Others

2 Mei 1982: Kontroversi Penenggelaman Kapal Penjelajah General Belgrano Milik Argentina Dalam Perang Falkland

Tenggelamnya kapal perang Argentina ARA General Belgrano tetap menjadi satu-satunya aksi paling kontroversial dalam Perang Falklands. Dari sudut pandang militer murni, tindakan ini tampaknya bisa dibenarkan, karena setelah serangan oleh kapal selam HMS Conqueror itu, seluruh kekuatan angkatan laut Argentina praktis kembali ke pangkalan mereka dan tidak pernah keluar lagi. Lewat satu serangan, ancaman serius terhadap gugus tugas Inggris telah dihilangkan. Namun, kontroversi atas tenggelamnya kapal tersebut bukan berasal dari apakah kapal tersebut memenuhi kriteria untuk dieliminasi dari sudut pandang militer atau tidak, akan tetapi berasal dari berbagai tuduhan bahwa serangan itu adalah tindakan yang disengaja untuk menggagalkan proses negosiasi perdamaian yang sedang berlangsung dan dugaan mengenai tindak kejahatan perang yang dilakukan oleh Inggris.

PM Margaret Thatcher digambarkan sebagai seorang bajak laut di media Argentina setelah penenggelaman kapal penjelajah General Belgrano. (Sumber: https://www.historynet.com/)

LATAR BELAKANG

Sementara kapal-kapal perang lainnya saling melindungi di dekat Kepulauan Falkland, sebuah kapal selam Inggris terus mengintai kapal penjelajah ringan Argentina. Pada sore hari tanggal 2 Mei 1982, kapal selam armada bertenaga nuklir Inggris HMS Conqueror sedang berlayar menyelam di Samudra Atlantik Selatan sekitar hampir 230 mil (370 km) di sebelah timur Cape Horn. Meskipun dirancang dan dibangun untuk melawan kapal perang Soviet jika Perang Dingin memanas, hari itu kapal selam nuklir Inggris ini mengintai mangsa kapal perang dari tipe yang jelas berbeda, yakni kapal penjelajah ringan buatan Amerika berusia 44 tahun yang selamat dari peristiwa 7 Desember 1941, saat Jepang menyerang Pearl Harbor, Hawaii. Dibangun pada tahun 1938 sebagai kapal penjelajah ringan kelas Brooklyn, USS Phoenix (CL-46), dipakai secara ekstensif di Pasifik dalam Perang Dunia II. Setelah perang, Amerika Serikat memiliki stok peralatan militer” raksasa”, dan Undang-Undang Bantuan Pertahanan Bersama tahun 1949 disahkan untuk mentransfer sebagian dari senjata-senjata ini ke negara-negara sahabat Amerika di seluruh dunia. Sebagian besar peralatan ini selain diberikan kepada anggota NATO yang saja baru dibentuk, juga diberikan ke negara-negara yang menjadi kunci strategi pertahanan Amerika, terutama di Asia dan Amerika Latin. Enam kapal penjelajah ringan era Perang Dunia II kemudian dipilih untuk diserahkan ke Brasil, Chili, dan Argentina pada tahun 1951. Brasil menerima USS Philadelphia dan St. Louis, Chili mendapatkan Boise dan Brooklyn yang dibangun oleh Brooklyn Navy Yard, sementara Argentina mendapatkan USS Nashville dan Phoenix. Selama 25 tahun ke depan, AS akan mentransfer 10 kapal perusak, 11 Kapal Pendarat Tank, empat kapal selam, dan banyak kapal pendukung kecil lainnya ke Angkatan Laut Argentina, dengan jumlah yang sama yang didistribusikan ke Chili dan Brasil. USS Phoenix setelah beberapa lama disimpan di Philadelphia Navy Yard, kapal itu lalu dikonversi untuk dijual — Argentina membayar sekitar $2 juta, atau 10% dari biaya konstruksi awal, sebagaimana diatur dalam MDAA. Proses transfer itu selesai pada tanggal 17 Oktober 1951, sebuah tanggal yang bukan kebetulan, karena tanggal itu juga merupakan nama baru dari kapal ini, yakni ARA 17 de Octobre, untuk memperingati awal gerakan Peronis di negara itu pada tahun 1945. Nama itu hanya akan berumur pendek, setelah penggulingan Juan Perón oleh kudeta militer pada tahun 1955, kapal itu akan diganti namanya menjadi nama pelaut dan pemimpin kemerdekaan Argentina, Manuel Belgrano.

Kapal penjelajah ringan USS Phoenix (CL-46) di Pearl Harbor saat serangan Jepang, 7 Desember 1941. Pada tahun 1941 kapal itu diakuisisi sebagai ARA General Belgrano. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Sayangnya untuk Belgrano dan krunya, kapal penjelajah itu tidak akan selamat dari perjumpaan yang akan datang dengan HMS Conqueror. Belgrano dan Conqueror bertemu di kawasan Atlantik Selatan yang dingin pada musim gugur austral tahun 1982, sebagai akibat dari invasi Argentina pada tanggal 2 April di Kepulauan Falkland, sebuah wilayah milik Inggris sekitar 300 mil (483 km) dari garis pantai Argentina. Pasukan invasi yang berkekuatan hampir 1.000 orang dengan cepat menaklukkan sekitar 100 personel Marinir, pelaut Kerajaan Inggris, dan milisi lokal yang mempertahankan pulau-pulau itu. Pada hari yang sama Kabinet Inggris lalu memerintahkan pembentukan gugus tugas angkatan laut untuk merebut kembali pulau-pulau tersebut. Pada tanggal 3 April marinir Argentina merebut Pulau Georgia Selatan, wilayah Inggris lainnya lebih dari 800 mil (1.287,5 km) tenggara Falklands, setelah terlibat baku tembak singkat dengan sebuah peleton Marinir Kerajaan Inggris. Sementara itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa kemudian mengadopsi Resolusi 502, yang menuntut penghentian segera permusuhan dan penarikan penuh pasukan Argentina dari pulau-pulau tersebut. Juga pada tanggal 3 April Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher mengumumkan pengiriman gugus tugas angkatan laut. Dua hari kemudian, elemen utama pasukan Angkatan Laut Kerajaan—termasuk dua kapal induk —berangkat dari Portsmouth. 

01 APRIL 1982: Pasukan Argentina Menduduki Port Stanley, Falkland. (Photo by Rafael WOLLMANN/Gamma-Rapho via Getty Images/https://www.gettyimages.com/)
Kapal bendera Armada Kapa Induk Inggris, HMS Hermes, bersama dengan HMS Broadsword. Pendudukan Falkland oleh Argentina segera memperoleh reaksi keras dari Inggris dengan mengerahkan sebagian besar dari armada lautnya. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Kapal selam kelas Swiftsure bertenaga nuklir HMS Spartan, menjadi 1 dari 3 kapal selam nuklir yang dikirim untuk menegakkan Zona Eksklusif Maritim (MEZ), yang berpusat di Falklands dengan radius 200 mil laut (370 km). (Sumber: https://www.pinterest.co.uk/)

Pada tanggal 7 April Inggris menyatakan bahwa Zona Eksklusif Maritim (MEZ), yang berpusat di Falklands dengan radius 200 mil laut (370 km), akan mulai berlaku pada tanggal 12 April. Setelah tanggal tersebut, setiap kapal Argentina yang memasuki MEZ akan menjadi sasaran serangan tanpa peringatan. Pada tanggal 1 April, Angkatan Laut Inggris telah mengirim kapal selam kelas Swiftsure bertenaga nuklir Spartan dan Splendid ke Atlantik Selatan. Tiga hari kemudian kapal selam Conqueror dari kelas Churchill telah meninggalkan pangkalan kapal selam Angkatan Laut Kerajaan di Faslane, Skotlandia, juga ditugaskan untuk menuju zona konflik. Pada tanggal 10 April ketiga kapal selam ini menerima perintah untuk berpatroli di Falklands dan menegakkan aturan MEZ. Sampai akhir bulan, pihak-pihak yang berlawanan terus mengerahkan kekuatan mereka. Pada tanggal 17 April angkatan laut Argentina menugaskan kapal-kapal perang permukaan utamanya, termasuk Belgrano dan kapal induk ringan buatan Inggris ARA Veinticinco de Mayo serta kapal-kapal pengawal. Pertempuran laut pertama antara Inggris dan Argentina dalam perang itu terjadi pada tanggal 25 April ketika helikopter-helikopter Wessex, Wasp dan Lynx dari Royal Navy berhasil merusak parah kapal selam kelas Balao milik Argentina, yakni Santa Fe di lepas pantai pulau Georgia Selatan. Kapten kapal selam itu lalu memerintahkan untuk mengandaskan kapal dan awaknya meninggalkan kapal. Kemudian pada hari itu juga, mereka dan marinir Argentina di Georgia Selatan menyerah kepada pasukan Inggris. 

ZONA EKSKLUSIF DI FALKLAND 

Pada tanggal 28 April, pemerintah Inggris mengumumkan bahwa Zona Eksklusif Total—pada dasarnya merupakan sebuah blokade total atas pulau-pulau di wilayah itu—akan mulai berlaku dua hari kemudian, tepat saat grup kapal induk utama Inggris, yang diberi nama Task Group 317.8, tiba untuk menegakkan zona tersebut. Gugus tugas tersebut terdiri dari kapal induk ringan armada kelas Centaur, HMS Hermes (kapal bendera Inggris), dengan 12 pembom tempur British Aerospace FRS.1 Sea Harrier dan 18 helikopter Westland Sea King, serta kapal induk kelas Invincible, HMS Invincible, dengan delapan pesawat tempur Sea Harrier dan 12 helikopter Sea King. Mengawal kapal-kapal induk itu adalah kapal perusak kelas County, HMS Glamorgan dan kapal perusak Tipe 42, HMS Sheffield, Coventry serta Glasgow. Juga turut sebagai pengawal adalah frigat Tipe 21, HMS Arrow, Alacrity dan Antelope, frigat Tipe 22, HMS Broadsword dan frigat Tipe 12, HMS Yarmouth. Di antara mereka, kapal-kapal ini dapat mengerahkan hampir 40 helikopter Sea King yang dikonfigurasi untuk menjalankan misi anti-kapal selam dan serangan.

Gugus tugas armada kapal induk Inggris yang dikirim ke Falkland. Armada ini memiliki kemampuan anti kapal permukaan, kapal selam, dan anti udara serta serang darat terbatas. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Pesawat tempur BAe FRS.1 Sea Harrier, tulang punggung armada Inggris di Falkland. (Sumber: https://id.pinterest.com/)
Sekitar 40 helikopter Sea King dikerahkan Inggris ke Falkland untuk menjalankan misi anti-kapal selam dan serangan. (Sumber: https://www.cybermodeler.com/)

Berbagai kapal perang permukaan ini dipersenjatai dengan rudal anti-kapal Exocet buatan Prancis dan berbagai rudal anti-pesawat. TG 317.8 kemudian ditempatkan sekitar 30 hingga 50 mil laut di sebelah timur Pulau Falkland Timur. Pada tanggal 30 April HMS Splendid dan Spartan sudah berada di posisinya di utara pulau, sementara Conqueror berada di selatan. Yang terakhir telah mendeteksi keberadaan Belgrano dan pengawalnya dan terus mempertahankan kontak. Misi angkatan laut Inggris itu sendiri dipecah menjadi empat fase. Yang pertama adalah untuk menegakkan TEZ, terutama menggunakan kapal selam, meskipun tergantung pada target dan jangkauannya, kekuatan laut Inggris juga dapat menggunakan berbagai pesawat dan bahkan kapal perang permukaannya. Tahap kedua adalah menggunakan kapal-kapal perang permukaan dan kekuatan udara untuk membangun keunggulan di laut dan udara. Fase ketiga adalah mendaratkan pasukan Marinir dan pasukan darat Inggris untuk merebut kembali pulau-pulau tersebut. Fase terakhir adalah untuk mendukung pasukan darat dengan kekuatan udara dan tembakan dari kapal-kapal angkatan laut sambil melindungi jalur komunikasi lautnya.

PERGERAKAN AL ARGENTINA YANG MENGKHAWATIRKAN ARMADA INGGRIS

Pada tanggal 30 April angkatan laut Argentina sendiri telah menyelesaikan disposisi tempur terakhirnya. Gugus Tugas 79 ditugaskan untuk mempertahankan Falklands dan mengendalikan tiga gugus tugas bawahannya. TG 79.1, kelompok tempur kapal induk, dikerahkan ke bagian barat laut Falklands sekitar 90 mil laut di luar TEZ dan satuan ini termasuk kapal bendera Veinticinco de Mayo—dengan delapan pesawat serang Douglas A-4P Skyhawk buatan AS, enam Pesawat pengintai buatan AS Grumman S-2E Tracker dan lima helikopter—serta kapal perusak pengawal Comodoro Py, Segui, Hércules dan Santísima Trinidad. TG 79.4 yang berada sekitar 50 mil laut di sebelah barat TG 79.1, terdiri dari korvet buatan Prancis Drummond, Guerrico dan Granville, yang masing-masing membawa empat rudal Exocet. Di sebelah barat daya pulau dan juga di luar TEZ adalah TG 79.3, yang terdiri dari Penjelajah Ringan Belgrano dan kapal perusak Piedra Buena dan Hipólito Bouchard. Setiap kapal perusak itu membawa empat rudal Exocets. Kapal penjelajah Belgrano, meskipun beberapa kali telah mendapatkan upgrade di beberapa area, pada dasarnya adalah kapal yang sama seperti ketika ditugaskan pada tahun 1938, yang mampu melaju hingga kecepatan 32,5 knot (sekitar 60 km/jam). Dia tetap mempertahankan daya tembaknya yang besar dengan meriam utama terdiri dari 15 meriam Mk 16 kaliber 6-inci / 47 kal (152mm) yang mampu menembakkan peluru seberat 130 pon (59 kg) sejauh sekitar 14,5 mil (23 km). Meriam-meriam ini masih didukung oleh meriam 8 meriam kaliber 5 inci / 54 cal (127 mm) dan senjata anti-pesawat kaliber 40mm dan 20mm untuk pertahanan jarak dekat. Dengan berbagai meriamnya, Belgrano yang berbobot 12.242 ton merupakan kapal perang dengan daya tembak paling besar di Amerika Selatan. Sistem rudal anti-pesawat Sea Cat Inggris dengan dua rudal siap tembak telah ditambahkan pada Belgrano di tahun 1967/68 meskipun tidak ada uji tembak yang pernah dilakukan sampai saat itu. Untuk misi pasokan dan pengintaian, Belgrano menampung sepasang helikopter Aerospatiale Alouette III buatan Prancis. Awak normalnya termasuk 1.138 perwira dan pelaut.

Kapal induk ARA Veinticinco de Mayo, kapal bendera Argentina yang menjadi andalan gugus tugas AL negara itu dalam Perang Falkland. Penenggelaman kapal ini menjadi salah satu prioritas Inggris. (Sumber: https://tvd.im/naval-warfare/)
Dengan berbagai meriam lawasnya, ARA General Belgrano menjadi kapal perang dengan daya tembak terbesar di kawasan Amerika Selatan saat itu. Pada saat Perang Falkland pecah, kapal ini telah dilengkapi dengan sistem rudal pertahanan udara Sea Cat buatan Inggris. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Sementara itu pada tanggal 1 Mei, Inggris telah melancarkan serangkaian serangan terhadap posisi Argentina di pulau-pulau tersebut, termasuk serangan jarak jauh yang dilakukan oleh pesawat pengebom Avro Vulcan B.2 yang berbasis di Pulau Ascencion di dekat khatulistiwa terhadap bandara di luar ibu kota Falklands, Stanley—sebuah serangan yang dilancarkan sejauh 6.800 mil (12.593 km) pulang-pergi. Setelahnya, pesawat-pesawat Sea Harrier FRS.1 yang berbasis di kapal induk menindaklanjuti pemboman itu dengan melancarkan serangan di bandara dan landasan yang ada lebih jauh ke barat di Goose Green. Sementara itu, kapal perusak Glamorgan dan fregat Alacrity dan Arrow membombardir posisi pertahanan Argentina di sekitar Stanley. Argentina lalu membalas dengan meluncurkan lebih dari 50 serangan dengan harapan dapat menemukan dan menenggelamkan kapal-kapal Inggris. Angkatan Udara Argentina meluncurkan upaya besar dengan mengirimkan armada penyerang, yang terdiri dari pesawat-pesawat A-4 Skyhawk, Canberra dan Dagger yang dikawal oleh sekelompok pesawat tempur Mirage III. Tetapi hanya satu penerbangan, yang terdiri dari tiga pesawat tempur IAI Dagger buatan Israel yang menemukan targetnya, yakni: tiga kapal yang membombardir Stanley. Dalam pertempuran udara, Sea Harrier menembak jatuh sebuah bomber Canberra, sebuah Dagger dan sebuah Mirage III, dengan Mirage III lainnya dihancurkan karena insiden salah tembak di pihak Argentina. Sementara itu, meskipun serangan Argentina hanya menimbulkan kerusakan kecil pada dua kapal Angkatan Laut Kerajaan Inggris, serangan udara itu sudah cukup untuk meyakinkan kapal-kapal Inggris untuk menghentikan serangan dan bergabung kembali dengan kelompok gugus tugas utamanya. 

Meski banyak menjadi korban pesawat-pesawat Sea Harrier Inggris, pesawat serang A-4 Skyhawk Argentina menjadi ancaman utama bagi kapal-kapal perang armada Inggris. (Sumber: https://co.pinterest.com/)
Pesawat anti kapal selam S-2E Tracker milik AL Argentina yang memiliki kemampuan intai. (Sumber: https://www.flickr.com/)

Pada hari yang sama, Inggris mendeteksi setidaknya dua penerbangan pengintaian oleh pesawat S-2E Tracker. Salah satu Sea Harrier yang mendeteksi pesawat-pesawat Argentina yang digerakkan baling-baling itu juga berhasil mendeteksi emisi radar dari Hércules dan melihat formasi lima kapal musuh yang tidak teridentifikasi sebelum berbalik kembali. Sebelumnya HMS Splendid, sebuah kapal selam nuklir telah mengintai kapal induk Veinticinco de Mayo tetapi kehilangan kontak pada tanggal 26 April. Armada laut Inggris kemudian menghentikan operasi tempur untuk hari itu dan bergerak ke arah selatan-tenggara. Kedua belah pihak kini tahu kira-kira di mana posisi yang lain, dan masing-masing membuat persiapan dalam semalam untuk melancarkan operasi di hari berikutnya. Inggris juga memiliki satu set informasi hasil dari penyadapan radio yang merinci rencana serangan musuh pada tanggal 2 Mei. Berdasarkan informasi dari Chili itu, Argentina bermaksud untuk meluncurkan serangan udara dengan pesawat-pesawat A-4 dari kapal induk Veinticinco de Mayo, yang didukung oleh serangan oleh pesawat-pesawat Super Etendard yang dipersenjatai dengan rudal anti-kapal Exocet, sementara kapal-kapal dari TG 79.4 yang juga dipersenjatai Exocet akan beraksi bersama dengan serangan udara atau melakukan serangan mandiri terhadap unit-unit Inggris yang terisolasi. Sementara itu, Belgrano dan para pengawalnya harus tetap berada di selatan pulau dan melanjutkan perjalanan ke arah timur, dengan perintah terbuka agar memanfaatkan setiap kesempatan yang menguntungkan untuk menyerang armada Inggris. Bagaimanapun, perintah itu berhasil dicegat dan segera diberikan ringkasannya kepada Laksamana Muda John Forster “Sandy” Woodward, komandan gugud tugas Inggris.

Rudal Exocet buatan Prancis dibawah sayap pesawat serang Super Etendard. Selain dapat dibawa oleh pesawat, Exocet juga melengkapi beberapa kapal perang permukaan Argentina. Dalam Perang Falkland, rudal Exocet menjadi ancaman besar buat armada Inggris. (Sumber: https://www.portonews.com/)

Prospek akan adanya serangan Argentina yang terkoordinasi adalah yang paling ditakuti Woodward. Seperti yang dia renungkan dalam One Hundred Days, memoar masa perangnya, “Diserang dari berbagai arah yang berbeda, dengan senjata berbeda yang membutuhkan respons berbeda…(kita) mungkin bisa menembak jatuh lima atau enam pesawat Skyhawk yang datang—tetapi akan menjadi berita yang sangat buruk jika 16 rudal Exocet lainnya datang dari arah tenggara pada waktu yang kurang lebih bersamaan.” Selain ancaman udara, Woodward juga menyadari bahwa dengan sedikit keberuntungan, salah satu kelompok kapal perang permukaan musuh mungkin bisa berada dalam jangkauan rudal kapalnya. Selama latihan NATO setahun sebelumnya, Woodward sendiri telah berhasil membuat salah satu kapal perusaknya berada dalam jangkauan rudal Exocet yang dimilikinya dari sebuah kapal induk Amerika yang siap siaga. Jika Argentina berhasil melakukan hal serupa, Woodward berharap bahwa orang-orang Inggris “semuanya bisa berenang di sekitar Atlantik Selatan, yang agak dingin sambil bertanya-tanya dari mana datangnya 16 rudal Exocet itu.” 

KEPUTUSAN MENYERANG BELGRANO

Dalam semalam, Inggris kehilangan kontak dengan dua kelompok tempur Argentina di utara, yang meningkatkan peringatan ancaman bagi armada mereka. Meskipun serangan udara yang diantisipasi tidak juga datang pada pagi hari tanggal 2 Mei, Armada Angkatan Laut Kerajaan Inggris masih tetap dalam kondisi siaga tinggi sepanjang sisa hari itu. Pasukan Argentina sebenarnya memang berusaha melancarkan serangan saat fajar pada tanggal 2 Mei, tetapi kondisi tenang yang luar biasa berarti tidak ada cukup angin untuk meluncurkan pesawat-pesawat A-4 Skyhawks yang dipenuhi dengan muatan dibom. Upaya serangan menggunakan Super Etendard dari pangkalan angkatan udara Rio Grande juga dibatalkan ketika pengisian bahan bakar saat dalam penerbangan gagal dilakukan. Kekuatan penyerang Argentina lalu diperintahkan untuk pindah ke titik persiapan dengan maksud untuk bisa melakukan upaya kedua ketika kondisi cuaca lebih mendukung. Faktor lain yang tidak diketahui adalah bahwa kapal selam Argentina ARA San Luis, kapal selam diesel-elektrik kecil yang sangat sulit dideteksi oleh Inggris, pada tanggal 1 Mei, sempat mencoba untuk menorpedo HMS Alacrity.

Menteri Pertahanan, Sir John Nott (berfoto bersama Margaret Thatcher pada tahun 1982), kemudian mengatakan bahwa keputusan untuk menenggelamkan Belgrano sebagai: ‘salah satu keputusan termudah dari seluruh masa perang’. (Sumber: https://www.dailymail.co.uk/)

Sementara itu, di selatan Belgrano dan para pengawalnya mendekati Burdwood Bank. Jika kapal-kapal Argentina bisa menyeberangi perairan yang relatif dangkal itu, kapal selam HMS Conqueror mungkin tidak dapat mengikutinya, dan kehilangan jejak musuh serta pada gilirannya malah dapat terdeteksi. Lebih dari itu, Burdwood bank adalah tempat yang memungkinkan bagi gugus tempur Argentina untuk berpisah. Jika itu terjadi, Conqueror bisa kehilangan kontak dengan salah satu atau ketiga kapal musuh. Mengingat keadaannya, Woodward memutuskan untuk memotong setidaknya “(salah) satu dari cakar penjepit (musuh)” yang mendekat ke armadanya. Dia sebelumnya sudah memiliki izin untuk menyerang kapal induk Argentina Veinticinco de Mayo, jika bisa, tetapi Inggris belum bisa mendeteksi kembali keberadaan kapal induk Argentina itu. Di sisi lain, Woodward bisa mendeteksi Belgrano tetapi tidak memiliki izin untuk menyerang kapal penjelajah itu. Karena itu, dia lalu meminta perubahan dalam aturan tempur (ROE) satuan tugasnya dan agar Conqueror diizinkan menyerang Belgrano. Dalam apa yang kemudian disebut Menteri Luar Negeri Inggris untuk Pertahanan John Nott sebagai “salah satu keputusan termudah selama perang,” Perdana Menteri Thatcher dan Kabinet Perangnya setuju untuk mengubah ROE dan memerintahkan Conqueror untuk menenggelamkan Belgrano dan kapal Argentina lainnya yang ditemuinya, bahkan di luar area TEZ. Kabinet Perang secara resmi mengambil keputusan untuk menenggelamkan Belgrano pada hari itu juga, setelah diberi pengarahan pada pertemuan di Checkers dengan dihadiri oleh Thatcher dan Sir Terence Lewin.

PENENGGELAMAN BELGRANO

Kapal penjelajah Argentina dan pengawalnya telah mengubah arah pada pukul 0811 waktu Zulu (waktu militer setara dengan pembagian Waktu Greenwich), menuju ke barat, ke arah yang tidak menuju daratan utama Argentina. Sementara itu, kapal selam, Conqueror yang telah berangkat dari Rosyth pada tanggal 10 April sudah menjalani perjalanan panjang dan saat itu mereka sudah tiga minggu berlayar. Conqueror lalu melaporkan perubahan arah ini ke London pada pukul 1400 Zulu. Kemudian, meskipun ada masalah dengan peralatan komunikasinya, pada pukul 1710 Zulu kapal selam Inggris itu menerima dan memahami adanya aturan ROE baru serta mendapat perintah untuk menyerang. Pada saat yang sama Cmdr. Chris Wreford-Brown, kapten Conqueror, memang menyampaikan niatnya untuk menyerang musuh. Selama dua jam berikutnya Conqueror mengintai Belgrano dalam cuaca yang digambarkan sebagai “keadaan laut tingkat 3 atau 4, yang terus -terusan memburuk.” Selama perburuan, Wreford-Brown membawa kapalnya ke kedalaman periskop setidaknya lima kali untuk bisa mendapatkan lintasan yang baik pada sasaran. Saat itu masih terang, tetapi kabut yang tersisa mengurangi jarak pandang—pada satu titik menjadi hanya tinggal 2.100 yard (1.920 meter). Setelah muncul untuk melihat lagi, kapten memerintahkan Conqueror untuk menyelam dan menambah kecepatannya untuk mengejar kapal penjelajah Argentina itu. Belgrano saat itu berlayar zigzag pada kecepatan sekitar 13 knot (24 km/jam), dan tidak ada kapal perang Argentina yang menggunakan sonarnya. Pada pukul 1813 waktu Zulu kapal selam Inggris sudah mengambil posisi menembak pada lambung kiri Belgrano dan bersiap menjalankan prosedur tempur karena Conqueror secara perlahan-lahan mendekati sasaran.

Kapal selam serang bertenaga nuklir dari kelas Churchill, HMS Conqueror, 3 Juli 1982. Pada tanggal 2 Mei 1982, Conqueror sudah bertugas hampir selama 3 minggu sebagai bagian dari gugus tugas AL Inggris di Falkland. (Sumber: https://www.warhistoryonline.com/)

Wreford-Brown memerintahkan para awak untuk memuat tabung torpedo Conqueror dengan tiga torpedo Mark VIII yang terpercaya dan tanpa pemandu dengan sumbu tumbukan serta hulu ledak Torpex seberat 805 pon (365 kg). Dalam masa pengoperasiannya sejak tahun 1927, Mark VIII adalah torpedo yang dapat diandalkan untuk serangan jarak dekat. Conqueror sebenarnya juga dipersenjatai dengan torpedo Mark 24 Tigerfish modern yang berpemandu kabel (selain juga memiliki kemampuan menembakkan rudal anti kapal UGM-84 Harpoon yang dibeli dari Amerika), tetapi kapten dan kru menganggapnya tidak dapat diandalkan. Selain itu Tigerfish dengan desain yang lebih modern secara teoritis mampu meledak di bawah lunas kapal yang menjadi target, yang mana beberapa pihak ada yang  berspekulasi bahwa jika Tigerfish digunakan, lunas utama Belgrano akan patah dan kapal akan tenggelam hanya dalam beberapa menit dengan korban jiwa yang jauh lebih besar. Menggunakan torpedo yang lebih tua berarti akan ada potensi lebih besar bagi para kru untuk bisa meninggalkan kapal setelah serangan dilakukan. Pada pukul 1857 waktu Zulu, Wreford-Brown memerintahkan agar torpedo ditembakkan. Yang pertama menghantam Belgrano sekitar 30 kaki (9 meter) di belakang haluannya, di depan pelindung samping kapal dan lapisan anti-torpedo internal. Ledakan itu pada dasarnya telah meledakkan haluan Belgrano dan merobeknya selebar 20 meter, meskipun pintu kedap air dan sekat di belakang masih tetap ada. Sementara itu torpedo kedua menghantam beberapa detik kemudian, tepat di belakang pelat baja, meledak di ruang mesin. Ledakan itu merobek area rekreasi dan mess kru, tempat banyak pelaut berkumpul saat pergantian jam, menewaskan sekitar 275 dari 1.093 awaknya. Ledakan itu juga membuat kapal kehilangan aliran listrik untuk menjalankan pompa atau mengirim panggilan darurat dan memenuhi kapal dengan asap. Situasi ini diperburuk oleh fakta bahwa Belgrano berlayar dengan pintu kedap airnya terbuka. Kapal penjelajah itu segera kehilangan tenaga dan mulai meluncur ke sisi kiri. Torpedo ketiga tidak mengenai Belgrano seluruhnya dan mengenai Hipólito Bouchard, meskipun gagal meledak.

Torpedo modern Tigerfish yang dibawa oleh HMS Conqueror. Meski lebih canggih, namun kapten kapal Conqueror memilih untuk tidak menggunakannya. (Sumber: https://medium.com/)
Torpedo ‘tua” Mark VIII dipilih untuk menenggelamkan General Belgrano. (Sumber: https://www.militaryimages.net/)

Setelah itu Conqueror menyelam dalam-dalam dan menghindar ke arah timur saat Hipólito Bouchard dan Piedra Buena, yang tidak bisa berhubungan dengan Belgrano dan tidak menyadari kapal penjelajah itu rusak parah, bereaksi terhadap ledakan dengan menjatuhkan bom-bom dalam. Tanpa pompa, Belgrano tenggelam. Hanya dalam waktu 20 menit setelah serangan itu, kapten kapal Belgrano memerintahkan semua orang untuk meninggalkan kapal, dan kapal itu segera tergelincir ke bawah ombak. Karena buruknya komunikasi, baru pada tengah malam waktu setempat komando Argentina menyadari bahwa Belgrano telah ditenggelamkan. Pada saat orang-orang Argentina menyadari situasinya, hari sudah gelap, cuaca memburuk dan rakit-rakit penyelamat berserakan. Selama beberapa hari berikutnya, upaya penyelamatan besar-besaran yang diluncurkan oleh Argentina dengan bantuan dari kapal-kapal Chili. Butuh waktu hampir tiga hari bagi tim penyelamat untuk bisa menarik para kru yang masih hidup dari rakit-rakit berwarna oranye mereka. Kapal-kapal Argentina dan Chili tercatat menyelamatkan 772 orang. Secara keseluruhan, 321 pelaut tewas, begitu pula dua teknisi sipil di kapal pada saat tenggelam.

Foto detik-detik terakhir sebelum General Belgrano tenggelam. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
HMS Conqueror kembali ke pangkalannya dengan mengibarkan bendera Bajak Laut. Kapal itu dipimpin oleh Komandan berusia 36 tahun, Christopher Wreford-Brown. Dibuat pada tahun 1971, Conqueror membawa awak lebih dari 100 orang. (Sumber: https://www.dailymail.co.uk/)
Pengerahan kekuatan angkatan laut Inggris dan Argentina pada tanggal 1-2 Mei 1982 di kawasan Atlantik Selatan. (Sumber: https://www.warhistoryonline.com/)

Pada tanggal 3 Mei, setelah memberikan laporan rinci setelah aksinya menenggelamkan Belgrano, Wreford-Brown diperintahkan untuk mencari dan menenggelamkan para pengawal Belgrano yang masih tersisa—meskipun dia tidak boleh menyerang kapal-kapal yang terlibat dalam operasi penyelamatan. Selama dua hari berikutnya Conqueror menemui sejumlah kapal tetapi dalam setiap kasus mereka memutuskan bahwa kapal-kapal itu sedang berusaha mencari awak yang masih selamat dan Conqueror memutuskan untuk tidak menyerang. Inggris juga mengizinkan pesawat patroli maritim Neptune Argentina digunakan untuk mencari korban yang selamat. Salah satu konsekuensi dari keputusan ini adalah Argentina kemudian menggunakan kedok upaya penyelamatan ini untuk menemukan gugus tugas Inggris dengan menggunakan kemampuan penyadapan sinyal intelijen dari pesawat Neptune. Data hasil pengintaian itu lalu digunakan untuk melancarkan serangan pesawat Super Etendard Argentina dengan menggunakan rudal Exocet pada tanggal 4 Mei, yang menyebabkan tenggelamnya kapal perusak HMS Sheffield milik Inggris. Sementara itu, HMS Conqueror kemudian akan kembali ke pangkalannya dengan mengibarkan bendera Jolly Roger (bendera berlogo tengkorak ala bajak laut) seperti tradisi kapal-kapal selam Angkatan Laut Kerajaan Inggris setelah menenggelamkan kapal musuh. Ketika kemudian ditanya tentang tenggelamnya Belgrano, Wreford-Brown menjawab dengan pernyataan khas Inggris: “Angkatan Laut Kerajaan telah menghabiskan waktu 13 tahun untuk mempersiapkan saya dalam kesempatan seperti itu. Akan dianggap sebagai sesuatu yang sangat bodoh jika saya gagal melaksanakan tugas saya. ” Setelah hilangnya Belgrano, angkatan laut Argentina kemudian memutuskan untuk menarik semua kapal-kapal perangnya ke perairan pantai mereka sendiri, di mana mereka akan tetap tinggal selama sisa masa perang, meninggalkan tugas bertempur melawan Angkatan Laut Kerajaan Inggris kepada angkatan udara dan para penerbang angkatan laut berbasis darat. Pesawat-pesawat Argentina yang berpangkalan dk kapal induk (yang merupakan ancaman terbesar bagi kapal-kapal Inggris) terpaksa harus beroperasi dari pangkalan mereka di darat, yang pada akhirnya membatasi jangkauan operasi mereka, dibandingkan jika mereka beroperasi dari kapal induk mereka di lautan. Di saat yang sama kapal kapal selam nuklir Inggris terus beroperasi di daerah antara daratan Argentina dan Kepulauan Falkland, untuk mengumpulkan data intelijen, dan memberikan peringatan dini mengenai serangan udara yang dilancarkan Argentina. Pada tanggal 14 Juni perang berakhir, Inggris telah merebut kembali Stanley dan mengusir tentara Argentina dari pulau-pulau tersebut. 

KONTROVERSI LEGALITAS PENENGGELAMAN BELGRANO 

Surat kabar The Sun menyambut tenggelamnya Belgrano dengan judul paling terkenal dan paling kontroversialnya – GOTCHA – meskipun berita tersebut mengklaim juga adanya kapal Argentina lainnya yang turut tenggelam — terbukti kemudian tidak benar. Belgrano telah tenggelam di luar zona eksklusif maritim 200 mil yang diberlakukan Inggris di sekitar Falklands dan, menurut laporan lain, sebenarnya sedang menuju pelabuhan. Tenggelamnya Belgrano terjadi sekitar 14 jam setelah Presiden Peru, Fernando Belaúnde, mengusulkan rencana perdamaian yang melibatkan negara-negara di kawasan itu. Setelah tenggelam, Argentina menolak rencana tersebut tetapi Inggris menunjukkan penerimaannya pada tanggal 5 Mei. Yang kurang begitu diketahui adalah bahwa Inggris terus menawarkan persyaratan gencatan senjata hingga tanggal 1 Juni. Sementara itu, dalam sebuah wawancara televisi langsung di BBC1 Nationwide Perdana Menteri, Margaret Thatcher, membantah bahwa dia telah menerima usulan perdamaian dari Peru saat memberi perintah penenggelaman Belgrano. Belgrano merupakan ancaman bagi kapal-kapal Inggris, kata Thatcher untuk membenarkan tindakannya itu. Kontroversi kemudian terus muncul setelah tenggelamnya Belgrano, terutama dari sisi Argentina yang beranggapan bahwa Conqueror telah menyerang kapal penjelajah Argentina di luar zona TEZ dengan tanpa memberikan peringatan. Setidaknya salah satu penulis menyebut perdebatan itu sebagai omong kosong, karena angkatan laut Argentina sangat menyadari bahwa Inggris memang akan menyerang tanpa memberi peringatan pada kapal apa pun yang mereka anggap sebagai ancaman—dan Belgrano tentunya menghadirkan ancaman yang sangat nyata. Pada tahun-tahun setelah Perang Falklands beberapa pensiunan perwira senior di angkatan laut Argentina menganggap penenggelaman itu dapat dibenarkan, sambil mencatat bahwa pada saat tenggelamnya Belgrano tidak sedang kembali ke pelabuhan tetapi bermanuver sambil menunggu perintah lebih lanjut. “Itu sama sekali bukan kejahatan perang. Itu adalah tindakan perang, yang (sayangnya) legal.” kata kapten Belgrano sendiri, yakni Hector Bonzo, dalam sebuah wawancara dua tahun sebelum kematiannya pada tahun 2009. 

Headline koran The Sun yang kontroversial mengenai penenggelaman Belgrano. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Zona Ekslusif Total yang diberlakukan Inggris. (Sumber: https://medium.com/)
Tipe Pesawat SP-2H Neptune Argentina yang menjalankan misi pencarian awak General Belgrano dan memata-matai posisi kapal armada Inggris di Falkland. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

Sementara itu dalam wawancara yang dilakukan oleh Martin Middlebrook untuk bukunya, “The Fight For The Malvinas”, menunjukkan bahwa para perwira Angkatan Laut Argentina memahami maksud dari pesan Inggris mengenai zona maritim yang mereka deklarasikan untuk menunjukkan bahwa setiap kapal yang beroperasi di dekat zona eksklusif tersebut dapat diserang oleh kekuatan AL Inggris. Rear Admiral Argentina, Allara, yang bertanggung jawab atas satuan tugas yang mana Belgrano menjadi bagian darinya, mengatakan, “Setelah pesan Inggris tanggal 23 April itu, seluruh Atlantik Selatan dianggap sebagai medan operasi tempur bagi kedua belah pihak. Kami, sebagai profesional (mengakui hal itu), yang buruk adalah bahwa kami kehilangan Belgrano“. Aturan tempur (ROE) yang dimodifikasi Inggris mengizinkan menyerang Belgrano di luar zona eksklusif sebelum ditenggelamkan. Dalam bukunya, One Hundred Days, Laksamana Woodward menjelaskan bahwa dia menganggap Belgrano sebagai bagian selatan dari gerakan menjepit yang ditujukan pada gugus tugasnya, dan harus segera ditenggelamkan: “Kecepatan dan arah kapal musuh dalam hal ini menjadi tidak relevan, karena keduanya bisa berubah dan diubah dengan cepat. Yang penting adalah posisinya, kemampuannya, dan apa yang saya yakini sebagai niatnya.” Laksamana Enrique Molina Pico, kepala Angkatan Laut Argentina pada tahun 1990-an, menulis dalam sebuah surat kepada La Nación, yang diterbitkan dalam edisi tanggal 2 Mei 2005, bahwa Belgrano adalah bagian dari operasi yang merupakan ancaman nyata bagi satuan tugas Inggris, bahwa jika operasi itu ditunda karena alasan taktis, dan Belgrano berada di luar zona eksklusif tidak penting lagi karena dia adalah kapal perang yang sedang dalam misi taktis. Ini adalah pendapat resmi dari Angkatan Laut Argentina. Pendapat beberapa petinggi AL Argentina ini berbeda dengan sikap pemerintahnya, yang secara sinis memanfaatkan kontroversi atas tenggelamnya kapal tersebut sebagai bagian dari kampanye yang terus berlangsung melawan Inggris. Yang menarik dari perspektif ini, adalah fakta bahwa satu-satunya pelanggaran Konvensi Jenewa dalam insiden sekitar penenggelaman Belgrano ini adalah justru penggunaan pesawat Neptune oleh Argentina dalam misi pencarian korban sekaligus untuk menggunakan perangkat Signals Intelligence-nya guna menemukan armada Inggris. Hilangnya HMS Sheffield karena serangan menggunakan rudal Exocet adalah konsekuensi langsung dari aksi Argentina ini. Konvensi Jenewa melarang pesawat yang terlibat dalam misi semacam ini untuk mengambil bagian dalam sebuah operasi ofensif.

Kapal perusak HMS Sheffield dihantam rudal Exocet, 4 Mei 1982. Pengintaian oleh pesawat Neptune Argentina dituding turut menjadi penyebab serangan ini. (Sumber: https://www.pinterest.co.uk/)

PERAN CHILI

Di sisi lain, penenggelaman Belgrano juga melibatkan peran dari pihak ketiga, yakni Chili. Dalam sebuah wawancara eksklusif untuk bukunya tentang sejarah Inggris, “Real Britannia”, Lord Parkinson mengungkapkan bahwa Kabinet Perang mengambil keputusan setelah menerima informasi penyadapan rahasia dari dinas intelijen Chili yang mengungkapkan perintah dari junta militer Argentina kepada kapten Belgrano, Hector Bonzo. Lord Parkinson, salah satu sekutu terdekat Lady Thatcher, mengatakan: “Mereka (Chile) telah menyadap instruksi komando Argentina… Kami telah mendiskusikan apa yang akan kami lakukan jika kami menemukannya (Belgrano) karena kami tahu Belgrano sedang keluar untuk menyerang untuk menenggelamkan kapal induk kita. Fakta bahwa kapal itu bergerak ke satu arah atau yang lain, itu adalah upaya bermanuver untuk menghindari torpedo.” The Independent, yang telah mempelajari dari sumber-sumber informasi pertahanan bahwa laporan dari Chili juga menunjukkan bahwa staf Laksamana Jorge Anaya, kepala Angkatan Laut Argentina, telah memberikan perintah ke Belgrano dan kapal perusak, Hipólito Bouchard, untuk terus terlibat dalam pertempuran sambil mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghindari serangan. Ini ditafsirkan oleh komando tinggi Inggris sebagai menandakan bahwa pergerakan menuju pelabuhan asalnya oleh dua kapal itu mungkin hanya merupakan tindakan pura-pura. Lord Parkinson menambahkan: “Apa yang tidak kita sadari (adalah) kapal perusak Argentina segera kabur (setelah Belgrano ditembak) dan mereka tidak berupaya menyelamatkan kru Belgrano. Mereka mengira bahwa mereka juga akan ditenggelamkan… Ketika kami akhirnya mendapatkan gambar satelit, kami memiliki gambar yang menunjukkan semua armada kapal Argentina ada di pelabuhan.” 

Thatcher dan diktator Chili Pinochet. Informasi intelijen dari Chili turut menguntungkan Inggris dalam perang Falkland, termasuk dalam keputusan untuk menenggelamkan Belgrano. (Sumber: https://www.independent.co.uk/)

Pengungkapannya bahwa Inggris menerima laporan intelijen penting langsung dari Chili ini turut menjelaskan mengapa Thatcher tetap mendukung Jenderal Pinochet ketika dia ditangkap di Inggris karena tuduhan kejahatan perang, ketika dia kemudian datang untuk menjalani perawatan di klinik swasta di London. Dia mengatakan pada saat itu bahwa Inggris berhutang budi kepada pemimpin Chili itu karena membantunya memenangkan perang (melawan Argentina). Belakangan diketahui juga bahwa Jenderal Pinochet telah mengizinkan tim pengintai rahasia SAS untuk menggunakan fasilitas radar jarak jauh di Chili guna memantau pergerakan angkatan udara Argentina dari pangkalan udara Comodoro Rivadavia – tetapi sampai sekarang, tidak diketahui apakah Thatcher juga disuplai oleh rezim Pinochet dengan data penyadapan mentah lainnya yang lebih penting yang mengungkapkan berbagai perintah kepada komandan Argentina yang sedang beraksi di sekitar Falklands. Catatan Kabinet, yang mungkin bisa mengkonfirmasi perincian ini, mungkin tidak akan dirilis di bawah aturan kerahasiaan selama 30 tahun hingga bulan Desember 2012. Pada akhirnya, tentu saja, kontroversi tentang perlunya atau legalitas serangan ke Belgrano tidak relevan, karena kapal penjelajah—yang selamat dari Pearl Harbor dan Perang Dunia II di Pasifik—telah terkubur di dasar Samudera Atlantik Selatan. Sementara itu, bagi HMS Conqueror, ia tercatat dalam sejarah hingga kini menjadi satu-satunya kapal selam bertenaga nuklir yang pernah dengan sengaja menghancurkan aset musuh dalam perang.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Sink the Belgrano! By Patrick S. Baker, March 2019

“War Crime” allegations in the Falklands War by Justin Kuntz; Oct 23, 2016

https://medium.com/@justinkuntz_64388/war-crime-allegations-in-the-falklands-war-e3a8f7fe69df

Britain was right to sink the Belgrano By George Allison; January 27, 2017

https://ukdefencejournal.org.uk/britain-was-right-to-sink-the-belgrano/

Sinking the Belgrano: the Pinochet connection by Colin Brown & Kim Sengupta; Tuesday 03 April 2012 01:24

https://www.google.com/amp/s/www.independent.co.uk/news/world/world-history/sinking-belgrano-pinochet-connection-7609047.html%3Famp

ARA General Belgrano: A Lost Ship, A Stolen Photograph Posted on May 2, 2020 by Andrew Gustafson

Spotlight: Secrets are now surfacing over sinking of the Belgrano By Ron McKay, 9th August 2020

https://www.heraldscotland.com/news/18638516.spotlight-secrets-now-surfacing-sinking-belgrano/

HMS Conqueror’s Surprise Strike on the Belgrano has Been Vindicated by Erik Mustermann

https://www.google.com/amp/s/www.warhistoryonline.com/news/hms-conqueror.html/amp

ARA General Belgrano (C-4) Light Cruiser Warship (1951)

https://www.militaryfactory.com/ships/detail.php?ship_id=ARA-General-Belgrano-C4

HMS Conqueror (S48) Nuclear Attack Submarine (1971) 

https://www.militaryfactory.com/ships/detail.php?ship_id=HMS-Conqueror-S48

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *