Others

Afghanistan Mei-Juni 1982: Aksi Pasukan Soviet Menggebrak Sarang “Singa Panjshir” Ahmad Shah Massoud

Pada tanggal 12 Juni 1982, Detasemen khusus GRU GSH ke-177 (Spetnaz) memasuki desa Ruh di Lembah Panjshir, mengakhiri operasi besar-besaran terhadap pasukan Mujahidin pimpinan komandan terkenal Ahmad Shah Massoud. Operasi, yang dilakukan oleh pasukan dari Tentara ke-40 Soviet dan tentara DRA (Republik Afghanistan), menurut para ahli, dan pihak Mujahidin sendiri, menjadi salah satu operasi militer yang paling sukses dalam perang Afghanistan untuk pasukan Soviet. Operasi ini kemudian kerap disebut sebagai operasi “Panjshir Kelima”. Terlepas dari kenyataan bahwa pada awal  tahun 1982 jumlah kekuatan OKSVA (tentara pendudukan Soviet di Afghanistan) mencapai lebih dari 85 ribu orang dan dilengkapi dengan sekitar 600 tank, 1500 kendaraan tempur infanteri, 2900 kendaraan pengangkut personel lapis baja, sekitar 400 pesawat dan helikopter, 500 senjata artileri, pasukan Soviet selama 2 tahun menderita kerugian besar, dimana sekitar 3 ribu personelnya tewas. Pada saat yang sama, OKSVA mengendalikan hampir semua kota besar, lapangan terbang dan jalan raya, dengan 862 pos pertahanan dibuat, di mana lebih dari 40 ribu pasukan kontingennya bertugas. Kemudian menjadi semakin jelas bagi komando Soviet bahwa tidak mungkin bagi Tentara ke-40 untuk bisa mengalahkan gerilyawan Mujahidin dalam waktu singkat. Diperlukan pendekatan dan teknik-teknik baru untuk memerangi musuh di pegunungan yang tinggi. Pertama-tama, mereka perlu untuk menghancurkan area basis perlawanan. Sayangnya menurut metode organisasi dan implementasi, operasi semacam itu adalah yang paling kompleks dan tidak selalu efektif. Namun demikian, kepemimpinan Soviet, yang tidak memiliki kesempatan untuk mempengaruhi situasi militer-strategis di negara itu dengan cara yang berbeda, mulai mendefinisikan cara-cara mereka berperang.

Terlepas dari kenyataan bahwa pada awal  tahun 1982 jumlah kekuatan OKSVA (tentara pendudukan Soviet di Afghanistan) mencapai lebih dari 85 ribu orang dan dilengkapi dengan sekitar 600 tank, 1500 kendaraan tempur infanteri, 2900 kendaraan pengangkut personel lapis baja, sekitar 400 pesawat dan helikopter, 500 senjata artileri, pasukan Soviet selama 2 tahun menderita kerugian besar, dimana sekitar 3 ribu personelnya tewas. Invasi Soviet yang dilakukan sekitar 2 tahun sebelumnya, belum juga mampu memberikan stabilitas bagi pemerintah Kabul. (Sumber: http://www.maquetland.com/)
Ahmad Shah Massoud, komandan muda Mujahidin dari etnis Tajik, menjadi lawan tangguh bagi pasukan Soviet dan Afghanistan. Massoud membuat pertahanan tangguh pasukannya di Lembah Panjshir. (Sumber: https://lusterhistory.com/)
Area Lembah Panjshir yang menjadi markas pasukan gerilya pimpinan Massoud. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Sementara itu, faktanya adalah bahwa di Afghanistan, perlawanan terhadap pasukan Soviet dan pemerintah Kabul dilakukan oleh partai, kelompok, dan detasemen-detasemen berbasis Muslim yang tersebar, menyebabkan munculnya komandan-komandan lapangan di medan perang yang menguasai zona-zona tertentu dan memiliki bobot dan pengaruh yang cukup besar di antara penduduk setempat. Salah satu komandan lapangan semacam ini adalah Ahmad Shah, dijuluki Massoud, yang berarti “beruntung, makmur, dan bahagia”. Lebih lanjut, ia sudah menjadi pahlawan nasional Afghanistan. Setelah berhasil memperkuat area lembah Sungai Panjshir dengan dukungan orang-orang keturunan Tajik setempat, Massoud praktis menciptakan “republiknya” sendiri di kawasan pegunungan ini. Sejak awal masuknya pasukan Soviet, detasemen pimpinan Massoud telah melakukan sabotase dan membombardir jalan raya strategis Termez-Kabul dan Salang Pass, yang penting bagi Angkatan Darat ke-40. Pada tahun 1980 – 1981 empat operasi militer sudah dilakukan oleh Pasukan Soviet terhadap Ahmad Shah, tetapi mereka tidak berhasil mencapai tujuan mereka. Di sisi lain, setidaknya terdapat beberapa alasan mendesak untuk menghancurkan pasukan gerilya Mujahidin di lembah Panjshir yang dikuasai Massoud ini, yaitu: 

  • Lembah ini telah menjadi pusat perlawanan yang penting. Banyak pemimpin gerilya dari bagian lain negeri itu telah mengirim orang-orang mereka ke Panjshir untuk menjalani pelatihan militer. Selain itu terdapat juga tanda-tanda meningkatnya perlawanan yang mulai menyebar.
  • Panjshir terletak sangat dekat dengan Jalan Raya Salang yang strategis, jalur transportasi penting antara Uni Soviet dan Kabul. Konvoi yang disergap oleh para gerilyawan telah memberi mereka sumber utama untuk mendapatkan makanan, bensin, senjata, dan amunisi untuk melakukan perlawanan. 
  • Ada kemungkinan rezim Kabul, yang didukung Soviet, frustrasi karena harus terus melakukan serangan habis-habisan dalam upaya untuk menegaskan kembali kendalinya Atas Afghanistan, sementara menghadapi perlawanan yang terus meningkat. Di samping itu pihak Soviet juga kesal atas serangan komando terhadap pangkalan udara Bagram pada tanggal 25 April, yang dilakukan oleh para gerilyawan. Menurut simpatisan gerilyawan di kalangan militer Afghanistan, kabarnya 23 helikopter dan pesawat tempur MIG berhasil dihancurkan di darat dalam serangan itu.

PERINTAH: TEMBUS LEMBAH PANJSHIR 

Lembah Panjshir (panjangnya sekitar 250 km) adalah penghubung antara wilayah Afghanistan timur laut dengan Pakistan. Pertahanan Mujahidin di lembah itu terdiri dari pos-pos individu di ketinggian yang strategis, di ngarai, dan di perbentengan. Umumnya, perbentengan itu masing-masing diperkuat hingga 20 personel dan dilengkapi dengan beberapa titik penembakan. Sementara itu seluruh lembah juga disiapkan sebagai bagian dari pertahanan yang menyeluruh. Lewat peraturan ini, praktis tidak ada ruang kosong di mana pasukan penyerbu bisa bergerak dengan bebas. Seluruh area juga rutin diawasi dari berbagai ketinggian dan arah. Sistem pertahanan udara di lembah itu diatur dengan sangat terampil, dimana terdapat 120 senapan mesin berat DShK di seluruh area pedalaman lembah Panjshir. Senjata pertahanan udara yang disamarkan dengan hati-hati ini terletak di dekat celah-celah, dan di gua-gua. Gua-gua yang terletak sangat tinggi digunakan untuk melindungi penduduk dan kelompok-kelompok militan. Di tempat tersebut terdapat juga gudang senjata, amunisi, dan tempat penyimpanan makanan. Hal ini pada akhirnya memungkinkan para pemberontak untuk sepenuhnya menguasai daerah lembah. Di sisi lain, pasukan Soviet telah mempersiapkan operasi militer sejak akhir bulan April 1982, dengan studi yang cermat tentang area pertempuran yang akan datang di Panjshir. Dalam sepuluh hari, foto-foto udara diambil atas sekitar wilayah lembah Panjshir, wilayah Shahran dan medan-medan yang berdekatan. Akibatnya ditemukan, 95 detasemen dan kelompok Mujahidin yang berjumlah hingga 3 ribu orang, 16 komite Islam, sekitar 100 senjata pertahanan udara, dua pusat perbekalan cadangan dan banyak gudang di sekitar wilayah itu. 

Peta 3 dimensi, area Lembah Panjshir. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Kondisi geografis Lembah Panjshir yang bergunung-gunung, membuatnya cocok untuk digunakan sebagai pertahanan para gerilyawan Mujahidin pimpinan Massoud. (Sumber: https://coffeeordie.com/)
Sekelompok Mujahidin dengan senapan mesin berat DShK. Di Lembah Panjshir tahun 1982 diperkirakan terdapat 120 senapan milik pemberontak di area ini. (Sumber: https://www.pinterest.com/)

Mayor Jenderal Norat Grigoryevich Ter-Grigoryants, asal Armenia, yang merupakan Kepala Staf Angkatan Darat ke-40, kemudian ditunjuk sebagai pimpinan operasi untuk menyerang lembah Panjshir. Ketika itu, komandan tentara ke-40, yakni Mayor Jenderal V. F. Ermakov, baru saja tiba di Afghanistan dan belum memiliki pengalaman tempur. Sementara itu, kepemimpinan secara umum dipercayakan kepada komandan Distrik Militer Turkestan, Kolonel Jenderal Yu. P. Maksimov, dan satuan tugas Kementerian Pertahanan Uni Soviet di Afghanistan mengambil alih koordinasi antara pasukan Soviet dan pemerintah Afghanistan. Menurut rencana, serangan utama dengan dukungan unit-unit penerbangan dan artileri seharusnya dilakukan ke arah Rukh, Pasi Shahi-Mardan di sepanjang lembah sungai Panjshir, pada saat hampir bersamaan, serangan yang digunakan untuk mengalihkan perhatian, akan dilakukan di lembah Gorband ke arah Jabal-us-Siraj, Bamiyan. Untuk menghancurkan sistem pertahanan Mujahidin, direncanakan untuk mendaratkan 20 batalyon serbu udara taktis pasukan Soviet dan Afghanistan di tiga zona di lembah Panjshir guna menghancurkan pertahanan, menghilangkan soliditas dan menghancurkan musuh secara berturut-turut, dengan dengan dikombinasi oleh serangan dari unit Divisi Senapan Bermotor ke-108 di sepanjang lembah sungai. Pada hari ketiga atau keempat operasi, dengan dukungan unit dukungan udara, direncanakan untuk menyelesaikan penghancuran formasi pemberontak yang berhasil diidentifikasi di tiga zona lembah Panjshir.

Mayor Jenderal Norat Grigoryevich Ter-Grigoryants, asal Armenia, yang merupakan Kepala Staf Angkatan Darat ke-40, kemudian ditunjuk sebagai pimpinan operasi untuk menyerang lembah Panjshir. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Turut berpartisipasi dalam operasi dari OKSVA ini, adalah unit dari Divisi Senapan Bermotor ke-108, Divisi Senapan Bermotor ke-201, Divisi Lintas Udara Pengawal ke-103, yang masing-masing menyumbangkan satu resimen, Brigade Senapan Bermotor Terpisah ke-66, unsur-unsur dari Resimen Senapan Bermotor Terpisah ke-860, Resimen Senapan Bermotor Terpisah ke-191 dan Resimen Lintas Udara Pengawal Independen ke-345. Sementara itu, tentara Afghanistan mengalokasikan unit dari tiga divisi infanteri, brigade-brigade Komando, sebuah resimen terpisah, dan unit-unit Tsaranda (kepolisian). Secara total, sekitar 12 ribu orang akan terlibat dalam operasi itu, di mana 4.200 di antaranya terlibat dalam pasukan serbu udara taktis. Sebanyak 36 batalyon (20 asal Afghanistan dan 16 dari Soviet) terlibat, bersama dengan lebih dari 320 unit kendaraan lapis baja: tank (BMP, BTR), 155 senjata artileri dan mortir, 137 helikopter, dan 26 pesawat. Untuk alasan kerahasiaan, rencana operasi hanya dikembangkan oleh orang-orang dari markas besar Angkatan Darat ke-40. Untuk menyesatkan musuh, sebuah rencana dibuat, yang berdasar rencana ini, serangan pengalihan akan dilancarkan ke arah Ngarai Gorge (arah yang berlawanan dengan Panjshir). Nama “Panjshir” sendiri dilarang untuk digunakan, bahkan dalam percakapan, dan pada semua rencana dan dokumen. Nama Panjshir lalu digantikan oleh nama Bamian. Untuk membingungkan musuh, tindakan pengalih perhatian yang demonstratif dilakukan dengan mengerahkan konsentrasi pasukan di pintu masuk ke lembah Gorband, sementara serangan udara yang kuat dan penembakan artileri ditujukan ke arah Bamiyan. Atas aksi ini pemberontak mulai memindahkan pasukan tambahan ke Gorband dari daerah yang berdekatan, termasuk dari Panjshir. 

Tampilan seragam prajurit Soviet dan Afghanistan pada tahun 1980an. Dalam operasi penyerbuan ke lembah Panjshir tahun 1982, dikerahkan berbagai pasukan infanteri dan lintas udara baik dari unit-unit asal Soviet maupun Afghanistan. (Sumber: https://georgy-konstantinovich-zhukov.tumblr.com/)
Armada helikopter Mi-8 menjadi salah satu elemen kunci dalam penerjunan pasukan Soviet di Lembah Panjshir, meski demikian helikopter ini dibatasi kemampuan angkutnya berdasarkan ketinggian terbangnya. Semakin tinggi helikopter terbang, semakin sedikit personel yang bisa diangkutnya. (Sumber: https://www.pinterest.com/)

Sementara itu, di Markas Besar Angkatan Darat ke-40, para komandan kekuatan bersenjata, para kepala dinas, para komandan formasi, unit dan divisi, para perwira kelompok operasional, para prajurit yang akan dikerahkan sedang mempersiapkan operasi. Mereka mempelajari rencana operasi militer, misi tempur, urutan operasi pasukan dalam operasi yang akan datang. Pada sebuah model medan skala besar, interaksi antara formasi, unit angkatan bersenjata, pasukan khusus dan satuan udara dilakukan. Tergantung pada ketinggian tempat pendaratan di atas permukaan laut, mereka kemudian dibagi menjadi empat kategori. Helikopter-helikopter Mi-8, yang digunakan untuk penyerbuan dapat membawa delapan personel hingga ketinggian 1500 m, tujuh personel pada kategori kedua (di ketinggian lebih dari 1500 dan hingga 1800 m), lima personel di kategori ketiga (pada ketinggian dari 1800 dan hingga 2000 m), dan di kategori keempat ( di ketinggian lebih dari 2000 m) – hanya bisa membawa empat personel. Perlengkapan pasukan serbu udara yang akan mendarat ini dipersiapkan dengan hati-hati. Mereka dilatih dan diperlengkapi seperti layaknya “pasukan terjun payung” oleh markas besar tentara. Mereka mendapat latihan taktis, latihan menembak tempur, latihan pendaratan helikopter, dan pelatihan radio terpadu antar divisi-resimen-batalyon yang dilibatkan. Antara tanggal 5 hingga 10 Mei, pengintaian udara diselenggarakan dengan partisipasi dari para perwira kunci formasi dan unit yang terlibat dalam operasi. Pada akhir bulan Mei, unit udara dari Kabul, Ghazni, Jalalabad, Kunduz dikumpulkan pada lapangan terbang Bagram. Di darat, bagian dari Tentara ke-40 kemudian mengambil posisi di pintu masuk ngarai di daerah Jabal, Ussarj dan Charikar. Pada tanggal 15 – 16 Mei, bagian dari 350 dari Divisi Lintas Udara Pengawal ke-103 mulai melakukan aktivitas yang mengganggu gerilyawan di lembah Sungai Gorband.

MENYERANG PANJSHIR

Pada malam tanggal 16 Mei, sebelas kompi pengintai dengan nyaris tanpa perlawanan merebut semua ketinggian dominan utama di pintu masuk Lembah Panjshir. Malam berikutnya, batalion ke-3 dari Detasemen khusus GRU GSH ke-177, bersama dengan unit pengintai, merebut posisi ketinggian penting hingga kedalaman 10 km dari pintu masuk ke lembah dan bertahan di atasnya, membentuk pangkalan garis depan. Pada tanggal 17 Mei, dua jam sebelum fajar (sekitar pukul 04.00), para komandan formasi menyerahkan tugas tempur di Panjshir kepada pasukan Afghanistan. Dari jam 4 pagi menurut rencana, setelah serangan udara yang kuat dan tembakan artileri dari unit divisi ke-108, mereka melancarkan serangan. Batalyon ke-180 dan 181 kemudian maju dengan berjalan kaki pada posisi ketinggian di sebelah kiri dan kanan Panjshir pada jarak 5 km dari pusat lembah di bawah perlindungan kendaraan lapis baja. Pada pukul 5 pagi, satu batalyon mendarat sebagai pasukan penyerang di daerah Ruhi dan Marishtany. Sebagian pasukan ditempatkan pada ketinggian yang telah direbut dari musuh, sementara pasukan utama memblokir pemukiman. Terkejut, pasukan musuh kemudian berusaha menyelinap keluar dari pengepungan, bahkan terlibat dalam pertempuran jarak dekat. Di daerah Ruhi, terdapat perlawanan yang cukup besar terhadap pasukan yang mendarat. Pada menit pertama pendaratan, dua helikopter Mi-8 yang diawaki, Mayor Yu. Grudinkin dan Kapten A. Sadokhin, tertembak jatuh, sementara lima helikopter lainnya rusak. 14 pilot dan pasukan terjun payung tewas, 13 terluka, di antaranya kepala unit udara Angkatan Darat ke-40, yakni Letnan Kolonel K. Shevelev tewas.

Penyisipan tim Spetsnaz dengan helikopter Mi-8. Pada serangan di bulan Mei 1982, unit-unit Spetnaz ditugaskan untuk menguasai dengan cepat puncak-puncak ketinggian yang dominan di Lembah Panjshir. (Sumber: http://www.allworldwars.com/)

Meski demikian dengan berjalannya waktu, bagian dari Divisi Senapan Bermotor ke-108, berhasil mengatasi perlawanan keras kepala para pemberontak, terus bergerak maju. Para prajurit terus menembak dengan segala persenjataan yang tersedia menekan titik-titik penembakan lawan dan setiap detasemen beraksi untuk memastikan pergerakan divisi. Kecepatan gerak maju melewati area beranjau dengan dipenuhi puing-puing dan kehancuran menjadi tidak melebihi dari 2 km / jam. Karena itu, kecepatan gerak barisan pasukan utama pada hari pertama rata-rata tidak berbeda jauh dari angka 1 – 2 km / jam. Sementara itu, Batalyon ke-2 yang diperkuat dari skuadron ke-180 (dikomandani oleh penerima medali Hero of the Soviet Union, yakni Kapten RS Aushev), bertindak sebagai detasemen terdepan divisi, mulai bergerak maju dengan cepat ke arah Ruhi, Bazarak di bawah perlindungan batalyon ke-177, 180 dan 181, yang beroperasi di sayap. Mereka, dengan dukungan unit serbu udara dan artileri, mampu untuk merebut semua ketinggian yang dominan dan selama tiga hari berhasil mengusir serangan balik para Mujahidin, memastikan pendaratan pasukan penyerang berjalan dengan lancar. Dengan kegelapan mulai muncul, para Mujahidin berulang kali mencoba menyerbu ketinggian, sambil meneriakkan kalimat penyemangat Islami.

Karena banyaknya area yang ditebari ranjau, gerak maju pasukan Soviet memasuki lembah Panjshir tersendat dengan kecepatan tidak melebihi dari 2 km / jam. (Sumber: https://www.peckamodel.sk/)

Setelah tembak-menembak di tempat pendaratan, enam batalyon lagi mendarat selama hari pertama operasi di empat zona, dengan total lebih dari 1200 orang. Pada hari kedua, empat batalyon lagi, pada hari ketiga dua batalyon, dan pada hari keempat dua batalyon lagi. Operasi-operasi pasukan terjun payung yang berhasil turut berkontribusi pada gerak maju pasukan darat di Anavu dalam tiga jurusan, yakni: di satu-satunya jalan di sepanjang dasar sungai dan di sepanjang ngarai gunung dari utara dan selatan. Pasukan penyerbu merebut ngarai, sesuai rencana, dengan berjalan kaki, setelah itu kelompok satuan lapis baja dikirimkan di sana, bergerak di sepanjang dasar sungai yang dangkal atau di sepanjang pinggir jalan. Sadar akan kekuatan yang tidak seimbang, anak buah Massoud meninggalkan basis utama mereka di Czamal Wadar, dekat Rukha dan mengundurkan diri ke wilayah pegunungan di dekatnya. Sementara itu, dengan perlawanan musuh berhasil ditekan oleh penembakan dari helikopter, artileri dan tembakan mortir, pada saat yang sama, unit-unit kecil melintasi puncak-puncak ketinggian. Untuk meningkatkan pergerakan, di pagi hari tanggal 18 Mei, di daerah Mata mendarat di satu batalyon dari pasukan Soviet dan Afghanistan, yang, setelah merebut tempat pendaratan, dengan cepat bergerak ke ketinggian, mengusir musuh dari ketinggian yang dominan dan menduduki posisi mereka. Pada hari itu juga, sebuah barisan pasukan mendesak ke arah Khindz, 40 kilometer jauhnya.

Pasukan penyerbu merebut ngarai, sesuai rencana, dengan berjalan kaki, setelah itu kelompok satuan lapis baja dikirimkan di Panjshir, bergerak di sepanjang dasar sungai yang dangkal atau di sepanjang pinggir jalan. (Sumber: https://www.pinterest.com/)

Di daerah Duabu, kompi terdepan Soviet menjadi sasaran tembakan kaum Mujahidin, di mana mereka kehilangan enam kendaraan lapis baja BTR-60 dan beberapa tank. Hanya karena bantuan serangan udara yang dilancarkan oleh enam helikopter Mi-24D Hind yang dipanggil lewat radio, akhirnya serangan gerilyawan Mujahidin itu dapat dipatahkan dan memampukan pasukan Soviet menggabungkan kekuatan dengan unit lain yang telah menguasai Khindz pada hari sebelumnya. Kemudian pada malam hari yang sama, setelah mengirimkan empat flight, unit penerbangan militer mendaratkan empat batalyon di zona ketiga dan kemudian di zona kedua, dimana dua di antaranya adalah batalyon Soviet dan dua Afghanistan, totalnya hingga 1000 orang. Pasukan gabungan terus merebut wilayah demi wilayah yang signifikan, membentuk irisan antara zona ketiga dan pertama, dan dengan demikian mencegah musuh bermanuver, yang sebagian besar sudah terpotong-potong dan mulai kehilangan kendali. Sementara itu, meskipun Massoud, komandan Panjshir asal etnik Tajik yang masih muda, dan memiliki informasi intel yang akurat mengenai rencana serangan gabungan pasukan Soviet dan Afghanistan melalui sumber-sumber di Kabul, tapi para gerilyawannya di lembah Panjshir tidak menyangka pasukan heliborne Soviet akan bergerak dengan kecepatan seperti yang mereka hadapi. Akibatnya, sejumlah besar penduduk sipil di setidaknya tiga desa tidak sempat untuk melarikan diri ke tempat perlindungan batu dan kandang yang telah mereka siapkan sebelumnya di lembah dan ngarai di sekitarnya. ”Tentara Rusia benar-benar membuat kami terkejut,” kata Laurence Laumounier, salah satu dari dua dokter wanita Prancis yang memberikan pelayanan perawatan kesehatan dasar di lembah Panjshir.

Kendaraan lapis baja BTR-60 memimpin konvoi. Beberapa BTR-60 menjadi korban serangan para Mujahidin dalam ofensif Lembah Panjshir ke-5 tahun 1982. (Sumber: https://www.teahub.io/)
Untuk mengenyahkan ancaman Mujahidin di lembah Panjshir, pasukan Soviet banyak mengandalkan helikopter tempur Mi-24 Hind untuk memberikan dukungan tembakan bagi pasukan darat yang menghadapi perlawanan keras dari pihak gerilyawan. (Sumber: https://www.pinterest.com/)

Pada tanggal 19 Mei didaratkan dua batalyon pasukan Soviet dan Afghanistan di daerah Astana dan pasukan yang sama di daerah Mata. Keesokan harinya, dua batalyon Soviet dan dua batalyon Afghanistan mendarat di kedalaman sekitar 100 km dari pintu masuk Ngarai Panjshir. Secara total, dengan demikian, dalam waktu empat hari, delapan belas batalyon dikerahkan ke daerah belakang musuh dengan bantuan helikopter. Tetapi musuh, yang diperkirakan berjumlah 3.000 personel melanjutkan perlawanan yang keras kepala dan berganti melakukan pertahanan posisional, dengan fokus mempertahankan ketinggian yang dominan. Seiring hancurnya sistem pertahanan mereka, para mujahidin juga mengubah taktik perlawanan, dari taktik bertahan ke taktik manuver sambil melakukan gerak mundur. Akibatnya, pasukan Soviet dan Afghanistan harus secara perlahan-lahan mengusir musuh, sementara menderita kerugian besar dalam jumlah personel dan perlengkapan tempur. Baru pada tanggal 21 Mei pasukan Soviet dan Afghanistan mencapai kawasan pemukiman Mata dan Pasi-Shahi-Mardan dan bergabung dengan pasukan terjun payung. Setelah merebut jalan utama ke seluruh kedalaman Lembah Panjshir, kelompok satuan lapis baja dapat dikirimkan bersama dengan kendaraan pengangkut personel lapis baja. Di tanggal 22 Mei di daerah Evim, 220 km dari Bagram, sebuah kelompok pendaratan (terdiri dari sekitar 600 orang) yang berasal dari dua batalyon pasukan Soviet dan Afghanistan mendarat di lokasi persimpangan utama jalur karavan dari Pakistan, yang memasok kelompok pemberontak di Panjshir dengan semua hal yang mereka perlukan.

Para gerilyawan Mujahidin bertahan dengan keras, meski kemudian pada akhirnya bisa dipukul mundur oleh pasukan gabungan Soviet-Afghanistan yang lebih besar dan bersenjata dengan lengkap. (Sumber: https://www.pinterest.com/)
Helikopter Mi-8MT dalam perang Soviet Afghanistan. Dalam ofensif di Lembah Panjshir pada tahun 1982, armada helikopter Mi-8 menjadi tulang punggung pergerakan dan pasokan bagi pasukan lintas udara Soviet. (Sumber: https://ichi.pro/)

Pendaratan ini dimungkinkan dengan mengerahkan flight 32 helikopter yang dikomandoi oleh Kolonel V. Ye. Pavlov melalui pegunungan Hindu Kush, yang memiliki ketinggian antara 4600 – 4700 m, batas ketinggian ekstrim bagi helikopter Mi-8 MT, yang dipakai oleh tentara Soviet. Pendaratan batalyon-batalyon ini dilakukan dalam kondisi yang sangat sulit, di bawah tembakan gencar musuh. Pasukan terjun payung, yang membawa tiga set amunisi, untuk satu hari pertempuran kemudian meminta amunisi tambahan. Dalam tiga hari, 30 helikopter, membuat tiga kali penerbangan sehari, mengirim sekitar 180 ton amunisi dan 30 ton ransum makanan ke daerah Evim. Dengan intensitas penerbangan tersebut, rata-rata pilot harus melakukan hingga 7 sorti per hari. Pada tanggal 24 Mei, pasukan Soviet berhasil mendapatkan pijakan di daerah yang direbut dan memutuskan komunikasi paling penting dari kelompok-kelompok Mujahidin di daerah Evim dan Shahran. Pada tanggal 29 Mei, setelah didaratkan dari helikopter-helikopter, pasukan yang bergerak dari Daszt-i-Riwat bergabung dengan kelompok yang bergerak maju dari Khindz, sehingga seluruh bagian utara Lembah Panjshir dikuasai oleh pasukan Soviet. Akibat pertempuran pada bulan Mei 1982, seluruh lembah Panjshir berada di bawah kendali pasukan Soviet dan Afghanistan. Pada awal bulan Juni, komando Soviet mulai menarik pasukan ke titik penempatan permanen mereka. Kemudian di beberapa titik pada Panjshir, garnisun pasukan Afghanistan ditinggalkan untuk menjaga area tersebut.

PENAKLUKAN KELIMA LEMBAH PANJSHIR 

Pada tahun 1982, pasukan Soviet dan Afghanistan memang berhasil merebut wilayah Ngarai Panjshir dengan melibatkan kekuatan besar dan dengan upaya yang luar biasa. Pusat kendali utama dan pangkalan Ahmad Shah Massoud di ngarai Parandekh, pusat komite Islam utama di ngarai Panjshir, provinsi Parwan dan Kapisa, markas gabungan komite zona Islam di Astana, 10 markas besar komite zona Islam, sejumlah besar amunisi, berbagai senjata, peralatan berhasil dihancurkan, sementara banyak gudang, perangkat komunikasi radio, dan dokumen berharga jatuh ke tangan para pemenang. Dokumen-dokumen ini mencakup: dokumen program perjuangan para Mujahidin melawan pasukan Afghanistan dan Soviet di tahun-tahun mendatang; diagram struktur kepemimpinan gerakan pemberontak; dokumen kelompok tempur yang beroperasi di jalur Salang – Kabul, di zona hijau provinsi Parwan; daftar orang-orang yang ditargetkan dibunuh di zona “Pusat”; daftar 113 anggota aktif gerakan bawah tanah kontra-revolusioner di Kabul; 5.200 daftar anggota partai IOA dengan foto dan kuesioner; dan buku harian Ahmad Syah Massoud. Sekitar 200 tahanan juga berhasil ditangkap, dan mereka diinterogasi di tempat penangkapan. Dari jumlah tersebut, lebih dari 120 diinterogasi, dan 95 memberikan bukti yang mengkonfirmasi keberadaan lebih dari 200 objek milik pemberontak.

Setelah operasi sekitar 200 tahanan berhasil ditangkap oleh pasukan Soviet. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Untuk mencapai kesuksesan ini, pasukan Soviet mengandalkan penggunaan pasukan penyerang yang dikirim tiba-tiba dan dalam jumlah besar-besaran, yang diimbangi dengan gerak cepat pasukan di sepanjang lembah, operasi penerbangan aktif dan dukungan artileri yang berkelanjutan. Dengan demikian, pesawat-pesawat melakukan 5210 sorti dengan total 5579 jam terbang. Secara total, 10.549 bom udara dan 61.297 roket, 415.226 amunisi dari semua kaliber, 559 rudal anti tank “Shturm” (AT-6 Spiral) digunakan selama operasi. Semua  penerbangan tempur ini dilakukan di tengah serangan balik yang kuat dari pertahanan udara Mujahidin, dan di daerah-daerah yang sudah dibebaskan. Pada tanggal 27 Mei selama serangan terhadap target di dekat desa Avund jet tempur MiG-21 bis yang dipiloti oleh Kapten A. Sribnoy ditembak jatuh, yang kemudian diikuti oleh jatuhnya helikopter tempur Mi-24, yang dipiloti oleh Kapten V. Voitekhovich di daerah Ruhi. Sebanyak 24 pesawat dan helikopter rusak. Tiga helikopter dan satu pesawat benar-benar hancur. Selama operasi, 50 pilot pimpinan Kolonel V.E. Pavlov dan 27 pilot anak buah Kolonel V.S. Kota menunjukkan aksi heroiknya. Sementara itu, keberhasilan seluruh operasi sebagian besar tergantung pada unit-unit artileri. Setiap hari pertempuran akan dimulai dengan penembakan artileri, yang biasanya berlangsung selama 30 menit. Setiap batalyon didukung oleh tembakan dari satu atau dua batalyon artileri. Konsumsi amunisi selama periode penembakan artileri ini adalah 200 – 600 proyektil per meriam atau mortir. 

Setidaknya sebuah jet tempur MiG-21 bis AU Soviet menjadi korban dalam ofensif ke Lembah Panjshir tahun 1982. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Tetapi beban utama operasi bagaimanapun harus dipikul oleh unit-unit infanteri bermotor dan pasukan terjun payung. Detasemen-detasemen terdepan dan pasukan serbu udara, yang di bawah kondisi dataran tinggi yang paling sulit, di bawah tembakan musuh terus-menerus, seringkali tanpa air dan makanan, mampu bertindak tegas dan efektif. Karena jalan-jalan dan jalur-jalur utama diranjau dan ditutupi dengan tembakan gencar dari pemberontak, para komandan unit berhasil menggunakan jalan kecil di sepanjang punggung bukit dan lereng gunung, dimana para prajurit unit bermotor berhasil menuju ke posisi Mujahidin, dengan menggunakan perlindungan alami, untuk pada akhirnya melakukan serangan dengan tiba-tiba. Disini, batalyon tempur ke-180 dari Divisi Bermotor ke-108, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel E.V. Vysotsky, dan Brigade Senapan Bermotor ke-191, yang dipimpin oleh wakil komandan urusan politik Mayor A.Ya. Oparin, menunjukkan kapabilitas tempurnya. Selama operasi, dilakukan serbuan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah total mereka yang didaratkan adalah sekitar 4.200 orang. Pendaratan batalion-batalion serbu udara ini terjadi dalam kondisi yang sangat sulit, di bawah tembakan musuh. Mereka mendarat di pegunungan dan segera terlibat dalam pertempuran berdarah dengan para Mujahidin, yang sering berakhir dengan pertempuran jarak dekat. Dalam pertempuran ini, para prajurit dari Batalion ke-345, dipimpin oleh Letnan Kolonel Yu. V. Kuznetsov dan Batalion ke-103, yang dipimpin oleh Mayor Jenderal A. E. Slusar menunjukkan peran pentingnya. 

Setelah operasi berakhir pasukan Soviet ditarik dan digantikan oleh garnisun pasukan Afghanistan, akan tetapi prajurit-prajurit lokal ini kewalahan dalam menghadapi gerilyawan Mujahidin yang kembali ke lembah Panjshir. (Sumber: https://en.topwar.ru/)

Meski demikian para pemberontak tetap melawan dengan sengit. Saat pasukan bergerak, taktik tempur mereka berubah. Detasemen-detasemen Mujahidin berhasil melakukan serangan balik di saat-saat yang paling tidak menguntungkan bagi pasukan Soviet dan di daerah yang paling berbahaya. Dengan dukungan penduduk setempat, Ahmad Shah dengan terampil memimpin aksi pasukannya, bermanuver tepat waktu dan melepaskan mereka dari berbagai serangan telak dari pasukan Soviet. Massoud mahir dalam membangun sistem penembakan dan teknik pemblokiran di Panjshir. Dia tahu medan di tempat itu dengan baik dan memanfaatkan keuntungan geografis dari wilayah pegunungan untuk membangun pertahanan pasukannya. Dalam menaklukkan pertahanan ini, pasukan Soviet kehilangan 93 prajuritnya tewas dan 343 lainnya terluka. Pihak Soviet sendiri sebagai gantinya mengklaim bahwa sekitar 6.000 gerilyawan terbunuh (jumlah yang mungkin berlebihan). Selain itu mereka juga merampas 230 pucuk senapan, 120 senapan mesin dan 30 gudang dan peralatan militer. Setelah operasi di Panjshir, Masood menghadapi masalah kekurangan besar makanan, amunisi dan peralatan. Dia kemudian memuji aksi pasukan Soviet disana. Massoud kabarnya mengucapkan: “Jika Allah ingin saya menyerah, saya hanya akan menyerah kepada orang-orang Rusia.” Segera setelah operasi, pemerintah Babrak Karmal mulai mendirikan pemerintahan baru di Panjshir, menunjuk orang-orang sebagai wakilnya rakyat di pos-pos kunci. Namun seiring berjalannya waktu, para pemberontak mulai kembali ke Lembah Panjshir, dan berniat melanjutkan perlawanan mereka. Garnisun pasukan Afghanistan dan yang ditempatkan di area pemukiman sebelah timur laut lembah mulai diserang. Segera mereka dipaksa untuk meninggalkan lembah. Sebagai tanggapan, komando Soviet kemudian mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan mengerahkan detasemen pasukan khusus terpisah dari komando GRU di Panjshir di bawah komando Letnan Kolonel B. Kerimbayev – Kara Major atau Black Major, sebagaimana orang Afghanistan menyebutnya. Pada tanggal 12 Juni tahun itu juga, unit dari Detasemen ke-177, yang dikirimkan hanya enam bulan sebelumnya, segera mulai bertempur, untuk merebut semua ketinggian yang dominan di lembah Panjshir.

SERANGAN BALIK MASSOUD

10 minggu setelah operasi gabungan pasukan Soviet dan Afghanistan, laporan dari sumber Prancis dan gerakan perlawanan Afghanistan menyatakan bahwa tiga dari lima pos Angkatan Darat Afghanistan yang ditinggalkan untuk garnisun lembah telah dikuasai, dengan dua sisanya dikepung sepenuhnya dan di bawah gangguan terus-menerus. Kecuali lima garnisun dan beberapa unit cadangan Soviet, sebagian besar pasukan komunis telah ditarik pada akhir bulan Juni setelah menderita korban jiwa dan kerugian peralatan yang luar biasa tinggi. Meskipun pertempuran dan aktivitas udara masih berlanjut di sekitar kota Rokha dan Anaba, di mana pos-pos militer berada, para partisan Panjshir dilaporkan telah membangun kembali kendali mereka atas sektor-sektor di bagian atas dan tengah lembah sepanjang 70 mil itu. Laporan juga mengatakan bahwa para gerilyawan telah melancarkan serangan terhadap tiga titik di dekat Jalan Raya Salang yang menghubungkan wilayah Uni Soviet dengan Kabul. Menurut sebuah surat dari Ahmad Shah Massoud, serangan tersebut ditandai dengan tingkat pembelotan yang sangat tinggi di antara jajaran tentara asal Afghanistan dan Soviet. Terlepas dari desersi ratusan tentara Afghanistan, termasuk empat perwira senior tentara, tulisnya, 153 tentara Tadzhik Soviet menyeberang ke pihak gerilyawan Panjshir, yang juga beretnis Tadzhik. Selama satu minggu serangan balik pada bulan Juli terhadap perbentengan musuh, para gerilyawan mengklaim telah menghancurkan sembilan tank dan 36 kendaraan lainnya, serta telah merebut banyak senjata. Satu laporan dari pihak gerilyawan, yang tidak dapat diverifikasi, mengatakan bahwa 80 persen rumah di lembah itu telah hancur baik akibar pemboman berat yang mendahului serangan atau oleh regu penghancuran dari pasukan komunis.

Prajurit lokal Afghanistan dalam pelatihan. Tingkat desersi diantara prajurit rezim Kabul terhitung tinggi, oleh karenanya efektifitas dari pasukan semacam ini kerap dipertanyakan. (Sumber: https://rarehistoricalphotos.com/)
Setelah serbuan pasukan Soviet, sebuah sumber mengatakan bahwa 80 persen rumah di lembah Panjshir telah hancur baik akibar pemboman berat yang mendahului serangan atau oleh regu penghancuran dari pasukan komunis. (Sumber: https://www.britannica.com/)

LEMBAH PANJSHIR SETELAH OPERASI

Operasi Panjshir tahun 1982 dilaksanakan dengan menggunakan pengalaman tempur yang diperoleh pasukan Soviet selama dua tahun pertempuran di Afghanistan. Menjadi jelas bahwa hanya operasi yang direncanakan dengan hati-hati dan dilakukan di area yang luas, serta untuk jangka waktu yang lama dengan menggunakan sejumlah besar kekuatan dan sarana yang ada, yang dapat menjamin keberhasilan. Pengalaman operasi ini kemudian dijadikan pegangan dan banyak mempengaruhi perencanaan dan penggunaan tempur pasukan Soviet dalam operasi selanjutnya dalam perang Afghanistan. Dalam operasi-operasi ini, para komandan, prajurit dan sersan, serta perwira dan jenderal dari Angkatan Darat ke-40 menunjukkan keberanian dan, kepahlawanan dan pengorbanan diri mereka. Beberapa ribu dari mereka kemudian dianugerahi medali kehormatan, dan khususnya kepada Kolonel Jenderal Yu. P. Maksimov, Kolonel V. E. Pavlov, V. S. Kot, Letnan Kolonel E. V. Vysotsky, Yu. V. Kuznetsov, Mayor A. Ya. Oparin (secara anumerta) dianugerahi gelar Pahlawan Uni Soviet. Mayor Jenderal N. G. Ter-Grigoriants dan A. E. Slyusar dianugerahi dengan medali Ordo Lenin. Sementara itu, Ahmad Shah Massoud dipaksa untuk melakukan gencatan senjata dengan pasukan Soviet pada bulan Januari 1983, yang berlangsung hingga bulan April 1984. Komando Soviet setelah operasi ini, di satu sisi, lebih berfokus pada penguatan daya tembak. Jadi, hingga saat operasi ketujuh pada tahun 1984 itu, 200 pesawat digunakan di Panjshir, termasuk jenis pembom berat, 190 helikopter, dan 39 baterai artileri. Di sisi lain, muncul keraguan serius atas efektivitas operasi skala besar di wilayah dengan populasi penduduk yang bermusuhan.

Sebuah regu pasukan Soviet di Afghanistan tahun 1988. Setelah serbuan, taktik yang digunakan dalam ofensif kelima di Lembah Panjshir menjadi blueprint dalam operasi-operasi pasukan Soviet selanjutnya. (Sumber: https://www.bbc.com/)
Mujahidin Afghanistan dengan senapan-senapan tua Lee Enfield. Meskipun setidaknya sempat dilakukan empat operasi besar terhadapnya, Ahmad Shah Massoud tidak pernah lagi membiarkan dirinya dikejutkan dan mengalami kerugian seperti yang terjadi pada bulan Mei 1982. (Sumber: https://www.scribd.com/)

Berbeda dengan pihak Soviet, para pengamat barat sendiri menilai operasi gabungan Soviet-Afghanistan di lembah Panjshir tahun 1982 sebagai sebuah kegagalan militer. Kendati operasi ini merupakan operasi militer terbesar Soviet sejak berakhirnya Perang Dunia II dan berhasil menyingkirkan para Mujahidin dari suatu wilayah yang luas, namun kemenangan itu sia-sia belaka karena gagal memberikan pukulan yang lebih mematikan kepada kaum gerilyawan, yang meski menderita korban besar, berhasil mengundurkan diri ke kawasan pegunungan. Karena kekurangan pasukan, militer Soviet pun meninggalkan kawasan yang udah direbut untuk diduduki oleh pasukan Afghanistan, yang tidak sebaik tentara asal Soviet. Pada akhirnya seperti problem tentara Amerika di Vietnam, meskipun pasukan Soviet berhasil membersihkan suatu kawasan, jumlah tentara mereka tidak memadai untuk bisa mempertahankan wilayah tersebut secara permanen. Beberapa saat setelahnya, gerilyawan Mujahidin dapat menyusup kembali dengan mudah pada wilayah tersebut saat pasukan Soviet beranjak pergi. Di pihak lain, Ahmad Shah Massoud kemudian memusatkan seluruh upayanya untuk memerangi rezim Karmal, mengintensifkan pengumpulan data intelijen dan memperkenalkan agen-agen, yang menyusup tidak hanya dalam struktur pemerintahan dan militer Afghanistan, tetapi juga di antara personel militer Soviet. Dan meskipun setidaknya sempat dilakukan empat operasi besar terhadapnya, Ahmad Shah Massoud tidak pernah lagi membiarkan dirinya dikejutkan dan mengalami kerugian seperti yang terjadi pada bulan Mei 1982.

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Fifth Panjsher. May 1982 by Ivan Vetrov, October 29 2012

https://en.topwar.ru/20413-pyatyy-pandzhsher-may-1982.html

Afghanistan 1979-1989 Tentara Komunis Soviet vs Mujahidin oleh Nino Oktorino, 2020; p 232 – 238

Largest Soviet offensive in Afghanistan war fails to hold Panjshir By Edward Girardet, Special correspondent of The Christian Science Monitor; August 11, 1982

https://www.google.com/amp/s/www.csmonitor.com/layout/set/amphtml/1982/0811/081142.html

Guerrillas survive biggest attack yet as Soviets roar into Panjshir Valley By Edward Girardet, Special correspondent of The Christian Science Monitor; June 22, 1982

https://www.google.com/amp/s/www.csmonitor.com/layout/set/amphtml/1982/0622/062233.html

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Panjshir_offensives_(Soviet%E2%80%93Afghan_War)

https://historica.fandom.com/wiki/Norat_Ter-Grigoryants

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *