membungkam sarang senapan mesin NVA. (Photo by Authenticated News/Getty Images/https://www.historynet.com/)

Dengan memanfaatkan unsur kejutan, pasukan Hac Bao melepaskan salvo mematikan senjata LAW yang menghancurkan dua sarang senapan mesin NVA dan masuk ke gedung, sehingga mendesak pasukan komunis untuk mundur. Jenderal Truong lega dengan kehadiran komandan muda Hac Bao ini, namun krisis belum berakhir. Pasukan ARVN yang bersamanya sebagian besar masih personel non kombatan dan mereka harus melawan seluruh batalion ke-802, serta elemen batalion ke-800 dan sebagian besar batalion sapper ke-12. Akan tetapi serangan mereka kini dijalankan sedikit demi sedikit. Sementara itu, dengan mengambil posisi di puncak menara markas Divisi, Tran Ngoc Hue mengambil alih pimpinan pertahanan dan sukses mengarahkan tembakan atas gelombang serangan pasukan NVA. Pertempuran di markas besar Divisi ARVN ke-1 kemudian berlangsung lebih dari sehari, sebelum tim task force Divisi Airborne ke-1 menembus posisi pemblokiran NVA dab mencapai markas Divisi ARVN ke-1 dari arah utara. Kini bertahannya pasukan Jenderal Truong di wilayah benteng istana sudah bisa dipastikan. Namun ini baru permulaan. Bagaimanapun, perlawanan pasukan ARVN sangat penting, bahkan sejarawan NVA sendiri menilai kegagalan untuk merebut Markas Besar Divisi ARVN ke-1 adalah kesalahan utama pasukan komunis dalam pertempuran memperebutkan kota Hue. 

MEMPERKUAT BENTENG ISTANA

Pada pagi hari tanggal 31 Januari, batalion ARVN 2/3 pimpinan Dinh mendapati mereka menghadapi serangan dan melawannya dengan mengkonsentrasikan unit-unitnya yang terpencar-pencar. Dengan penasehat Amerika-nya, kapten Joe Bolt terputus komunikasinya dengan Markas MACV dan Dinh hanya mendapat sedikit informasi sporadis mengenai Markas Besar Divisi ARVN ke-1 di benteng kota yang terkepung, tidak ada satupun dari mereka yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saat fajar mulai merekah, apa yang sebenarnya terjadi mulai menjadi jelas, Dinh dan Bolt dapat melihat pasukan NVA mengalir melintasi Highway 1 menuju ke kota Hue. Pada siang hari, datang perintah dari Truong agar batalion 2/3 bergerak memperkuat rekan-rekannya di benteng kota, namun karena Truong terputus kontaknya dengan unit-unit lain, Dinh dan batalion 2/3 nya terpaksa harus mencari cara sendiri untuk bergerak menuju benteng istana. Dengan mengumpulkan persenjataan dan amunisi yang mereka bisa batalion 2/3 kemudian bergerak. Kondisi mereka sendiri saat itu ada dibawah kekuatan resminya, salah satu kompinya tidak bisa menembus blokade NVA dan Dinh sendiri harus meninggalkan sebuah pletonnya untuk menjagai markasnya di Xuac Xu, sehingga total pasukan yang bisa dibawa Dinh tinggal 260 prajurit. Menyadari pasukannya yang kecil tidak bisa bergerak secara terbuka melintasi Highway 1, Dinh memutuskan untuk bergerak melalui pegunungan di sekitarnya. Pada sore hari batalion 2/3 telah mencapai sungai parfum dan bergerak ke timur. Pada satu titik, nyaris mereka menjadi sasaran tembak dari sebuah helikopter Amerika yang mengira mereka adalah NVA, sebelum diperingatkan oleh Bolt. Di dekat jembatan kereta tepat diluar kota, batalion 2/3 mendapat serangan RPG dan senjata ringan dari posisi pertahanan NVA. Dinh lalu mengerahkan 2 kompinya untuk membersihkan pasukan NVA di tempat itu dan memasuki kota Hue di tenggara tembok benteng kota pada malam hari tanggal 31 Januari, sebagai unit besar pertama ARVN yang berhasil mencapai kota yang terkepung. Telah kehilangan unsur kejutannya, batalion 2/3 dengan cepat mendapat tembakan gencar dari NVA dari dua sisi sungai Parfum. Dengan memanfaatkan kegelapan mereka terus bergerak maju ke sisi paling utara dari sungai hingga sejauh jembatan Truong Tien, dimana unit ini menghadapi pertempuran malam di dekat pasar terbuka sebelum membentuk posisi pertahanan. Telah kehilangan 10 orang tewas dan banyak yang terluka, batalion 2/3 dibiarkan bertempur sendirian, tanpa mengetahui kekuatan dan posisi musuh serta pasukan kawan. Lebih buruk lagi, istri Dinh, Duong Thi Thu Huong dan dua anaknya, serta keluarga dari sebagian besar batalion 2/3 ada di dalam kota yang kini dikuasai oleh VC dan NVA. 

Foto udara sungai Parfum di kota Hue. Setelah situasi di markas besar Jenderal Truong bisa distabilkan dengan datangnya bala bantuan, batalion 2/3 Dinh kemudian mendapat penugasan baru untuk membersihkan area penduduk diantara benteng istana dan sungai Parfum. (Sumber: https://www.flickr.com/)
Pada tahun 1968, selama Serangan Tet, Cathy Leroy, wartawan wanita asal Prancis ditangkap oleh Angkatan Darat Vietnam Utara. Dia berhasil berbicara keluar dan muncul sebagai wartawan pertama yang mengambil foto tentara Regular Angkatan Darat Vietnam Utara di belakang garis pertahanan mereka sendiri. Kisah itu kemudian menjadi sampul depan majalah Life. (Sumber: https://www.flickr.com/)
Foto hasil jepretan Cathy Leroy yang menampilkan tentara Vietnam Utara dengan senapan AK-47 buatan China berada dalam posisi pertahannya di kota Hue selama serangan Tet 1968. Nantinya Leroy akan mewawancarai Dinh saat pertempuran berlangsung. (Sumber: https://www.flickr.com/)

Pagi harinya, Dinh menerima perintah untuk menembus benteng istana dan menuju markas besar Truong. Akibatnya batalion 2/3 melancarkan serangan di gerbang Ngan menuju ke timur laut dari menara bendera benteng istana, hanya untuk dipukul mundur oleh pasukan NVA. Tidak bisa masuk melalui gerbang, batalion 2/3 berupaya memanjat tembok benteng, sementara penembak senapan mesin memberikan tembakan perlindungan dari gedung terdekat. Sebuah pleton bergerak maju dengan memanjat menggunakan tangga, hanya untuk dimusnahkan, dimana Dinh dan sisa pasukannya mendengar rekan-rekannya dihabisi. Sementara itu setelah situasi di markas besar Jenderal Truong bisa distabilkan dengan datangnya bala bantuan, batalion 2/3 Dinh kemudian mendapat penugasan baru untuk membersihkan area penduduk diantara benteng istana dan sungai Parfum. Menghadapi sekitar satu kompi NVA yang bertahan kuat, batalion 2/3 menghadapi pertempuran sengit dari rumah ke rumah, ruangan demi ruangan, membersihkan sekitar lebih dari 100 bangunan di area perkotaan. Selama 2 hari kemudian, bergabung dengan batalion ke-3, resimen ke-3, mereka melancarkan lima serangan pada jembatan hingga ke distrik Gia Hoi tetapi gagal karena kurangnya dukungan senjata berat. Saat itu batalion 2/3 Dinh telah kekurangan amunisi dan makanan. Di tengah pertempuran, Joe Bolt dengan berani melintasi jembatan Truong Tien di tengah tembakan sniper yang berdentingan di kanan kirinya untuk mencapai kompleks MACV guna mendapatkan perbekalan. Di sana ia melihat para marinir berusaha mengatur pertahanan dengan sekumpulan wartawan. Setelah mengumpulkan amunisi dan C-Ration (makanan) satu jip penuh, Bolt menanyai apakah ada wartawan yang ingin meliput pasukan ARVN. Cathy Leroy, wartawan wanita asal Prancis menyanggupi, meski baru saja terluka saat meliput pertempuran sebelumnya dan sempat ditawan NVA. Nantinya ia akan mewawancarai Dinh saat pertempuran berlangsung. Setelah Bolt kembali, Truong memerintahkan batalion ke-4, dari Resimen ke-3 untuk bergabung dalam pertempuran di tenggara benteng kota. Setelah gagal menembus posisi NVA, kini menjadi jelas bahwa batalion 2/3 dengan kekuatan kurang dari 200 orang, bersama dengan batalion 3/3 dan 3/4 harus mencari cara lain untuk bergabung dalam pertempuran di dalam benteng istana, dalam sebuah operasi yang menjadi titik utama seluruh ofensif Tet dan area dimana NVA memutuskan akan menjadi tempat pertahanan terakhir mereka.

SERANGAN BALASAN

Diatas kertas pasukan ARVN di dalam benteng kota Hue mengungguli jumlah pasukan musuh, namun faktanya sungguh berbeda. Banyak batalion ARVN kekurangan orang dan perbekalan, sementara mereka menghadapi 4 batalion NVA yang bertahan kuat dan terus menerus mendapat perkuatan. Disamping itu ARVN tidak dapat mengerahkan senjata berat, yang digunakan dengan baik oleh Marinir Amerika yang bertempur di area perkotaan Hue. “Kurangnya senjata berat khususnya senjata recoilless kaliber 106 mm, membatasi kemampuan ARVN untuk menghadapi posisi detasemen musuh yang menggagalkan gerak maju kompi-kompi mereka berulang kali.” demikian kata kolonel George Adkisson. Meski kekuatannya menyusut, tetapi pasukan ARVN terus bertahan. Pada tanggal 1 Februari, Hac Bao pimpinan Tran Ngoc Hue dengan ditemani 3 batalion ARVN melakukan serangan balik pertama ARVN dengan bergerak di sepanjang tembok barat daya dalam upaya merebut landasan udara. Dalam 2 hari pertempuran berat mereka mampu melaksanakan misinya dan membunuh lebih dari 200 tentara musuh. Di tengah pertempuran, Jim Coolican tiba-tiba muncul di markas Truong, bersama helikopter yang membawa perbekalan. Dengan bercanda Hue berkata, “sudah waktunya kamu kembali. Kamu sudah pergi terlalu lama hingga aku pikir kamu desersi.” Sementara itu dalam 2 hari berikutnya, perkuatan dari batalion ke-1, resimen ke-3 dan batalion ke-4, resimen ke-2 bertempur masuk melewati gerbang An Hoa, membebaskan sebagian besar tembok barat laut benteng istana dan menyebabkan korban besar di pihak musuh sebanyak 693 orang terbunuh! Sekarang pasukan ARVN mengontrol area terbuka di sektor utara benteng istana dan siap melancarkan serangan di bagian kota lainnya. Tapi pertempuran terberat belum juga terlewati. Pasukan musuh masih bertahan kuat dan terus memperoleh bantuan logistik dari arah barat benteng. Radio yang berhasil disadap juga memberi informasi bahwa pasukan musuh siap mempertahankan posisinya dengan “harga berapapun”. Sementara itu di tengah pertempuran sengit, Hac Bao berhasil membebaskan rumah Tran Ngoc Hue. Hue sudah bersiap menghadapi kemungkinan yang terburuk karena rumahnya hancur, tetapi setelah memasuki reruntuhan, Hue mendapati keluarganya masih hidup bertahan di dalam bunker.

Berjongkok di ruang kelas di kota Hue, tim senjata recoilless kaliber 106 mm Marinir Amerika, Sersan Terry Cothran bersiap untuk menembakkan recoillessnya ke posisi senapan mesin musuh. . “Kurangnya senjata berat khususnya senjata recoilless kaliber 106 mm, membatasi kemampuan ARVN untuk menghadapi posisi detasemen musuh yang menggagalkan gerak maju kompi-kompi mereka berulang kali.” demikian kata kolonel George Adkisson. (Sumber: https://www.usni.org/)

MASUKNYA MARINIR

Meskipun inisiatif pertempuran kini beralih ke pasukan ARVN yang ada di benteng istana, banyak dari unit mereka telah kelelahan, dan kekurangan perbekalan serta amunisi. Jenderal Truong kemudian meminta lebih banyak unit ARVN untuk bergabung dalam pertempuran di benteng istana, termasuk Skuadron ke-2, Resimen Kavaleri ke-7 dan 3 batalion dari Resimen ke-3, yang mendekat di tenggara tembok benteng. Saat Skuadron 2/7 bertempur keras untuk bisa mencapai markas Truong, batalion-batalion dari resimen ke-3, termasuk batalion 2/3 Dinh pada tanggal 7 Februari bisa mencapai markas Divisi ARVN ke-1. Seminggu pertempuran sejak meninggalkan pangkalan artileri Xuac Xu, adalah hal yang berat bagi Dinh, yang hanya tahu istri dan anaknya ada di tengah pertempuran di benteng istana. Saat sampai ke markas, Truong menenangkan Dinh dengan memberi tahu bahwa keluarganya selamat dan ada di tempat penampungan pengungsi, 3 km dari markas Truong. Bersembunyi di tengah-tengah pengungsi lainnya, Pham yang bersama teman-temannya berhasil mencapai garis ARVN. Setelah pertemuan yang penuh derai air mata dengan keluarganya, Dinh, seperti Hue, melanjutkan pertempuran. Pada tanggal 10 Februari, batalion-batalion Airborne, yang sudah berdarah-darah dan menjadi unit cadangan ARVN, diminta untuk kembali oleh Saigon. Setelah mendapat desakan berulang dari Truong akan unit-unit pengganti, MACV dan ARVN memutuskan untuk mengirimkan sebuah batalion Marinir Amerika untuk ambil bagian dalam pertempuran di benteng istana. Tugas ini kemudian dibebankan pada batalion ke-1, resimen Marinir ke-5 pimpinan Mayor Robert Thompson, yang telah bertempur di Phu Loc selama ofensif Tet. Pada tanggal 12 Februari Marinir pimpinan Thompson tiba di markas Truong dengan diiringi oleh 5 tank dan beberapa ONTOS, yakni kendaraan beroda rantai yang dipersenjatai dengan enam senjata recoilless kaliber 106 mm, yang sangat berguna dipakai dalam pertempuran di kota baru.

M50 Ontos yang sangat berharga dalam pertempuran di kota Hue. Kendaraan beroda rantai yang dipersenjatai dengan enam senjata recoilless kaliber 106 mm ini sangat berguna dipakai dalam pertempuran di kota baru. (Sumber: https://www.defensemedianetwork.com/)
Marinir di Kompi F, Batalyon ke-2, Resimen Marinir ke-5, meledakkan pasukan musuh di sekitar Benteng Istana kota Hue pada tanggal 16 Februari 1968. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Truong merencanakan serangan dua cabang terhadap area yang dikontrol NVA di benteng istana, terutama di tempat-tempat penting istana dan tiang bendera dimana bendera NLF (Vietcong) yang dibenci berkibar di sebelah selatan tembok benteng istana. Truong menugaskan resimen ke-3 yang diperkuat dua batalion marinir Vietnam yang baru tiba untuk merebut bagian selatan benteng istana. Sementara itu marinir Amerika pimpinan Thompson ditugaskan untuk menggantikan batalion-batalion Airborne ARVN dan bergerak dari arah tenggara melewati area pemukiman padat dan dipertahankan kuat untuk menuju ke arah tembok benteng. Pada dini hari tanggal 13 Februari marinir 1/5 bergerak menuju posisinya melewati jalan Mai Thuc Loan yang membentang dari gerbang Dong Ba sampai sudut utara istana kekaisaran. Proses penggantian posisi unit-unit Airborne ARVN terbukti berlangsung kacau karena kesalahpahaman komando, dimana para prajurit Airborne terlalu cepat menarik diri sehingga posisinya bisa diduduki oleh pasukan NVA di area-area pentingnya. Saat marinir yang tidak menyadari bergerak maju, mereka segera disergap oleh tembakan gencar di sekitar tembok benteng dan gerbang Dong Ba. Marinir Amerika kemudian harus bertempur selama seminggu dengan bertarung dari rumah ke rumah melawan pasukan NVA yang melawan dengan fanatisme luar biasa. Sadar bahwa para Marinir Amerika tidak familiar dengan area dalam benteng istana, Truong kemudian menugaskan batalion 2/3 pimpinan Dinh untuk membantu Marinir di bagian sayap kanannya. Dengan jumlah prajuritnya yang semakin menyusut, batalion 2/3 kini menghadapi pertempuran terberatnya. Dalam pertempuran dari rumah ke rumah, pasukan NVA membentuk posisi pertahanan yang saling berhubungan di bangunan-bangunan yang mengapit jalanan. Sniper-sniper NVA akan menembak dari lantai atas bangunan, sementara para prajurit lain melepaskan tembakan dari lantai di bawahnya, sehingga menciptakan zona pembunuhan yang mematikan. Dengan hanya menggunakan senjata ringan, batalion 2/3 menderita banyak korban, sementara hanya memperoleh sedikit kemajuan. Marah karena korban yang terus meningkat, Joe Bolt berinisiatif meminta bantuan Marinir yang ada di dekatnya dan berhasil mendapatkan dua senjata recoilless kaliber 106 mm. Kini untuk menghancurkan posisi sniper NVA, alih-alih melancarkan serangan infanteri yang banyak memakan korban, senjata recoilless yang dipakai tinggal menghancurkan lantai bangunan dimana sniper musuh bersembunyi. Dengan bantuan senjata berat, Dinh dan anak buahnya, yang bertempur bersama para marinir, semakin menguasai teknik pertempuran kota dan terus bergerak mendekat ke tujuan mereka membebaskan benteng istana.

PERTEMPURAN ARVN

Sementara Marinir 1/5 dan batalion 2/3 Dinh melakukan gerak maju yang historis, sisa pasukan ARVN dan marinir Vietnam Selatan  membersihkan bagian barat daya benteng istana. Menyadari bahwa gerak maju ARVN akan memutus jalur logistik mereka, NVA melawan pada tanggal 14 Februari dengan mengirimkan bala bantuan baru menyerang garis ARVN di gerbang Chanh Tay dan memotong batalion 1/3 ARVN. Lagi-lagi kurangnya senjata berat dan serangan gencar NVA membuat gerak maju ARVN sangat lambat. Di sini kompi Hac Bao hadir memberikan bala bantuan seperti biasa, dengan bantuan unit kavaleri 2/7 untuk memecah kepungan. Pertempuran berlangsung sengit, dengan Hue seperti biasa memimpin di depan. Pertempuran berlangsung selama dua hari, dimana para petempur Hac Bao sempat dikepung, hingga Hue harus meminta serangan udara di dalam perimeternya sendiri. Sementara itu setelah sukses mematahkan serangan balik NVA, pasukan ARVN dan marinir Vietnam mencapai gerbang Chanh Tay dan sudut barat laut istana kekaisaran. Meski proses berjalan lambat, namun Truong yang masih menunggu batalion marinir Vietnam lainnya sadar bahwa posisi pertempuran sudah berbalik mendukung pasukannya. Di saat yang sama marinir Amerika menderita korban berat, termasuk 47 orang tewas, kelelahan dan kekurangan amunisi tank serta recoilless kaliber 106 mm. Di sayap kanan batalion 2/3 Dinh menderita sekitar 30 orang tewas, sementara membunuh 50 NVA. Menyadari bahwa para marinir Amerika dan batalion 2/3 kelelahan, pada tanggal 18 Februari Truong mengirim Hac Bao untuk membantu serangan terakhir ke tembok tenggara benteng istana. Sekali lagi Dinh dan Hue bertemu lagi. Hac Bao bersama batalion 2/3 maju bersama-sama, dengan kedua komandannya berbagi rencana dan beraksi sebagai sebuah tim. Meski kelelahan dan belum berganti seragam sejak pertempuran dimulai, Hac Bao tetap siap tempur. Diberi tugas untuk maju ke bagian timur laut tembok istana kekaisaran, Hue sempat meminta Thompson melubangi tembok istana dan membiarkan pasukan Hue menyerbu masuk dan membunuhi siapa saja yang ada di dalamnya. Meski kagum dengan keberanian Hue dan pasukannya, namun Thompson menolak.

Februari 1968, kota Hue – Seorang tentara Viet Cong, membidik dengan senapan M1A1 Carbine miliknya (versi penerjun payung dari M1 Carbine), selama pertempuran Hue. Meski dalam keadaan terdesak, pasukan komunis tetap gigih dalam bertahan di kota Hue. Kredit Foto: Catherine Leroy. (Sumber: https://www.flickr.com/)
Tampilan jarak dekat dari seorang Marinir ARVN yang mengawasi Viet Cong selama pertempuran memperebutkan kota Hue. Datangnya bala bantuan semakin memperkuat pasukan sekutu dan merubah arah pertempuran kota Hue. Kredit Foto: Catherine Leroy. (Sumber: https://www.flickr.com/)

Pada tanggal 21 Februari Marinir 1/5, batalion ARVN 2/3, dan Hac Bao mencapai tembok tenggara benteng istana. Di sayap yang berlawanan, pasukan ARVN bergerak lambat, mendesak ke gerbang Huu, pintu masuk terakhir menuju benteng yang masih dikuasai NVA. Sebagai tambahan brigade ke-3 Divisi Kavaleri ke-1 Amerika melancarkan serangan dari barat kota Hue yang memotong jalur suplai dan perkuatan NVA. Terisolasi dan menghadapi kehancuran pasti, NVA bereaksi pada tanggal 22 Februari pukul 06:30 dengan melancarkan serangan tiba-tiba di tembok barat daya dengan menyasar posisi resimen ke-3 ARVN dan marinir Vietnam yang kelelahan. Sekali lagi Hac Bao menjadi ujung tombak respon ARVN. Bergerak dari sisi marinir 1/5 menuju ke posisi yang terancam, Hue jengkel saat melihat tentara-tentara ARVN kabur di hadapan serangan NVA. Hue dan pasukannya kemudian menggalang semangat diantara pasukan ARVN untuk membentuk pertahanan dan menghentikan serangan NVA. Hue dan Coolican kemudian meminta bantuan serangan udara dan artileri yang dengan sempurna menghajar tentara musuh di tempat terbuka. Setelah tembakan mereda para personel Hac Bao menyerbu dengan bayonet terhunus menuju ke reruntuhan. Di tengah mayat berseragam baru yang berserakan, terlihat bendera NLF yang compang-camping terkulai. Tiba-tiba Hue menerima informasi radio dari letnan Phan Gia Lam penangkapan tentara NVA. Ini adalah pertama kalinya Hac Bao menangkap tentara NVA yang berseragam parade. Hue yang penasaran kemudian bertanya kepada tawanan mengapa mereka mereka mengenakan seragam parade dan membawa bendera. Tawanan itu menjawab, “kami diberi tahu bahwa kota Hue telah dibebaskan dan kami datang untuk menghadiri parade kemenangan. Pertempuran dengan unitmu membuat kami terkejut.” Serangan terakhir NVA di kota Hue, yang memaksa mereka mengerahkan tentara yang dimaksudkan untuk parade telah digagalkan dan dikalahkan oleh unit yang sama yang telah menggagalkan serangan awal NVA di benteng istana, hampir sebulan sebelumnya.

KEMENANGAN

Pertempuran berat dan berdarah bagi pasukan ARVN dan Marinir Amerika masih harus berlanjut untuk merebut istana kekaisaran dan menara bendera, dimana bendera NLF masih berkibar. Dalam situasi ini masih saja muncul ketegangan diantara pasukan sekutu. Bukan hal yang aneh bahwa dalam perang Vietnam pasukan Amerika diikuti oleh para jurnalis, dimana karena orang-orang Amerika ingin tahu kisah dari rekan-rekan sebangsanya, maka fokus cerita umumnya terpaku pada tentara Amerika dengan mengesampingkan ARVN. Para marinir Amerika tahu akan hal ini dan mereka juga ingin mempertahankan tradisi membanggakan korps mereka yang sejarahnya lekat dengan heroisme seperti pada kisah-kisah pertempuran legendaris di Belleau Wood (Perang Dunia I) dan gunung Suribachi (Perang Dunia II). Apapun motivasi bertempur di pihak Amerika maupun Vietnam Selatan, bisa dipahami apabila pasukan Vietnam Selatan-lah yang pantas diberi kehormatan merebut target penting dari segi budaya dan politik bangsa Vietnam di dalam benteng istana Hue. Hal ini tentu susah diterima oleh para Marinir Amerika yang telah berdarah-darah dalam pertempuran sengit di tempat itu. Sementara itu sama bangganya dan ingin mempertahankan reputasi militer negaranya, Jenderal Truong percaya bahwa  kemenangan akhir harus didapat oleh elemen Divisi ARVN ke-1, yang banyak anggotanya berasal dari kota Hue. Ia kemudian memberi tugas berbahaya namun penting secara simbolis ini kepada dua unit terbaiknya, yakni batalion ke-2/3 pimpinan Dinh dan Hac Bao pimpinan Hue.

Marinir Amerika maju dengan hati-hati ke tembok luar Benteng di Hue pada tanggal 13 Februari 1968, menyusul serangan mendadak oleh pasukan Vietnam Utara dan Vietcong. Pasukan Marinir Amerika yang berdarah-darah ingin mendapatkan kehormatan dalam penaklukan akhir pasukan komunis di benteng istana kota Hue. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Sebuah tank M41 Bulldog ARVN mendukung pasukan darat dari unit Ranger ARVN selama pertempuran dari rumah ke rumah untuk kota Hue. Kredit Foto Catherine Leroy. Perhatikan penembak mesin Browning M2 menembaki posisi Viet Cong, yang terletak di sebuah rumah, di kanan atas. Jenderal Truong percaya bahwa  kemenangan akhir harus didapat oleh elemen Divisi ARVN ke-1, yang banyak anggotanya berasal dari kota Hue. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Ketika pada tanggal 23 Februari, menerima perintah dari Truong untuk menyerang menara bendera, Dinh sadar bahwa serangan ini akan sangat sukar. Dinh percaya bahwa NVA akan mempertahankan kompleks menara bendera 3 lantai hingga orang terakhir. Yang lebih buruk para prajurit batalion 2/3 harus melintasi ratusan meter area terbuka dibawah tembakan gencar musuh, sebelum bisa mencapai pertahanan terluar NVA. Menghadapi tugas berat ini, Dinh memilih melakukan serangan malam yang berani, dan pada dini hari tanggal 24 Februari, beberapa sukarelawan terpilih dari batalion 2/3 bergerak cepat menuju menara, dengan satu kompi khusus ditugaskan untuk merebut, sementara sisanya mengepung kompleks itu. Menandai serangan dengan lemparan granat asap, para prajurit batalion 2/3 mengejutkan tentara NVA dengan serangan mereka yang berani. Dicerai-beraikan, beberapa prajurit NVA bertempur sampai akhir di lantai atas menara, sementara yang lainnya memilih melompat hingga mati. Pada pukul 05:00, personel dari batalion 2/3 menurunkan bendera NLF dan menginformasikan kesuksesan mereka dengan jenderal Truong. Kemudian saat matahari terbit, seorang sukarelawan batalion 2/3 memanjat tiang dan memasang bendera Vietnam Selatan, dimana ia tertembak di kaki pada prosesnya. Saat bendera berkibar, para prajurit bersuka-cita, karena menyadari bahwa bulan penuh kesengsaraan di kota Hue telah berakhir.

Anggota batalion ke-2/3 ARVN memasang bendera ARVN ke tiang bendera di benteng Istana kota Hue, sebagai simbol kemenangan pasukan sekutu. (Sumber: Vietnam’s Forgotten Army, Heroism And Betrayal In The ARVN)

Sekarang itu, tugas untuk merebut istana kekaisaran jatuh pada para prajurit Hac Bao, yang meski kelelahan namun masih bersemangat. Rentetan tembakan recoilless kaliber 106 mm dari kendaraan-kendaraan ONTOS Marinir Amerika membungkam posisi-posisi sniper di tembok sekeliling, kemudian 6 peluru sekaligus ditembakkan untuk menjebol gerbang istana. Memperkirakan akan adanya perlawanan sengit, para prajurit Hac Bao menyerbu ke depan, yang memunculkan rasa hormat dari  Mayor Thompson dan para marinirnya. Hue dan anak buahnya kemudian heran saat mendapati pasukan musuh memilih mundur ketimbang melakukan perlawanan dan dengan cepat bisa mengamankan simbol Kekaisaran Vietnam. Sementara itu pertempuran untuk merebut bagian barat Istana akan berlangsung hingga hari berikutnya, saat marinir Vietnam Selatan menghancurkan kantong-kantong NVA yang masih tersisa. Aksi-aksi ini, meskipun anti-klimaks, dengan dikibarkannya bendera Vietnam Selatan dan direbutnya Istana Kekaisaran menjadi penanda akhir perjuangan memperebutkan kota Hue. Di catatan akhir pertempuran di istana kekaisaran, Tran Ngoc Hue menyaksikan seorang yang nyaris telanjang menyerahkan diri. Ia adalah anggota kompi pengintai Divisi ARVN ke-1, yang terputus dari rekan-rekannya pada serangan pertama NVA. Prajurit ini bertahan lebih dari 20 hari penuh ketegangan dengan meringkuk setengah terendam dibawah tanaman air pada danau buatan dan mengais makanan di malam hari. Prajurit ini tidak lain adalah kakak tertua dari Pham Van Dinh.

REFLEKSI

Meskipun Marinir Amerika dan ARVN dalam banyak hal bertempur terpisah di Hue, namun keduanya bertempur dengan baik dan layak mendapat pujian. Sayangnya peran ARVN kerap dikesampingkan. Tentu saja Marinir Amerika bisa dibilang nyaris sendirian membebaskan kota baru di selatan Sungai Parfum dan bertempur dengan keras di kompleks benteng istana, dengan kehilangan nyawa 147 personelnya. Meski demikian, pasukan ARVN lah yang bertempur dalam mayoritas pertarungan di dalam benteng istana, dengan kekuatannya yang dibawah standar normalnya melawan NVA dan VC yang gigih dengan tanpa mendapat bantuan dari senjata berat. Selama pertempuran ARVN kehilangan 357 prajuritnya tewas dengan menimbulkan 2.642 korban tewas di pihak NVA dan VC. Sementara itu serangan Tet juga menimbulkan konsekuensi dramatis bagi karir Truong, Dinh, dan Hue. Jenderal Truong memantapkan reputasinya sebagai jenderal tempur terbaik ARVN, dan sebagai akibat dari aksinya, Divisi ARVN ke-1 dianugerahi penghargaan Presidential Unit Citation asal Amerika. Tran Ngoc Hue memperoleh popularitas diantara orang-orang Vietnam Selatan dengan disebut sebagai penyelamat kota Hue, sehingga pangkatnya dipromosikan sebagai Kapten dan dianugerahi medali Silver Star dari Amerika atas tindakannya dalam pertempuran. Sementara itu Pham Van Dinh memperoleh medali Bronze Star untuk keberaniannya. Atas upayanya, Dinh dikenal sebagai “Singa Muda dari Hue”. Di sisi lain para advisor di Korps ke-1 memberi catatan bahwa selama periode 31 Januari – 29 Februari 1968, para Resimen ke-3 dan Hac Bao menimbulkan 1.084 NVA terbunuh, menangkap 22 tawanan, serta merampas 268 senjata individu dan 88 senjata yang dilayani kru, sementara menderita 113 terbunuh dan kehilangan 67 senjata.

Seorang petugas medis Angkatan Laut merawat Marinir yang terluka dari Batalyon 2, Resimen Marinir ke-5. Marinir Amerika bisa dibilang nyaris sendirian membebaskan kota baru di selatan Sungai Parfum dan bertempur dengan keras di kompleks benteng istana, dengan kehilangan nyawa 147 personelnya. Meski demikian, pasukan ARVN lah yang bertempur dalam mayoritas pertarungan di dalam benteng istana, dengan kekuatannya yang dibawah standar normalnya melawan NVA dan VC yang gigih dengan tanpa mendapat bantuan dari senjata berat. Selama pertempuran ARVN kehilangan 357 prajuritnya tewas dengan menimbulkan 2.642 korban tewas di pihak NVA dan VC. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Bersambung…

Lanjut ke Part VI

Disadur dari:

Vietnam’s Forgotten Army, Heroism And Betrayal In The ARVN by Andrew Wiest, 2008; p 95 – 104, p 106 – 123

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *