Perang Timur Tengah

Squadron Helikopter Gazelle: Unit Pemburu Tank Syria dalam Perang Lebanon, 1982

Pada awal 1980-an Angkatan Udara Arab Suriah (SyAAF) mengoperasikan satu brigade dengan empat Skuadron helikopter SA.342L/M Gazelles (976, 977, 988, dan unit yang tidak diketahui – mungkin 989 Sqn), dan satu Wing yang terdiri dari tiga skuadron yang dilengkapi dengan helikopter Mi-25 Hind (765, 766, dan 767). Kedua brigade memiliki unit-unit yang berbasis di lapangan terbang Marj al-Sultan dan al-Jdaydeh, tetapi sebagian dari Mi-25 secara permanen dikerahkan juga ke Pangkalan Udara Sueda AB. Helikopter Gazelle digunakan di sekitar 23 negara, terutama untuk misi pengamatan dan pengintaian, selain juga dapat digunakan untuk misi serangan, anti-tank, anti-helikopter, transportasi dan pelatihan. Helikopter ini dapat menampung satu pilot dan empat penumpang. Gazelle memiliki kecepatan jelajah 264km/jam dan dapat terbang dengan kecepatan maksimum 310km/jam, sementara jarak jangkau dan ketinggian jelajahnya adalah 500 mil dan 20.000 kaki. AU Suriah termasuk operator helikopter tempur yang relatif baru, setelah memperoleh 18 helikopter Aérospatiale SA.342 Gazelle buatan Prancis yang pertama pada tahun 1977, sebagai tanggapan atas akuisisi Israel terhadap helikopter tempur Bell AH-1 Cobra buatan Amerika. Ke-18 Gazelle ini kemudian dioperasikan oleh Skuadron Helikopter Serang ke-976, yang berbasis di al-Jdaydeh AB, dan pada awalnya dilengkapi dengan rudal anti-tank (ATGM) AS.12. Kemudian, dengan adanya tambahan pengiriman lanjutan dari SA.342 lainnya, memungkinkan SyAAF untuk mengoperasikan sebuah brigade penuh dengan kekuatan tiga skuadron, dan satu unit yang digunakan untuk fungsi penghubung dan kerja sama dengan pihak kepolisian. Selain itu, Prancis juga memasok ke Suriah rudal ATGM HOT. HOT adalah rudal buatan Perancis-Jerman pada dasarnya memiliki kemampuan setara dengan rudal anti tank TOW buatan AS. HOT merupakan kependekan dari “Hautsubsonique Optiquement Téleguidé Tiré d’un Tube” – atau “high-subsonic optical remote-guided fired from a tube”, dengan panduan semi-automatic command-to-line of sight (SACLOS), dengan input panduan rudal ditransfer melalui kabel tipis yang menghubungkan rudal dengan helikopter. Rudal HOT saat itu dianggap sebagai salah satu rudal ATGM paling canggih di seluruh dunia, yang diklaim mampu menembus lapisan armor baja setebal 700mm pada kemiringan 0 ° dan 288mm lapisan armor pada kemirinngan 65 °. Rudal ini ditembakkan dari dalam tabung, dimana masing-masing Gazelle dapat membawa empat tabung, yang dipasang pada dudukan di belakang kokpit.

Helikopter Gazelle menembakkan rudal anti tank HOT. Paduan keduanya memberikan AU Syria kemampuan antitank dengan platform heli serbu yang mumpuni. (Sumber: Pinterest)

Karena SyAAF telah lama tidak membeli pesawat atau helikopter buatan Barat sejak akhir 1950-an, akuisisi Gazelle cukup mengejutkan banyak pengamat di Barat. Namun, faktanya adalah kesepakatan ini muncul sebagai hasil dari upaya Saudi untuk mendekatkan sebanyak mungkin negara-negara Arab ke negara-negara Barat, serta didorong oleh ketidakmampuan Soviet untuk memasok helikopter Mil Mi-24 (ASCC-Code “Hind”) yang diperlukan oleh Syria. Soviet waktu itu membutuhkan sebanyak mungkin Hind untuk unit-unit mereka yang berbasis di Jerman Timur. Namun demikian, begitu Prancis mulai mengirimkan Gazelle ke Suriah, Soviet akhirnya mengikuti langkah itu, dan pada musim semi tahun 1981 skuadron pertama  yang terdiri dari 4 helikopter – yang kemudian jumlahnya naik menjadi 12 – helikopter Mi-25 dibentuk di al-Mezzeh AB, dekat Damaskus, diikuti oleh unit lain, yang berbasis di al-Ladahiqiyah. Helikopter Mi-25 sering dianggap sebagai versi “monkey model” dari Mi-24, yakni varian yang kemampuannya diturunkan untuk dijual ke pembeli yang “kurang andal”. Persenjataan anti-tank utamanya adalah rudal 9M17 Skorpion dari keluarga Falanga ATGM (ASCC-Code “AT-2 Swatter”). Tipe ini adalah ATGM yang relatif primitif tetapi sederhana dengan panduan radio MCLOS. Setiap Mi-25 dapat dipasangi empat Swatter di rel peluncuran yang dipasang di bawah ujung sayap pendeknya. AT-2 memiliki beberapa varian, di mana versi B dijual ke Suriah. Versi ini dapat mencapai target hingga kisaran jarak 3,500m, dan memiliki kemampuan penetrasi armor lebih dari 500mm pada kemiringan 0 °. Pilot-pilot Mi-25 negara-negara Arab pada umumnya menganggap rudal ini tidak berguna, terutama karena tingkat keandalannya yang rendah. Selain itu, Mi-25 dilengkapi dengan senapan mesin YakB-12,7, yang dipasang di sebuah dudukan di bawah kokpit depan, serta peluncur roket UB-32-57 untuk menembakkan roket tanpa pemandu. Setelah memonitor dengan cermat pengalaman Irak dalam menggunakan Mi-25, Suriah dengan cepat nyaris sepenuhnya menghentikan penggunaan AT-2, dan mempersenjatai Mi-25 mereka dengan senapan mesin dan roket tanpa pemandu, atau hanya bom. Karena berbagai alasan yang tidak semuanya berhubungan langsung dengan problem yang dihadapi SyAAF, adaptasi pengoperasian Gazelle dan Mi-25 pada SyAAF belum sepenuhnya selesai pada musim semi tahun 1982. Bahkan, pada akhirnya pilot-pilot Hind Suriah tidak terlibat sama sekali selama pertempuran melawan Israel. Akibatnya, meskipun ada sejumlah laporan yang bertentangan – terutama di Rusia dan Ukraina, tetapi juga dalam publikasi dari Barat – Mi-25 SyAAF tidak menerbangkan satupun misi tempur pada tahun 1982. Misi operasi anti-Tank SyAAF hampir sepenuhnya dijalankan oleh helikopter Gazelle.

Mi-25 Hind milik Peru. Kurangnya reliabilitas dari rudal anti tank AT-2 dan ketidakyakinan dari pilot-pilot Syria akan helikopter Mi-25 Hind mereka membuat Hind nyaris tidak digunakan dalam perang Libanon tahun 1982. (Sumber: Pinterest)

Taktik Hunter-Killer Syria

Perang Lebanon 1982 dimulai ketika pasukan Israel pertama kali memasuki Libanon pada tanggal 6 Juni, dalam sebuah operasi bernama “Shalom Hagalil” – “Damai untuk Galilea.” Nama itu menggambarkan dengan tepat apa yang ingin dicapai Israel melalui “invasi” ini – yakni memberikan kedamaian dan ketenangan bagi warga Israel yang tinggal di Galilea, di wilayah sepanjang perbatasan Israel-Lebanon, yang selama ini diganggu oleh berbagai serangan teroris yang dicurigai digalang oleh PLO. Mitra utama Israel dalam upaya untuk memerangi PLO adalah partai Phalange Maronite Lebanon yang dipimpin oleh Bashir Gemayel. Ratusan anggota milisi Lebanon mulai menerima pelatihan di Sekolah Staf dan Komando IDF di Israel sementara para pemimpin Israel mulai merumuskan rencana untuk memasang pemerintah Kristen pro-Israel di Lebanon yang akan bekerja dengan mereka untuk “mengusir” PLO dari negara tersebut. Meskipun terdapat gencatan senjata yang diperantarai AS setelah serangan balasan Israel yang dilakukan untuk membalas aksi PLO, setidaknya ada 270 serangan terhadap Israel oleh PLO dari bulan Juli 1981 hingga Juni 1982. Pada 3 Juni 1982, Shlomo Argov, duta besar Israel untuk Inggris, ditembak dan terluka parah di London oleh para teroris yang tergabung dalam organisasi teroris pimpinan Abu Nidal yang didukung Irak. Meskipun PLO berusaha menjauhkan diri dari keterlibatan dalam serangan itu, Perdana Menteri Israel Menachem Begin menyalahkan PLO dan kampanye terornya di seluruh dunia terhadap Israel dan orang-orang Yahudi. Begin kemudian menggunakan penembakan itu sebagai pembenaran untuk melakukan apa yang menurut Israel perlu dilakukan, yakni memasuki Libanon untuk mengusir dan menghancurkan PLO sekali dan untuk semua. Pemerintah Israel menetapkan empat tujuan utama dengan mengirim IDF masuk ke Lebanon:

– Menghancurkan infrastruktur PLO di Lebanon, termasuk markas PLO di Beirut.

– Mengusir pasukan Suriah keluar dari Lebanon.

– Memasang pemerintahan yang dipimpin orang Kristen di Lebanon dengan Bachir Gemayel sebagai presiden.

– Menandatangani perjanjian damai yang mengikat dan tahan lama dengan pemerintah baru Lebanon.

Bashir Gemayel, pemimpin Faksi Kristen Phalangist Maronit Lebanon, yang dijagokan Israel untuk memimpin Lebanon. (Sumber: Pinterest)

Pada awal 1982, orang-orang Suriah telah memperkirakan akan adanya operasi militer baru yang dilancarkan Israel di Libanon selatan, seperti yang pernah mereka lakukan. Komandan-komandan Syria memperkirakan bahwa IDF kemungkinan besar akan melancarkan serangan yang mirip dengan Operasi “Litani”, mulai tahun 1978, ketika Israel masuk hanya sekitar 40 km ke Libanon untuk mencari satuan teroris Palestina. Namun, Suriah sadar bahwa kalau Israel tidak hanya berhenti di Sungai Litani, maka bentrokan besar dengan IDF tidak bisa dihindari. Namun, dengan sebagian besar unit penting Tentara Suriah telah dikerahkan baik di sepanjang Dataran Tinggi Golan atau di Damaskus, yang sekaligus memiliki beban untuk mempertahankan pasukan yang cukup besar di wilayah Libanon sejak tahun 1976, serta karena keterlibatan mereka dalam perang sipil lokal, Damaskus tidak memiliki aset dan ruang untuk membangun garis depan yang kuat di seluruh bentang Lebanon. Bahkan, pada awal Juni 1982 sebagian besar unit Suriah di Lebanon dikerahkan di pusat negara itu, antara Beirut dan Zahle, dengan pertahanan kuat dibuat di sekitar tempat-tempat tertentu yang vital – di sepanjang jalan raya Beirut-Damaskus, dan terutama di wilayah desa as-Sultan Yac’ub di Tanta. Dengan mempelajari medan, jalan, lusinan desa di Libanon selatan dan kemungkinan rute yang bisa dilalui Israel, Suriah kemudian mengembangkan taktik sederhana namun efektif. Taktik ini membutuhkan koordinasi antara helikopter SyAAF dan “tim pemburu-pembunuh” yang terlatih khusus dari Tentara Suriah di darat. Tujuannya adalah untuk menyergap dan mengikat formasi mekanis Israel dengan menggunakan pasukan darat, lebih disukai dari jarak dekat dan di dalam wilayah perkotaan, dan kemudian menghantam mereka dengan helikopter serang yang akan mendekati menggunakan medan berbukit di sekitar.

Tim anti-tank Angkatan Darat Suriah terlihat memamerkan senjata utamanya: RPG-7. (US DoD via Tom Cooper/www.acig.org/)
Tim anti-tank Suriah berhasil menggunakan ATGM Milan buatan Prancis selama perang di Lebanon pada 1982. (Sumber: http://kufarooq22.over-blog.com/)

Pada awal Juni 1982, AD Syria memiliki sekitar 20 Batalion Komando dengan total 50 tim pemburu-pembunuh yang dikerahkan di Lebanon, terutama di daerah selatan dan barat Beirut, selain juga di pinggiran kota bagian timur dan selatan kota. Masing-masing tim Suriah terdiri dari antara empat dan enam orang, yang dipersenjatai dengan beberapa senjata anti-tank terbaik buatan Barat dan Soviet pada saat itu, termasuk diantaranya RPG-7, RPG-18 (peluncur roket anti-tank 64 mm sekali pakai, mirip senjata anti tank LAW), AT-4 Spigot ATGM (Tipe produksi awal 9P135), dan MILAN ATGM dari Prancis. Biasanya ada dua penembak dan dua loader di setiap tim. Setiap tim yang beranggotakan enam orang memiliki dua anggota tambahan yang dilengkapi dengan rudal anti pesawat SA-7 MANPADS. Pasukan anti-tank Suriah adalah prajurit AD yang lebih tua, lebih berpengalaman, menunjukkan keterampilan militer dan tekad yang kuat, dan kemudian digambarkan oleh pihak Israel sebagai sikap yang sangat profesional terhadap misi mereka. Mereka beroperasi umumnya di daerah perkotaan, di mana jalan-jalan sempit kota-kota dan desa-desa Lebanon dapat dengan mudah diubah menjadi tempat untuk menembaki tank-tank Israel. Dari satuan tempur konvensional yang ditempatkan, unit-unit utama Suriah di Lebanon adalah berasal dari Divisi Lapis Baja ke-10 dan ke-3. Divisi Lapis Baja ke-10 dikerahkan ke selatan jalan Beirut-Damaskus, dan di dalam Beirut, yang terdiri dari Brigade Tank ke-76 dan 91 – dilengkapi dengan tank T-62 dan BMP-1 IFV – dan Brigade Mekanis ke-85, yang dilengkapi dengan tank T-55 dan BTR-60 APC. Divisi ini mengendalikan 20 Batalion Komando juga. Divisi Lapis Baja ke-3 termasuk didalamnya Brigade Mekanik ke-58 dan Brigade ke-62, serta dua brigade lapis baja yang dilengkapi dengan tank T-62. Unit ini mengendalikan Batalion Komando tambahan, dan memiliki tugas untuk mempertahankan jalan Beirut-Damaskus, serta tiga brigade SAM dengan total 19 situs SAM, yang dikerahkan terutama di daerah dekat Zahle, di sepanjang perbatasan Suriah.

Tank T-62 Syria yang dirampas Israel di Lebanon tahun 1982. Beberapa divisi Syria di Lebanon masih dilengkapi dengan tank T-62 saat Israel melakukan invasi. (Sumber: http://idf-armor.blogspot.com/)

Pertempuran Tiga Hari: Hari Pertama, 8 Juni

Perang sebenarnya sudah dimulai pada tanggal 1 Juni 1982, dengan serangan udara besar-besaran Israel terhadap pangkalan-pangkalan PLO dan depot amunisi di sepanjang pantai Mediterania. Namun, di darat, Tentara Israel baru melaju ke Libanon selatan sekitar pukul 11:00 tanggal 6 Juni. Bagi pasukan Suriah yang ditempatkan di negara itu, pertempuran baru dimulai dua hari kemudian, di dekat Jazzin, di Lebanon tengah. Gugus Tugas Vardi dari IDF – satuan tugas yang secara khusus di bawah komando Brigjen. Danni Vardi, tugasnya adalah mengambil alih Jazzin dan kemudian bergerak ke utara di sepanjang sisi timur Danau Qaroun menuju jalan raya Beirut-Damaskus – untuk menyerang posisi Brigade Tank Suriah ke-76. Posisi Suriah di daerah itu belum sepenuhnya siap: sebagian besar unit yang dikerahkan di Lembah Beka’a selatan baru diperintahkan ke sana pada sore hari tanggal 6 Juni, ketika datang berita bahwa tank-tank Israel sedang masuk perbatasan. Dua brigade lapis baja dari Divisi Suriah ke-10 diperintahkan untuk mengambil posisi di selatan Danau Karoun dan berusaha menahan pasukan Israel sehingga mereka tidak dapat mencapai daerah penting yang strategis di Zahle. Sementara pasukan Vardi membuka serangan pada Brigade ke-76, di belakangnya, Ugda ke-162 (Ugda adalah satuan setingkat Divisi pada struktur IDF) pimpinan Brigadir Jenderal Menachem Einan bergerak di sepanjang jalan sempit dari selatan menuju barat daya, melewati Jazzin dengan tujuan Beit en-Din, di Pegunungan Shouf. Terkendala oleh beberapa kemacetan besar dan kekurangan bahan bakar, Einan telah mengalami kesulitan besar dalam mengatur pergerakan pasukannya sejauh ini dan sekarang masalahnya meningkat: tak lama setelah pukul 14.00, dua konvoi utama unitnya yang bergerak di dua jalan paralel saling menembak karena identifikasi yang salah. Hasil dari bentrokan ini masih belum diketahui, tetapi Einan butuh setidaknya satu jam untuk menyelesaikan kekacauan yang terjadi.

Tank Magach 6B (varian modifikasi tank M-60) Israel memasuki Lebanon tahun 1982. Saat melewati jalan-jalan sempit di Lebanon semacam ini konvoi tank Israel rawan disergap oleh Tim Anti Tank AD Syria. (Sumber: Pinterest)

Belum lama Ugda ke-162 mulai bergerak lagi, sekitar pukul 15:30, beberapa kendaraannya tiba-tiba mendapat tembakan berat. Empat helikopter SA.342 Gazelle dari Skuadron 977 SyAAF mendekati konvoi Einan dengan terbang di antara bukit dan pohon sebelum mengambil posisi dan kemudian menembakkan HOT mereka sebelum kehadiran mereka terdeteksi. Sejumlah tank dan kendaraan lapis baja pengangkut personel Israel yang tidak diketahui jumlahnya terkena tembakan dalam serangan ini, tetapi IDF kemudian melaporkan hanya sedikit korban (empat terluka, satu di antaranya serius). Hampir satu jam kemudian, Satuan Tugas Vardi juga diserang oleh pembom tempur SyAAF, yang pilotnya melaporkan, “meninggalkan beberapa tank terbakar”. Sebenarnya Ugda Einan diserang oleh bagian kedua dari helikopter SyAAF yang melakukan kontak dengan musuh pada hari itu. Bagian pertama sudah aktif di Lebanon sekitar pukul 14.00. Mereka menyelinap ke Israel dengan terbang rendah di sepanjang ngarai di sisi barat laut Mt. Hermon/Mt. Jabel Sheikh, dan kemudian menyerang konvoi Pasukan Manuver Khusus, yang dipimpin oleh Brigjen. Yossi Peled, yang terdiri dari dua brigade pasukan terjun payung dan infanteri yang ditugaskan untuk operasi anti-tank, dan memiliki tugas untuk mencapai jalan raya Beirut-Damaskus di sepanjang perbatasan Suriah, dengan demikian memutari posisi Suriah di Lembah Beka’a. Helikopter Suriah meluncurkan serangan mereka ketika pihak Israel berhasil dihentikan oleh unsur-unsur Brigade Tank Suriah ke-91 di jalan dari Hasabaiya menuju Rashayya, tetapi hasilnya tetap tidak diketahui. Penyerangan oleh helikopter Gazelle terakhir pada hari itu dilakukan sekitar pukul 17:30, dengan dua pasang helikopter melakukan serangan menjepit terhadap unit mekanis IDF di jalan dari Shab’a ke Rashayya dan dari Barouch ke Ayn Dara. Hasil dari semua operasi ini tetap tidak diketahui, tetapi secara umum Israel membantah menderita kerugian berarti.

Hari Kedua, 9 Juni

Sekitar tengah malam 9 Juni, Ugda ke-162 mencapai desa Druze, Ayn-Zhalta, di tengah Pegunungan Shouf, dan hanya sekitar 15 km selatan jalan raya Beirut-Damaskus. Dengan ini, dua brigade lapis baja Divisi ke-10 Suriah di selatan Danau Karoun dikepung. Namun, ketika tank M-60 terdepan dari Ugda ke-162 meluncur di jalan menuju desa, mereka tiba-tiba mendeteksi beberapa T-62, dalam hitungan detik pertempuran sengit jarak dekat berkembang di mana sejumlah tank dari kedua pihak – termasuk tiga T-62 – tertembak. Ketika pihak Israel mundur untuk mengkonsolidasikan diri, pasukan komando Suriah menyerang, menghantam pasukan Israel dengan rentetan RPG. Ugda Einan kemudian melaju langsung ke pusat Brigade Mekanis ke-58 Suriah, bagian dari Divisi Lapis Baja ke-3. Karena hasil dari bentrokan awal ini tidak pasti, maka tidak ada data yang dapat dipercaya tentang korban Israel: Suriah dikatakan telah kehilangan setidaknya tiga T-62 dan 20 tentara, sementara pihak Israel kemudian menarik diri ke Barouch. Yang pasti perlawanan pihak Suriah cukup keras sehingga menyebabkan IDF di pagi hari memindahkan sebagian dari Satuan Tugas Vardi dengan bantuan helikopter CH-53D ke belakang sayap kanan posisi pasukan Suriah. Ketika pasukan payung Israel – yang mengendarai jip M-151 yang dipersenjatai dengan TOW-ATGM – terkonsentrasi di sepanjang jalan Ayn Zhalta-Barouch, sekitar pukul 09.30 mereka dipukul oleh serangan Gazelle SyAAF, yang kemudian menyebabkan beberapa jip M-151 berhasil dihancurkan. Namun, Vardi berhasil mengatur ulang pasukannya dan mengerahkannya di tiga posisi pemblokiran di utara dan timur Barouch. Setidaknya secara teoritis, pasukan Vardi sekarang hanya berjarak 15 km dari jalan raya Beirut-Damaskus. Jika mereka bisa mencapainya, maka mereka tidak hanya akan memotong unit Suriah di wilayah Beirut dari basis pasokannya di Suriah, tetapi juga membuat mereka memiliki jalan terbuka ke belakang Divisi Lapis Baja Suriah ke-1. Masalahnya adalah bahwa tentara Israel tidak dapat maju, setidaknya dalam waktu cepat. Ugda ke-162 terus bertempur melawan pasukan Suriah di Ayn Zhalta – sebagian karena serangan Gazelle lainnya yang menyebabkan enam tank Israel hancur – sampai malam. Baru pada saat itulah unit-unit Einan berhasil menerobos menuju Ayn Dara, sebuah desa yang hanya beberapa kilometer di selatan jalan raya yang strategis. Namun, sementara bergerak maju, pasukan Israel disergap oleh unsur-unsur Brigade ke-51 Suriah dan beberapa tim anti-tank yang mengejar sebagian besar tank M-60 dan Merkava satuan itu. Dalam serangkaian bentrokan keras mereka berhasil menembak sejumlah kendaraan.

Lapisan Armor ER dari Magach 6 efektif melawan rudal anti-tank dan granat berpeluncur roket yang digunakan oleh Tentara Suriah, tetapi belum sempurna. Magach ini adalah salah satu dari dua korban yang terkonfirmasi dari tim anti-tank Angkatan Darat Suriah selama pertempuran pada Juni 1982. (US DoD via Tom Cooper/www.acig.org/)

Sementara itu, lebih jauh ke timur laut, dua brigade armor Suriah yang ada di sekitar selatan Danau Karoun berjuang untuk keselamatan diri mereka nyaris tanpa dukungan, membuat satuan utama pasukan Israel sibuk. Menurut perwira Suriah yang selamat dari pertempuran, pertempuran itu sangat keras: dua kompi tank T-62 yang posisinya paling depan dari batalionnya benar-benar hancur, dan kompinya kehilangan beberapa tank juga. Sebagai balasan, Suriah menghancurkan enam buah dan merebut tiga tank M-60 Israel. Menjelang siang, situasi mereka makin memburuk ketika tank-tank Suriah yang masih tersisa mulai kehabisan amunisi dan bahan bakar di bawah tekanan Israel yang makin meningkat. Khawatir dengan situasi yang dihadapi oleh Brigade Tank ke-76 dan 91, Markas Besar Suriah kemudian memerintahkan brigade Divisi Lapis Baja ke-1, yang dilengkapi dengan tank T-72 (paling canggih punya Syria saat itu) bergerak di sepanjang jalan dari Damaskus menuju perbatasan Lebanon, untuk bergerak lurus ke depan, menyeberang perbatasan dan menghantam sisi kanan unit Israel yang bergerak di sepanjang sisi timur Beka’a. Serangan balik Suriah yang datang dari timur ke barat, melewati beberapa kilometer utara dari Rashayya, digambarkan sebagai “pertempuran tank paling ganas dari seluruh perang itu” menurut para veteran Suriah. T-72 bertarung dengan beberapa kompi M-60 Israel, menghancurkan beberapa di antaranya sementara hanya menderita beberapa kerugian kecil sebagai gantinya. Perwira komandan salah satu Kompi Suriah, kemudian diberi penghargaan karena unitnya berhasil menembus garis pertahanan Israel  di sekitar Brigade ke-76 dan ke-91, tanpa kehilangan satupun tank dalam prosesnya. Selama penerobosan Suriah di selatan dan timur Danau Karoun, pada sore hari tanggal 9 Juni, beberapa perwira melihat sebuah F-16A Israel jatuh terbakar di belakang garis Israel, pilot berhasil eject – dan diselamatkan oleh pasukan darat IDF. Penyebab tertembaknya F-16 ini masih belum jelas hingga saat ini, tetapi tidak ada unit pertahanan udara setempat yang mengklaim “kill” tersebut, sementara sejumlah veteran Suriah – yang diwawancarai secara independen – mengingat peristiwa ini dengan sangat jelas.

Tank T-72 baru milik Syria mampu menunjukkan performa cukup baik dalam menghancurkan beberapa tank Israel dalam Perang Lebanon 1982. (Sumber: Pinterest)

Terlepas dari keberhasilan Suriah, dan fakta bahwa kedua brigade lapis baja mereka berhasil melarikan diri melalui koridor yang tetap terbuka selama beberapa jam, Divisi Lapis Baja ke-10 Angkatan Darat Suriah membayar harga yang mahal, mereka kehilangan hampir 200 tank T-62 dalam pertempuran itu. Setidaknya 90 di antaranya direbut secara utuh. Akhirnya, unit ini harus ditarik kembali dan dipersenjatai kembali dengan cepat dengan tank T-55, yang lebih tua dari stok cadangan strategis. Pada gilirannya, Divisi Lapis Baja ke-1 diperintahkan kembali ke belakang perbatasan Suriah, untuk berkumpul kembali dan melanjutkan perjalanannya ke Zahle. Sementara itu, sekitar pukul 12: 30 tanggal 9 Juni, empat pesawat serang MiG-23BN SyAAF membom markas besar Israel yang didirikan di Samaqiyah, yang berhasil terdeteksi dengan melacak komunikasi radio Israel dan sebelumnya sudah berada di bawah tekanan berat dari artileri Suriah. Serangan udara tambahan Suriah diterbangkan untuk mendukung serangan balik Divisi Lapis Baja ke-1 untuk meringankan beban brigade lapis baja yang terkepung di selatan Danau Karoun. Dua jam kemudian, untuk dapat lebih mendukung pasukan darat mereka dalam memerangi Suriah, IDF/AF meluncurkan Operation Drugstore – serangan terkonsentrasi terhadap situs SAM Suriah di wilayah antara Zahle dan perbatasan Suriah. Operasi ini sangat sukses dan menyebabkan tidak hanya berhasil dinetralisasinya SAM Suriah, tetapi juga berhasil menembak jatuh 23 pesawat pembom-tempur SyAAF yang bertebaran di langit Lebanon. Dengan pasukan Suriah berhasil dinetralisir, korps IDF di bawah komando Maj.Gen. Avigdor Ben Gal, yang terdiri dari Ugdas ke-90 dan 252, membuka serangan besar-besaran tiga-cabang terhadap sisa-sisa Divisi Lapis Baja Suriah ke-10, serta elemen terdepan Divisi Lapis Baja ke-3 yang ada di Lembah Beka’a.

Varian serang darat MiG-23BN. Selama 8-11 Juni 1982, MiG-23 BN milik AU Syria berhasil menerbangkan 100 misi serangan terhadap pasukan dari Israel yang bergerak maju di Lebanon, namun banyak dari pesawat-pesawat ini yang jadi korban serangan F-15 dan F-16 AU Israel. (Sumber: https://www.skytamer.com/)

Hari Ketiga, 10 Juni

Pada pagi hari tanggal 10 Juni, Ugda ke-162 Einan, yang didukung oleh serangan pembom-tempur IDF/AF dan helikopter serang – menerobos posisi Brigade ke-51 Suriah di Ayn Dara, menghancurkan sejumlah tank T-62 dalam prosesnya. Sebagai gantinya, Ugda itu dihantam oleh beberapa Gazelle, dan serangan oleh pembom-tempur SyAAF antara pukul 07:15 dan 08:30, yang menyebabkan kehilangan beberapa kendaraan tambahan dalam prosesnya. Meski, SyAAF telah mengirim sejumlah besar helikopter Gazelle untuk menjalankan misi “pencarian dan hancurkan” di Libanon, namun sayangnya tentara Suriah tidak dapat mengkonfirmasi lokasi unit musuh dengan jelas karena situasi yang sangat tidak menentu. Para kru Gazelle dengan demikian terpaksa berkeliaran jauh di atas Lembah Beka, mencari target yang tepat. Beberapa kali mereka berhasil, sementara dalam beberapa kasus lain tidak, karena pada saat itu IDF mulai mengerahkan senjata anti-pesawat berpenggerak mandiri M-163 Vulcan bersama dengan unit mekanis yang memimpin didepan, tugas pilot Gazelle dengan demikian menjadi sangat berbahaya. Salah satu Gazelle rusak parah terkena tembakan AAA 20mm setelah menyerang barisan tank Israel dan mengklaim empat tembakan tepat sasaran pada target Israel. Pilot itu terluka parah tetapi berhasil menerbangkan SA.342 Gazelle nya yang berasap kembali ke al-Mezzeh dan mendarat dengan selamat. Ia segera dirawat di rumah sakit dan berhasil pulih setelah menjalani operasi darurat.

Untuk menangkal serangan udara Syria, IDF mengerahkan senjata anti pesawat perpenggerak mandiri M-163 VADS Vulcan. (Sumber: Pinterest)

Serangan terakhir dari serangkaian serangan ini, yang dilakukan sekitar pukul 09.00 di dekat Bukit 1943, dilaporkan membuat sejumlah kendaraan Israel terbakar. Bersamaan dengan itu, serangan Gazelle lainnya yang diterbangkan menyerang Satuan Tugas Vardi, di daerah antara Ayn Zhalta dan Azzoniyeh, dan dua jam kemudian Gazelle dari Skuadron 977 menyerang sebuah barisan tank Israel yang bergerak dari Barouch menuju Ayn Zhalta. Akhirnya, gerak maju satuan Einan terhenti hanya beberapa kilometer dari tujuannya. Masih belum jelas apakah ini terjadi karena serangan balik Suriah yang sengit atau karena Einan diperintahkan untuk berbalik dan menyerang ke arah timur. Tentunya, IDF pasti tertarik untuk merebut setidaknya satu bagian dari jalan raya Beirut-Damaskus dan dengan demikian membagi pasukan Suriah di Lebanon menjadi dua, serta maju ke belakang Divisi Lapis Baja ke-1 Syria. Dengan itu pasti ada alasan kuat bagi mereka untuk tidak mencoba melakukan ini. Sementara itu, Ugda ke-252 juga bergerak, meskipun harus melewati medan yang sangat sulit dan jalan yang buruk, dan pada siang hari elemen-elemen utamanya bergerak maju menuju utara. Namun, sekitar pukul 15:30 waktu setempat, mereka dihantam oleh serangan helikopter-helikopter Gazelle SyAAF ketika terjadi kemacetan di dekat Bukit 1794, utara Shab’a. Ketika helikopter Syria itu menembaki tank dan APC Israel satu demi satu, dengan menembakkan rudal mereka di luar jangkauan senapan mesin Israel, kekacauan segera pecah. Suriah mengklaim menghancurkan tujuh M-113 APC dan tank M-60 selama serangan ini. Dengan mengabaikan situasinya yang sulit, Ben Gal terus mendorong unit-unitnya maju ke depan, mengatur ulang Ugda ke-252 untuk melakukan pergerakan di malam hari.

Untuk melawan dua Divisi Suriah, Israel mengerahkan setidaknya lima divisi di Lebanon, dilengkapi dengan beberapa kendaraan lapis baja yang terlindungi dengan baik dimasanya. Namun, jalur yang sempit dan medan yang sulit sering menyebabkan kemacetan yang luar biasa di sepanjang rute gerak maju Israel. Setiap kali Suriah mendeteksi titik-titik seperti itu, mereka akan mengirim helikopter-helikopter SA.342 Gazelle untuk menyerang. Israel menyangkal menderita kerugian yang lebih besar, tetapi beberapa sumber jelas menunjukkan terror serangan dari helikopter Suriah yang dialami oleh pasukan IDF. (US DoD via Tom Cooper/www.acig.org/)

Di sebelah kanan Ugda ke-252, setelah merebut posisi kosong yang ditinggalkan Brigade Tank ke-91 Suriah, Gugus Tugas Peled berhasil mencapai Yanta, dekat perbatasan Suriah, di mana ia dihentikan oleh Brigade Mekanis ke-21 Suriah – elemen kedua dari Divisi Lapis Baja ke-1 yang sebagian masih dalam perjalanan dari Damaskus. Elemen-elemen terdepan dari Ugda ke-90 bergabung dengan gugus tugas Peled setelah bertempur sepanjang perjalanan melalui Lembah Beka’a. Meskipun pertempuran udara sengit berkecamuk di atas kepala, pada sore hari Yanta dan markas besar lokal Israel yang baru dibentuk dihantam serangan luar biasa oleh beberapa gelombang Sukhoi Su-22 Suriah, di mana Wakil Kepala Staf IDF, Jenderal Yekutiel Adam, juga terbunuh (menurut sumber-sumber Israel, Adam dibunuh oleh seorang bocah Palestina, menggunakan RPG-7). Helikopter-helikopter Gazelle yang mengikuti di belakang pembom-tempur, menghantam sejumlah M-60 dan M-113 di sepanjang jalan dari Ayn Ata ke Rashayya. Mengingat bahwa jalur komunikasi ini berada paralel dengan perbatasan Suriah yang hanya beberapa kilometer jauhnya dari situ, SyAAF sekarang dengan mudah dapat mengerahkan lebih banyak helikopter serang mereka. 12 tank Israel dilaporkan dihancurkan dalam serangan ini, sementara sejumlah kendaraan lain juga hancur. Jelas, sampai hari ini Israel menyangkal adanya serangan Suriah semacam itu, dan tidak ada sumber mereka menyebutkan pertempuran tank besar di daerah selatan dan tenggara Danau Karoun. Menurut laporan mereka yang dikeluarkan untuk Pentagon, seluruh pasukan mereka di Lebanon hanya menderita empat tentara yang terluka pada hari itu. Namun, komentar berikut dari pilot IDF/AF F-16 yang mencetak satu-satunya “kill” terhadap sebuah Su-22 Suriah dalam perang itu, pada 11 Juni 1982, jelas menunjukkan apa yang terjadi di Yanta: “Dari semua ‘kill’ yang saya buat, menjatuhkan Su-22 memberi saya kepuasan terbesar karena saya melihat hasil yang mengerikan dari serangan Sukhoi pada pasukan darat kami sehari sebelumnya.”

Disposisi dan area pertempuran di Lebanon Juni tahun 1982. (Sumber:www.acig.org/)
Gazelle milik Syria yang berhasil dirampas Israel. (Sumber: https://www.deviantart.com/)

Serangan Gazelle lain kemudian menghantam Pasukan Khusus Manuver Peled di jalan dari Ayn Ata ke Rashayya. Serangan-serangan ini memberi waktu yang cukup bagi Suriah untuk tidak hanya menarik kembali mereka yang masih selamat dari Divisi Lapis Baja ke-10 di belakang perbatasan, tetapi juga untuk mengerahkan bala bantuan di pasukan komando anti-tank dengan menggunakan helikopter Mi-8 ke daerah Ghazzah, meskipun terdapat ” Keunggulan udara total” dari IDF/AF, namun tidak satu pun dari setidaknya selusin helikopter SyAAF yang terlibat dalam misi itu terdeteksi oleh Israel. Namun demikian, SyAAF memang kehilangan Mi-8 karena tembakan anti-pesawat Israel selama operasi lain. Serangan udara Suriah dan serangan artileri sengit terhadap semua markas besar Israel yang berhasil diketahui, serta situasi yang tidak menentu di medan perang Lebanon jelas disebabkan oleh kesalahan kritis kepemimpinan di pihak Israel. Situasi di medan perang jauh dari jelas, kedua pihak yang berlawanan saling menjepit. Tapi, setidaknya dengan IDF/AF memiliki keunggulan udara, seharusnya memungkinkan aset pengintai Israel untuk bisa menemukan musuh dan melacak posisi-posisi Suriah. Anehnya, hal ini tidak terjadi. Orang Israel benar-benar gagal untuk memperhatikan atau salah paham bahwa orang-orang Suriah telah mengatur kembali unit-unit mereka setelah pertempuran yang dialami Divisi Lapis Baja ke-10. Elemen-elemen dari unit ini yang awalnya ada selatan Danau Karoun ditarik keluar dari Lebanon, disatukan kembali dan – sebagaimana telah disebutkan – kemudian dilengkapi kembali dengan tank T-55. Sisa dari divisi ini mundur ke utara. Bersamaan dengan itu, dua brigade lapis baja dari Divisi Lapis Baja ke-3 dipindahkan ke selatan dari jalan Beirut-Damaskus, dengan maksud untuk menutup celah yang muncul dari runtuhnya bagian depan posisi Divisi Lapis Baja ke-10 di selatan mereka. Divisi Lapis Baja Pertama, yang dilengkapi dengan T-72 dan masih segar meskipun ada pertempuran di sepanjang perbatasan, kemudian memasuki Lebanon di sepanjang jalan Beirut-Damaskus dan menggantikan yang divisi ke-3. Karena itu Suriah sebenarnya tidak mundur, mereka hanya mengganti unit mereka. Namun, IDF menganggap pergerakan Divisi Lapis Baja ke-1 ke arah utara sebagai sebuah penarikan umum. Akibatnya, Israel segera mendorong unit mereka untuk melakukan “pengejaran” ke arah utara. IDF pada akhirnya akan membayar mahal atas kesalahan ini.

Tim Anti Tank Syria beristirahat di tengah medan pertempuran di Lebanon Tengah, 1982. (Sumber:http://www.acig.org/)

Kekacauan di “Sultan Yacoub”: 11 Juni

Pada malam hari tanggal 10 Juni, Ben Gal sekali lagi bergegas menggerakkan pasukannya untuk maju. Di sebelah utara mereka terdapat daerah yang dikenal sebagai benteng pertahanan Suriah. Namun demikian, Israel menganggap lawan mereka lemah, diperkirakan masing-masing hanya dua batalion komando yang terdiri dari 250 orang, dan hanya sedikit tank yang – setidaknya secara teori – menghalangi mereka dengan jalan Beirut-Damaskus di wilayah Libanon. “Secara teori”, pula Israel harusnya sudah diberitahu tentang penyebaran kekuatan mekanik Suriah yang kuat di sepanjang jalan raya strategis, dari timur ke Barat. Jelas, markas besar IDF menyimpulkan bahwa orang-orang Suriah yang akan mereka hadapi akan membuat pertahanan mati-matian menghambat pergerakan Israel, sementara kemudian mereka akan mengirimkan bala bantuan ke garis depan. Tugas memimpin gerak maju terakhir ini jatuh pada Ugda ke-90; sebuah unit yang sebelumnya berhasil memerangi Brigade Lapis Baja ke-91 Suriah, dan menghancurkan tidak kurang dari 35 tank Suriah dengan korban hanya lima di pihak mereka. Komandan Ugda ke-90; Brig.Gen. Giora Leo, menerima perintah sekitar pukul 19:00. Beberapa jam kemudian, Batalion ke-362, dilengkapi dengan tank M48A-3 Magach-3, melewati desa as-Sultan Yac’ub di Tanta – hanya untuk menghadapi tembakan gencar dari berbagai kaliber senjata dan elemen utamanya terisolasi jauh di dalam Posisi Suriah. Pada pukul 01:30 pagi di tanggal 11 Juni, batalion Israel yang terperangkap berada dalam keadaan kacau, diblokir di sebuah lembah sempit dimana di ujungnya terdapat desa lain, yang mana pihak Suriah menembakan tembakan langsung dan artileri berat dari beberapa sisi. Tidak sampai pukul 04:00, situasi perlahan membaik, meskipun selama kontak dengan tentara Suriah di sekitarnya, unit tersebut kehilangan beberapa tank dan sejumlah anggota kru. Beberapa tim anti-tank Angkatan Darat Suriah berpartisipasi dalam pertempuran ini, menyerang dari jarak yang sangat dekat dengan RPG, serta Milan ATGM. Pagi-pagi sekali orang-orang Israel juga diberondong oleh dua pesawat tempur MiG-21, tetapi pesawat ini tidak menjatuhkan bom karena posisi Israel amat dekat dengan pasukan mereka sendiri. Akhirnya, IDF tidak dapat melakukan operasi besar-besaran pada waktunya untuk menyelamatkan batalyon-batalyonnya yang terlibat pertempuran sengit; dari satuan Ugda ke-90 dan Ugda ke-880 yang ada di dekatnya – yang dikerahkan ke Libanon sehari sebelumnya – sibuk berusaha untuk mencegah upaya Divisi Lapis Baja ke-3 Suriah untuk maju ke selatan, dan mencegah Divisi Lapis Baja ke-1 dikerahkan di sepanjang jalan Beirut-Damaskus ke arah barat. Akhirnya, apa yang tersisa dari Batalyon ke-362 harus ditarik mundur ke garis pertahanan Israel pada pagi hari, dengan dukungan artileri besar-besaran, tetapi meninggalkan sekitar delapan tank M-48 yang hancur atau ditinggalkan.

Tentara Syria berparade dengan Tank M-48 IDF yang berhasil mereka rampas dalam Pertempuran di “Sultan Yacoub”, 11 Juni 1982. (Sumber: www.acig.org/)

Penarikan sisa-sisa Batalyon ke-362 dari belakang garis pertahanan Suriah harus segera dilakukan, sementara itu serangan terakhir Israel ke arah utara dilakukan dengan kecepatan penuh, saat Divisi Armour ke-1 Suriah dikerahkan di sepanjang jalan raya dari perbatasan menuju Beirut. Selain itu, pemerintah Israel dan Suriah telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, mulai pada siang hari tanggal 11 Juni, dan sekarang kedua belah pihak terburu-buru untuk merebut sebanyak mungkin wilayah yang mereka bisa. Bentrokan terakhir terjadi di dua sektor. Pagi-pagi sekali, Brigade Lapis Baja Suriah ke-81, yang dilengkapi dengan tank T-72, mencapai Shtawrah – di mana sebuah depot perbaikan garis depan didirikan – dan kemudian berbelok ke selatan di sepanjang dua jalan paralel – bergerak langsung ke posisi batalion Anti-Tank ke-409 Israel. (Awalnya bagian dari Satuan Tugas Peled), dan posisi tank M-60 dari Brigade Lapis Baja ke-767. Tank-tank Suriah, yang berani setelah kesuksesan pertama mereka pada 9 Juni, maju tanpa melakukan pengintaian cermat terhadap area di depan mereka. Dalam bentrokan singkat namun seru yang terjadi pada pagi hari, Israel menghantam 12 tank T-72 dengan rudal anti tank TOW, memaksa brigade Suriah itu untuk menarik diri kembali ke jalan raya Beirut-Damaskus. Namun, titik komunikasi vital ini tetap ada di tangan Suriah: faktanya, orang-orang Suriah juga mengklaim menghancurkan hingga sepuluh tank M-60 selama pertempuran ini sambil mengumpulkan T-72 mereka yang hancur dan rusak parah di Shtawrah.

Tank M48 Israel yang dirampas Syria tahun 1982, ditampilkan dalam Tishreen War Memorial, Damaskus. (Sumber: https://www.flickr.com/)

Sementara itu, di Lembah Beka’a Brigade Lapis Baja ke-7 dari Ugda ke-162 Eitan bertarung dengan T-62 Suriah dari Brigade ke-58 di selatan Jub Jnin: dengan hasil dua Merkava hancur, namun Israel menghancurkan setidaknya selusin T-62. Suriah mengklaim berhasil menghancurkan 21 hingga 30 kendaraan lapis baja Israel selama pertempuran ini – yang memuncak tak lama sebelum tengah hari, dengan serangan helikopter serang dari kedua belah pihak. Helikopter tempur AH-1 Cobra dan MD.500 Defender Israel mengklaim menghancurkan 15 T-62 dan beberapa T-72 di dekat Zahla. Namun, mereka menghadapi tembakan anti-pesawat yang ganas dan tidak dapat melakukan serangan seperti yang diharapkan. Sebuah Defender rusak parah oleh ledakan peluru di dekatnya, sehingga jatuh di tanah di depan posisi Suriah: navigatornya terluka parah tetapi pilot berhasil menariknya keluar dari puing-puing dan keduanya diselamatkan oleh helikopter Bell AB.212. Sementara itu Defender lain tampaknya hilang karena tembakan anti-pesawat dari unit lapis baja Israel setelah salah mengidentifikasikannya sebagai Gazelle Suriah: jelas, setelah pengalaman sebelumnya dengan SA.432, penembak Israel sangat gugup saat itu. Sebagai balasannya, tank-tank Merkava dari Brigade Lapis Baja ke-7 Israel menembak jatuh setidaknya satu Gazelle dengan menggunakan meriam 105mm mereka, dan SA.342 Gazelle Suriah lainnya kemungkinan besar ditembak jatuh oleh tembakan rudal TOW yang ditembakkan dari jarak jauh oleh helikopter Cobra Israel.

Sebuah Gazelle Syria kabarnya berhasil ditembak jatuh oleh tank Merkava Israel. (Sumber: Pinterest)

Begitu sengit dan beratnya pertempuran  ditunjukkan dari fakta bahwa – menurut laporan kontemporer dalam pers Israel – dalam pertempuran sengit hari ini, satu Brigade Israel menderita kerugian 18 korban KIA – termasuk komandannya, Kolonel Avigdor Shriper – 87 terluka, dan 22 tank hancur. Hasil yang beragam Terlepas dari gencatan senjata, pertempuran akan terus berlanjut selama beberapa hari kemudian. pada kenyataannya, pada akhir 1982 tidak kurang dari sebelas gencatan senjata tambahan akan disepakati oleh Israel dan Suriah. Penghitungan kerugian pertempuran sudah mulai diungkapkan pada sore hari tanggal 11 Juni. Pada konferensi pers awal Juli 1982, perwakilan dari Kementerian Pertahanan Suriah menyatakan bahwa SA.342 Gazelle dan hunter-killer AT-team telah menghancurkan 23 tank Israel selama tiga hari pertama pertempuran (antara 8 dan 11 Juni) hanya dengan kerugian kecil bagi diri mereka sendiri (secara keseluruhan, Suriah mengklaim penghancuran “lebih dari 120 tank Israel, APC dan kendaraan pembersihan ranjau dengan ATGM pada saat itu). Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa tim “pemburu-pembunuh” Suriah pada kenyataannya mencapai total korban 60 tank M-60 dan Merkava Israel. Namun, tidak kurang dari setengahnya mampu tetap beroperasi, sementara hanya beberapa yang lainnya benar-benar hancur (beberapa sumber menyatakan bahwa tim anti-tank Suriah hanya bisa menghancurkan dua tank IDF). Seperti diketahui, tank Merkava memiliki lapis baja yang sangat tebal dan memiliki sistem anti-detonasi yang sangat baik serta peralatan perlindungan kebakaran yang bagus, sementara tank M-60, M-48, dan Centurion dilindungi oleh lapisan armor peledak-reaktif (ERA). Meskipun IDF kemudian menyimpulkan bahwa ERA pada tank mereka perlu ditingkatkan, dan bahwa setidaknya dua Merkava memang dihancurkan oleh tim anti-tank Suriah (IDF kehilangan total tujuh Merkava Mk.1 selama perang ini), ini jelas menunjukkan bahwa tank ini amat bagus. Sementara itu apa yang dialami oleh M-113 APC kurang memuaskan: APC ini tampaknya menderita kerugian besar dalam beberapa hari pertama perang, dimana pada saat IDF mencapai Beirut, pihak Israel sedapat mungkin menghindari menempatkannya dalam pertempuran sama sekali. Oleh karena itu, infanteri Israel lebih banyak memilih berbaris di samping APC-nya disepanjang jalan menuju ke Lebanon.

Dalam perang Lebanon 1982, level proteksi dari M113 APC milik IDF dinilai mengecewakan, sehingga harus segera mendapatkan upgrade. (Sumber: Pinterest)

Namun demikian, faktanya Israel dengan cepat mengadaptasi taktik formasi mekanik mereka untuk melawan tim AT Suriah. Mereka akan menggunakan senjata 20mm M-163 Vulcan untuk menghujani posisi-posisi yang mungkin ditempati tim AT Suriah serta kalau perlu dengan rudal TOW untuk menghantam posisi mereka dengan tepat – biasanya dengan hasil yang mematikan. Untuk menghadapi senjata semacam itu, tentara Suriah lebih suka bertarung dalam jarak yang lebih pendek dan menggunakan senjata anti-tank yang lebih ringan. Ini memaksa Israel untuk mengerahkan pasukan komando mereka untuk mengatasi penembak jitu anti-tank Suriah. Jauh lebih sering daripada yang diperkirakan orang Suriah bahwa mereka lebih banyak diburu daripada memburu. Bentrokan yang terjadi sangat keras dan brutal. Hal ini tergambar oleh fakta bahwa hanya 10 hingga 15% dari tim pemburu anti-tank Suriah yang selamat dalam perang ini. Sangat sedikit yang ditangkap hidup-hidup, termasuk hanya satu perwira: Letnan Satu Mehdi jatuh ke tangan Israel dalam kondisi terluka parah, tetapi ia sukses menolak semua upaya IDF untuk mematahkan semangatnya sebelum kemudian dikembalikan ke Suriah. Sebagai Kapten ia kemudian berperang melawan Irak, pada tahun 1991, bersama pasukan AS. Meskipun ada masalah besar, beberapa kejutan, dan kerugian, Israel akhirnya puas dengan hasil dari perang konvensional mereka di Lebanon. Dalam empat hari pertempuran mereka mengklaim menghancurkan 81 tank Suriah, dan merebut 41 lainnya (terutama tank T-62), dengan hanya kehilangan delapan M-48 dan dua Merkava sebagai gantinya. Setidaknya, salah satu Merkava yang hancur kemudian berhasil diselamatkan dan diperbaiki. Bukti menunjukkan adanya sejumlah M-60 tambahan yang dihancurkan oleh Suriah, sementara kerugian M-113 jelas sangat berat sehingga mereka tidak dikerahkan di garis depan lagi, sampai kemudian sebagian besar dilengkapi dengan perlindungan tambahan terhadap rudal anti-tank.

Penilaian

Suriah tidak sepenuhnya puas, bahkan meski komandan lokal mereka telah menunjukkan inisiatif besar dan keterampilan taktis di medan perang, membuktikan bahwa pelatihan tambahan dan desentralisasi sistem komando AD Suriah adalah keputusan yang tepat. Masalah utama AD Suriah adalah bahwa beberapa unit yang lebih besar gagal untuk sepenuhnya mengeksploitasi situasi yang buruk dari beberapa unit Israel: ada sejumlah situasi di mana brigade dan batalyon Suriah berhenti dan mulai menggali perkubuan bukannya mulai bergerak ke selatan di mana mereka bisa membangun posisi pertahanan yang lebih baik. Akibatnya, mereka tidak berhasil menempatkan Lapis Baja ke-3 ke posisi lama Divisi Lapis Baja ke-10. Namun demikian, mereka bertempur dengan penuh semangat dan keterampilan melebihi apa pun yang terlihat sebelumnya dari seorang prajurit Suriah, dan akhirnya berhasil menghentikan kemajuan Israel. Faktanya, IDF gagal mencapai tujuannya di Lembah Beka’a karena gencatan senjata pada tanggal 11 Juni, orang-orang Suriah masih memegang posisi strategis di jalan raya Beirut-Damaskus setelah bertarung dengan lawan yang lebih unggul dalam hal jumlah dan kualitas. IDF mengerahkan kekuatan setara dengan lima divisi dengan didukung sekitar 1.000 tank melawan hanya sekitar dua Divisi Suriah. SyAAF, tentu saja, mengalami kondisi yang lebih buruk, mereka kehilangan antara 85 hingga 87 pesawat tempur dan 24 hingga 27 pilot (sumber-sumber Suriah memberi data yang berbeda-beda dalam hal ini) dalam pertempuran udara dan melawan satuan darat Israel antara 6 Juni dan 8 Juli 1982. Namun, orang-orang Suriah puas dengan kinerja helikopter serang dan pesawat pembom tempur mereka. Meskipun menerbangkan lebih dari 150 serangan, mereka hanya kehilangan dua Gazelle yang ditembak jatuh oleh Israel (kedua kru tewas). Dua lainnya rusak parah selama pertempuran dan kemudian direbut oleh Israel: satu di antaranya diperbaiki kembali dan diterbangkan ke Israel (sebagai perbandingan, IDF/AF hanya kehilangan satu Helikopter Defender). Setidaknya sebuah SA.342 lagi rusak parah tetapi berhasil diterbangkan kembali ke Suriah. Sebagai gantinya, SyAAF mengklaim Gazelle mereka menghancurkan 95 target darat oleh, termasuk 71 tank, lima APC, tiga truk, dua artileri, sembilan jip M-151, dan lima truk tangki. Meskipun angka-angka ini biasanya dianggap berlebihan, pemeriksaan lebih dekat dari semua laporan yang diketahui tentang kehilangan IDF seperti yang dipublikasikan di media Israel, menunjukkan bahwa orang Israel sangat mungkin kehilangan lebih banyak tank, dan tentu saja lebih banyak APC dan kendaraan lain. Selain itu, orang tidak boleh lupa bahwa helikopter serang dianggap sangat efektif oleh sebagian besar militer dunia, dan bahwa fakta ini terbukti tidak hanya dalam sejumlah latihan, tetapi juga dalam beberapa perang. Secara keseluruhan sudah pasti bahwa Gazelle Suriah membuktikan nilai mereka selama perang ini tanpa keraguan. Ketika mereka ditarik dari medan perang, setelah gencatan senjata sejak 11 Juni, SA.342 sangat dirindukan oleh sisa pasukan Suriah di Lebanon. Selama sisa perang itu tim anti-tank Angkatan Darat Suriah harus bertarung sendirian.

Sebuah APC pasukan IDF mengibarkan bendera Lebanon dan Israel melewati sekelompok wanita yang menyambut para prajurit Israel masuk ke desa Lebanon. (Foto oleh Kantor Yoel/https://honestreporting.com/)
Penarikan mundur tentara Israel dari Lebanon Selatan. Aksi militer Israel di Lebanon tahun 1982 tidak dapat dibilang sukses. Secara politis, aksi ini malah membawa negeri itu kedalam konflik perang saudara di Lebanon yang tidak berkesudahan. (Sumber: https://www.ynetnews.com/)

Menurut Kenneth M Pollack dalam bukunya Arabs At War, Military Effectiveness, 1948-1991, pada akhir perang pihak Syria kehilangan 1.200 prajuritnya gugur, 3.000 luka-luka, dan 296 menjadi tawanan (kemudian dibebaskan Israel lewat program pertukaran tawanan). Sebagai tambahan mereka kehilangan 300-350 tank, 150 APC, sekitar 100 artileri, 12 helikopter, 86 pesawat tempur, dan 29 baterai SAM. Sementara itu dari tanggal 6-25 Juni, Israel menderita 195 prajurit gugur, 872 terluka dan 30 tank hancur (dengan 100 lainnya rusak), serta 175 APC hancur atau rusak. Sementara itu bagi Israel, terlepas dari keberhasilan mereka dalam mengusir PLO dari Lebanon dan dengan datangnya pasukan penjaga perdamaian PBB, organisasi-organisasi militan yang lebih kecil, kebanyakan didukung oleh Iran, mulai melancarkan serangan gerilya terhadap tentara Israel, termasuk pemboman bunuh diri. Yang terburuk adalah dua serangan terhadap markas pasukan Israel di Tirus yang menewaskan 103 orang Israel. Serangan-serangan ini memaksa IDF untuk bergerak lebih jauh mundur ke selatan di dalam wilayah Lebanon dan mempertahankan zona penyangga yang lebih kecil. Berbagai kelompok kecil militan mulai bergabung menjadi kelompok-kelompok yang lebih besar dan Hizbullah akhirnya muncul sebagai organisasi Islam radikal terkemuka di Lebanon selatan. Terlepas dari kemunduran dari serangan yang terus-menerus oleh kelompok-kelompok radikal ini, Israel telah berhasil mengusir PLO dari Lebanon, menghilangkan pengaruh Suriah dari Lebanon dan menempatkan Bachir Gemayel sebagai presiden atas pemerintahan Kristen. Langkah selanjutnya adalah mewujudkan perjanjian damai antara Israel dan Lebanon. Tetapi Presiden Gemayel dibunuh pada September 1982 sehingga sangat sulit bagi Israel untuk tetap berada jauh di dalam Lebanon dan pembunuhan itu mencegah kemungkinan dilakukan penandatanganan perjanjian damai. Israel mulai menarik pasukannya pada Januari 1985 dan menyelesaikan proses ini pada Juni tahun itu, yang secara efektif mengakhiri perang. Meski demikian, pasukan Israel baru benar-benar meninggalkan wilayah Lebanon Selatan pada tahun 2000. Menyusul berakhirnya perang, Suriah meningkatkan jumlah armada helikopter serangnya dari 16 unit menjadi 50 helikopter Gazelle, dan dilengkapi dengan 50 mil Mi-24 gunship. Helikopter Gazelle juga digunakan beberapa kali di Suriah selama perang sipil baru-baru ini, yang terakhir terlihat mendukung pasukan di Palmyra Offensive dengan menggunakan senjata roket dan ATGM HOT.

Unit Helikopter Gazelle milik AU Suriah terus beroperasi hingga kini. (Sumber: https://forum.warthunder.com/)

Diterjemahkan dan ditambahkan kembali dari:

Syrian Tank-Hunters in Lebanon, 1982 By Tom Cooper & Yaser al-Abed; Sep 26, 2003, 19:42

https://web.archive.org/web/20120104191038/http://www.acig.org/artman/publish/article_279.shtml

The 1982 Lebanon War – Operation Peace For the Galilee BY DOV LIPMAN SEPTEMBER 24, 2019

Arabs At War, Military Effectiveness, 1948-1991 p 540, by Kenneth M Pollack; 2002

Gazelle Multi-Role Helicopter

https://www.airforce-technology.com/projects/aerospatiale-gazelle/

https://en.m.wikipedia.org/wiki/A%C3%A9rospatiale_Gazelle

3 thoughts on “Squadron Helikopter Gazelle: Unit Pemburu Tank Syria dalam Perang Lebanon, 1982

  • I would like to get across my passion for your kindness in support of those people that must have assistance with the subject matter. Your special dedication to passing the message all over ended up being definitely powerful and have always allowed most people like me to get to their desired goals. Your amazing important hints and tips implies much a person like me and substantially more to my colleagues. Regards; from everyone of us.

    Reply
  • Thank you for sharing with us, I believe this website truly stands out : D. I found this similiar one here

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *