Others

Tugas Sulit (Bagi yang Ingin) Menenggelamkan Kapal Induk AL Amerika

Seorang laksamana dan pakar militer China mengatakan kepada para pengunjung pameran dagang bahwa Beijing dapat menyelesaikan sengketa wilayah China dengan menenggelamkan dua kapal induk Angkatan Laut AS dan membunuh ribuan pelaut Amerika. Ancaman Laksamana Muda Lou Yuan bukanlah ancaman kosong. Militer China diketahui telah mengerahkan serangkaian persenjataan yang disiapkan secara khusus untuk menargetkan kapal-kapal induk Amerika.

Laksamana Muda Lou Yuan mengancam bahwa China bisa menenggelamkan dua kapal induk Angkatan Laut AS dan membunuh ribuan pelaut Amerika. (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Luo_Yuan_%28admiral%29)

PERTANYAAN KELAYAKAN MEMPERTAHANKAN ARMADA KAPAL INDUK MODERN AMERIKA

Komunitas pertahanan AS telah memperdebatkan apakah kapal induk sudah tidak ada gunanya lagi sejak akhir tahun 1940-an. Pada Perang Dunia II, kapal induk menjadi senjata penentu peperangan laut. Namun, perkembangan teknologi pada akhir perang membuat kemampuan bertahan kapal induk dipertanyakan. Rudal berpemandu presisi (Kamikaze tak berawak, dalam arti tertentu) dan kapal selam “sejati” berperforma tinggi mengancam akan membuat kapal induk tidak mungkin dipertahankan, terutama jika dikombinasikan dengan senjata nuklir. Menembakkan senjata nuklir ke sebuah kapal induk, dan permainan akan berakhir, seperti pendapat umum bahwa me-nuklir apa pun akan membuat segalanya berakhir. Krisis pertama mengenai masa depan kapal induk terjadi pada “Revolt of the Admirals” pada tahun 1949, di mana Angkatan Udara A.S. berpendapat bahwa kapal induk sangat rentan sehingga mempertahankannya akan menimbulkan biaya yang tidak beralasan. Menanggapi ini para laksamana Angkatan Laut, sewajarnya, praktis memberontak terhadap gagasan ini. Pada akhirnya Amerika Serikat akan membangun angkatan laut masa Perang Dinginnya dengan menggunakan keluarga “kapal induk super,” yang masing-masing memiliki panjang lebih dari 1.000 kaki (304,8 meter), yang dimulai dengan USS Forrestal (CV-59) pada tahun 1955 dan berlanjut hingga hari ini dengan USS Gerald R. Ford ( CVN-78). Kapal-kapal ini menjadi sangat mahal, dan mereka seolah memusatkan daya tembak dalam jumlah besar pada satu platform (yang berpotensi rentan terhadap serangan). Baik selama maupun setelah Perang Dingin, banyak analis – belum lagi para pembayar pajak – mengkritik sikap Angkatan Laut yang terpaku pada kapal-kapal besar, dan berpendapat bahwa kapal-kapal yang lebih kecil dan lebih murah dapat melakukan banyak tugas yang sama. Sementara itu, Soviet menghabiskan banyak waktu dan uang untuk mencari cara terbaik untuk menghancurkan kapal induk Amerika, terutama setelah Angkatan Laut Soviet melengkapi kapal induknya dengan senjata senjata nuklir. Ketika kekuatan militer Soviet runtuh, kini China mengambil alih posisi sebagai pesaing dari militer Amerika. Saat ini China telah menjadikan kapal-kapal induk A.S. sebagai fokus perhatiannya. Meski demikian sejauh ini Angkatan Laut Amerika masih tidak bergeming dalam menyingkirkan kapal-kapal induk besarnya.

Ilustrasi serangan Kamikaze pada kapal induk Amerika dalam Perang Dunia II. Pada Perang Dunia II, kapal induk menjadi senjata penentu peperangan laut. Namun, perkembangan teknologi pada akhir perang membuat kemampuan bertahan kapal induk dipertanyakan. (Sumber: https://fineartamerica.com/art/paintings/aircraft+carrier?page=2)
USS Forrestal (CV-59), super carrier pertama Amerika. (Sumber: https://www.seaforces.org/usnships/cv/CV-59-USS-Forrestal.htm)
Super carrier terbaru Amerika USS Gerald R. Ford (CVN-78). (Sumber: https://www.nationalreview.com/photos/uss-gerald-r-ford/)

KEDIGDAYAAN DAN OBSESI MENGHANCURKAN KAPAL INDUK AMERIKA

Generasi saat ini kemungkinan besar mengasosiasikan kapal induk dengan film blockbuster Tom Cruise, “Top Gun.” Faktanya, banyak pilot yang mencatat bahwa film tersebut adalah satu-satunya alasan mereka bergabung dengan Angkatan Laut. Kapal induk adalah kapal perang terbesar dan terkuat di dunia – yang pada dasarnya adalah kota terapung – yang mampu membawa 6.000 awak dan 60 pesawat berbeda dengan berbagai jenis dan kegunaannya. Kapal induk bertenaga nuklir ber-dek besar ini adalah gambaran khas kekuatan militer Amerika. Tidak ada sistem tempur lain yang tersedia bagi pasukan tempur AS yang mampu memberikan begitu banyak serangan ofensif selama berbulan-bulan tanpa memerlukan pangkalan darat di dekat lokasi pertempuran, selain kapal induk. Hal ini memungkinkan militer AS untuk mempertahankan serangan udara yang menghancurkan terhadap pasukan musuh di darat atau di laut selama berbulan-bulan, yang tepatnya bisa menghantam ratusan sasaran setiap harinya. Dan tidak seperti sistem tempur lainnya, mereka tidak memerlukan akses ke pangkalan di darat untuk bisa menyelesaikan misinya. Akibatnya, sebelas kapal induk dalam armada Angkatan Laut Amerika saat ini terus-menerus diminati oleh para komandan regional – sedemikian rupa sehingga tur tempur ke luar negeri yang diperpanjang menjadi hal yang biasa. Tidak ada yang benar-benar meragukan kegunaan kapal induk ber-dek besar. Tidak ada juga kapal induk negara lain yang bisa menandingi mereka, dan Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang mengoperasikan armada yang cukup besar untuk menampung tiga atau lebih kapal induk yang terus-menerus dikerahkan setiap saat. Armada kapal induk Amerika Serikat saat ini terdiri dari 11 kapal induk, sepuluh di antaranya berasal dari kelas Nimitz yang sudah berusia puluhan tahun. Hanya satu yang berasal dari kelas Ford terbaru, yang biaya pembangunannya hampir lebih besar daripada pengeluaran Kanada untuk seluruh anggaran pertahanan tahunannya. Kekuatan kapal induk Amerika yang menakutkan menjadikannya alat yang ampuh untuk menakuti para agresor tanpa perlu bergantung pada senjata nuklir. Namun, ada dua isu yang muncul berulang kali sejak Perang Dingin berakhir, yang menyebabkan setidaknya beberapa pengamat mempertanyakan mengapa kapal induk merupakan inti dari armada angkatan laut Amerika. Salah satu kekhawatirannya adalah biayanya terlalu mahal. Alasan lainnya adalah mereka rentan terhadap serangan. Masalah biaya adalah hal yang wajar dipertanyakan. Pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan semua kapal induk Angkatan Laut hanya memakan biaya sepersekian persen dari anggaran federal – dan tidak ada yang menawarkan alternatif yang kredibel untuk mencapai tujuan militer AS saat kapal induk tersebut tidak ada. Kritikus mengatakan kapal induk bisa lebih mahal daripada yang terlihat karena perhitungan yang akurat akan mencakup biaya kapal pengawal mereka, namun kenyataannya adalah bahwa Angkatan Laut akan membutuhkan lebih banyak kapal perang jika harus berperang tanpa kapal induk. Masalah kerentanan ini lebih sulit untuk diatasi karena menempatkan 5.000 pelaut dan enam lusin pesawat berperforma tinggi di kapal perang senilai $10 miliar menciptakan apa yang oleh para ahli militer disebut sebagai target yang sangat “menggiurkan”. Menenggelamkan salah satu diantaranya akan menjadi pencapaian besar bagi musuh-musuh Amerika seperti China, dan kemunduran besar bagi militer Amerika.

Val Kilmer (kiri) dan Tom Cruise (kanan) dalam film Top Gun (1986). Generasi saat ini kemungkinan besar mengasosiasikan kapal induk dengan film blockbuster Tom Cruise, “Top Gun.” Faktanya, banyak pilot yang mencatat bahwa film tersebut adalah satu-satunya alasan mereka bergabung dengan Angkatan Laut. (Sumber: https://www.deepfocusreview.com/reviews/top-gun/)
Kapal induk bertenaga nuklir ber-dek besar ini adalah gambaran khas kekuatan militer Amerika. Tidak ada sistem tempur lain yang tersedia bagi pasukan tempur AS yang mampu memberikan begitu banyak serangan ofensif selama berbulan-bulan tanpa memerlukan pangkalan darat di dekat lokasi pertempuran, selain kapal induk. (Sumber: https://www.nationaldefensemagazine.org/articles/2022/12/12/navy-newest-aircraft-carrier-has-lot-to-prove)

Laksamana Muda Lou Yuan dari China melontarkan komentar provokatifnya untuk menenggelamkan kapal induk Amerika pada tanggal 20 Desember 2018 di pertemuan selama 2018 Military Industry List, menurut laporan media. “Apa yang paling ditakutkan Amerika Serikat adalah menderita korban jiwa,” kata Lou, seorang penulis anti-Amerika, komentator sosial, dan ahli teori militer di Akademi Ilmu Militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Menenggelamkan satu kapal induk saja bisa membunuh 5.000 orang Amerika, kata Lou. Tenggelam dua, dan Anda menggandakan jumlah korbannya. “Kita lihat saja betapa takutnya Amerika” setelah kehilangan 10.000 pelaut, seru Lou. Sudah menjadi pernyataan umum di kalangan analis militer bahwa kapal induk Amerika menjadi rentan seiring dengan menjamurnya rudal anti-kapal jarak jauh di seluruh dunia. Misalnya, Sydney Freedberg dari Breaking Defense—salah satu jurnalis paling disegani yang meliput militer— mengamati dalam budget analysis tanggal 12 Maret 2019 bahwa “Persenjataan rudal berpemandu presisi yang semakin meningkat di Beijing tampaknya semakin mampu menemukan dan melumpuhkan kapal induk sepanjang seribu kaki.” Namun, para pemimpin Angkatan Laut Amerika percaya bahwa kapal induk mereka saat ini lebih mampu bertahan menghadapi serangan dibandingkan pada masa Perang Dingin, dan menilai kapal tipe ini semakin tidak rentan terhadap serangan. Dengan mengesampingkan kemungkinan pecahnya perang besar-besaran antara dua kekuatan militer dan ekonomi terkemuka di dunia ini, menenggelamkan sebuah kapal induk Amerika lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Kemungkinan musuh-musuh Amerika menenggelamkan kapal induk Amerika tanpa menggunakan senjata nuklir bisa dibilang peluangnya hampir mendekati nol. Uji coba yang dilakukan Angkatan Laut AS pada tahun 2005 membuktikan bahwa meskipun kapal induk berhasil dihantam, kapal induk akan sangat sulit untuk ditenggelamkan. Itu tidak akan terjadi, dan inilah alasannya.

KAPAL INDUK BERDEK BESAR CEPAT DAN TANGGUH

Kapal induk kelas Nimitz yang mendominasi armada AL Amerika saat ini, seperti kapal induk kelas Ford yang akan menggantikannya, adalah kapal perang terbesar yang pernah dibuat. Kapal induk kelas Nimitz bertenaga nuklir pada umumnya memiliki 25 dek yang berlapis seperti tumpukan pancake, dengan ratusan kompartemen kedap air yang tersebar di seluruh dek. Nimitz memiliki panjang 1.092 kaki (332, 8 meter atau lebih dari tiga lapangan sepak bola dari ujung ke ujung) dengan dek penerbangan yang luasnya lebih dari empat hektar persegi. Ketinggiannya mencapai 250 kaki (76,2 meter) dan mampu memindahkan sekitar 100.000 ton air ketika terisi penuh. Dari ukuran hingga cara kapal itu sengaja dibangun menunjukkan kapal induk Amerika dibuat untuk bisa bertahan menghadapi berbagai serangan. Dengan ratusan kompartemen kedap air dan ribuan ton lapisan baja, tidak ada torpedo atau ranjau konvensional yang mungkin menyebabkan kerusakan serius padanya. Menurut Bryan Clark, pakar pertahanan di Center for Strategic and Budgetary Assessments (CSBA) dan mantan perwira Angkatan Laut A.S., musuh bisa menenggelamkan kapal jika mereka memiliki persenjataan yang banyak dan cukup waktu untuk mengerahkannya. Masalahnya adalah mendapatkan waktu untuk melakukan hal tersebut. Dan karena kapal induk terus bergerak ketika dikerahkan dengan kecepatan hingga 35 mil per jam (56,3 km/jam) – cukup cepat untuk berlayar lebih cepat dari kapal selam – sulit untuk menemukan dan melacak mereka. Dalam waktu 30 menit setelah terlihat oleh musuh, area di mana kapal induk mungkin beroperasi telah berkembang menjadi 700 mil persegi (1.813 km persegi); setelah 90 menit, luasnya telah meluas menjadi 6.000 mil persegi (15.540 km persegi). Meskipun ukurannya sangat besar, kapal induk kelas Nimitz dan kapal induk kelas Ford yang akan menggantikannya memiliki jangkauan yang tidak terbatas berkat tenaga penggerak nuklirnya. Operasi mereka tidak akan terganggu jika kapal-kapal tanker bahan bakar yang melayani armada lainnya dicegat. Tenaga nuklir memungkinkan kapal induk melakukan manuver yang menipu ke segala arah dan durasi berapa pun, jauh melebihi jangkauan pasukan musuh yang berjuang untuk menemukannya.

Kapal induk kelas Ford USS Gerald R. Ford (CVN-78) transit di Samudera Atlantik, pada tanggal 26 Maret 2022. Kapal induk Amerika besar dan tangguh. Dari ukuran hingga cara kapal itu sengaja dibangun menunjukkan kapal induk Amerika dibuat untuk bisa bertahan menghadapi berbagai serangan. Dengan ratusan kompartemen kedap air dan ribuan ton lapisan baja, tidak ada torpedo atau ranjau konvensional yang mungkin menyebabkan kerusakan serius padanya. (Sumber: https://www.nationalreview.com/photos/uss-gerald-r-ford/)
Kapal induk Angkatan Laut AS USS Gerald R. Ford (CVN-78), fregat Italia Alpino, dan kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke Angkatan Laut AS USS Roosevelt (DDG-80) transit di Selat Gibraltar, 15 Juni 2023. Kapal induk begitu mobile, sehingga menemukan dan melacak mereka bukanlah perkara mudah. Dalam waktu 30 menit setelah terlihat oleh musuh, area di mana kapal induk mungkin beroperasi telah berkembang menjadi 700 mil persegi (1.813 km persegi); setelah 90 menit, luasnya telah meluas menjadi 6.000 mil persegi (15.540 km persegi). (Sumber: https://www.nationalreview.com/photos/uss-gerald-r-ford/)

PERTAHANAN TANGGUH KAPAL INDUK

Kapal-kapal induk AS dilengkapi dengan pertahanan aktif dan pasif yang ekstensif untuk mengalahkan ancaman seperti rudal jelajah yang terbang rendah dan kapal selam musuh. Ini termasuk serangkaian sensor berkinerja tinggi, rudal berpemandu radar, dan senjata Gatling kaliber 20 mm yang mampu menembakkan 50 peluru per detik. Sementara itu, Wing udara kapal induk yang terdiri dari 60+ pesawat mencakup satu skuadron pesawat radar peringatan dini yang dapat dikirimkan untuk mendeteksi ancaman (bisa mengganggu radar dan perangkat komunikasi lawan juga) yang mendekat (termasuk periskop) dalam jarak jauh dan helikopter yang dilengkapi untuk peperangan anti-kapal selam, anti-permukaan, dan anti-ranjau. Wing udara kapal induk Amerika biasanya memuat puluhan pesawat tempur F/A-18 dan F-35 yang dilengkapi dengan sensor canggih dan senjata berpemandu presisi. Diantara pesawat-pesawat ini terdapat juga pesawat peperangan elektronik “Growler” yang mampu mengganggu radar dan perangkat komunikasi musuh. Wing udara ini jauh melebihi kekuatan yang akan mereka hadapi, dan dapat mencegat para penyerang jauh sebelum mereka mencapai jangkauan sasaran kapal induk. Sementara itu, semua sensor dan senjata pertahanan kapal induk dihubungkan bersama melalui pusat komando di kapal untuk melancarkan aksi terkoordinasi melawan musuh. Grup penyerang kapal induk mengatur perimeter pertahanan mereka secara berlapis-lapis yang membentang ratusan mil, sehingga setiap musuh yang ingin mencapai jangkauan sasaran kapal induk harus mengatasi berbagai rintangan. Hal ini berlaku untuk rudal musuh, pesawat berawak, kapal selam atau sistem lain yang berpotensi menimbulkan ancaman. Keuntungan dari pertahanan berlapis adalah tidak ada lapisan yang harus sempurna untuk melindungi kapal induk. Misalnya, jika masing-masing dari tiga lapisan memiliki efektivitas 80%, jumlah penetrator yang berhasil (0,2 kali 0,2 kali 0,2) kemungkinannya akan kurang dari satu dalam seratus.

Kapal induk AL Amerika USS Carl Vinson menembakkan Phalanx CIWS-nya di Laut China Selatan. (Sumber: https://www.eurasiantimes.com/us-navys-4000-rounds-a-minute-phalanx-gun-shoots/)
Kapal induk AL Amerika membawa puluhan pesawat dan helikopter yang membantu memberikan lapisan pertahanan kuat yang mampu membendung berbagai ancaman. (Sumber: https://www.reddit.com)
Lambung (badan luar) kapal induk terbuat dari pelat baja yang sangat kuat, tebalnya beberapa inci dibandingkan kapal kargo standar. Lapisan berat ini merupakan perlindungan yang sangat efektif terhadap segala jenis serangan terhadap kapal induk. Lambungnya diperkuat dengan lapisan tambahan baja, beton, atau material lain untuk lebih meningkatkan kekuatannya dan menahan kerusakan. (Sumber: https://bulgarianmilitary.com/2023/07/06/even-10-or-more-zircon-missiles-cannot-sink-us-aircraft-carrier/#google_vignette)

Jika musuh berhasil menembus setiap zona penyangga, mereka harus menghadapi beberapa lapis baja yang melindungi semua sisi lambung kapal induk. Lambung (badan luar) kapal induk terbuat dari pelat baja yang sangat kuat, tebalnya beberapa inci dibandingkan kapal kargo standar. Lapisan berat ini merupakan perlindungan yang sangat efektif terhadap segala jenis serangan terhadap kapal induk. Lambungnya diperkuat dengan lapisan tambahan baja, beton, atau material lain untuk lebih meningkatkan kekuatannya dan menahan kerusakan. Mesin bertenaga nuklir dan tempat penyimpanan senjata pada kapal induk terletak jauh di bagian bawah air. Mereka dilindungi oleh lapisan baja yang kuat, sementara bahan bakarnya ditempatkan di bagian kompartemen apung – yang ada di bagian luar kapal. Jika rudal atau torpedo menghantam lambung kapal, rongga di dalam kapal memungkinkan gas hulu ledak memuai. Untuk mencegah kapal tenggelam akibat kerusakan karena serangan, kapal induk dibagi menjadi serangkaian kompartemen kedap air yang tertutup satu sama lain. Jika salah satu kompartemen rusak dan mulai terendam banjir, pintu kedap air dapat ditutup untuk mencegah air menyebar ke seluruh kapal, sehingga kapal tetap stabil meskipun salah satu bagian kapal induk rusak. Selain itu, karena ukuran kapal induk sangat besar, sebagian besar kompartemen kedap airnya perlu dihancurkan sebelum kapal tersebut mulai tenggelam. Sebuah skenario yang, meski bukan mustahil, namun kecil kemungkinannya akan terjadi. Selain kompartemen kedap air, kapal induk juga dilengkapi dengan berbagai sistem pengendalian kerusakan, termasuk sistem pencegah kebakaran, pompa dewatering, dan generator darurat, yang membantu meminimalkan kerusakan akibat kecelakaan atau serangan musuh. Sistem ini memungkinkan awak kapal untuk merespons dengan cepat dan mengatasi kerusakan apa pun, sehingga membatasi risiko tenggelamnya kapal. Berbagai perlindungan ini masih didukung dengan sistem redundan untuk memastikan bahwa kqpal induk dapat terus beroperasi meskipun salah satu sistemnya rusak. Misalnya, sebuah kapal induk mungkin mempunyai beberapa mesin, pembangkit listrik, atau sistem navigasi sehingga jika salah satu mesin mengalami kegagalan beroperasi, maka mesin lainnya dapat mengambil alih tugasnya. Di sisi lain, orang-orang dalam Angkatan Laut Amerika mengatakan bahwa banyak fitur pertahanan yang dimasukkan ke dalam kapal induk AS tidak pernah diungkapkan kepada publik. Artinya, setiap rencana untuk menyerang kapal induk memerlukan dugaan mengenai tindakan pencegahan apa yang mungkin harus diatasi. Agresor dibebani dengan begitu banyak persyaratan potensial untuk melakukan penetrasi ke kapal-kapal induk Amerika sehingga dalam banyak kasus mereka akan gentar bahkan untuk sekedar mencoba menyerang.

KAPAL INDUK TIDAK BEROPERASI SENDIRIAN

Baik mereka melakukan perjalanan ke Pasifik Barat atau Teluk Persia atau Laut Utara, kapal-kapal induk A.S. tidak pernah berangkat tanpa pengawalan. Kapal-kapal pengawal ini termasuk beberapa kapal perang permukaan yang dilengkapi dengan pertahanan udara dan rudal tercanggih di dunia, ditambah kapal selam serang bertenaga nuklir yang kemampuannya tidak tertandingi dalam menemukan dan menghancurkan kapal-kapal perang musuh di atas atau di bawah permukaan laut. Kapal induk Amerika biasanya dikerahkan sebagai bagian dari “grup penyerang kapal induk” yang mencakup beberapa kapal perang berpeluru kendali yang dilengkapi dengan sistem tempur AegisAegis adalah sistem terintegrasi pertahanan udara dan rudal tercanggih di dunia, yang mampu bertahan secara mandiri melawan ancaman udara dan permukaan serta menyinkronkan dan melaksanakan serangan terhadap musuh, serta mampu mengalahkan setiap potensi ancaman udara termasuk rudal balistik. Sistem ini terhubung dengan sistem ofensif dan defensif lain yang ada di kapal-kapal perang permukaan AS yang dapat mengalahkan kapal selam, kapal permukaan, dan ranjau terapung, atau menyerang sensor musuh yang diperlukan untuk memandu rudal penyerang. Kapal-kapal perang permukaan Amerika kini sedang ditingkatkan kemampuannya dengan senjata generasi baru untuk mencegat ancaman dari atas dan radar yang seratus kali lebih kuat daripada sistem lama, sedangkan kapal-kapal selam terus ditingkatkan kemampuannya agar tetap berada di depan pesaing bawah lautnya seperti kapal-kapal selam angkatan laut Rusia. Jika dikombinasikan dengan Wing udara kapal induk, kapal-kapal perang ini dapat dengan cepat melemahkan sistem musuh yang digunakan untuk melacak grup penyerang. Grup kapal induk juga sering kali mencakup satu atau lebih kapal selam serang tersembunyi yang mampu mengalahkan ancaman bawah laut dan permukaan.

Kapal-kapal Angkatan Laut AS yang ditugaskan di USS George Washington Carrier Strike Group berlayar dalam formasi di Samudera Atlantik pada bulan November 2003. Baik mereka melakukan perjalanan ke Pasifik Barat atau Teluk Persia atau Laut Utara, kapal-kapal induk A.S. tidak pernah berangkat tanpa pengawalan. (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Carrier_strike_group)
Sistem proteksi Aegis yang diterapkan pada kapal-kapal perang pelindung kapal-kapal induk AL Amerika. (Sumber: https://www.navsea.navy.mil/Portals/103/Documents/Exhibits/SAS2021/SAS2021-AEGIS_and_Forge.pdf)

TAKTIK ANGKATAN LAUT MEMAKSIMALKAN KETAHANAN

Meskipun kapal induk Amerika dilindungi oleh perisai pertahanan berlapis-lapis yang paling kuat yang pernah ada, mereka tidak mau mengambil risiko ketika dikerahkan di dekat musuh potensial. Taktik operasional mereka telah berevolusi untuk meminimalkan risiko sambil tetap mampu memberikan pukulan ofensif yang menjadi alasan utama keberadaan mereka. Misalnya saja, sebuah kapal induk pada umumnya tidak akan beroperasi di area yang mungkin terdapat ranjau hingga area tersebut telah dibersihkan secara menyeluruh. Ia akan cenderung tinggal di lautan terbuka dibandingkan memasuki area terbatas dimana ancaman yang mendekat sulit untuk dipilah dari lalu lintas lokal lainnya. Kapal induk juga akan terus bergerak untuk mempersulit upaya penargetan oleh musuh, selain juga akan memanfaatkan koneksi ke aset bersama lainnya mulai dari dasar laut hingga yang melayang di orbit rendah bumi untuk memperoleh kesadaran situasional yang terperinci.

Meskipun kapal induk Amerika dilindungi oleh perisai pertahanan berlapis-lapis yang paling kuat yang pernah ada, mereka tidak mau mengambil risiko ketika dikerahkan di dekat musuh potensial. Misalnya saja, sebuah kapal induk pada umumnya tidak akan beroperasi di area yang mungkin terdapat ranjau hingga area tersebut telah dibersihkan secara menyeluruh. (Sumber: https://www.nationalreview.com/photos/uss-gerald-r-ford/)

TEKNOLOGI BARU MENINGKATKAN KETAHANAN KAPAL INDUK

Meskipun ada banyak spekulasi mengenai ancaman yang muncul terhadap kapal induk, Angkatan Laut Amerika banyak berinvestasi pada teknologi ofensif dan defensif baru yang bertujuan untuk melawan bahaya-bahaya tersebut. Kemajuan paling penting dalam beberapa tahun terakhir adalah menyatukan seluruh aset angkatan laut di suatu wilayah sehingga sensor dan senjata dapat digunakan secara maksimal. Angkatan Laut Amerika telah menghabiskan waktu puluhan tahun mencari cara untuk menghubungkan semua aset perang yang tersebar ke dalam satu jaringan terpadu. Jadi operator yang dikerahkan tidak hanya mengandalkan sensor organik kapal mereka untuk mendeteksi ancaman; mereka juga akan menerima informasi terus menerus dari kapal-kapal perang permukaan dan bawah laut, dari pesawat berawak dan tak berawak, dan bahkan dari satelit pengintai yang mengorbit. Kapal-kapal induk ini tidak hanya akan memiliki kesadaran terperinci mengenai potensi bahaya, namun juga akan dapat menggunakan senjata di kapal-kapal perang lainnya untuk mencegat ancaman yang mungkin berada di luar jangkauan sistem yang ada di dalamnya. Inisiatif seperti program Naval Integrated Fire Control – Counter Air akan menghubungkan setiap sistem tempur yang tersedia dalam layar pertahanan yang mulus dan bisa bereaksi cepat sehingga hanya sedikit musuh yang dapat menembusnya. Selain itu banyak kemajuan lain yang sedang diperkenalkan, mulai dari kemampuan pengintaian yang dapat dari pesawat tempur siluman, sistem jamming di kapal, hingga sistem pengaburan (obscurant) canggih yang membingungkan sistem panduan pelacak rudal. Inti dari kemampuan bertahan hidup kapal induk adalah bahwa hanya ada segelintir negara yang dapat menjadi ancaman bagi kapal perang Amerika yang paling berharga ini, dan jika tidak menggunakan senjata nuklir, tidak ada negara yang bisa menenggelamkan kapal perang tersebut. Banyak ahli, analis, dan ilmuwan politik akan mengatakan bahwa jika ada kebutuhan untuk menyerang kapal induk Amerika, maka perang nuklir telah dimulai. Tapi jangan terlalu terburu-buru berpikir kearah itu. Saat ini kita semua melihat bahwa menggunakan senjata nuklir tidaklah mudah, dari sudut pandang geopolitik. Sementara itu, meskipun Angkatan Laut Amerika telah mengubah taktiknya untuk menghadapi proliferasi rudal anti-kapal yang cepat dan meningkatnya kekuatan militer China di Pasifik Barat, kapal induk ber-dek besar tetap menjadi salah satu sistem tempur paling aman dan berguna di arsenal Amerika. Dengan jangkauan tak terbatas dan fleksibilitas yang diberikan oleh tenaga nuklirnya, hanya sedikit tempat yang tidak bisa mereka datangi untuk menegakkan kepentingan AS. Dan mengingat tingkat investasi Angkatan Laut Amerika dalam teknologi perang baru, hal ini kemungkinan akan tetap berlaku selama beberapa dekade mendatang.

Grup penyerang kapal induk AL Amerika. Kemajuan paling penting dalam beberapa tahun terakhir adalah menyatukan seluruh aset angkatan laut di suatu wilayah sehingga sensor dan senjata dapat digunakan secara maksimal. Angkatan Laut Amerika telah menghabiskan waktu puluhan tahun mencari cara untuk menghubungkan semua aset perang yang tersebar ke dalam satu jaringan terpadu. Jadi operator yang dikerahkan tidak hanya mengandalkan sensor organik kapal mereka untuk mendeteksi ancaman; mereka juga akan menerima informasi terus menerus dari kapal-kapal perang permukaan dan bawah laut, dari pesawat berawak dan tak berawak, dan bahkan dari satelit pengintai yang mengorbit. (Sumber: https://www.quora.com/Why-do-we-persist-in-building-wildly-expensive-aircraft-carriers-when-there-is-no-effective-way-to-protect-them)

BERBAGAI TEORI TAKTIK UNTUK MENENGGELAMKAN KAPAL INDUK AMERIKA DAN TANTANGANNYA

Masalah inti dari setiap sistem yang didedikasikan untuk menenggelamkan kapal induk adalah hubungan antara aset pengintaian, atau hal-hal yang dapat mengenali kapal induk, dan penembak. Hal-hal yang dapat menenggelamkan kapal induk, yakni kapal selam, pesawat terbang, dan kapal permukaan tidak dapat menenggelamkan kapal induk dari jarak jauh jika mereka tidak mengetahui di mana kapal induk tersebut berada, dan salah satu perbedaan mencolok antara kapal induk dan pangkalan udara adalah bahwa kapal induk jelas bersifat mobile. Bahkan rudal jelajah supersonik memerlukan waktu dua puluh menit untuk mencapai area sasarannya pada jarak maksimum, dan kapal induk yang bermanuver dengan kecepatan tinggi dapat bergerak sejauh sepuluh mil (16 km) dalam jangka waktu yang sama. Sebuah kapal induk nuklir Amerika yang sangat besar dapat bergerak sangat cepat untuk benda berbobot lebih dari 100.000 ton, dengan kecepatan tertinggi lebih dari 30 knot, atau sekitar 35 mil per jam (56,3 km/jam), itulah yang anda dapatkan saat menggunakan tenaga nuklir. Masalahnya diperumit oleh kenyataan bahwa kapal permukaan dan kapal selam yang menembak pada jarak tersebut tidak dapat mendeteksi kapal induknya sendiri; mereka perlu memanfaatkan data yang disediakan oleh aset lain, yang cenderung meningkatkan waktu dan ketidakpastian terkait keputusan penargetan. Amerika Serikat pada dasarnya telah menghabiskan waktu 30 tahun untuk mengembangkan dan mengembangkan kompleks perangkat pengintaian serangan yang mencakup beberapa sistem pengawasan dan komunikasi yang redundan, sehingga menghasilkan “rantai mematikan” yang mentransfer informasi secara real-time dari platform sensor canggih (satelit, pos pendengaran kapal selam, drone, pesawat patroli) melalui simpul komunikasi (satelit, pesawat terbang) ke kapal, pesawat terbang, dan kapal selam yang dapat meluncurkan dan mengarahkan rudal ke sasaran. Tidak ada negara lain yang memiliki kemampuan serupa, bahkan Rusia dan China. Meski demikian, Rusia dan China terus berusaha. Meski sukar, namun potensi untuk menenggelamkan kapal induk Amerika tetaplah ada. Berikut adalah beberapa tindakan yang mungkin diambil musuh untuk menghancurkan kapal induk Amerika, dan tindakan balasan yang dimaksudkan untuk mengalahkan ancaman tersebut. 

Rudal Jelajah

Rudal jelajah angkatan laut pertama digunakan pada Perang Dunia II, ketika pesawat Jerman menggunakan bom glider berpemandu presisi untuk menyerang kapal-kapal Sekutu dan Italia. Pada masa Perang Dingin, Soviet mengembangkan serangkaian platform untuk meluncurkan rudal jelajah terhadap grup tempur kapal induk AS, termasuk kapal selam, kapal permukaan, dan pesawat terbang pengawalnya. Uni Soviet mengembangkan pembom Tu-22M “Backfire” khusus untuk melakukan serangan rudal jelajah terhadap grup tempur kapal induk Angkatan Laut Amerika. China juga telah mengambil pendekatan serupa, dengan menggunakan berbagai rudal jelajah berbeda yang diluncurkan dari platform berbeda untuk mengancam grup kapal induk AS. Sebagian besar rudal ini bergerak menuju sasarannya di dekat permukaan laut untuk menghindari deteksi, dan muncul menjelang akhir penerbangannya untuk menimbulkan kerusakan maksimum. Profil ini membuat rudal sulit, meskipun bukan tidak mungkin, untuk dilawan dengan rudal permukaan ke udara dan pesawat tempur defensif. Sebagian besar rudal jelajah memerlukan pemrograman saat peluncuran, mengarahkannya ke area tertentu sebelum mereka dapat mengidentifikasi dan memilih target sendiri, namun beberapa rudal memiliki sistem yang lebih canggih yang memungkinkan mereka mendeteksi dan membedakan target dalam jarak jauh. Meski demikian menurut Alexei Lenkov, seorang pakar dan analis militer Rusia, sepuluh rudal jelajah Zirkon, atau bahkan lebih, tidak dapat menenggelamkan kapal induk Amerika. Hal itu, kata Lenkov, berlaku jika kita tidak memperhitungkan kapal-kapal perang yang mendukung kapal induk, yang akan menembak jatuh Zircon dalam perjalanan bahkan sebelum mereka mencapai sasaran utama. Menurut Lenkov, jika sepuluh atau lebih rudal Zirkon menghantam kapal induk Amerika sekaligus, hal itu akan merusak tetapi tidak menenggelamkan kapal tersebut. “Lagi pula, 10 rudal tidak akan menenggelamkan kapal induk. Akan ada kerusakan, kemungkinan besar akan parah, namun hal ini sepenuhnya berada dalam kemampuan kapal induk Amerika untuk kembali ke pangkalan mereka sendiri,” kata Lenkov. 

Tu-22M “Backfire”. Uni Soviet mengembangkan pembom Tu-22M “Backfire” khusus untuk melakukan serangan rudal jelajah terhadap grup tempur kapal induk Angkatan Laut Amerika. (Sumber: https://nuke.fas.org/guide/russia/bomber/tu-22m.htm)
Rudal jelajah Zirkon. Meski demikian menurut Alexei Lenkov, seorang pakar dan analis militer Rusia, sepuluh rudal jelajah Zirkon, atau bahkan lebih, tidak dapat menenggelamkan kapal induk Amerika. (Sumber: https://salepeaket.live/product_details/17059947.html)
Pada tahun 1970-2000an, kapal-kapal induk AL Amerika dilengkapi dengan pesawat pencegat F-14 Tomcat yang dapat memberikan perlindungan jarak jauh untuk grup tempur kapal induk. Angkatan Laut Amerika kini tidak lagi mengoperasikan F-14, namun grup udara kapal induk masih dilengkapi dengan armada udara yang kuat untuk melindungi kapal induk mereka. (Sumber: https://weaponsandwarfare.com/2021/01/03/grumman-f-14-tomcat-1970/)

Seperti halnya torpedo, cara untuk menghindari serangan rudal jelajah adalah dengan mencegah platform berada cukup dekat dengan kapal induk untuk meluncurkan rudal mereka dengan presisi. Bagi kapal permukaan, permasalahannya relatif sederhana, dan hanya sedikit orang yang memperkirakan bahwa kapal permukaan China atau Rusia dapat mendekati kapal induk AS dalam jarak tembak yang dapat diandalkan sebelum dihancurkan, apalagi dengan jangkauan luas dari unit penerbangan grup tempur kapal induk angkatan laut Amerika. Rudal jelajah yang bisa ditembakkan dari bawah laut memperumit ancaman yang ditimbulkan oleh kapal selam, namun prinsipnya tetap sama; hancurkan kapal selam sebelum mereka dapat mendekat dalam jangkauan tembak. Sementara itu rudal jelajah yang diluncurkan oleh pesawat (ALCM) menimbulkan masalah yang berbeda, karena pesawat (karena ketinggian dan kelengkungan bumi) dapat mengidentifikasi grup tempur kapal induk dari jarak yang lebih jauh daripada kapal selam atau kapal permukaan. Untuk mengalahkan pesawat, grup tempur kapal induk mengandalkan kombinasi rudal permukaan-ke-udara (diluncurkan dari kapal penjelajah dan kapal perusak bersistem Aegis) dan pesawat tempur yang melakukan patroli udara tempur. Dalam Perang Dingin, hal ini berkembang menjadi permainan kompleks antara AS dan Uni Soviet. Soviet membutuhkan data intelijen yang baik untuk memungkinkan peluncuran sejumlah besar pesawat pengebom, yang banyak di antaranya diperkirakan akan hilang. Angkatan Laut Amerika sebaliknya mengembangkan teknik umpan untuk mengelabui Rusia agar meluncurkan serangan massal, yang dimaksudkan untuk menghilangkan kemampuan Soviet dan menghalangi upaya Soviet untuk meluncurkannya. Angkatan Laut Amerika juga mengembangkan pesawat pencegat F-14 Tomcat untuk melawan ancaman ALCM. Dengan radar yang besar dan rudal udara-ke-udara (AAM) jarak jauh, F-14 dapat memberikan perlindungan jarak jauh untuk grup tempur kapal induk. Angkatan Laut Amerika kini tidak lagi mengoperasikan F-14, namun grup udara kapal induk masih memiliki tanggung jawab patroli udara tempur yang mencakup tidak hanya penghancuran pembom yang menyerang, tetapi juga dronedan pesawat patroli yang dapat melaporkan data real-time mengenai lokasi dan orientasi sebuah kapal induk. Tidak ada rudal jelajah yang pernah menghantam kapal induk dalam sejarah, meskipun rudal mempunyai hasil yang beragam terhadap kapal perang yang lebih kecil. Rudal anti-kapal digunakan secara luas selama Perang Iran-Irak, dan umumnya gagal menenggelamkan kapal tanker minyak besar. Namun rudal jelajah dapat melumpuhkan kapal induk dengan merusak dek penerbangannya, bahkan dengan tanpa menenggelamkan kapalnya.

Rudal Balistik

Pada akhir tahun 2000-an, muncul informasi intelijen bahwa China sedang mengembangkan varian rudal balistik jarak menengah (MRBM) DF-21 yang dapat mencapai sasaran bergerak. Rudal tersebut konon dapat bermanuver dalam fase terminal (pendekatan), sehingga memungkinkan untuk menyerang sesuatu yang kecil seperti kapal induk yang bergerak dengan tingkat keandalan yang tinggi. Analis AS percaya bahwa rudal balistik anti-kapal (ASBM) DF-21D dapat menyerang sasaran hingga jarak 900 mil (1.448 km) dari posisi peluncurannya. Namun mungkin yang paling penting, energi kinetik hulu ledaknya saja, yang bergerak dengan kecepatan ekstrim pada fase terakhirnya, akan bisa menghancurkan sebuah kapal induk, atau setidaknya mengarah pada akhir misinya. Meski kurang mendapat perhatian, rudal balistik jarak pendek (SRBM) Iskander M Rusia berpotensi melakukan trik yang sama. Namun senjata yang belum diuji dianggap tidak ada, seperti kata pepatah, dan DF-21D, berdasarkan indikasi yang jelas, belum menjalani pengujian operasional yang realistis. Pengujian semacam itu menuntut lebih dari sekadar menunjukkan bahwa rudal tersebut dapat bermanuver secara permanen. Hal ini memerlukan demonstrasi kemampuan bahwa militer China dapat menguasai setiap mata rantai penghancuran antara menemukan kapal induk dan menembakkan rudal tepat di dek penerbangannya; sejauh ini tidak ada indikasi bahwa PLA telah melakukan pelatihan dan pengujian intensif yang diperlukan untuk memastikan kemampuan tersebut. China telah meluncurkan sejumlah satelit pengawasan yang mungkin dirancang untuk mendukung DF-21, namun satelit-satelit ini mungkin tidak dapat diandalkan dalam kondisi masa perang. China memang dapat mengembangkan versi rudal jarak jauhnya, namun hal ini hanya akan melipatgandakan masalah yang terkait dengan lokasi target.

Ilustrasi serangan rudal balistik pada kapal iduk AL Amerika. (Sumber: https://warriormaven.com/china/df-21d-missile)
Rudal balistik anti-kapal (ASBM) DF-21D yang digadang-gadang China sebagai senjata anti kapal induk Amerika. Yang menjadi pertanyaan bagi China adalah mampukah mereka mendeteksi secara akurat posisi dan pergerakan kapal induk Amerika sehingga bisa melancarkan serangan efektif tepat pada waktunya. (Sumber: https://navalpost.com/is-df-21d-asbm-a-real-aircraft-carrier-killer/)
Sistem rudal anti rudal balistik Raytheon SM-3 Standard. (Sumber: https://mostlymissiledefense.com/2018/06/05/update-on-aegis-sm-3-block-iia-against-icbms-june-5-2018/)

Meski begitu, Angkatan Laut Amerika telah menanggapi ancaman ASBM dengan sangat serius. Respon AS terhadap rudal balistik anti-kapal melibatkan kombinasi tindakan dasar ofensif dan defensif. Dari sisi ofensif, AS memperkirakan akan menargetkan peluncur rudal balistik musuh pada awal konflik, meskipun efektivitas serangan terhadap target yang bersifat mobile atau berpotensi diperkeras masih dipertanyakan. AS juga akan menggunakan perangkat serangan elektronik untuk membutakan sensor musuh, mencegah mereka menghubungkan data penargetan yang akurat dengan peluncur. Dari sisi pertahanan, AL AS akan berusaha mengalahkan ASBM melalui cara kinetik dan elektronik. Pendekatan kinetik melibatkan penggunaan pencegat (rudal Raytheon SM-3 Standard), yang berbasis pada kapal-kapal pengawal yang dilengkapi sistem Aegis, untuk menghancurkan ASBM saat mereka mendekati kapal induk. Pendekatan elektronik akan melibatkan penargetan sistem panduan terminal rudal ketika mendekati kapal induk. Tanpa pengujian realistis yang ekstensif, kita tidak akan tahu efektivitas tindakan penanggulangan ini; hal ini mungkin bergantung pada faktor taktis (seberapa banyak peringatan dini yang diberikan, jarak ke target, dan jumlah rudal) yang unik untuk setiap pertempuran. Namun dari setiap salvo ASBM DF-21, kita dapat memperkirakan bahwa kapal-kapal pengawal AS akan menembak jatuh beberapa ASBM, beberapa lainnya akan jatuh tanpa membahayakan ke laut, dan beberapa mungkin akan bisa menyerang kapal-kapal AS, termasuk kapal induk.

Torpedo

Tidak ada kapal induk yang pernah terkena torpedo modern dalam bentuk apa pun, jadi kita tidak memiliki bukti kuat mengenai seberapa tangguh kapal berbobot 90.000 ton menghadapi serangan semacam ini. Angkatan Laut Amerika telah menguji berbagai mekanisme serangan bawah air terhadap kapal induk kelas Kitty Hawk, USS America yang sudah pensiun pada tahun 2005, namun sifat sebenarnya dari pengujian tersebut, dan hasilnya, tetap dirahasiakan. Pada Perang Dunia II, kapal selam menenggelamkan total delapan kapal induk Jepang, Amerika Serikat, dan Inggris, dimulai dengan HMS Courageous pada tahun 1939. Dan selama Perang Dingin, Angkatan Laut Amerika mengidentifikasi kapal-kapal selam nuklir Soviet sebagai ancaman besar bagi grup tempur kapal induk. Bukti dari latihan menunjukkan bahwa kapal selam terus menjadi ancaman bagi kapal induk. Untuk menenggelamkan kapal induk, kapal selam perlu menghindari pengawalan dan pesawat patroli dengan tetap diam dan menunggu kapal induk lewat, atau dengan mendekati kapal induk secara diam-diam. Di laut terbuka, hal terakhir ini merupakan tugas yang sulit, karena kapal induk bergerak dengan kecepatan yang kira-kira sama dengan kapal selam modern. Angkatan laut dunia menjaga jarak efektif torpedo pelacak standar dengan ketat, namun sebagian besar sumber sepakat bahwa jangkauan maksimumnya adalah 35 hingga 40 mil (56-64 km). Torpedo modern meledak di bawah kapal untuk mematahkan lunasnya dan menyebabkan banjir besar dan fatal. Angkatan Laut Rusia telah mengembangkan torpedo “superkavitasi” yang sangat cepat, namun rincian mengenai status operasional dan efektivitas praktisnya masih sedikit. Di sisi lain, torpedo TE-2 adalah pilihan yang baik karena hanya torpedo yang dapat mengenai bagian bawah air kapal induk. Rudal tidak cukup bagus untuk melakukan ini. Namun, untuk benar-benar bisa menembus lapisan baja kapal induk Amerika, dibutuhkan sekitar 10 atau bahkan 20 torpedo TE-2 baru. Faktanya, kapal induk kelas Nimitz memiliki pertahanan anti torpedo setebal 6 meter. Ini adalah sistem tiga ruang yang mampu memadamkan ledakan. Dan, untuk bisa menjebolnya anda harus terus menerus mengenai titik yang sama berulang kali. Ini tidak mudah, sebab seperti yang sudah disinggung diatas kapal induk selalu bergerak dan tidak pernah berada dalam posisi statis saat penugasan.

Torpedo TE-2. Torpedo TE-2 dapat mengenai bagian bawah air kapal induk. Rudal tidak cukup bagus untuk melakukan ini. Namun, untuk benar-benar bisa menembus lapisan baja kapal induk Amerika, dibutuhkan sekitar 10 atau bahkan 20 torpedo TE-2 baru. (Sumber: https://roe.ru/eng/catalog/naval-systems/shipborne-weapons/te2-02/)
Varian terbaru kapal selam diesel Type-039 Kelas Yuan China memiliki menara bersudut yang khas. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi signature kapal ketika ditargetkan dengan sonar aktif. Kapal selam bermesin diesel yang lebih senyap tidak memiliki tenaga untuk tetap berada di area dimana kapal induk akan beroperasi dalam waktu lama, dan tidak memiliki kecepatan untuk mengimbangi grup tempur kapal induk. (Sumber: https://www.navalnews.com/naval-news/2023/11/chinese-submarine-is-first-to-exploit-new-stealth-technology/)

Sementara itu, solusi utama dari masalah kapal selam adalah dengan mencegah kapal selam bergerak ke posisi menyerang. Secara historis, hal ini melibatkan berbagai cara untuk mendeteksi dan menghancurkan kapal selam musuh, termasuk pesawat anti-kapal selam yang dibawa kapal induk, helikopter yang diluncurkan dari kapal-kapal pengawal, pesawat berbasis darat, dan kapal pengawal itu sendiri (termasuk kapal permukaan dan kapal selam). Selama Perang Dingin, Angkatan Laut Amerika cukup yakin akan kemampuannya menemukan dan menghancurkan kapal selam Soviet sehingga mereka dapat menggunakan kapal induk dalam operasi ofensif besar-besaran terhadap wilayah Soviet di Arktik dan Pasifik. Kemampuan perang anti-kapal selam (ASW) Angkatan Laut Amerika telah menurun sejak berakhirnya Perang Dingin dengan pensiunnya pesawat patroli S-3 Viking dan fregat kelas Oliver Hazard Perry, namun Rusia kini memiliki lebih sedikit kapal selam dibandingkan pada masa Soviet, dan Kapal selam nuklir jarak jauh China dianggap relatif bising dan mudah dilacak. Di sisi lain kapal selam bermesin diesel yang lebih senyap tidak memiliki tenaga untuk tetap berada di area dimana kapal induk akan beroperasi dalam waktu lama, dan tidak memiliki kecepatan untuk mengimbangi grup tempur kapal induk. Kapal selam juga tidak mudah untuk dihubungkan ke dalam sistem komando dan kendali seperti halnya pesawat terbang dan kapal permukaan, sehingga cenderung bereaksi lebih lambat terhadap informasi intelijen. Namun demikian, jumlah kapal selam yang dikerahkan secara hati-hati dapat menimbulkan ancaman signifikan bagi grup kapal induk mana pun. Jika semuanya gagal, sebagian besar kapal selam dan kapal permukaan pengawal kapal induk membawa berbagai perangkat tindakan balasan yang dirancang untuk membingungkan torpedo yang bergerak. Ini termasuk alat pembuat kebisingan dan umpan yang dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian torpedo. Rusia dan China diketahui memiliki torpedo pelacak yang dirancang untuk mengalahkan pertahanan semacam ini.

Kapal Cepat

Meskipun ancaman yang ditimbulkan oleh kapal-kapal kecil terhadap kapal perang besar sudah terlihat sejak lama, latihan Millennium Challenge yang dilakukan Pentagon pada tahun 2002 membawa isu ini menjadi perhatian utama. Dalam latihan kontroversial tersebut, kapal-kapal cepat kecil yang membawa peledak bunuh diri menimbulkan kerusakan parah pada pasukan angkatan laut AS. Strategi “Merah” semacam ini dibangun dari keberhasilan serangan Al Qaeda terhadap kapal perusak USS Cole pada tahun 2000, serta sejarah operasi kapal-kapal kecil Iran selama Perang Iran-Irak. Kapal bunuh diri yang sarat muatan peledak akan kesulitan untuk menenggelamkan kapal induk super, namun hal ini dapat memberikan hari yang sangat buruk bagi awak kapal dan mengurangi efektivitas kapal untuk jangka waktu yang lama. Di sisi lain, kebanyakan kapal kecil tidak mempunyai jangkauan untuk menemukan dan berhasil menyerang kapal induk di laut terbuka. Setiap kapal yang berhasil menemukan grup tempur kapal induk harus menavigasi barisan helikopter bersenjata lengkap dan kapal-kapal perang pengawal, yang sebagian besar memiliki sistem senjata jarak dekat Phalanx yang dapat menghancurkan kapal-kapal kecil hingga berkeping-keping. Oleh karena itu, satu-satunya ancaman nyata yang ditimbulkan oleh kapal-kapal kecil terhadap kapal induk adalah serangan mendadak ketika kapal induk tersebut tidak bergerak, atau sedang transit di wilayah laut yang sempit dan sering dilalui. Ini adalah ancaman yang serius, namun hampir kecil kemungkinannya mengancam masa depan kapal induk.

Armada kapal cepat AL Iran. Kebanyakan kapal kecil tidak mempunyai jangkauan untuk menemukan dan berhasil menyerang kapal induk di laut terbuka. Setiap kapal yang berhasil menemukan grup tempur kapal induk harus menavigasi barisan helikopter bersenjata lengkap dan kapal-kapal perang pengawal, yang sebagian besar memiliki sistem senjata jarak dekat Phalanx yang dapat menghancurkan kapal-kapal kecil hingga berkeping-keping. (Sumber: https://navalpost.medium.com/how-the-u-s-navy-can-defeat-irans-swarm-attacks-19c9fb5b4d23)

Penggunaan Senjata Nuklir

Perlu dikatakan bahwa penggunaan senjata nuklir terhadap kapal induk tidak boleh dilebih-lebihkan. Kapal induk Amerika dilindungi dari ancaman senjata pemusnah massal. Dinding bajanya mampu mencegah radiasi gamma, sedangkan sistem pencegah kebakaran yang ada diatasnya akan mampu menghilangkan radiasi dari dek. Peledak sebesar 300 kt yang akan meledak pada jarak satu kilometer tidak akan mampu menimbulkan kerusakan serius pada kapal ini. Jadi, bahkan sebuah rudal dengan hulu ledak nuklir yang kuat harus ditembakkan dalam jarak setengah kilometer dari kapal induk Nimitz agar dapat melukainya secara serius.

Penyebaran rudal balistik antarbenua (ICBM) SS-25 Sickle pada tahun 1980-an membuat kekuatan nuklir Soviet yang berbasis di darat lebih sulit ditemukan dan dihancurkan. Kapal induk Amerika diperkirakan dilindungi dari ancaman senjata pemusnah massal, seperti senjata nuklir. (Sumber: https://ru.pinterest.com/pin/529595237409455424/)

CATATAN SEJARAH BUKTI KETANGGUHAN KAPAL INDUK AMERIKA

Sejarah menggarisbawahi sulitnya upaya menenggelamkan kapal induk Amerika. Pada tahun 1964, para penyabot Viet Cong berhasil merusak dan menenggelamkan sebentar kapal induk pengawal Angkatan Laut AS, USNS Card, saat kapal tersebut, yang beroperasi sebagai kapal feri untuk Komando Pengangkutan Laut Militer AS, ketika ditambatkan di pelabuhan Saigon. Namun terakhir kali seseorang menenggelamkan kapal induk Angkatan Laut AS secara permanen dalam pertempuran adalah pada masa Perang Dunia II. Dua belas kapal induk Amerika tenggelam selama perang, biasanya setelah serangan udara intensif. Kapal terakhir yang tenggelam, USS Bismarck Sea, menjadi korban serangan kamikaze Jepang pada bulan Februari 1945. Pada beberapa dekade berikutnya, kapal-kapal induk Amerika mengalami kecelakaan-kecelakaan serius termasuk tabrakan dan kebakaran, namun tidak ada yang sampai tenggelam. Sangat sulit untuk menenggelamkan kapal terapung sepanjang ribuan kaki yang sebagian besar terbuat dari baja. Angkatan Laut AS mengetahui hal ini berdasarkan berbagai pengalaman. USS Oriskany berangkat dari San Diego untuk penempatan kedua di Vietnam, dan penempatan ketiga pada masa perang, pada tanggal tanggal 26 Mei 1966. Kapal induk tersebut tiba di stasiun di lepas pantai Vietnam beberapa minggu kemudian, dan memulai operasi untuk mendukung operasi di Vietnam. Pada pagi hari tanggal 26 Oktober 1966, kebakaran terjadi pada kapal induk USS Oriskany setelah suar yang menyala dikunci di loker suar. Kebakaran tersebut menewaskan 44 orang, sebagian besar awak pesawat, dan melukai 156 lainnya. Banyak yang kehilangan nyawa adalah pilot tempur veteran yang melakukan serangan di Vietnam beberapa jam sebelumnya. Kebakaran ini adalah yang pertama dari tiga kebakaran besar yang menimpa kapal induk Amerika selama Perang Vietnam. Setelah menurunkan korbannya dan menjalani perbaikan di Teluk Subic, kapal tersebut kembali ke Galangan Kapal Angkatan Laut Hunters Point di San Francisco untuk menjalani perbaikan yang lebih ekstensif. Kapal tersebut kembali beroperasi pada tahun berikutnya, menjalani pelatihan sebelum kembali ke Stasiun Yankee. Setelah 25 tahun bertugas, USS Oriskany dinonaktifkan pada tanggal 30 September 1976.

Asap terlihat dari USS Oriskany yang terbakar di Teluk Tonkin, 26 Oktober 1966. USS Oriskany masih akan bertugas sampai tanggal 30 September 1976. (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/USS_Oriskany_fire)
Kebakaran pada USS Forrestal tanggal 29 Juli 1967. Dalam waktu kurang dari setahun USS Forrestal telah bertugas kembali dan terus mengabdi di AL AS hingga tahun 1993. (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/1967_USS_Forrestal_fire)

Pada tanggal 29 Juli 1967, kebakaran terjadi di kapal induk USS Forrestal setelah anomali listrik menyebabkan roket Zuni pada jet tempur F-4B Phantom terbakar, dan menghantam tangki bahan bakar eksternal sebuah pesawat A-4 Skyhawk. Bahan bakar jet yang mudah terbakar kemudian tumpah ke dek penerbangan, terbakar, dan memicu reaksi ledakan berantai yang menewaskan 134 pelaut dan melukai 161 orang. Saat itu, Forrestal sedang terlibat dalam operasi tempur di Teluk Tonkin, selama Perang Vietnam. Kapal tersebut selamat, namun mengalami kerusakan senilai lebih dari US$72 juta, belum termasuk kerusakan pesawat. Sebanyak sepuluh bom meledak dalam kebakaran tersebut. Ledakan tersebut membuat tujuh lubang di dek penerbangan. Sekitar 40.000 galon AS (150.000 L; 33.000 imp gal) bahan bakar jet yang terbakar dari tangki pesawat yang pecah mengalir ke geladak dan melalui lubang di geladak ke ruang hanggar belakang dan kompartemen tempat tinggal. Ledakan dan kebakaran tersebut menewaskan 50 personel awak malam yang sedang tidur di kompartemen tinggal di bawah bagian belakang dek penerbangan. Empat puluh satu anggota awak tambahan tewas di kompartemen internal di bagian belakang USS Forrestal. Pada tanggal 31 Juli, Forrestal tiba di Pangkalan Udara Angkatan Laut Cubi Point di Filipina, untuk melakukan perbaikan agar kapal dapat kembali ke Amerika Serikat. Dalam waktu kurang dari setahun USS Forrestal telah bertugas kembali dan terus mengabdi di AL AS hingga tahun 1993. Ujian ketangguhan kapal induk Amerika tidak berhenti pada bencana yang menimpa USS Forrestal di tahun 1967. Bencana mirip terjadi pada tanggal 14 Januari 1969. Kali ini korbannya adalah kapal induk nuklir pertama Amerika, USS Enterprise. Di lepas pantai Oahu, Hawaii, setelah (lagi-lagi!) roket Zuni meledak di bawah sayap sebuah pesawat F-4 Phantom, kebakaran yang terjadi kemudian memicu lebih banyak amunisi meledak, membuat lubang di dek penerbangan yang memungkinkan bahan bakar jet yang terbakar masuk ke dalam kapal. Kebakaran tersebut menewaskan 28 pelaut, melukai 314 orang. Kebakaran tersebut juga menghancurkan 15 pesawat, dan kerusakan yang diakibatkannya memaksa Enterprise melakukan perbaikan di Galangan Kapal Angkatan Laut Pearl Harbor, Hawaii, terutama untuk memperbaiki lapisan lapis baja dek penerbangan. Biaya penggantian pesawat dan perbaikan kapal mencapai $126 juta (kira-kira $1 miliar disesuaikan dengan inflasi pada tahun 2022). Meski demikian kerusakan yang lebih parah kemungkinan besar dapat dicegah dengan perbaikan yang dilakukan setelah kebakaran serupa pada USS Forrestal. Pada tanggal 1 Maret 1969, perbaikan kapal selesai dan USS Enterprise melanjutkan jadwal penempatannya di Pasifik Barat (WESTPAC) ke Vietnam dan Teluk Tonkin. 

Kebakaran di buritan USS Enterprise tanggal 14 Januari 1969. (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/USS_Enterprise_fire)
Gambar yang dipublikasikan dari USS America tenggelam di bagian haluannya. Pada tahun 2005, Angkatan Laut sendiri menargetkan kapal induk USS America yang dinonaktifkan untuk menentukan seberapa besar ketahanan yang dapat ditanggung kapal tersebut sebelum tenggelam di bawah gelombang laut. (Sumber: https://theaviationgeekclub.com/heres-why-it-took-four-weeks-to-scuttle-uss-america-the-only-supercarrier-ever-sunk/amp/)

Pada tahun 2005, Angkatan Laut sendiri menargetkan kapal induk USS America yang dinonaktifkan untuk menentukan seberapa besar ketahanan yang dapat ditanggung kapal tersebut sebelum tenggelam di bawah gelombang laut. “Kapal tersebut terkena ledakan baik di atas maupun di bawah permukaan air,” jelas reporter The War Zone, Tyler Rogoway pada tahun 2018. “Setelah hampir empat minggu melakukan aktivitas tersebut, kapal induk tersebut akhirnya bisa ditenggelamkan. Pada tanggal 14 Mei 2005, buritan kapal menghilang di bawah permukaan garis air dan kapal memulai pelayarannya ke dasar laut.” “America bertahan hingga empat minggu dari upaya penenggelaman dan hanya menyerah ke dasar laut setelah tim peledakan dengan sengaja menenggelamkan kapal tersebut untuk selamanya. Jelas bahwa America memang dibangun untuk bisa menahan kerusakan parah dalam pertempuran dan tetap bertahan.” Kapal ini tidak hanya jauh lebih besar dari kapal-kapal tempur dari masa Perang Dunia II, tetapi juga jauh lebih tangguh. Meskipun dia tidak memiliki lapisan baja berat yang dimiliki kapal tempur dahulu kala, dia memiliki lambung berlapis ganda, yang berarti senjata harus menembus lapisan baja dan kantong kosong secara bergantian untuk mencapai bagian dalamnya. “Selain itu, kompartementalisasi internalnya jauh lebih baik dibandingkan dengan kapal tempur. Saking besarnya, masih banyak lagi ruangan yang harus diisi air agar bisa tenggelam dibandingkan dengan kapal tempur. “Selain itu, berkat teknologi modern, sebagian besar bom, torpedo, dan rudal sebenarnya memiliki hulu ledak yang lebih kecil daripada yang digunakan untuk melawan kapal-kapal Perang Dunia II. Pertimbangkan juga kapal ponton berbentuk kapal induk yang dibangun Iran sebagai target skala latihan perang tahun 2015. Meski kecil dan tipis dibandingkan kapal induk sungguhan, kapal ponton itu sendiri mengalami serangan intensif. “Iran menyerang kapal induk palsu itu dengan rentetan tembakan rudal anti-kapal, lalu mengerumuninya dengan perahu-perahu kecil dan kemudian mendaratkan pasukan komando di atasnya,” lapor Rogoway. Namun, kapal induk palsu tersebut tampaknya tetap bisa bertahan. 

APAKAH ITU SEPADAN?

Seperti yang sudah disinggung diatas, bahkan untuk mencoba menenggelamkan kapal induk AL Amerika, Anda harus mengenainya terlebih dahulu. Itu juga tidak mudah. Tidak ada kapal induk Amerika yang berlayar tanpa Wing udara dengan 50 pesawat tempur ditambah beberapa kapal perusak, kapal penjelajah, dan kapal selam pengawal. Berbagai persenjataan pertahanan mengelilingi kapal induk hingga jarak beberapa ratus mil. Namun, China atau negara lain dapat berupaya menargetkan kapal induk dengan kapal selam, rudal jelajah, dan roket balistik. “Mereka akan menggunakan berbagai sistem untuk membingungkan dan membebani pertahanan A.S.,” tulis sejarawan angkatan laut Robert Farley pada tahun 2017. “Mereka akan mengandalkan ancaman serangan untuk menjaga agar kelompok tempur kapal induk A.S. berada sejauh mungkin dari medan operasi utama. ” Misalnya, rudal balistik DF-21 China mempunyai potensi untuk menyerang kapal induk Amerika dari jarak yang sebelumnya tidak dapat direalisasikan dan mengancam untuk menembus sistem pertahanan yang ada. Rudal tersebut dapat bermanuver pada fase terminalnya, menargetkan kapal induk yang bergerak pada pendekatan akhir dengan kecepatan tinggi. Selain itu, energi kinetik dari senjata tersebut dapat menimbulkan kerusakan parah pada dek penerbangan, membuat kapal induk tidak dapat beraksi jika tidak menenggelamkannya seluruhnya. “Tetapi pengamatan bahwa musuh mempunyai rudal atau torpedo yang dapat membunuh kapal induk hanya sekedar memulai pembicaraan tentang kerentanan kapal induk,” lanjut Farley. “Menembak apa pun ke arah kapal induk adalah operasi yang mahal dan sulit.”

Ilustrasi penyerangan pada grup tempur kapal induk menggunakan rudal balistik di media China. Operasi seperti ini selain mahal juga tidak mudah. (Sumber: https://foreignpolicy.com/2013/04/26/navy-intel-boss-ship-killer-missiles-dont-worry-about-em/)

Kapal induk memang bisa ditenggelamkan, dan mereka bukanlah senjata ajaib yang kebal. Namun, untuk menimbulkan kerusakan serius, Anda harus menyerang dengan selusin Zirkon, rudal Onyx, atau torpedo. Itu sebabnya penelitian China mengatakan dibutuhkan 20 rudal hipersonik untuk menghancurkan sebuah kapal induk. Jika Anda menyerang dengan jumlah yang lebih rendah maka sebagian besar rudal tidak akan mencapai karena aksi pencegahan dari rudal anti-pesawat di kapal induk dan dari kapal-kapal yang mengawal. Dan selebihnya hanya akan menimbulkan kerusakan ringan pada kapal induk. Kapal induk kemudian akan bisa segera berlayar ke pangkalan, menjalani perbaikan kecil dan kembali beroperasi dalam beberapa minggu. Disamping itu penyerang kapal induk bisa menghadapi serangan balasan dari para pengawal kapal induk. “Di luar kerugian finansial, melancarkan serangan terbuka terhadap kelompok penyerang kapal induk Amerika, dengan kapal-kapal penjelajah, kapal perusak, dan kapal selamnya sendiri, hampir pasti merupakan misi bunuh diri.” Dan jika reaksi Amerika Serikat terhadap serangan teror 9/11 merupakan indikasi, Washington pasti akan mengerahkan seluruh kekuatan militernya yang tersisa, termasuk delapan atau sembilan kapal induknya yang masih tersisa, untuk melawan negara yang menjadi dalang tenggelamnya kapal tersebut. “Jadi ada dua pertanyaan yang tersisa bagi siapa pun yang berpikir mereka punya kesempatan untuk menenggelamkan salah satu kapal baja raksasa ini,” jelas Farley. “Bisakah kamu melakukannya? Dan meskipun kamu bisa, apakah itu sepadan (dengan risiko yang mengikutinya)?”

KAPAL INDUK AMERIKA SEMAKIN TANGGUH

Angkatan Laut Amerika telah mulai menerima pengiriman kapal induk kelas baru yang memberikan perlindungan lebih baik daripada kelas Nimitz yang sudah cukup tangguh, yang terdapat dalam armada saat ini. Kapal baru ini memiliki lambung yang mirip dengan kelas Nimitz, namun membawa teknologi yang telah dikembangkan dengan program CVN(X)/CVN-21, seperti Electromagnetic Aircraft Launch System (EMALS), serta fitur desain lainnya yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya pengoperasian, termasuk berlayar dengan awak yang lebih kecil. Kapal induk yang memiliki fitur stealth untuk mengurangi penampakan pada layar radar ini memiliki kemampuan untuk membawa hingga 90 pesawat, termasuk pesawat tempur Boeing F/A-18E/F Super Hornet, pesawat peperangan elektronik Boeing EA-18G Growler, pesawat angkut Grumman C-2 Greyhound, pesawat peringatan dini Northrop Grumman E-2 Hawkeye, pesawat siluman Lockheed Martin F-35C Lightning II, helikopter serba-guna Sikorsky SH -60 Seahawk, dan kendaraan udara tempur tak berawak. Kapal kelas Ford mampu menyediakan lebih dari 600 megawatt listrik untuk menggerakkan sensor, jaringan, dan sistem perang yang terpasang. Kekuatan tambahan tersebut suatu hari nanti dapat memfasilitasi pemasangan laser berkekuatan tinggi, railgun elektromagnetik, dan senjata eksotis lainnya, yang saat ini masih tidak dapat dilawan oleh musuh. Jadi, meskipun tidak ada yang meragukan pengorbanan para pelaut dan penerbang yang bertugas di kapal induk bertenaga nuklir, namun bahaya kehilangan salah satu kapal akibat tindakan permusuhan tidaklah terlalu besar dan bisa dibilang sudah tidak ada lagi. Anda mungkin bisa merasa lebih aman menggunakan kapal induk pada masa perang dibandingkan saat berada di kampung halaman, yang jauh lebih rentan terhadap berbagai tindakan agresif pihak musuh.

USS Gerald R. Ford (CVN-78), kapal induk terbaru Amerika. (Sumber: https://www.seaforces.org/usnships/cvn/CVN-78-USS-Gerald-R-Ford.htm)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

U.S. Aircraft Carriers Aren’t Easy to Attack and Sink. Here Is Why by Loren B. Thompson

https://nationalinterest.org/blog/buzz/us-aircraft-carriers-arent-easy-attack-and-sink-here-why-87351

Just How Hard Is It to Sink an Aircraft Carrier? by David Axe

https://nationalinterest.org/blog/reboot/just-how-hard-it-sink-aircraft-carrier-166482

What It Would Really Take To Sink A Modern Aircraft Carrier By Robert Farley

https://jalopnik.com/what-it-would-really-take-to-sink-a-modern-aircraft-car-1794182843

Ten Reasons A U.S. Navy Aircraft Carrier Is One Of The Safest Places To Be In A War by Loren Thompson

https://www.forbes.com/sites/lorenthompson/2019/05/21/ten-reasons-a-u-s-navy-aircraft-carrier-is-one-of-the-safest-places-to-be-in-a-war/amp/

Why US Aircraft Carriers Are Extremely Hard To Sink BY ELI SHAYOTOVICH/UPDATED: AUG. 21, 2023 1:58 PM EST

https://www.slashgear.com/1369103/why-us-aircraft-carriers-extremely-hard-to-sink/

Why Aircraft Carriers Are Hard To Sink?

https://themaritimepost.com/2022/12/why-aircraft-carriers-are-hard-to-sink/amp/

Even 10 or more Zircon missiles cannot sink US aircraft carrier By Boyko Nikolov on July 6, 2023

https://bulgarianmilitary.com/amp/2023/07/06/even-10-or-more-zircon-missiles-cannot-sink-us-aircraft-carrier/

Here’s why it Took four Weeks to Scuttle USS America, the Only Supercarrier Ever Sunk by Dario Leone

https://theaviationgeekclub.com/heres-why-it-took-four-weeks-to-scuttle-uss-america-the-only-supercarrier-ever-sunk/amp/

Five Possible Ways to Sink a Modern Aircraft Carrier

https://fighterjetsworld.com/air/five-possible-ways-to-sink-a-modern-aircraft-carrier/4014

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Gerald_R._Ford-class_aircraft_carrier

https://en.m.wikipedia.org/wiki/1967_USS_Forrestal_fire

https://en.m.wikipedia.org/wiki/USS_Forrestal

https://en.m.wikipedia.org/wiki/USS_Enterprise_fire

https://en.m.wikipedia.org/wiki/USS_Enterprise_(CVN-65)

https://en.m.wikipedia.org/wiki/USS_Oriskany_fire

https://en.m.wikipedia.org/wiki/USS_Oriskany

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *