Alutsista

SAAB 35 Draken, Pesawat Tempur Futuristik Mahakarya Si “Negara Netral”

Setelah Perang Dunia II, kecanggihan dan kinerja pesawat berkembang dengan pesat, dengan desain baru segera menjadi usang dalam hitungan tahun. Meskipun Swedia kekurangan sumber daya dibanding dengan negara-negara yang lebih besar, mereka tetap mampu bersaing secara efektif dalam perlombaan teknologi ini, dengan menghasilkan serangkaian desain pesawat tempur yang lugas, memiliki kemampuan tangguh, dan sangat fleksibel. Salah satu yang terbaik dari desain industri kedirgantaraan negeri ini adalah jet tempur berkecepatan Mach 2 “SAAB 35 Draken (Naga)”.

SAAB 35 Draken, seperti karya desain pesawat tempur Swedia lainnya merupakan perwujudan ambisi negeri ini untuk mandiri dalam hal pengadaan alustsista sesuai dengan konsep politik luar negeri yang mereka anut. (Sumber: https://www.wearethemighty.com/)

LATAR BELAKANG

Setelah Perang Dunia Kedua, Swedia tetap mempertahankan kebijakan netralitasnya, namun tetap saja, Stockholm tidak akan membiarkan negara itu berdiri tak berdaya dalam menghadapi potensi ancaman yang mungkin datang. Di saat yang sama perkembangan dalam teknologi penerbangan berjalan dengan sangat cepat setelah Perang Dunia Kedua. Swedia ingin turut berada di puncak dalam perkembangan teknologi ini. Mereka masih memiliki kenangan segar tentang perencanaan pertahanan negara yang buruk sebelum perang dunia II, dan mereka tidak ingin hal ini terulang. Mereka menyadari perlunya pertahanan udara yang kuat untuk mempertahankan netralitas Swedia. Untuk lebih menekankan netralitasnya adalah hal yang logis jika mereka ingin seindependen mungkin dari ketergantungan pemasok asing. Pada saat yang sama mereka memperkirakan bahwa jika perang terjadi, kemungkinan besar mereka akan melawan Uni Soviet. Dalam menghadapi tantangan ini Angkatan Udara Swedia telah memperkirakan kebutuhan akan jet tempur yang dapat mencegat pesawat pengebom di ketinggian namun juga dapat bertarung melawan pesawat-pesawat tempur lawan. Pada tahun 1949, Dewan Udara Kerajaan Swedia mengeluarkan permintaan pembuatan pesawat pencegat baru yang akan menggantikan pesawat siang hari SAAB 29 “Tunnan” dan pesawat tempur malam SAAB 32B “Lansen” untuk kemudian dipakai oleh Flygvapnet (Angkatan Udara Swedia) dengan kode “Proyek 1200”. Pesawat baru ini harus memiliki kecepatan setidaknya Mach 1.4, punya kecepatan menanjak yang luar biasa (hingga terbang di ketinggian 10,000 sampai 18,000 meters) karena akan ditugaskan untuk mencegat pembom musuh transonik yang datang, punya kemampuan gotong senjata yang besar, daya tahan operasional yang lama, lepas landas dalam jarak yang pendek,  dapat dioperasikan di jalan umum, yang dibangun secara khusus di bawah skema pangkalan udara terdistribusi BASE 90 Swedia, dan harus kokoh, mudah dirawat, digunakan di segala cuaca dan murah untuk dioperasikan. Biaya perawatan juga harus dibuat seminimal mungkin, dengan pengisian bahan bakar dan senjata dapat dilakukan dalam waktu 10 hingga 15 menit oleh wajib militer dengan pelatihan minimum, sehingga pesawat dapat cepat berada dalam pertempuran dengan pemberhentian di darat sesingkat mungkin. Spesifikasi khusus untuk dapat dioperasikan di jalanan umum kemudian akan menjadi persyaratan tetap dari semua pesawat masa depan yang dirancang Swedia, karena mereka selalu membayangkan bahwa pesawat tersebut akan bertanggung jawab untuk pertahanan negara mereka dengan cara apa pun yang diperlukan – ini berarti bahwa pesawat-pesawat ini dapat diterbangkan dari bentangan jalan raya pendek lurus di Swedia untuk mencapai kemampuan tempurnya secara optimal. Gambaran umumnya yang ambisius ini adalah bahwa pesawat baru ini akan memiliki kinerja melebihi 50% dari semua pesawat tempur yang dikenal dalam dinas operasional di seluruh dunia saat itu.

SAAB 29 “Tunnan“. Pada tahun 1949, AU Swedia telah meluncurkan konsep pesawat tempur masa depan untuk menggantikan Tunnan. (Sumber: https://www.goodfon.com/)
Pesawat tempur SAAB 32 “Lansen“. (Sumber: https://twitter.com/)
Erik Bratt mendemonstrasikan Dynamicpropeller miliknya. Untuk memenuhi kebutuhan pesawat tempur AU Swedia, sebuah tim teknik SAAB yang terdiri lebih dari 500 teknisi di bawah pimpinan Bratt kemudian memeriksa sejumlah opsi, tetapi akhirnya fokus pada desain pesawat bersayap double delta. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Sebuah tim teknik SAAB yang terdiri lebih dari 500 teknisi di bawah pimpinan Erik Bratt kemudian memeriksa sejumlah opsi, tetapi akhirnya fokus pada desain pesawat bersayap delta di bawah kode “Proyek 1250”, dengan pesawat memiliki sayap sweepback bersudut radikal 70 derajat. Studi desain lebih lanjut mengarah pada skema pesawat bersayap “delta ganda”, yang menampilkan delta di bagian dalam yang tebal dengan sudut 80 derajat yang menyediakan tempat untuk penyimpanan bahan bakar dan roda pendarat serta untuk terbang dengan kecepatan tinggi, dan sayap delta luar yang tipis dengan sudut 57 derajat yang memberikan daya angkat tambahan untuk penerbangan di kecepatan rendah dan pengoperasian di landasan pendek, sambil tetap mempertahankan karakteristik daya hambat rendah saat terbang di kecepatan tinggi. Sebelumnya tidak ada yang pernah menerbangkan pesawat dengan konfigurasi sayap delta ganda. Satu-satunya pesawat lain yang menggunakannya adalah F-16XL, yakni versi prototipe F-16 yang kalah dalam persaingan dengan F-15E Strike Eagle. Setelah beberapa percobaan di terowongan angin dan penerbangan model bertenaga pulsejet, skema sayap ini divalidasi menggunakan pesawat demonstrasi berskala 70%, “SAAB 210”, yang dijuluki sebagai “LillDraken (Naga Kecil)”. Draken – yang diterjemahkan menjadi “naga” sebenarnya dimaksudkan untuk diberi nama sebagai “layang-layang/kite” karena bentuk sayapnya. Pertama-tama sayap delta memiliki kapasitas tampung bahan bakar yang lebih banyak daripada sayap konvensional, dan juga bisa lebih kuat secara struktural. Kelemahannya adalah jumlah drag yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesawat yang menggunakan sayap sayung biasa. Sebagai perbandingan, Lockheed F-104 Starfighter buatan Amerika yang ada saat itu menggunakan sayap pendek yang tebalnya tidak lebih dari beberapa inci, memaksa bahan bakar dan roda pendarat untuk disimpan di badan pesawat yang berbentuk seperti tabung. Selain itu, Starfighter relatif terbatas dalam kemampuan membawa amunisinya, meskipun pendekatan desain seperti “roket” yang minimalis memungkinkan Starfighter mencapai rekor kecepatan. Konfigurasi Draken sangat radikal pada saat itu sehingga beberapa personel Flygvapnet terkejut, seorang jenderal sampai memprotes: “Apa-apaan ini? Sebuah pesawat pasti memiliki ekor terkutuk, demi Tuhan!” SAAB 210 memang memiliki sirip ekor, tetapi seperti pesawat bersayap full-delta lainnya, ia tidak memiliki tailplane. Meskipun insinyur SAAB sempat membuat sketsa SAAB 210 dengan sayap ekor penuh dan bahkan melakukan beberapa tes model terowongan angin dengan ekor penuh, SAAB 210 pada akhirnya tetap tanpa ekor. Tes terowongan angin benar-benar menunjukkan bahwa konfigurasi dengan sayap ekor tidak stabil.

SAAB 210 Lilldraken. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Prototype SAAB 35 Draken. (Sumber: https://www.airvectors.net/)
F-16XL. Sebelum kehadiran Draken tidak ada yang pernah menerbangkan pesawat dengan konfigurasi sayap delta ganda. Satu-satunya pesawat lain yang menggunakannya adalah F-16XL, yakni versi prototipe F-16 yang kalah dalam persaingan dengan F-15E Strike Eagle. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Penerbangan penuh pertama LillDraken adalah pada tanggal 21 Januari 1952 untuk memperingati 700 tahun berdirinya kota Stockholm, dengan pilot uji SAAB Bengt Olow mengendalikan pesawat. SAAB 210 ditenagai oleh mesin turbojet Armstrong Siddeley Adder dengan daya dorong 3,92 kN (400 kgp / 880 lbf). Mesin itu dinilai tidak cukup bertenaga, dan faktanya, di musim panas pesawat kecil itu sering harus diterbangkan pada jam-jam gelap yang sejuk di pagi hari. Terlepas dari keterbatasan ini, LillDraken melakukan sekitar seribu penerbangan uji sebelum ditempatkan di museum Flygvapnet. Dalam konfigurasi aslinya, intake mesin SAAB 210 berada di hidung pesawat, dipisahkan oleh noseconekecil berbentuk piramida. Kerucut hidung ini kemudian dimodifikasi menjadi bentuk chisel shape, tetapi skema intake ini tidak memberikan aliran udara yang cukup sehingga seluruh badan pesawat depan akhirnya didesain ulang, dimodifikasi dengan hidung panjang dan memindahkan intake ke belakang. Konfigurasi terakhir diberi sebutan “SAAB 210B”, konfigurasi sebelumnya kemudian diberi nama menjadi “SAAB 210A”. Pada bulan Agustus 1953, pemerintah Swedia memesan tiga prototipe dan tiga pesawat tempur praproduksi “SAAB 35 Draken“, berdasarkan desain LillDraken. Mesin turbojet Avon200 Inggris dipilih untuk mentenagai pesawat produksi. Lisensi diperoleh oleh Svenska Flygmotor(kemudian Volvo Flygmotor) untuk memproduksi mesin Avon. Yang pertama dari tiga prototipe SAAB 35 terbang pada tanggal 15 Oktober 1955, sekali lagi dengan Olow sebagai pilotnya. Pesawat ini awalnya ditenagai oleh mesin Svenska Flygmotor RM5A non-afterburningcopy dari mesin Avon Mark 21 dan mesin yang sama yang digunakan untuk memberi daya pada jet tempur SAAB 32 Lansen, tetapi prototipe itu kemudian diganti mesinnya dengan mesin Avon Mark 43 non-afterburning yang lebih kuat, yakni salah satu dari enam mesin yang disediakan oleh Rolls-Royce. Dengan mesin yang ditingkatkan, prototipe awal memecahkan kecepatan Mach 1 dalam penerbangan mendatar pada tanggal 26 Januari 1956. 

Ketika prototipe pertama J-35 Draken terbang pada tanggal 25 Oktober 1955, hal ini menempatkan Swedia di garis terdepan dalam mendesain pesawat tempur supersonik, terutama di kawasan Eropa. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)
Demonstrasi pendaratan pesawat SAAB 35-1 setelah penerbangan pertamanya. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)
Draken mendemonstrasikan aksi pendaratan di jalan raya, dalam foto di bulan Oktober 1968. Spesifikasi khusus untuk dapat dioperasikan di jalanan umum kemudian akan menjadi persyaratan tetap dari semua pesawat masa depan yang dirancang Swedia. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)

Sayangnya, prototipe pertama mengalami kerusakan selama pendaratan perut pada tanggal 19 April 1956, dan berakhir di bengkel selama beberapa bulan. Prototipe kedua, dengan mesin Avon Mark 46 yang lebih bertenaga, telah melakukan penerbangan pertamanya pada bulan Maret 1956, tetapi telah rusak karena pendaratan perut dalam seminggu sebelum kecelakaan yang dialami prototipe pertama, dan untuk saat ini program itu berhenti sejauh menyangkut tes penerbangan. Prototipe ketiga kemudian mengudara pada bulan September 1956 dan tes penerbangan dilanjutkan, dengan dua pesawat lainnya akhirnya diperbaiki dan bergabung kembali dengan program. Ketiga prototipe awal dimasukkan ke dalam proses uji coba dan evaluasi ketat, dengan pesawat pertama berakhir di museum; yang kedua hancur dalam kebakaran di darat pada tahun 1965; dan yang ketiga berakhir di sekolah teknik untuk dijadikan alat peraga tes stres dan kelelahan. Tipe pesawat tempur ini kemudian disetujui untuk diproduksi penuh pada tahun 1956 sebagai “J 35A (Adam)”, di mana “J” berarti “Jakt (Fighter/pesawat tempur)”. Pada saat ini spesifikasi pesawat telah ditingkatkan, menjadi sebuah pesawat tempur dengan kecepatan tertinggi Mach 1,8. Dua lagi prototipe lalu dibangun dengan tipe J 35A, keduanya terbang pada tahun 1958. Pesawat pertama, yang sebenarnya adalah prototipe kelima dalam secara urutan nomor, pada awalnya dilengkapi dengan mesin Avon Mark 48A yang diimpor, tetapi kemudian dipasang kembali dengan mesin setara tipe RM6B buatan Swedia, mesin yang akan menjadi mesin J 35A versi produksi. Pesawat kedua, prototipe keempat, menggunakan mesin RM6B sejak awal. Kedua pesawat ini juga dipertahankan untuk proses pengujian dan evaluasi, dengan prototipe nomor lima akhirnya berakhir di museum Flygvapnet. Setelah evaluasi prototipe yang dinilai berhasil, J 35A dimasukkan ke dalam jalur produksi. Pengiriman pertama ke Flygvapnet dilakukan pada bulan Maret 1960.

Detail spesifikasi Draken. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/)
Tampilan 3 sisi dari SAAB 35 Draken. (Sumber: https://www.19fortyfive.com/)

J 35A 

Draken terbukti memiliki kinerja yang sangat baik dan relatif mudah untuk diterbangkan. Meski demikian pesawat ini memang memiliki beberapa karakteristik tidak menyenangkan yang perlu diselesaikan. Sebagai contoh, karena desainnya tailless yang belum terbukti secara historis, pesawat ini terbukti menjadi sensitif di sekitar sumbu pitch (hidung atas / bawah), mengakibatkan osilasi buruk yang menyebabkan beberapa kecelakaan termasuk sejumlah kasus super stall. Beberapa pilot mengklaim osilasi dapat dipicu oleh detak jantung mereka! Namun, para pilot dilatih untuk mencegah hal itu terjadi, dan dari pelatihan pilot ekstensif muncul apa yang dikenal sebagai “manuver kobra,” di mana pesawat yang terbang dengan kecepatan sedang dapat tiba-tiba mengangkat hidungnya ke posisi vertikal dan sedikit melewati vertikal, menghentikan sejenak pesawat, sebelum melakukan full-body air brake dan kemudian turun kembali ke posisi normal. Orang Swedia menamakannya sebagai kort parad, yang berarti ‘tangkisan pendek’. Awalnya digunakan selama pelatihan untuk mengajar pilot bagaimana melawan super stall, namun kemudian juga dilihat memiliki manfaat sekunder sebagai manuver tempur yang akan menyebabkan musuh overshoot saat mengejar, yang memungkinkan pilot untuk membalas menyerang kemudian. Meskipun tidak selalu berguna dalam pertempuran sesungguhnya, Manuver Cobra tetap merupakan indikator kemampuan manuver yang tinggi, dan menunjukkan kemampuan dari SAAB 35. Modifikasi sistem kontrol penerbangan yang kurang sensitif kemudian dipasang pada pesawat awal, dan masalah itu dapat dikendalikan. Bagaimanapun antara tahun 1959 dan 1987 total 179 kasus superstall pada Draken dilaporkan di Angkatan Udara Swedia. 35 di antaranya mengakibatkan kecelakaan dan kehancuran pesawat. Empat pilot tewas dalam kecelakaan ini, dua gagal eject dan dua lagi bisa melakukan eject tapi gagal. Di sisi lain satu-satunya batasan mendasar di pesawat ini, yang umum ditemui pada pesawat jet di masa itu, adalah bahwa ia memiliki jangkauan dan daya tahan yang terbatas, dan sebagai pesawat bersayap delta, ia memiliki waktu lepas landas yang relatif lama, karena sulit untuk membuat flap bekerja secara efektif dengannya. Draken sementara itu dikenal relatif mudah dirawat, dengan badan pesawat dibaut bersama-sama di bagian tengah agar mudah dibongkar untuk kemudahan akses mesin.

SAAB J 35A Draken. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)
Draken melakukan manuver kort parad. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Badan pesawat Draken terdiri dari dua bagian, depan dan belakang, yang disambung dengan baut. Bagian depan, yang merupakan bagian integral dengan saluran masuk udara dan struktur sayap yang berdekatan, yang mengakomodasi radar pengontrol tembakan, kokpit, bagian bawah hidung, tangki bahan bakar integral, dan berbagai sistem. Bagian belakang, yang diproduksi sebagai satu bagian di samping sisa sayap bagian dalam, berisi mesin dan afterburner, tangki bahan bakar tipe kantong, persenjataan, roda pendarat utama, dan sistem lainnya. Sementara bagian sayap luar dapat dengan mudah dilepas untuk memudahkan pengangkutan atau penyimpanan pesawat. Kontrol penerbangan disediakan oleh kemudi dan elevon yang melebar ke bagian belakang sayap. Elevon-elevon ini beroperasi serempak untuk kontrol pitch dan beroperasi berlawanan untuk kontrol roll. Elevon terbelah, dengan satu di bagian dalam dari setiap sayap dan yang lainnya di bagian luar. Kontrol permukaan penerbangan digerakkan oleh sistem dongkrak hidrolik redundant ganda, yang dihubungkan ke sirkuit terpisah. Sebagai penghematan berat, sistem hidrolik akan beroperasi pada tekanan 210 kp/cm2 (20,6 MPa), yang akan lebih besar dari dua kali lipat tekanan yang digunakan di SAAB 29 Tunnan. Ada rem udara kecil di kedua sisi badan pesawat, di dekat ujung sayap. Pesawat produksi awal, yakni versi Adam menampilkan mesin RM6B dengan afterburner EBK 65 yang dirancang Swedia, yang memberikan daya dorong kering sebesar 47,1 kN (4.800 kgp / 10.600 lbf) dan daya dorong afterburning 66,7 kN (6.800 kgp / 15.000 lbf). Pilot duduk di kursi lontar sederhana yang dirancang SAAB, dengan sudut 30 derajat untuk membantu menghadapi gaya G, di bawah kanopi berbentuk cangkang yang berengsel di bagian belakang. Kokpitnya bertekanan dan ber-AC. Pengaturan tempat duduk pada kokpit untuk satu operator yang diposisikan di bagian depan badan pesawat, membuatnya memiliki pemandangan kearah depan dan samping yang sangat baik. Draken memiliki roda pendarat berformat tricycle, dengan roda tunggal di setiap dudukannya. Roda hidung memiliki pelindung lumpur untuk operasi medan kasar dan ditarik ke belakang, sedangkan roda utama berengsel dari pangkal sayap yang menarik keluar ke arah sayap. Kaki roda utama diketahui berkontraksi selama retraksi. Sebuah drag chute dipasang di dasar tailfin untuk mengurangi kemungkinan landing roll. Sebuah turbin ram-udara pop-up juga disediakan untuk memberi tenaga dalam keadaan darurat.

J35A dengan rudal RB24B dan kanon ADEN untuk misi penyergapan. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)
J35A dengan ARAK (Roket) dan (Kanon) ADEN serta FT (Tangki bahan bakar tambahan) untuk misi serang. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)

J 35A dipersenjatai dengan kanon kembar tipe revolver ADEN kaliber 30 milimeter buatan Inggris, dengan satu kanon di setiap bagian sayap bagian dalam, di luar saluran masuk mesin. Ada 90 peluru per senjata, sehingga total ada 180 peluru yang bisa dibawa (jumlah ini dikurangi menjadi 100 peluru saja saat menggunakan konfigurasi kanon tunggal). Satu masalah membingungkan tentang Draken adalah jumlah pylon gantungannya, terutama karena terus berubah selama evolusi pesawat. Tampaknya J 35A awalnya memiliki satu pylon tengah dan pylon di bawah setiap sayap luar. Setiap pylon sayap biasanya membawa satu rudal udara-ke-udara (AAM) Rb24, yang merupakan rudal udara ke udara pencari panas AIM-9B Sidewinder buatan AS yang dibuat dengan lisensi; sedangkan pylontengah biasanya digunakan untuk membawa tangki eksternal berkapasitas 530 liter (140 galon AS). Tangki ini menampilkan sirip ekor kembar. Rak peluncur ganda dapat dipasang ke pylon tengah untuk memungkinkan Adam membawa total empat rudal Rb24. Foto-foto dari varian Adam tampaknya menunjukkan bahwa mereka umumnya dibiarkan dalam warna logam alami. Namun, pada akhirnya Flygvapnet akan memberi sebagian besar Draken mereka skema cat kamuflase yang dikenal sebagai warna “ladang & padang rumput”, dengan pola warna hijau tua dan biru yang tak beraturan di bagian atas dan biru muda-abu-abu di perut. Varian Adam pada dasarnya adalah pesawat siang hari, dimaksudkan untuk mengejar lawan dari belakang. Varian ini menampilkan radar PS-02/A, terintegrasi ke dalam sistem kontrol penembakan (FCS) Thomson-CSF Cyrano S6 buatan Ericsson bersama dengan sistem IFF (identifikasi teman atau musuh) PN-793/A. Gunsight-nya adalah gyro gunsight canggih yang dikembangkan oleh SAAB untuk SAAB 32B dan SAAB 35A yang disebut S-6 (kemudian dinamai S-6B). Perangkat ini menggunakan data yaw dan pitch pesawat, poros, serta sumber lain untuk memberikan arah yang akurat untuk persenjataan yang dipakai. Data jangkauan dapat diambil dari radar atau diatur secara manual oleh pilot. Sebuah copy Swedia dari sistem autopilot Lear L-14 buatan AS juga dipasang. Beberapa J 35A kemudian dimodifikasi dengan sistem kontrol penembakan SB6, yang menyertakan perangkat sensor pencarian dan pelacakan inframerah (IRST) di bawah hidung. Biasanya, dua unit radio terpisah akan dipasang, bersama dengan tautan data berkecepatan tinggi dan dua sistem navigasi. Karena tidak ada umpan balik alami yang ditempatkan pada tongkat kemudi, kekuatan buatan dihasilkan oleh sistem q-feelDraken juga dilengkapi dengan sistem autopilot tiga sumbu.

Dua J 35A2 Draken terbang di atas Swedia pada awal tahun 1960-an. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Secara keseluruhan 90 unit J 35A sempat dibuat. Tiga pesawat yang pertama adalah pesawat pra-seri, sedangkan tujuh belas berikutnya adalah versi evaluasi operasional yang tidak memiliki radar dan perangkat pendukung penting lainnya, sehingga baru pada J 35A ke-21 tipe tersebut mencapai versi standar yang definitif. 28 pesawat yang terakhir dilengkapi dengan mesin afterburner EBK 66 yang kemampuannya ditingkatkan, yang secara kebetulan menghasilkan ukuran mesin yang sangat panjang, dan menuntut badan pesawat belakang yang lebih panjang dengan kontur yang direvisi. Hal ini pada gilirannya menuntut pemasangan sepasang roda belakang “roller skate” kecil yang dapat ditarik untuk menjaga bagian belakang pesawat agar tidak menggores landasan saat lepas landas atau mendarat dengan sudut yang tinggi. Sebelumnya J 35A memiliki bumper kecil yang kokoh untuk tujuan ini, yang dikatakan telah meninggalkan jejak percikan api yang spektakuler saat menghantam aspal. Pesawat dengan afterburner EBK 66 dapat dilengkapi dengan pylon kecil di ujung setiap sayap, dengan masing-masing pylon membawa dua roket tanpa pemandu Bofors 135-milimeter (kaliber 5,3 inci) untuk peran serang darat sekunder. Beberapa sumber mengklaim bahwa Adam juga dapat membawa bom besi dan sejenisnya, tetapi jika demikian tampaknya itu merupakan konfigurasi yang tidak biasa. Sementara itu dengan pengenalan mesin baru, varian-A dikenal dibagi dalam dua varian, yakni “Adam kort” dan “Adam lang” (masing-masing diterjemahkan menjadi “Adam pendek” dan “Adam panjang”)

J 35B / SK 35C / J 35D / S 35E / J 35F / J 35J 

Kehadiran J 35A kemudian mengarah ke model berikutnya, “J 35B (Bertil)”. Pengerjaan tipe Bertil sebenarnya telah dimulai pada tahun 1956, bahkan sebelum versi Adam mulai diproduksi, rencananya adalah untuk memperkenalkan varian Draken baru dengan daya dorong yang lebih besar dan perangkat avionik yang ditingkatkan sesegera mungkin. Prototipe J 35B, versi J 35A yang telah dimodifikasi, melakukan penerbangan pertamanya pada tanggal 29 November 1959, dan tipe ini mulai beroperasi dengan Flygvapnet pada tahun 1961. J 35B seharusnya menggunakan mesin RM6C yang kemampuannya telah ditingkatkan secara substansial, radar PS-03/A, dan S7 FCS, tetapi tidak satu pun dari perlengkapan ini siap saat badan pesawat tersedia. Hasilnya, semua J 35B dikirim dengan mesin RM6B dan tanpa avionik tempur. Rupanya mereka hanya digunakan untuk pelatihan dan evaluasi sampai mereka dapat dibawa ke spesifikasi operasional, dalam jangka waktu 1964-1965. Varian Bertiltampak hampir identik dengan versi Adam yang dibuat terakhir, dengan badan pesawat belakang yang lebih panjang dan roda belakang kembar, tetapi menampilkan sistem SAAB S7 FCS, yang memperkenalkan dukungan untuk jaringan “STRIL 60 (Stridsledning och Luftbevakning / Combat Guidance & Air Surveillance)” standar Swedia. Sementara J 35A terbatas kemampuannya pada proses pencegatan dengan pengejaran dari arah belakang, sistem SAAB 37 FCS dan jaringan STRIL 60 memungkinkan J 35B untuk melakukan intersep target dari depan atau samping — sebuah trik jitu untuk dua pesawat yang sedang bergerak cepat. Karena rudal Rb24 Sidewinder harus diarahkan ke lubang knalpot target, rudal ini tidak berguna untuk digunakan dalam sistem intersepsi dari arah depan atau samping, dan oleh karena itu J 35B yang dipasang untuk peran pencegat umumnya membawa dua pod roket tanpa pemandu dengan sirip lipat Bofors kaliber 75 milimeter (3 inci) pada gantungan ganda yang dipasang pada pylon tengah. Pod roket ini memiliki fairing yang “mudah terbuka” di bagian hidung untuk menembakkan roket, dengan fairing seperti ini akan membuat pod sulit dibedakan dari tangki bahan bakar eksternal, kecuali bahwa pod ini lebih kecil. Bertil juga dapat digunakan dalam peran serang darat sekunder, dengan membawa roket kaliber 135 milimeter. Opsi persenjataan lainnya mencakup juga bom jatuh bebas konvensional mulai dari ukuran 55 pon (24 kg) hingga 1.000 pon (453 kg).

Saab 35B (J 35B´(prim)) dari tim aerobatik Acro Delta (1963–1966) tahun 1964. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
J35B dengan JRAK (Pod roket), rudal RB24B dan kanon ADEN untuk misi penyergapan. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)
J35B dengan ARAK (Roket udara), JRAK (Pod roket) dan kanon ADEN untuk misi serang. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)

Sejumlah J 35A dan J 35B diterbangkan oleh tim demonstrasi penerbangan Flygvapnet “Acro Delta” yang dibentuk pada tahun 1963 menggantikan tim “Acro Hunter” yang tentunya pernah menggunakan jet tempur Hawker HunterDraken dari tim Acro Delta dipasangi generator asap dan dicat putih, yang menampilkan sirip ekor berwarna biru dengan trim warna kuning. Tidak diragukan lagi, Draken yang cepat, dengan bentuk mata panah yang ramping, membuatnya menjadi pesawat demonstrasi yang mengesankan. Tim Acro Delta kemudian dibubarkan pada tahun 1966, tetapi Draken tetap diterjunkan untuk pertunjukan penerbangan umum dengan basis yang lebih informal namun tetap teratur hingga tahun 1982, dengan tim penampilan khusus yang dibentuk beberapa kali setelah itu. Total 73 unit J 35B dibuat, dengan satu disimpan oleh SAAB untuk tujuan pengujian dan evaluasi. J 35B lalu menerima beberapa pembaharuan dalam dinas operasionalnya, terutama penggantian kursi ejeksi baru dengan kemampuan dipakai di ketinggian rendah dan kecepatan rendah. J 35 adalah pesawat yang cukup menuntut, jadi versi latih dengan dua kursi tandem, “Sk 35C (Caesar)” dikembangkan dan terbang pertama kali pada tanggal 30 Desember 1959. “Sk” adalah singkatan dari “Skol“, artinya kursus “sekolah” atau “pelatihan”. Instruktur duduk di kursi belakang dalam posisi lebih tinggi di belakang pilot kadet, dan memiliki periskop stereoskopik untuk meningkatkan visibilitas ke depan. Periskop ini tampaknya tidak memuaskan, karena pemandangan menggunakan perangkat itu digambarkan sebagai seperti “menatap melalui dua tabung kertas toilet”, tetapi lebih baik daripada tidak sama sekali. Ada layar penahan angin antara kursi siswa dan instruktur untuk melindungi instruktur jika terjadi serangan burung atau kecelakaan lain yang merusak kaca depan. Kanopi versi pesawat latih dibuka ke samping. Kursi kedua dipasang dengan mengurangi ukuran tangki bahan bakar pesawat, tetapi sebagai kompensasi dua kanon ADEN dihapus, yang memungkinkan tangki bahan bakar yang lebih besar di bagian sayap. Radar pencegat udara juga telah dihapus, tetapi Caesar mempertahankan pylon senjata, dan rudal Sidewinder atau AAM lainnya dapat dibawa untuk pelatihan. Sebanyak 26 Caesar, termasuk prototipe, dibangun kembali dari pesawat produksi awal J 35A, dengan mesin afterburner Model 65 dan badan pesawat yang pendek. Beberapa sumber mengklaim bahwa prototipe awal adalah pesawat yang baru dibuat, tetapi itu tampaknya merupakan kesalahan. Berbeda dengan Draken satu kursi FlygvapnetCaesar tidak dicat kamuflase, terbang dalam warna lapisan logam alami sepanjang karier mereka. Pada tahun 1966, semua Sk 35C dimodifikasi dengan perangkat radio yang ditingkatkan, pemasangan radar navigasi, dan perubahan kecil lainnya. Elemen yang sangat terlihat dari program modifikasi ini adalah penambahan sirip kecil di bawah setiap sayap untuk meningkatkan stabilitas yaw, yang telah terdegradasi oleh penggunaan kanopi besar yang baru. 

Sk 35C (Caesar), versi latih dari SAAB 35. (Sumber: https://thereaderwiki.com/)
Pendaratan prototipe SAAB 35B setelah mencapai kecepatan Mach 2 untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Januari 1960. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Seperti yang sudah disebutkan diatas, SAAB telah berharap untuk mendapatkan mesin yang kemampuannya ditingkatkan untuk J 35B, yang disebut RM6C, yang merupakan salinan dari mesin “big bore” Rolls-Royce Avon 300 yang ditingkatkan kemampuannya secara substansial, dengan dilengkapi afterburner EBK 66 Swedia. RM6C dapat memberikan daya dorong kering sebesar 56,4 kN (5.750 kgp / 12.700 lbf), dan daya dorong afterburning 76,8 kN (7.830 kgp / 17.260 lbf). Ketika RM6C akhirnya tersedia, pemasangan mesin itu menghasilkan varian Draken baru yakni, “J 35D (David)”, yang merupakan Draken dengan kemampuan terbang hingga kecepatan Mach 2 pertama. Satu-satunya perubahan eksternal yang benar-benar terlihat dari versi J 35B adalah bahwa saluran masuk udara mesin dimodifikasi, diperpanjang ke depan di bawah kanopi. Mesin baru ini tidak mengejutkan, lebih boros daripada yang lama, sehingga David menampilkan peningkatan kapasitas bahan bakar. J 35D juga menggantikan pylon tengah dengan pylon kembar berdampingan, keduanya adalah pylon “basah”; seperti pylon sayap, artinya David bisa membawa empat tangki bahan bakar eksternal, bukan hanya satu. Perbaikan lainnya termasuk perangkat autopilot SAAB FH5 menggantikan perangkat Lear yang dibuat secara lisensi; SAAB S7A FCS yang kemampuannya ditingkatkan dengan radar Ericsson PS-03; dan kursi lontar roket baru tipe SAAB 73SE-F, yang dapat beroperasi dari ketinggian nol tetapi memerlukan kecepatan minimum 100 KPH (62 MPH) untuk proses ejeksi yang aman. J 35D kemudian diperbarui dengan kursi ejeksi SAAB RS35, yang merupakan kursi ejeksi berformat “zero-zero” sejati yang dapat melontarkan pilot dengan aman bahkan jika pesawat sedang diam di landasan. Semua Draken kemudian akan memakai kursi jenis ini. Prototipe J 35D, J 35A yang dimodifikasi, melakukan penerbangan pertamanya pada tanggal 27 Desember 1960, tetapi pengirimannya ke Flygvapnet baru dimulai pada tahun 1963. 92 unit David tercatat sempat dibuat. Beberapa produksi awal J 35D dikirim tanpa radar, karena radar PS-03 belum siap untuk digunakan pada saat itu. Pesawat-pesawat ini digudangkan sampai dapat dipasangi radar untuk dioperasikan secara penuh. 

Dua pesawat tempur J 35D dari Wing udara F13 Angkatan Udara Swedia dalam penerbangan. Bentuk sayap pesawat terlihat sempurna dalam foto ini. J 35D memiliki mesin berlisensi RM6C (Avon 300) yang lebih bertenaga dengan afterburner Flygmotor. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)

SAAB kemudian mengembangkan versi pengintai foto tak bersenjata dari J 35D, yang diberi nama “S 35E (Erik)”, di mana “S” berarti “Spaning (Pengintaian)”. Tipe ini membawa total tujuh kamera sudut pandang sempit atau sudut lebar OMERA yang dirancang Prancis, dengan konfigurasi: 

  • Kamera miring ke depan dalam fairing yang ditambahkan di hidung. 
  • Kamera vertikal dipasang di fairing yang sama. 
  • Kamera twin sideways oblique dipasang di sisi kanan hidung. 
  • Kamera miring ke samping tunggal dipasang di sisi kiri hidung, Sebuah kamera vertikal menggantikan posisi kanon Aden di setiap sayap, dengan kamera mengarah ke bawah melalui periskop melalui lubang di dalam dan di depan bagian sayap luar. 

Kerucut hidung dipasang pada rel sehingga dapat dengan mudah digeser keluar untuk akses ke dalam kamera. Pilot memiliki periskopik yang menatap ke bawah untuk membantu memfoto target, dan juga memiliki perekam pita suara didalam kokpit untuk memungkinkan dia memberikan komentar bersama dengan citra yang dihasilkan selama misi berlangsung. Tentu saja, S 35E tidak memiliki radar, tetapi selain dari perubahan ini dan ketiadaan kanon, versi ini umumnya identik dengan varian David. Varian ini bisa membawa empat tangki bahan eksternal, seperti DavidDispenser chaff-flare dapat dibawa menggantikan salah satu tangki di sayap. Tidak jelas apakah Erik pernah membawa persenjataan pertahanan diri seperti rudal Sidewinder atau tidak. Produksi awal Erik memiliki mesin RM6C dengan afterburner EBK 66, dan kanopi yang sama digunakan pada varian Draken sebelumnya. Sementara itu versi produksi akhir Erik menampilkan mesin RM6C dengan afterburner EBK 67 yang kemampuannya ditingkatkan, yang memberikan daya dorong afterburning 78,5 kN (8.000 kgp / 17.640 lbf), dan juga dilengkapi dengan kanopi “gelembung” yang diperkenalkan pada J 35F, yang akan dibahas di bawah. Prototipe S 35E, konversi dari J 35D, melakukan penerbangan pertamanya pada 27 Juni 1963, sementara produksi pertama varian Erik definitif melakukan penerbangan pertamanya pada tanggal 13 Mei 1965, dengan pengiriman ke Flygvapnet dimulai pada musim panas tahun itu juga. Sebanyak 60 Erik sempat dibangun. 28 di antaranya awalnya dipesan sebagai David, tetapi diubah menjadi Erik di jalur produksi. Pada tahun 1970-an, Eriks diberi upgrade “apparat 15” yang mencakup perangkat kamera film yang dimodernisasi; kemampuan untuk membawa pod fotografi malam Vinten Blue Barondi pylon tengah; dan cocok dengan sistem countermeasures yang modern dan canggih, dengan dispenser chaff-flare yang ditempelkan di sisi knalpot mesin, ditambah dua pod jammer kecil di pylonkhusus di sayap luar. 

S 35E, varian pengintai dari SAAB 35 Draken. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Perangkat pengintai pada hidung S 35E. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)
J 35F (Filip), varian definitif dari Draken. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Sementara itu J 35D juga menghasilkan varian J 35 definitif, “J 35F (Filip)”, dengan penerbangan pertama dari prototipenya, yakni varian Adam yang dimodifikasi, dilakukan pada tanggal 22 Desember 1961 dan pengenalan pada dinas operasional pada tahun 1965. Pengembangan dilakukan dengan memodifikasi tiga J 35A, salah satunya dibuat spesifikasi produksi penuh dari J 35F. Filip sangat mirip J 35D produksi akhir, dengan mesin RM6C dan afterburner EBK 67, serta kanopi model “gelembung”. Peningkatan besar lainnya adalah pemasangan FCS SAAB S37B collision-course dengan radar EricssonPS-01/A, yang digunakan bersama dengan skema persenjataan baru, dengan J 35F membawa dua rudal Rb27 semi-active-radar-homing (SARH) AAM dan satu rudal pencari panas Rb28 AAM atau Rb24 Sidewinder AAM di bawah setiap sayap. Rb27 dan Rb28 adalah rudal AAM Hughes Falcon buatan AS yang dibuat di bawah lisensi di Swedia. SARH Rb27 dinilai terlalu berat untuk dibawa dengan pylonsayap, itulah sebabnya hanya dua yang bisa dibawa. FCS S37B bekerja bersama dengan jaringan kontrol darat STRIL 60 melalui datalink untuk membantu memandu rudal Rb27. Kanon ADEN di sebelah kiri telah dihapus untuk mengakomodasi sistem avionik baru. Falcon AAM hanya sedikit dipakai dalam pertempuran dan efektivitasnya telah diperdebatkan, meskipun harus diakui efektivitas semua AAM awal tidak mengesankan. Tidak jelas seberapa berguna persenjataan J 35F jika terjadi pertempuran sebenarnya, tetapi tampaknya Draken tidak pernah dipakai dalam pertempuran betulan. Namun, rudal Falcon Swedia sama sekali bukan salinan sederhana dari model Amerika, dan banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas senjata ini. Filip juga menampilkan layout kokpit yang ditingkatkan dan sistem navigasi, autopilot, dan sistem komunikasi yang diperbarui. J 35F produksi selanjutnya dilengkapi dengan perangkat IRST Hughes AN/AAR-4 (S-71N), yang dibuat di bawah lisensi oleh Ericsson. Varian pesawat dengan perangkat IRST lalu disebut sebagai “Filip Tvaa” atau “J 35F2”, yang berarti kurang lebih “J 35F-superscript-2″, dengan pesawat awal yang secara retroaktif disebut “Filip Ett” atau “J 35F1”, yang berarti “J 35F –superskrip-1″. Sebanyak 230 Filip sempat dibangun. Mereka adalah Draken terbaru yang dibuat untuk AU Swedia. Pada akhir tahun 1960-an, SAAB mengusulkan varian serang yang baru, yakni “JA 35”, di mana “JA” berarti “Jakt Attack“. Versi ini menampilkan radar baru dan perangkat lainnya, dan tes uji di terowongan angin dilakukan pada konfigurasi yang dimodifikasi. Namun, Flygvapnet berkomitmen pada pesawat multiperan SAAB 37 Viggen yang lebih mumpuni, dan JA 35 tidak jadi dibuat.

J35F dengan rudal RB27 dan / atau RB28 dan / atau RB24B (1978 RB24J) dan kanon ADEN untuk misi pencegatan. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)
J35F dengan ARAK Roket udara) dan kanon ADEN serta dua FT (tangki bahan bakar tambahan) untuk misi serang. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)

35 MOD PROPOSAL / J 35J 

Armada Draken Flygvapnet memberikan layanan yang sangat baik di sepanjang tahun 1960-an dan 1970-an, tetapi jenis ini mulai dihapus dalam dinas operasional pada pertengahan tahun 1970-an dengan pensiunnya varian Adam dan Bertil awal. Penghapusan armada Draken secara bertahap dipercepat pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an ketika Viggen mulai menjadi tulang punggung kekuatan udara Flygvapnet. Di sisi lain Orang-orang Swedia tampaknya tidak ingin membuang uang mereka sia-sia, dan ada beberapa keengganan untuk mempensiunkan Draken tua begitu saja. Mereka masih tetap pesawat yang sangat baik, walau bukan lagi menjadi yang terbaru. Pada akhir tahun 1970-an, SAAB menghidupkan kembali konsep strike-fighter AJ 35 dalam bentuk peningkatan yang cukup drastis, yang dikenal sebagai “35 MOD“. Pemutakhiran ini merencanakan adanya pemasangan varian Filip dengan sirip canard yang dapat ditarik yang dipasang pada saluran masuk mesin; ujung sayap diperpanjang dengan dogtooth; dan perangkat avionik baru yang berorientasi pada misi serang. Modifikasi ini diharapkan akan memungkinkan pesawat tempur untuk membawa beban serang berat dan masih bisa menggunakan sistem BASE 90 dari landasan terbang jarak pendek terdistribusi – tetapi 35 MOD tidak disetujui. Namun, program pembaruan Filip yang lebih sederhana disetujui untuk mempertahankan penggunaan J 35F dalam peran pertahanan udara. Pesawat yang ditingkatkan awalnya disebut sebagai “J 35F Mod”, tetapi pada saat pesawat pertama dikembalikan ke dinas operasional setelah dimodifikasi pabrik, mereka diberi sebutan sebagai “J 35J (Johan)”. Dengan ini logikanya, kode varian berikutnya seharusnya adalah “J 35G”, tetapi karena “J” adalah huruf kesepuluh dari alfabet Flygvapnet, pimpinan AU Swedia memutuskan bahwa “J” akan menjadi kode akhiran yang lebih baik. 67 upgrade dari J 35F-2 dilakukan secara keseluruhan, dengan pengiriman ulang terakhir pada bulan Agustus 1991. (Salah satu yang di-upgrade adalah sebuah prototipe yang belum digunakan). J 35J menerima upgrade avionik yang komprehensif, termasuk peningkatan radar, FCS, IRST, peralatan navigasi, komputer, dan beberapa perangkat elektronik kokpit modern. Satu-satunya perubahan yang benar-benar terlihat membedakan J 35J dari J 35F adalah penambahan pylon baru di bagian dalam sayap, sehingga total menjadi ada enam pylon.

J 35J Draken. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

Kebetulan, selama Draken satu kursi masih beroperasi, Sk 35C harus tetap ada untuk memberikan dukungan pelatihan, sehingga Caesar juga memiliki masa pakai yang lebih lama. Tampaknya versi Sk 35C tidak pernah diberikan pembaharuan besar apa pun. Versi J 35J mulai dikirim pada akhir 1980-an dan bertugas di Wing F 10 Angkatan Udara Swedia di ngelholm, di barat daya Swedia. J 35J terakhir kemudian dihapus dari dinas operasional formal dengan Flygvapnet pada tanggal 8 Desember 1998, ketika misi terakhir diterbangkan (tujuh dari Draken yang sedang diperbaiki menerbangkan misi penerbangan ‘misi perpisahan’ di bagian selatan Swedia dalam formasi sebuah ‘Pohon Natal’) lebih dari 40 tahun setelah penerbangan awal prototipe Draken pertama. Bahkan di usia tuanya, Draken dianggap sebagai pesawat yang mumpuni oleh para pilot Flygvapnet, karena kinerjanya masih mengesankan — dan fakta bahwa pesawat ini tidak mudah untuk diterbangkan seperti pesawat yang muncul kemudian, seperti Viggen, membuatnya sebagai pesawat yang menantang. Draken dirancang sejak awal sebagai pesawat pencegat khusus. Secara tradisional, ini berarti dibutuhkan pesawat dengan kecepatan yang hebat, punya kemampuan menanjak yang luar biasa, dan bisa melacak dan mengirimkan senjata dari jarak jauh dibanding pesawat yang mudah dikendalikan. Namun terlepas dari karakteristik ini, Draken terbukti menyediakan kemampuan tempur manuver jarak dekat yang lebih dari cukup berkat area sayapnya yang besar. J 35 menunjukkan kempuan membelok yang bagus dan memiliki mesin yang mampu terbang hingga kecepatan Mach 2 yang kuat, sehingga membuatnya dapat mengimbangi setiap pesawat tempur modern yang ada saat itu. Hal ini tidak hanya membuat Draken menjadi pencegat yang luar biasa tetapi juga sistem pertahanan berbasis udara yang mumpuni ketika diturunkan dalam peran tempur khusus.

RADAR

PS-02/A & PS-03/A

PS-02/A adalah sebutan Swedia untuk radar Cyrano Thomson-CSF Prancis yang dibeli untuk melengkapi J35A Draken pada awal tahun 1960-an. Radar itu terhubung ke sistem pembidik Swedia yang disebut 6B. Radar ini memiliki jangkauan sampai 24 km dan target biasanya terdeteksi pada jarak 24 km. Radar ini memiliki satu mode pemindaian dengan sapuan 60 derajat dan satu mode penargetan dengan pola pemindaian 8 derajat. Setelah mengunci target, sistem akan mengirimkan data penargetan ke sistem senjata onboard. Sementara itu ketika memakai radar PS-03/A (mulai dari varian B) jarak jangkau deteksinya meningkat menjadi 37 km.

Radar PS-02/A (kiri) dan PS-03/A (kanan). (Sumber: https://www.semanticscholar.org/)

PERSENJATAAN

Rudal AIM-9J Sidewinder

AIM-9 Sidewinder adalah rudal udara-ke-udara supersonik pencari panas yang dapat dibawa oleh berbagai jenis pesawat tempur. Rudal ini memiliki hulu ledak berdaya ledak tinggi dan sistem pemandu pencari panas inframerah. Sidewinder dikembangkan oleh Angkatan Laut AS untuk pertahanan udara armada laut mereka dan diadaptasi oleh Angkatan Udara AS untuk penggunaan pesawat tempur. Versi awal rudal itu banyak digunakan dalam konflik di Asia Tenggara. AIM-9 memiliki bodi silindris dengan rakitan sayap depan-belakang untuk stabilisasi. Selain itu, ia memiliki kontrol permukaan delta ganda yang dapat dilepas di belakang hidung yang meningkatkan kemampuan manuver rudal. Komponen utama rudal adalah bagian pemandu pelacak inframerah, detektor target optik aktif, hulu ledak berdaya ledak tinggi, dan motor roket. Kepala pemandu inframerah memungkinkan rudal untuk menyasar masuk ke knalpot mesin pesawat target. Unit pemandu inframerah lebih murah daripada jenis sistem panduan lainnya, dan dapat digunakan dalam kondisi siang/malam dan relatif bebas dari gangguan elektronik. Sistem penjejak inframerah juga mengizinkan pilot untuk meluncurkan rudal, kemudian meninggalkan area tersebut atau mengambil manuver mengelak sementara rudal mengarahkan dirinya ke target. AIM-9J yang dapat dibawa oleh Draken adalah varian konversi dari model AIM-B dan E, yang memiliki kemampuan manuver untuk dogfighting, dan kecepatan serta jangkauan yang lebih besar, memberikannya kemampuan tempur udara yang lebih baik. Varian ini memiliki sistem elektronik solid-state parsial, generator gas yang lebih lama (yabg meningkatkan waktu penerbangan), dan aktuator yang lebih kuat yang menggerakkan sayap canard delta ganda berujung persegi. Fitur terakhir ini menggandakan kemampuan gaya grafitasi (“G”) dari rudal ini. Pengiriman pertama rudal ini dimulai pada tahun 1977 untuk melengkapi jet tempur F-15 dan pesawat lain yang kompatibel dengan rudal Sidewinder. Sekitar 10.000 AIM-9J akhirnya dibuat, sebagian besar dengan mengubah rudal AIM-9B/E yang ada. Bobot rudal ini adalah 76 kg. Varian J hanya dapat mengincar target dari arah belakang, dengan rentang penguncian sejauh 5,5 km, sementara jarak peluncurannya bisa mencapai 18 km. Kecepatan maksimum rudal ini adalah 2,5 Mach, dengan kemampuan manuver hingga 20 G dan waktu panduan rudal selama 40 detik. Bobot bahan peledak yang dibawa rudal ini adalah 4,5 kg TNT. 

Rudal AIM-9J Sidewinder. (Sumber: https://www.armedconflicts.com/)

Rudal AIM-4 Falcon

Rudal AIM-4 Falcon buatan Hughes adalah rudal udara-ke-udara berpemandu operasional pertama dari Angkatan Udara Amerika Serikat. Pembuatannya dimulai pada tahun 1946; senjata itu pertama kali diuji pada tahun 1949. Rudal memasuki layanan operasional USAF pada tahun 1956. Diproduksi dalam versi berpemandu pencari panas inframerah dan berpemandu radar, rudal ini bertugas selama Perang Vietnam dengan pesawat McDonnell Douglas F-4 Phantom II milik USAF. Dirancang untuk menembak jatuh pembom yang lambat dengan kemampuan manuver terbatas, rudal ini tidak efektif terhadap pesawat tempur yang punya kemampuan manuver baik di Vietnam. Karena tidak memiliki proximity fuze, rudal itu hanya akan meledak jika menabrak target secara telak. Hanya lima pesawat yang berhasil dijatuhkan rudal ini selama perang. Versi GAR-1 memiliki radar radar semi-aktif (SARH), yang mampu menjangkau target hingga jarak sekitar 5 mil (8,0 km) dengan kecepatan puncak mach 3. Sekitar 4.000 rudal ini telah diproduksi. Tipe ini kemudian digantikan oleh GAR-1D (kemudian AIM-4A), dengan permukaan kontrol yang lebih besar. Sekitar 12.000 varian ini diproduksi, versi produksi utama dari versi ini adalah Falcon SARH. Sementara itu, GAR-2 (kemudian dikenal sebagai AIM-4B) adalah versi rudal pencari panas, yang umumnya terbatas ditembakkan ke bagian belakang pesawat musuh, tetapi  keuntungannya, senjata ini bertipe ‘fire and forget’. Seperti juga praktik yang dilakukan Soviet, lazim tiap pesawat menembakkan dua tipe rudal secara salvo untuk meningkatkan peluang perkenaan (rudal pencari panas yang ditembakkan lebih dulu, diikuti beberapa saat kemudian oleh rudal yang dipandu radar). GAR-2 memiliki ukuran 1,5 in (40 mm) lebih panjang dan bobot 16 lb (7 kg) lebih berat dari rekan SARH-nya. Jarak jangkauannya mirip. Rudal ini kemudian digantikan oleh GAR-2A (dikenal sebagai AIM-4C), dengan pemandu inframerah yang lebih sensitif. Total sekitar 26.000 Rudal Falcon berpemandu inframerah dibuat.

Rudal RB 28 (HAC HM-58/AIM-4 Falcon) Swedia di Draken milik Finlandia. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Rudal AIM-26 Falcon

AIM-26 Falcon adalah versi yang lebih besar dan lebih kuat dari rudal udara-ke-udara AIM-4 Falcon yang dibangun oleh Hughes. Ini adalah satu-satunya peluru kendali udara-ke-udara Amerika dengan hulu ledak nuklir yang diproduksi. AIM-26 jarang digunakan secara luas dalam dinas operasional Amerika, dan pensiun pada tahun 1972. AIM-26B dengan hulu ledak konvensional diekspor ke Swiss sebagai HM-55, di mana digunakan pada pesawat tempur Mirage IIIS Swiss. AIM-26B diproduksi di bawah lisensi (dan dimodifikasi) di Swedia sebagai Rb 27, untuk mempersenjatai pesawat tempur SAAB J-35F dan 35J Draken. Rudal ini pensiun pada tahun 1998. Ketika Finlandia membeli DrakenFalconSwedia yang diproduksi dengan lisensi turut disertakan. Panjang rudal ini adalah 84,25 inci (2,140 m), dengan lebar sayap 24,4 inci (62 cm) dan diameter 11,4 inci (29 cm). Bobot AIM-26 mencapai 203 lb (92 kg), dengan kecepatan terbang Mach 2 dan jangkauan hingga 6 mil (9,7 km). Sistem pemandu rudal ini adalah sistem radar pelacak semi-aktif.

Rudal AIM-26 Falcon. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Kanon ADEN kaliber 30 mm

Royal Small Arms Factory ADEN yang menjadi kanon utama Draken adalah kanon revolver kaliber 30 mm yang banyak digunakan pesawat militer, khususnya Angkatan Udara dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Dikembangkan pasca-Perang Dunia II untuk memenuhi persyaratan Kementerian Udara Inggris akan persenjataan pesawat yang lebih mematikan, kanon ini ditembakkan secara electrik dan sepenuhnya otomatis setelah dimuat. ADEN memasuki dinas operasional bersama pesawat Hawker Hunter pada tahun 1954, dan kemudian digunakan oleh setiap pesawat bersenjata Inggris sampai munculnya Panavia Tornado pada tahun 1980-an. Kanon ini berkaliber 30 mm (1,18 in) × 113 mm, dan memiliki kecepatan tembak 1.200–1.700 rpm. Kanon ini cukup mematikan hingga jarak 2000 meter. Pesawat-pesawat yang menggunakan kanon ADEN 30 sebagai persenjataan built-in termasuk diantaranya A-4S SkyhawkLightningFolland Gnat (dan HAL Ajeet), Hawker HunterGloster JavelinSAAB LansenSAAB DrakenSEPECAT JaguarSupermarine Scimitar, dan CAC Sabre milik Australia.

Kanon ADEN kaliber 30 mm. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

DINAS OPERASIONAL

SAAB J 35A, dari skuadron F 13 AU Swedia di tahun 1960. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)

Pada akhir tahun 1959, pengiriman J 35A Draken dimulai ke AU Swedia, unit pertama yang menerima tipe ini adalah Wing tempur F13, yang ditempatkan di Norrköping. Selama bulan Maret 1960, Draken dari unit F13 berpartisipasi dalam latihan selama tiga hari, terbang siang dan malam sambil beroperasi di bawah keadaan “kesiapan tertinggi” sepanjang waktu. Menurut majalah Flight International, pengenalan pengoperasian dari J 35A adalah “sangat lancar”, dan bahwa waktu lepas landas dan turn-round-nya dianggap “paling memuaskan”. Pada akhir tahun 1960, beberapa Wing telah dilengkapi dengan Draken dan telah mencapai status operasional. Sementara itu meskipun J 35 Draken dirancang sebagai pencegat di ketinggian tinggi dan bukan sebagai dog fighter, ia terbukti memiliki kemampuan belok cepat yang baik dan kecepatan tinggi di semua ketinggian, menjadikannya pesawat tempur yang sangat mumpuni. Di sisi lain, walau Swedia, dengan kebiasaan netralitas militernya, secara tradisional bukanlah pengekspor senjata yang agresif, Draken tetap dibeli beberapa negara Eropa, meski butuh beberapa waktu untuk melakukan penjualannya. Pada tahun 1960, Swiss mengevaluasi Draken “J 35H” — “H” singkatan dari “Helvetia“, nama Latin kuno untuk Swiss — sebagai pengganti jet de Havilland Vampire kuno mereka dalam peran pesawat pencegat. J 35H ini akan dilengkapi dengan sistem radar Airpass collision-course Ferranti AI.23, yang digunakan oleh English Electric Lightning. Proses evaluasi J 35H berjalan dengan baik, tetapi Swiss akhirnya memilih Dassault Mirage III dari Prancis sebagai gantinya. Proposal selanjutnya untuk varian serang ekspor, “AS 35X”, di mana “X” berarti “Ekspor”, dengan sayap dogtooth dan mesin turbojet GE J79 buatan AS, juga tidak menghasilkan apa-apa. Kemudian ada SAAB 35X (Xerxes), yakni varian ekspor J 35D dan J 35F yang ditawarkan SAAB sepanjang tahun 1960-an, 1970-an, dan 1980-an. X berarti ekspor. SAAB 35X ditawarkan ke Belgia pada tahun 1967, Argentina pada tahun 1968, Venezuela pada tahun 1969, Chili pada tahun 1971, Singapura pada tahun 1975, Tunisia pada tahun 1976 dan Malaysia pada tahun 1980. Namun tidak satu pun dari negara-negara tersebut membeli SAAB 35 pada akhirnya. SAAB 35XV adalah varian ekspor dari J 35D yang ditawarkan SAAB ke Venezuela pada tahun 1971. X adalah singkatan dari export dan V untuk Venezuela. Venezuela telah menunjukkan minat untuk SAAB 35 sejak tahun 1966 dan pada tahun 1971 Draken diuji diterbangkan oleh Venezuela melawan Dassault Mirage III Prancis dan English Electric Lightning dari Inggris. Pada tanggal 23 April 1971, Angkatan Udara Venezuela membuat penawaran untuk 3 varian SAAB 35, yakni: 

  • Saab 35G1 – versi pesawat tempur satu kursi yang setara dengan SAAB35F; 6 pesawat dalam penawaran 
  • SAAB 35G2 – versi penyerang satu kursi berdasarkan SAAB 35XD tetapi tanpa adanya bahan bakar internal tambahan; 12 pesawat dalam penawaran
  • SAAB 35GT – pesawat latih dua kursi; 2 pesawat dalam penawaran 
Mirage III Swiss di atas Pegunungan Alpen. Swiss awalnya sempat melirik Draken, namun akhirnya batal membeli. (Sumber: https://www.pinterest.ch/)

Sebuah varian dari SAAB 105XT, yang disebut SAAB 105G, juga disertakan dalam penawaran ini. Total ada 24 SAAB 105G yang diusulkan. Tawaran itu juga termasuk paket senjata awal dengan rudal Falcon, bom, roket dan amunisi kanon, serta ‘Dukungan Produk’ dan peralatan tambahan seperti pylon senjata dan tangki bahan bakar tambahan. Namun, karena pemotongan anggaran, tawaran Venezuela kemudian berubah menjadi hanya mencakup 15 SAAB 35 dan 15 SAAB 105, tetapi pada akhirnya seluruh proyek berantakan karena tekanan dan intervensi AS. Meski banyak menemui kegagalan menemukan pembeli dari luar, Denmark benar-benar mengakuisisi Draken versi serang darat khusus, bersama dengan varian pengintai dan latih. Pada tahun 1968, pemerintah Denmark memilih turunan dari J 35F yang diberi nama “J 35X” untuk Angkatan Udara Denmark. J 35X mirip dengan J 35F, tetapi memiliki kapasitas bahan bakar yang lebih besar; kemampuan muat eksternal maksimum 4.500 kilogram (10.000 pon); penguatan pada struktural; sayap luar baru; roda pendarat yang lebih kuat untuk menangani beban yang lebih besar; dan kait penahan landasan. Menariknya, kait penahan landasan pacu telah menjadi bagian dari desain Draken sejak awal, tetapi SAAB tidak memasangnya pada pesawat-pesawat yang dioperasikan oleh Flygvapnet. Denmark akhirnya membeli total 51 unit Drakens. Tiga varian berbeda yang diperoleh Denmark, yaitu: 

  • A 35XD: Varian serang, alias “F 35” dalam dinas operasional Denmark. 
  • S 35XD: Varian pesawat pengintai alias “RF 35”. 
  • Sk 35XD: Varian latih dua kursi, alias “TF 35”.
Saab 35XD (F-35 Draken) AU Denmark. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
DK flare/chaff dispenser pada ekor Draken. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

20 unit F 35 dikirim dalam jangka waktu 1970-1971. F 35 dibeli untuk menggantikan North American F-100D Super Sabre dalam peran serangan darat. F 35 tidak memiliki radar, namun memiliki dua kanon Adenpylon baru di sayap bagian dalam seperti yang dipasang di J 35J, dan pylon kedua di setiap sayap luar, sehingga total ada delapan pylon. Varian ini bisa membawa pod roket tanpa pemandu dan bom, serta rudal AAM Sidewinder untuk pertahanan diri dan tangki eksternal besar berkapasitas 1.275 liter (336 galon Amerika). Uniknya Denmark memodifikasi beberapa tangki eksternal besar untuk bisa membawa bagasi pilot. F 35 menerima serangkaian peningkatan kemampuan selama karir operasionalnya. Pada awal tahun 1970-an, sebuah sistem penerima peringatan radar (RWR) AN/ALR-45 AS dipasang, yang kemudian diikuti oleh dispenser chaff-flare, yang dipasang di tailcone. RWR kemudian diperbarui ke tipe AN/ALR-65. Pada tahun 1980-an, F 35 dimasukkan melalui program peningkatan “Sistem Pengiriman & Navigasi Senjata (WDNS)” yang komprehensif yang melibatkan kesesuaian perlengkapan sebagai berikut: 

  • Sebuah komputer serang-navigasi Lear-Siegler
  • Sebuah sistem navigasi inersia Singer-Kearfott.
  • Sebuah Head-up display (HUD) Marconi Series 900. 
  • Sebuah laser range finder Inggris & penanda target (LRMTS) Ferranti, yang mirip dengan yang dipasang pada jet tempur Harrier GR.1 Inggris. 
  • Sistem jammer pod AN/ALQ-162.
Prototipe SAAB 35XD dilengkapi dengan satu rudal udara-ke-darat AGM-12B Bullup dan rudal udara-ke-udara AIM-9B Sidewinder di bawah setiap sayapnya. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
F-35 Draken, pra-WDNS, dilengkapi dengan bom 4 × 1.000 lb (453,59 kg). (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
F-35 WDNS Draken AU Denmark. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Dengan upgrade ini, F 35 menjadi pesawat serang yang sangat mumpuni dan modern. Draken Denmark juga mampu membawa campuran rudal udara-ke-darat AGM-12 Bullpup, perangkat countermeasureselektronik, dan peningkatan penyimpanan bahan bakar internal dan eksternal. Draken Denmark adalah varian terberat yang pernah diterbangkan. 20 pesawat varian pengintai RF 35 kemudian dikirim pada tahun 1971-1972 untuk menggantikan Republic RF-84F Thunderflash milik Denmark. Draken varian pengintai ini menampilkan kamera di hidung, turunan dari yang dipasang pada S 35E, dan juga dilengkapi dengan pod pengintai inframerah Vinten Red Baron pada pertengahan 1970-an. RF 35 tidak memiliki kamera pada sayap, tetapi mereka mempertahankan kanon kembar Aden dan memiliki pylon, yang memberi mereka kemampuan serang sekunder. Mereka kemudian diberi upgrade WDNS pada tahun 1980-an, meskipun tentu saja mereka tidak mendapatkan perangkat LRMTS Ferranti. Rupanya hidung baru yang dipasang pada F 35 yang ditingkatkan untuk mengakomodasi LRMTS adalah modifikasi dari hidung kamera yang dipasang pada RF 35, dan setelah peningkatan tersebut, sangat sulit untuk membedakan kedua varian tersebut. Sebelas versi latih TF 35 dibeli dalam dua gelombang. Enam unit dikirimkan pada tahun 1971-1972 sebagai bagian dari pesanan untuk F 35 dan RF 35, dengan batch tambahan lima pesawat dikirimkan pada tahun 1976-1977. Pesawat-pesawat ini mirip dengan Sk 35C yang dipakai Swedia, dengan kanopi tandem dan periskop stereoskopik untuk kursi belakang, tetapi dilengkapi dengan mesin RM6C dan afterburner EBK 67, dan tetap memiliki kemampuan tempur, dengan mempertahankan satu kanon Aden. Mereka bisa membawa pod jammer A-38K untuk misi countermeasures elektronik. TF 35 juga diberi upgrade WDNS lengkap, termasuk LRMTS di bagian hidung yang dimodifikasi. Selain itu, Denmark mengakuisisi lima S 35E dan dua J 35F, semuanya bekas dari Flygvapnet, sebagai inventori suku cadang. Draken Denmark awalnya diharapkan untuk bisa bertugas dengan baik hingga tahun 1990-an, tetapi mereka dipensiunkan secara formal pada tahun 1993, karena akhir Perang Dingin telah menyebabkan pengurangan anggaran pertahanan. Beberapa Draken Denmark kemudian berakhir di tangan sekolah pilot uji di California, dan berdasar informasi terakhir masih tetap beroperasi. 

J 35XS AU Finlandia. (Sumber: https://www.aviaworld.com/)
Versi latih Draken Angkatan Udara Finlandia. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Rudal buatan Soviet R-13M di Draken Finlandia. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pada tahun 1970, Finlandia memutuskan untuk membeli Draken sebanyak dua belas varian pencegat “J 35S” alias “J 35XS” dalam bentuk kit untuk dirakit secara lokal oleh Valmet. “S” adalah singkatan dari “Suomi“, yang berarti “Finlandia”. Varian ini mirip dengan J 35F, tetapi memiliki kanon kembar Aden dan perangkat avionik yang telah direvisi. Penerbangan awal varian ini dilakukan pada tahun 1974, dengan pengirimannya selesai pada tahun 1975. Draken Finlandia bertugas dalam peran pesawat pencegat dan pembom tempur. Sebagai langkah sementara untuk memberikan pengalaman pelatihan sebelum jet tempur J 35XS tersedia, Finlandia menyewa enam J 35B dari Swedia, dan menamai mereka dengan sebutan “J 35BS”. Pesawat-pesawat ini tampaknya dilucuti dari sebagian besar peralatan avionik tempur mereka. Yang pertama dikirim pada tahun 1972. Satu dikandangkan setelah rusak parah pada tahun 1974, dan Finlandia menyewa J 35B lain untuk menggantikannya. Pada tahun 1975, Finlandia memutuskan untuk membeli tujuh pesawat ini secara langsung, karena mereka sangat antusias dengan tipe tersebut, dan juga membeli enam J 35F Swedia yang diperbaharui dengan sebutan “J 35FS”. Mereka membeli batch kedua dari J 35FS Draken pada tahun 1984, sekali lagi semuanya adalah pesawat bekas Flygvapnet diperbaharui. Selain jet tempur yang diperbaharui, pada tahun 1975 Finlandia memperoleh tiga pesawat latih Sk 35C yang diperbaharui dengan sebutan “Sk 35CS”, dan membeli dua Caesar yang diperbaharui lagi pada tahun 1984, bersama dengan batch kedua dari J 35FS Draken. Draken Finlandia bertugas hingga abad ke-21, sebelum akhirnya ditarik dan digantikan dengan pesawat tempur F/A-18 Hornet baru Finlandia. Draken Finlandia terakhir dihapus dari dinas operasional pada bulan Agustus 2000. 

J 35Ö Draken AU Austria. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
J 35Ö Draken MK2AU Austria. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
RF-35XD N217FR Ex-RDAF yang dioperasikan oleh National Test Pilot School lepas landas dari Mojave Spaceport. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

Pengguna terakhir Draken adalah Austria. Setelah mempertimbangkan sejumlah opsi untuk penggantian SAAB 29 Tunnan negara itu, yang telah tidak beroperasi pada tahun 1972, Austria memilih J 35D bekas Flygvapnet, dengan membeli 24 di antaranya pada tahun 1985. Ini adalah keempat kalinya Austria membeli pesawat buatan SAAB untuk pertahanan udara mereka, setelah sebelumnya mereka membeli SAAB 29, SAAB Safir dan SAAB 105OE. Pesawat tersebut diperbaharui dan dimodernisasi sampai batas tertentu, misalnya dipasangi kanopi bergaya J 35F yang menggelembung. Mereka dikirim dalam jangka waktu 1987-1989. Draken Austria diberi sebutan “J 35O”, di mana “O” berarti “Oesterreich (Austria)”. Austria tidak membeli Sk 35C, sehingga pelatihan penerbangan disediakan di Swedia sebagai bagian dari paket penjualan. Beberapa Sk 35C dipertahankan beroperasi di Swedia setelah J 35J pensiun untuk tujuan ini. J 35O digunakan terutama sebagai pencegat, meskipun Austria juga mendapatkan pod untuk peralatan pengintaian. Draken Austria biasanya dicat dengan skema kamuflase superioritas udara abu-abu dua nada yang sangat rapi. Awalnya, J 35O hanya dipersenjatai dengan kanon kembar Aden mereka, karena perjanjian netralitas Austria, yang mencegah pesawat-pesawat tempur mereka membawa rudal Sidewinder atau AAM lainnya. Setelah jatuhnya Uni Soviet, peraturan dilonggarkan, dan pada tahun 1993 Austria memperoleh kelebihan stok Sidewinder Swedia untuk mempersenjatai J 35O mereka. Draken Austria juga kemudian dilengkapi dengan perangkat RWR dan dispenser chaff-flare, yang diambil dari Draken Denmark yang dipensiunan. Upgrade ini dilakukan oleh perusahaan Valmet dari Finlandia. J 35O seharusnya pensiun dari dinas operasional pada tahun 1998, tetapi untuk menemukan penggantinya terbukti memakan waktu. Draken terakhir ditarik dari dinas operasional pada bulan November 2005, untuk digantikan dalam jangka pendek oleh jet tempur Northrop F-5E Tiger II yang disewa dari Swiss, dan kemudian oleh jet Eurofighter model awal. Amerika Serikat diketahui juga menggunakan dua belas Saab 35 Draken yang sebelumnya milik Denmark sebagai pesawat latih hingga tahun 2009. Draken juga sempat muncul sebagai salah satu “bintang” Hollywood dalam setidaknya satu film. Film aksi tahun 1990 “Fire Birds” menampilkan setidaknya dua Draken berperan sebagai pesawat tempur yang ada di bawah kendali kartel narkoba. Satu Drakenditembak jatuh oleh helikopter tempur Apache yang diterbangkan oleh Brad Little (diperankan oleh pemenang Academy Award Tommy Lee Jones), yang lain ditembak jatuh oleh rudal panggul FIM-92 Stinger yang digunakan oleh Billie Lee Guthrie (diperankan oleh Sean Young). Secara total 651 Drakensempat diproduksi. Meskipun pesawat ini tidak pernah dipakai dalam pertempuran yang sebenarnya, Draken kemungkinan besar akan berfungsi dengan baik dalam perannya sebagai pencegat melawan armada pembom Soviet dan mampu bertahan melawan pesawat-pesawat tempur Soviet pada masa itu. SAAB 35 Draken digunakan dalam kurun waktu sekitar lima puluh tahun. Tidak terlalu buruk untuk pesawat yang awalnya hanya dimaksudkan sebagai pesawat eksperimental saja.

KARAKTERISTIK UMUM

  • Kru: 1
  • Panjang: 15.35 m (50 ft 4 in)
  • Lebar: 9.42 m (30 ft 11 in)
  • Tinggi: 3.89 m (12 ft 9 in)
  • Luas area: 49.2 m2 (530 sq ft)
  • Airfoil: 5%
  • Berat kosong: 7,865 kg (17,339 lb)
  • Berat kotor: 11,000 kg (24,251 lb)
  • Bobot maksimum takeoff: 11,914 kg (26,266 lb)
  • Mesin: 1 × mesin Svenska Flygmotor RM6C afterburning turbojet, berkekuatan 56.5 kN (12,700 lbf) thrust dry, 78.4 kN (17,600 lbf) dengan afterburner

Performa

  • Kecepatan Maximum: 2,450 km/h (1,520 mph, 1,320 kn) pada ketinggian 11,000 m (36,089 ft)
  • Kecepatan Maximum: Mach 2
  • Jangkauan Ferry: 2,750 km (1,710 mi, 1,480 nmi) dengan tangki bahan bakar eksternal
  • Ketinggian jelajah: 20,000 m (66,000 ft)
  • Kecepatan menanjak: 199 m/s (39,200 ft/min)
  • Wing loading: 231.6 kg/m2 (47.4 lb/sq ft)
  • Daya dorong/bobot: 0.7
  • Takeoff roll: 800 m (2,625 ft)

Persenjataan

  • Kanon: 1× atau 2× kanon kaliber 30 mm akan m/55 ADEN dengan 90 peluru per kanon (dalam SAAB 35F satu kanon dapat membawa 100 peluru) untuk menyesuaikan avionik yang dibutuhkan untuk integrasi rudal Falcon, varian sebelumnya dan varian ekspor tetap mempertahankan kanon kembar.
  • Hardpoints: enam untuk persenjataan, atau tangki bahan bakar tambahan di dua cantelan bawah, dengan kapasitas 2.900 kg (6.393 lb), dengan kombinasi:
    • Roket: 2× 75 mm roket udara ke darat pada pod tengah badan atau 12× 135 mm roket pada 6 pylon di bawah sayap.
    • Rudal: Rudal udara ke udara RB 24, RB 27 dan RB 28.
    • Bom: Versi ekspor Denmark, (F-35), telah dimodifikasi sesuai dengan standar NATO dan dilengkapi dengan cantelan bom untuk bom 1.000 pon (453 kg).

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

SAAB 35 Draken v2.2.0 / 01 dec 21 / by greg goebel 

https://www.airvectors.net/avj35.html

Saab J35 Draken (Dragon / Kite) Multirole Fighter Aircraft [ 1960 ]

https://www.militaryfactory.com/aircraft/detail.php?aircraft_id=121

Saab J35 Draken

https://www.globalsecurity.org/military/world/europe/draken.htm

The Saab 35 Draken Fighter Was Built For A War With Russia By Peter Suciu; Published March 25, 2022

Saab 35 Draken: Pilots Needed Nerves of Steel to Test Fly This Bad Boy by Caleb Larson

https://nationalinterest.org/blog/reboot/saab-35-draken-pilots-needed-nerves-steel-test-fly-bad-boy-183173

Impressive video shows Swedish Air Force J-35 Draken performing the “Cobra” Maneuver by Dario Leone

https://www.google.com/amp/s/theaviationgeekclub.com/impressive-video-shows-swedish-air-force-j-35-draken-performing-the-cobra-maneuver/

This Swedish fighter was decades ahead of its time by Harold C. Hutchison Posted On November 01, 2018 21:20:30

Saab J-35 Draken Posted on June 18, 2020

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Saab_35_Draken

AIM-9 Sidewinder

https://www.af.mil/About-Us/Fact-Sheets/Display/Article/104557/aim-9-sidewinder/

https://en.m.wikipedia.org/wiki/AIM-9_Sidewinder

https://wiki.warthunder.com/AIM-9J_Sidewinder

https://en.m.wikipedia.org/wiki/AIM-26_Falcon

https://en.m.wikipedia.org/wiki/PS-02/A

PS-03/A (S7A, Draken)

http://cmano-db.com/sensor/915/

One thought on “SAAB 35 Draken, Pesawat Tempur Futuristik Mahakarya Si “Negara Netral”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *