Perang Dunia II

William O Darby, Bapak Ranger Amerika Modern, Yang Memimpin dari Depan

Pada pagi hari Jumat, tanggal 18 Februari 1944, kelompok baru unit panzergrenadier Jerman yang didukung oleh tank menyapu ke selatan dari posisi pertahanan mereka di Anzio dan menyerbu posisi garis depan tentara Amerika di Aprilia, delapan mil (12,8 km) di utara pantai pendaratan. Di antara unit-unit Amerika yang paling terpukul dalam serangan balik Jerman adalah Resimen Infantri ke-179 dan ke-180, yang baru-baru ini dikerahkan dari satuan cadangan Amerika. Ratusan tentara Amerika menyerah kepada tentara Jerman ketika mereka dikepung. Sebagai akibat dari demoralisasi ini, Mayor Jenderal John Lucas, mengirim komandan pasukan Ranger Angkatan Darat AS Letnan Kolonel William Orlando Darby untuk mengambil alih komando Resimen Infanteri ke-179 yang hancur. Darby tiba di markas resimen sore itu untuk memulihkan ketertiban dan, dia berharap, juga bisa meningkatkan semangat resimen. Ketika seorang komandan batalion bertanya apakah dia akan digantikan karena kehilangan batalionnya, Darby siap menjawab. “Tenang saja, Nak,” katanya. “Saya baru saja kehilangan tiga batalyon. Tapi perang harus terus berlanjut.” Darby tidak asing dengan rasa frustrasi, keraguan diri, dan sakit hati yang dirasakan oleh pasukan Amerika di Anzio. Komandan veteran itu mengacu pada kerugian besar yang diderita oleh tiga batalyon Ranger Angkatan Darat A.S., yang telah dia besarkan dan latih, dalam serangan yang tidak direncanakan dengan baik terhadap posisi Jerman yang telah bertahan kuat di Anzio pada tanggal 30 Januari. Darby masih belum sepenuhnya bisa menerima peristiwa yang menghancurkan itu, tetapi dia tahu bahwa tugas menuntut dia untuk tegar. Dua tahun sebelumnya, pada akhir bulan Januari 1942, Kapten Darby saat itu telah tiba di Belfast, Irlandia, bersama Divisi Infanteri ke-34 AS pimpinan Mayor Jenderal Russell Hartle. Divisi Infanteri ke-34 dan Divisi Lapis Baja ke-1 membentuk Korps ke-V A.S. Darby saat itu bertugas sebagai ajudan Hartle. Divisi tersebut telah berlayar ke Irlandia untuk berlatih menghadapi invasi yang tertunda ke Afrika Utara yang dikuasai pemerintah Vichy Prancis. 

Kolonel William O. Darby – yang dikenal sebagai bapak Rangers Amerika Modern – memimpin tentara elit ini meraih kemenangan di Afrika Utara, Sisilia, dan Italia. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

DARBY, SI PEMIMPIN ALAMI

Darby lahir pada tanggal 8 Februari 1911 di Fort Smith, Arkansas. Seorang yang gemar membaca, anggota Pramuka dan taat ke gereja, Darby memiliki cita-cita masuk Akademi Militer AS setelah lulus dari Fort Smith High School pada tahun 1929. Tampan dengan rahang berbentuk persegi, mata biru cerah, dan seringai lebar, antusiasme bawaannya membuat anggota Perwakilan Rakyat AS Otis Wingo untuk mencalonkan Darby sebagai kandidat alternatif kedua untuk Akademi Militer AS di West Point. Ketika calon alternatif pertama tidak dapat hadir, Darby mengisi kekosongan tersebut. Sebagai kapten kadet, Darby mendemonstrasikan kemampuan kepemimpinannya saat ditempatkan sebagai penanggung jawab sebuah kompi di Korps Kadet. Darby lulus dari West Point pada tahun 1933 dengan pangkat sebagai letnan dua di unit artileri. Dia ada di peringkat 177 dari 346 siswa. Dia melapor ke Fort Bliss, Texas, di mana dia ditugaskan ke unit Artileri Lapangan ke-82 dari Divisi Kavaleri ke-1, sebagai petugas perbekalan. Setelah delapan tahun bertugas di unit artileri, dia dipromosikan menjadi kapten pada tahun 1940 dan kemudian bertugas di Divisi ke-80 di Camp Jackson, Carolina Selatan. Saat Jerman menginvasi Prancis pada tahun itu, Darby termasuk di antara lebih dari 70.000 tentara yang berpartisipasi dalam manuver lapangan di Camp Beauregard, Louisiana, untuk menguji kesiapan Angkatan Darat Amerika berperang. Dengan perang yang tampaknya akan segera terjadi, pada bulan November 1941, Kapten Darby menerima perintah untuk pergi ke Hawaii.

Manuver tempur di Louisiana pada tahun 1941. Latihan tersebut, yang melibatkan sekitar 400.000 tentara, dirancang untuk mengevaluasi pelatihan, logistik, doktrin, dan komandan militer AS. (Sumber: https://www.historynet.com/)
Serangan Jepang di Pearl Harbour, desember 1941 membuat Darby menerima perintah baru yang mengirimkannya ke arah yang berlawanan, ke Irlandia Utara, sebagai bagian dari Angkatan Darat A.S., yang ditempatkan di Irlandia Utara. (Sumber: https://junior.scholastic.com/)

Sebelum dia pergi, Pearl Harbor diserang dan Amerika Serikat resmi memasuki Perang Dunia II. Darby lalu menerima perintah baru yang mengirimnya ke arah yang berlawanan, ke Irlandia Utara, sebagai bagian dari Angkatan Darat A.S., yang ditempatkan di Irlandia Utara. Pada tanggal 15 Januari 1942, dia berlayar ke Belfast dengan elemen pertama dari Divisi Infanteri ke-34 untuk mendarat di Irlandia Utara. Darby kemudian menjabat sebagai aide-de-camp untuk Mayjen. Russell Hartle, komandan pasukan Angkatan Darat A.S. di Irlandia Utara. Para prajurit Korps ke-V yang telah mencapai Irlandia pertama kali harus duduk diam sementara sisa prajurit di divisinya tiba selama empat bulan berikutnya. Darby sangat merindukan aktivitas sehingga dia mengajukan permintaan untuk dipindahkan, tetapi ditolak. 

PEMBENTUKAN RANGER DARBY

Sementara itu, ketika AS memasuki Perang Dunia II, Angkatan Daratnya sangat tidak siap. Tidak ada kemampuan Operasi Khusus, tidak ada dinas intelijen dan kekurangan peralatan dan pelatihan secara umum. Kepala Staf Angkatan Darat George C. Marshall kemudian mengeluarkan perintah kepada Kolonel Lucian Truscott, salah satu perwira paling menjanjikan yang dimiliki divisi infanteri itu, untuk mengatur pelatihan dengan pasukan Inggris. Idenya adalah menbentuk Batalyon Ranger ke-1, yang hanya akan menjadi organisasi sementara untuk menyebarkan pengalaman tempurnya ke unit infanteri Amerika yang baru. Batalyon tersebut untuk sementara akan menempatkan personel Ranger di unit Komando Inggris ketika mereka melakukan serangan-serangan Hit and Run di negara-negara yang dikuasai Jerman di Eropa. Kemudian, personel Ranger itu, dengan pengalaman tempurnya, akan kembali ke Angkatan Darat Amerika dan disebar untuk berbagi pengalaman baru mereka. Unit-unit Ranger tambahan, setelah menjalani pelatihan Komando Inggris, akan kembali ke Amerika Serikat untuk melatih lebih banyak pasukan. Truscott memilih nama “Rangers” karena dua alasan: Pertama, orang-orang Inggris telah menggunakan nama “Commandos” untuk satuan khususnya. Kedua, Amerika selama Perang Prancis dan Indian telah mengorganisir “Rogers’ Rangers” di bawah komando Robert Rogers. Truscott telah melihat film baru-baru ini tentang aksi Rogers, “Northwest Passage” dengan Spencer Tracy yang memerankan pemimpin para Koloni dan Robert Rogers. Truscott kemudian mengaturnya dengan Lord Louis Mountbatten, kepala operasi gabungan untuk Komando Inggris, untuk memberikan pelatihan kepada sekelompok orang Amerika terpilih bersama dengan para tentara yang berpengalaman. Truscott menyusun gagasan tentang pasukan Ranger AS yang meniru satuan Komando Inggris. Ketika Hartle menawari Darby kesempatan untuk memimpin pasukan Ranger yang baru lahir, orang Arkansas ini menerima tawaran itu. Angkatan Darat A.S. awalnya berencana untuk membentuk lima batalion Ranger untuk ditugaskan. Empat akan bertugas di medan tempur Afrika Utara dan Eropa dan satu di medan tempur. Lebih banyak akan dibentuk nanti jika perlu. Setiap batalyon sukarelawan Ranger Angkatan Darat akan memiliki enam kompi senapan yang beranggotakan 63 orang yang dipimpin oleh seorang kapten atau letnan, selain satu kompi markas besar. Angkatan Darat kemudian mempromosikan Darby menjadi mayor pada tanggal 1 Juni. 

Robert Rogers, pemimpin dan pendiri Rogers’ Rangers, dalam lukisan tahun 1776, satu-satunya potret Rogers yang diketahui. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Seorang instruktur Komando Inggris mengamati saat personel Ranger Amerika melakukan tusukan selama latihan bayonet. (Sumber: https://www.defensemedianetwork.com/)

Pada tanggal 8 Juni 1942, Darby, menerima perintah untuk membentuk Batalyon Ranger ke-1 yang terdiri dari “sukarelawan yang tidak menolak untuk melakukan tindakan berbahaya”. Dia dan seorang perwira staf dari Korps ke-V secara pribadi mewawancarai dan memilih para perwira untuk unit baru tersebut. Perwira-perwira yang terpilih kemudian mengunjungi masing-masing unit untuk mewawancarai calon relawan tamtama. Darby memulai seleksi dan penilaian awalnya terhadap 575 sukarelawan. Sekitar sebulan kemudian ia telah memiliki 473 perwira dan prajurit. Batalyon Ranger ke-1 diaktifkan pada tanggal 19 Juni 1942. Darby nantinya akan melatih dua batalyon lagi di Aljazair pada tahun berikutnya, dan Batalyon Ranger ke-1, ke-3, dan ke-4 lalu dikenal sebagai “Ranger Darby”. Pelatihan untuk batalion Ranger sementara berlangsung di Camp Sunnyland di Carrickfergus, Irlandia Utara. Segera, misi nyata lalu dikembangkan, di mana beberapa sukarelawan akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman pertempuran yang sebenarnya. Dari beberapa ratus peserta pelatihan, Darby mengirim sejumlah perwira dan tamtama untuk berlatih dengan Komando Inggris dan pasukan Divisi Kanada ke-2 yang dijadwalkan untuk melakukan penyerbuan di sekitar wilayah Normandia, Prancis dalam Operasi Jubilee. Operasi ini dirancang untuk menguji pertahanan tentara Jerman di pantai Prancis. Orang-orang Inggris lalu mengajari orang-orang Amerika dalam prinsip Operasi Khusus dan para Ranger dengan cepat menjadi ahli dalam berjalan jauh, patroli, pertarungan tangan kosong, penyerangan, dan operasi menggunakan perahu kecil. 

Seorang Ranger menyerang melalui rintangan Komando Inggris di Skotlandia utara. (Sumber: https://www.defensemedianetwork.com/)
Batalyon Ranger Amerika, yang berlatih di bawah instruktur Angkatan Laut Inggris, mempraktikkan operasi pendaratan di Inggris. Amunisi tajam dan mortir parit digunakan untuk menciptakan suasana yang realistis dan mempersiapkan pasukan untuk kondisi pertempuran. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Saat pasukan Sekutu tiba di Dieppe pada tanggal 19 Agustus, 50 pasukan Ranger mendarat di pantai sementara sisanya mengamati dari posisi yang aman bersama armada kapal pendukung. Tentara Jerman membunuh tiga dari 50 orang Ranger yang mendarat, melukai 5 orang dan menangkap tiga lainnya. Ketika mereka kembali, Darby berkata, “Pandangan objektif mereka tentang operasi Dieppeberpengaruh pada teknik serangan Ranger di masa depan.” Pelajaran yang dipelajari Darby dari mendengarkan mereka adalah bahwa Ranger perlu melakukan lebih banyak pelatihan, lebih banyak perencanaan, lebih banyak pengintaian, dan mendapatkan lebih banyak data intelijen. Sementara itu pelatihan di Camp Sunnyland sangat sulit. Itu terdiri dari berbaris cepat, kursus rintangan, dan pelatihan senjata. Para Ranger harus belajar mengatasi kesulitan dan tantangan yang melekat pada pendaratan amfibi dan serangan malam hari. Untuk misi pertama mereka di Afrika Utara, sebagai bagian dari Operasi TorchUS Army Rangers dilengkapi dengan senjata yang terkait dengan kesenyapan dan senjata berat. Setiap kompi awalnya memiliki empat pistol mitraliur Thompson kaliber .45. Senjata ini akan diberikan kepada unit pengintai awal dalam suatu operasi. Selain itu, setiap kompi memiliki delapan senapan Browning Automatic Rifles (BAR). Setiap Ranger juga membawa pisau tempur British Fairbairn–Sykes. Darby kemudian memutuskan bahwa kompi markas akan melakukan tugas ganda sebagai kompi senjata dan bahwa mortir, bazoka, dan senapan antitank akan dikonsentrasikan di sana. Darby juga memutuskan bahwa senapan mesin ringan kompi akan diganti dengan senapan BAR tambahan. 

Pistol mitraliur Thompson kaliber .45. (Sumber: https://simple.wikipedia.org/)
Browning Automatic Rifles (BAR). (Sumber: https://www.dday-overlord.com/)
Pisau British Fairbairn–Sykes. (Sumber: https://www.historynet.com/)

OPERASI TORCH

Pada bulan Oktober 1942, Darby, yang sekarang berpangkat letnan kolonel, dan anak buahnya naik kapal sebagai salah satu unit utama dalam Operasi Torch, yakni invasi Anglo-Amerika ke Afrika Utara Prancis. Setelah sembilan tahun mengabdi dalam kemiliteran, Darby akan menghadapi untuk pertama kalinya melawan musuh sesungguhnya. “Saya merenungkan pekerjaan yang akan datang,” kata Darby, “(saya) yakin bahwa unit saya akan bertempur dengan cerdas dan berani.” Pada bulan November 1942, untuk mengurangi tekanan terhadap pasukan Sekutu di Mesir dan akhirnya membuka front kedua di Eropa melalui Italia, Sekutu melakukan pendaratan amfibi melawan pasukan Vichy-Prancis di Maroko dan Aljazair. Pasukan Ranger Darby melakukan penyerangan penting selama Operasi Torch. Yang pertama melibatkan penghancuran dua benteng (Fort de la Point, terletak di tepi air, dan Batterie du Nord, terletak jauh di pedalaman dan di atas bukit) pada tanggal 8 November 1942, di pelabuhan Arzew, sebuah kota pelabuhan di Aljazair dekat Oran – untuk membuka jalan bagi pasukan reguler Angkatan Darat. Unit-unit Ranger atau satuan tugas yang dikerahkan diberi nama sesuai dengan nama komandannya. Darby Force ditugaskan merebut Batterie du Nord yang lebih besar dan di pedalaman, yang dilengkapi dengan empat meriam kaliber 105mm. Mayor Herman Dammer, pejabat eksekutif batalion, akan memimpin Dammer Force menaklukkan meriam kaliber 75mm di Fort de la Point. Mereka berangkat menggunakan kapal-kapal pendarat pada malam tanggal 7-8 November 1942, dan menuju pantai yang gelap. Pengintai pasukan Ranger memotong kawat berduri untuk membuat jalan bagi pasukan lainnya, dan berteriak keras. Serangan ini benar-benar kejutan bagi musuh. 

Darby, mengenakan helm khas Inggris, berlatih dengan pasukan komando Inggris bersama anak buahnya di Carrickfergus, Irlandia Utara, selama Musim Gugur 1942. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Peta serangan Ranger di Arzew. (Sumber: https://premierrelics.com/)

Dammer Force dengan cepat merebut targetnya. Sementara itu meskipun Darby Force harus melakukan perjalanan lebih dari empat mil (6,4 km) di sepanjang jalan pantai untuk mencapai Batterie du Nord, pada pukul 04.00 kedua posisi sudah berada di tangan pasukan Ranger, dengan Darby melepaskan peluru suar berwarna hijau sebagai penanda. Hari berikutnya, dua kompi Ranger dipanggil untuk memperkuat Tim Resimen Tempur ke-16 dan 18, yang tertahan di dua tempat, yakni Saint Cloud, sebuah desa berbenteng tujuh mil (11,2 km) dari jalanan menuju Arzew, dan di desa La Macta, sebelah timur dari Oran, dimana sebuah baterai meriam Prancis mengancam posisi sayap kiri pasukan sekutu. “Bukankah memalukan,” seorang Ranger memprotes. “Kita membuka pelabuhan dan membiarkan mereka masuk, kini kita harus bertempur bagi mereka”. Kompi C dari Batalyon Ranger ke-1 lalu mendesak pasukan musuh dari Saint Cloud, sementara di La Macta, Kompi E dengan mengendarai Halftrack, merebut baterai musuh. “Misi-misi awal Ranger diselesaikan dengan kecepatan dan semangat yang luar biasa,” kata Mayor Jenderal Terry Allen, komandan Divisi Infanteri ke-1 kemudian. Menurut kutipan penghargaannya, Darby memimpin serangan terhadap senapan mesin berat dan tembakan artileri dari musuh dan dengan terampil menggunakan granat tangan dalam pertempuran jarak dekat. Letnan Jenderal Dwight D. Eisenhower, komandan keseluruhan Operasi Torch, sangat terkesan dengan aksi pasukan Ranger sehingga dia berusaha untuk mempromosikan Darby menjadi brigadir jenderal. Darby menolak, sambil memprotes bahwa dia “belum siap untuk itu”. Darby tahu bahwa promosi berarti dipindahkan ke komando baru, dan dia tidak tega meninggalkan unit Ranger kesayangannya.

Gambar ini menunjukkan Ranger dari Batalyon ke-1 saat fajar tanggal 8 November 1942, di posisi meriam pantai Prancis yang mereka rebut pada malamnya, mungkin di Arzew, Aljazair. (Sumber: https://www.army.mil/)
Dari posisi pandang strategis di atas kota pelabuhan Arzew, Aljazair, sepasang Ranger menyerang sniper di gudang di sepanjang tepian laut. (Sumber: https://www.defensemedianetwork.com/)

Banyak personel Ranger lalu merasa diri mereka sudah menjadi veteran berpengalaman. Darby sendiri tahu bahwa masih banyak yang harus dilakukan. Dia kemudian menciptakan program pelatihan baru yang memasukkan pelajaran baru-baru ini dalam pertempuran. Itu “dirancang untuk membuat pengalaman di Skotlandia tampak mudah.” Selama bulan Januari 1943, Batalyon Ranger ke-1 tidur di siang hari dan berlatih di malam hari. Darby menggunakan latihan-latihan ini untuk menyempurnakan taktik menjaga kontak selama manuver di malam hari dengan menggunakan cahaya berwarna. Setiap unit diwakili dengan warna yang berbeda-beda, sehingga lokasi unit-unit yang ada dibawah komandonya dapat diketahui keberadaannya. Sementara itu, ketika banyak personel Ranger melihat bahwa mereka sepertinya ditakdirkan untuk menghabiskan masa perang dengan berlatih, pada akhirnya mereka diberi tugas untuk dilakukan. Pada malam tanggal 11 Februari 1943, Batalyon Rangerke-1 berjalan melintasi pegunungan di Tunisia untuk menghancurkan pertahanan Italia di Sened Station. “Kita harus meninggalkan jejak kita pada orang-orang ini,” Kapten Roy Murray mengatakan kepada anak buahnya, “Mereka harus tahu mereka menghadapi pasukan Ranger. Setiap orang menggunakan bayonetnya sebisa mungkin – itulah perintah kita.” Ranger ke-1 lalu bersembunyi pada hari berikutnya diantara bebatuan pada lembah yang berbentuk seperti mangkuk sekitar 6 mil (9,6 km) dari targetnya. Pada senja mereka bergerak lagi, dan kemudian segera terdengar deru tank dan truk-truk melewati celah. Setelah berlatih selama berminggu-minggu, bergerak di kegelapan sekarang menjadi keahlian pasukan Ranger.

Darby memimpin dari depan dalam jalan cepat bersama Rangers-nya di Afrika Utara, 1942. (Sumber: https://www.defensemedianetwork.com/)
November 1942. Mayor Jenderal Terry de la Mesa Allen (Pita Lengan Putih), Komandan Divisi Infanteri ke-1, dan Letnan Kolonel Darby (ketiga dari kanan) berunding selama latihan di Afrika Utara. Dalam foto juga terdapat Kapten Ranger Stephen J. Meade (di sebelah kanan Darby) dan Kapten Frederick J. Saam (paling kanan). (Sumber: https://arsof-history.org/)

Pada pukul 02.00, dipandu dengan cahaya berwarna merah dan hijau, mereka membentuk garis serangan setengah mil (800 meter) dari posisi tentara Italia dan bergerak perlahan dan hati-hati, dengan tanpa membuat suara. Mereka hanya berjarak 50 yard (45 meter) ketika senapan mesin tiba-tiba menembak di posisi sayap. Pasukan Ranger tegang saat penjaga Italia berteriak “Chi va la?” – artinya “Siapa di sana?” Kemudian meriam-meriam di depan mereka menembak. Para Ranger menjatuhkan diri ke tanah, dan merangkak maju ke depan saat peluru memantul dan menghujani mereka dengan lumpur dan batu. Sebuah meriam kaliber 47 mm ikut menembak bersama rentetan senapan mesin. Pada akhirnya para Ranger merangkak menuju posisi-posisi meriam Italia. Seseorang kemudian berteriak, “Give ’em hell!” dan granat melayang di udara dan meledak diantara posisi-posisi tentara Italia. Satu demi satu senapan-senapan mesin dan meriam dibungkam. Lebih dari 100 tentara Italia terbaring tewas di sekitar meriam-meriam mereka, sementara satu Ranger gugur dan 18 lainnya terluka. Menurut aturan, Ranger akan meninggalkan mereka yang terluka dalam serangan jika hal itu akan memperlambat pergerakan mereka. Tetapi baik Darby dan pasukannya tidak mau mengikuti aturan itu. Mereka memilih untuk berjalan 20 mil (32 km) kembali ke markas mereka sambil membawa yang terluka dan para tawanan. Setelah aksinya di Sened Station, pasukan Rangers lalu mendapat julukan sebagai “Setan Hitam”. 

Seragam Ranger Amerika dalam Perang Dunia II. (Sumber: https://www.michtoy.com/)

Di El Guettar, Tunisia, pada bulan Maret 1943, Darby menghadapi tantangan baru. Mayor Jenderal Terry Allen, komandan Divisi ke-1, “The Big Red One“, perlu menerobos pertahanan tentara Italia di perbukitan terjal di sebelah timur El Guettar. Jika Divisi ke-1 melakukan serangan frontal ke jalur berkerikil bernama Jalan Gumtree, itu akan berakhir dengan bencana. Allen bertanya kepada Darby apakah pasukan Ranger dapat secara diam-diam melewati pertahanan Italia di Bon Hamean-Tunisia dan melancarkan serangan mendadak dari belakang. Patroli Ranger telah menemukan jalan di bagian yang dipertahankan dengan ringan di sisi utara. Dengan mengikuti rute memutar sepanjang 12 mil (19,3 km) melalui ngarai di daerah tersebut, Darby yakin dia bisa menempatkan dua batalyonnya ke posisi menyerang hanya lima mil (8km) jauhnya “seperti saat burung gagak terbang”. Setelah menempelkan dogtag mereka dan menghitamkan wajah mereka, pada malam tanggal 21 Maret, Darby memimpin 500 prajurit Ranger dan 70 orang awak mortir masuk ke dalam malam. Saat fajar tiba, para Ranger sudah dalam posisi menghadap ke arah target mereka, yakni kubu Italia yang masih “tertidur”. Darby lalu memberi tahu pasukan Ranger, “Oke, teman-teman, ayo kita tembak.” Nada terompet lalu bergema di lereng. Dengan berteriak pasukan Ranger bergegas ke kamp yang tidak menaruh curiga. “Pada pukul 1400,” kata Darby, “Saya dengan senang hati melaporkan ke Divisi ke-1 bahwa seluruh lembah berada di tangan pasukan Amerika.” Menjelang matahari terbenam, lebih dari 1.000 pasukan Poros ditangkap, serta sebuah baterai artileri gerak sendiri berhasil dihancurkan. 

Batalion ke-1 pasukan Ranger melintasi Aljazair di tahun 1943. Dalam kampanye di Afrika Utara, pasukan Ranger berulang kali menunjukkan nilainya sebagai sebuah unit elit, sehingga dianugerahi penghargaan Presidential Unit Citation dan Darby dianugerahi medali Distinguished Service Cross. (Sumber: https://www.historynet.com/)
Kolonel William Darby dengan sepeda motor Harley-Davidson berbicara dengan perwira Ranger di Afrika Utara. Senapan Springfield M1903 miliknya tersampir di depan sepeda motor. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)

Rangers lalu diberi penghargaan Presidential Unit Citation dan Darby dianugerahi medali Distinguished Service Cross. Kutipannya berbunyi: “Letnan. Kolonel Darby menyerang dengan pasukannya yang mengejutkan saat fajar di belakang posisi musuh yang dibentengi dengan kuat. Selalu mencolok di depan pasukannya, dia secara pribadi memimpin serangan terhadap garis pertahanan musuh di hadapan senapan mesin berat dan tembakan artileri, memimpin serangan Ranger dengan menggunakan granat tangannya yang terampil dalam pertempuran jarak dekat. Pada tanggal 22 Maret, Letnan Kolonel Darby mengarahkan batalionnya terlebih dahulu ke Bon Hamean, menangkap para tahanan dan menghancurkan baterai artileri self-propelled.” Sementara Batalyon Ranger ke-1 pergi ke bivak-nya, Darby pergi ke Markas Besar Sekutu di Aljazair untuk membahas peran Ranger dalam Operasi Husky, yakni invasi ke Sisilia. Pada pertemuan itu, Darby diperintahkan untuk membentuk dan melatih dua batalion Ranger tambahan dalam waktu enam minggu. Saat merekrut Batalyon Ranger ke-1, Darby berkata, “Ada cukup banyak kasus ketidaksesuaian yang membuat saya meragukan kelayakan dengan bergantung pada sukarelawan.” Sekarang dia memutuskan akan secara aktif mencari dan memilih prajurit yang dia inginkan. Dia percaya prajurit terbaik tidak selalu menjadi sukarelawan. Pelatihan yang mereka coba di Afrika Utara tidak sesuai dengan standar Komando di Skotlandia. Oleh karena itu, mereka melanggar salah satu panduan SOF yang akan muncul 40 tahun kemudian: “Unit SOF Tidak Dapat Diproduksi Secara Massal”. Darby bagaimanapun menemukan anak buahnya dan dalam jangka waktu yang ditentukan, Batalyon Ranger ke-1, ke-3, dan ke-4 kini telah siap.

SISILIA

Mayor Jenderal Terry Allen, komandan Divisi Infanteri ke-1, menugaskan Darby untuk memimpin kelompok tempur yang dikenal sebagai Force X. Selain Batalyon Ranger ke-1 dan ke-4, pasukan ad-hoc Darby termasuk sebuah kompi mortir kimia kaliber 4,2 inci dan satu batalion zeni. Serangan itu dijadwalkan pada dini hari tanggal 10 Juli. Tujuan Force X adalah merebut dataran tinggi, melenyapkan posisi artileri Italia, dan membantu mengamankan lapangan terbang terdekat untuk pesawat tempur Sekutu. Batalyon Ranger ke-1, tim mortir, dan zeni menyerang pantai di Gela barat, sementara Batalyon Ranger ke-4 menyerbu ke darat di Gela timur. Sementara itu Dammer akan memimpin Batalyon Ranger ke-3 dalam serangan ke Licata di sayap kiri. Gela dipertahankan oleh Batalyon Pesisir ke-429 Italia. Kompi Ranger mendarat secara bergelombang. Orang-orang dari Batalyon ke-1 dan 4 pertama-tama harus memotong jalan mereka melalui labirin rintangan pantai yang mencakup lapisan kawat dan ranjau anti-personil dan anti-tank. Batalyon ke-1 membungkam sejumlah sarang senapan mesin musuh dan bunker darurat dalam pertempuran dari rumah ke rumah. Salah satu tujuan terpenting mereka adalah membungkam dua baterai meriam angkatan laut yang ditempatkan di pinggiran barat kota. Selama pertempuran, Batalyon ke-4 terlibat dalam baku tembak sengit dengan orang-orang Italia yang telah membarikade diri mereka sendiri di gedung sekolah. Darby mengamati serangan di mana para Ranger membersihkan gedung sekolah, yang menimbulkan 50 korban jiwa pada orang-orang Italia dalam prosesnya. Bersama dengan dukungan dari kapal penjelajah Savannah, pasukan Ranger Darby mencapai tujuan mereka tak lama setelah matahari terbit. Kemudian, kata Darby, segalanya menjadi “kacau”.

Tentara AS (bisa jadi anggota Darby’s Rangers) bergerak melalui Comiso, Sisilia, Juli 1943. (Sumber: https://eucmh.com/)
Letnan Jenderal George S. Patton, Panglima Angkatan Darat Ketujuh, menyambut Letnan Kolonel Darby usai mendarat di Gela, Sisilia. Rangers Darby memimpin serangan amfibi tentara Amerika. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Pasukan Poros melancarkan serangan balik yang hampir saja membuat tentara Amerika ‘terlempar’ ke laut. Di pagi harinya, Darby secara pribadi menangkis serangan tank Italia pertama dengan menggunakan senjata anti-tank kaliber 37 mm dan kemudian senapan mesin berat. Sekitar tengah hari, Darby melawan serangan balik lainnya yang dipimpin oleh tank-tank Jerman, di mana dia menghancurkan sebuah tank musuh. Di tengah-tengah ini, Darby juga mendapati dirinya berhadapan langsung dengan komandan Angkatan Darat Ketujuh Letnan Jenderal George Patton. Patton memintanya untuk menunjukkan serangan balik musuh. Darby yang tergesa-gesa menjawab, “Yang mana yang ingin Anda lihat, Jenderal Patton?” Atas upayanya yang luar biasa hari itu, Patton memberi medali Distinguished Service Cross dan tawaran promosi serta komando baru. Sekali lagi, Darby menolak promosi. Dia berkata, “Saya merasa bahwa saya dapat berbuat lebih baik dengan anak buah Ranger saya daripada yang dapat saya lakukan dengan sebuah resimen dalam satu divisi.” Narasi untuk kutipan mengenai aksi Derby kemudian berbunyi: “Lt. Kolonel Darby, dengan menggunakan satu senjata kaliber 37mm, yang diawaki secara pribadi, berhasil tidak hanya memukul mundur serangan musuh tetapi berhasil dengan senjata ini untuk menghancurkan satu tank, sementara dua lainnya diperhitungkan dengan lemparan granat tangan yang diarahkan dengan baik.” Selama sisa Operasi Husky, pasukan Ranger melindungi posisi sayap pasukan Angkatan Darat yang bergerak maju ke Palermo dan menjaga tahanan tentara Axis. Darby kemudian dikutip mengatakan, “Memimpin Rangerseperti mengendarai sebuah tim kuda yang sangat bersemangat. Tidak ada upaya yang diperlukan untuk membuat mereka bergerak maju. Masalahnya adalah bagaimana menahan mereka.” Di akhir kampanye Sisilia, tiga batalion Ranger dibentuk ulang di Corleone. 

SALERNO

Misi US Army Rangers berikutnya terjadi selama Operasi Avalanche, yakni pendaratan di Salerno di daratan Italia, ketika mereka mengamankan Semenanjung Sorrento, yang memisahkan Teluk Napoli dan Salerno. Komandan Angkatan Darat Kelima A.S. Jenderal Mark Clark menugaskan Darby sebagai staf, yang memungkinkannya untuk mendirikan markas resmi Ranger. Pasukan Ranger menetapkan posisi untuk pengamatan artileri, mengamankan jalur gunung utama, dan meledakkan jembatan dan jalur kereta api untuk menggagalkan pergerakan tentara Jerman. Darby, yang memimpin Ranger dan pasukan Komando Inggris, mengejutkan pasukan Jerman di utara lokasi pendaratan dan mengamankan dataran tinggi yang mempertahankan posisi sayap kiri Sekutu. Mereka memiliki pandangan yang jelas ke lembah tempat serangan Jerman akan dimulai. Ini sangat penting, karena tanggapan Jerman sangat keras. Darby kemudian berkata, “Jika bukan karena prosedur operasi standar kami untuk membawa peluru mortir tambahan ke darat dengan kapal serbu, kami mungkin akan kehilangan kendali di Semenanjung Sorrento.” “(Tetapi) Medannya menguntungkan kami, dan kami dengan cepat mengembangkan titik-titik pertahanan, menutupi celah dengan tembakan senapan mesin,” kenang Darby. Ranger sukses merebut targetnya, tetapi Tentara Kelima lainnya bergerak lambat. Tentara Jerman dengan cepat bereaksi dan memperlambat gerak maju. Ranger yang bersenjata ringan seharusnya ada di garis depan selama dua hari setelah merebut target mereka. Tapi mereka tetap di sana selama dua minggu. Meskipun Batalion ke-1 dan 3 dianugerahi Penghargaan Distinguished Unit Citation atas aksi mereka merebut Celah Chiunzi, korban jiwa diantara mereka terhitung tinggi, sekitar 10 persen dari pasukan. Namun, terlepas dari tujuh serangan balik dari tentara Jerman, Letnan Jenderal Mark Clark, komandan Angkatan Darat Kelima dan kemudian Grup Angkatan Darat ke-15, mencatat, “Kepemimpinan Darby yang baik dan tekad anak buahnya telah membalikkan semua serangan.” Dalam laporannya kepada Jenderal Eisenhower, Clark menyatakan, “Darby telah melakukan pekerjaan besarnya yang biasa dan saya merekomendasikan agar dia dipromosikan menjadi kolonel.” Selain itu, Batalyon Ranger ke-1 menerima Penghargaan Presidential Unit Citation keduanya dan Batalyon Rangerke-3 menerima yang pertama. 

Sekutu mendarat di Salerno untuk merebut pelabuhan Napoli. (Sumber: https://arsof-history.org/)
Darby berbicara dengan perwira Ranger di Chiunzi Pass di atas Salerno, September 1943. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Pantai Maiori dan medan terjal di atas kota. Para Ranger mendarat di Maiori dan segera bergerak untuk mengamankan Celah Chiunzi di atas kota. (Sumber: https://arsof-history.org/)

HANCURNYA RANGER DARBY

Karena tuntutan pertempuran yang membuat frustrasi dalam menghadapi Italia, “perut lunak Eropa” yang jelas salah nama, unit elit seperti pasukan Ranger harus dipekerjakan sebagai pasukan infanteri reguler dalam pertarungan di ‘sepatu bot’ Italia. Ketika batalyon Rangernya ditarik pada bulan Desember 1943, Darby dengan bangga berkata, “Para Ranger memberi lebih dari yang mereka seharusnya lakukan.” Ketiga Batalyon Ranger kemudian ditetapkan kembali menjadi Pasukan Ranger6615 (Sementara) dengan Darby sebagai komandannya. Juga di bulan Desember, Clark akhirnya menyematkan emblem elang kolonel di bahu Darby, yang tetap menjadi memimpin pasukan Ranger-nya. Pada kesempatan ini, Clark juga memberitahunya tentang misi Ranger berikutnya. Kampanye pertahanan brilian Field Marshall Albert Kesselring dari Jerman di Italia telah memaksa Sekutu untuk melakukan pendaratan besar lainnya dalam upaya mengepung pertahanan Jerman yang tangguh di Garis Gustav. Dalam operasi Shingle Clark mempercayakan pasukan Ranger Darby untuk mengamankan pelabuhan Anzio. Ini adalah bagian dalam membuka jalan ke Roma. Tapi  pemilihan Mayor Jenderal John Lucas dari Korps ke- VI, sebagai komandan keseluruhan operasi adalah pilihan yang salah. Operasi ini menuntut komandan yang berani dan agresif. Lucas terlalu berhati-hati dan tidak yakin pada dirinya sendiri, sesuatu yang akan berakhir dengan bencana bagi pasukan Ranger. Operasi Shingle diluncurkan pada tanggal 22 Januari 1944. Awalnya, semuanya berjalan baik untuk Korps ke-VI pimpinan Lucas. Pendaratan itu tanpa hambatan. Darby dan unit Rangernya mencapai tujuan mereka dengan mudah. Mereka datang ke darat dengan cepat, merebut pelabuhan, melumpuhkan baterai meriam yang melindungi pantai, dan mengamankan tempat berpijak bagi pasukan penyerang yang tersisa. Lucas kemudian segera membangun tempat berpijak yang dangkal dan membersihkan pelabuhan. Tapi Lucas tidak bergerak dari pantai sehingga memungkinkan tentara Jerman untuk memindahkan delapan divisi ke dataran tinggi yang menutupi gerak maju pasukan Sekutu. Sekutu awalnya menempatkan 50.000 tentara di darat, tetapi Kesselring memindahkan pasukannya untuk menahan ancaman baru ini. Panzer Jerman dan pasukan bermotor didukung oleh artileri berat ditempatkan di Perbukitan Alban. Segera seluruh invasi tertahan di pantai dan di bawah tembakan artileri Jerman yang mematikan.

Pendaratan amfibi di Anzio. (Sumber: https://warfarehistorynetwork.com/)
Panzer Mark IV Jerman di luar Cisterna. (Sumber: https://sofrep.com/)
Prajurit Kelas Satu Ed Wall dari Batalyon Ranger ke-4 di Anzio. Wall adalah salah satu Rangers yang pindah ke 1st Special Service Force ketika Rangers dibubarkan. (Sumber: https://arsof-history.org/)

Lucas lalu merencanakan serangan dua cabang terhadap posisi Jerman di Cisterna pada tanggal 30 Januari. Cabang kanan serangan yang lebih lemah terdiri dari elemen Divisi AS ke-3, Resimen Parasut ke-504 dari Divisi Lintas Udara ke-82 yang elit, dan tiga batalion Ranger Darby. Serangan utama akan dilakukan di sayap kiri di Campoleone. Perencana Sekutu menugaskan dua batalyon Ranger untuk menyusup ke Cisterna pada malam sebelum penyerangan, sementara batalion lainnya mengamankan jalan menuju kota bagi pasukan lapis baja Amerika. Pukul 0100 tanggal 30 Januari, dengan Darby mengendalikan pasukannya dari markas di rumah pertanian, para Ranger mulai menyelinap melewati garis musuh. Bergerak melalui parit irigasi yang setengah kering, pasukan Ranger diam-diam melewati posisi tentara Jerman. Tiga kompi dari Batalion ke-1 dan 3 memulai serangan mereka pada kota, tetapi mereka tertahan 800 meter darinya. Dibebani dengan amunisi ekstra, orang-orang itu berjalan dengan susah payah melewati air setinggi lutut. Ketika pasukan Ranger muncul dari parit saat fajar menyingsing, tentara Jerman menembaki mereka dari segala arah. Mereka melawan dengan sengit, dan kemudian harus membagi menjadi kelompok-kelompok kecil saat korban mereka meningkat. Situasi memburuk ketika barisan panzer Jerman menyerbu mereka. Mereka yang tidak langsung terbunuh dipaksa menyerah. Batalyon ke-4 lalu dikirim ke depan untuk memperkuat Batalyon ke-1 dan ke-3, tetapi tentara Jerman juga menghajar mereka. Kontak terakhir Darby yang tercatat dengan Batalyon ke-1 sebelum penyerahannya mencerminkan kesedihan dan ketidakberdayaannya, “Keluarkan beberapa perintah tetapi jangan biarkan para prajurit itu itu menyerah! … Kami akan datang. Tunggu radio ini sampai menit terakhir … tetap bersatu … gunakan kepalamu dan lakukan yang terbaik. … Anda di sana dan saya di sini, sayangnya, dan saya tidak dapat membantu Anda, tetapi apa pun yang terjadi, Tuhan memberkati Anda!” Sejarah resmi Angkatan Darat Amerika mencatat bahwa hanya delapan orang dari Batalyon Ranger ke-1 dan ke-3 yang berhasil kembali. Mereka menderita 12 tewas, 36 luka-luka, dan 743 orang ditangkap. Batalyon ke-4, mencoba membantu mereka, tetapi menderita korban 30 tewas dan 58 luka-luka. Batalyon Ranger ke-4 yang selamat tercatat menderita 50 persen korban, sedangkan unit infanteri AS yang paling dekat dengan pasukan Ranger ditembaki oleh tembakan senapan mesin Jerman sehingga tidak dapat menyelamatkan mereka. Kembali ke markas Ranger Angkatan Darat A.S., Kolonel Darby tidak berdaya untuk mencegah bencana tersebut. Setelah memberi tahu atasannya tentang nasib pasukan Ranger-nya, dia meminta stafnya untuk meninggalkan ruangan. Dia kemudian menundukkan kepalanya dan terisak pelan. Darby, sangat terpukul, dan menyalahkan dirinya sendiri. Para penyintas kemudian segera dibubarkan. Ranger Darby kini sudah tidak ada lagi. Pasukan yang tersisa kemudian dibubarkan dan sebagian besar ditugaskan ke 1st Special Service Force.

HARI-HARI TERAKHIR

Pada tanggal 16 Februari, Jerman melancarkan serangan balasan untuk menghancurkan pantai Anzio. Selama lima hari pertempuran yang sengit, 10 divisi Jerman menghancurkan lima divisi Sekutu, mendesak mereka kembali ke garis pertahanan terakhir mereka. Salah satu unit yang paling terkepung adalah Resimen Infantri ke-179 AS, yang menderita kerugian yang sangat besar. Menjelang siang tanggal 17 Februari, unit itu terancam berantakan. Lucas kemudian memberi Kolonel Darby komando Resimen Infantri ke-179 dari Divisi Infanteri ke-45 AS pada tanggal 18 Februari. Komentar Darby seperti yang sudah diungkap diawal tulisan, dan kata-kata penyemangat lainnya, serta tindakan keras dari Darby kemudian memulihkan moral dan kepercayaan Resimen ke-179. Pergeseran serangan pasukan Jerman kemudian memungkinkan Darby untuk menstabilkan pertahanannya. Setelah upaya terakhir yang mengejutkan pada tanggal 20 Februari, serangan balasan Jerman berakhir dengan kegagalan. Darby lalu memimpin unit ini melalui kampanye Roma-Arno.

Darby dan Rangersnya kembali dari misi pada tahun 1944. Setelah Ranger-nya dibubarkan, Darby dikirim ke Amerika, sebelum kembali ke Italia pada awal tahun 1945 untuk menjalani tur inspeksi medan perang Eropa bersama Jenderal Angkatan Darat Henry H. Arnold. Darby kemudian gugur akibat pecahan peluru artileri di 30 April 1945. (Sumber: https://www.defensemedianetwork.com/)

Setelah itu Darby kembali ke Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1944, untuk bekerja sebentar di Departemen Perang. Membenci pekerjaan staf, Darby terus-menerus mengajukan petisi untuk kembali ke luar negeri. Kolonel berusia 34 tahun itu kembali ke Italia pada awal tahun 1945 untuk menjalani tur inspeksi medan perang Eropa bersama Jenderal Angkatan Darat Henry H. Arnold. Pada tanggal 29 Maret 1945, dia ditugaskan untuk mengevaluasi dukungan udara untuk pertempuran darat di Eropa. Ketika Brigadir. Saat mengunjungi Divisi Gunung ke-10 di Italia, Jenderal Robinson Duff terluka pada tanggal 23 April 1945. Darby lalu menggantikannya sebagai asisten komandan Divisi Gunung ke-10. Dia kemudian memimpin satuan tugas Darby yang mempelopori pergerakan Angkatan Darat Kelima dari jembatan Lembah Sungai Po dan melakukan pengejaran pasukan Jerman yang ditarik ke Italia utara. Pada tanggal 30 April 1945, Darby bertemu dengan Jenderal David Ruffner, komandan artileri divisi, dan perwira lainnya di pos komando Resimen Infantri Gunung ke-86 di Torbole. Ketika mereka mendengar peluru Jerman meledak di dekatnya, Darby dan Ruffner memutuskan untuk memeriksa pasukan di garis depan. Saat masuk ke kendaraan mereka, peluru kaliber 88 mm menghantam gedung yang berdekatan dan pecahan peluru merobek dada Darby. Dia terbunuh seketika, bersama dengan Sersan. Mayor John Evans, dari Resimen ke-86. Hanya dua hari setelah kejadian itu, semua pasukan Jerman di Italia menyerah. 

WARISAN DARBY

Letnan Jenderal Lucian Truscott, yang saat itu menjadi panglima Angkatan Darat Kelima, menulis, “Tidak pernah dalam perang ini saya mengenal seorang perwira yang lebih gagah dan heroik.” Komandan Grup Angkatan Darat Kelima Belas Jenderal Mark Clark mencatat, “Dia meninggal persis seperti yang dia inginkan – di depan anak buahnya dalam mengejar musuh. Saya meminta Jenderal Marshall untuk mempromosikannya menjadi brigadir jenderal secara anumerta, dan dia melakukannya.” “Dia adalah pria paling berani yang pernah saya kenal.” Itu adalah kata-kata Jenderal Angkatan Darat George S. Patton yang digunakan untuk menghormati Darby. Terkenal agresif dan terus terang, Patton selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan. Darby dimakamkan di pemakaman militer di luar Cisterna, Italia, dan dia kemudian dimakamkan kembali di Pemakaman Nasional Fort Smith pada tahun 1949. Darby secara anumerta dipromosikan menjadi brigadir jenderal pada tanggal 15 Mei. Di antara penghargaan militernya, Darby menerima medali Distinguished Service Cross with two oak leaf clusters, tiga Purple HeartSilver StarLegion of MeritOrder of Kutuzov dari Russia dan Croix de Guerre dari Prancis. Dengan ini Darby menjadi lulusan paling mendapat bintang jasa dari Kelas West Point tahun 1933. Selama bertahun-tahun, Darby telah diabadikan dan dihormati di AS dan luar negeri atas jasanya selama perang. Pada tahun 1950, Darby dihormati dengan peluncuran kapal transport pasukan General William O. Darby. Kapal itu akan bertugas di Korea dan Vietnam. Pada tahun 1958, seorang aktor yang saat itu relatif belum dikenal bernama James Garner memainkan peran utama dalam Darby’s Rangers, sebuah film biografi yang membawa pencapaian masa perang Darby ke layar perak. Memoarnya diubah menjadi buku yang diterima dengan baik dan kampung halamannya di Fort Smith menamai sekolah untuk menghormatinya. Namun pencapaiannya yang paling terkenal—yakni meletakkan dasar bagi Army Rangers modern—adalah hal yang membuat ceritanya tetap relevan.

Plakat untuk mengenang Kolonel Darby dan SGM Evans, di Torbole, Italia. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)
Monumen mengenang Jenderal W.O. Darby di Torbole sul Garda, Italia. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)

Bahkan saat ini, tidak ada tentara yang bisa mendapatkan Ranger Tab tanpa melewati pelatihan Darby Phase terlebih dahulu. Ranger menghormatinya dengan membuat Penghargaan William O. Darby, yang diberikan kepada anggota kelas Ranger yang lulus “terbaik” dan yang “dengan jelas menunjukkan dirinya sebagai yang terbaik di atas semua Ranger lainnya”. Penghargaan ini penting karena setiap kelas Ranger tidak diharuskan memiliki penerima penghargaan itu. Monumen mengingat Darby didedikasikan pada tahun 2016 di Cisterna Plaza di Fort Smith, Arkansas. Patung itu menggambarkan Darby di atas sepeda motor Harley-Davidson yang dirancang untuk penggunaan militer. Ada juga Sekolah Menengah Pertama Darby di Fort Smith, Kamp Darby di Italia dan banyak lapangan pelatihan Angkatan Darat yang dinamai menurut namanya. Tantangan Ranger sejauh 40 mil (60,37 km) diadakan setiap tahun di Vicenza, Italia, untuk menghormati Darby dan 25 Prajurit dari Divisi Gunung ke-10 yang terbunuh pada tanggal 30 April 1945. Warisan kenangan Darby kemudian identik dengan unit Ranger-nya. Obituari West Point-nya melontarkan pujian baginya. “Baik tamtama atau jenderal, mereka memuji kepemimpinan Darby, wawasannya tentang hati manusia, dan keinginannya agar anak buahnya dilatih dengan tingkat kemampuan tertinggi,” demikian terbaca pada obituary-nya. Sebuah insiden di pantai di Sorrento merangkum gaya kepemimpinannya. Seorang perwira yang datang ke darat perlu menemukan Darby. Dia bertanya kepada sejumlah personel US Army Rangers apakah mereka mengetahui lokasinya. Salah satu dari mereka menyeringai lebar ketika ditanya pertanyaan itu. “Kau tidak akan pernah menemukannya jauh di belakang sini,” katanya. Sementara itu salah satu kutipan ucapan Darby yang terkenal adalah “(Saat) Maju kita (memang) terhuyung-huyung, tetapi jika tank datang, semoga Tuhan membantu tank itu.”

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Colonel William O. Darby and the U.S. Army Rangers By William E. Welsh

Colonel William O. Darby and the U.S. Army Rangers

Col. William O. Darby The Ranger Who Led the Way BY DWIGHT JON ZIMMERMAN – SEPTEMBER 29, 2016

https://www.defensemedianetwork.com/stories/col-william-o-darby-the-ranger-who-led-the-way/

WILLIAM DARBY, ARMY SOF LEGEND AND OLD SCHOOL BADASS by Steve Balestrieri; Feb 21, 2020

https://sofrep.com/amp/news/william-darby-army-sof-legend-and-old-school-badass/

Rapid Deployment Facility name honors famed Army Rangers leader, 10th Mountain Division assistant commander during World War II by Mike Strasser

https://home.army.mil/drum/index.php/about/news/around-and-about-fort-drum/brig-gen-william-o-darby

William O. Darby: Leading the Way

https://www.uso.org/stories/186-william-o-darby-leading-the-way

Time Life World War II series: The Commandos by Russell Miller, 1981; p 89-91

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *