Others

Serangan Berani Mati Pilot-pilot India ke Pangkalan Udara Sargodha, 7 September 1965

Sargodha mungkin merupakan pangkalan udara dengan pertahanan paling baik di Asia. Pangkalan itu juga merupakan pangkalan paling strategis di Pakistan karena memiliki kepadatan aset pesawat tertinggi di PAF (AU Pakistan). Operasi Riddle Angkatan Darat India, yang menargetkan Lahore dan Kasur pada tanggal 6 September 1965, telah menimbulkan kepanikan di jajaran Angkatan Darat Pakistan. Seperti yang diharapkan, Pakistan bergegas menghentikan serangan India dan mengirimkan bala bantuan dari sektor lain termasuk Chhamb, di mana serangan Angkatan Darat Pakistan sudah mulai berkurang. Di antara langkah-langkah lain untuk melawan India, Perdana Menteri Pakistan Ayub Khan memerintahkan Kepala Staff AU Pakistan, Marsekal Udara Nur Khan, untuk menargetkan dan menghilangkan kemampuan ofensif Angkatan Udara India (IAF), sehingga IAF tidak dapat mendukung Angkatan Darat India di front Lahore. Nur Khan sampai pada kesimpulan bahwa PAF harus bertindak cepat dan menyerang IAF sebelum IAF menargetkan lapangan udara PAF dalam aksi serangan udara khusus. Pada saat itu, PAF hanya mempunyai kekuatan 150 pesawat, sedangkan IAF melebihi jumlah mereka hampir 5:1, dengan sekitar 900 pesawat. Merebut superioritas udara melawan musuh yang superior secara numerikal ini merupakan tugas yang berat. Dia kemudian menggelar Rencana Perang No. 6 PAF, yang menyerukan serangan pendahuluan terhadap pangkalan-pangkalan IAF di garis depan, yakni di Pathankot, Halwara, Adampur, Jamnagar, serta fasilitas radar IAF di Amritsar, Ferozpur dan Porbandar. Nur Khan menetapkan malam tanggal 6 September untuk melakukan serangan terkoordinasi guna menghancurkan pertahanan udara inti dan kekuatan serang IAF. PAF melancarkan serangan ini sesuai rencana perangnya pada malam hari tanggal 6 September 1965. 

Pilot-pilot Pakistan merencanakan serangan ke Pathankot. (Sumber: https://www.dawn.com/news/1204925)
Asap mengepul dari pangkalan udara Pathankot India selama serangan udara oleh Skuadron No. 19 PAF yang dipimpin oleh Sajad Haider. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Indo-Pakistani_air_war_of_1965)

Meskipun serangan PAF di Pathankot berhasil, serangan lainnya gagal karena pertahanan IAF yang gigih, terutama di Halwara, di mana pilot PAF yang paling dihormati, Pemimpin Squadron Sarfraz Rafiqui, ditembak jatuh bersama wingmannya. Mengingat unsur kejutan dan peluang menguntungkan yang dimiliki PAF, kegagalan serangan udara di Adampur dan Halwara tidak menguntungkan PAF. Penyerangan terhadap fasilitas radar di Amritsar, Porbandar dan Ferozpur, serta lapangan terbang Jamnagar, juga gagal. Pasca serangan tanggal 6 September, PAF menghentikan semua misi pengeboman siang hari ke India. Di pihak India, Kepala Staff IAF, Air Marshall Arjan Singh, kemudian memutuskan untuk memberikan balasan yang sesuai kepada PAF dengan menyetujui serangan habis-habisan terhadap pangkalan PAF pada tanggal 7 September 1965. Hingga larut malam tanggal 6 September 1965, perintah tugas berkode Komando IAF yang mengizinkan dilancarkannya beberapa serangan terhadap PAF pada tanggal 7 September dikeluarkan ke pangkalan di Agra, Adampur dan Halwara. Komponen utama pasukan penyerang adalah pesawat-pesawat Pembom Canberra (Skuadron ke-5) dari Agra, pesawat-pesawat tempur Mystere (Skuadron ke-1 dan 8) dari Adampur dan pesawat-pesawat tempur Hunter (Skuadron ke-7 dan 27) dari Halwara. Meskipun terjadi kekacauan karena penerjunan pasukan terjun payung dari Grup Layanan Khusus (SSG) Angkatan Darat Pakistan di Adampur dan Halwara (Upaya tersebut merupakan “bencana yang tidak tanggung-tanggung”. Hanya sepuluh pasukan komando yang kembali ke Pakistan, dan sisanya menjadi tawanan perang), serta gencarnya serangan malam pembom B-57 di lapangan-lapangan udara ini pada malam-malam berikutnya tanggal 6/7 September, pangkalan-pangkalan ini tetap ramai dengan aktivitas pada larut malam/dini hari, mempersiapkan dan mempersenjatai pesawat-pesawat mereka serta mengadakan briefing-briefing yang rumit. Meskipun informasi intelijen terbatas mengenai disposisi kekuatan PAF, semua personel udara IAF di pangkalan-pangkalan ini termotivasi dan siap untuk menyerang balik PAF. Mereka ingin membalas aksi PAF dengan setimpal – gayung pun bersambut!

Serangan pendahuluan PAF di pangkalan-pangkalan India pada tanggal 6 September 1965. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)

Target utama mereka adalah Kompleks Pangkalan Udara Sargodha. Pangkalan udara Sargodha terletak di provinsi Punjab Pakistan dekat Perbukitan Kirana di seberang sungai Chenab. Pangkalan ini mulai dibuka pada tahun 1959, ketika jet-jet tempur F-86F Sabre yang baru diperoleh dari Skuadron ke-5, 11 dan 16 PAF dipindahkan ke pangkalan tersebut. Tempat ini juga menjadi markas Komando Pusat PAF. Selama perang tahun 1965, unsur-unsur dari Skuadron ke-17, 18, 19 PAF juga dipindahkan ke Sargodha dari Mauripur untuk fase pengembangan serangan pendahuluan pada tanggal 5/6 September. Mereka juga mengerahkan Skuadron ke-2 dan 20 pesawat-pesawat latih T-33 PAF. Sargodha memiliki hanggar-hanggar yang baru dibangun, yang sebagian besar dianggap tahan bom. Di labirin hanggar dan jalur landasan pacu ini, pesawat-pesawat tempur Sabre dan pesawat PAF lainnya diparkir secara luas, dengan pertahanan yang dianggap kebal terhadap ancaman serangan musuh. Sargodha juga merupakan rumah bagi Flight Leaders’ School (FLS), pendahulu dari PAF Combat Commanders School (CCS) yang ada sekarang. Pada tahun 1965, ia memiliki landasan pacu silang 14/32 dan 24/06, yang memfasilitasi peluncuran dan pemulihan cepat jet tempur. Di wilayah ini juga terdapat pusat komando dan kendali paling canggih yang tersedia di wilayah anak benua pada saat itu dengan saluran komunikasi anti-macet dan radar pertahanan udara yang dikerahkan di Sakesar dan Rahwali. Lapangan-lapangan terbang di sekitar Sargodha (main/utama) adalah Chhota Sargodha (ke arah Barat), Bhagtanwala (ke arah Timur) dan Waghowal (ke arah Utara). Lapangan-lapangan udara satelit ini, beserta landasan pacu utama di Sargodha dikenal sebagai ‘kompleks Sargodha’ dan di antara keduanya terdapat konsentrasi aset-aset perang PAF dengan kepadatan tertinggi. Pada puncak kemampuan operasionalnya, kompleks Sargodha menjadi rumah bagi hampir 80 jet Sabre dan lima jet tempur F-104 Starfighter. Patroli udara (CAP) yang terdiri dari dua hingga empat pesawat Sabre, dan setidaknya satu Starfighter, secara rumit mempertahankan kompleks Sargodha setiap saat. Sepasang Sabre dikerahkan pada jarak 10 mil (16 km) hingga 25 mil (40 km) sebagai cincin pertahanan bagian dalam, sementara sepasang Sabre lainnya ditempatkan di atas/berdekatan dengan pangkalan pada ketinggian 10.000 kaki (3.048 meter). Pesawat-pesawat Starfighter dikerahkan pada ketinggian 15-20.000 kaki (4.572-6.096 meter) sebagai cincin pertahanan luar diatas jarak 25 mil (40 km).

Kompleks lapangan terbang Sargodha ditampilkan pada peta PAF masa perang. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)
F-86 Sabre menjadi pesawat tempur utama Angkatan Udara Pakistan selama perang tahun 1965. (Sumber: https://www.dawn.com/news/1204925)
20 pesawat latih tempur T-33 ditempatkan PAF di pangkalan udara Sargodha. (Sumber: http://www.pafsqk.yolasite.com/t-33-silver-finish.php)

Pada konflik tahun 1965, F-104A Starfighter adalah pesawat paling canggih dalam dinas operasional PAF. Pesawat ini lebih unggul dari semua pesawat dalam inventaris IAF. F-104A adalah pesawat pencegat supersonik dengan hidung tajam seperti jarum, sayap pendek untuk membantu dalam penerbangan supersonik dan ekor ‘T’ untuk membantu stabilisasi pada kecepatan tersebut. Akselerasinya lebih unggul dari pesawat apa pun di dunia dan dapat mencapai ketinggian operasional 50.000 kaki (15.240 meter) dalam waktu enam puluh detik. Sayap pendeknya setipis jarum sehingga memiliki hambatan atmosfer paling sedikit dan dengan ini pesawat akan dengan mudah mencapai kecepatan tertinggi Mach 2,2 dalam durasi waktu yang sangat singkat. Pilot-pilot Starfighter benar-benar duduk di atas mesin roket karena kecepatannya yang tak tertandingi. Starfighter dipersenjatai dengan dua rudal AAM Sidewinder dan kanon gatling Vulcan 20 mm berlaras enam. Kanon tersebut, dipasang di bagian bawah badan pesawat, diumpankan oleh drum berkapasitas 725 peluru di belakang kursi pilot, yang hanya bisa menghasilkan semburan tembakan terus menerus selama 7 detik. Lokasi penempatan senjata ini menguntungkan karena kilatan senjata tidak berada dalam garis pandang pilot, sehingga tidak mengganggu penglihatannya pada malam hari. Radar pengukur jarak AN/ASG-14T membantu Starfighter untuk mendapatkan jangkauan akurat bagi pembidik senjata Gyro dan rudal Sidewinder. Dua rudal udara-ke-udara AIM-9B Sidewinder dibawa di cantelan ujung sayap, yang juga dapat digunakan untuk membawa tangki bahan bakar. Meskipun rudal Sidewinder memberikan kemampuan serangan yang pasti, kanon Vulcan adalah senjata paling kuat di platform udara mana pun di dunia saat itu.

F-104A Starfighter adalah pesawat paling canggih dalam dinas operasional PAF di perang tahun 1965. (Sumber: https://hoidla.spordimuuseum.ee/?g=f-104-pakistani-af-9sq-sargodha-afb-1-72-vv-bMwBqlTZ)

Sementara itu pertahanan titik di pangkalan itu disediakan oleh senjata-senjata Bofors L60 kaliber 40mm yang dikendalikan radar anti-pesawat (RC) dari Resimen No.14 Angkatan Darat Pakistan. Selain itu, senapan-senapan mesin antipesawat Browning M2 kaliber 0,5 inci (12,7 mm) dan Rheinmetal MG3 kaliber 7,62 mm bertebaran di lapangan terbang di lokasi-lokasi yang strategis. Sistem peringatan dini di Sargodha diberikan oleh radar Peringatan Dini (EW) dan Ground Controlled Interception (GCI) berkekuatan tinggi di Sakesar. Sakesar adalah puncak gunung setinggi 4.992 kaki (1.521,5 meter) di pinggiran luar lembah Soon Punjab. Pada tahun 1962, sebagai bagian dari perjanjian SEATO, radar FPS-6 canggih buatan AS, dengan daya puncak 3,5 MW, diberikan oleh PAF sebagai bagian dari Sistem Air Defence Ground Environment System (ADGES) miliknya, yang dengan jangkauan 350 km bisa melihat jauh ke dalam wilayah Punjab dan J&K (Jammu & Kashmir) di sisi India. Dengan demikian, sistem ini memberikan peringatan yang komprehensif kepada armada PAF terhadap aktivitas-aktivitas IAF. Radar ini dapat mendeteksi target IAF dengan ketinggian sedang hingga tinggi, serta pesawat-pesawat penyerang IAF di ketinggian rendah yang menyerang hingga ketinggian 200 kaki (61 meter) pada jarak 30–50 km pada sebagian besar waktu.

Senjata anti pesawat Bofors L60 kaliber 40mm. (Sumber: http://www.navweaps.com/Weapons/WNUS_4cm-56_mk12.php)
Kompleks radar di Sakesar. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)

Hal ini memberikan peringatan dini kepada unit-unit pertahanan di Sargodha selama minimal dua-lima menit, yang cukup untuk melakukan tindakan balasan. Basisnya terdiri dari Pusat Operasi Sektor (SOC) dan elemen GCI. Mereka akan mengirimkan data hampir real-time ke pangkalan PAF di Sargodha dan mengendalikan semua intersepsi udara di wilayah tersebut. Peringatan dini terhadap pangkalan Sargodha juga tersedia dari radar mobile berkekuatan 500 KW Tipe 14 CHEL/GCI di Rahwali dan dari personel Pasukan Observasi Bergerak (MOF) PAF, yang tersebar di sepanjang kemungkinan titik masuk elemen serang IAF di dekat perbatasan India-Pakistan. Sargodha pada masa itu, dengan tanpa memperhitungkan pangkalan-pangkalan di Uni Soviet, mungkin merupakan target dengan pertahanan yang paling baik di seluruh Asia. PAF tahu bahwa dengan serangan pendahuluan pada tanggal 6 September, mereka telah “menggoncang sarang lebah” dan IAF akan menyerang dengan sepenuh hati di pangkalan paling strategis ini. Namun, mereka yakin, bahwa dengan sistem peringatan dini yang canggih dan kemampuan pertahanan berlapis, hanya elemen serang IAF yang paling tangguh yang akan mampu mencapai Sargodha. Dan di sana mereka akan hancur berkeping-keping oleh serangan berdensitas tinggi. Sayangnya PAF terlalu meremehkan kegigihan dan keteguhan pilot-pilot pesawat tempur IAF yang siap menerima tingkat korban yang tinggi untuk membalas PAF di Sargodha.

SERANGAN SKUADRON KE-5 PEMBOM CANBERRA PUKUL 23:45

Bom IAF pertama yang meledak di Sargodha dijatuhkan oleh sebuah pembom Canberra IAF pada larut malam tanggal 6 September. Melakukan serangan menukik dangkal dari ketinggian sedang, pesawat-pesawat pembom Canberra Skuadron ke-5 menyerbu lapangan terbang pada malam hari tetapi tidak menyebabkan kerusakan berarti. Namun, serangan tersebut memperingatkan PAF akan serangan balasan IAF yang dijadwalkan beberapa jam kemudian.

Pesawat-pesawat pembom Canberra IAF menyerang Sargodha pada dini hari tanggal 7 September 1965. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)

SERANGAN SKUADRON KE-1 PESAWAT MYSTERE PUKUL 06:00

Serangan IAF dengan formasi ‘Red‘, yang terdiri dari tiga jet tempur Mystere Skuadron ke-1 ‘Tigers‘, terbang keluar dari Adampur, menghantam Sargodha pada jam 0558 IST. Terbang rendah di ketinggian puncak pohon, ‘Tigers‘ dipimpin oleh CO mereka, Komandan Wing O.P. Taneja yang berani dalam kondisi jarak pandang yang sangat buruk. Navigasi hanya menggunakan kompas dan stopwatch karena kegelapan tidak memungkinkan untuk membaca peta. Beroperasi di jangkauan maksimum mereka, pesawat-pesawat Mystere hanya memiliki cukup bahan bakar untuk satu serangan melewati target mereka. Radar Sakesar menangkap mereka ketika mereka berada dalam jarak dua menit dari Sargodha. Pesawat-pesawat tempur Pakistan kemudian diarahkan ke arah mereka. Jet-jet Mystere IAF secara efisien menyelinap melewati jaring CAP (Patroli Udara Tempur) dan terbang di atas Sargodha untuk melakukan serangan roket. Melalui tembakan keras dan kondisi jarak pandang yang buruk, Taneja menyasar sebuah pesawat angkut C-130 yang diparkir di salah satu landasan dan menembakinya dengan roket-roket SNEB kaliber 68mm miliknya. Pesawat Nomor 2, yang diterbangkan oleh Flt Lt ‘Frisky‘ Verma dan pesawat Nomor 3, yang dipiloti oleh Sqn Ldr A.B. Devayya, menembakkan roket-roket SNEB mereka ke pesawat-pesawat yang diparkir di dalam tempat perlindungan, tetapi tidak ada bukti kehancuran yang terlihat oleh mereka. Taneja, setelah melewati ujung landasan yang lebih panjang, berhenti dan melihat sebuah pesawat Starfighter dan beberapa Sabre di Platform Kesiapan Operasional (ORP). Dia memberi tahu formasi 4 pesawat Mystere yang tiba di Sargodha satu menit di belakang mereka pada waktu yang sama. Dipimpin oleh Sqn Ldr D.E. Satur, formasi ‘Pink’ terdiri dari Letnan Penerbang A.K. Brahmawar dan J.P. Singh bersama dengan Flying Officer S.S. Dange. Satur dan formasinya melanjutkan untuk menyerang pesawat yang diparkir di dalam tempat perlindungan dan sasaran lain di area teknis. Satu pesawat Starfighter bisa dipastikan hancur dan beberapa Sabre diklaim mungkin hancur. Formasi ‘Red’ dan ‘Pink’ keluar dari Sargodha setelah serangan mereka. Empat pesawat Sabre dan satu Starfighter lalu dikerahkan untuk mencegat tujuh pesawat Mystere itu.

Skuadron ke-1 pesawat Mystere adalah unit penyerang pertama di Sargodha pada fajar tanggal 7 September 1965. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)
Pesawat Mystere IV dengan berbagai senjata yang bisa digotongnya. (Sumber: https://sameerjoshi73.medium.com/a-knights-tale-da8235ab7272)
Pesawat Mystere IVA dengan lambang AU India. (Sumber: https://sameerjoshi73.medium.com/a-knights-tale-da8235ab7272)

Dalam hal kemampuan tempur udara, Mystere bukanlah tandingan StarfighterDassault Mystere IV adalah pembom tempur subsonik dengan kecepatan maksimum 690 mph (1.110 km/jam) di permukaan laut dan ketinggian tempur 49.000 kaki (15.000 m). Memiliki daya dorong 3500 kg, mesin turbojet Hispano Suiza Verdon 350, dengan kompresor aliran sentrifugal generasi pertama, Mystere memiliki respon mesin yang sangat lamban. Kecepatan menanjaknya yang mencapai 7.500 kaki per menit bukanlah hal yang bisa dibanggakan. Dari segi kinerja, pesawat ini tidak cocok untuk operasi tempur udara. Namun, dengan dua kanon DEFA kaliber 30 mm dan muatan persenjataan yang terdiri dari roket SNEB/T-10 kaliber 80 mm yang dapat ditarik/dipasang di sayap dan kemampuan membawa bom seberat 1.000 kg di bawah setiap sayapnya, pesawat ini merupakan pesawat penyerang yang sempurna. Saat terbang di ketinggian puncak-puncak pohon dengan kecepatan tinggi, ia dapat melarikan diri dari pesawat PAF mana pun — kecuali Starfighter! Setelah terbang keluar di ketinggian yang sangat rendah dan menegangkan, dengan jarum bahan bakar meluncur ke indikator ‘kosong’ dengan kecepatan tinggi, pesawat-pesawat Mystere IAF berhasil mendarat kembali di Adampur, kecuali Sqn Ldr A.B. Devayya. Devayya dilaporkan hilang setelah didapati tidak berhasil kembali. Devayya kemudian diketahui ditembak jatuh oleh pesawat Starfighter milik Letnan Penerbang Amjad Hussain. Hussain sendiri akhirnya harus meninggalkan pesawatnya akibat tembakan Devayya! Amjad Hussain pada akhirnya mencapai apa yang sangat ia cari hari itu, penghargaan Sitara-e-Jurat karena menembak jatuh pesawat Mystere milik Devayya. Meski bangga, bagaimanapun, Hussain mengetahui bahwa seorang pilot IAF, saat menerbangkan pesawat yang kemampuannya lebih rendah dari pesawat Starfighter-nya, mampu menandinginya.

Ilustrasi duel antara Sqn Ldr A.B. Devayya dan Letnan Penerbang Amjad Hussain. (Sumber: https://sameerjoshi73.medium.com/a-knights-tale-da8235ab7272)

SERANGAN SKUADRON KE-8 PESAWAT MYSTERE PUKUL 06:03

Saat pesawat-pesawat Mystere dari Skuadron ke-1 menyerang Sargodha, delapan pesawat Mystere dari Skuadron ke-8 ‘Pursoots‘ IAF, menyerang lapangan terbang Bhagtanwala di sebelah timur Sargodha. Intelijen India telah melaporkan keberadaan pesawat-pesawat Sabre di Bhagtanwala dan ‘Pursoot‘ ada di sana untuk memburu mereka. Formasi terdepan adalah formasi ‘Black’ yang dipimpin oleh Sqn Ldr ‘Mickey’ Jatar dan beranggotakan Letnan Penerbang ‘Chopi’ Chopra, Vinod ‘Pat’ Patney dan Vinod ‘Jimmy’ Bhatia. Sqn Ldr Godfrey Salins memimpin formasi kedua dari empat pesawat Mystere. Delapan pesawat Mystere tiba di Bhagtanwala, tidak terdeteksi oleh Radar di Sakesar atau pesawat-pesawat CAP. Seperti Skuadron TigersPursoot juga menghadapi kondisi jarak pandang yang buruk. Formasi Black melihat dua pesawat pesawat Sabre di ORP dan menyerang mereka dengan roket. Kedua Sabre berhasil dihancurkan. Mereka berhasil lolos lagi dan memberondong lapangan terbang dan setelah itu keluar dengan selamat kembali ke India. Namun, jelas bagi anggota formasi bahwa formasi serangan mereka dapat dimanfaatkan dengan lebih baik dalam serangan lanjutan di landasan Sargodha Main.

Pesawat Mystere IAF menembakkan roket SNEB. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)
Pesawat-pesawat Mystere Skuadron ke-8 IAF unik karena memiliki tanda petir bersama dengan logo Squadron yang dilukis di pesawat. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)
Patch skuadron ke-8 IAF selama perang tahun 1965. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)

SERANGAN SKUADRON KE-27 PESAWAT HUNTER PUKUL 06:14

Lima jet tempur Hunters dari Skuadron ke-27 ‘The Flaming Arrows‘ yang beroperasi dari Halwara terbang rendah, menargetkan Chota Sargodha, sebelah barat Sargodha MainSqn Ldr D.S. Jog memimpin penyerbuan bersama Sqn Ldr O.N. ‘Piloo’ Kacker, Letnan Penerbang T.K. Chauduri dan Flying Officer P.S. Parihar. Letnan Penerbang D.N. Rathore, yang menembak jatuh Rafiqui di Halwara sehari sebelumnya, adalah satu-satunya pesawat tempur yang mengawal empat Hunter terdepan, yang masing-masing dipersenjatai dengan roket T-10. Informasi intelijen mengenai Chhota Sargodhakemudian terbukti salah. Ketika formasi berhenti untuk menyerang Chhota Sargodha, di lapangan terbang tersebut tidak ditemukan adanya pesawat. Jog kemudian memutuskan untuk menargetkan landasan pacu Sargodha dan menetapkan arah yang sama. Mereka tiba di Sargodha pada pukul 06.17 IST. Kali ini, formasi tersebut melihat pesawat-pesawat Sabre di atas landasan, termasuk salah satu formasi CAP tambahan, yang hendak mengudara. Formasi tersebut lalu menargetkan mereka dan juga target lainnya di seluruh lapangan dengan roket-roket T-10. Rathore secara khusus mengejar pesawat-pesawat Sabre yang bersiap lepas landas. Dia mencetak banyak tembakan tepat sasaran dengan kanon kaliber 30mm miliknya. Saat ini PAF sudah ‘sepenuhnya siaga’ dan para penembaknya mulai merepotkan pesawat-pesawat IAF. Pesawat Piloo Kacker diyakini terkena tembakan anti-pesawat di suatu tempat di lapangan terbang dan bahan bakarnya mulai menyembur keluar dari Hunter-nya. Saat pesawat-pesawat Hunters keluar, dua Sabre PAF mengejar mereka. Sqn Ldr MM Alam dari PAF, yang melakukan CAP di atas Sargodha bersama dengan wingmannya, Flt Lt Masood Akhtar, telah diarahkan oleh ‘Killer Control‘ Sargodha—pengendali CAP, ke belakang pesawat-pesawat Hunters. Alam melakukan kontak dengan formasi dan mulai mendekat dengan cepat. Dia menembakkan dua rudal Sidewinder AAM ke pasangan Hunters di belakang, keduanya gagal menembak jatuh targetnya karena mereka terbang begitu rendah diatas tanah dan kuncian IR pada rudal Sidewinder rusak karena banyaknya panas yang memantul dari tanah. Pada saat ini, Rathore telah melihat Alam, yang sedang mendekati jarak tembak. Rathore kemudian melakukan aksi taktis ‘buster‘ pada formasi dan beralih ke Alam. Alam, sementara itu, mendekat untuk menembakkan senapan mesin Browning-nya di belakang formasi. Dia menembak secara tidak konsisten dan mencetak tembakan minor pada Hunter Jog, yang tetap mampu terbang. Tembakannya mungkin terganggu oleh Hunter Rathore, yang sedang menuju ke arahnya dengan kanon menyala-nyala. Alam kemudian menerobos ke arah Rathore dan terbang berhadap-hadapan langsung. 

Pesawat-pesawat Hunter IAF memiliki kemampuan multi-peran yang baik dan menjadi ujung tombak upaya serangan IAF bersama dengan pesawat-pesawat Mystere. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)
Pesawat-pesawat Hunter IAF di Pangkalan Udara Halwara selama perang tahun 1965. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)

Wingman Alam, Masood Akhtar mencoba masuk ke belakang pesawat Rathore, yang dengan mudah disingkirkan Rathore dengan beberapa manuver gunting. Alam telah kehilangan kontak dengan para Hunter yang melepaskan diri dan memilih untuk naik kembali ke ketinggian menengah untuk menghindari bahaya. Rathore, setelah menetralisir ancaman dari kedua Sabre, melakukan kontak dengan pesawat-pesawat Hunter dan Jog. Ia merasa lega melihat semua Hunter bisa selamat tanpa cedera. Kelegaannya tidak berlangsung lama karena Kacker, yang Hunter-nya terkena tembakan di Sargodha, harus keluar formasi ketika mesinnya mati karena kekurangan bahan bakar. Kacker melontarkan diri di dekat Burjlal, sebuah desa di tepi Chenab, sekitar 25 mil (40 km) tenggara Sargodha. Dia bisa mendarat dengan parasut dan bertahan sebagai tawanan perang (kemudian dibebaskan setelah perang). Saat keempat Hunter dari Skuadron ke-27 Sqn mencapai tingkat ketinggian rendah, mereka melihat lima Hunter dari Skuadron ke-7 ‘The Battleaxes’, dalam perjalanan untuk menyerang Sargodha. Jog menyadari bahwa mereka terbang langsung menuju pesawat-pesawat Sabre yang menunggu dan akan menjadi sasaran empuk. Dia memanggil lewat R/T, dan menyadari bahwa formasi Skuadron ke-7 berada pada frekuensi yang berbeda. Dalam beberapa detik yang penting itu, karena kesenjangan komunikasi antara kedua formasi ini, keempat Sabre PAF berhasil melakukan vektor ulang dengan sukses untuk menyongsong pesawat-pesawat Hunter dari Skuadron ke-7 dalam perjalanan mereka ke Sargodha dan kemudian akan membangun mitos pertempuran udara pasca perang terbesar di wilayah anak benua itu.

DUEL SABRE VS HUNTER SKUADRON KE-7 PUKUL 06:20

Komandan Wing Toric Zachariah, CO dari Skuadron ke-7, memimpin serangan tiga pesawat yang dipersenjatai dengan roket-roket T-10. Pesawat Nomor 2 unitnya diterbangkan oleh Sqn Ldr A.S. Lamba dan pesawat No. 3 oleh Sqn Ldr M.M. Sinha. Dua Hunter lain yang diterbangkan oleh Sqn Ldr S.B. Bhagwat dan Flying Officer J.S. Brar mengawal para Hunter yang berkonfigurasi serang darat. GCI di Sakesar telah mendeteksi lima Hunter dan segerombolan pesawat tempur PAF sedang diarahkan menuju formasi Hunter. Dua Sabre, terdiri dari pesawat yang diterbangkan olen Flt Lt Imtiaz Bhatti dan wingmannya, serta satu-satunya pesawat Starfighter yang diterbangkan oleh Letnan Penerbang Arif Iqbal, sedang menuju ke arah pesawat-pesawat Hunter yang datang. Lalu ada juga Alam dan wingmannya, yang berkeliaran paling dekat dengan para Hunter. Sinha melihat dua Sabre Imtiaz Bhatti dan wingmannya pada posisi jam 11, di ketinggian 4000 kaki (1.219,2 meter) pada jarak sekitar 6-8 km dan memerintahkan manuver keras berbelok ke kiri. Semua pesawat kemudian mulai berbelok ke kiri. Zachariah, pada tahap ini, menyadari bahwa tidak bijaksana untuk melanjutkan misinya dan memerintahkan menjatuhkan semua persenjataan dan menghentikan penyerangan. Dia lalu meluncur menuju India dan Lamba bergabung dengan Zachariah untuk mencapai level ketinggian rendah dengan kekuatan penuh. Pada tahap ini, Lamba telah kehilangan kontak dengan Sinha dan melihat ke belakang – terkejut melihat para Hunter yang mengawal melanjutkan misi mereka dan tidak kembali ke rumah. Rupanya, saat para Hunter melakukan belokan tajam ke kiri agar aman dari pasangan Sabre Bhatti, Alam yang tak terlihat dan wingmannya, yang lebih dekat dari Sabre lainnya, dihadapkan dengan semua Hunter yang berbelok ke arah yang sama, memfasilitasi pendekatan cepat Alam ke arah yang sama menuju pasangan pesawat belakang yang diterbangkan oleh Bhagwat dan Brar.

Peta situasi udara dari sumber IAF yang menjelaskan DUA kemenangan udara dalam satu hari, untuk MM Alam, melawan pesawat-pesawat Hunter IAF pada tanggal 7 September 1965. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)
Foto di dalam ruang operasi udara lapangan selama Perang Indo-Pakistan tahun 1965. Pemimpin Skuadron M M Alam terlihat di tengah. (Sumber: https://www.dawn.com/news/1204925)

Pada saat kedua Hunter melihat Alam mendekat, mereka menjadi sasaran empuk dan terus berbelok ke arah Alam dalam manuver ‘Rip‘, berharap untuk mengganggu bidikan senjatanya, yang dilihat Lamba melakukan belokan terus-menerus. Alam, salah satu pilot paling terlatih di armada Sabre PAF, dan dihadapkan dengan target yang mirip dengan sasaran dalam latihan tembak, kali ini tidak membuang-buang kesempatan dan dengan mudah menembak jatuh Bhagwat dan Brar. Pilot IAF, yang berada pada ketinggian yang sangat rendah, tidak dapat melontarkan diri tepat waktu dan tidak selamat dari kejatuhan pesawat mereka yang terjadi di dekat Perbukitan Kirana. Merekalah satu-satunya korban Alam pada hari kritis itu. Namun, mesin propaganda Pakistan yang bekerja lembur, membuat Alam seolah berjasa menembak jatuh lima Hunter IAF hari itu, dalam kurun waktu hanya tiga puluh detik! Zachariah dan Lamba mendarat kembali dengan selamat di Halwara dan bergabung dengan Sinha, yang telah mendarat sebelum mereka. Satu Hunter IAF (yang diterbangkan oleh Piloo Kacker) telah ditembak jatuh oleh senjata anti pesawat dan dua menjadi korban akibat aksi Sabre (Alam) PAF selama serangan pesawat-pesawat Hunter IAF yang terbang dari dari Halwara. Diperkirakan empat Sabre dan satu Starfighter telah diarahkan menuju formasi pesawat-pesawat Hunter. Dengan keuntungan di kandang sendiri dan sedikit keberuntungan berpihak pada para pertahanan PAF, kerugian IAF bisa saja lebih besar jika bukan karena manuver agresif dari Rathore, yang menggagalkan serangan Alam terhadap formasinya.

SERANGAN SKUADRON KE-1 PESAWAT MYSTERE PUKUL 10:10

Serangan paling sukses pada hari itu di Sargodha dilakukan oleh formasi ‘White‘ dari Skuadron ke-1 yang terdiri dari empat pesawat Mystere yang dipersenjatai dengan kanon, roket, dan bom seberat 1000 pon (453,6 kg). Sqn Ldr S. Handa memimpin serangan di siang hari bolong bersama dengan Letnan Penerbang D.S. Brar, D.M.S. Kahai dan Flying Officer Philip Rajkumar. Formasi Handa terbang di ketinggian rendah di bawah pengawasan Radar di Sakesar. Mereka dideteksi oleh pos pengamatan keliling PAF pada jam 10.10. Beberapa pesawat Sabre dan Starfighter dikerahkan oleh PAF menuju jalur pendekatan timur Sargodha. Pesawat-pesawat Sabre dan Starfighter yang dibantu oleh GCI di Sakesar jelas menjadi penghalang yang tangguh, namun Handa dan tim-nya berhasil lolos dari mereka. PAF tersentak ketika Handa terbang di atas Sargodha untuk menjatuhkan bom di ketinggian sedang. Dengan langit dipenuhi tembakan senjata Bofors dan Browning, pesawat-pesawat Mystere turun untuk membalas dendam dengan PAF. Handa menjatuhkan bomnya di tempat penyimpanan minyak dan kemudian menghancurkan dua Sabre di platform kesiapan operasional. Brar mengalami masalah pada gantungan bom dan dia membuang bomnya ke beberapa hanggar pesawat. Dengan visibilitas yang jauh lebih baik, formasi tersebut dapat mengidentifikasi target dengan mudah dan ketika Kahai melepaskan bomnya ke penyimpanan minyak lainnya, dia melihat beberapa pesawat Sabre dan Starfighter di landasan. Dia kemudian berbalik dengan keras pada ketinggian rendah dan menargetkan mereka dengan kanon DEFA kaliber 30mm miliknya. Salvo tembakannya menghancurkan pesawat-pesawat itu. Rajkumar menembaki beberapa Sabre di ORP dan menyerang gedung ATC Sargodha. Mereka berempat keluar dari Sargodha dengan kekuatan penuh, dengan meninggalkan jejak kehancuran. Yang bisa mereka lihat di bawah hanyalah bangkai mesin perang utama PAF yang terbakar. Di ketinggian puncak pohon, formasi itu keluar dengan terbang zig-zag, yang membuat pesawat-pesawat Sabre PAF hampir mustahil untuk bisa menetap di belakang formasi ini untuk melancarkan serangan. Keempat pesawat lalu bisa mendarat dengan selamat kembali di Adampur.

Harimau Adampur: Empat pilot dalam serangan siang hari ke Sargodha berdiri dari kanan ke kiri F/O Rajkumar, Flt Lt DS Brar, Sqn Ldr S Handa, Wg Cdr Taneja, Sqn Ldr PR Earle dan Flt Lt DS Kahai berdiri di posisi 5, 6 dan 7 dari kanan. (Sumber: https://www.bharat-rakshak.com/IAF/history/1965war/rajkumar-sargodha/)
Pemimpin Skuadron Sudharshan Handa – yang memimpin formasi “White” dalam serangan siang hari di Sargodha, dengan perlengkapan tempur lengkap. Perhatikan lambang Harimau pada pesawat. (Sumber: https://www.bharat-rakshak.com/IAF/history/1965war/rajkumar-sargodha/)
Harimau di atas Sargodha : Lukisan yang dibuat pada tahun 2014 oleh Kapten Grup Deb Gohain. Gp Capt Gohain mendasarkan lukisan ini pada percakapan dengan Marsekal Udara Philip Rajkumar dan Kapten Grup D S Kaha. (Sumber: https://www.bharat-rakshak.com/IAF/history/1965war/rajkumar-sargodha/)

SERANGAN SKUADRON KE-1 PESAWAT MYSTERE PUKUL 15:20

Sepasang Mystere dari Skuadron ke-1 menerbangkan misi terakhir di atas Sargodha pada tanggal 7 September pukul 15.20. Letnan Penerbang J.P. Singh memimpin penyerbuan (yang kedua hari itu) bersama Letnan Penerbang U.B. Guha sebagai pendampingnya. Mereka dipersenjatai dengan roket SNEB. Mereka terbang di ketinggian rendah dan melewati lapisan luar patroli CAP pesawat-pesawat Sabre. Namun, pengontrol CAP di Sargodha bisa melihat mereka. Ketika mereka terbang untuk menyerang lapangan terbang, dua pesawat Sabre mengekor di belakang mereka. J.P. lalu menembakkan roketnya ke tempat penyimpanan bom dan pulang ke rumah. Guha menembakkan roketnya ke sasaran lain di lapangan terbang, tapi harus membuang podnya karena macet dan memperingatkan J.P. tentang pesawat-pesawat Sabre yang mengejar mereka. Kedua Mysterekemudian terbang rendah, tetapi melihat kedua Sabre mendekat dan bertahan sekitar 800 yard (731,52 meter) di belakang formasi. Letnan Penerbang A.H. Malik memimpin Sabre PAF, yang nyaris lolos dari kematian di ORP dalam serangan sebelumnya yang dipimpin oleh Handa, setelah melihat Sabre-nya meledak di bawah tembakan pesawat Mystere, berlomba-lomba untuk bisa membalas dendam. Malik menyadari bahwa dia tidak akan bisa mendekat lebih dari 800 yard (731,52 meter) dengan kedua Mystere yang melarikan diri. Dia memutuskan untuk menembakkan rudal AAM Sidewinder miliknya. Dengan mengunci Mystere milik Guha dan dengan terampil menurunkan ketinggian ke ketinggian pesawat Mystere IAF, Malik menembakkan rudal pertama. Ditembakkan dengan baik di dalam jangkauannya dan dengan kecepatan yang baik, rudal tersebut melesat dengan tepat dan meledak di Mystere milik Guha dengan konsekuensi yang fatal. Guha tewas bersama pesawatnya. Malik kemudian menembakkan rudal lainnya ke Mystere yang diterbangkan J.P. tetapi rudal tersebut tidak mencapai sasarannya. JP berhasil melarikan diri dari kejaran Sabre PAF dan mendarat kembali dengan selamat setelah pertarungan menegangkan melawan rudal musuh. Kebetulan, Mystere milik Guha adalah pesawat IAF pertama yang hilang akibat rudal udara-ke-udara pada perang tahun 1965, tidak seperti klaim palsu yang digembar-gemborkan PAF sebelumnya. Sebanyak 31 serangan diterbangkan dari fajar hingga senja oleh pesawat-pesawat Mystere dan Hunter IAF terhadap kompleks pangkalan di Sargodha. Empat pesawat IAF (masing-masing 2 Mystere dan Hunter) hilang akibat patroli CAP musuh dan satu hilang akibat serangan senjata antipesawat. Satu F-104 Starfighter PAF ditembak jatuh oleh IAF dalam pertempuran udara.

Pesawat Mystere IVA dengan 2 x Droptank dan bom 2 x 1000 lb – konfigurasi yang digunakan formasi Handa dalam penyerbuan ke Sargodha. (Sumber: https://www.bharat-rakshak.com/IAF/history/1965war/rajkumar-sargodha/)
IAF melakukan enam serangan siang hari pada tanggal 7 September 1965 terhadap kompleks Pangkalan Udara Sargodha. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)

Dengan pendekatan yang agresif, IAF telah menembus lapangan udara PAF dengan pertahanan paling baik dan berhasil menimbulkan kerusakan besar di Sargodha. Selain merusak infrastruktur dan aset lainnya, sekitar sepuluh pesawat PAF termasuk pesawat-pesawat StarfighterSabre dan C-130, hancur di darat. Kehancuran yang diderita oleh PAF akan lebih besar, seandainya intelijen yang lebih baik tersedia bagi pilot-pilot penyerang mengenai penempatan dan penyebaran relatif dari pesawat-pesawat PAF di dalam kompleks Sargodha. Serangan balik yang keras memberikan kepuasan dan kepercayaan diri para petinggi IAF terhadap kompetensi awak pesawatnya. Ini adalah pertama kalinya setelah kemerdekaan, IAF melakukan serangan khusus secara massal. Di sisi lain PAF mengklaim kemenangan besar dalam mempertahankan Sargodha. Mereka mengklaim total sepuluh pesawat IAF ditembak jatuh dari fajar hingga senja, termasuk pernyataan fantastis dari Sqn Leader M.M. Alam, di mana dia mengaku telah menembak jatuh lima Hunter IAF dalam waktu tiga puluh detik di atas Sargodha dalam penembakan cepat klasik. Alam, tanpa diragukan lagi, adalah seorang pilot Sabre yang berbakat. Namun, klaimnya adalah klaim luar biasa yang dipromosikan oleh propaganda PAF selama bertahun-tahun dan ditulis secara hitam-putih oleh John Fricker, seorang penulis Inggris, yang ditugaskan oleh PAF untuk menulis sejarah resmi PAF pada perang tahun 1965. PAF membutuhkan ‘pahlawan’ untuk menjadikan PAF sebagai ‘David’ versus ‘Goliath’ IAF, dan mereka menciptakannya lewat sosok Alam. Alam kemudian mengklaim menembak jatuh sepuluh pesawat India selama perang. IAF dan berbagai sejarawan militer telah membantah klaim ini selama bertahun-tahun dan lewat kritik yang meluas ini, PAF telah melakukan upaya untuk memperbaiki catatan fantastis ini. Alam kini telah diberi catatan tiga kemenangan udara pada hari yang menentukan itu dalam versi terbaru publikasi sejarah PAF. Kemenangan ini termasuk hilangnya ‘Piloo‘ Kacker akibat tembakan rudal Sidewinder; yang selamat untuk memastikan bahwa dia jatuh karena kekurangan bahan bakar setelah saluran bahan bakarnya terkena tembakan di Sargodha, dan bukan karena aksi Alam. Fakta bahwa tidak ada rekaman kamera senjata yang menunjukkan kemenangan Alam yang pernah dipublikasikan oleh pihak berwenang Pakistan, semakin menambah keraguan atas kebenaran klaim Alam. 

Para pilot India yang gugur dalam serangan ke Sargodha. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)
Medali Chakra Maha Vir dianugerahkan kepada Sqn Ldr AB Devayya pada tahun 1988. (Sumber: https://sameerjoshi73.medium.com/a-knights-tale-da8235ab7272)

Sementara itu pertahanan heroik Sqn Ldr AB Devayya melawan pesawat Starfighter membuatnya menjadi legenda. Dia kemudian dianugerahi medali Maha Vir Chakra atas usahanya dan terbunuh dalam pertempuran. Pemimpin Skuadron S. Handa dan Letnan Penerbangan Kahai masing-masing dianugerahi medali Vir Chakra atas peran mereka dalam serangan paling sukses hari itu di Sargodha. Mereka telah memberikan kemenangan bagi kampanye ‘balas dendam’ IAF untuk memberikan pelajaran kepada PAF jauh di dalam sarang pertahanannya. Pasca serangan ini, PAF menempatkan sebagian besar armada jet tempur F-86F Sabre untuk mempertahankan Sargodha dan pangkalan lainnya. Oleh karena itu, efektivitas operasional kelompok tempur pesawat Sabre PAF berkurang sebagian besar pada hari-hari sisa perang. Hal ini paling terasa di medan perang Khem Karan pada minggu berikutnya, di mana PAF terlihat mencolok karena ketidakhadirannya. IAF, sebaliknya mencapai superioritas udara diatas Khem Karan dan membantu Angkatan Darat India membuyarkan serangan lapis baja paling ambisius Angkatan Darat Pakistan dalam perang tahun 1965.

SETELAH SERANGAN

Investigasi mendetail mengenai keanehan dari klaim MM Alam, membuktikan bahwa Angkatan Udara Pakistan telah menyebarkan propaganda. Alam memimpin Skuadron No.11 hingga bulan April 1966. Pada bulan November 1967, ia dipromosikan menjadi Komandan Wing, diberi komando Skuadron No.5 dan ditugaskan untuk mengawasi pengenalan jet tempur Dassault Mirage IIIEP yang baru dibeli ke dalam unit tersebut. Pada saat itu, Alam mulai mempunyai masalah akibat kecemburuan profesional dan kebencian pribadi di antara sesama perwira PAF. Ada tuduhan bahwa meskipun Alam adalah seorang pilot yang hebat, kualitas kepemimpinannya di tingkat perwira senior masih jauh dari yang diharapkan. Sebagai orang yang dianggap sebagai Ace pertama AU Pakistan, banyak hal yang diharapkan darinya setelah perang, dan kemampuan administratifnya yang lebih terbatas mungkin membuatnya sukar memenuhi ekspektasi tersebut. Alam juga meninjau kembali gaya hidupnya, dan menyimpulkan bahwa pengabaian nilai-nilai tradisional Islam oleh PAF merupakan pengkhianatan terhadap orang-orang yang dilayaninya. Simbol paling nyata dari kompromi nilai-nilai tersebut adalah konsumsi alkohol. Alam tidak hanya berhenti minum tetapi juga mulai mencoba membujuk rekan-rekannya untuk melarang adanya minuman beralkohol dari mess perwira. Tidak dapat dipungkiri, semangat Alam yang semakin besar membuat banyak perwira PAF – yang sebagian besar adalah atasannya – berada pada posisi yang tidak mengenakkan. Pada tahun 1969, Alam bersekolah di sekolah tinggi staf, namun dikeluarkan dari kursus tersebut pada tahun 1970 dengan alasan yang tidak masuk akal bahwa ia tidak dapat ‘membaca dan menulis’. Pada bulan Mei, ia dibebastugaskan dari komando Skuadron No.5 – yang diberikan kepada Komandan Wing Hakimullah Khan – dan tidak berperan aktif dalam Perang Indo-Pakistan pada bulan Desember 1971. Alam diberi komando Skuadron No.26 pada bulan Januari 1972 tapi kehilangan jabatannya hanya dua bulan kemudian. Pasti merupakan sebuah penghinaan bagi Alam karena dikeluarkan dari sekolah staf pada tahun 1970 karena ia tidak bisa membaca dan menulis! Yang lebih buruk lagi adalah peran non-aktifnya pada tahun 1971, ketika enam tahun sebelumnya pada tahun 1965, ia menduduki posisi teratas pilot paling top PAF. Dicopot dari komando Skuadron No.26 hanya dua bulan setelah ia mendapatkannya pada tahun 1972, pasti sangat melukai egonya. Alam pensiun sebagai Komodor Udara pada bulan Maret 1982. Ia dikenal menjadi seorang Muslim yang taat. Dia meninggal pada tahun 2013. Pangkalan Udara PAF Mianwali kemudian diubah namanya menjadi Pangkalan PAF M.M. Alam pada tahun 2014. Sementara itu, PAF hingga saat ini belum mengakui hilangnya pesawatnya selama serangan IAF pada tanggal 7 September 1965.

9 kemenangan yang dikonfirmasi dan dua kemungkinan kemenangan yang dibuat Sqn Ldr MM Alam dalam perang tahun 1965 sebagaimana tercermin dari lambang bendera India di pesawat Sabre-nya, diragukan oleh beberapa pengamat, khususnya dari India. (Sumber: https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

1965 Sargodha attack: How IAF hit Pakistan’s most protected base & destroyed 10 aircraft by SAMEER JOSHI; 09 September, 2019 05:40 pm IST

https://theprint.in/defence/1965-sargodha-attack-how-iaf-hit-pakistans-most-protected-base-destroyed-10-aircraft/288878/

‘A KNIGHT’S TALE’ by Sameer Joshi

https://sameerjoshi73.medium.com/a-knights-tale-da8235ab7272

WHY INDIA FEARED PAKISTAN’S F-104 STARFIGHTERS by Tom Spencer

https://www.key.aero/article/why-india-feared-pakistans-f-104-starfighters

Tigers Over Sargodha by Air Marshal Philip Rajkumar (Retd)

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Indo-Pakistani_air_war_of_1965

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *