Perang Dunia II

Kebebalan Yang Membawa Bencana: Sekitar Pertahanan Sia-Sia Jerman di Krimea (1943-1944)

Ofensif Krimea (8 April – 12 Mei 1944), yang dalam sumber-sumber Jerman dikenal sebagai Pertempuran Krimea, adalah serangkaian serangan yang dilancarkan oleh Tentara Merah Soviet yang diarahkan ke Krimea, yang dikuasai oleh pasukan Jerman. Dalam pertempuran ini Front Ukraina ke-4 dari Tentara Merah berhadapan dengan Grup Angkatan Darat ke-17 dari Grup A Jerman, yang terdiri dari formasi asal Wehrmacht dan Rumania. Pertempuran kemudian berakhir dengan evakuasi tentara Jerman dari Krimea. Pasukan Jerman dan Rumania diketahui menderita kerugian yang cukup besar selama proses evakuasi. Apa yang terjadi di tahun 1944 ini sungguh bertolak belakang dengan apa yang terjadi 2 tahun sebelumnya. Pada tanggal 4 Juli 1942, para prajurit dari dari Pasukan Kesebelas Marsekal Erich von Manstein yang baru dipromosikan merayakan perebutan benteng terakhir Soviet di Krimea. 

Pelabuhan Sevastopol setelah pertempuran, Juli 1942. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

SEVASTOPOL: KEMENANGAN KERAS JERMAN DI FRONT TIMUR

Sejak tanggal 24 September tahun sebelumnya (1941), batalyon-batalyon Jerman dan Rumania pimpinan von Manstein telah melawan orang-orang Rusia yang keras kepala untuk menguasai semenanjung Krimea. Benteng-benteng yang mengelilingi pelabuhan Sevastopol telah bertahan dari tembakan howitzer kaliber 14 inci (355 mm) dan meriam pengepungan kaliber 17 (431 mm), 24 (609 mm), dan 31,5 inci (800 mm) akhirnya jatuh hanya setelah serangan frontal yang mahal harganya dilancarkan oleh pasukan penyerbu Jerman. Sementara itu, Von Manstein hanya memiliki sedikit waktu untuk merayakan kemenangan bersama dengan anak buahnya. Markas besarnya segera dipindahkan ke utara ke daerah dekat Leningrad, di mana Hitler berharap pemenang pengepungan Sevastopol ini dapat mengulangi penampilan gemilangnya di Krimea. Namun, setelah beberapa bulan, markas tersebut dibubarkan dan von Manstein ditugaskan ke sektor Stalingrad, di mana ia ditugaskan untuk menghentikan serangan pasukan Soviet yang mengancam akan menghancurkan front Jerman di wilayah Rusia selatan. 

Tentara Angkatan Darat ke-11 Jerman mendekati kota Sevastopol yang terbakar pada bulan Juni 1942. Krimea pada akhirnya berhasil dikuasi tentara Jerman, namun dengan biaya yang mahal. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Marsekal Erich von Manstein, arsitek kemenangan Jerman di Krimea. (Sumber: https://m.kaskus.co.id/)

JERMAN MENCICIPI KEMENANGAN

Secara geografis Krimea hampir seperti sebuah pulau besar, bergabung dengan daratan di utara oleh Tanah Genting Perekop yang lebarnya enam hingga delapan kilometer dan jalur rel yang tanggulnya ditinggikan melintasi Sivash. Sivash, atau “danau busuk”, adalah perairan yang dangkal, berpulau, dan memiliki laguna yang kaya akan air. Di selatan dan barat terbentang Laut Hitam, dan di timur Selat Kerch selebar empat hingga lima belas kilometer memisahkan Laut Azov dari Laut Hitam dan pada saat yang sama Krimea dengan Semenanjung Kerch-nya berada dalam posisi yang berlawanan dengan Semenanjung Taman. Krimea sebagian besar datar, dengan dataran terbuka yang luas. Hanya di selatan dataran naik membentuk Pegunungan Jaila, yang sebagian membentang di sepanjang pantai selatan. Ada beberapa jalur rel dan beberapa jalan darat disana. Di sudut barat daya Krimea terdapat kota, benteng, dan pelabuhan Sevastopol, dengan sedikit daratan, Semenanjung Khersonyes, dengan sejumlah teluk, permukaan batu yang curam, dan pantai yang sempit. Di sinilah tragedi yang akan menimpa Tentara Ketujuh Belas dimulai. Di Krimea, pasukan pendudukan mengikuti berita kemajuan pasukan Jerman ke Stalingrad dan Kaukasus dengan bangga sekaligus antisipatif. Dengan direbutnya “Kota Stalin” dan sumur minyak Kaukasia, perang pasti akan segera berakhir. Berita utama surat kabar dan radio Jerman sudah mengumumkan kemenangan di Rusia selatan, dan garnisun Krimea memiliki sedikit keraguan bahwa kemenangan sudah dekat. Meskipun semenanjung itu tampaknya telah terdegradasi sebagai area bagian belakang perang, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan oleh Jerman dan sekutu Rumania mereka. Lapangan-lapangan terbang harus terus dijaga terhadap serangan sporadis dari kelompok partisan, dan pelabuhan di sepanjang Laut Hitam harus dipertahankan untuk mendukung pasukan yang maju menuju perbatasan Eurasia. Arah pertempuran tiba-tiba berubah ketika Soviet meluncurkan serangan mereka sendiri atas Stalingrad pada tanggal 19 November 1942. Dalam beberapa bulan, Panglima Angkatan Darat Keenam Friedrich Paulus yang perkasa dihancurkan, dikorbankan oleh Hitler dalam upaya sia-sia untuk menguasai kota. Di selatan Stalingrad, tiga front Soviet (kelompok tentara/Army Group) menghantam Tentara Panzer Pertama dan Tentara Ketujuh Belas yang membentuk Heeresgruppe A (Grup A) pimpinan Field Marshall Ewald von Kleist, yang telah maju di sekitar ladang minyak Kaukasia di Grozny dan Baku. 

Peta Krimea. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Pelabuhan Sevastopol yang hancur. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Tentara Soviet menyeberangi Teluk Sivash ke Krimea. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

PASUKAN SOVIET MENDESAK KEMBALI PASUKAN NAZI MENUJU LAUT HITAM

Sementara Pertempuran Stalingrad sedang berlangsung, Heeresgruppe A berjuang untuk mempertahankan dirinya. Pasukan Soviet secara bertahap mendorong dua pasukan von Kleist kembali ke Laut Hitam dan Laut Azov, yang mengancam akan memotong Heeresgruppe dengan bergerak maju ke arah Rostov. Von Manstein, sekarang memegang komando Heeresgruppe Don, yang kemudian berganti nama menjadi Heeresgruppe Süd (Selatan), melakukan perjuangan putus asa untuk menjaga kota agar tidak jatuh ke tangan pasukan Soviet. Pasukan Panzer Pertama pimpinan Jenderal Eberhard von Mackensen berhasil menerobos ke utara dan melarikan diri melalui koridor sempit yang masih ada di bawah kendali tentara Jerman. Hal yang berbeda menimpa Tentara Ketujuh Belas pimpinan Kolonel Jenderal Richard Ruoff. Baik von Manstein dan von Kleist berpendapat agar dilakukan evakuasi, melalui laut jika perlu, atas semua pasukan Heeresgruppe A, tetapi Hitler menolak untuk menyerahkan posisi-posisi kunci yang diduduki tentara Angkatan Darat Ketujuh Belas di Semenanjung Taman. Bahkan setelah Stalingrad jatuh, Hitler masih berpikir bahwa posisi itu dapat digunakan sebagai jalur di masa depan untuk mencapai ladang-ladang minyak di selatan. Berkat kekeraskepalaannya, Divisi Infanteri ke-50 Tentara Panzer Pertama terpaksa bergerak ke selatan dan bergabung dengan Tentara Ketujuh Belas, yang memberi Ruoff bala bantuan pasukan infanteri yang dibutuhkan. Pada akhir bulan Maret 1943, Ruoff telah membentuk garis pertahanan yang membentang dari timur Novorossiysk ke utara hingga Laut Azov.

Setelah melewati pertempuran epik, pasukan Soviet berhasil memenangkan pertempuran di Stalingrad. Dalam beberapa bulan, Panglima Angkatan Darat Keenam Friedrich Paulus yang perkasa dihancurkan, dikorbankan oleh Hitler dalam upaya sia-sia untuk menguasai kota ini. (Sumber: https://www.moddb.com/)

HITLER YANG KERAS KEPALA MENGIKAT TENTARA KETUJUH BELAS

Pasukan Jerman di Semenanjung Taman mempertahankan posisi mereka di sepanjang musim panas dan awal musim gugur 1943. Meskipun anak buah Ruoff berhasil mengikat sejumlah besar pasukan Soviet, divisi-divisi Angkatan Darat Ketujuh Belas, sebenarnya dapat lebih baik digunakan dalam pertempuran yang kritis di Cekungan Donets, yang mengamuk selama paruh pertama tahun ini. Pada tanggal 25 Juni, Jenderal Erwin Jaenecke mengambil alih komando Angkatan Darat Ketujuh Belas. Lahir pada tahun 1890, Jaenecke telah bertugas di Front Timur sejak bulan Februari 1942, pertama sebagai komandan Divisi Infanteri ke-389 dan kemudian sebagai komandan Korps Angkatan Darat ke-IV dan LXXXII. Dia tiba pada saat yang kritis bagi pasukan Jerman dan Rusia di Front Timur. Serangan besar Jerman di Kursk, yang dimulai pada 5 Juli, menyibukkan Tentara Merah selama paruh pertama bulan itu. Ketika Hitler, yang gelisah atas pendaratan pasukan Sekutu di Sisilia, memutuskan membatalkan serangan, sehingga pihak Soviet memperoleh waktu yang sangat dibutuhkan untuk memperkuat kembali pasukan mereka yang terkuras kekuatannya sebelum memulai serangan mereka sendiri di daerah itu. Sementara serangan Kursk sedang berlangsung, pasukan Jerman di Semenanjung Taman, jauh dari pertempuran utama di utara, memukul mundur beberapa serangan penjajakan dari tentara Front Kaukasus Utara pimpinan Jenderal I.E. Petrov, tetapi tidak ada kerusakan besar yang terjadi pada garis pertahanan. 

Posisi senapan mesin Jerman di Semenanjung Taman. Karena tanahnya sangat lembab, posisi pertahanan ini didirikan di atas tanah dan dilindungi dengan karung-karung pasir. Sementara serangan Kursk sedang berlangsung, pasukan Jerman di Semenanjung Taman, jauh dari pertempuran utama di utara, memukul mundur beberapa serangan penjajakan dari tentara Front Kaukasus Utara pimpinan Jenderal I.E. Petrov. (Sumber: https://www.topfoto.co.uk/)

PASUKAN SOVIET BERKUMPUL KEMBALI UNTUK MELANCARKAN OFENSIF BESAR

Kegagalan Jerman di Kursk pada akhirnya memberikan Tentara Merah kesempatan untuk melakukan ofensif menentukan di Front Timur sekali dan untuk selamanya. Pulih dengan cepat dari kerugian besar dalam hal personel dan material yang diderita pada bulan Juli, Pasukan Soviet bersiap untuk meluncurkan serangkaian serangan yang dirancang untuk menghancurkan garis pertahanan Jerman dari Smolensk ke Rostov. Pada pertengahan bulan Agustus, semuanya sudah siap. Serangan dimulai pada minggu terakhir bulan Agustus dengan serangkaian serangan besar-besaran di garis depan. Komando Tinggi Jerman tetap bertahan ketika pasukan Rusia menyerang ke arah Smolensk dan Briansk di utara, Kiev di tengah, dan Dnepropetrovsk dan Kherson di selatan. Sementara Tentara Ketujuh Belas Jaenecke diam tak berdaya di Semenanjung Taman, Front Barat Daya Jenderal R.I. Malinovsky menyerang Tentara Panzer Pertama di dekat Izyum, sementara Front Selatan Jenderal F.I. Tolbukhin menyerang Angkatan Darat Keenam yang baru dibentuk kembali, yang dipimpin oleh Kolonel Jenderal Karl Hollidt, di sepanjang Sungai Mius. Dalam beberapa hari, permintaan untuk bala bantuan datang dari semua sektor di garis depan, tetapi hanya sedikit yang bisa didapat.

Pasukan infanteri Soviet bergerak di belakang barisan tank yang bergerak maju dalam pertempuran Kursk. (Sumber: https://www.themoscowtimes.com/)

PERMINTAAN LEBIH BANYAK DIVISI & LEBIH BANYAK JANJI KOSONG DARI HITLER

Pada tanggal 25 Agustus, sebuah pesawat yang membawa para perwira operasi Angkatan Darat Keenam dan Tentara Panzer Pertama tiba di markas besar Heeresgruppe Süd von Manstein untuk menyampaikan usulan penarikan pasukan Jerman ke garis pertahanan baru yang lebih jauh ke barat. Pada gilirannya, von Manstein pergi ke markas Hitler di Vinnista dan terus terang mengatakan kepada Führer bahwa Cekungan Donets tidak dapat dipertahankan kecuali dikirimkan bala bantuan segera berjumlah setidaknya 12 divisi ke Heeresgruppe. Hitler mengatakan bahwa dia akan menemukan Divisi-divisi yang dibutuhkan, tetapi von Manstein telah sering mendengar janji-janji kosong itu sebelumnya. Ketika Korps Mekanis Pengawal ke-2 Soviet menerobos garis pertahanan Angkatan Darat Keenam pada tanggal 31 Agustus, von Manstein memerintahkan penarikan besar-besaran Tentara Angkatan Darat Keenam ke garis pertahanan baru yang telah didirikan di barat. Malam itu, Hitler mengirim kabar bahwa dia akan memberi von Manstein kebebasan untuk menarik seluruh Heeresgruppe-nya, “asalkan situasinya benar-benar menuntutnya dan tidak ada alternatif yang memungkinkan.” Logikanya, pertahanan berikutnya di selatan hanya bisa dibuat di sepenjang Sungai Dneper. Hitler, bagaimanapun, menolak untuk mengizinkan penarikan sebesar itu, dengan alasan dampak politik dan ekonomi yang parah jika seluruh Cekungan Donets hilang. Karena kekeraskepalaannya, tentara Jerman harus menghadapi pasukan Malinovsky dan Tolbukhin dalam posisi pertahanan yang buruk di timur Dneper dan dipaksa untuk melakukan perang atrisi yang tidak mungkin mereka menangkan. 

Adolf Hitler dan para jenderalnya pada konferensi di markas Heeresgruppe Süd pimpinan Manstein di Ukraina. Hitler, bagaimanapun, menolak untuk mengizinkan penarikan besar-besaran pasukan Jerman, dengan alasan dampak politik dan ekonomi yang parah jika seluruh Cekungan Donets di Ukraina hilang. (Sumber: https://www.hitler-archive.com/)

PENARIKAN TENTARA KETUJUH BELAS JERMAN AKHIRNYA DISETUJUI

Di Semenanjung Taman, Tentara Ketujuh Belas akhirnya diberi izin untuk memulai penarikannya sendiri. Sekarang tidak ada lagi harapan untuk bisa menggunakan Semenanjung Taman sebagai batu loncatan ke ladang minyak Kaukasia, jadi Jaenecke diperintahkan untuk mulai mengangkut anak buahnya melintasi Selat Kerch ke Krimea yang relatif aman. Meskipun Front Kaukasus Utara pimpinan Petrov (yang segera direformasi sebagai Independent Coastal Army) berusaha untuk mengganggu proses evakuasi yang berjalan, upaya itu selesai pada minggu pertama bulan Oktober. Sementara itu, serangan pasukan Soviet ke utara semakin memanas. Pada akhir bulan September, Front Ukraina ke-4 Tolbukhin telah mencapai pinggiran Melitopol, sekitar seratus mil (160 km) timur laut Tanah Genting Perekop, pintu gerbang ke Krimea. Tentara Soviet juga berada dalam jangkauan atas kota-kora Dnepropetrovsk, Kiev, Gomel, dan Vitebsk, dan telah membebaskan Smolensk. Dengan dibebaskannya Tentara Ketujuh Belas dari tugas pendudukan Semenanjung Taman yang tidak masuk akal, von Manstein sekarang memiliki kekuatan cadangan yang cukup kuat. Dia lalu meminta Hitler untuk menggunakan sebagian besar divisi Jaenecke untuk menopang garis depan, tetapi permintaannya ditolak dengan tegas. Tentara Ketujuh Belas akan tetap berada di tempatnya untuk mencegah jatuhnya Krimea.

Jenderal Fyodor Tolbukhin, komandan Front Ukraina ke-4. (Sumber: https://timenote.info/)
Pertempuran di Kerch tahun 1943. (Sumber: https://historyimages.blogspot.com/)

OBSESI HITLER ATAS KRIMEA

Sejak tahap awal konflik Rusia-Jerman, Hitler telah terobsesi dengan Krimea. Ladang minyak Rumania, di mana Wehrmacht bergantung untuk mencukupi bahan bakar divisi-divisinya, berada dalam jangkauan pangkalan-pangkalan udara di Krimea. Hitler sering menyebut Krimea sebagai “kapal induk yang tidak dapat tenggelam,” dan begitu kapal itu berada di tangannya, dia tidak akan melepaskannya. Setelah jelas bahwa Tentara Ketujuh Belas tidak akan kemana-mana, Jaenecke menyuruh anak buahnya bekerja. Krimea menghadirkan rintangan yang berat bagi para penyerbu, seperti yang ditunjukkan dalam proses penaklukan tentara Jerman pada tahun 1941-1942. Serangan dari daratan memiliki tiga jalur alternatif. Tanah Genting Perekop, yang lebarnya hanya empat sampai lima mil (6-8 km), adalah jalur pendekatan yang paling mungkin. Pada lokasi itu masih banyak berisi posisi pertahanan Soviet yang telah dikuasai pada tahun 1941, dan Jaenecke hanya membuang sedikit waktu dalam mengirim unit teknis untuk membuat mereka layak digunakan lagi.

Pasukan Jerman dengan senjata penangkis serangan udara di ladang minyak Polesti di Rumania. Sejak tahap awal konflik Rusia-Jerman, Hitler telah terobsesi dengan Krimea. Ladang minyak Rumania, di mana Wehrmacht bergantung untuk mencukupi bahan bakar divisi-divisinya, berada dalam jangkauan pangkalan-pangkalan udara di Krimea. Jika Krimea jatuh, maka ini dinilai Hitler akan berakibat fatal. (Sumber: https://www.quora.com/)

MENGANDALKAN PENGALAMAN MASA LALU UNTUK MEMPERTAHANKAN KRIMEA

Dua rute lainnya melintasi rawa asin di timur Perekop yang dikenal sebagai Sivash. Keduanya tidak terlalu berguna selama gerak maju tentara Jerman tahun 1941, dan Jaenecke meragukan bahwa mereka akan banyak berguna bagi Soviet. Meski begitu, jenderal Jerman ini mengirim unit konstruksi untuk mendirikan barikade dan benteng di daerah tersebut. Benteng-benteng tua Soviet yang telah dihancurkan selama pengepungan Sevastopol telah ditinggalkan selama lebih dari setahun, tetapi Jaenecke juga memastikan bahwa pekerjaan untuk memperbaiki struktur-struktur itu dimulai. Di daratan, keadaan menjadi semakin buruk bagi Jerman. Pada pertengahan bulan Oktober, Soviet telah menduduki hampir semua Lembah Donets. Ini memberi mereka keuntungan ekonomi dengan persediaan bahan makanan dan ternak yang ditemukan di daerah tersebut. Ini juga memberi Tentara Merah sumber personel baru untuk direkrut bagi divisi-divisinya. 

Pasukan Jerman di Krimea. (Sumber: https://www.nationalww2museum.org/)
Jenderal Erwin Jaenecke komando Angkatan Darat Ketujuh Belas di Krimea. (Sumber: http://alifrafikkhan.blogspot.com/)

UMPAN WAJIB MILITER BARU SOVIET

Segera setelah kota kecil atau kota besar diduduki kembali, orang-orang sipil segera diberikan seragam dan senapan dan dikirim ke garis depan, di mana mereka diharapkan untuk bisa cepat menguasai seni perang atau mati. Metode wajib militer brutal semacam ini bagaimanapun bisa menggantikan puluhan ribu korban jiwa yang diderita Soviet dalam pertempuran sebelumnya. Dengan kekuatan ekstra itu, Tentara Merah mampu mendorong pasukan Jerman ke arah barat, menyeberangi Sungai Dnieper. Dnieper, yang merupakan sungai terbesar kedua di Uni Soviet, menawarkan salah satu posisi pertahanan alami terbaik di wilayah Rusia Eropa, terutama bagi pihak yang bertahan di tepi barat, yang lebih tinggi dari tepi timur. Jika tepi barat telah dibentengi secara memadai, seperti yang disarankan von Manstein, sungai itu akan menjadi penghalang yang tangguh bagi pasukan Soviet yang menyerang. Untungnya bagi Malinovsky dan Tolbukhin, Hitler menolak untuk membentengi daerah tersebut, dengan menyatakan bahwa garis pertahanan yang kuat di belakang sungai hanya akan memberi alasan kepada tentaranya untuk tidak berperang demi setiap inci dari Cekungan Donets. Logika aneh ini berarti bencana bagi pasukan Jerman di Rusia selatan, seperti yang terjadi pada tentara Jerman lainnya di sepanjang Front Timur. 

Tentara Soviet di tahun 1944. Segera setelah kota kecil atau kota besar diduduki kembali, orang-orang sipil segera diberikan seragam dan senapan dan dikirim ke garis depan, di mana mereka diharapkan untuk bisa cepat menguasai seni perang atau mati. Metode wajib militer brutal semacam ini bagaimanapun bisa menggantikan puluhan ribu korban jiwa yang diderita Soviet dalam pertempuran sebelumnya. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

JENDERAL-JENDERAL SOVIET SIAPKAN SERANGAN EMPAT FRONT

Selama akhir tahun 1943 dan awal 1944, Wehrmacht ditekan kembali di sepanjang garis depan di front timur. Pada bulan Oktober 1943, Angkatan Darat ke-17 mundur dari Kuban melintasi Selat Kerch ke Krimea. Komando tertinggi Soviet mulai melancarkan invasi atas Krimea pada bulan Oktober 1943, ketika garis depan pertempuran mendekati semenanjung itu. Beberapa ahli strategi sebenarnya menyarankan agar semenanjung itu diisolasi dan dilewati saja, serta tidak membuang tenaga untuk merebutnya. Namun keputusan akhir menyatakan bahwa Krimea harus direbut untuk mencegah musuh menggunakannya sebagai basis penyerangan atas wilayah Soviet di sekelilingnya. Meski demikian, kemungkinan adalah urusan prestise yang menjadi alasan utamanya. Soviet tidak akan mampu menunjukkan dominasinya di Laut Hitam sampai mereka bisa menguasai Krimea. Selama minggu pertama bulan Oktober, ketika pasukan Soviet berkumpul kembali untuk menyerang melintasi Dnieper, Front Barat Daya Malinovsky dan Front Selatan Tolbukhin berubah menjadi Front Ukraina ke-3 dan ke-4. Dengan penggantian personel dan peralatan yang diterima, kedua jenderal itu hampir siap untuk melanjutkan ofensif mereka. Front Ukraina ke-3 Malinovsky diperintahkan untuk melintasi Dnieper di sektor Tentara Panzer Pertama, sementara Front Ukraina ke-4 Tolbukhin akan menyerang Tentara Keenam Hollidt (sekarang di bawah kendali Heeresgruppe A pimpinan von Kleist), yang berada di pantai Laut Azov. Tentara Keenam tidak mendapatkan keuntungan dari penghalang sungai Dnieper, yakni sudut sungai besar ke barat daya tepat di bawah Zaporozhye, yang berada di sektor yang dipertahankan oleh Tentara Panzer Pertama. Untuk menjaga garis depannya tetap lurus, dan untuk melindungi Krimea, Hollidt terpaksa menempati area yang tidak lebih dari padang rumput terpencil dengan sedikit perlindungan atau pertahanan alami. Badai serangan pecah pada tanggal 9 Oktober, ketika lebih dari 400 baterai artileri Soviet membawa hujan baja mematikan ke Pasukan Keenam Hollidt. Bagian garis depan ini dipertahankan oleh 13 divisi Jerman (termasuk dua divisi Panzer dan dua Divisi Lapangan Luftwaffe yang agak tidak dapat diandalkan) dan dua divisi Rumania. Untuk mematahkan tulang punggung Tentara Keenam, Tolbukhin memiliki total 45 divisi senapan, tiga korps tank, dua korps mekanis pengawal, dan dua korps kavaleri pengawal. 800 tanknya melebihi jumlah 83 panzer milik Hollidt dan 98 Sturmgeschütze (meriam serbu) dengan rasio lebih dari empat banding satu.

Jenderal R.I. Malinovsky, bersama-sama dengan jenderal Tolbukhin ditugaskan untuk menaklukkan pasukan Jerman di Front Ukraina Selatan. (Sumber: https://www.gettyimages.com/)
Satuan Tank Soviet. Untuk mematahkan tulang punggung Tentara Keenam, Jenderal Tolbukhin memiliki total 45 divisi senapan, tiga korps tank, dua korps mekanis pengawal, dan dua korps kavaleri pengawal. 800 tanknya melebihi jumlah 83 panzer dan 98 Sturmgeschütze (meriam serbu) milik tentara Jerman dengan rasio lebih dari empat banding satu. (Sumber: https://forums.spacebattles.com/)

JERMAN GAGAL MEMPERTAHANKAN MELITOPOL

Mengambil alih Melitopol adalah tujuan pertama Tolbukhin. Tentara ke-51-nya, yang didukung oleh Angkatan Darat ke-28, menyerang di garis depan sepanjang 20 mil (32 km). Dalam pertempuran jarak dekat yang kejam, tentara ke-51 berhasil mendapatkan pijakan di tepi selatan kota pada tanggal 12 Oktober. Hollidt, yang mengetahui pentingnya kota ini, memerintahkan agar Melitopol dipertahankan dengan segala cara, dan baru pada tanggal 23 Oktober daerah itu bisa dibersihkan dari pasukan Jerman. Sejak pertengahan bulan Oktober, von Kleist dan Jaenecke menyaksikan serangan Soviet dengan ketakutan yang semakin besar. Dalam pesan-pesan kepada Oberkommando des Heeres (OKH—Komando Tinggi Angkatan Darat), von Kleist dengan blak-blakan memperingatkan bahwa Angkatan Darat Ketujuh Belas berada dalam bahaya disingkirkan dan sudah waktunya untuk mengevakuasi seluruh Semenanjung Krimea. Balasan yang dia terima dari Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel Jenderal Kurt Zeitzler menunjukkan kepada von Kleist suasana irasional yang telah meresap ke tingkat tertinggi Angkatan Darat Jerman. Sederhananya, Zeitzler mengatakan bahwa evakuasi tidak mungkin dilakukan karena Hitler “tidak akan membiarkan kata ‘Krimea’ disebutkan di hadapannya.” 

Pasukan lapis baja Jerman di Ukraina. Keputusan Hiler untuk memaksa tentara-tentaranya mempertahankan setiap wilayah yang dikuasai, membawa bencana pada pasukan Jerman di front timur tahun 1944. (Sumber: https://www.nationalww2museum.org/)

KEMAJUAN TANPA HENTI SOVIET

Pada tanggal 25 Oktober, Angkatan Darat ke-51 dan ke-28 menerobos Melitopol, mencerai-beraikan pasukan Jerman dan Rumania di depan mereka. Tujuan mereka ada dua: membagi Tentara Keenam menjadi dua dan memotong Tentara Ketujuh Belas di Krimea. Pasukan Soviet bergerak dengan mantap, menyingkirkan musuh dan melaju tanpa henti menuju tujuan mereka. Von Kleist kemudian mengirim pesan lain yang sangat jujur kepada OKH pada tanggal 26 Oktober. Dia mengatakan kepada Zeitzler bahwa situasi di sektor Angkatan Darat Keenam tidak dapat diperbaiki dan bahwa dia akan mulai mengevakuasi unit-unit di Semenanjung Kerch malam itu juga, sebagai persiapan untuk penarikan besar-besaran dari Krimea. Kali ini, dia secara tegas dilarang melakukan tindakan seperti itu oleh Hitler sendiri, yang tampaknya membuat kesan serius pada sang jenderal. Von Kleist bukan satu-satunya orang yang memohon agar Krimea dievakuasi. Marsekal Ion Antonescu, pemimpin Rumania, mengatakan kepada Hitler bahwa hilangnya tujuh divisi Rumania yang ditempatkan di sana mungkin berdampak serius di negaranya. Hitler menepis kekhawatiran Antonescu, kembali pada argumen lamanya tentang bahaya Krimea yang akan digunakan oleh Angkatan Udara Tentara Merah untuk mengebom sumur minyak Rumania, dan Tentara Merah menggunakan semenanjung sebagai tempat pendaratan amfibi di sepanjang pantai selatan Bulgaria dan Rumania.

Tentara Rumania. Marsekal Ion Antonescu, pemimpin Rumania, mengatakan kepada Hitler bahwa hilangnya tujuh divisi Rumania yang ditempatkan di Krimea mungkin akan berdampak serius di negaranya. (Sumber: https://www.rbth.com/)

“KAMU HARUS MEMPERTAHANKAN KRIMEA!” 

Sementara itu, serangan Soviet terus berlanjut. Jaenecke lalu melakukan upaya terakhir untuk menyelamatkan pasukannya pada malam tanggal 28 Oktober. Percakapan telepon antara Jaenecke dan von Kleist mengungkapkan konflik emosional yang mengoyak kedua pria itu di masa krisis ini. 

Von Kleist: Anda harus mempertahankan Krimea! 

Jaenecke: Saya tidak bisa menjalankan perintah itu. Tidak ada orang lain yang akan mengeksekusinya juga. Komandan korps percaya hal yang sama seperti saya. 

K: Jadi, adalah sebuah kolusi, konspirasi untuk tidak mematuhi perintah ini! Jika Anda tidak bisa, orang lain akan memimpin tentaramu! 

J: Saya laporkan lagi bahwa mengingat tanggung jawab saya terhadap tentara, saya tidak dapat melaksanakan perintah itu. 

K: … Sikap ini hanya merusak kepercayaan diantara pasukan. Jika saya mendapatkan satu divisi lagi (untuk Anda) semuanya akan baik-baik saja. 

J: Itu hanyalah angan-angan. Kita harus bersikap realistis di sini. 

K: Tentara (Ketujuh Belas) belum diserang. Sedikit penguatan di tanah genting (Perekop), dan semuanya akan beres…. 

J: Krimea harus dipertahankan di seluruh perimeternya. Jika tentara Rusia menyerang, malapetaka sudah dekat. Saya harus mengingat sekali lagi contoh yang dihadapi Generalfeldmarschall Paulus di Stalingrad. 

K: Detail pertempuran di sana (Stalingrad) tidak diketahui…. Jika komandan jenderal, Armée ke-17, tidak menjalankan perintah (untuk mempertahankan Krimea) dia akan dianggap melanggar setiap aturan pemindahan tentara. Apakah Anda akan menjalankan perintah atau tidak? 

Jenderal Paul von Kleist, yang mendesak jenderal Jaenecke untuk mempertahan Krimea sesuai dengan kehendak Hitler. (Sumber: https://ww2db.com/)

SEMUA SUDAH TERLAMBAT UNTUK TENTARA KETUJUH BELAS

Jaenecke kemudian meminta waktu untuk memikirkan apa yang dikatakan von Kleist. Setelah mempertimbangkan pilihan, terutama menyerahkan pasukannya kepada seseorang yang tidak sepenuhnya menyadari disposisi pasukannya serta kekuatan dan kelemahan mereka, Jaenecke menyerah. Dia akan mencoba untuk mempertahankan Krimea sebaik mungkin, tetapi bagaimanapun juga, itu sudah terlambat bagi Tentara Ketujuh Belas. Pada akhir bulan, pasukan Tolbukhin telah mencapai tujuan mereka. Krimea sekarang terputus dari pasukan Jerman di daratan. Ketika “gerbang” menuju ke Tanah Genting Perekop ditutup oleh pasukan Front Ukraina ke-4, Angkatan Darat Ketujuh Belas terdiri dari tiga Divisi Infanteri Jerman reguler (Ke-50, 98, 336) dan Divisi Pelatihan ke-153. Ada juga tiga divisi gunung Rumania (ke-1, 2, 3), dua divisi kavaleri Rumania (ke-6 dan 9), dua divisi infanteri Rumania (ke-6 dan 19) dan 1 Divisi asal Slovakia. Campuran divisi akan berubah sedikit selama beberapa bulan ke depan, tetapi akan selalu menjadi tentara yang didominasi oleh divisi asal Rumania. 

Ilustrasi tentara Jerman yang kecapekan di Front Timur. Ketika “gerbang” menuju ke Tanah Genting Perekop ditutup oleh pasukan Front Ukraina ke-4, Angkatan Darat Ketujuh Belas terdiri dari tiga Divisi Infanteri Jerman reguler (Ke-50, 98, 336) dan Divisi Pelatihan ke-153. Ada juga tiga divisi gunung Rumania (ke-1, 2, 3), dua divisi kavaleri Rumania (ke-6 dan 9), dua divisi infanteri Rumania (ke-6 dan 19) dan 1 Divisi asal Slovakia. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

KELEMAHAN DIANTARA DIVISI TENTARA RUMANIA

Tidak ada keraguan bahwa tentara Rumania adalah prajurit yang pemberani, seperti yang ditunjukkan selama penaklukan Krimea tahun 1942. Masalahnya terletak pada kepemimpinan, perbedaan kelas, dan peralatan. Banyak perwira, beberapa di antaranya berkinerja sangat baik, berasal dari bangsawan, sementara sebagian besar tentara adalah petani atau pekerja dari kota. Para perwira makan lebih baik daripada bawahan mereka, dan seorang tamtama terus-menerus diingatkan tentang “tempatnya” dalam urutan kekuasaan tentara. Senapan dan senapan mesin yang mereka pakai sudah ketinggalan zaman, dan sebagian besar unit artileri didasarkan pada meriam kaliber 75mm atau howitzer, meskipun beberapa unit memiliki beberapa meriam kaliber 100mm dan 105mm. Tentara Rumania mungkin mampu bertahan melawan Tentara Merah di tahun 1941, tetapi melawan pasukan Soviet pada akhir tahun 1943, mereka tidak dapat menandingi. Sementara itu, meskipun Angkatan Darat Ketujuh Belas terputus dari daratan, Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman) tetap memasok Krimea. Laksamana Karl Dönitz menjamin bahwa pasukannya di Laut Hitam akan mengirimkan setidaknya 50.000 ton perbekalan per bulan. Konvoi pasokan melakukan perjalanan secara teratur, dikawal oleh kapal-kapal E-boat Jerman dan kapal-kapal perusak Rumania. Sebaliknya armada Laut Hitam Soviet tidak terlihat di mana pun, kapal-kapal beratnya disimpan dengan aman di pelabuhan Kaukasia karena takut diserang oleh pengebom tukik Stuka dari I Fliegerkorps pimpinan Letnan Jenderal Paul Deichmann. Tanpa kendali udara di atas Krimea, Soviet hampir tidak berdaya dalam menghalangi jalur pasokan angkatan laut yang krusial bagi Angkatan Darat Ketujuh Belas. 

Pembom tukik Ju-87 Stuka Jerman. Armada Stuka dari I Fliegerkorps pimpinan Letnan Jenderal Paul Deichmann, sangat bermanfaat untuk mencegah kapal-kapal Armada Laut Hitam Soviet untuk dikerahkan ke Krimea. (Sumber: https://www.hobbymiliter.com/)

PASUKAN JERMAN YANG DISUPLAI BERHASIL BERTAHAN

Saat perang di daratan terus bergerak ke arah barat, Tolbukhin terpaksa meninggalkan dua pasukannya untuk menjaga agar Krimea tetap tertutup. Tentara Soviet lainnya juga ditempatkan di Semenanjung Taman. Pada bulan November, Soviet menyerang posisi Jerman dan Rumania di Perekop, sementara tentara di Taman melakukan pendaratan laut di daerah Kerch. Jenderal Ivan Y. Petrov, yang mengomandani pasukan Soviet selama pengepungan Jerman tahun 1941-42, merebut pantai pada sisi paling timur dari jalur menuju ke semenanjung Krimea. Rencana selanjutnya adalah membuat serangan dua cabang dari arah utara dan selatan. Untuk ini Stalin mengirimkan Marsekal Kliment E. Voroshilov, anggota komando militer tinggi Soviet dan komite pertahanan negara, untuk mengkoordinasikan Operasi Tolbukhin dan Petrov. Meskipun kemajuan dibuat di daerah Sivash dan tempat berpijak bisa didirikan di daerah Kerch, kedua penetrasi ini berhasil ditutup oleh divisi-divisi Jaenecke. Perbekalan bagaimanapun terus berdatangan dari pelabuhan Odessa dan, pada tingkat lebih rendah, dari pelabuhan Constanta di Rumania, dan Luftwaffe mampu membawa bala bantuan dan mengevakuasi yang terluka dengan menggunakan pesawat angkut raksasa Me-323 Gigant yang bermesin enam. Pesawat ini bisa membawa 60-80 tentara atau 39.600 pon (15.240 kg) perbekalan. Untuk sementara, Krimea akan tetap aman di tangan Jerman.

Pesawat-pesawat angkut raksasa Me-323 Gigant turut dikerahkan Jerman untuk memasok pasukannya yang terkepung di Krimea. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

KEAMANAN PALSU MENGHINGGAPI TENTARA KETUJUH BELAS

Sementara sisa tentara Heeresgruppe A berjuang mempertahankan diri selama musim dingin tahun 1943, para prajurit dari Tentara Ketujuh Belas, sebagian besar, dibiarkan dalam situasi damai. Rasa aman palsu secara bertahap menyebar ke seluruh jajaran, dan pembangunan kembali benteng Soviet yang hancur melambat menjadi seperti merangkak ketika unit-unit insinyur diperintahkan untuk menjalankan tugas-tugas lain. Orang-orang dari divisi infanteri mendapati diri mereka tidak memiliki banyak pekerjaan kecuali memerangi kebosanan dari rutinitas sehari-hari mereka. Di markas Jaenecke, berbagai rencana disusun untuk perintah evakuasi yang pasti akan datang, tetapi rasa tidak enak yang mempengaruhi para perwira dan prajurit junior sudah menyebar ke markas yang lebih tinggi seiring minggu-minggu tanpa aktivitas berubah menjadi berbulan-bulan. Luftwaffe dan Kriegsmarine sama-sama aktif dalam mengangkut perbekalan dan menjaga Armada Laut Hitam tetap tidak kemana-mana, tetapi bagi tentara, tidak banyak yang bisa dilakukan selain menunggu. Pada bulan Januari dan Februari 1944, Soviet melancarkan serangan besar-besaran terhadap Angkatan Darat Keenam di Nikopol dan Krivoi Rog. Setelah operasi yang sukses ini, Front Ukraina ke-3 Malinovsky terus menghantam Angkatan Darat Keenam, merebut Kherson dan memaksa pasukan Hollidt kembali ke pertahanan di Sungai Bug. Posisi si Bug tidak bertahan lama, dan pada akhir bulan Maret pasukan Soviet sudah menyeberangi sungai dan menuju Odessa. 

Ofensif tentara Merah di Front Timur tahun 1943-1944. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)

HITLER YANG MARAH MULAI MEMECATI JENDERAL-JENDERAL DI FRONT TIMUR

Hollidt diperintahkan untuk menguasai kota dengan segala cara. Sisa-sisa beberapa divisi Jerman dan Rumania yang babak belur berusaha membentuk lingkaran di sekitar kota, tetapi pasukan Soviet sudah ada didepan kota. Hitler, yang marah karena keruntuhan front di Rusia selatan, telah memecat von Manstein pada tanggal 30 Maret. Von Kleist pergi keesokan harinya, digantikan oleh Kolonel Jenderal Ferdinand Schörner (Hitler juga mengganti nama menjadi Heeresgruppen Süd dan A, mengubahnya menjadi Heeresgruppen Nordukraine dan Südukraine). Hollidt adalah korban berikutnya, digantikan “untuk alasan kesehatan” selama minggu pertama bulan April oleh Jenderal Maximilian de Angelis. Jaenecke untuk sementara lolos dari kemarahan Hitler. Berkat aliran pasokan dan bala bantuan yang stabil, Angkatan Darat Ketujuh Belasnya sekarang memiliki lima divisi infanteri Jerman (Divisi ke-50, 73, 98, 111, dan 336) dan dua brigade meriam serbu di samping tujuh divisi Rumania yang masih berada di semenanjung. Pada tanggal 7 April Schörner berkunjung ke Krimea, memeriksa pertahanan Jaenecke dan menyatakan bahwa semenanjung itu dapat dipertahankan “untuk waktu yang lama,” sebelum terbang ke markasnya sendiri. Sore itu juga, pasukan Soviet menyerang.

Kolonel Jenderal Ferdinand Schörner. (Sumber: https://commons.wikimedia.org/)

SOVIET MELEPASKAN SERANGAN PADA DIVISI-DIVISI JERMAN DAN RUMANIA

Angkatan Darat ke-51 pimpinan Jenderal Y.G. Kreizer menyerang Divisi Infanteri Rumania ke-10 di beberapa daerah, mencari titik lemah di garis depan menghadapi Sivash. Pasukan Brigadir Jenderal Constantin Testioreance nyaris tidak mempertahankan posisi mereka pada malam hari. Keesokan paginya, serangan utama Angkatan Darat ke-51 jatuh pada orang-orang Rumania yang ketakutan dan tetangga Jerman mereka. Tanah Genting Perekop dipertahankan oleh Korps Gunung IL pimpinan Jenderal Rudolf Konrad (terdiri dari Divisi Infanteri ke-50, 111, dan 336, Divisi Infanteri Rumania ke-10 dan ke-19, dan Divisi Kavaleri Rumania ke-9). Sekitar pukul 9 pagi pada tanggal 8 April, front Konrad diguncang oleh rentetan tembakan artileri berat. Segera setelah pemboman, Korps III Kreizer (Divisi Senapan Pengawal ke-1, Divisi Senapan ke-10 dan ke-63) menyerbu posisi Jerman dan Rumania. Pada saat yang sama, Angkatan Darat Pengawal ke-2 pimpinan Jenderal G.F. Zakharov (terdiri dari Korps Senapan Pengawal ke-13, Korps Senapan ke-54 dan ke-55) menyerang posisi pasukan  Konrad di Perekop. Kedua tentara ini memiliki gabungan personel total 278.000 prajurit, yang didukung oleh 347 tank dan 1.785 meriam dan mortir. Pertahanan Jerman dan Rumania ada di posisi yang dikenal sebagai Parit Tartar, tetapi daerah itu tidak lagi dapat dipertahankan karena keunggulan Soviet yang luar biasa. Konrad kemudian menerima kata sandi Adler (Eagle) pada larut malam tanggal 9 April, yang memerintahkan dia untuk mundur. Jenderal lalu Konrad segera mulai menarik divisi-divisinya yang babak belur keluar dari garis pertahanan awal dan mundur cepat menuju Garis Gneisenau, yang merupakan posisi pemblokiran yang melingkari kota Simferopol dan menutupi jalan utama menuju Sevastopol. 

Serangan Soviet di Krimea. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

PESAN TERLAMBAT UNTUK MUNDUR 

Di Kerch, Tentara Pesisir Independen (sebelumnya Front Kaukasus Utara) di bawah pimpinan Jenderal A.I. Yeremenko juga mulai melancarkan serangan penyelidikan. Yeremenko memiliki dua korps (Korps Senapan ke-11 dan Korps Senapan Pengawal ke-16) dengan 12 divisi senapan, dua brigade senapan, dan satu brigade tank independen (total ada 135.562 prajurit, 212 tank, dan 961 senjata artileri). Dia menghadapi Korps Angkatan Darat V pimpinan Jenderal Karl Allmendinger (terdiri dari Divisi Infanteri ke-73 dan ke-98, Divisi Kavaleri Rumania ke-6, dan divisi Pegunungan Rumania ke-3). Ketika Allmendinger menerima pesan Adler, divisinya memulai gerak mundur 150 mil (241 km) ke Garis Gneisenau, dengan pasukan Yeremenko melakukan pengejaran. Tahap pertama gerak mundur membawa divisi-divisi Allmendinger kembali ke Garis Parpach, yang membentang di bagian tersempit dari Semenanjung Kerch. Meskipun menderita kerugian besar dari unit-unit mekanis dan lapis baja Soviet, anak buahnya berhasil melawannya dengan baik. Artileri Jerman, yang digunakan di garis utama perlawanan, menyebabkan banyak korban di antara pasukan dan mesin Rusia yang bergerak maju, tetapi Garis Parpach segera menjadi tidak dapat dipertahankan. Dengan pasukan Tolbukhin bergerak maju dari utara, mengancam bagian belakang Korps Angkatan Darat V, Allmendinger tidak punya pilihan selain meninggalkan posisinya dan mencoba mencapai Garis Gneisenau. 

Tentara Rusia memindahkan lambang swastika dari sebuah pabrik di Voykova, Kerch. 1944. (Sumber: https://historyimages.blogspot.com/)

UNIT ARTILERI JERMAN HANCUR DI PEGUNUNGAN YALTA

Pengejaran Yeremenko tertahan oleh unit-unit antitank dan infanteri yang ditempatkan secara strategis yang menduduki jalur pegunungan dan persimpangan jalan penting hingga menit terakhir sebelum mundur ke posisi baru lebih jauh ke barat. Sayangnya bagi pihak Jerman, jalur Pegunungan Yalta terbukti terlalu banyak untuk bisa dilewati oleh unit artileri yang ditarik kuda dan senjata besar harus diledakkan, yang menghilangkan dukungan artileri penting Korps Angkatan Darat V. Ketika Allmendinger mencapai Garis Gneisenau, dia mengetahui bahwa posisinya telah ditembus di bagian utara oleh pasukan Tolbukhin. Anak buahnya, di ambang kehancuran, dan harus terus mundur ke daerah berbenteng di sekitar Sevastopol. Bersamaan dengan berita ini muncul laporan yang tidak menyenangkan bahwa Odessa telah jatuh, memutus mata rantai pasokan utama Jaenecke. 

Perbentengan di Sevastopol. (Sumber: https://daydaynews.cc/)

PERANG ATRISI MENIMBULKAN KORBAN PADA UNIT-UNIT RUMANIA

Unit Allmendinger memasuki garis pertahanan utama Sevastopol pada tanggal 16 April, bergabung dengan Korps Gunung IL Konrad, yang telah menduduki bagian utara garis itu pada tanggal 14. Selama delapan hari pertama serangan Soviet, Angkatan Darat Ketujuh Belas telah kehilangan 13.131 tentara Jerman dan 17.652 tentara Rumania. Kondisi unit Rumania membuat mereka tidak layak dan tidak dapat diandalkan dalam situasi pertempuran lebih lanjut, dan Jaenecke merekomendasikan agar mereka dievakuasi sesegera mungkin. Lima divisi Jermannya juga babak belur. Sudah di bawah kekuatan seharusnya ketika serangan Soviet dimulai, mereka sekarang ukurannya tidak lebih dari resimen yang diperkuat. Jaenecke kemudian mengorganisir mereka menjadi lima kelompok tempur dan mendukung mereka dengan senjata serbu, artileri, dan senjata antipesawat yang tersisa dalam gerak mundur. Sementara itu, tiga tentara Soviet bersiap untuk melancarkan serangan terakhir. 

Tentara Rumania. Perang atrisi di Krimea menimbulkan banyak korban diantara tentara Jerman dan Rumania. (Sumber: https://www.rbth.com/)

PERMOHONAN LAIN UNTUK MUNDUR

Sekarang terserah para komandan Jerman untuk membuat permintaan lain untuk bisa melakukan evakuasi dari Krimea. Karena Angkatan Darat Ketujuh Belas hanya tinggal menguasai sebagian kecil semenanjung, baik Schörner dan Jaenecke berpendapat bahwa tidak ada gunanya mengorbankan lima divisi dalam upaya sia-sia untuk tetap berada di sana. OKH telah menyetujui bahwa unit-unit transportasi, tawanan perang, dan personel tidak penting lainnya dapat diangkut melintasi Laut Hitam ke Rumania, dan lebih dari 67.000 telah melakukan perjalanan. Luftwaffe sementara itu masih menahan Angkatan Udara Tentara Merah dan Armada Laut Hitam, tetapi pasukan Soviet menjadi lebih berani. Pada tanggal 19 April, Schörner mengulangi permintaannya untuk melakukan evakuasi. Dia memberi tahu Zeitzler bahwa kerugian Luftwaffe dan Kriegsmarine mulai meningkat, dan bahwa unit Rumania, yang tidak berguna, sudah menunggu untuk diberangkatkan. Peringatannya tidak diindahkan. Bahkan kunjungan pribadinya ke Hitler di Berghof gagal mempengaruhi Führer. Setelah mendengarkan Schörner, Hitler menjanjikan bala bantuan untuk Krimea (janji yang tidak ditepati), tetapi memerintahkan agar tidak ada pasukan tempur Jerman yang dievakuasi dari semenanjung.

Armada pembom tentara merah Soviet. (Sumber: https://kplanes.tumblr.com/)

MEMBAYAR KETIDAKAKTIFAN DI TAHUN TERAKHIR 

Tolbukhin tidak terburu-buru menyerbu pertahanan Jerman. Pasukannya direntangkan di sepanjang beberapa jalan yang bisa digunakan di semenanjung itu, dan kecil kemungkinan pasukan Jerman akan, atau bisa, melancarkan serangan dari garis pertahanan Sevastopol. Sementara lebih banyak divisi berjalan menuju pelabuhan yang terkepung, jenderal Soviet dan stafnya mengerjakan rencana untuk melancarkan serangan terakhir. Adapun “Tentara” pimpinan Jaenecke, akibat ketidakaktifan dan kebosanan yang telah terjadi selama setahun terakhir sekarang mereka harus membayar akibatnya. Garis pertahanan utama berada dalam kondisi yang relatif baik, tetapi posisi di belakang garis pertahanan utama hampir menggelikan. Doktrin Jerman mengharuskan garis pertahanan kedua dan, jika mungkin, garis ketiga dibangun dan dijaga di belakang garis utama, tetapi garis tersebut tidak ada di Sevastopol. Bahkan jika ada pertahanan seperti itu, tidak ada cukup pasukan untuk mendudukinya. Karena adanya batu kapur yang keras, parit-parit itu tidak dapat digali cukup dalam di Sevastopol. Unit-unit Jerman juga tidak dalam kondisi yang jauh lebih baik daripada pertahanan mereka. Korps Angkatan Darat ke-V Allmendinger telah kehilangan semua unit artileri beratnya dan beberapa unit, seperti Divisi Infanteri ke-98, tidak memiliki peralatan yang kuat. Benar-benar putus asa, Jaenecke lalu mengirim pesan ke markas besar Hitler menuntut kebebasan bertindak—tiga kata yang tidak dapat diterima oleh Hitler. Itu adalah upaya terakhirnya. Di sisi lain pasukan Russia masih “memberi” Tentara Ketujuh Belas kesempatan terakhir untuk menyelamatkan diri. Meski bisa mencapai Sevastopol lebih cepat dari yang mereka rencanakan, mereka membutuhkan 2 minggu terakhir di bulan April dan minggu pertama di bulan Mei untuk mempersiapkan diri. Tapi Hitler menolak untuk memanfaatkan kesempatan ini.

Tentara Jerman dan Rumania. Akibat ketidakaktifan dan kebosanan yang telah terjadi selama setahun terakhir di Krimea sekarang tentara Jerman harus membayar akibatnya. (Sumber: https://www.rbth.com/)

LEBIH BANYAK PERUBAHAN DALAM KOMANDO JERMAN

Di akhir bulan April, Hitler memanggil Jaenecke ke Berghov dan menjanjikannya “banyak” perkuatan. Faktanya apa yang disebut perkuatan itu hanyalah terdiri dari 4 batalyon rekrutan baru yang baru separuh dilatih. Jaenecke marah dan mengirim surat meminta agar Tentara Ketujuh Belas ditempatkan secara langsung dibawah komando tertinggi angkatan darat Jerman, dimana dengan ini Hitler akan bertanggungjawab langsung atas kehancuran tentaranya di kemudian hari. Pada hari-hari terakhir di bulan April Jaenecke merasa lega, setelah dinyatakan tidak fit dalam mempertahankan Sevastopol, ia digantikan oleh Allmendinger. Pengganti Allmendinger adalah Letnan Jenderal Friedrich-Wilhelm Müller. Konrad segera mengikuti, digantikan oleh Jenderal Walter Hartmann yang berlengan satu dan berkaki satu, yang mengenakan medali Oak Leaves to the Knight’s Cross yang didambakan. Perubahan dalam komando, bagaimanapun, tidak banyak mempengaruhi situasi secara keseluruhan. Mungkin akan lebih membantu jika Hitler menepati janjinya dan mengirim bala bantuan sebagai gantinya. Pada awal bulan Mei, setelah menerima penggantian dan bala bantuan, Tolbukhin sudah siap. Tentara Pesisir Independen juga telah ditempatkan di bawah komandonya, dan jenderal Soviet itu sekarang memiliki sekitar 470.000 prajurit, 600 tank, dan 6.000 meriam dan mortir untuk menyerang daerah yang dibentengi di Sevastopol. Serangan itu akan bercabang dua, dengan Tentara Pengawal ke-2 melakukan serangan tipuan di perimeter utara, dan Angkatan Darat ke-51, dibantu oleh Tentara Pesisir Independen, melakukan serangan utama di timur dan tenggara. Pukul 09:30 tanggal 5 Mei, Tolbukhin memulai serangan dengan pemboman artileri besar-besaran. Sekitar 300 meriam dan mortir digunakan untuk meledakkan setiap kilometer dari front Jerman. Sementara Tentara Pengawal ke-2 menahan pasukan Jerman di utara, Tentara ke-51 Kreizer melancarkan serangan terhadap posisi musuh di Perbukitan Sapun. Di malam hari, “langit Sevastopol berwarna merah”, demikian lapor seorang koresponden asal Soviet, “kota itu dipenuhi suara motor dan ledakan, seperti gunung meletus. Tentara Jerman menembakkan senjata-senjata anti pesawat dan tirai tembakan itu sangat tebal sehingga seolah-olah hujan api berjatuhan di seluruh kota. Akan tetapi pesawat-pesawat kita menembus tirai api ini, menjatuhkan bom-bom nya dan menenggelamkan kapal-kapal di lautan, sementara pesawat-pesawat transport Ju-52 ditembak jatuh saat mencoba terbang dari landasan udara.”

Rongsokan pesawat angkut Ju-52. Pesawat-pesawat transport Ju-52 ditembak jatuh saat mencoba terbang dari landasan udara di Krimea. (Sumber: https://9gag.com/)

ANGKATAN UDARA TENTARA MERAH KELUAR DARI PERSEMBUNYIAN

Korps Senapan ke-63 mempelopori serangan itu, didukung oleh Korps Pengawal ke-1. Segera setelah kedua korps membuat lubang di garis pertahanan Jerman, penerobosan itu dimanfaatkan oleh Korps Senapan ke-10. Angkatan Udara Tentara Merah sekarang muncul dengan kekuatannya, memberondong dan mengebom posisi Jerman dan berhasil menantang Luftwaffe yang kewalahan untuk mendapatkan superioritas udara sementara di atas Krimea. Allmendinger kemudian memerintahkan anak buahnya untuk bertahan, tetapi ia terbukti meminta terlalu banyak untuk pasukannya yang babak belur. Pada pukul 6 sore, pihak Jerman telah menderita sekitar 5.000 korban, dan garis pertahanan mereka terancam akan retak di beberapa tempat. Di pihak Soviet, Tolbukhin menekan komandannya untuk terus menyerang sepanjang malam, berharap bisa melakukan terobosan yang menentukan. Pertempuran sengit berlanjut sepanjang tanggal 7, dengan pasukan Jerman berusaha mati-matian untuk mempertahankan Perbukitan Sapun yang sangat penting, pintu gerbang ke Sevastopol dari selatan. Itu tidak ada gunanya. Pada tanggal 8 Mei, Korps Senapan ke-63 berhasil merobek-robek pertahanan terakhir Jerman. Korps Senapan ke-10 kemudian bergerak maju, membelah garis pertahanan musuh yang terbuka lebar dan melaju menuju Sevastopol. Sebuah serangan balik Jerman gagal menghentikan eksploitasi Soviet. Schörner, mengetahui bahwa semuanya gagal, dan mengirim sinyal lain ke markas Hitler—“Minta evakuasi karena pertahanan Sevastopol lebih lanjut tidak mungkin lagi.” 

Kepungan tentara Soviet di Krimea. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Perwira Rusia berpose di atas bangkai pesawat tempur Messerschmitt Jerman yang jatuh tahun 1944. (Sumber: https://historyimages.blogspot.com/)

HITLER AKHIRNYA MENGALAH 

Akhirnya, pada dini hari tanggal 9 Mei, Hitler setuju. Allmendinger segera memulai evakuasi Sevastopol, yang berada di bawah tembakan artileri berat, dan mundur ke benteng terakhirnya, Cape Kherson, di ujung barat daya semenanjung. Selama 4 malam berturut-turut, konvoi kapal mengangkut para prajurit yang masih tersisa ke Kherson. Pada pukul 4 sore tanggal 13, unit Jerman terakhir telah meninggalkan Sevastopol, dan pasukan Soviet mulai bergerak dengan hati-hati ke dalam kota. Benteng Jerman di sekitar Tanjung Kherson jauh lebih baik dari posisi sebelumnya. Parit yang dalam dan benteng beton memberi pasukan rasa aman yang tidak terasa di daerah lain di Krimea. Front sempit juga menghalangi serangan massal divisi-divisi Soviet, yang hanya bisa memusatkan beberapa unit untuk setiap serangan. Pada tanggal 10 Mei, pasukan Soviet menyerang posisi Jerman tujuh kali tanpa hasil. Tembakan artileri menghantam sisa-sisa Tentara Ketujuh Belas tanpa ampun, tetapi benteng yang kuat bertahan di bawah pengeboman berat.

Pasukan Jerman di dekat Kherson, Ukraina. (Sumber: https://id.pinterest.com/)

PASUKAN JERMAN DIPERINTAHKAN UNTUK KEMBALI KE PANTAI

Pada tanggal 11 Mei serangan Soviet baru dilancarkan. Mengetahui bahwa akhir sudah dekat, Allmendinger telah menghubungi Laksamana Otto Schulz, komandan angkatan laut Jerman, menyuruhnya mengirim semua kapal yang tersedia untuk mengevakuasi anak buahnya. Sebuah armada Jerman akan tiba setelah malam tiba untuk memulai evakuasi pasukan yang tersisa. Pukul 11 malam, sinyal diberikan kepada semua unit untuk kembali ke pantai dan menggali pertahanan di sekitar titik pendaratan yang telah ditentukan untuk menunggu kedatangan kapal-kapal Jerman. Saat itulah hal-hal mulai menjadi sangat salah. Anak buah Allmendinger telah berhasil melepaskan diri dari garis pertahanan utama dan berhasil mencapai pantai, tetapi kapal-kapal Jerman tidak ada di sana. Schulz memang tiba dengan armadanya, tetapi saluran radio yang dia rencanakan untuk digunakan untuk memandu masing-masing kapal ke titik pemuatan mereka sedang macet. Laksamana yang frustrasi kemudian memerintahkan sinyal yang dikirim melalui saluran lain ke semua kapal, memerintahkan mereka untuk berkumpul di dekat muara Teluk Kamyshevaya, tak jauh dari Tanjung Kherson, sehingga mereka dapat berlayar ke titik keberangkatan. Pesan itu juga hilang dalam gelombang udara. 

Situasi di Krimea sebagaimana dimuat di Charlotte News pada 12 April 1944. (Sumber: https://historyimages.blogspot.com/)

EVAKUASI YANG BUTA DAN TULI 

Untuk memperumit masalah, drum asap, yang dipasang di sekitar instalasi jika terjadi serangan udara, diledakkan oleh artileri Soviet yang menggempur daerah tersebut. Yang lain sengaja dibakar oleh unit-unit Jerman untuk memberi mereka perlindungan lebih saat mereka menunggu untuk berangkat. Hasilnya adalah tabir asap besar yang mengaburkan dermaga dan area pendaratan, sehingga hampir mustahil bagi kapal-kapal Jerman untuk melihat tujuan yang telah ditentukan. Banyak nakhoda Jerman yang lebih pemberani berhasil mencapai pantai meskipun mengalami kesulitan. Feri, kapal motor-torpedo, dan beberapa kapal pengangkut meraba-raba jalan mereka melalui asap tebal untuk menemukan pasukan Allmendinger dan membawa mereka ke tempat yang aman. Pada tanggal 11 Mei, kapal tanker Jerman Friederike ditorpedo dan dirusak berat oleh kapal selam Soviet L-4, yang menghalangi partisipasinya dalam proses evakuasi. Sementara itu, tidak ada kapal perang Angkatan Laut Rumania yang hilang selama evakuasi, namun kapal perusak Regele Ferdinand nyaris tenggelam. Dia terkena bom udara besar, yang jatuh di tangki bahan bakarnya, tetapi gagal meledak. Secara keseluruhan, 31.708 orang yang tersisa akhirnya berhasil kembali dengan selamat ke Rumania. Di beberapa tempat, bagaimanapun, keberuntungan sedang melawan orang-orang Jerman. Divisi Infanteri ke-111 Mayor Jenderal Erich Gruner, yang baru tiba di Krimea dua bulan sebelumnya, tidak memiliki satu kapal besar pun yang berhasil mencapai titik keberangkatan divisi tersebut. Saat fajar menyingsing pada tanggal 12 Mei, sebagian besar personel divisi masih berada di pantai, dan menjadi target yang empuk bagi tentara Soviet. Lebih dari 26.000 tentara tertinggal di pantai dan menjadi tawanan perang. Karena perlawanan lebih lanjut menjadi tidak masuk akal, sekitar pukul 08:00 sebagian besar pasukan yang tersisa di daerah titik-titik keberangkatan utara, termasuk komandan Divisi Infanteri ke-73, Mayor Jenderal Böhme, menyerah kepada tentara Soviet. “Tanjung itu,” kata Jenderal Sergei Shtemenko dari Russia, “dipenuhi dengan tank, kendaraan, meriam, dan mortir Jerman. Hal ini menunjukkan efek dari pemboman dan tembakan artileri Soviet yang merata. Berbagai jenis peralatan ditinggalkan di parit dan tanjakan dari arah pantai. Mayat-mayat manusia sudah dibersihkan, tapi bau busuknya masih menggantung di udara. Sejauh mata memandang, laut dipenuhi dengan bangkai kuda membengkak yang dihempaskan gelombang dan membusuk terkena panas matahari.”

Kapal perusak Rumania Regele Ferdinand. Tidak ada kapal perang Angkatan Laut Rumania yang hilang selama evakuasi, namun kapal perusak Regele Ferdinand nyaris tenggelam karena terkena bom udara besar, yang jatuh di tangki bahan bakarnya, tetapi gagal meledak. (Sumber: https://en.m.wikipedia.org/)
Pasukan Soviet menangkapi personel Kriegsmarine, yang kapalnya ditenggelamkan. (Sumber: https://kplanes.tumblr.com/)

DIVISI JERMAN MENGHADAPI KEMARAHAN TENTARA SOVIET

Marah karena begitu banyak prajurit Jerman yang lolos, tentara Soviet menyerang divisi Jerman yang nyaris tak berdaya dengan tank dan prajurit infanteri. Ketika Gruner menjadi korban peluru tank Rusia, perlawanan segera berhenti. Laporan saksi mata berbicara tentang para perwira Jerman dan pembantu asal Rusianya yang dibariskan dan ditembak setelah divisi itu menyerah. Inilah akhir yang pahit bagi usaha Hitler di Krimea. Sejak serangan Soviet dimulai pada bulan April, 31.700 orang Jerman dan 25.800 orang Rumania telah terbunuh atau terluka. 20.000 lainnya hilang dalam pertempuran, dan beberapa ribu lainnya ditangkap. Soviet melaporkan kerugian mereka baik yang terbunuh dan terluka berjumlah 84.331. Di akhir pertempuran, Hitler seperti biasa mencari kambing hitam atas kekalahan Jerman. Setelah jatuhnya Krimea, Jaenecke dianggap bertanggung jawab, dan ditangkap di Rumania serta diadili di pengadilan militer. Hanya campur tangan Heinz Guderian lah yang bisa menyelamatkan hidupnya. Dia kemudian diberhentikan dari tentara pada tanggal 31 Januari 1945. Baik Jaenecke maupun Allmendinger tidak akan pernah lagi diberikan komando atas tentara Jerman.

Berita pasukan Jerman mundur dari Krimea. (Sumber: https://1.bp.blogspot.com/)
Seorang tentara Jerman menyerah pada tahun 1944 di Krimea. (Sumber: https://historyimages.blogspot.com/)

“KRIMEA ADALAH KURUNGAN  TAWANAN TERBESAR KAMI” 

Kerugian yang terjadi di Krimea dapat diarahkan langsung pada kegilaan Hitler karena memaksakan pasukannya menguasai setiap inci wilayah, bahkan ketika wilayah itu tidak lagi penting secara strategis. Pasukan Soviet telah lama melewati semenanjung saat mereka terus bergerak maju ke barat, dan bahkan perwira intelijen Soviet terkejut, dan agak geli, melihat bagaimana Tentara Ketujuh Belas digunakan. Seorang perwira Soviet, yang menginterogasi seorang perwira Jerman yang ditangkap selama pertempuran, membuat pengamatan ini: “Kami tidak terburu-buru untuk merebut Krimea. Bagaimanapun, itu adalah kurungan POW terbesar kami. Para prajurit Jerman sebenarnya adalah tawanan di semenanjung itu sejak bulan November 1943. Mereka dibiarkan menjaga diri mereka sendiri. Mereka menyediakan diri mereka sendiri untuk dikurung. Mereka pergi cuti dan bahkan kembali ke Krimea dengan keinginan mereka sendiri.” Pada musim semi tahun 1944, serangan-serangan besar Russia telah merobek-robek garis pertahanan Jerman dan mendesak mereka 300 mil (482 km) ke arah barat. Di sebelah utara, garis depan Jerman telah terdesak hingga perbatasan negara-negara Baltik. Di selatan, dari rawa-rawa Pripyat sampai Laut Hitam, desakan Russia, secara umum telah menyebabkan Jerman kehilangan seluruh Ukraina dan mengembalikan kedudukan Soviet ke perbatasan Rumania dan Polandia, seperti pada masa sebelum tahun 1939. Hanya di bagian tengah, di Belarussia, tentara Jerman mampu mempertahankan garis depan pada beberapa bulan awal tahun 1944, dan ini lebih karena Grup Angkatan Darat Tengah Jerman tidak mendapat serangan tentara Russia. Bagi Grup Tentara ini, ancaman Russia belumlah datang.

Tawanan Jerman di Krimea. (Sumber: https://1.bp.blogspot.com/)
Papan nama Jerman di pintu masuk ke tepi laut di Sevastapol. Bukti bahwa Jerman pernah menguasi Krimea sebentar. (Sumber: https://historyimages.blogspot.com/)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

The Eastern Front: Germany’s Futile Battle For Crimea By Pat McTaggart

Time-Life World War II series: The Soviet Juggernaut by Earl F. Ziemke, 1980; p 108-111

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Crimean_offensive

Downfall: Decline Of Nazi Germany: Crimea, 1944

https://historyimages.blogspot.com/2012/03/downfall-decline-of-nazi-germany-crimea.html?m=1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *